Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FIKIH JINAYAH ( BATASAN HUKUM KEJAHATAN YANG TELAH


DITETAPKAN SYARIAT )

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ushul Fiqih

Dosen Pengampu : Sopian Lubis, MA.

Disusun Oleh : Kelompok 11

1. Fatiha Arrahmi Thahir ( 0303223170 )


2. Nabillah Putri Utami ( 0303223153)

BKPI-6 SEMESTER 2

PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih dan maha penyayang
kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat allah swt atas segala limpahan
rahmat, hidayah serta karunianya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul “ Fiqih Jinayah ( Batasan
Kejahatan Hukum Yang Sudah Ditetapkan Syariat )” dibuat untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Ushul Fiqih dengan Dosen Pengampu yaitu Bapak Sopian
Lubis, MA kami mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen pengampu yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga dapat menambah wawasan bagi
kami.

Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis, pembaca


dan pihak lainnya. Dan kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna oleh
karena itu saran dan kritik yang kami harapkan untuk menjadi lebih baik lagi

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tebing Tinggi, 10 Juni 2023

( Kelompok 11 )
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan Masalah.............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

A. Pengertian Fiqih Jinayah...............................................................................5

B. Dasar Hukum Jinayah...................................................................................6

C. Macam-Macam Fiqih Jinayah/Jarimah dan Hukumannya............................6

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................11

B. Saran............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fiqh jinayah atau hukum pidana merupakan bagian dari syari’at islam yang
berlaku sejak diutusnya rasulullah. Oleh karenanya pada zaman rasulullah dan
khulafaur rasyidin, hukum pidana islam berlaku sebagai hukum publik yaitu
hukum yang di atur dan diterapkan oleh pemerintah selaku penguasa yang sah
atau ulil amri. Hukum pidana menurut syari’at islam merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam kehidupan setiap muslim dimanapun ia berada. Syari’at islam
merupakan hukum yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim karena syari’at
merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT.

Namun dalam kenyataannya, masih banyak umat islam yang belum tau dan
belum paham tentang apa saja dan bagaimana hukum pidana islam itu, serta
bagaimana ketentuan-ketentuan hukum tersebut seharusnya disikapi dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka pada kesempatan ini saya sebagai
pemakalah akan mencoba menjelaskan apa itu fiqih jinayah dan apa saja aspek
didalamnya

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Fiqih Jinayah ?


b. Bagaimana dasar hukum jinayah menurut syari’at islam ?
c. Apa saja macam-macam fiqih jinayah dan hukumnya?

C. Tujuan Masalah

a. Untuk mengetahui pengertian fiqih jinayah


b. Untuk mengetahui bagaimana dasar hukum jinayah menurut syari’at
islam
c. Untuk mengetahui macam-macam fiqih jinayah dan hukumnya

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqih Jinayah

Jinayah artinya perbuatan dosa,perbuatan yang salah atau perbuatan jahat.


Jinayah adalah masdar (kata asal) dari kata kerja fi’il madhi jana Yang
mengandung arti suatu kata kerja yang diperuntukkan bagi satuan laki-laki yang
telah berbuat dosa atau salah. Pelaku kejahatan itu sendiri disebut dengan jaani
yang merupakan bentuk bagi satuan laki-laki atau bentuk mufrad mudzakkar.
Adapun sebutan pelaku kejahatan wanita adalah jaaniah, yang artinya dia (wanita)
yang telah berbuat dosa.

Menurut Dr. Abdul Kadir Audah dalam kitabnya At Tasyri Al Jinai Al


Islamy menjelaskan bahwa jinayah menurut bahasa merupakan nama bagi suatu
perbuatan jelek seseorang. Adapun menurut istilah adalah nama bagi suatu
perbuatan yang diharamkan syara’ baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta
benda maupun lainnya.

Jadi pengertian jinayah adalah semua perbuatan yang diharamkan.


Perbuatan yang diharamkan adalah tindakan yang dilarang atau dicegah oleh
syara’(hukum islam). Dan apabila dilakukan perbuatan tersebut maka akan
mendapatkan konsekuensinya yang membahayakan agama, jiwa, akal,
kehormatan dan harta benda. Sebagian fuqaha mengunakan kata jinayah untuk
perbuatan yang berkaitan dengan jiwa atau anggota badan seperti
membunuh,melukai, menggugurkan kandungan dan lainnya. Dalam fiqih hukum
pidana islam sering disebut dengan istilah fiqih jinayah atau jarimah. Jadi istilah
fiqih jinayah sama dengan hukum pidana.

Fiqih jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atas
perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukalaf sebagai hasil dari
pemahaman dalil dalil hukum yang terperinci dari al-qur’an dan hadits.

B. Dasar Hukum Jinayah

Dasar hukum tindak pidana adalah bersumber dari ayat-ayat atau nash al-
qur’an. Ayat ayat tersebut sebagai berikut :

Q.S Al-Baqarah : 178

ۚ ‫صاصُ فِى ْٱلقَ ْتلَى ۖ ْٱلحُرُّ بِ ْٱل ُح ِّر َو ْٱل َع ْب ُد بِ ْٱل َع ْب ِد َوٱُأْلنثَ ٰى بِٱُأْلنثَ ٰى‬ َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ْٱلق‬ ۟ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ ِ‫وا ُكت‬ َ
ٌ ِ‫ك ت َْخف‬
‫يف ِّمن َّربِّ ُك ْم‬ َ ِ‫ُوف َوَأدَٓا ٌء ِإلَ ْي ِه بِِإحْ ٰ َس ٍن ۗ ٰ َذل‬
ِ ‫ع بِ ْٱل َم ْعر‬ ٌ ۢ ‫فَ َم ْن ُعفِ َى لَ ۥهُ ِم ْن َأ ِخي ِه َش ْى ٌء فَٱتِّبَا‬
‫ك فَلَهۥُ َع َذابٌ َألِي ٌم‬ َ ِ‫َو َرحْ َمةٌ ۗ فَ َم ِن ٱ ْعتَد َٰى بَ ْع َد ٰ َذل‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash


berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa
yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar
(diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian
itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa
yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih

Q.S An-Nisa : 93

ِ ‫ب ٱهَّلل ُ َعلَ ْي ِه َولَ َعنَ ۥهُ َوَأ َع َّد لَهۥُ َع َذابًا ع‬


‫َظي ًما‬ ِ ‫َو َمن يَ ْقتُلْ ُمْؤ ِمنًا ُّمتَ َع ِّمدًا فَ َجزَ ٓاُؤ هۥُ َجهَنَّ ُم ٰخَ لِدًا فِيهَا َو َغ‬
َ ‫ض‬
Artinya: Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja
maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka
kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.

C. Macam-Macam Fiqih Jinayah/Jarimah dan Hukumannya.

Para ulama membagi jarimah berdasarkan aspek berat dan ringannya


hukuman serta ditegaskan atau tidaknya oleh al-qur’an atau hadits , atas dasar ini
ada 3 macam fiqih jinayah yaitu :

1. Jarimah Qishash

Secara etimologi qishash yaitu mengenakan sebuah tindakan (sanksi


hukum) kepada pelaku persis seperti tindakan yang dilakukan oleh pelaku tersebut
kepada korban.1arti lain qishas diartikan dengan menjatuhkan sanksi hukum
kepada pelaku tindak pidana sama persis dengan tindak pidana yang dilakukan,
misal nyawa dengan nyawa dan anggota tubuh dibalas dengan anggota tubuh .

Dalam fiqih jinayah, sanksi qishas ada dua macam yaitu qishash karena
melakukan jarimah pembunuhan dan qishash karena melakukan jarimah
penganiayaan. Sanksi hukum qishas yang diberlakukan terhadap pelaku
pembunuhan yang sengaja atau terencana terdapat dalam firman allah swt
berikut :

‫صاصُ فِى ْٱلقَ ْتلَى‬


َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ْٱلق‬ ۟ ُ‫ۖ ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ ِ‫وا ُكت‬ َ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash


berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; (q.s al-baqarah : 178)

Ayat ini berisi tentang hukuman qishas bagi pembunuh yang melakukan
kejahatannya secara sengaja dan pihak keluarga korban tidak memaafkan pelaku.
Namun jika keluarga korban memaafkan pelaku, maka sanksi qishash tidak
berlaku dan beralih menjadi hukuman diyat. 2 Diyat adalah denda yang wajib

1
Ali bin Muhammad Al-Jurjani, kitab al-ta’rifat (Jakarta : Dar’Al-Hikmah),hlm 176
2
(Abdul qasir audah, al-tasyri al-jima al-islami,) hlm 622
dikeluarkan baik berupa barang maupun uang oleh seseorang yang terkena hukum
diyat karena membunuh maupun melukai seseorang karena ada pengampunan dan
keringanan dari keluarga korban.

Dengan demikian tidak setiap pelaku tindak pembunuhan pasti diancam


sanksi qishash , segalanya harus diteliti secara mendalam ketika melakukan
jarimah pembunuhan ini. Ulama fiqih membedakan jarimah pembunuhan menjadi
tiga kategori yaitu pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja, dan
pembunuhan tersalah. Dari ketiga macam tindak pidana pembunuhan tersebut,
sanksi hukuman qishash hanya berlaku pada jenis pertama yaitu jenis
pembunuhan sengaja. Nash yang mewajibkan hukuman qishash ini tidak hanya
berdasarkan al-qur’an tetapi juga hadis nabi dan tindakan para sahabat. Dan
adapun dua jenis pembunuhan lainnya dapat sanksi berupa diyat.

Adapun sebuah jarimah sengaja dijelaskan oleh Abu Ya’la sebagai berikut :

“jika pelaku sengaja membunuh jiwa dengan benda tajam, seperti besi atau
dengan sesuatu yang melukai daging seperti melukai dengan besi atau benda keras
yang biasanya dipakai membunuh orang seperti batu dan kayu, maka pembunuhan
itu disebut pembunuhan sengaja sehingga pelakunya harus diqishash”3

Sementara itu mengenai pembunuhan semi sengaja dan tersalah , sanksi


hukumannya berupa diyat mukhaffaffah (diyat ringan) bukan diyat
mughallazah(diyat berat) sebab diyat berat diberlakukan pada pembunuhan
sengaja yang dimaafkan oleh pihak keluarga korban.

Perbedaan mendasar antara diya ringan dan diyat berat terletak pada jenis
dan umur unta. Dari segi jumlah unta, antara diyat ringan dan diyat berat sama
sama berjumlah 100 ekor. Akan tetapi kalau diyat ringan hanya terdiri dari 20
ekor unta karena umur 0-1 tahun, 20 ekor yang lain umur 1-2 tahun, 20 ekor yang
lain umur 2-3 tahun, 20 ekor yang lain umur 3-4 tahun, dan 20 ekor unta yang lain
umur 4-5 tahun. Sedangkan diyat berat berat terdiri dari tiga kategori terakhir

3
Abu Ya’la, Al-Ahkam, Al-Sultaniyyah, hlm 272
diatas ditambah 40 ekor unta yang disebut dengan khalifah yaitu unta yang sedang
mengandung atau bunting.

2. Jarimah Hudud

Secara etimologis, hudud merupakan bentuk jamak dari kata had yang
berarti pencegahan atau larangan. Sebagian ahli fiqih berpendapat bahwa had
ialah sanksi yang telah ditentukan secara syariat. Hudud adalah sanksi yang telah
ditentukan dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang melanggar suatu
pelanggaran yang akibatnya sanksi itu dituntut baik dalam rangka memberikan
peringatan kepada pelaku maupun dalam rangka memaksanya.4 Dan ada yang
mendefinisikan dalam kamus al-mu’jan hudud adalah sanksi yang telah
ditentukan dan wajib dibebankan kepada pelaku tindak pidana.

Hudud terbagi menjadi dua jenis yaitu hudud yang termasuk hak allah, dan
hudud yang termasuk hak manusia. Hudud yang termasuk hak allah maksudnya
adalah semua jenis sanksi yang wajib diberlakukan kepada pelaku karena ia
meninggalkan semua hal yang diperintahkan seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
Dan hudud kategori kedua adalah semua jenis sanksi yang diberlakukan kepada
seseorang karena melanggar larangan allah seperti berzina, mencuri dan minum
khamar. Kemudia jika ditinjau dari segi materi jarimah, hudud terbagi menjadi
tujuh , yaitu hudud atau jarimah zina, meminum minuman keras, qadzf,
pemberontakan, murtad, pencurian dan perampokan.

a. Berzina.
Zina ialah hubungan badan yang diharamkan dan disengaja oleh
pelakunya. Terdapat beberapa ayat al-qur’an yang mengharamkan
jarimah zina ini yaitu :
‫ٱلزن ٰ َٓى ۖ ِإنَّ ۥهُ َكانَ ٰفَ ِح َشةً َو َسٓا َء َسبِياًل‬ ۟ ‫َواَل تَ ْق َرب‬
ِّ ‫ُوا‬
Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk
(q.s al-isra: 32)
4
Al-Sayyid Abiq,fiqh al-sunnah (beirut : dar al-fikr) hlm.302
Ada dua jenis zina yaitu zina mhsan dan ghairu muhsan . zina muhsan
ialah zina yang pelakunya berstastus suami, istri, duda atau janda.
Artinya pelaku adallah orang yang masih dalam status pernikahan atau
perna menikah secara sah. Zina ghairu muhsan ialah zina yang
pelakunya masih berstatus perjaka atau gadis. Dari kedua jenis jarimah
zina diatas syariat islam memberikan dua sanksi atau hukuman yang
berbeda. Sanksi pada pelaku zina muhsan adalah hukum rajam, yaitu
pelaku dilempari batu hingga meninggal. Sanksi bagi pelaku zina ghairu
muhsan adalah dicambuk sebanyak seratus kali.

b. Qadzaf

c. Menurut bahasa
Qadzaf adalah
melempar,sedangkan
menurut istilah
d. syara’ Qadzaf adalah
menuduh orang lain
telah berzina. Seperti
dengan
e. perkataan : “Hai
penzina, kamu bukan
anak bapakmu
(perkataan yang
f. dituduhkan kepada
ibunya).
g. Berdasarkan
h. Menurut bahasa
Qadzaf adalah
melempar,sedangkan
menurut istilah
i. syara’ Qadzaf adalah
menuduh orang lain
telah berzina. Seperti
dengan
j. perkataan : “Hai
penzina, kamu bukan
anak bapakmu
(perkataan yang
k. dituduhkan kepada
ibunya).
l. Berdasarkan
m. Menurut bahasa
Qadzaf adalah
melempar,sedangkan
menurut istilah
n. syara’ Qadzaf adalah
menuduh orang lain
telah berzina. Seperti
dengan
o. perkataan : “Hai
penzina, kamu bukan
anak bapakmu
(perkataan yang
p. dituduhkan kepada
ibunya).
q. Berdasarkan
Menurut bahasa Qadzaf adalah melempar, sedangkan menurut istilah
syara’ Qadzaf adalah menuduh orang lain telah berzina. Seperti
dengan perkataan : “Hai penzina, kamu bukan anak bapakmu
(perkataan yang dituduhkan kepada ibunya)”.
Berdasarkan Q.S An-nur ayat 4 :
۟ ُ‫وا بَأرْ بَ َع ِة ُشهَدَٓا َء فَٱجْ لِدُوهُ ْم ثَ ٰمنِينَ َج ْل َدةً َواَل تَ ْقبَل‬
۟
‫وا لَهُ ْم َش ٰهَ َدةً َأبَدًا‬ َ ِ ُ‫ت ثُ َّم لَ ْم يَْأت‬
ِ َ‫ص ٰن‬
َ ْ‫َوٱلَّ ِذينَ يَرْ ُمونَ ْٱل ُمح‬
ٓ
َ ‫ۚ َوُأ ۟و ٰلَِئ‬
َ‫ك هُ ُم ْٱل ٰفَ ِسقُون‬
Artinya: Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik
(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi,
maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan
janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan
mereka itulah orang-orang yang fasik.
Penuduh zina dengan tidak mendatangkan 40 orang saksi maka harus
dijilid sebanyak 80 kali.

c. Mencuri
Mencuri dapat diartikan mengambil harta orang lain dengan cara
sembunyi-sembunyi atau dengan cara menipu. Berdasarkan Q.S Al-
maidah ayat 38 yang berbunyi :
ٰ ۟
ِ ‫َّارقَةُ فَٱ ْقطَع ُٓوا َأ ْي ِديَهُ َما َج َزٓا ۢ ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكاًل ِّمنَ ٱهَّلل ِ ۗ َوٱهَّلل ُ ع‬
‫َزي ٌز َح ِكي ٌم‬ ُ ‫َّار‬
ِ ‫ق َوٱلس‬ ِ ‫َوٱلس‬
Artinya : Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.

d. Meminum minuman keras


Larangan meminum minuman keras sudah dijelaskan secara tegas dalam
al-quran dan sunnah. Penetapan larangan tersebut diturunkan secara
bertahap. Mulanya dikatakan bahwa dari buah kurma dan anggur dapat
dibuat minuman memabukkan dan rezeki yang baik baik dalam q.s an-
nahl : 67 dan dikemukakakn dalam minuman keras mengandung dosa
besar disamping ada manfaatnya.
Ulama telah sepakat orang yang meminum minuman keras wajib dikenai
hukuman (had) baik mengkonsumsi sedikit atau banyak sesuai dengan
landasan syara’ hadis nabi saw yang artinya :
“Dari anas bin malik ra dihadapkan kepada nabi saw seorang yang telah
minum kamr kemudian beliau menjilidnya dengan dua tangkai pelepah
kurma kira kira 40 kali “(mutafaq alaih).
Terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama mengenai pukulan bagi
peminum kamr diantaranya :
1. Jumhur ulama (mayoritas ulama) yaitu imam abu hanifah,imam
malik dan imam bin hambali berpendapat bahwa jumlah pukulan
hukuman minum kamr adalah 80 kali.
2. Imam syafi’i, abu daud dan ulama dzahiriyyah berpendapat had
untuk orang yang minum minuman keras adalah 40 kali
cambuk,tetapi hakim boleh menambahkannya sampai 80 kali. Dan
tambahan tersebut merupakan hak hakim.
e. Perampokan
Adalah pengambilan harta orang dengan cara kekerasan dan pembunuhan.
Hukuman terhadap pelaku perampokan atau hirabah adalah dibunuh atau
dipotong tangan dan kakinya secara berseling. Dasar hukum hirabah
terdapat dalam firman allah surat al-maidah ayat 33 yaitu :
‫صلَّب ُٓو ۟ا َأوْ تُقَطَّ َع‬
َ ُ‫ض فَ َسادًا َأن يُقَتَّلُ ٓو ۟ا َأوْ ي‬ ۟ ٰٓ
ِ ْ‫اربُونَ ٱهَّلل َ َو َرسُولَهۥُ َويَ ْس َعوْ نَ فِى ٱَأْلر‬ ِ ‫ِإنَّ َما َجزَ ُؤا ٱلَّ ِذينَ يُ َح‬
ٌ‫ى فِى ٱل ُّد ْنيَا ۖ َولَهُ ْم فِى ٱلْ َءا ِخ َر ِة َع َذاب‬ َ ِ‫ض ۚ ٰ َذل‬
ٌ ‫ك لَهُ ْم ِخ ْز‬ ۟ ٍ َ‫َأ ْي ِدي ِه ْم َوَأرْ ُجلُهُم ِّم ْن ِخ ٰل‬
ِ ْ‫ف َأوْ يُنفَوْ ا ِمنَ ٱَأْلر‬
‫َع ِظي ٌم‬

Artinya: Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang


memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi,
hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki
mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat
kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk
mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar

f. Pemberontakan
Terdapat 3 unsur pemberontakan yaitu pembangkangan terhadap negara,
pembangkangan yang dilakukan dengan kekuatan, dan ada niat yang
melawan hukum. Adapun sanksi pidana terhadap pemberontakan adalah
dihukum mati berdasarkan firman allah surat al-hujurat ayat 9 yaitu :
۟ ُ‫َت حْ َد ٰىهُما َعلَى ٱُأْل ْخ َر ٰى فَ ٰقَتِل‬ ۟ ۟
‫وا ٱلَّتِى‬ َ ‫َوِإن طَٓاِئفَتَا ِن ِمنَ ْٱل ُمْؤ ِمنِينَ ٱ ْقتَتَلُوا فََأصْ لِحُوا بَ ْينَهُ َما ۖ فَِإ ۢن بَغ ْ ِإ‬
َ‫ُوا بَ ْينَهُ َما بِ ْٱل َع ْد ِل َوَأ ْق ِسطُ ٓو ۟ا ۖ ِإ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحبُّ ْٱل ُم ْق ِس ِطين‬
۟ ‫ت فََأصْ لِح‬
ْ ‫تَ ْب ِغى َحتَّ ٰى تَفِ ٓى َء ِإلَ ٰ ٓى َأ ْم ِر ٱهَّلل ِ ۚ فَِإن فَٓا َء‬
Artinya : Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu
berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang
satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang
melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada
perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya
menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berlaku adil.
g. Murtad
Murtad adalah keluar dari agama islam. Dalam firman allah swt dalam q.s
al-baqarah ayat 217 yang artinya barang siapa yang murtad diantara kamu
dari agamanya,lalu dia mati dalam keadaan kafir,maka mereka itulah yang
sia sia amalannua didunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni
neraka mereka kekal didalamnya.

3. Jarimah Ta’zir

Jarimah ta’jir adalah jarimah yang dihukum dengan hukuman ta’jir . Ta’zir
juga diartikan ar-rad wa al-man’u artinya menolak atau mencegah. Menurut istilah
yang dikemukakan oleh imam al mawardi adalah hukuman atas pendidiman atas
dosa (tindak pidana) yang belum ditentukan oleh syara’ secara ringkas hukuman
ta’zir adalah hukuman yang belum ditentukan syara melainkan diserahkan kepada
vii al amri baik penentuannya maupun pelaksanaannya artinya perbuatan undang
undang tidak menetapkan hukuman untuk masing masing jarimah melainkan
hanya menetapkan sekumpulan hukuman dari yang seringan ringannha sampai
yang terberat. Pelaksanaan hukum ta’zir diserahkan sepenuhnya kepada hakim
islam hukum ta’zir diperuntukkan bagi seseorang yang melakukan jinayah atau
kejahatan yang belum memenuhi syariat untuk dihukum had atau tidak memenuhi
syarat membayar diyat sebagai hukum ringan untuk menebus dosanya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut istilah syar’i kata jinayah berarti menganiyaya badan sehingga


pelakunya wajib dijatuhi hukuman qishas atau membayar denda. Dikalangan
fuqaha perkataan jinayah berarti perbuatan perbuatan yang terlarang menurut
syara’. Fiqih jinayah terbagi menjadi 3 yaitu jarimah qishas, jarimah hudud,
jarimah ta’zir.

Jarimah qishas adalah kejahatan yang dapat dikenai hukuman qishas atau
diyat. Qishas artinya balasan yang sepadan, yaitu hukuman yang dijatuhkan
kepada pelaku seperti perbuatan yang telah pelaku lakukan terhadap korban.

Jarimah hudud adalah kejahatan yang dikenai had atau hudud.hudud


merupakan larangan, penjegahan,hukuman hudud terbagi menjadi tujuh
diantaranya zina,qadzaf,meminum minuman keras,mencuri,hirabah,murtad dan
pemberontak.

Jarimah ta’zir adalah kejahatan yang dapat dikenai ta’zir, hukuman ta’zir
adalah hukuman yang belum ditetapkan oleh syara’ melainkan di serahkan
kepada hakim atau penguasa.

B. Saran

Alhamdulillah dengan selesainya makalah fiqih jinayah ini, penulis


berharap seluruh pembaca menjadi orang yang haus akan ilmu terutama untuk
mempelajari dengan tekun dan teliti materi ini serta mencari referensi lain
sehingga bisa mengenal lebih dalam tentang fiqih jinayah. Penulis mengharapkan
bagi pembaca bisa mengajukan atau memberikan kritik jika terdapat kesalahan
dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Sari Maya Seva,2023. Fiqih Jinayah,Jambi : PT.Sonpedia Publishing Indonesia

Irfan Nurul H, 2022. Fiqh Jinayah,Jakarta : AMZAH

Hakim,Rahmat.2000. Hukum Pidana Islam(Fiqih Jinayah). Bandung : CV


Pustaka Setia

Darussamin,Z.2014. qisas dalam Islam dan relevansinya dengan masa kini. Asy-
syir’ah : Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum 48 (1)

Munajat,mahrus.2004. Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Jogjakarta: Logung

Ahmad Hanafi,1968. Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Bulan Bintang

Anda mungkin juga menyukai