Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

AL-QUR’AN
BIOGRAFI ABU UBAID AL - QOSIM

KELOMPOK 2
ANGGOTA KELOMPOK:
 PUTRI ALYA SARI
 REINAYA MEI.S
 RANIA LAILA .F
 RISKA
 RISKI
 SELVYANTI.K
 SINTIYA.A
SMA NURUL HAYAH CIBINGBIN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
"Kaidah tajwid al-quran".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Cibingbin,oktober 2022

penyusun
Mengenal Abu Ubaid Qasim bin Salam
Tokoh besar penggagas dan pencetus serta memiliki karya yang besar dalam
bidang Ilmu Tajwid dan Hadits, Abu Ubaid Qasim bin Salam, bukanlah seorang
keturunan Darah Biru.

Memang banyak Tokoh Besar yang dilahirkan dari seorang yang tidak memiliki
kedudukan terhormat, namun mereka hebat karena karyanya.

Tokoh sekelas Hasan Al-Basri sebagai contoh, beliau adalah anak seorang
Budak Tawanan Perang. Dan Ibundanya juga bernasib tidak jauh dari ayahnya
yang seorang Budak yang dimerdekakan oleh Ummul Mukminin Ummu
Salamah. Akan tetapi Hasan Al-Basri menjelma menjadi Ulama yang sangat
terhormat dikalangan Sunni.

Tidak jauh dari Hasan Al-Basri yang mempunyai legitiminasi sanad (transmisi)
keilmuan yang kuat dari Rasulullah SAW, Abu Ubaid Qasim bin Salam juga
banyak berjasa dalam pengembangan keilmuan Islam. Abu Ubaid adalah
seorang putra Budak dari Majikan orang Romawi di Herat (Afghanistan
sekarang).

Abu Ubaid Qasim bin Salam dilahirkan dikota tempat ayahnya berada, Herat
(Afghanistan) pada tahun 154 H bertepatan dengan 770 M. Dilahirkan dari
seorang Budak tidak menjadikan Abu Ubaid menjadi kecil hati dan tidak
berkarya.

Beliau diketahui wafat pada tahun 224 H atau 838 M di Makkah dan pernah
menjabat sebagai Qadhi (Jabatan sekelas Hakim) dan Wali Kota.

Jabatan yang beliau pangku tidak lain karena kepandaian beliau dalam keilmuan
dan kemasyhuran namanya. Beliau wafat dalam usian 68 tahun jika
menggunakan penanggalan Masehi dan 70 tahun ketika menggunakan kalender
Hijriyah. Karya kitab gharib al-Hadits dan Ilmu Tajwid menjadi bukti
fenomenal selain 20 kitab lainnya.

Abu Ubaid Qasim bin Salam pernah menjadi Qadhi (Hakim Tinggi) di kota
Tartus (sekarang masuk Teritori Suriah) selama 18 tahun sejak tahun 192 —
210 H.

Dan pindah ke Khurasan sebagai Walikota selama 9 Tahun sejak 210 — 219 H.
Beliau menunaikan Ibadah Haji pada tahun 219 H dan tetap menetap di Makkah
sampai beliau wafat pada tahun 224 H.
Disamping sebagai Ulama dalam bidang Ilmu Tajwid dan Ilmu Gharib Hadits,
beliau juga jago dalam bidang Bahasa Arab, Fikih dan Tafsir. Perjuangan dari
seorang anak Budak menjadi Ulama dan Bangsawan yang mempunyai
sumbangsih keilmuan sangat besar kepada Islam.

Ulama Gharib Hadits

Abu Ubaid Qasim bin Salam disebutkan dalam Muqaddimah Kitab Gharib
Hadits (kitab karya beliau sendiri) oleh Ibnu Nadim, bahwa sekurangnya beliau
menulis 20 kitab.

Karya beliau menurut Ibnu Nadim adalah, Gharib Mushannif, Gharib al-
Quran, Gharib Al-Hadits, Maaniyal Quran, Kitabusy Syuaara, Al-Maqsur al-
Mamdud, Al-Qiraat, Al-Madzkur wal Muannas, Kitabun Nasab, Kitabul
Ahdats, Adabul Qadhi, Adadu Ayyil Quran, Al-Iman wan Nudzur, Kitabul Haid,
Kitabu At-Taharah, al-Hijru wat Taflis, Kitabu al-Amwal, Al-Amtsalu Ast-
Tsairah, An-Nasikh wal Mansukh, Fadlailul Quran.

Kitab-kitab lain yang beliau tulis masih banyak terutama dalam bidang Ilmu
fikih. Ibnu Nadim mengatakan bahwa;

Akan tetapi Kitab Abu Ubaid Qasim bin Salam tidak semuanya sampai kepada
generasi kita. Hanya Kitab Gharib Al-Hadits, Gharib Al-Mushannif, Kitabu al-
Amwal, Kitabu Fadlailu Al-Quran dan Kitab Al-Amtsal as-Sairah saja yang
berhasil terlacak. (Muqaddimah Gharib Al-hadits, Darul Ilmiyyah, Beirut)

Pada awalnya, Abu Ubaid Qasim bin Salam menulis kitab Gharib al-Hadits
sebagai cara beliau bertahan hidup. Tidak syak bahwa beliau adalah seorang
pengembara Ilmu yang pergi jauh dari Herat menuju kota Besar di Irak dan Iran.

Beliau menulis kitab dan termasuk Gharib Al-Hadits, untuk beliau hadiahkan
kepada Ibnu Thahir. Dan Abu Ubaid Qasim bin Salam
mendapatkan maisyah (Upah) sebanyak 10.000 dirham.

Kitab Gharib Al-Hadits beliau tulis selama 40 tahun sebelum beliau pindah ke
Makkah untuk menunaikan ibadah haji sampai beliau wafat pada tahun 224 H.

Ilmu Gharib al-Hadits adalah Ilmu yang menerangkan makna kalimat


dalam matan (isi) hadits yang sukar diketahui maknanya. Kata yang dibahas
dalam gharib al-Hadits juga jarang dipakai oleh umum.

Kontribusi pemikiran Abu Ubaid Qasim bin Salam dalam kitab Gharib Al-
Hadits adalah mengartikan kata ‫ الدخ‬yang dalam lietarsi awal Islam tidak
ditemukan/ kata langka dan aneh.
‫أن عمر انطلق مع النبي صلى هللا عليه و سلم في رهط قبل ابن صياد حتى وجدوه يلعب مع الصبيان عن‬
‫د أطم بني مغالة وقد قارب ابن الصياد الحلم فلم يشعر حتى ضرب النبي صلى هللا عليه و سلم بيده ثم قا‬
‫ فقال ابن‬. ‫ فنظر إليه ابن صياد فقال أشهد أنك رسول األميين‬. ) ‫ل البن الصياد ( تشهد أني رسول هللا‬
‫ فقال له‬. ) ‫صياد للنبي صلى هللا عليه و سلم أتشهد أني رسول هللا ؟ فرفضه وقال ( آمنت باهلل وبرسله‬
‫ فقال النبي صلى هللا عليه و سلم ( خلط عليك األمر‬. ‫ قال ابن صياد يأتيني صادق وكاذب‬. ) ‫( ماذا ترى‬
‫ فقال ( ا‬. ‫ فقال ابن صياد هو الدخ‬. ) ‫ ثم قال له النبي صلى هللا عليه و سلم ( إني قد خبأت لك خبيئا‬. )
‫ فقال النبي صلى‬. ‫ فقال عمر رضي هللا عنه دعني يا رسول هللا أضرب عنقه‬. ) ‫خسأ فلن تعدو قدرك‬
) ‫هللا عليه و سلم ( إن يكنه فلن تسلط عليه وإن لم يكنه فال خير لك في قتله‬

Kata ‫ الدخ‬adalah kategori kata gharib yang memerlukan penjelasan masuk akal
dalam bahasa yang luas. Kata ‫ الدخ‬menurut makna mujam adalah asap, namun
pendapat lain berarti tumbuh-tumbuhan, bahkan ada yang mengatakan juga
berarti jima.

Namun melalui penelurusan riwayat dan perbandingan makna dalam beberapa


khazanah keilmun didapatkan makna operasional kata ‫ الدخ‬adalah ASAP.

Pencetus Ilmu Tajwid

Selain menulis kitab Gharib Al-Hadits, Abu Ubaid Qasim bin Salam juga
menulis kitab kitabu Al-Qiraat yang menjadi dasar penulisan lebih lanjut Ilmu
Tajwid. Beliau melakukan ini pada sekitar abad ke-3 selama beliau menjadi
Ulama yang berpindah-pindah.

Maka dalam buku kitabu al-Qiraat dijelaskan klasifikasi bacaan ketika


membaca Al-Quran. Tersebarnya Islam keseluruh penjuru Jazirah Arab bahkan
keluar Jazirah Arab yang memiliki latar belakang kebudayaan, tradisi, bahasa
dan dialek berbede diperlukan adanya standardisasi bacaan Al-Quran.
Tujuannya adalah untuk menyesuaikan diri dengan ayat Allah SWT;

‫َو َرتِّ ِل ا ْلقُ ْرَآنَ ت َْرتِياًل‬

Artinya; “Bacalah al-Quran itu dengan tartil (perlahan-lahan)”. (Qs. Al-


Muzammil: 4)

Perbedaan bahasa, pengucapan dan dialek tidak terhindarkan dalam Islam


beriringan dengan perluasan kekuasaan Islam. Ilmu yang berkembang lebih
dahulu yang diinisiasi oleh Abu Aswad Ad-Duali dan Imam Khalil bin Ahmad
Al-Farahidi terkait dengan penulisan titik untuk membedakan huruf, harakat/
syakal untuk membunyikan huruf belum cukup mampu membenarkan dan
menyeragamkan bacaan Al-Quran.
Maka Abu Ubaid Qasim bin Salam hadir menjelaskan bagaimana membunyikan
bacaan Al-Quran dengan memberikan klasifikasi bacaan jelas, panjang, pendek,
samar dan lain sebagainya. Ringkasan Ilmu dalam Kitabu Al-Qiraat adalah;

1. Membaca jelas atau Ad-Dzuhru yang kemudian terkenal dengan


bacaan Idzhar.
2. Bacaan Samar dalam al-Quran digolongkan dengan nama
3. Bacaan Meleburkan suara atau memasukan suara ke huruf depannya
disebut dengan
4. Bacaan mendengung seperti orang pilek/ bindeng disebut dengan bacaan
5. Bacaan membalik atau mengganti suara huruf dengan huru Mim disebut
dengan
6. Membaca panjang dan pendek disebut dengan bacaan Mad dan

Klasifikasi bacaan ini berkembang banyak sesuai dengan


keilmuan tajwid sekarang. Bahkan dalam cabang bacaan Idgham bisa
berkembang menjadi bighunnah, bilaghunnah, mutjanisain,
mutaqaribain dan mutamasilain. Dalam pembagian Mad, bahkan sampai 13
cabang, ada Mad Tabii, Mad Fari, Mad Wajib. Mad Jais, Mad Lazim dan lain
sebagainya.

Sumbangsih besar Abu Ubaid Qasim bin Salam dalam keilmuan Islam
membawa dampak positif. Dengan kitab gharib hadits orang Islam mengetahui
maksud kata-kata susah dalam hadits.

Sumbangan kitabu Al-Qiraat berkembang menjadi Ilmu Tajwid yang


menjadikan kita mampu membedakan hukum-hukum membaca Al-Quran
dengan benar sesuai Idzhar, Idgham, Mad, dan lain sebagainya. Ash-Shawabu
Minallah.

https://pecihitam.org/abu-ubaid-qasim-bin-salam/
BUKU KARYA ABU UBAID AL QOSIM

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Ftokobukutafaqquh.com%2Fproduct
%2Fensiklopedia-keuangan-publik-abu-ubaid-al-qasim-gema-insani
%2F&psig=AOvVaw1niw8ubE83inJsPmbbR1Si&ust=1667484221977000&source=images&cd=v
fe&ved=0CA0QjRxqFwoTCKCxj_vUj_sCFQAAAAAdAAAAABAN

SEKIAN MAKALAH KAIDAH TAHWID AL-QUR’AN

Anda mungkin juga menyukai