Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PASAL 23”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PERPAJAKAN

Dosen pengampu : GEMA IKA SARI, SE.,M.AK

Nama kelompok 5 :

1. Retno Dewi Cahya (22020025)


2. Anjelia Lestari (22020027)
3. Lidya Pusparani (22020029)
4. Tazwina Azizah (22020064)
5. Dalle Febiyanti Fransisca (22020067)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AL – KHAIRIYAH

2022

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat TUHAN Yang Maha Esa atas petunjuk,
rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul PPh Pasal 23, tanpa
ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang talah ditentukan. Makalah ini dibuat
berdasarkan pengetahuan ilmu yang penulis dapat dari Bapak Arsanto Raharjo SE, Ak , BKP
selaku dosen mata kuliah Pemotongan dan pemungutan PPh .

Pada makalah penulisyang ada beberapa masalah yang penulis bahas


diantaranya,Pengertian PPh pasal 23, Pemotong PPh pasal 23, Tarif dan Pneghasilan yang
diekanakan PPh Pasal 23, Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 23, Saat terutang, penyetoran,
dan pelaporan PPh Pasal 23, cara perhitungan PPh PAsal 23

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya
bantuan daari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa juga
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
menyusun laporan ini, Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Dosen mata kuliah Bapak Arsanto Raharjo SE, Ak , BKP selaku dosen mata kuliah
Pemotongan dan pemungutan PPh .
2. Teman-teman yang setia membantu dalam penyusunan makalah ini
3. Dan semua pihak yang telah ikut serta memberikan bantuan dan dorongan dalam
proses penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca baik secara langsung
maupun tidak langsung.

i
Daftar Isi

Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................
BAB I...........................................................................................................
Latar Belakang........................................................................................
Rumusan Masalah..................................................................................
Tujuan ....................................................................................................
BAB II.......................................................................................................
Pengertian PPh pasal 23.........................................................................
Pemotong PPh pasal 23........................................................................ 5
Tarif dan Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23........................... 5
Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 23.............................................. 7
Saat terutang, pelaporan dan Penyetoran PPh Pasal 23....................... 8
Perhitungan Pph Pasal 23..................................................................... 9
BAB III..................................................................................................12
Kesimpulan .......................................................................................... 12
Daftar Pustaka ........................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara berkembang, yang terdiri dari ribuan pulau
yang memiliki budaya yang beraneka ragam, lautan, dan sumberdaya alam yang melimpah.
Dengan perkembangan yang terjadi saat ini mendorong pemerintah untuk melakukan
perubahan di segala sektor demi meningkatkan pendapatan atau kas negara guna membiayai
pembangunan.
Dalam melakukan perubahan tersebut, pastilah memerlukan dana yang sangat besar, dan
dana itu berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dimana sebagian besar bersumber dari penerimaan
pajak. Ini menjelaskan bahwa pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak sendiri merupakan
sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan.
Pajak penghasilan pasal 22 atau disingkat PPh pasal 22 adalah pajak yang dipungut
oleh bendaharawan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi
atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan
pembayaran atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah
maupun swasta berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang
lain. Dasar hukum PPh pasal 22 adalah UU Pajak Penghasilan nomor 36 tahun 2008, pasal
22. Untuk lebih memahami secara mendalam dan komprehensif mengenai pajak
penghasilan (pph) pasal 22, maka yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai
subjek PPh pasal 22, objek, pemungut, pengecualian dari pengenaan pph pasal 22, saat
terutang, batas waktu setor dan lapor, serta contoh soal atau kasus yang berkaitan dengan
pasal 22.

2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari PPh Pasal 23 ?
2. Siapa pemotong PPh Pasal 23 ?
3. Apa saja yang termasuk objek PPh Pasal 23?
1
2
4. Apa saja yang dikecualikan dari PPh Pasal 23 ?
5. Kapan saat terutang, pemungutan dan pelaporan PPh Pasal 23 ?
6. Bagaimana cara menghitung tarif PPh Pasal 23 ?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari PPh Pasal 23
2. Untuk mengetahui Siapa pemotong PPh Pasal 23
3. Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk objek PPh Pasal 23
4. Untuk mengetahui Apa saja yang dikecualikan dari PPh Pasal 23
5. Untuk mengetahui Kapan saat terutang, pemungutan dan pelaporan PPh Pasal 23
6. Untuk mengetahui Bagaimana cara menghitung tarif PPh Pasal 23

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian PPh Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas


penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha
Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain
yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh
badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk
Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

2. Pemotong PPh Pasal 23

Pemotong PPh Pasal 23 terdiri atas :

1. Badan pemerintah
2. Subjek pajak badan dalam negreri
3. Penyelenggara dalam negeri
4. Bentuk usaha tetap
5. Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya
6. Orang Pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh kepala
kantor pelayanan pajak sebagai pemotong PPh Pasal 23, yaitu:
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaries, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), kecuali
camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan
atas pembayaran berupa sewa.

3. Tarif dan Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23


Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23 sesuai dengan pasal 23 UU No. 36 Tahun
2008 menetapkan tarif sebagai berikut:
1. Sebesar 15% dari Jumlah Bruto atas :
a. Dividen

4
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
c. Royalty
d. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh yang
dimaksut dalam Pasal 21 ayat 1 huruf e
2. sebesar 2% dari jumlah bruto atas :
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa
dan penghasilan lain sehubungan dengan oenggunaan harta yang telah dikenai
PPh Pasal 4 ayat (2)
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa managemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh pasal 21
 jasa penilai (appraisal)
 jasa aktuaris
 jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
 jasa perancang
 jasa pengeboran dibidang penambangan minyak dan migas, kecuali yang
dilakukan oleh BUT
 jasa penunjang dibidang pembangunan migas dan panas bumi
 jasa penambangan dan jasa penunjang dibidang penambangan selain migas
 jasa penunjang dibidang penerbangan dan Bandar udara
 jasa penebangan hutan
 jasa ppengolaan limbah
 jasa penyedia tenaga kerja
 jasa perantara dan keagenan
 jasa dibidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh
bursa efek, KSEI dan KPEI
 jasa custodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI
 jasa pengisian suara/ sulih suara
 jasa mixing film
 jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan,
pemelihraan dan perbaikan

5
 jasa instalasi/pemasangan mesin, pealatan, listrik, telepon, air, gas, AC atau
televisi kabel, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya
dibidang konstruksi dan mempunyai izin atau sertifikat sebagai pengusaha
kontribusi
 jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air,
gas, AC atau televisi kabel, alat transportasi/kendaraan atau bangunan, selain
yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya dibidang konstruksi
dan mempunyai izin atau sertifikat sebagai pengusaha kontribusi
 jasa maklon
 jasa penyelidikan dan keamanan
 jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
 jasa pengepakan
 jasa penyelidikan tempat dan waktu dalam media masa, media luar ruang
atau media lain untuk pem]nyimpanan informasi
 jasa pembasmian hama
 jasa kebersihan atau cleaning service
 jasa catering atau tata boga
dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
tersebut tidak memiliki nomer NPWP besarnya tariff pemotongan adalah
lebih tinggi 100% daripada tarif yang sebenarnya

3. Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 23

Beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23


sesuai dengan pasal 23 Aayat (4) uu No 17 tahun 2000, yaitu:

1. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank


2. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan
hak opsi
3. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai wajin pajak
dalam negeri, koperasi, BUMN, BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan betempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. dividen berassal dari cadangan laba yang ditahan

6
b. bagi PT, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham pada
badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang
disetor
4. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak kolektif
5. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya
6. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman atau pembiayaan yang diatur dengan
PMK.
4. Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23

1. PPh Pasal 23 terutang pasa akhir bulan dilakukan pembayaran atau pada akhir
bulan terutangnya pengasilan yang bersangkutan.
2. PPh Pasal 23 harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya tanggal 10
bulan takwim berikutnya setelah bulan saar terutangnya pajak ke bank presepsi
atau kantor pos Indonesia
3. Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan SPT Masa selambat-lambatnya
20 hari setelah masa pajak berakhir
4. Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan kepada orang
pribadi atau badan yang dibebani PPh yang dipotong
5. Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 dilakukan
secara desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya pembayaran atau
terutangnya penghasilan yang merupakan Objek PPh Pasal 23, hal ini dimaksutkan
untuk mempermudah pengawasan terhadap pelaksanaan pemotongan PPh PAsal 23
tersebut. Transaksi-transaksi yang merupakan objek pemotongan PPh pasal 23
yang pembayarannya dilakukan oleh kantor pusat, PPh Pasal 23 dipotong, disetor
dan dilaporkan oleh kantor pusat, sedangkan objek PPh Pasal 23 yang
pembayarannya dilakukan oleh kantor cabang misalnya sewa kantor cabang, PPh
Pasal 23 dipotong, disetor dan dilaporkan oleh kantor cabang yang bersangkutan.

5. Perhitungan PPh Pasal 23


1. Contoh Kasus-1:
Pada tanggal 10 May 2010, PT. Sukses Gagalnya, membagikan dividen masing-

7
masing Rp 10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas dividen yang
dibagikan, PT. Sukses Gagalnya wajib memungut PPh Pasal 23.

PPh pasal 23 yang harus dipotong PT. Sukses Gagalnya adalah :


=>15% x Rp 10.000.000,- = Rp 150.000,-
=>20 x Rp 150.000,- = Rp 3.000.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Mei 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Juni 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Juni 2010
2. Contoh Kasus-2:

Pada tanggal 20 agustus 2010, PT. Tukang Utang membayar bunga atas pinjaman
membayarkan bunga kepada PT. Lintah Darat sebesar Rp 90.000.000,-

PPh pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Tukang Utang adalah :


=> 15% x Rp 90.000.000 = Rp 13.500.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Agustus
2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 September 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 September 2010

3. Contoh Kasus-3:
CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat Lemes membayar Royalti kepada
Tuan. Doan Wiro Pasaribu atas pemakaian merek Ayam Goreng “Pak Doan”
sebesar Rp 1.000.000.000,- pada tanggal 2 Maret 2010

PPh pasal 23 yang harus dipotong CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat
Lemes :
=> 15% x Rp 1.000.000.000,- = Rp 150.000.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Maret
2010

8
Saat Penyetoran : paling lambat 10 April 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 April 2010
4. Contoh Kasus-4 :
Doan Pasaribu mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp 200.000.000,- atas
undian tabungan yang diselenggarakan Bank Kecap ABC pada tanggal 20 Januari
2010
PPh pasal 23 yang harus dipotong Bank Kecap ABC adalah :
=> 15% x Rp 200.000.000,- = Rp 30.000.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31


Januari2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Februari 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Februari 2010

5. Contoh Kasus-5 :

PT. Selalu Susah menyewa sebuah bus pariwisata dengan nilai sewa Rp
20.000.000,- milik Budi

PPh pasal 23 yang harus dipungut PT. Selalu Susah


=> 2% x Rp. 20.000.000,- = Rp 400.000,-

Apabila Budi tidak mempunyai NPWP maka PPh Pasal 23 yang dipotong PT.
Selalu susah adalah Rp 800.000,-

6. Contoh Kasus-6 :

PT Kalkulus meminta jasa dari Pak Dodi untuk membuat sistem akuntansi
Perusahaan dengan imbalan sebesar Rp. 22.000.000,- (sudah termasuk PPN)
PPh pasal 23 yang dipotong PT kalkulus adalah
2% x Rp 20.000.0000,- = Rp 400.000,-
PT. Celalu cayang dy membayarkan jasa konsultan PT Jaya sebesar Rp 2.200.000
( termasuk PPN). PT jaya tidak mempunyai NPWP
maka PPh pasal 23 yang dipotong PT. Celalu cayang dy adalah:
200% x 2% x Rp 2.000.000 = Rp 80.000,-

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong
PPh Pasal 21. Dalam melakukan pemotongan PPh Pasal 23 terdapat pemotong pajak yang
telah ditentukan oleh peraturan uu PPh pasal 23 begitu pula dengan tarif dan penghasilan
apasaja yang tergolong dapat dipotong PPh Pasal 23 ataupun yang dikecualikan. Makalah
diatas juga menunjukan kapan saat terutang, pelaporan dan penyetoran PPh pasal 23 yang
telah ditentukan oleh UU.

10
Daftar Pustaka

Mardiasmo. 2013. Perpajakan. yogyakarta : ANDI.

Resmi,Siti . 2013. Perpajakan. jakarta : Selemba Empat.

Informasi Umum Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23), (online),


http://www.online-pajak.com/id/berita-dan-tips/pph-pajak-penghasilan-pasal-23,
(15 Oktober 2014)

Pajak Penghasilan Pasal 23, (online), http://www.pajak.net/info/PPh23.htm , (15


Oktober 2014)

Seri pajak – pajak penghasilan pasal 23, (online),


http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-23 , (15 oktober 2014)

Konsep dan Perhitungan PPh Pasal 23, (online),


http://wijayanomicstax.wordpress.com/2013/03/20/konsep-perhitungan-pph-pasal-23/ ,
(15 oktober 2014)

11

Anda mungkin juga menyukai