Laporan Tugas Besar - Manajemen Kota A - Kelompok 3
Laporan Tugas Besar - Manajemen Kota A - Kelompok 3
STRATEGI
PENGELOLAAN
KAWASAN HERITAGE
DI KOTA SURAKARTA
Nama Anggota :
Adhelia Putri Kusuma 5015201098
I Nyoman Wiyana B 5015201127
Rafel Putra Rasserwin 5015201132
Dosen Pembimbing :
Putu Gde Ariastita, S.T., M.T.
Prananda Navitas, S.T., M.Sc., Ph.D
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai adapun manfaat yang akan
dijadikan hasil dari identifikasi tersebut antara lain :
2
1. Mengetahui isu utama manajemen perkotaan pada kawasan Heritage atau Cagar
Budaya.
2. Mengetahui potensi dan masalah serta identifikasi pengaruh suatu strategi
dalam pengembangan kawasan Cagar Budaya.
3. Mengetahui strategi atau program yang dapat dilakukan untuk penanganan
evaluasi dan pengelolaan kawasan Cagar Budaya.
4
BAB II
GAMBARAN UMUM
6
Tabel 2.1 Potensi dan Masalah
Faktor Internal Faktor Eksternal
Aspek Kelembagaan ● Badan konservasi ● Kurangnya tenaga Munculnya organisasi dan Belum terintegrasinya
Faktor Internal Faktor Eksternal
Alokasi anggaran dari Pergerakan ekonomi Alokasi anggaran dari Persaingan investor akan
Aspek Pembiayaan pemerintah pariwisata yang tak hibah/CSR perusahaan kebutuhan modal
terkendali dan lembaga internasional
2.3 Implikasi
Kota Surakarta merupakan salah satu pemukiman tua di Indonesia yang
menyimpan berbagai peninggalan kebudayaan sejak zaman prasejarah hingga zaman
sejarah modern pasca kemerdekaan Indonesia (Qomarun dan Prayitno 2007). Kota
Surakarta memiliki banyak bangunan dan kawasan cagar budaya yang terletak di pusat
kota. Dalam upaya pengelolaan kawasan cagar budaya, Pemerintah Pusat telah
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Dalam
skala bangunan cagar budaya, pemerintah telah mengeluarkan Permen PU Nomor:
01/PRT/M/2015 tentang bangunan Gedung Cagar Budaya yang dilestarikan (Peraturan
Pekerjaan Umum dan Perumahan 2015). Keraton Kasunanan Surakarta terus berupaya
untuk mengembangkan dan melestarikan budaya-budaya yang dimiliki keraton, serta telah
dilaksanakan secara turun-temurun. Beberapa hal yang menjadi bukti upaya tersebut,
antara lain:
Tabel 2.2 Implikasi Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Kota Surakarta
Aspek KCB Keraton Kasunanan KCB Pura Mangkunegaran
● Perlindungan bangunan
keraton dan nilai budaya yang ● Perlindungan Bangunan Pura
ada Mangkunegaran dan nilai budaya
● Perlindungan terhadap keaslian yang ada
Perlindungan
dan kelestarian bangunan ● Perlindungan keaslian bangunan
bernilai sejarah dan kelestarian bangunan ponten
● Perlindungan terhadap nilai kestalan
ekologis Alun-Alun
● Pengembangan kawasans
sesuai ciri khas kawasan sesuai
kesejarahnya untuk
mendukung konsep “Solo Past
Solo Future” ● Pengembangan kawasan sesuai
● Pengembangan Zonasi ciri khas kawasan sesuai
Heritage yang mendukung kesejarahannya untuk mendukung
Pengembangan citra kota dan Kawasan budaya konsep “Solo Past Solo Future”
yang berkelanjutan ● Ponten Kestalan sebagai ikon
berdasarkan arahan peruntukan sanitasi, dan jaringan sanitasi
lahan dan peraturan bangunan yang ada
termasuk nilai arsitektural
● Pengembangan fungsi alun-
alun sebagai Ruang terbuka
publik dan RTH
3.2.3 Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah sarana dan infrastruktur untuk menuju destinasi, seperti
jalan raya, ketersediaan sarana transportasi, dan rambu-rambu penunjuk jalan. Hal ini
dimaksudkan agar masyarakat dapat melakukan kegiatan wisata dengan mudah dan
membantu destinasi wisata itu sendiri mendapatkan wisatawan karena akses yang
mudah dijangkau terhadap destinasi wisata yang ada. Akses yang baik tentu memiliki
beberapa variabel penentu dan yang utama adalah ketersediaan transportasi umum yang
dapat menjangkau lokasi wisata.
3.3.2 Amenitas
Amenitas adalah pelengkap dari atraksi utama wisata. Ketiadaan atau kurang
baiknya kondisi amenitas pada lokasi wilayah akan menurunkan minat dari wisatawan
sehingga penyediaan amenitas pada lokasi wisata sangat penting untuk diperhatikan
keberadaannya. Di Kawasan Cagar Budaya Keraton Kasunanan dan Pura
Mangkunegaran memiliki ketersediaan amenitas terdiri atas akomodasi, layanan
telekomunikasi, masjid, pembuangan sampah, toilet dan parkiran.
3.3.3 Aksesibilitas
Kawasan Cagar Budaya Keraton kasunanan dan Pura Mangkunegaran memiliki
beberapa aksesibilitas yang mendukung wisatawan menuju tempat destinasi yang
diinginkan, yaitu pedestrian, papan penunjuk arah, transportasi umum, jalan menuju
kawasan yang sering digunakan oleh masyarakat umum.
W1-O1-O2
1. Penyusunan Detail S1-O4
● Melibatkan pihak Keraton
Engineering Desain (DED) ● Pelibatan POKDARWIS
dalam revitalisasi,
Kawasan Keraton terhadap pembangunan status
pelestarian, dan
Kasunan. KCB diperkirakan dapat
pengelolaan bangunan
2. Penyusunan DED redesain meningkatkan ketertarikan
dalam Kawasan Cagar
Alun-alun Lor dan Alun- kepada status wisata oleh
Budaya
alun Kidul dan Masjid masyarakat.
W2-W3-O4
Kauman. S4-O1-O2
● Melibatkan perencana kota
3. Pembangunan spot-spot ● Revitalisasi yang dilakukan
dan komunitas pemerhati
gedung pelestarian akan dilakukan berdasarkan
cagar budaya dalam
kesenian, pembangunan rencana kawasan heritage.
pembangunan dan
kerajinan yang mendukung S5-05
pengelolaan cagar budaya.
wisata. ● Aktivitas yang menambah
W4-O5-O6
4. Mempunyai status KCB minat wisatawan dalam
● Memberi bantuan
tingkat kota dan nasional. melakukan kunjungan ke
pemeliharaan bangunan
5. Adanya kegiatan wisata wisata Cagar budaya dalam
kepada pemilik
edukasi sejarah oleh konteks ini atraksi.
perseorangan.
komunitas pecinta sejarah. S6-O3
● Melibatkan peran serta
6. Adanya dokumen kajian ● Beberapa bagian cagar
masyarakat dalam
dan riset dari balai Pelestari budaya di kembangkan dan
pengelolaan dana
Cagar Budaya Jawa dapat dijadikan arahan
pelestarian bangunan dan
Tengah. pengembangan.
kawasan.
Ancaman (Threats) Strength - Threat Weakness - Threat
1. Kunjungan wisatawan
yang tidak terkendali pada
saat peak season atau
W1-T1
musim puncak liburan
● Mengadakan wisata edukasi
2. Tidak ada peraturan
S2-T2 historis tentang bangunan
pemerintah yang jelas
● Perbaikan mutu manajemen W2-W3-T2-T3-T4
tentang prosedur
yang dapat mengendalikan ● Menyusun kriteria dan
pelestarian kawasan
aturan wisatawan saat peak batasan mengenai pemugaran
3. Pelestarian bangunan
season. bangunan cagar budaya
dalam kawasan
S4-T3 ● Menyusun panduan
bergantung dana dari
● Pendanaan revitalisasi dari pengelolaan yang disepakati
pemerintah pusat dan
berbagai pihak. antara pemerintah, pihak
provinsi karena berstatus
keraton dan masyarakat.
Kawasan Cagar Budaya
Nasional
4. Termasuk objek wisata
strategis KSN Joglosemar
● RCA
Dalam merumuskan strategi pengelolaan kawasan cagar budaya yang
terintegrasi di Kota Surakarta, perlu diketahui akar permasalahan yang terjadi pada
kawasan cagar budaya Keraton Kasunanan dan Puro Mangkunegaran. Oleh karena itu,
kami melakukan Root Cause Analysis sebagai berikut.
Gambar Bagan Root Cause Analysis
Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2023
3.4 Action Plan
Tabel 3.3 Action Plan
Tahapan dan Tahun
Perencanaan dan
No Strategi Pengembangan Program Kegiatan Sumber Pelaksanaan Program
4.1 Kesimpulan
Kota Surakarta sebagai kota yang memiliki lokasi Cagar Budaya harus dapat
mengimplementasikan dan menerapkan konsep baru yang up to date. Hal ini mengingat
perkembangan wisata terus mengalami perkembangan baik di Indonesia dan di Dunia,
oleh karena itu konsep-konsep yang digagas juga perlu memperhatikan variabel-
variabel yang mengikat budaya yang ada.
Variabel seperti Atraksi,Amenitas dan Aksesibilitas merupakan beberapa
variabel yang harus mengalami perkembangan mengingat kebutuhan konsumen dan
wisatawan terus mengalami perkembangan. Seperti akses yang baik tentu dapat
mengakomodasi wisatawan agar lokasi wisata yang ada tetap dapat terjangkau seiring
dengan perkembangan pembangunan wilayah tersebut.
Strategi yang ada sudah dibuat berdasarkan hasil pengamatan SWOT yang
didasarkan pada data-data yang ada dan strategi tersebut dibuat berdasarkan
perkembangan setiap tahunnya serta kegiatan yang dapat meningkatkan keberhasilan
strategi yang ada.
4.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian kami diatas, berikut beberapa rekomendasi untuk
pengembangan kawasan cagar budaya yang terintegrasi di Kota Surakarta.
1. Membentuk tim pengelola yang terdiri dari berbagai stakeholder terkait, seperti
perwakilan pemerintah daerah, ahli sejarah, arsitek, budayawan, dan
masyarakat setempat. Tim ini akan bertanggung jawab untuk mengawasi,
mengelola, dan merumuskan kebijakan terkait pengelolaan kawasan cagar
budaya.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian cagar
budaya melalui program pendidikan, seminar, workshop, dan kampanye publik.
Mengembangkan program pendidikan yang melibatkan sekolah, universitas,
dan masyarakat lokal untuk mempromosikan pemahaman yang lebih baik
tentang sejarah dan nilai-nilai budaya kawasan.
3. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan kawasan cagar
budaya. Melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, pemeliharaan,
dan pengembangan kawasan. Mengorganisir kelompok sukarelawan untuk
membantu dalam kegiatan pemeliharaan dan pengawasan.
4. Membangun kemitraan dengan pihak swasta untuk mendukung upaya
pelestarian dan pengembangan kawasan cagar budaya. Melibatkan perusahaan,
yayasan, dan organisasi nirlaba dalam program pendanaan, sponsor, dan
kegiatan sosial tanggung jawab.
5. Penataan infrastruktur integrasi dan pemberian regulasi yang sesuai untuk
pengembangan kawasan cagar budaya
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. 2010.
Peraturan Daerah (PERDA) Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2013 tentang Pelestarian
Cagar Budaya
Peraturan Daerah (PERDA) Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pemajuan
Warisan Budaya Tak Benda
Khotimah, K. & Wilopo, W. (2017). Strategi pengembangan destinasi pariwisata budaya
(Studi Kasus pada Kawasan Situs Trowulan sebagai Pariwisata Budaya Unggulan
di Kabupaten Mojokerto). Jurnal Administrasi Bisnis S1 Universitas Brawijaya,
Nabila, Amira Dzatin, and Dyah Widiyastuti. 2018, "Kajian Atraksi, Amenitas dan
Aksesibilitas untuk Pengembangan Pariwisata Umbul Ponggok di Kabupaten
Klaten." Jurnal Bumi Indonesia 7, no. 3
Jing GG. 2008. Digging for the Root Cause. ASQ Six Sigma Forum Magazine.
Latino R.J. dan Kenneth C.L. 2006. Root Cause Analysis: Improving Performance for
Bottom-Line Results. Florida : CRC Press.
Baskoro. 2008. Membangun Kota Pariwisata Berbasis Komunitas. Jurnal Kepariwisataan
Indonesia Vol. 3, No. 1.
Putri, P. A. V. A. (2020). KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN CAGAR
BUDAYA SEBAGAI DESTINASI WISATA HERITAGE DI KOTA
PONTIANAK.
Rahardjo, Supratikno. 2013. “Beberapa Permasalahan Pelestarian Kawasan Cagar Budaya
dan Strategi Solusinya”. Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur Volume 7
Nomor 2, Jakarta : Departemen Arkeologi Universitas Indonesia.
Hadiyanta, Eka (2015). Kawasan Cagar Budaya di Yogyakarta: Citra, Identitas, dan
Branding Ruang. Jurnal Widya Prabha. Yogyakarta: Balai Pelestarian Cagar
Budaya
Lasmini, Tammi (2007). Revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Arjuna Bandung. Bandung:
ITB.
K. Rosyadi, “Analisis Pengelolaan Dan Pelestarian Cagar Budaya Sebagai Wujud
Penyelenggaraan Urusan Wajib Pemerintahan Daerah (Studi Pada Pengelolaan
Dan Pelestarian Situs Majapahit Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto),” J.
Adm. Publik Mhs. Univ. Brawijaya, vol. 2, no. 5, pp. 830–836, 2014.