Anda di halaman 1dari 81

HUKUM MELAKSANAKAN QURBAN KE ATAS MAYIT

TANPA WASIAT MENURUT IMAM NAWAWI DAN IBNU


TAIMIYAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Syariah

Oleh:
SHAHRUL AZWAN BIN JAMES@MOHD
ZULAZMI

NIM: 103180013

Pembimbing:
Drs. Rahmadi M.H.I
Al Husni, S.Ag., M.H.I

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB


FAKULTAS SYARIAH
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1444 H / 2023 M
PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu pensyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 (S1) di Fakultas

Syariah UIN STS Jambi.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN STS Jambi.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN STS Jambi.

Jambi, Januari 2023

Shahrul Azwan bin James@Mohd

Zulazmi

103180013

ii
Pembimbing I : Drs. Rahmadi, M.H.I
Pembimbing II : Al Husni, S.Ag., M.H.I

Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi


Jl. Jambi-Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei
Duren Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346

Jambi, Januari 2023

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di –
Jambi
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Assalamu’alaikum wr. wb.


Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi
Saudara Shahrul Azwan bin James@Mohd Zulazmi yang berjudul “HUKUM
MELAKSANAKAN QURBAN KE ATAS MAYIT TANPA WASIAT
MENURUT IMAM NAWAWI DAN IBNU TAIMIYAH”
telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-
syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Studi Perbandingan
Mazhab pada Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfat bagi
kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Rahmadi, M.H.I Al Husni, S.Ag., M.H.I


NIP. 196611121993021001 NIP.197612252009011017

iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

iv
MOTTO

v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman


transliterasi berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor:
0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Adapun secara garis besar uraiannya
sebagai berikut:
Huruf Nama Huruf Latin Keterangan
‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
‫ب‬ Ba’ B Be
‫ت‬ Ta’ T Te
‫ث‬ Sa’ Ṡ Es (dengan titik di atas)
‫ج‬ Jim J Je
‫ح‬ Ha’ Ḥ Ha (dengan titik di bawah)
‫خ‬ Khá Kh Ka dan Ha
‫د‬ Dal D De
‫ذ‬ Źal Ż Zat (dengan titik di atas)
‫ر‬ Ra’ R Er
‫ز‬ Zai Z Zet
‫س‬ Sin S Es
‫ش‬ Syin Sy Es dan Ye
‫ص‬ Sád Ṣ Es (dengan titik di bawah)
‫ض‬ Dad Ḍ De (dengan titik di bawah)
‫ط‬ Ta’ Ṭ Te (dengan titik di bawah)
‫ظ‬ Za’ Ẓ Zet (dengan titik dibawah)
‫ع‬ ‘Ain ‘ Koma terbalik di atas
‫غ‬ Gain G Ge
‫ف‬ Fa F Ef
‫ق‬ Qāf Q Qi
‫ك‬ Kāf K Ka
‫ل‬ Lam L El

vi
‫م‬ Mim M Em
‫ن‬ Nun N En
‫و‬ Wawu W We
‫ه‬ Ha’ H Ha
‫ء‬ Hamzah ‘ Apostrof
‫ي‬ Ya’ Y Ye

vii
PERSEMBAHAN
‫َن الرَّ ِحي ِْم‬
ِ ‫هللا الرَّ ْحم‬
ِ ‫ــــــــــــــــــم‬
ِ ‫س‬
ْ ‫ِب‬
Melalui perjuangan yang panjang dan dengan pertolongan Allah SWT, akhirnya
saya berjaya menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk memperoleh gelar
sarjana strata 1 (S1) di Fakultas Syariah UIN STS Jambi.

Oleh yang demikian, saya persembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang saya
cintai.

Buat kedua orang hebat dalam hidup saya,


Terutamanya Ayahanda saya, James@Mohd Zulazmi dan Ibunda yang
saya kasihi Sanisi@Khasidah. Kalian lah yang membuat segalanya menjadi
mungkin sehingga saya bisa sampai pada tahap di mana skripsi ini akhirnya
selesai. Pencapaian ini adalah persembahan istimewa saya untuk Ayahanda dan
Ibunda. Terima kasih atas segala pengorbanan, nasihat dan doa baik yang tidak
pernah berhenti kalian berikan kepada saya.
Tidak lupa kepada seluruh ahli keluarga, terima kasih di atas segala
perhatian dan dorongan yang diberikan, memberikan semangat untuk saya
menyelesaikan pengajian serta mendoakan kesejahteraan saya ketika berada jauh
di perantauan.

Tidak lupa juga kepada kedua-dua pembimbing saya yaitu Bapak Drs.
Ramhadi M.H.I dan Bapak Al Husni S.Ag M.H.I. Merampungkan skripsi jelas
bukanlah suatu yang mudah untuk saya jalani sebagai mahasiswa. Namun
begitu, terima kasih yang tidak terhingga saya ucapakan kepada Bapak
karena telah rela meluangkan waktu untuk membimbing saya mewujudkan
semuanya.

Serta tidak lupa pula terima kasih kepada sahabat-sahabat seperjuangan


yang tergabung dalam Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia
Cabang Jambi, serta teman-teman dari Indonesia maupun teman-teman yang
berada di Malaysia, yang setia memberikan semangat dan dorongan di kala suka
maupun duka, semoga persahabatan kita tetap terjalin dengan baik dan semoga ini
semua kenangan yang terindah dalam hidupku.
Terima kasih atas segalanya.

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadrat Allah SWT di atas segala
rahmat, hidayah dan inayahNya yang mana dalam penyelesaian skripsi ini penulis
selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik. Di samping itu, tidak lupa pula iringan shalawat serta salam
penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW.
Skipsi ini diberi judul “Hukum Melaksanakan Qurban Ke Atas mayit Tanpa
Wasiat” merupakan suatu kajian tentang melakukan qurban ke atas mayit yang
sudah meninggal tanpa wasiat dari si Mati.
Skripsi ini juga disusun untuk melengkapi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam Program Studi Perbandingan
Mazhab, Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Kemudian dalam
penyelesaian skripsi ini, penulis akui, banyak rintangan dan hambatan yang
penulis temui baik dalam mengumpulkan data maupun dalam penyusunannya.
Berkat adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan
dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang wajar penulis ucapkan adalah
kata terima kasih kepada semua pihak yang menyumbangkan waktu, pikiran,
tenaga dan sebagainya, terutama sekali kepada Yang Terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA., Ph. D selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Sayuti, S.Ag., M.H, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
3. Bapak Agus Salim, S.Th.I, MA, M.IR., Ph. D, Dr. Ruslan Abdul Ghani,
SH., M.Hum, dan Dr. H. Ishaq, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I, II dan
III di lingkungan Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
4. Bapak Al Husni S.Ag M.H.I dan Bapak Tasnim selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab (PM) Fakultas Syariah
UIN STS Jambi.

ix
5. Bapak Drs. Rahmadi M.H.I dan Bapak Al Husni S.Ag M.H.I selaku
Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan/karyawati
Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
7. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya, diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT
kita memohon ampunanNya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.
Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.

Jambi, Januari 2023


Penulis,

Shahrul Azwan bin James@Mohd


Zulazmi
103180013

x
Nama : Shahrul Azwan Bin James@Mohd Zulazmi
NIM : 103180013
Judul : Hukum Melaksanakan Qurban ke Atas Mayit Tanpa Wasiat Menurut
Imam Nawawi dan Ibnu Taimiyah

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul: Hukum Melakukan Qurban ke atas Mayit Tanpa Wasiat Menurut
Imam Nawawi dan Ibnu Taimiyah. Kita tahu bahwa berkurban merupakan salah satu
ibadah umat Islam terutama yang mempunyai kelebihan harta dan memanfaatkan
hartanya bukan sahaja untuk ibadah di dunia tetapi untuk bekalnya di akhiratnya sebagai
rasa syukur ke atas nikmat pemberian dari Allah. Sehingga harta yang diberikan akan
tetap terpelihara di jalan Allah dan maqasyid syari’ah dengan tujuan hifdzul mal akan
dapat terwujud. Imam Nawawi berpendapat bila seseorang berkurban untuk orang yang
telah meninggal, yang dilakukan oleh ahli waris atau keluarganya, sewaktu hidup si mayit
harus berwasiat terlebih dahulu kepada ahli warisnya, barulah pelaksanaan kurban atas
nama yang telah meninggal dapat dilaksanakan. Sebaliknya bila seseorang yang telah
meninggal tidak berwasiat dalam ibadah kurban, tidak boleh berkurban atas nama yang
telah meninggal. Akan tetapi berbeda pendapat dengan Ibnu Taimiyah yang
membolehkan berkurban atas nama orang yang telah meninggal tanpa wasiat
sebelumnya. Setelah dilakukan munaqasyah al-adillah dari dua pendapat tersebut, maka
penulis memilih pendapat yang rajih kepada pendapat Ibnu Taimiyah.

xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN...............................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN.....................................................................iv
MOTTO.................................................................................................................v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN................................................vi
PERSEMBAHAN................................................................................................vii
KATA PENGANTAR...........................................................................................ix
ABSTRAK.............................................................................................................xi
DAFTAR ISI.........................................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM.....................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Batasan Masalah..........................................................................................5
D. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
E. Manfaat Penelitian.......................................................................................5
F. Kerangka Teori............................................................................................6
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu.....................................................................8
H. Metode Penelitian......................................................................................10
I. Sistematika Penulisan.................................................................................13
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PUTUSAN HAKIM DAN
PERCERAIAN.....................................................................................................15
A. Pengertian Putusan Hakim dan Perceraian................................................15
B. Dasar Hukum Putusan Hakim dan Perceraian...........................................17
C. Teori Putusan Hakim dan Perceraian.........................................................21
BAB III GAMBARAN UMUM PUTUSAN HAKIM KES MAL BIL: 10007-
054-0315-2020…………………………………………………………………...26
A. Data Identitas Persidangan.........................................................................26
B. Hasil Putusan Hakim Kes Mal Bil: 10007-054-0315-2020.......................26

xii
BAB IV TUNTUTAN PENGESAHAN 2 LAFAZ CERAI DI MAHKAMAH
RENDAH SYARIAH GOMBAK TIMUR, SELANGOR, MALAYSIA……29
A. Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Tuntutan Pengesahan 2 Lafaz Cerai
Kes Mal Bil: 10007-054-0315-2020 di Mahkamah Rendah Syariah
Gombak Timur, Selangor, Malaysia..........................................................29
B. Tinjauan Hukum Putusan Hakim Kes Mal Bil: 10007-054-0315-2020 di
Mahkamah Rendah Syariah Gombak Timur, Selangor, Malaysia............38
BAB V PENUTUP................................................................................................47
A. Kesimpulan................................................................................................47
B. Saran...........................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49
LAMPIRAN – LAMPIRAN................................................................................52
CURRICULUM VITAE......................................................................................63

xii
i
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM

Cet : Cetakan
Dkk : Dan Kawan-kawan
Hlm : Halaman
HR : Hadits Riwayat
SAW : Salla Allahu ‘Alaihi Wa Sallam
SWT : Subhanahu Wa Ta’ala
T.t : Tanpa Tahun
Tnp : Tanpa Nama Penerbit
Ttp : Tanpa Tempat Penerbit

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fitrah manusia.1 Allah

SWT menciptakan manusia memiliki kehendak seksual dimana kaum laki-laki

berkehendak terhadap kaum perempuan dan kaum perempuan berkehendak

terhadap kaum laki-laki. Pernikahan merupakan suatu anugerah daripada Allah

SWT untuk memelihara manusia daripada kerusakan dan kemerosotan akhlak.

Sebagaimana yang kita ketahui, pernikahan juga bertujuan untuk menjalani

kehidupan yang penuh kedamaian, kemakmuran, kebahagiaan dan berkekalan. 2

Oleh karena itu, adanya perintah supaya sebuah pernikahan atau perkawinan

hendaklah atas dasar suka dan rela kedua belah pihak dalam hukum Islam dan

Undang-Undang Perkawinan.

Allah SWT juga telah menetapkan pelbagai adab dan hukum di dalam

sesebuah ikatan pernikahan untuk menjadikan pernikahan tersebut subur dan

kekal. Walau bagaimanapun, terdapat pasangan suami istri atau salah satu

daripada mereka tidak dapat mematuhi adab dan hukum di dalam ikatan

pernikahan tersebut yang seterusnya membawa kepada putusnya pernikahan atau

perceraian.

Perceraian yang disebut di dalam bahasa Arab yaitu “thalaq” atau “furqah”

membawa maksud melepaskan ikatan.3 Manakala talak menurut hukum Islam

1
Zulkifli Mohamad Al-Bakri, Al-Fiqih Al-Manhaji Kekeluargaan Islam dalam Fiqih Al
Syafi’I, cet. Ke-3, (Selangor: Darul Syakir Enterprise, 2015), hlm 7.
2
Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia, Sebuah Kajian dalam Hukum Islam
dan Hukum Material, (Tangerang Selatan: Yayasan Asy-Syari’ah Modern Indonesia, 2018), hlm
266.
3
Wati Rahmi Ria, Hukum Keluarga Islam, (ttp: tnp, 2017), hlm 107.
1
2

adalah ikrar oleh suami yang menyatakan talak atau perceraian dan suami dapat

mengucapkannya dimana dan kapan saja. 4


Walaupun begitu, suami tidak dapat

mempergunakan hak talak tersebut dengan semena-mena.

Terdapat hadits yang berbunyi sebagai berikut: “Tiga hal yang dapat

terjadi baik dengan sunguh-sungguh atau gurauan, yaitu nikah, talak, dan rujuk.”

(HR. Abu Dawud, al-Tarmizi dan Ibn Majah). Berdasarkan hadits ini, perkara

nikah, talak, dan rujuk yang dilakukan atau dinyatakan baik dengan sungguh-

sungguh atau gurauan maka perbuatan itu dapat saja menjadi sah.

Walaupun tidak terdapat ayat Al-Quran yang melarang atau meyuruh

melakukan perceraian, namun perceraian atau talak merupakan perkara halal yang

dibenci oleh Allah SWT. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW yaitu:

“Perbuatan yang halal yang paling dibenci oleh Allah adalah talak.” (HR. Abu

Dawud dan Ibnu Majah).

Menurut hadits di atas, perceraian meurut Allah bukanlah perkara yang

haram.5 Perceraian dibenarkan bagi mereka yang kehidupan rumah tangganya

tidak lagi damai, aman, dan nyaman. Sebaliknya jika rumah tangganya masih

bahagia, dan masih boleh dipertahankan, tentu saja perceraian tidak

diperkenankan.

Pada dasarnya perceraian atau talak adalah perkara yang diperbolehkan

dalam hukum Islam, namun hendaklah hanya dilakukan sebagai jalan keluar yang

terakhir apabila pernikahan itu tidak lagi dapat dipertahankan serta setelah

melakukan segala usaha dan ikhtiar untuk mempertahankan pernikahan tersebut.

4
Baharuddin dan Illy Yanti, Eksistensi dan Implementasi Hukum Islam di Indonesia, cet.
Ke-1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm 159.
5
Sudirman, Pisah Demi Sakinah, Kajian Kasus Perceraian di Pengadilan Agama, cet.
Ke- 1, (Pustaka Radja,2017), hlm 13.
3

Hal ini karena perceraian atau talak adalah perkara halal yang dibenci oleh Allah

SWT.

Talak jika dilihat dari segi boleh atau tidaknya suami untuk rujuk kembali

bersama istrinya adalah seperti berikut:

1. Talak raj’i yaitu talak yang pertama atau kedua, yang mana suami boleh

rujuk kembali bersama istrinya ketika masih dalam tempoh iddah. Pada

waktu ini, suami boleh saja rujuk kembali bersama istrinya kapan saya

asalkan masih dalam tempoh iddah.

2. Talak ba’in adalah talak yang tidak boleh dirujuk kembali melainkan

dengan akad yang baru. Adapun talak ba’in ini dapat dibagi kepada talak

ba’in sughra dan talak ba’in kubra.6

Kemudian jika ditinjau talak dari segi jelas atau tidak lafaznya itu dapat

pula dibagi kepada talak sarih dan talak kinayah. Talak sarih adalah talak yang

dilafazkan dengan lafaz talak yang jelas membawa arti perceraian. Manakala talak

kinayah merupakan talak yang dilafazkan dengan lafaz yang tidak jelas atau

dalam arti kata lain dalam sindiran.

Pada tahun 2020, terdapat satu kasus pengesahan 2 lafaz cerai yang

didaftarkan di Mahkamah Rendah Syariah Gombak Timur, Selangor, Malaysia.

Kasus ini ditetapkan oleh hakim Mahkamah Rendah Syariah Gombak Timur,

Selangor, Malaysia pada 6 Agustus 2020 dengan memutuskan bahwa lafaz talak

pertama yang dilafazkan secra lisan oleh sang suami pada 30 Agustus 2019 pada

6
Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan Islam, cet. Ke-1,
(Yogyakarta: Gama Media, 2017), hlm 107.
4

jam 4pagi adalah sah dan jatuh talak. Hal ini dikuatkan lagi dengan pengakuan

dari sang suami bahwa lafaz tersebut dilafazkan dalam keadaan waras dan sedar.7

Setelah itu, pasangan suami istri tersebut didapati telah rujuk kembali dan

rujuk tersebut sah serta telah disabitkan oleh hakim pada 1 September 2019.

Kemudian 9 Juni 2020, hakim telah memutuskan lafaz talak kedua yang dibuat

oleh sang suami yaitu: “aku ceraikan engkau talak 3”. Lafaz tersebut merupakan

lafaz yang telah menepati syarat dan rukun talak.

Adapun begitu, sang suami mengatakan bahwa lafaz talak 3 tersebut

dilafazkan dalam keadaan waras dan sedar tetapi sang suami tidak mempunyai

niat untuk menceraikan istrinya. Namun hakim memutuskan bahwa lafaz talak 3

tersebut jatuh dan perceraian hendaklah didaftarkan di Pejabat Agama Islam

Daerah Gombak.

Kes Mal Bil: 10007-054-0315-2020 merupakan salah satu kasus

pengesahan 2 lafaz cerai yang pada dasar masalahnya adalah mengenai jumlah

talak talak yang jatuh dan bagaimana pertimbangan hakim dalam putusannya.

Oleh sebab itu, penulis mengangkat sebuat permasalahan yang terdapat dalam

judul: Tuntutan Pengesahan 2 Lafaz Cerai di Mahkamah Rendah Syariah Gombak

Timur, Selangor, Malaysia (Studi Kes Mal Bil: 10007-054-0315-2020).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan di dalam latar belakang permasalahan di atas,

yang menjadi rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

7
Putusan Hakim Muhamad Hisyam bin Zakaria, Kes Mal Bil-10007-054-0315-2020
Tentang Tuntutan Pengesahan Lafaz Cerai, https://www.jakess.gov.my/index.php/ms/sumber-
rujukan/koleksi-penghakiman, diakses pada 16 Mei 2022.
5

1. Bagaimana pertimbangan hakim dalam putusan tuntutan pengesahan 2

lafaz cerai kes mal bil: 10007-054-0315-2020 di Mahkamah Rendah

Syariah Gombak Timur, Selangor, Malaysia?

2. Bagaimana tinjaun hukum putusan hakim kes mal bil: 10007-054-0315-

2020 di Mahkamah Rendah Syariah Gombak Timur, Selangor, Malaysia?

C. Batasan Masalah

Di dalam penulisan proposal ini, penulis telah membataskan permasalahan

yang akan dibahaskan hanya pada tahun 2020 dengen meneliti putusan hakim kes

mal bil: 10007-054-0315-2020 tentang pengesahan 2 lafaz cerai yang berdaftar di

Mahkamah Rendah Syariah Gombak Timur, Selangor, Malaysia.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menyingkapkan apa yang hendak diteliti oleh penulis.

Berdasarkan penelitian yang dinyatakan di atas, terdapat beberapa tujuan

penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam putusan tuntutan

pengesahan 2 lafaz cerai kes mal bil: 10007-054-0315-2020 di Mahkamah

Rendah Syariah Gombak Timur, Selangor, Malaysia.

2. Untuk mengetahui tinjauan hukum putusan hakim kes mal bil: 10007-054-

0315-2020 di Mahkamah Rendah Syariah Gombak Timur, Selangor,

Malaysia.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu:

1. Teoritis
6

a. Menambah ilmu pengetahun tentang perceraian dalam Islam.

b. Mengembangkan pemahaman tentang pengesahan lafaz

cerai yang berlaku di luar persidangan.

2. Praktis

a. Menjadi rujukan dan bahan bacaan bagi mahasiswa dan

masyarakat megenai penyusunan dan pembuatan karya

ilmiah dengan baik.

b. Menjadi pertimbangan hakim menentukan kesahihan talak

yang diucapkan oleh sang suami serta dasar-dasar

penetapan putusan yang digunakan oleh hakim khususnya

di Mahkamah Rendah Syariah Selangor, Malaysia.

3. Akademis

a. Menambah khazanah ilmu pengetahuan pada bidang ilmu

aturan mengenai pengesahan lafaz cerai serta pertimbangan

hakim dalam membuat putusan.

b. Melengkapi syarat untuk menyelesaikan studi dan

menuntaskan gelaran Sarjana Strata Satu (S1) dalam

Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah di

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

F. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah suatu rencana atau gambaran ringkas yang berisi

penjelasan sebagai landasan penelitian yang dilakukan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, teori merupakan pendapat yang didasarkan kepada penelitian


7

dan penemuan yang didukung oleh data dan argumentasi.

1. Teori Putusan Hakim

Putusan hakim merupakan penyataan dari hakim, sebagai pejabat

yang berwenang, yang diucapkan di persidangan, yang bertujuan untuk

menyelesaikan atau mengakhiri suatu sengketa atau suatu perkara antara

para pihak.8

Terdapat tiga unsur penting di dalam suatu putusan hakim yaitu

memuatkan keadilan (Gerechtighkeit), kepastian hukum

(Rechtssicherheit), dan kemanfaatan (Zweckmassigkeit).9

Apabila hakim mampu untuk memuatkan ketiga unsur tersebut

dalam menjatuhkan putusan, maka terwujudlah putusan hakim yang

berkualitas dan meningkatkan profesionalisme lembaga peradilan.

2. Teori Maslahah

a. Maslahah Dharuriyah

Maslahah dharuriyah merupakan kemaslahatan yang

esensial dalam kehidupan manusia dimana kehidupan manusia

tidak mempunyai arti jika salah satu dari lima unsur dasar tersebut

tidak ada.

Menurut penelitian para ahli ushul fiqh untuk mewujudkan

kemaslahatan di dunia dan akhirat, terdapat lima unsur dasar yang

perlu diwujudkan dan dipelihara. Lima unsur dasar tersebut yaitu

8
Endang Hadrian dan Lukman Hakim, Hukum Acara Perdata di Indonesia:
Permasalahan Eksekusi dan Mediasi, cet. Ke-1, (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2020), hlm.
51.
9
Edi Rosadi, “Putusan Hakim Yang Berkeadilan”, Badamai Law Journal, Vol 1, (April
2016), hlm. 382.
8

memelihara agama (hifz al-din), memelihara jiwa (hifz al-nafs),

memelihara akal (hifz al-‘aql), memelihara keturunan (hifz al-nasl),

dan memelihara harta (hifz al-mal).

b. Maslahah Hajiyyah

Maslahah hajiyyah merupakan maslahah yang tahap

esensial dalam kehidupan manusia tidak sampai pada tahap

dharuriyah. Justru maslahah hajiyyah ini memberi keringanan dan

mempermudah kepentingan pokok dalam hal memenuhi kebutuhan

kehidupan manusia.

Namun pengaturan tentang pengesahan lafaz cerai ini

termasuk dalam cakup maslahah dharuriyah yaitu memelihara

keturunan (hifz al-nasl) karena telah disyari’atkannya pernikahan

dan larangan berzina. Seharusnya salah satu tujuan pernikahan

adalah untuk mendapatkan keturunan.

Selain itu, status perceraian yang dilakukan di luar

persidangan adalah tidak jelas dan tidak sah seterusnya akan

mengakibatkan masalah keturunan jika tidak di sahkan perceraian

tersebut.

G. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tinjauan ini adalah uraian hasil-hasil penelitian terdahulu (penelitian-

penelitian lain) yang berkaitan dengan penelitian ini pada aspek fokus/tema yang

diteliti. Berdasarkan kajian yang telah penelti lakukan, terdapat tiga judul skripsi

mengenai perceraian dan dua daripadanya membahas analisis terhadap putusan


9

hakim.

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Munandar dengan judul: Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Talak di Luar Pengadilan Agama Pada Masyarakat di

Kecematan Lappariaja Kabupaten Bone. Di dalam skripsinya, Munandar

menjelaskan hukum Islam terhadap talak di luar pengadilan dan menyatakan

dampak terhadap status perceraian yang tidak disahkan.10

Kedua, skripsi berjudul: Analisis Terhadap Pertimbangan Hakim Dalam

Memutuskan Perkara Cerai Talak Ghaib (Putusan

Nomor.220/Pdt.G/2020/PA.Jmb) yang ditulis oleh Asmarita. Di dalam skripsinya,

Asmarita meneliti bagaimana pertimbangan hakim terhadap penyelesaian kasus

perkara tentang Cerai Talak Ghaib di Pengadilan Agama Jambi.11

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Ahmad Zul Majdi Bin Mohd Amri dengan

judul skripsinya: Efektivitas Penyelesaian Perkara Perceraian Melalui Sistem

Mediasi (Studi Kasus Di Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Negeri Terengganu).

Ahmad Zul Majdi Bin Mohd Amri telah menjelaskan mengenai tatacara

perceraian melalui sistem mediasi di Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Negeri

Terengganu dan efektivitas penyelesaian perkara perceraian tersebut.12

Dalam ketiga skripsi tersebut, penulis menemukan persamaan yaitu

membahas mengenai perceraian dan dua daripadanya membahas analisis terhadap

10
Munandar, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Talak di Luar Pengadilan Agama Pada
Masyarakat di Kecematan Lappariaja Kabupaten Bone”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Alauddin Makasaar, (2017), hlm. 51.
11
Asmarita, “Anaslisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Memutuskan Perkara Cerai
Talak Ghaib (Putusan Nomor.220/Pdt.G/2020/PA.Jmb)”, Skripsi Fakultas Syariah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi, (2022), hlm. 7.
12
Ahmad Zul Majdi Bin Mohd Amri, “Efektivitas Penyelesaian Perkara Perceraian Melalui
Sistem Mediasi (Studi Kasus Di Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Negeri Terengganu)”, Skripsi
Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, (2019), hlm. 5.
10

putusan hakim. Adapun perbezaan antara penulis sekarang dengan peneliti-

peneliti terdahulu adalah mengenai tema penelitian dalam perceraian tersebut.

Peneliti-peneliti terdahulu lebih meneliti tentang hukum Islam terhadap

talak di luar persidangan, cerai gugat dan cerai talak. Sedangkan perbahasan

penulis sendiri adalah memfokuskan kepada pertimbangan hakim dalam putusan

tuntutan pengesahan 2 lafaz cerai kes mal bil: 10007-054-0315-2020 serta

tinjauan hukum putusan hakim tersebut.

H. Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Sugiyono adalah cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam melakukan

penelitian, penulis menggunakan metode yang mudah untuk menganalisa,

membahas dan mengumpul data. Antara metode yang penulis gunakan adalah

seperti berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Menurut Creswell, J.W, penelitian kualitatif

merupakan proses penelitian untuk membuat penjelasan menyeluruh dan

kompleks yang disajikan dengan kata-kata, melaporkan pandangan terinci

yang didapati dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam setting

yang alamiah.13

Tujuannya adalah untuk memahami gejala sosial atau fenomena

dengan mengutamakan penjelasan yang lengkap tentang penelitian yang

diteliti oleh penulis.

Puji Rianto, Modul Metode Penelitian Kualitatif, cet. Ke-1, (Yogyakarta: Penerbit
13

Komunikasi UII, 2020), hlm. 3.


11

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis dalam

penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif studi kasus (case

approach). pendekatan yuridis normatif merupakan pendekatan yang dibuat

bersumber pada bahan hukum utama dengan mempelajari konsep-konsep,

teori-teori, peraturan perundang-undangan serta asas-asas hukum yang

bersangkutan dengan penelitian yang dilakukan.

Justru itu, pendekatan kasus ini dapat dibuat dengan

melakukan kajian terhadap kasus yang berkaitan dengan masalah yang

telah menjadi putusan pengadilan yaitu salinan putusan hakim bagi kes mal

bil: 10007-054-0315-2020 di Mahkamah Rendah Syariah Gombak Timur,

Selangor, Malaysia dan telah memiliki hukum tetap.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data utama dalam membahas suatu

masalah. Dalam penelitian ini, data primer adalah putusan hakim.

Sumber data primernya adalah putusan hakim bagi kes mal bil:

10007-054-0315-2020 di Mahkamah Rendah Syariah Gombak

Timur, Selangor, Malaysia dan peraturan perundang-undangan

antaranya Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Negeri

Selangor Tahun 2003.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah keterangan atau data yang diperoleh


12

melalui perantara atau secara tidak langsung. Data sekunder

juga sebagai pendukung dalam mendapatkan hasil

penelitian. Seperti penjelasan diatas, sumber sekunder yang

diperoleh oleh penulis adalah buku-buku mengenai

perceraian, termasuk kitab fiqh tentang perceraian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan instrumen yang digunakan

untuk mengumpul fakta dan data penelitian. Adapun instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi.

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau informasi yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti yaitu salinan putusan hakim

bagi kes mal bil: 10007-054-0315-2020 di Mahkamah Rendah Syariah

Gombak Timur, Selangor, Malaysia.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari data dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil dokumentasi, wawancara,

dan bahan-bahan lainnya sehingga mudah dipahami dan isinya dapat

diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data dalam penelitian secara teknis dilakukan secara

induktif yaitu analisis yang melalui dari pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan.

a. Pengumpulan Data
13

Pengumpulan data merupakan pengumpulan yang didapati

berupa dokumen-dokumen, arsip-arsip, dan lainnya. Penulis

kemudian memeriksa kembali untuk diaturkan.

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyerderhanaan, pengabstrakan, dan transformasi

kata dasar yang timbul dari catatan tertulis di lapangan.

c. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat dan

terkait hubungan antar kategori supaya memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi. Data dalam penelitian ini diperoleh

penulis melalui beberapa metode, yaitu metode dokumentasi, dan

metode wawancara.

d. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman

hanyalah Sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.

Kesimpulan- kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung.

I. Sistematika Penulisan

Di dalam penelitian ini penulis telah menyusun sistematika penulisan dan

membahagikan kepada lima bab dan setiap bab mengandungi beberapa sub-bab

yang menjelaskan permasalahan-permasalahan yang berkaitan. Penyusunannya

adalah seperti berikut:

Bab I mengenai pendahuluan yang mengandungi latar belakang masalah,


14

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kerangka teori, tinjauan pustaka dan metode penelitian yang menjelaskan tentang

jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber dan jenis data, teknik

pengumpulan data, metode analisis data, serta sistematika penulisan.

Bab II membahas tinjauan umum tentang putusan hakim dan perceraian.

Bab III membahas gambaran umum putusan hakim kes mal bil: 10007-

054-

0315-2020.

Bab IV terdiri daripada pembahasan dan hasil penelitian yang

mengandungi putusan hakim di Mahkamah Rendah Syariah Gombak Timur,

Selangor, Malaysia bagi pengesahan 2 lafaz cerai kes mal bil: 10007-054-0315-

2020.

Bab V terdiri daripada penutup, kesimpulan dan saran


BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PUTUSAN HAKIM DAN PERCERAIAN

A. Pengertian Putusan Hakim dan Perceraian

1. Pengertian Putusan Hakim

Pengertian putusan hakim tidak ditemukan dalam Undang-Undang

Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Walaupun begitu:

Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan,


juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk
mengadili.14

Ketentuan tersebut pada asasnya hanya menentukan perkara-

perkara yang harus dimuatkan di dalam sebuah putusan hakim, namun

dalam proses pelaksanaannya terdapat beberapa pandangan serta doktrin

daripada para ahli hukum tentang pengertian putusan hakim.

Keputusan merupakan sebuah pernyatakan hakim yang dibuat

secara tertulis dan hakim mengucapkannya dalam persidangan yang

terbuka untuk umum sebagai dapatan dari pemeriksaan perkara gugatan

(kontentius).15

Kemudian menurut Sudikno Mertokusumo sebagaimana yang

dikutip oleh Endang Hadrian dan Lukman Hakim, putusan hakim

merupakan suatu pernyataan yang dibuat oleh hakim, sebagai pejabat yang

berwenang, yang diucapkan di persidangan, dengan tujuan untuk

meyelesaikan atau mengakhiri suatu sengketa atau suatu perkara antara

para

14
Pasal 50 ayat (1).
15
Yulia, Hukum Acara Perdata, cet. Ke-1, (Sulawesi: Unimal Press, 2018), hlm. 81.

15
16

pihak.16

Sedangkan Rubini dan Chaidir Ali menyatakan bahwa putusan

hakim adalah suatu akta penutup daripada suatu proses perkara dan

putusan hakim tersebut disebut Vonis yang mengikut kesimpulan-

kesimpulan terakhir tentang hukum dari hakim serta memuatkan akibat-

akibatnya.17

Selain itu menurut Sudirman L, putusan merupakan keputusan

pengadilan atas perkara gugatan berdasarkan wujudnya sengketa. Putusan

pengadilan tersebut mengikat kedua-dua pihak dan mempunyai kekuatan

pembuktian sehingga putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap

boleh dilakukan eksekusi.18

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa putusan hakim adalah

pernyataan dari hakim, sebagai pejabat yang berwenang, yang diucapkan

di persidangan, yang bertujuan untuk menyelesaikan atau mengakhiri

suatu sengketa atau suatu perkara antara para pihak.

2. Pengertian Perceraian

Dalam bahasa Arab, perceraian dikenal dengan istilah talak. 19

Talak menurut bahasa adalah membebaskan dan melepaskan tali. 20 Secara

umum, perceraian atau talak adalah terputusnya ikatan atau hubungan

perkawinan di antara suami dan istri.

16
Endang Hadrian dan Lukman Hakim, Hukum Acara Perdata di Indonesia…, hlm. 51.
17
Dikutip oleh Endang Hadrian dan Lukman Hakim, Hukum Acara Perdata di Indonesia:
Permasalahan Eksekusi dan Mediasi, cet. Ke-1, (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2020), hlm. 51.
18
Sudirman L, Hukum Acara Peradilan Agama, cet Ke-1, (Sulawesi Selatan: IAIN
Parepare Nusantara Press, 2021), hlm 110.
19
Rusdaya Basri, Fikih Munakahat 2, (Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press, 2020),
hlm 1.
20
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat,
(Jakarta: Amzah, 2019), hlm 255.
17

Pengertian perceraian atau talak yang diberikan oleh para ulama

seperti yang dinyatakan oleh Sayyid Sabiq, “perceraian adalah melepaskan

ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan.”21 Sedangkan

menurut Imam Taqiyuddin, “talak menurut bahasa adalah melepaskan

ikatan, dan menurut istilah syarak adalah melepaskan ikatan perkawinan

(nikah).”22

Oleh yang demikian, melalui berbagai pengertian yang diberikan

oleh para ahli seperti di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perceraian

adalah berakhirnya hubungan perkawinan atau pernikahan di antara suami

dan istri sehingga keduanya tidak lagi halal bergaul seperti layaknya

hubungan suami istri.

B. Dasar Hukum Putusan Hakim dan Perceraian

1. Dasar Hukum Putusan Hakim

Proses penulisan putusan hakim merupakan sebagian daripada

tindakan persidangan yang dibuat untuk memutuskan perkara. Untuk itu,

amatlah penting bagi suatu putusan hakim itu dibuat secara tepat dan adil

untuk para pihak karena Islam amat menuntut umatnya supaya menjadi

adil, sama ada adil dalam penghakiman ataupun pemerintahan. Hal ini

berdasarkan firman Allah SWT:

‫َو َاِـذا َح َك ْم ُْتـم َْبـ َْي النها ِس َا ْن ََْت ُك ُمْـوا‬

)۸۵ : ‫ب َْلـع ْدِـل (سورة النساء‬


“Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah

21
Dikutip oleh Ahmad Rajafi, Nalar Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Yogyakarta:
Istana Publishing, 2015), hlm 142.
22
Dikutip oleh Ahmad Rajafi, Nalar Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Yogyakarta:
Istana Publishing, 2015), hlm 142.
18

kamu tetapkan secara adil.” 23

Menurut Enakmen Tatacara Mal Mahkamah Syariah Negeri

Selangor Tahun 2003 Tentang Penghakiman dan Perintah, “tiap-tiap

Hakim perbicaraan hendaklah menyampaikan penghakiman bertulis.” 24

Kemudian seperti yang dituang dalam Arahan Amalan Jabatan

Kehakiman Syariah Malaysia Tahun 2001 Tentang Alasan Penghakiman,

“alasan penghakiman hendaklah menyentuh isu yang dibangkitkan,

pemakaian undang-undang, hukum syarak, pentafsiran dan ulasan ke atas

hujah-hujah pihak-pihak, otoriti kes yang dirujuk.”25

Maka dengan itu, putusan hakim atau penghakiman hendaklah

dibuat secara bertulis serta memuatkan hal yang dibangkitkan, pemakaian

undang-undang, hukum syarak, penafsiran dan keutamaan kasus yang

dirujuk.

2. Dasar Hukum Perceraian

Perceraian yang disebut di dalam bahasa Arab yaitu “thalaq” atau

“furqah” membawa maksud melepaskan ikatan. Manakala talak menurut

hukum Islam adalah ikrar oleh suami yang menyatakan talak atau

perceraian dan suami dapat mengucapkannya dimana dan kapan saja.

Walaupun begitu, suami tidak dapat mempergunakan hak talak tersebut

dengan semena-mena.

Terdapat dalil ayat al-Qur’an yang dapat digunakan sebagai dasar

23
An-Nisa’ (4):58.
24
Seksyen 130 Tahun 2003.
25
No.6 Tahun 2001.
19

hukum perceraian. Sebagaimana firman Allah SWT:

ِ ِ
¹‫َوا ْن َ َعـُزموا الط َهـَل َق َفا هن ا َه‬
)۷۲۲ : ‫ّ َل َِ َْسـي ٌع َع ْلِيم (سورة البقرة‬
“Jika mereka berketetapan hati untuk bercerai, sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”26

Menurut Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Negeri

Selangor Tahun 2003 Tentang Perceraian Dengan Talak Atau Dengan

Perintah:27

Seseorang suami atau seseorang isteri yang hendak bercerai


hendaklah menyerahkan suatu permohonan untuk perceraian kepada
Mahkamah dalam borang yang ditetapkan, disertai dengan suatu akuan
berkanun yang mengandungi:
a. Butir-butir mengenai perkahwinan itu dan nama, umur dan
jantina anak-anak, jika ada, hasil dari perkahwinan itu;
b. Butir-butir mengenai fakta-fakta yang memberi bidang
kuasa kepada Mahkamah di bawah seksyen 45;
c. Butir-butir mengenai apa-apa prosiding yang dahulu
mengenai hal ehwal suami isteri antara pihak-pihak itu,
termasuk tempat prosiding itu;
d. Suatu pernyataan tentang sebab-sebab hendak bercerai;
e. Suatu pernyataan tentang sama ada apa-apa, dan, jika ada,
apakah langkah-langkah yang telah diambil untuk mencapai
perdamaian;
f. Syarat apa-apa perjanjian berkenaan dengan nafkah dan
tempat kediaman bagi isteri dan anak-anak dari
perkahwinan itu, jika ada, peruntukan bagi pemeliharaan
dan penjagaan anak-anak dari perkahwinan itu, jika ada,
dan pembahagian apa-apa aset yang diperoleh melalui
usaha bersama pihak- pihak itu, jika ada, atau, jika tiada,
sesuatu persetujuan tersebut telah tercapai, cadangan
permohon mengenai hal- hal itu; dan
g. Butir-butir mengenai perintah yang diminta.
Manakala untuk mendaftarkan perceraian juga telah diatur dalam

enakmen yang sama yaitu:

Jika sesuatu lafaz talak di hadapan Mahkamah atau sesuatu


perintah perceraian atau pembatalan, di mana jua telah diberi, telah
membubarkan
26
Al-Baqarah (2):227.
27
Seksyen 47 ayat (1).
20

sesuatu perkahwinan yang telah diakadnikahkan dalam Negeri Selangor


dan telah didaftarkan di bawah Enakmen ini atau di bawah mana-mana
undang- undang bertulis yang berkuat kuasa sebelum Enakmen ini,
Pendaftar berkenaan dan Ketua Pendaftar hendaklah, apabila
mendaftarkan talak atau perintah itu, mengarahkan supaya catatan
mengenai perkahwinan itu dalam Daftar Perkahwinan ditandakan dengan
perkataan “dibubarkan” dan dengan rujukan mengenai perbicaraan dalam
mana talak itu telah dilafazkan atau perintah itu telah dibuat.28

Kemudian mengenai kasus perceraian di luar persidangan

ditetapkan dalam Seksyen 57:29

Ayat (1), walau apa pun Seksyen 55, seseorang yang telah
menceraikan isterinya dengan lafaz talak di luar Mahkamah dan tanpa
kebenaran Mahkamah, hendaklah dalam masa tujuh hari dari pelafazan
talak itu melaporkan kepada Mahkamah.
Ayat (2), Mahkamah hendaklah mengadakan siasatan untuk
memastikan sama ada talak yang dilafazkan itu adalah sah mengikut
hukum syarak.
Ayat (3), jika Mahkamah berpuashati bahawa talak yang telah
dilafazkan itu adalah sah mengikut hukum syarak, maka Mahkamah
hendaklah, tertakluk kepada Seksyen 125:
a. Membuat perintah membenarkan perceraian dengan talak;
b. Merekodkan perceraian itu; dan
c. Menghantar salinan rekod itu kepada Pendaftar yang
berkenaan dan kepada Ketua Pendaftar bagi pendaftaran.

Perceraian yang berlaku di luar persidangan dan tanpa kebenaran

persidangan juga diatur dalam Seksyen 125 yaitu:

Jika seseorang lelaki menceraikan isterinya dengan melafazkan


talak dengan apa-apa bentuk diluar Mahkamah dan tanpa kebenaran
Mahkamah itu maka dia adalah melakukan suatu kesalahan dan hendaklah
dihukum denda tidak melebihi satu ribu ringgit atau penjara tidak melebihi
enam bulan atau kedua-duanya denda dan penjara itu.30

28
Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Selangor Tahun 2003 Tentang
Penyenggaraan Daftar Perceraian dan Pembatalan, Seksyen 55 ayat (4).
29
Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Selangor Tahun 2003 Tentang
Pendaftaran Perceraian di luar Mahkamah, Seksyen 57 ayat (1), (2) dan (3).
30
Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Selangor Tahun 2003 Tentang
Pembubaran Perkahwinan, Seksyen 125 Perceraian di luar Mahkamah dan tanpa kebenaran
Mahkamah.
21

Berdasarkan pengaturan-pengaturan diatas, dapat disimpulkan

bahawa setiap kasus perceraian yang berlaku sama ada di hadapan

persidangan atau di luar persidangan dan tanpa kebenaran persidangan

hendaklah didaftarkan ke persidangan oleh pasangan suami dan istri

tersebut.

Selain itu, suami yang melafazkan talak diluar persidangan dan

tanpa kebenaran persidangan merupakan suatu kesalahan dan akan

dikenakan sanksi yaitu tidak melebihi satu ribu ringgit atau penjara tidak

melebihi enam bulan atau kedua-duanya denda dan penjara itu.

C. Teori Putusan Hakim dan Perceraian

1. Teori Putusan Hakim

Sebuah putusan hakim haruslah mengandungi tiga unsur yang

penting yaitu keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan. Dalam

melaksanakannya, tidaklah mudah bagi seorang hakim untuk

menggabungkan ketiga-tiga unsur tersebut karena kebiasaannya akan

saling berselisihan.

Hakim merupakan Pejabat Negara yang berwenang untuk

memutuskan perkara di dalam sebuah persidangan merupakan seorang

manusia yang bukan mesin atau robot. Oleh yang demikian, seorang

hakim ketika membuat putusan diharuskan untuk mempunyai kualitas dan

keahlian, sama ada berkaitan dengan ilmunya, kesehatan mental serta


22

pribadinya.31

Pada akhirnya setiap putusan hakim itu harus dapat

dipertanggungjawabkan. Seorang hakim dipertanggungjawabkan atas

putusannya berdasarkan pada pertimbangan hukum. Justru itu,

pertimbangan hukum seharusnya diatur dan disusun menggunakan hukum

yang tepat dan benar. Hal ini karena, suatu putusan hakim tersebut

harapnya dapat diterima oleh para pihak tanpa merasakan ada hak yang

dilanggar dan memenuhi unsur keadilan.

Keadilan adalah titik tengah dalam penetapan hukum. Meskipun

demikian, dua unsur lain yaitu kepastian hukum dan kemanfaatan

bukanlah tidak berhubungan dari keadilan. Menurut Gustav Radbruch

untuk menjamin kepastian hukum, bahwa hukum termasuk keadilan

sebenarnya berfungsi sebagai aturan yang harus diikuti. Ketika adanya

aturan yang harus diikuti, maka keadilan itu nyata membawa manfaat

kepada kehidupan masyarakat.32

Masyarakat mempunyai keperluan bahwa keadilan harus

diperhatikan dalam penegakan atau pelaksanaan hukum. Hal ini karena

hukum adalah umum yang menghubungkan semua orang dan bersifat

sama rata. Di samping itu, masyarakat turut menginginkan wujudnya

kepastian hukum agar masyarakat akan lebih mengikut aturan dan tertib.

Selainnya, masyarakat juga mengharapkan kemanfaatan dalam

31
Yunanto, “Menerjemahkan Keadilan dalam Putusan Hakim,” Jurnal Hukum Progresif,
Vol. 7, No. 2, (Oktober 2019), hlm. 197.
32
Dikutip oleh Yunanto, “Menerjemahkan Keadilan dalam Putusan Hakim,” Jurnal Hukum
Progresif, Vol. 7, No. 2, (Oktober 2019), hlm. 200.
23

penegakan atau pelaksanaan hukum supaya tidak menimbulkan resah dan

ketakutan kepada masyarakat. Sebagai kesimpulan, dalam menegakkan

atau melaksanakan hukum haruslah ditemukan kompromi diantara ketiga-

tiga unsur tersebut.

2. Teori Perceraian

Perceraian berarti berakhirnya hubungan perkawinan atau

pernikahan di antara suami dan istri sehingga keduanya tidak lagi halal

bergaul seperti layaknya hubungan suami istri. Pada dasarnya perceraian

atau talak adalah perkara yang diperbolehkan dalam hukum Islam.

Walaupun demikian, perceraian hendaklah hanya dilakukan

sebagai jalan keluar yang terakhir apabila pernikahan itu tidak lagi dapat

dipertahankan serta setelah melakukan segala usaha dan ikhtiar untuk

mempertahankan pernikahan tersebut. Hal ini karena perceraian atau talak

adalah perkara halal yang dibenci oleh Allah SWT.

Perceraian sekiranya ditinjau dari segi boleh atau tidaknya suami

untuk merujuk kembali bersama istrinya dibagi menjadi dua macam yaitu:

a. Talak raj’i yaitu talak yang pertama atau kedua, yang suami

mempunyai hak untuk rujuk kembali istrinya selama

istrinya dalam tempoh iddah tanpa akad nikah yang baru.

b. Talak ba’in adalah talak yang tidak boleh dirujuk kembali,

melainkan dengan akad nikah yang baru walaupun dalam

tempoh iddah. Adapun talak ba’in ini dapat dibagi menjadi

talak ba’in sughra dan talak ba’in kubra. Talak ba’in

sughra
24

adalah talak yang dilafazkan oleh suami yang tidak boleh

dirujuk kembali, melainkan dengan akad nikah yang baru.

Selanjutnya, talak ba’in kubra pula adalah talak tiga yakni

menurut sebahagian besar ulama merupakan talak yang

dilafazkan dengan cara bertahap atau sekaligus, sehingga

istri tidak lagi halal untuk digauli melainkan bekas istri

menikah dah telah bersama dengan suami barunya, dan

mereka telah berpisah atau bercerai secara benar dan

wajar.33

Di samping itu, perceraian dari segi pengucapannya dapat pula

dibagi menjadi dua yaitu:34

a. Talak sarih merupakan talak yang dilafazkan dengan jelas

artinya mengenai perceraian.

b. Talak kinayah adalah talak yang dilafazkan dengan tidak

jelas mengenai perceraian atau dalam arti kata lain, talak

yang dilafazkan melalui sindiran.

Dalam hal rukun talak serta syarat-syaratnya dapat pula dibagi

sebagai berikut:

a. Suami yaitu yang memiliki hak talak serta berkuasa untuk

melafazkannya atau tidak melafazkannya. Untuk talak itu

menjadi sah, suami disyaratkan baligh yaitu dewasa,

mempunyai akal yang sehat karena talak yang dilafazkan

33
Jamhuri dan Zuhra, “Konsep Talak Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (Analisis Waktu
dan Jumlah Penjatuhan Talak),” Media Syari’ah, Vol. 20, No.1, (2018), hlm. 103.
34
Rusli Halil Nasution, “Talak Menurut Hukum Islam,” Al-Hadi, Vol.3, No.2, (Januari-
Juni, 2018), hlm. 710.
25

oleh orang yang gila adalah tidak sah, dan atas keinginan

sendiri yaitu suami mempunyai kehendak sendiri untuk

melafazkan talak.

b. Istri yakni suami hanya memiliki hak untuk menjatuhkan

talak kepada istrinya sendiri. Maka bagi istri tersebut

disyaratkan bahwa istri yang telah dinikahi secara sah, istri

yang masih dalam ikatan pernikahan yang sah, istri yang

tidak dalam keadaan haid dan istri yang menjalani tempoh

iddah talak raj’i.

c. Lafaz talak yaitu lafaz atau kata-kata yang dibuat oleh

suami kepada istrinya yang membawa arti perceraian sama

ada talak itu secara sarih atau secara kinayah, baik dalam

bentuk ucapan atau tulisan, isyarat untuk suami yang tidak

bisa bicara, ataupun atas suruhan orang lain.


BAB III

GAMBARAN UMUM PUTUSAN HAKIM KES MAL BIL: 10007-054-0315-

2020

A. Data Identitas Persidangan

1. Nomor Perkara : 10007-054-0315-2020

2. Tanggal Persidangan : 6 Agustus 2020

3. Tempat Persidangan : Mahkamah Rendah Syariah Gombak

Timur, Selangor, Malaysia

4. Identitas Para Pihak : Pihak Pemohon (MHM)

: Pihak Termohon (MMJ)

5. Identitas Hakim : Tuan Muhamad Hisyam Bin Zakaria

B. Hasil Putusan Hakim Kes Mal Bil: 10007-054-0315-2020

1. Fakta kasus

a. Kasus ini adalah satu permohonan yang dibuat oleh Pemohon yaitu

suami yang memohon untuk mengesahkan 2 lafaz cerai yang

didakwa berlaku di luar persidangan.

b. Permohon telah bernikah dengan Termohon pada 4 Agustus 2018

di Pejabat Agama Islam Daerah Petaling Jaya, Selangor, Malaysia

dengan Surat Perakuan Nikah Negeri Selangor, Malaysia No.Siri:

250930 bil. Daftar:3509/2018.

c. Saman dan Penyata Tuntutan telah disempurnakan kepada

Termohon secara Kediri.

d. Fakta yang menjadi isu dalam kasus ini, adakah lafaz cerai talak 3

26
27

oleh Pemohon memenuhi rukun dan syarat talak atau tidak dan

berapak jumlah talak yang gugur dari lafaz tersebut jika mahkamah

menyabitkannya. Begitu juga status dakwaan Pemohon bahwa dia

melafazkan talak dalam keadaan tiada niat cerai.

2. Putusan Hakim

a. Persidangan memutuskan lafaz talak yang telah dilakukan secara

lisan oleh Pemohon pada tanggal 30 Agustus 2019 jam 4 pagi

secara lisan adalah sah dan jatuh talak. Hal ini dikuatkan lagi

dengan pengakuan dari Pemohon memahami arti cerai dan

Pemohon mengakuinya dalam keadaan sedar dan waras.

b. Persidangan mendapati Termohon dalam keadaan haid ketika lafaz

talak dilafazkan serta Termohon tidak hamil dan memutuskan

mulai tanggal tersebut jatuhlah talak kepada Termohon dengan

talak 1 kali pertama secara talak raj’i dan harus beriddah selama 3

kali suci.

c. Persidangan mensabitkan rujuk berlaku secara sah pada tanggal 1

September 2019 antara Pemohon dan Termohon setelah

mengambil keterangan dari Pemohon dan Termohon mengenai

pengakuan Pemohon melafazkan rujuk kepada Termohon.

d. Persidangan memutuskan lafaz talak yang kedua pada tanggal 9

Juni 2020 yang dilakukan oleh Pemohon yaitu “aku ceraikan

engkau talak 3” merupakan lafaz yang telah menepati rukun dan

syarat talak setelah bertanyakan kepada Pemohon sama ada

memahami arti talak 3, Pemohon telah menyebutkan dalam

keterangannya bahwa talak


28

yang tidak membenarkannya merujuk kembali Termohon atau

istrinya. Pemohon melafazkan talak 3 dalam keadaan sedar dan

waras, tetapi Pemohon mengatakan tidak mempunyai niat cerai

ketika itu. Oleh yang demikian, diputuskan lafaz tersebut jatuh

talak 3 kepada Termohon dan Termohon harus beriddah selama 3

kali suci bermula tanggal tersebut.

e. Persidangan memerintahkan perceraian hendaklah didaftarkan di

Pejabat Agama Islam Daerah Gombak dan surat perakuan nikah

yang asal Negeri Selangor No Siri: 250930 bil. Daftar: 3509/2018

hendaklah dipulangkan dan didaftarkan.

f. Mana-mana pihak yang tidak berpuashati dengan keputusan ini,

hendaklah membuat rayuan dalam tempoh 14 hari daripada hari ini.


BAB IV

TUNTUTAN PENGESAHAN 2 LAFAZ CERAI DI MAHKAMAH

RENDAH SYARIAH GOMBAK TIMUR, SELANGOR,

MALAYSIA

A. Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Tuntutan Pengesahan 2 Lafaz Cerai

Kes Mal Bil: 10007-054-0315-2020 di Mahkamah Rendah Syariah

Gombak Timur, Selangor, Malaysia

Hakim dalam menetapkan suatu putusan hendaklah mengikut ketetapan

seperti yang telah dimuatkan dalam Arahan Amalan Jabatan Kehakiman

Syariah Malaysia, Tentang Amalan Pengesahan Talak Di Luar Dan Tanpa

Kebenaran Mahkamah. Arahan amalan tersebut telah dipersetujui dan disahkan

oleh Ketua- Ketua Hakim Syariah Negeri Seluruh Malaysia dan berkuatkuasa

mulai 15 Juni 2007.

Kemudian dalam Enakmen Tatacara Mal Mahkamah Syariah Negeri

Selangor Tahun 2003 Tentang Pendengaran memuatkan bahwa:

Mahkamah hendaklah merekodkan keterangan yang diberikan dan, setakat


yang didapati perlu, penghujahan undang-undang yang dibuat, termasuk apa-
apa bantahan terhadap keterangan, dan boleh merekodkan apa-apa pemerhatian
tentang tingkah laku saksi dan perkara material yang lain.35

Dalam kasus ini, suami yang selanjutnya disebut Pemohon menyatakan

ada dua lafaz talak yang didakwa telah berlaku di luar dan tanpa kebenaran

persidangan serta ingin disahkan. Pemohon mendakwa bahwa pada tanggal 30

Agustus 2019 jam 4 pagi telah melafazkan cerai kepada istri selanjutnya

disebut Termohon dengan cara lisan yaitu “aku ceraikan engkau talak 1”

dimana pada

35
Seksyen 125 Tahun 2003.
29
30

waktu itu Termohon berada di atas katil.

Sesudah itu, Pemohon juga mendakwa bahwa telah melafazkan cerai talak

3 kepada Pemohon dalam keadaan sedar dan waras pada 9 Juni 2020 dengan

lafaz “aku ceraikan engkau talak 3”. Pemohon telah mengakui bahwa dirinya

memahami arti talak 3 yaitu lafaz talak yang tidak membenarkannya merujuk

kembali dan tidak boleh menikahi kembali Termohon atau istrinya. Cuma

Pemohon mengatakan tidak mempunyai niat cerai ketika itu.

Bersumberkan pada keterangan Pemohon dan Termohon, masing-masing

mempunyai pendapat yang sama yaitu mengenai wujudnya lafaz talak seperti

yang dilafazkan oleh Pemohon yaitu lafaz yang pertama adalah talak 1 dan

lafaz yang kedua adalah talak 3. Pemohon turut mengaku bahwa lafaz talak

tersebut dibuat ketika sedar dan waras. Lafaz talak yang dilafazkan Pemohon

juga dilakukan tanpa ada paksaan.

Oleh karena lafaz talak merupakan hak suami maka persidangan

berpendapat bahwa pengakuan Pemohon dalam persidangan dinyatakan dan

disifatkan sebagai ikrar. Ikrar tersebut juga sangat kuat karena menurut al-

Syekh Ahmad Dardir, ikrar adalah pengakuan atas sesuatu yang mewajibkan

hak ke atas orang yang mengaku dengan syarat-syaratnya.36

Pada dasarnya, talak dari segi pengucapannya dibagi kepada dua bentuk

yaitu talak sarih dan talak kinayah. Talak sarih adalah talak yang dilafazkan

dengan jelas artinya mengenai perceraian. Adapun talak kinayah adalah talak

36
Dipetik oleh Muhamad Hisyam bin Zakaria, Putusan Hakim Mahkamah Rendah
Syariah Gombak Timur, Selangor, Malaysia, hlm. 6.
31

yang dilafazkan dengan tidak jelas mengenai perceraian atau dalam arti kata

lain, talak yang dilafazkan melalui sindiran.

Sebelum persidangan menetapkan bentuk lafaz, persidangan telahpun

membuat penilaian terhadap lafaz talak pertama dan talak kedua yang dibuat

oleh Pemohon. Dalam kasus ini, persidangan menetapkan bahwa kedua-kedua

lafaz talak yang dilafazkan oleh Pemohon tersebut adalah lafaz talak sarih yaitu

jelas setelah meneliti lafaz talak tersebut. Lagi pula, Pemohon dan Termohon

juga sepakat dengan fakta tanggal, waktu dan kaidah lafaz talak yang

dilafazkan yaitu secara lisan ketika Termohon berada di atas katil.

Sebenarnya, lafaz talak yang sarih atau jelas tidak perlu niat suami ketika

melafazkannya.37 Dengan kata lain, lafaz talak sarih merupakan lafaz yang

jelas serta terang akan arti dan tujuannya. Dr. Wahbah al-Zuhaili menyatakan

bahwa mazhab Syafi’i, Hambali dan Zhaahiri berpendapat lafaz talak yang

dilafazkan secara jelas ada tiga lafaz yaitu talak, pelepasan, dan perpisahan.38

Sebagaimana

firman Allah SWT:


ٌۢ
‫َالط َهـَل ُق َمهـرهت ِن ۖ َِف ْاـم َسا ٌك‬

)٩٢٢:‫َْبـ ُعـْرو ٍف َْاو َت ْ ِسـرْي ٌح ِِبِ ْح َسان (سورة البقرة‬


“Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat)
menahan (rujuk) dengan cara yang patut atau melepaskan (menceraikan)
dengan baik.”39

Di samping itu, menurut Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Negeri

Selangor Tahun 2003 Tentang Takat Kuasa Untuk Membuat Sesuatu Perintah:

Enakmen ini membolehkan Mahkamah membuat sesuatu perintah


perceraian atau perintah mengenai perceraian atau membenarkan seseorang
37
Mustofa al-Bugha dkk., Kitab Fikah Mazhab Syarie, alih bahasa Ridzuan Bin Hashim
dkk., cet. Ke-1, (Selangor:Pustaka Salam Sdn Bhd, 2016), hlm. 808.
32
38
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, (ttp.:Darul Fikir, t.t), hlm. 337.
39
Al-Baqarah (2):229
33

suami melafazkan talak jika perkahwinan itu telah didaftarkan atau jika
perkahwinan itu telah dilangsungkan mengikut hukum syarak.40

Oleh yang demikian setelah memeriksa fakta kasus, Pemohon didapati

telah bernikah dengan Termohon pada tanggal 4 Agustus 2018 di Pejabat

Agama Islam Daerah Petaling Jaya, Selangor, Malaysia dengan Surat Perakuan

Nikah Negeri Selangor, Malaysia No.Siri: 250930 bil. Daftar:3509/2018.

“Tertakluk kepada hukum syarak, Mahkamah dalam mendengar dan

memutuskan pengesahan talak di luar dan tanpa kebenaran Mahkamah

hendaklah berpuashati bahawa talak itu telah memenuhi rukun-rukun talak.”41

Rukun talak seperti yang dinyatakan adalah suami, istri dan lafaz talak.

Setelah mendengar keterangan dari Pemohon dan Termohon serta

memeriksa fakta kasus, persidangan telah berpuashati karena rukun-rukun talak

telah terpenuhi yaitu suami yang memiliki hak talak telah melafazkan talak,

istri yang ditalak adalah istrinya yang sah dan lafaz talak adalah dilakukan

suami kepada istrinya itu membawa arti perceraian.

Selanjutnya, “Mahkamah sebelum mengesahkan lafaz talak, hendaklah

terlebih dahulu menjalankan penyiasatannya melalui keterangan suami dan

isteri telah memenuhi syarat-syarat talak menurut hukum syarak.”42 Syarat-

syarat talak bagi seorang suami adalah seorang yang baligh menurut hukum

syarak, seorang yang mempunyai akal yang sehat dan suami mempunyai

kehendak sendiri untuk melafazkan talak.

40
Seksyen 45, butir (a) dan (b).
41
Arahan Amalan Jabatan Kehakiman Syariah Malaysia Tahun 2007 Tentang Amalan
Pengesahan Talak Di Luar Dan Tanpa Kebenaran Mahkamah, No.10 ayat (1).
42
Arahan Amalan Jabatan Kehakiman Syariah Malaysia Tahun 2007 Tentang Amalan
Pengesahan Talak Di Luar Dan Tanpa Kebenaran Mahkamah, No.10 ayat (2).
34

Kemudian bagi seorang istri, syarat-syarat talaknya adalah seorang istri

yang masih dalam ikatan pernikahan yang sah atau istri yang masih menjalani

tempoh iddah talak raj’i. Syarat-syarat talak dalam kasus ini juga telahpun

terpenuhi yaitu Pemohon mengakui bahwa telah melafazkan talak secara sedar

dan waras serta masih dalam ikatan pernikahan yang sah dengan Termohon

sewaktu talak dilafazkan.

Selain itu, Arahan Amalan Kehakiman Syariah Malaysia Tahun 2007

Tentang Amalan Pengesahan Talak Di Luar Dan Tanpa Kebenaran Mahkamah

juga memuat aturan mengenai lafaz talak yang dilafazkan oleh suami sebagai

berikut: “Mahkamah hendaklah sebelum mengesahkan sesuatu lafaz talak di

luar Mahkamah dan tanpa kebenaran Mahkamah hendaklah memastikan

bahawa lafaz perceraian itu dilafazkan dengan kerelaan bukan dengan

paksaan.”43 Pemohon ketika memberikan kenyataannya telah mengaku bahwa

kedua-dua talak yang dilafazkan adalah secara sedar dan waras tanpa adanya

paksaaan.

Sehubungan dengan hal bahwa Pemohon tidak mempunyai niat ketika

melafazkan talak sarih tersebut, persidangan berpendapat bahwa alasan

Pemohon itu tidak kuat dan kukuh. Hal ini karena, salah satu syarat untuk

seseorang itu bernikah di mana-mana tempat dalam negara Malaysia adalah

setiap pasangan wajib mengikuti Kursus Pra Pernikahan. Setiap pasangan juga

perlu melampirkan sertifikat mengikuti kursus tersebut bagi tujuan bernikah.

Persidangan yakin dan percaya kedua-dua Pemohon dan Termohon telah

hadir dan mengikuti Kursus Pra Pernikahan tersebut sebelum bernikah, dan

43
No.10 ayat (3) (1).
35

mustahil tidak dinyatakan atau dijelaskan hal-hal terkait pernikahan, perceraian

dan hal-hal lainnya sama ada di dalam perundang-undangan atau hukum syarak

ketika kursus tersebut berlangsung. Oleh yang demikian, persidangan telah

menolak alasan Pemohon tidak berniat cerai tersebut.

Selain daripada itu, perkataan talak merupakan perkataan yang tidak boleh

dilafazkan semena-mena atau main-main. Sekiranya dilafazkan ketika bergurau

ataupun saja-saja, maka boleh jatuh talak. Lagi pula dilafazkan dalam keadaan

atau situasi yang sedar dan waras serta mengetahui akan arti dan tujuannya. Hal

ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW yang bermaksud: “Tiga hal yang dapat

terjadi baik dengan sungguh-sungguh atau gurauan, yaitu nikah, talak, dan

rujuk.” (HR. Abu Dawud, al-Tarmizi dan Ibn Majah).

Sungguhpun demikian, timbul pula persoalan mengenai apakah jatuh talak

3 atau tidak tehadap Termohon. Terdapat beberapa pendapat serta pandangan

terkait dengan sebutan talak 3 sekaligus yaitu sama ada jatuh talak 1 atau jatuh

talak 3. Dalam hal ini, persidangan telah mengambil pandangan jumhur ulama

dari kalangan empat mazhab yaitu mereka berpendapat bahwa jatuh talak 3

sekaligus dan berpandukan al’Quran, al-Sunnah, ijmak sahabat serta al-Qias.

Berdasarkan firman Allah SWT:


ٌۢ
‫َالط َهـَل ُق َمهـرهت ِن ۖ َِف ْاـم َسا ٌك‬
ِِ

‫َْبـ ُعـْرو ٍف َْاو َت ْسِـرْي ٌح ِِبِ ْح َسا ٍن ۗ ََوَل ََِي ُّل َل ُك ْم َا ْن َْت ُخ ُ ْذـوا ِِمهٓا‬
‫اهَتـْـيـُت ُمْـ ُوـه هن َ ْشـي‬
‫´ ًـ‬
‫ٔا اِهَٓل َا ْن‬
‫َّه‬
‫‪36‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َياَفٓا َاهَل ُي ْقـي َما ُح ُ ْدـ َوـد ا هَ‪¹‬‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ّلل ۗ َفا ْن ْخـف ُْتـم َاهَل ُي ْقـي َما ُح ُ ْدـ َوـد ا هَ‪¹‬‬
‫ّلِ ۙ َفـَل‬
‫ُجَن ا َح َعَْلي ِه َما ِْفي َ ۚموام اْفـَتن َ يـد تـ ْعته ِبده ۗ ْتِلح َدكود ُ احهَ ُ ْدـ ُوـد ا ه َّ‪¹‬لِ َفـَل َتـ ْعَت ُ ْدـَوها‬
‫َـ َ ْ ه َـ ِ ُ ُ ْـ َـ ‪¹‬‬ ‫ٰۤ‬
‫ّلل‬
‫َفاُوهلِ ٕـى َك ُه ُم ال هظ ‪ِ¹‬ل ُمْـو َن (سورة‬
‫البقرة‪)٩٢٢:‬‬
‫)‪“Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat‬‬
‫)‪menahan (rujuk) dengan cara yang patut atau melepaskan (menceraikan‬‬
‫‪dengan baik.‬‬
37

Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu (mahar) yang telah kamu
berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir tidak
mampu menjalankan batas-batas ketentuan Allah. Jika kamu (wali) khawatir
bahwa keduanya tidak mampu menjalankan batas-batas (ketentuan) Allah,
maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri)
untuk menebus dirinya. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah, janganlah kamu
melanggarnya. Siapa yang melanggar batas-batas (ketentuan) Allah, mereka
itulah orang-orang zalim.”44

Kemudian bersambung pula firman Allah SWT dalam surat yang sama

yaitu:

‫َفِا ْن َطل َهـق ها ََِت ُّل َله ِم ٌۢن بـ ع ُد ح ه َْزو ًٔجا َ ْغَـْيه ۗ َفاِ ْن َطل َهـق َها فَـَل ُجَنا َح‬
َ َْ ْ َ
ِ
‫َعلَْي ه َمٓا اَ ْن‬ ‫ت َت ْــن ِك َح‬¹ ‫َفـَل‬
ِ ِ‫يَه ح د ود ا ه َّ لل‬
¹َ‫ُح ُ ْدـ ُوـد ا ه‬ ¹ ‫ـ ُ ُ ْـ َـ‬
‫ُنـ َها َلِـ ْقـوٍم يـ ْهـعَل ُ ْمـو َن (سورة‬¹ ِ‫ۗ َوتِْل َك ّلل يـَُبـي‬ ‫تا َ َجـعٓا اِ ْن َظنهٓا َا ْن‬
‫ي‬
‫ِّ ْقـي َما‬
)٠٣٢:‫البقرة‬
“Iika dia menceraikannya kembali (setelah talak kedua), perempuan itu
tidak halal lagi baginya hingga dia menikah dengan laki-laki yang lain. Jika
(suami yang lain itu) sudah menceraikannya, tidak ada dosa bagi keduanya
(suami pertama dan mantan istri) untuk menikah kembali jika keduanya
menduga akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-
ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang yang (mau)
mengetahui.”45

Selanjutnya berdasarkan al-Sunnah yaitu hadits Mahmud Bin Labid yang

diriwayatkan oleh an-Nasae bahwa Nabi Muhammad SAW memarahi mereka

yang menjatuhkan talak 3 sekaligus pada bukan kasus li’an dan baginda

bersabda: “Apakah ia bermain dengan hukum Allah, sedangkan aku masih

berada di kalangan kamu. Sehingga bangun seorang laki-laki dan berkata: Ya

Rasulullah SAW, biar saya membunuhnya.”46

Hadits di atas menunjukkan bahwa perceraian istri dengan talak 3 pada satu
38
44
Al-Baqarah (2):229
45
Al-Baqarah (2):230.
46
Dipetik oleh Muhamad Hisyam bin Zakaria, Putusan Hakim Mahkamah Rendah
Syariah Gombak Timur, Selangor, Malaysia, hlm. 8.
39

lafaz adalah jatuh talak 3. Orang yang mentalak terikat dengan lafaz tersebut

walaupun telah melakukan maksiat dengan menjatuhkan talak tersebut.

Buktinya adalah kemarahan Nabi Muhammad SAW. Meskipun demikian,

hadits ini dikatakan ditolak karena hadits ini merupakan hadits mursal karena

Mahmud Bin Labid tidak disabitkan mendengar hadits ini namun mursal

sahabat adalah diterima.

Selain itu berdasarkan ijmak sahabat, para ulama salaf telah sepakat bahwa

talak 3 pada satu lafaz dikira jatuh talak 3. Para ulama yang berpendapat

mengenai jatuh talak 3 dengan satu lafaz adalah Abu Bakar al-Razi, al-Baaji,

Ibn Arabi dan Ibn Rajab. Menurut Imam Syafi’i sebagaimana dikutip oleh

Muhamad Hisyam Bin Zakaria, menjelaskan bahwa bilangan talak yang jatuh

atau gugur adalah atas bilangan talak yang disebut.47

Akan tetapi, dalam waktu yang sama persidangan tidak pula menafikan

atau menolak pendapat yang lain yaitu mengatakan bahwa talak 3 pada satu

lafaz adalah dikira satu talak sahaja. Ini merupakan pendapat daripada Ibn

Taimiyyah, Ibn Qayyim, al-Jauziyyah, az-Zhohiriyyah dan az-Zaidiyyah.

Sehubungan dengan itu sebagaimana yang dinyatakan dalam fakta kasus

ini, Pemohon dan Termohon merupakan orang melayu yang tinggal dan

menetap di Malaysia. Selain beragama Islam, tentu saja Pemohon dan

Termohon berpegang kepada mazhab Syafi’i melainkan ada bukti yang

mengatakan sebaliknya. Berdasarkan Arahan Amalan Jabatan Kehakiman

Syariah Malaysia Tahun 2001

47
Dipetik oleh Muhamad Hisyam bin Zakaria, Putusan Hakim Mahkamah Rendah
Syariah Gombak Timur, Selangor, Malaysia, hlm. 8.
40

Tentang Pemakaian Pendapat Mazhab Fiqh, arahan terkait dengan pemakaian

pendapat dari Mazhab-Mazhab Fiqh adalah disetujui dan diterimapakai.

Pengambilan pendapat Mazhab Muktabar hendaklah berpandukan kepada dasar

yang telah ditetapkan oleh Raja Pemerintah.48

Maka dalam kasus ini, sebagaimana mestinya persidangan memutuskan

bahwa persoalan mengenai talak ini adalah mengikut mazhab Syafi’i seriring

dengan pernikahan Pemohon dan Termohon juga dilangsungkan mengikut

mazhab yang sama.

Kesimpulannya, persidangan berpuashati bahwa lafaz talak yang

dilafazkan oleh Pemohon telah memenuhi rukun-rukun perceraian dan

memenuhi kehendak hukum syarak. Setelah persidangan meneliti dan merujuk

kepada hukum syarak, persidangan cenderung untuk menyabitkan telah jatuh

atau gugur talak 3 kepada Termohon dengan talak ba’in kubra. Talak 3 tersebut

tidak boleh dirujuk kembali melainkan dengan akad nikah yang baru beserta

dengan syarat- syaratnya.

Persidangan juga mengingatkan bahwa perkara pernikahan, perceraian dan

rujuk merupakan perkara yang mempunyai aturan dan perundang-undangannya

sendiri. Perceraian tidak boleh dibuat sesuka hati sama ada di hadapan atau di

luar dan tanpa kebenaran persidangan. Perundang-undangan yang diaturkan

tidaklah untuk menyulitkan atau menyusahkan rakyat tetapi ingin menjaga serta

memastikan bahwa maslahah masyarakat dapat dijaga terutamanya dalam hal

pernikahan, perceraian dan rujuk.

48
No.9 Tahun 2001.
41

Persidangan hanya menetapkan putusan berdasarkan apa yang dizahirkan

sahaja sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berarti: “Aku disuruh

menghukum dari yang zahirnya, Allah sahaja yang mengetahui batinnya.”

B. Tinjauan Hukum Putusan Hakim Kes Mal Bil: 110007-054-0315-2020 di

Mahkamah Rendah Syariah Gombak Timur, Selangor, Malaysia

Apabila seseorang suami atau seseorang istri yang akan membuat

permohonan untuk cerai, maka hendaklah membuat permohonan dan

menyertakan alasan atau akuan untuk menguatkan permohonan untuk cerai

tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Enakmen Undang-Undang

Keluarga Islam Negeri Selangor Tahun 2003 Tentang Perceraian Dengan Talak

Atau Dengan Perintah yang berbunyi:49

Seseorang suami atau seseorang isteri yang hendak bercerai hendaklah


menyerahkan suatu permohonan untuk perceraian kepada Mahkamah dalam
borang yang ditetapkan, disertai dengan suatu akuan berkanun yang
mengandungi:
a. Butir-butir mengenai perkahwinan itu dan nama, umur dan jantina anak-
anak, jika ada, hasil dari perkahwinan itu;
b. Butir-butir mengenai fakta-fakta yang memberi bidang kuasa kepada
Mahkamah di bawah seksyen 45;
c. Butir-butir mengenai apa-apa prosiding yang dahulu mengenai hal ehwal
suami isteri antara pihak-pihak itu, termasuk tempat prosiding itu;
d. Suatu pernyataan tentang sebab-sebab hendak bercerai;
e. Suatu pernyataan tentang sama ada apa-apa, dan, jika ada, apakah langkah-
langkah yang telah diambil untuk mencapai perdamaian;
f. Syarat apa-apa perjanjian berkenaan dengan nafkah dan tempat kediaman
bagi isteri dan anak-anak dari perkahwinan itu, jika ada, peruntukan bagi
pemeliharaan dan penjagaan anak-anak dari perkahwinan itu, jika ada, dan
pembahagian apa-apa aset yang diperoleh melalui usaha bersama pihak-
pihak itu, jika ada, atau, jika tiada, sesuatu persetujuan tersebut telah
tercapai, cadangan permohon mengenai hal-hal itu; dan
g. Butir-butir mengenai perintah yang diminta.

49
Seksyen 47 ayat (1).
42

Adapun akuan atau keterangan yang dibuat oleh Pemohon dalam kasus

pengesahan 2 lafaz cerai kes mal bil: 10007-054-0315-2020 adalah sebagai

berikut:50

1. Kasus ini adalah satu permohonan yang dibuat oleh Pemohon yaitu suami
yang memohon untuk mengesahkan 2 lafaz cerai yang didakwa berlaku di
luar persidangan.
2. Permohon telah bernikah dengan Termohon pada 4 Agustus 2018 di
Pejabat Agama Islam Daerah Petaling Jaya, Selangor, Malaysia dengan
Surat Perakuan Nikah Negeri Selangor, Malaysia No.Siri: 250930 bil.
Daftar:3509/2018.
3. Saman dan Penyata Tuntutan telah disempurnakan kepada Termohon
secara Kediri.
4. Fakta yang menjadi isu dalam kasus ini, adakah lafaz cerai talak 3 oleh
Pemohon memenuhi rukun dan syarat talak atau tidak dan berapak jumlah
talak yang gugur dari lafaz tersebut jika mahkamah menyabitkannya.
Begitu juga status dakwaan Pemohon bahwa dia melafazkan talak dalam
keadaan tiada niat cerai.

Terdapat tiga unsur penting di dalam suatu putusan hakim yaitu

memuatkan keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan. Berdasarkan akuan

serta keterangan-keterangan di atas, maka persidangan telah membuat

pemeriksaan dan melakukan pertimbangan-pertimbangan untuk mengadili

permohonan pengesahan talak yang telah dilafazkan oleh Pemohon tersebut.

Kemudian, seperti yang diaturkan dalam enakmen yang sama yaitu:

Selepas menerima sesuatu permohonan untuk perceraian, Mahkamah


hendaklah menyebabkan satu saman diserahkan kepada pihak yang satu lagi itu
bersama dengan satu salinan permohonan itu dan akuan berkanun yang dibuat
oleh pemohon, dan saman itu hendaklah mengarahkan pihak yang satu lagi itu
hadir di hadapan Mahkamah untuk membolehkan Mahkamah menyiasat sama
ada pihak yang satu lagi itu bersetuju atau tidak terhadap perceraian itu.51

Persidangan telah memeriksa fakta kasus seperti yang telah dinyatakan di

50
Putusan Hakim Muhamad Hisyam Bin Zakaria Kes Mal Bil: 10007-054-0315-2020
Tentang Tuntutan Pengesahan 2 Lafaz Cerai, hlm. 1.
51
Enakmen Undang-Undang keluarga Islam Negeri Selangor Tahun 2003 Tentang
Perceraian Dengan Talak Atau Dengan Perintah, Seksyen 47 ayat (2).
43

atas bahwa saman dan penyata tuntutan telahpun diserahkan dan

disempurnakan kepada Termohon dengan cara disampaikan oleh Pemohon.

Menurut enakmen yang sama juga yaitu: “Mahkamah hendaklah

mengadakan siasatan untuk memastikan sama ada talak yang dilafazkan itu

adalah sah mengikut hukum syarak.”52

Siasatan yang dilakukan oleh persidangan adalah berdasarkan kepada

dakwaan dan pengakuan Pemohon yaitu pada 30 Agustus 2019 pada jam 4 pagi

telah melafazkan cerai kepada Termohon secara lisan yaitu “aku ceraikan

engkau talak 1” dimana pada waktu itu Termohon berada di atas katil. Selain

itu, Pemohon juga mendakwa bahwa telah melafazkan cerai talak 3 kepada

Pemohon dalam keadaan sedar dan waras pada 9 Juni 2020 dengan lafaz “aku

ceraikan engkau talak 3”. Pemohon telah mengakui bahwa dirinya memahami

arti talak 3 yaitu lafaz talak yang tidak membenarkannya merujuk kembali dan

tidak boleh menikahi kembali Termohon atau istrinya. Cuma Pemohon

mengatakan tidak mempunyai niat cerai ketika itu.

Bersumberkan pada keterangan Pemohon dan Termohon, masing-masing

mempunyai pendapat yang sama yaitu mengenai wujudnya lafaz talak seperti

yang dilafazkan oleh Pemohon yaitu lafaz yang pertama adalah talak 1 dan

lafaz yang kedua adalah talak 3. Pemohon turut mengaku bahwa lafaz talak

tersebut dibuat ketika sedar dan waras. Lafaz talak yang dilafazkan Pemohon

juga dilakukan tanpa ada paksaan.

52
Enakmen Undang-Undang keluarga Islam Negeri Selangor Tahun 2003 Tentang
Pendaftaran Perceraian Di Luar Mahkamah, Seksyen 57 ayat 2.
44

Kemudian “Mahkamah dalam menentukan kesahan lafaz talak itu

hendaklah menyabitkan talak tersebut sekiranya suami mengaku dan

Mahkamah berpuashati.”53

Mahkamah memutuskan lafaz talak yang dibuat secara lisan oleh Pemohon
pada 30 Agustus 2019 jam 4 pagi secara lisan adalah sah dan menjatuhkan
talak ditambah lagi dengan pengakuan Pemohon memahami makna cerai dan
Pemohon mengakui dalam keadaan sedar serta waras.
Mahkamah memutuskan lafaz talak yang kedua pada tanggal 9 Juni 2020
yang dibuat oleh Pemohon yang berbunyi “aku ceraikan engkau talak 3” adalah
lafaz yang memenuhi rukun dan syarat talak selepas Mahkamah bertanya terus
kepada Pemohon sama ada memahami maksud talak 3, Pemohon menyatakan
dalam keterangan kepada Mahkamah adalah talak yang tidak membolehkannya
merujuk kembali Termohon atau istrinya. Pemohon melafazkan talak 3 dalam
keadaan sedar dan waras cumanya Pemohon menyatakan tiada niat cerai ketika
itu. Mahkamah memutuskan lafaz tersebut menjatuhkan talak 3 kepada
Termohon dan termohon beriddah selama 3 kali suci bermula tarikh tersebut.54

Hal ini karena lafaz talak yang dilafazkan oleh Pemohon dapat dinyatakan

sebagai lafaz yang jelas tujuan dan artinya tentang perceraiaan yaitu lafaz

pertama adalah “aku ceraikan engkau talak 1”. Adapun lafaz yang kedua adalah

“aku ceraikan engkau talak 3”. Kedua-dua lafaz ini telah dinyatakan jatuh dan

sah oleh persidangan.

Selain itu sebagaimana dinyatakan di dalam Arahan Amalan Jabatan

Kehakiman Syariah Malaysia Tahun 2007 Tentang Amalan Pengesahan Talak

Di Luar dan Tanpa Kebenaran Mahkamah yaitu:

Berpandukan kepada hukum syarak, persidangan ketika mendengar dan


memutuskan pengesahan talak di luar dan tanpa kebenaran persidangan
hendaklah berpuashati bahwa talak yang dilafazkan telah memenuhi rukun-
rukun talak.55

53
Arahan Amalan Jabatan Kehakiman Syariah Malaysia Tahun 2007 Tentang Amalan
Pengesahan Talak Di Luar Dan Tanpa Kebenaran Mahkamah, No.10 ayat (3) (2) butir (d).
54
Putusan Hakim Muhamad Hisyam Bin Zakaria Kes Mal Bil: 10007-054-0315-2020
Tentang Tuntutan Pengesahan 2 Lafaz Cerai, hlm. 11.
55
No.10 ayat (1).
45

Dalam kasus ini, persidangan berpuashati bahwa talak yang dilafazkan

oleh Pemohon telah memenuhi rukun-rukun talak dan telah menyabitkan talak

tersebut.

Kesimpulannya, Mahkamah berpuashati bahwa lafaz talak ini telah


memenuhi rukun-rukun perceraian dan mematuhi kehendak hukum syarak.
Setelah persidangan meneliti dan merujuk kepada hukum syarak, persidangan
cenderung untuk menyabitkan telah jatuh atau gugur talak 3 kepada Termohon
dengan talak ba’in kubra. Talak 3 tersebut tidak boleh dirujuk kembali
melainkan dengan akad nikah yang baru beserta dengan syarat-syaratnya.56

Seterusnya aturan lain dalam Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam

Negeri Selangor Tahun 2003 Tentang Pendaftaran Perceraian Di Luar

Mahkamah yaitu:

Jika Mahkamah berpuashati bahwa talak yang telah dilafazkan itu adalah
sah mengikut hukum syarak, maka Mahkamah hendaklah tertakluk kepada
seksyen 125 yaitu membuat perintah membenarkan perceraian dengan talak
dan merekodkan percerian itu.57
Mahkamah memerintahkan perceraian hendaklah didaftarkan di Pejabat
Agama Islam Daerah Gombak dan surat perakuan nikah yang asal Negeri
Selangor No. Siri:250930 bil. Daftar: 3509/2018 hendaklah dipulangkan dan
didaftarkan.58

Berdasarkan putusan di atas, dapat disimpulkan bahwa persidangan

telahpun memerintahkan Pemohon dan Termohon untuk mendaftarkan

perceraian di Pejabat Agama Islam Daerah Gombak. Selain itu, surat perakuan

nikah mereka yang asal Negeri Selangor No. Siri:250930 bil. Daftar:

3509/2018 hendaklah dipulangkan dan didaftarkan.

Pertimbangan-pertimbangan hakim di atas secara dasarnya dibuat

56
Putusan Hakim Muhamad Hisyam Bin Zakaria Kes Mal Bil: 10007-054-0315-2020
Tentang Tuntutan Pengesahan 2 Lafaz Cerai, hlm. 10.
57
Seksyen 57 ayat 3 butir (a) dan (b).
58
Putusan Hakim Muhamad Hisyam Bin Zakaria Kes Mal Bil: 10007-054-0315-2020
Tentang Tuntutan Pengesahan 2 Lafaz Cerai, hlm. 11.
46

berdasarkan peraturan-peraturan perundangan-undangan. Hal ini bertepatan

dengan unsur kepastian hukum yang perlu dimuatkan dalam suatu putusan

hakim. Kepastian hukum adalah perlindungan terhadap perbuatan yang

sewenang-wenangnya, yang membawa arti bahwa seseorang akan

mendapatkan apa yang dikehendaki dalam situasi tertentu.

Selain itu, fungsi kepastian hukum adalah untuk memastikan bahwa

hukum yang mengandungi keadilan sungguh-sungguh menjalankan fungsi

sebagai sebuah aturan yang dipatuhi. Di samping itu, masyarakat

menginginkan wujudnya kepastian hukum agar masyarakat akan lebih

mengikut aturan dan tertib.

Selanjutnya, penulis dapat simpulkan bahwa putusan hakim dalam kasus

ini juga memuatkan unsur kemanfaatan bagi masyarakat. Terutamanya dalam

hal perceraian yang mana perceraian bukanlah suatu perkara yang bisa dibuat

atau dilakukan dengan semena-mena. Hal ini karena perceraian adalah perkara

halal yang dibenci oleh Allah.

Lagi pula, perceraian yang berlaku dalam kasus ini adalah di luar dan

tanpa kebenaran persidangan yang sering saja terjadi di seluruh dunia. Selain

perkara ini perlu diputuskan mengikut hukum syarak dan perundang-undangan,

perlu juga memberi manfaat atau kegunaan kepada masyarakat. Antara manfaat

yang bisa didapatkan melalui putusan hakim kes mal bil:10007-054-0315-2020

adalah: yang pertama, masyarakat akan lebih berwaspada ketika hendak

melafazkan cerai di luar dan tanpa kebenaran persidangan karena adanya sanksi

bagi mereka yang berbuat demikian.


47

Kedua, memberikan kepastian status kepada istri yang diceraikan karena

lafaz cerai yang berlaku di luar dan tanpa kebenaran persidangan adalah

dikhawatiri tidak jelas dan tidak sah. Hal ini akan menimbulkan pelbagai

permasalahan seperti penzinaan dan masalah keturunan sekiranya tidak

disahkan perceraian tersebut. Oleh yang demikian, diharapkan kemanfaatan

dalam penegakan atau pelaksanaan hukum supaya tidak menimbulkan resah

dan ketakutan kepada masyarakat.

Artinya berpandukan penjelasan-penjelasan dan keterangan-keterangan

Pemohon dan Termohon, berkas-berkas yang difailkan, dan setelah meneliti

hujan Pemohon dan Termohon, maka hakim memberikan dan memerintahkan

putusan atas tuntutan pengesahan 2 lafaz cerai kes mal bil: 10007-054-0315-

2020 sebagai berikut:59

1. Memutuskan lafaz talak yang telah dilakukan secara lisan oleh Pemohon
pada tanggal 30 Agustus 2019 jam 4 pagi secara lisan adalah sah dan jatuh
talak. Hal ini dikuatkan lagi dengan pengakuan dari Pemohon memahami
arti cerai dan Pemohon mengakuinya dalam keadaan sedar dan waras.
2. Mendapati Termohon dalam keadaan haid ketika lafaz talak dilafazkan
serta Termohon tidak hamil dan memutuskan mulai tanggal tersebut
jatuhlah talak kepada Termohon dengan talak 1 kali pertama secara talak
raj’i dan harus beriddah selama 3 kali suci.
3. Mensabitkan rujuk berlaku secara sah pada tanggal 1 September 2019
antara Pemohon dan Termohon setelah mengambil keterangan dari
Pemohon dan Termohon mengenai pengakuan Pemohon melafazkan rujuk
kepada Termohon.
4. Memutuskan lafaz talak yang kedua pada tanggal 9 Juni 2020 yang
dilakukan oleh Pemohon yaitu “aku ceraikan engkau talak 3” merupakan
lafaz yang telah menepati rukun dan syarat talak setelah bertanyakan
kepada Pemohon sama ada memahami arti talak 3, Pemohon telah
menyebutkan dalam keterangannya bahwa talak yang tidak
membenarkannya merujuk kembali Termohon atau istrinya. Pemohon
melafazkan talak 3 dalam keadaan sedar dan waras, tetapi Pemohon
mengatakan tidak mempunyai

59
Putusan Hakim Muhamad Hisyam Bin Zakaria Kes Mal Bil: 10007-054-0315-2020
Tentang Tuntutan Pengesahan 2 Lafaz Cerai.
48

niat cerai ketika itu. Oleh yang demikian, diputuskan lafaz tersebut jatuh
talak 3 kepada Termohon dan Termohon harus beriddah selama 3 kali suci
bermula tanggal tersebut.
5. Memerintahkan perceraian hendaklah didaftarkan di Pejabat Agama Islam
Daerah Gombak dan surat perakuan nikah yang asal Negeri Selangor No
Siri: 250930 bil. Daftar: 3509/2018 hendaklah dipulangkan dan
didaftarkan.
6. Mana-mana pihak yang tidak berpuashati dengan keputusan ini, hendaklah
membuat rayuan dalam tempoh 14 hari daripada hari ini.

Adapun dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan tuntutan

pengesahan 2 lafaz cerai kes mal bil: 10007-054-0315-2020 adalah:

1. Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Selangor Tahun 2003,

Seksyen 45 Tentang Takat Kuasa Untuk Membuat Sesuatu Perintah,

Seksyen 47 Tentang Perceraian Dengan Talak Atau Dengan Perintah,

Seksyen 55 Tentang Penyenggaraan Daftar Perceraian Dan Pembatalan,

Seksyen 57 Tentang Pendaftaran Perceraian Di Luar Mahkamah, dan

Seksyen 125 Tentang Perceraian Di Luar Mahkamah Dan Tanpa

Kebenaran Mahkamah.

2. Enakmen Tatacara Mal Mahkamah Syariah Negeri Selangor Tahun 2003,

Seksyen 124 Tentang Pendengaran dan Seksyen 130 Tentang

Penghakiman.

3. Arahan Amalan Jabatan Kehakiman Syariah Malaysia No. 6 Tahun 2001

Tentang Alasan Penghakiman, No.9 Tahun 2001 Tentang Pemakaian

Pendapat Mazhab Fiqh, dan No.10 Tahun 2007 Tentang Amalan

Pengesahan Talak Di Luar Dan Tanpa Kebenaran Mahkamah.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan seperti di atas, dapat penulis simpulkan

bahwa Putusan Hakim Kes Mal Bil: 10007-054-0315-2020 tersebut telah

memenuhi tiga unsur penting yang diperlukan dalam suatu putusan hakim.

Menurut teori bahwa terdapat tiga unsur penting dalam suatu putusan hakim
49

yaitu memuatkan keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan sehingga

putusan hakim yang diputuskan adalah berkualitas dan meningkatkan

profesionalisme lembaga peradilan. Dan semua unsur tersebut sudah terpenuhi.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis membuat pembahasan secara menyeluruh, dapat penulis

simpulkan sebagai berikut:

1. Kes mal bil: 10007-054-0315-2020 merupakan satu kasus permohonan

yang dibuat oleh Pemohon yaitu suami memohon untuk mengesahkan 2

lafaz cerai yang didakwa berlaku di luar dan tanpa kebenaran persidangan.

2. Dalam kasus ini, Pemohon mendakwa bahwa pada tanggal 30 Agustus

2019 jam 4 pagi telah melafazkan cerai kepada istri selanjutnya disebut

Termohon dengan cara lisan yaitu “aku ceraikan engkau talak 1” dimana

pada waktu itu Termohon berada di atas katil.

3. Sesudah itu, Pemohon juga mendakwa bahwa telah melafazkan cerai talak

3 kepada Pemohon dalam keadaan sedar dan waras pada 9 Juni 2020

dengan lafaz “aku ceraikan engkau talak 3”. Pemohon telah mengakui

bahwa dirinya memahami arti talak 3 yaitu lafaz talak yang tidak

membenarkannya merujuk kembali dan tidak boleh menikahi kembali

Termohon atau istrinya. Cuma Pemohon mengatakan tidak mempunyai

niat cerai ketika itu.

Oleh yang demikian, persidangan setelah meneliti dan merujuk kepada

hukum syarak serta peraturan perundang-undangan, persidangan cenderung untuk

menyabitkan telah jatuh atau gugur talak 3 kepada Termohon dengan talak ba’in

kubra. Talak 3 tersebut tidak boleh dirujuk kembali melainkan dengan akad nikah

yang baru beserta dengan syarat-syaratnya.

47
48

B. Saran

Adapun dari hasil penelitian, penulis memberikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Dipohon kepada pihak-pihak yang terkait seperti Jabatan Agama atau

Mahkamah Syariah dalam mengadakan Kursus Pra Perkahwinan,

hendaklah memastikan bahwa setiap pasangan yang bakal bernikah

telahpun mengikuti serta sungguh-sungguh memahami hal-hal tentang

pernikahan, perceraian dan rujuk. Selain itu, perlu juga menerangkan

sanksi yang dikenakan sekiranya berlaku perceraian di luar dan tanpa

kebenaran persidangan.

2. Disarankan pada Seksyen 125 Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam

Negeri Selangor Tahun 2003 adalah dengan meningkatkan bayaran sanksi

selain memberatkan hukuman penjara yang ditetapkan bagi kesalahan

melafazkan cerai di luar dan tanpa kebenaran persidangan. Hal ini agar

suami tidak lagi semena-mena melafazkan cerai selanjutnya menimbulkan

permasalahan dalam menentukan kesahan lafaz tersebut.

3. Seterusnya kepada pasangan suami istri, apabila berlaku pertengkaran atau

perselisihan di dalam rumah tangga, janganlah terburu-buru suami untuk

mengucapkan lafaz-lafaz yang membawa kepada perceraian. Hal ini akan

memberi dampak yang besar kepada ikatan pernikaha


DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh
Munakahat, (Jakarta: Amzah, 2019).
Ahmad Rajafi, Nalar Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Yogyakarta:
Istana Publishing, 2015).
Al-Qur’an Tajwid Warna dan Terjemah Tafsir, (Selangor: Humaira
Publication Sdn Bhd, 2012).
Baharuddin Ahmad dan Illy Yanti, Eksistensi dan Implementasi Hukum
Islam di Indonesia, cet. Ke-1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015).
Edi Rosadi, “Putusan Hakim Yang Berkeadilan,” Badamai Law Journal,
Vol 1, (April 2016).
Endang Hadrian dan Lukman Hakim, Hukum Acara Perdata di Indonesia:
Permasalahan Eksekusi dan Mediasi, cet. Ke-1, (Yogyakarta:
Deepublish Publisher, 2020).
Jamhuri dan Zuhra, “Konsep Talak Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
(Analisis Waktu dan Jumlah Penjatuhan Talak),” Media Syari’ah,
Vol. 20, No.1, (2018).
Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia, Sebuah Kajian dalam
Hukum Islam dan Hukum Material, (Tangerang Selatan: Yayasan
Asy-Syari’ah Modern Indonesia, 2018).
Mustofa al-Bugha dkk., Kitab Fikah Mazhab Syarie, alih bahasa Ridzuan
Bin Hashim dkk., cet. Ke-1, (Selangor: Pustaka Salam Sdn Bhd,
2016).
Puji Rianto, Modul Metode Penelitian Kualitatif, cet. Ke-1, (Yogyakarta:
Penerbit Komunikasi UII, 2020).
Rusdaya Basri, Fikih Munakahat 2, (Parepare: IAIN Parepare Nusantara
Press, 2020).
Rusli Halil Nasution, “Talak Menurut Hukum Islam,” Al-Hadi, Vol.3,
No.2, (Januari-Juni, 2018).

49
50

Sudirman L, Hukum Acara Peradilan Agama, cet Ke-1, (Sulawesi Selatan:


IAIN Parepare Nusantara Press, 2021).
Sudirman, Pisah Demi Sakinah, Kajian Kasus Perceraian di Pengadilan
Agama, cet. Ke-1, (Pustaka Radja, 2017).
Tim Penyempurnaan Terjemahan Al-Qur’an, Al-Qur’an dan
Terjemahannya Edisi Penyempurnaan 2019, Juz 1-10, cet. Ke-1,
(Jakarta Timur: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, 2019).
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah, (Jambi:
Syariah Press, 2020).
Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan Islam,
cet. Ke-1, (Yogyakarta: Gama Media, 2017).
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, (ttp.: Darul Fikir, t.t).
Wati Rahmi Ria, Hukum Keluarga Islam, (ttp: tnp, 2017).
Yulia, Hukum Acara Perdata, cet. Ke-1, (Sulawesi: Unimal Press, 2018).
Yunanto, “Menerjemahkan Keadilan dalam Putusan Hakim,” Jurnal
Hukum Progresif, Vol. 7, No. 2, (Oktober 2019).
Zulkifli Mohamad Al-Bakri, Al-Fiqih Al-Manhaji Kekeluargaan Islam
Dalam Fiqih Al Syafi’I, cet. Ke-3, (Selangor: Darul Syakir
Enterprise, 2015).
B. Peraturan Perundang-Undangan
Arahan Amalan Jabatan Kehakiman Syariah Malaysia – No.1 Tahun 2001
Tentang Kod Etika Hakim Syariah, No. 6 Tahun 2001 Tentang
Alasan Penghakiman, No.9 Tahun 2001 Tentang Pemakaian
Pendapat Mazhab Fiqh, No.10 Tahun 2007 Tentang Amalan
Pengesahan Talak Di Luar Dan Tanpa Kebenaran Mahkamah dan
No.8 Tahun 2015 Tentang Penyelarasan Prosedur Kes Pengesahan
Lafaz Cerai.
Enakmen Tatacara Mal Mahkamah Syariah Negeri Selangor Tahun 2003 –
Seksyen 124 Tentang Pendengaran dan Seksyen 130 Tentang
Penghakiman.
51

Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Selangor Tahun 2003 -


Seksyen 45 Tentang Takat Kuasa Untuk Membuat Sesuatu
Perintah, Seksyen 47 Tentang Perceraian Dengan Talak Atau
Dengan Perintah, Seksyen 55 Tentang Penyenggaraan Daftar
Perceraian Dan Pembatalan, Seksyen 57 Tentang Pendaftaran
Perceraian Di Luar Mahkamah dan Seksyen 125 Tentang
Perceraian Di Luar Mahkamah Dan Tanpa Kebenaran Mahkamah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman Pasal 50 ayat 1.
C. Karya Ilmiah
Ahmad Zul Majdi Bin Mohd Amri, “Efektivitas Penyelesaian Perkara
Perceraian Melalui Sistem Mediasi (Studi Kasus Di Jabatan Hal
Ehwal Agama Islam Negeri Terengganu, Malaysia)”, Skripsi
Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, (2019).
Asmarita, “Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Memutuskan Perkara
Cerai Talak Ghaib (Putusan Nomor.220/Pdt.G/2020/PA.Jmb)”,
Skripsi Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
(2022).
Munandar, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Talak di Luar Pengadilan
Agama Pada Masyarakat di Kecematan Lappariaja Kabupaten
Bone”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin
Makassar, (2017).
D. Internet
Putusan Hakim Muhamad Hisyam bin Zakaria Kes Mal BIl: 10007-054-
0315-2020 tentang Tuntutan Pengesahan Lafaz Cerai,
https://www.jakess.gov.my/index.php/ms/sumber-rujukan/koleksi-
penghakiman, diakses pada 16 Mei
LAMPIRAN-LAMPIRAN

52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri
Nama : Nur Izzah Haziqah Binti Mohd Khalidi
NIM 101200057
Tempat/Tanggal Lahir : Pahang, Malaysia/22 Mei 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Asal : BB83 Kampung Pasir Panjang,
26600 Pekan, Pahang,
Malaysia.
Alamat Sekarang : Mess Pelajar Putri Malaysia,
Jalan Rd. P Kolopaking RT.24, No.17,
Kelurahan Simpang IV Sipin,
Kec. Telanaipura Jambi, 36124.
No.Telp/HP : +60139484787
Nama Ayah : Mohd Khalidi Bin Ahmad
Nama Ibu : Faridah Binti Abdul Mubin
B. Riwayat Pendidikan
Sekolah Kebangsaan Pasir Panjang : 2005-2010
Sekolah Menengah Agama Tengku Ampuan Fatimah : 2011-2015
Kolej Antarabangsa Unifield : 2016-2019

Jambi, Januari 2023

Nur Izzah Haziqah Binti Mohd Khalidi


101200057

63

Anda mungkin juga menyukai