Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BAHASA ARAB

“ SIFAT WAL MAUSHUF “

Dosen Pengampu : Raihan, M.Hum

Disusun oleh : Kelompok 9


1. Laelatul Fitri
2. Shalahuddin Al-Ayyubi
3. Annisa Aulia

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya kepada kita semua sebagai insan yang senantiasa ingin menyempurnakan
budi pekerti dalam mencapai derajat yang tinggi di sisi-Nya, karena dengan limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Sifat Wal
Maushuf ”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada pemimpin terbaik yang
pernah ada, yang mencintai umatnya yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
membebaskan umat manusia dari belenggu jahiliyah sehingga Islam dapat kita rasakan
sampai saat ini.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Raihan, M.Hum selaku dosen mata
kuliah Bahasa Arab, telah sangat membantu dan memberikan bimbingan, sehingga makalah
ini tersusun.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan perlu penyempurnaan
lagi. Untuk itu, Kami sangat mengharapkan bantuan kritik dan saran dari semua pihak untuk
penyempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Mataram, September 2023


DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A, Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian sifat ( na’at ) dan maushuf ( man’ut )............................................................5
a. Pembagian sifat ( na’at ).................................................................................................5
b. Pengertian na’at haqiqi ( ‫) النعت الحقيقي‬............................................................................5
c. Pengertian Na’at Sababi..................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................8
a. Kesimpulan.........................................................................................................................8
b. Saran...................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................9
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Arab adalah bahasa yang dipergunakan oleh Allah Swt. Dalam Al-Qur’an,
yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam. Pemahaman yang baik dan benar terhadap
bahasa Arab akan menjadi alat utama dalam menerjemahkan dan menafsirkan makna ayat
yang dikandung dalam setiap ayat kitab suci ini.
Dalam beberapa ayat, Allah Swt. Menggunakan kata-kata berupa penyifatan, baik
terhadap diri-Nya maupun terhadap benda-benda yang disebutkan-Nya. Seperti halnya dalam
bahasa Indonesia dan Inggris, penggunaan kata sifat berarti penjelasan tentang sifat benda.
Dalam bahasa Arab, konsep ini disebut sebagai sifat wa mausuf (Kata sifat dan yang disifati).
Dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang masalah di atas, semoga
penjelasan yang penulis paparkan nantinya dapat memberikan gambaran yang jelas kepada
pembaca.

B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana pengertian sifat ( na’at ) dan maushuf ( man’ut ) ?
b) Bagaimana pembagian sifat ( na’at ) ?
c) Bagaimana pengertian na’at haqiqi ?
d) Bagaimana pengertian na’at sababi ?
C. Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian sifat ( na’at ) dan maushuf ( man’ut ).
b) Untuk mengetahui pembagian sifat ( na’at )
c) Untuk mengetahui pengertian na’at haqiqi
d) Untuk mengetahui pengertian na’at sababi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian sifat ( na’at ) dan maushuf ( man’ut )


Sifat dalam kajian ilmu nahwu adalah salah satu dari attawabi’ ( tabi’ ). Attawabi’ sendiri
secara istilah nahwu bermakna sesuatu yang mengikuti sesuatu sebelumnya dalam hal i’rob.
Sifat ( ( ‫ صفة‬dan dengan na’at ( ‫) نعت‬. Letak perbedaannya hanya hanya dari penggunaan
istilah saja. Para ulama nahwu dari Bashroh menggunakan “ sifar “ ( ‫) صفة‬, sedangkan para
ulama Kuffah lebih memilih menggunakan “ na’at “ ( ‫) تعت‬. Sedangkan maushuf ( ‫) موصوف‬
sama dengan man’ut ( ‫ ) منعوت‬yaitu yang menjadi disifati.
‫التبع الدال على صفة من صفات متبوعه أو من صفات متعلق منعوته‬
Na’at adalah tabi’ ( pengikut ) yang menunjukkan kepada suatu sifat dari pada sifat-sifat
man’utnya atau yang berkaitan dengan man’utnya.
Contoh : ‫ ( خالد المجتهد‬Kholid yang rajin )
Lafadz ‫ خالد‬berkedudukan sebagai man’ut ( yang disifati ) dan lafadz ‫ المجتهد‬berkedudukan
sebagai na’at ( sifat ).
a. Pembagian sifat ( na’at )
Para ulama membagi na’at menjadi dua kelompok, yaitu na’at haqiqi dan na’at sababi.
‫قال ابن مالك‬
ُ ‫فَالنَّع‬
‫ بِ َو ْس ِم ِه أوْ َوس ِْم َما بِ ِه ا ْعتَلَ ْق‬# ‫ْت تَاب ٌع ُمتِ ٌّم َما َسبَ ْق‬
Ibnu Malik berkata: “ Na’at adalah tabi’ ( pengikut ) yang menyempurnakan isim atau
( man’ut ) yang berada sebelumnya dengan cara mensifatinya, yang disebut dengan na’at
haqiqi. Dan mensifati isim yang masih berkaitan dengan man’ut, yang disebut dengan na’at
sababi.
b. Pengertian na’at haqiqi ( ‫) النعت الحقيقي‬
Na’at haqiqi adalah isim yang menjadi sifat atau penjelas bagi man’utnya. Sehingga dapat
dikatakan l, na’at haqiqi adalah na’at yang menjelaskan man’utnya secara langsung.
Na’at haqiqi harus mengikuti man’utnya dalam 4 hal dari 10 perkara,yaitu :
1. Ma’rifah dan nakirohnya.
2. Mufrod, tatsniyah/mutsanna dan jamaknya ( jika man’utnya jamak tidak berakal,
maka na’atnya berupa isim mufrod yang muannats ).
3. Mudzakar dan muannatsnya.
4. I’robnya ( rofa’,nasob, jernya ).
Contoh masing-masing perubahan i’robnya :
 Contoh na’at haqiqi dalam bentuk mufrod mudzakar dan ma’rifat dalam keadaan
marfu’, manshub dan majrur.
‫جاء الطالب المجتهد‬
‫ الطالب‬berkedudukan sebagai man’ut dan fa’il, karena fa’il harus dibaca rofa’. Dan
‫الب‬yy‫ الط‬adalah isim mufrod, tanda rofa’nya adalah dhommah. ‫الب‬yy‫ الط‬berbentuk
ma’rifah karena ada ( ‫ ) ال‬dan ‫الب‬yy‫ الط‬berbentuk mudzakar. ‫ المجتهد‬berkedudukan
sebagai na’at haqiqi, maka ‫ المجتهد‬harus mengikuti man’utnya yaitu dibaca rofa’,
karena ‫ المجتهد‬adalah isim mufrod, maka tanda rofa’nya adalah dhommah, ‫المجتهد‬
berbentuk ma’rifah karena ada ( ‫ ) ال‬dan ‫ المجتهد‬berbentuk mudzakar.
‫رأيت الطالب المجتهد‬
‫الب‬y‫ الط‬berkedudukan sebagai man’ut dan maf’ulumbih, karena maf’ulumbih harus
dibaca nashob, dan ‫ الطالب‬adalah isim mufrod, maka tanda nashobnya adalah fathah.
‫ الطالب‬berbentuk ma’rifah karena ada ( ‫ ) ال‬dan ‫الب‬y‫ الط‬berbentuk mudzakar. ‫المجتهد‬
berkedudukan sebagai na’at haqiqi, maka ‫ المجتهد‬harus mengikuti man’utnya yaitu
dibaca nashob, karena ‫ المجتهد‬adalah isim mufrod, maka tanda nashobnya adalah
fathah, ‫ المجتهد‬berbentuk ma’rifah karena ada ( ‫) ال‬dan ‫ المجتهد‬berbentuk mudzakar.
‫مررت بالطالب المحتهد‬
‫الب‬yyy‫ الط‬berkedudukan sebagai man’ut, karena ada huruf jer burupa ‫ ب‬maka
‫الطالب‬dibaca jer. Karena ‫ الطالب‬adalah isim mufrod, maka tanda jernya adalah kasroh,
‫ الطالب‬berbentuk ma’rifah karena ada ( ‫ ) ال‬dan ‫ الطالب‬berbentuk mudzakar. . ‫المجتهد‬
berkedudukan sebagai na’at haqiqi, maka ‫ المجتهد‬harus mengikuti man’utnya yaitu
dibaca jer, karena ‫ المجتهد‬adalah isim mufrod, maka tanda nashobnya adalah kasroh,
‫ المجتهد‬berbentuk ma’rifah karena ada ( ‫ ) ال‬dan ‫ المجتهد‬berbentuk mudzakar .
 Contoh na’at haqiqi dalam bentuk mufrodah muannats dan ma’rifah dalam keadaan
marfu’, manshub dan mahrur:
‫جائت الطالبة المجتهدة‬
‫رأيت الطالبة المجتهدة‬
‫مررت بالطالبة المجتهدة‬
 Contoh na’at haqiqi dalam bentuk mutsanna mudzakar dan ma’rifah dalam keadaan
marfu’, manshub dan majrur:
‫جاء الطالبان المجتهدان‬
‫رأيت الطالبين المجتهدين‬
‫مررت بالطالبين المجتهدين‬
 Contoh na’at haqiqi dalam bentuk jamak muannats Salim dan ma’rifah dalam bentuk
marfu’, manshub dan majrur:
‫جائت الطالبات المجتهدات‬
‫رأيت الطالبات المجتهدات‬
‫مررت بالطالبات المجتهدات‬
 Contoh na’at haqiqi dalam bentuk nakiroh, cukup dengan membuang alif lam dari
na’at dan man’utnya, seperti:
‫جاء طالب مجتهد‬
‫طالب = منعوت‬
‫مجتهد = نعت‬
c. Pengertian Na’at Sababi
Na’at sababi adalah isim yang menjadi sifat atau penjelas bagi isim yang masih
berhubungan dengan man’utnya. Na’at sababi selalu dalam keadaan mufrod. Na’at
sababi selalu mengikuti man’utnya dalam:
1. I’rob ( rofa’, nashob atau jer ).
2. Ma’rifah atau nakiroh.
Na’at sababi mengikuti mudzakar muannats isim yang disifati ( isim setelahnya ).
Contoh: ‫جاء الرجل الحسن خطه‬
Seorang laki-laki yang tulisan tangannya bagus telah datang. ‫ الحسن‬disini adalah na’at
tapi tidak menjelaskan sifat dari ‫الرجل‬, melainkan menjelaskan sifat dari suatu yang
berhubungan dengan ‫ الرجل‬,yaitu ‫خطه‬. Yang bagus bukan laki-lakinya, tapi tulisan
tangannya. Sehingga bisa dikatakan na’at sababi adalah na’at yang tidak menjelaskan
sifat man’utnya secara langsung.
‫ جاء‬berkedudukan sebagai fi’il
‫ الرجل‬berkedudukan sebagai fa’il dan man’ut, karena fa’il harus dibaca rofa’ dan ‫الرجل‬
adalah isim mufrod, maka tanda rofa’nya adalah dhommah, ‫ الرجل‬berbentuk ma’rifah.
‫ الحسن‬berkedudukan sebagai na’at sababi, karena ‫ الحسن‬menjelaskan sifat dari sesuatu
yang berhubungan dengan ‫ الرجل‬yaitu ‫خطه‬. Karena ‫ الحسن‬adalah na’at sababi, maka
‫ الحسن‬harus mengikuti man’utnya yaitu dibaca rofa’ dan berbentuk ma’rifah. Dan
mengikuti isim yang disifati ( isim setelahnya ) yaitu ‫ خطه‬dalam hal mudzakar dan
muannatsnya,karena ‫ خطه‬berbentuk mudzakar, maka ‫ الحسن‬harus juga berbentuk
mudzakar.
BAB III

a. Kesimpulan
1. Sifat (Naat) adalah adalah lafadz yang menunjuk kepada sifat ism (kata benda)
sebelumnya untuk menerangkan keadaannya
2. Naat terdiri atas dua buah kata yang masing-masing berkedudukan sebagai naat (Kata
sifat) dan man’ut (benda yang disifati)
3. Naat harus sama dengan man’ut dalam segi rafa, nashab, jar, nakirah, ma’rifah,
mudzakkar, muannats, mufrad, mutsanna dan jamaknya.
4. Naat terdiri atas dua, yaitu Naat Haqiqi dan Naat Sababi.
b. Saran
1. Penambahan referensi dan buku panduan pada Mata Kuliah Bahasa Arab merupakan
salah satu cara meningkatkan pemahaman konsep bagi mahasiswa, apalagi bagi
mahasiswa yang masih berada pada level dasar.
2. Penjelasan tentang materi sifat wa mausuf akan lebih mudah dipahami ketika
dihubungkan dengan ayat yang ada di dalam Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, Irfan Hadia,SIFAT WAL MAUSHUF ( NA’AT WAL MAN’UT )


http://irfanhadia.blog.upi.edu/tag/pengertian-sifat-dan-maushuf/
Jumanto, Pengertian Na’at Sababi dan Na’at Haqiqi Beserta Contohnya Lengkap.
https://www.jumanto.com/naat-sababi-dan-naat-haqiqi/
Tips Mahir Bahasa Arab,TMBA, Kaidah Na’at Man’ut Lengkap dengan Contoh I’rob.
https://bahasa-arab.com/kaidah-naat-manut-
%D8%A7%D9%84%D9%86%D8%B9%D8%AA-%D9%88-
%D8%A7%D9%84%D9%85%D9%86%D8%B9%D9%88%D8%AA-lengkap-dengan-
contoh-irob/
Widi, wid, SIFAT WAL MAUSHUF ( Sifat dan Yang Disifati )
https://id.scribd.com/document/393147940/%D8%B5%D9%90%D9%81%D9%8E
%D8%A9-SIFAT-MAUSHUF-Sifat-dan-Yang-Disifat
Samsul Ma’arif, Tabel Nahwu Al-Fatih. Magelang : Pesantren AN-NUR

Anda mungkin juga menyukai