Anda di halaman 1dari 8

14 Tujuan Analisa Nodal

1. Selecting tubing size. Memilih Ukuran Tubing Yang Tepat


2. Selecting flowline size. Memilih Ukuran Flowline Yang Tepat
3. Gravel pack design. Mendesain Gravel Pack
4. Surface choke sizing. Menentukan Ukuran Choke Surface
5. Subsurface safety valve sizing. Menentukan Ukuran Subsurface Safety Valve
6. Analyzing an existing system for abnormal flow re-strictions.
7. Artificial lift design. Mendesain Artificial Lift
8. Well stimulation evaluation. Evaluasi Stimulasi Suatu Sumur
9. Determining the effect of compression on gas well performance.
10. Analyzing effects of perforating density. Menganalisa Efek Perforasi
11. Predicting the effect of depletion on producing ca-pacity.
12. Allocating injection gas among gas lift wells.
13. Analyzing a multiwell producing system.
14. Relating field performance to time
ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP

Motor listrik berputar pada kecepatan relatif konstan, memutar pompa (impeller)
melewati poros (shaft) yang disambungkan dengan bagian protector. Power
disalurkan ke peralatan bawah permukaan melalui kabel listrik konduktor yang di
klem pada tubing. Cairan memasuki pompa pada bagian intake dan dilepas ke tubing
ketika pompa sedang beroperasi.

Kelakukan pompa berada pada harga effisiensi tertinggi apabila hanya cairan yang
terproduksi. Tingginya volume gas bebas menyebabkan operasi pompa tidak effisien.

PEMILIHAN UKURA DAN TIPE POMPA

Pada umumnya pemilihan tipe pompa didasarkan pada besarnya rate produksi
yang diharapkan pada head pengangkatan yang sesuai dan ukuran casing
(check clearances) yang digunakan.

Terproduksinya gas bersama-sama dengan cairan memberikan pengaruh


dalam pemilihan pompa, karena sifat kompresibilitas gas yang tinggi,
menyebabkan perbedaan volume fluida yang cukup besar antara intake pompa
dan discharge pompa. Hal ini akan mempengaruhi effisiensi pompa benam
listrik itu sendiri.

PERKIRAAN PUMP SETTING DEPTH

Jika sumur menggunakan packer, maka penentuan SFL dan WFL dilakukan
dengan pendekatan :

A. Static Fluid Level (SFL, ft)

( GfPs + GfPc ) , feet .


SFL=D mid perf −
B. Working Fluid Level / Operating Fluid, Level (WFL, ft).

WFL=Dmid perf − ( Pwf Pc


+
Gf Gf )
, feet .

Pump Setting Depth Max

Pb Pc
PSD max=WFL+ + , feet .
Gf Gf

Pump Setting Depth Min

Pb Pc
PSD min=D− − , feet .
Gf Gf

Pump Setting Depth Optimum.

Untuk casing head tertutup

PIP−Pc
DOpt =WFL+
Gf

Untuk casing head terbuka


PIP−Patm
DOpt =WFL+
Gf
Evaluasi ESP

1.Penentuan Spesific Gravity Fluida Campuran.

1. Water Phase Sp. Gr. = Water Cut x SGw

2. Oil Phase Sp. Gr. = Oil Cut x SGo

3. Sp. Gr. Fluida Campuran = Water Phase Sp. Gr. + Oil Phase Sp. Gr.

4. Gradient Fluida (SGf) = Sp. Gr. Fluida


Campuran x 0.433 psi/ft

2. Penentuan Pump Intake Pressure (PIP).

1. Perbedaan Kedalaman = Mid Perforasi – Pump Setting Depth (TVD)

2. Perbedaan Tekanan = Perbedaan Kedalaman x


SGf

3. Pump Intake Pressure (PIP) = Pwf - Perbedaan Tekanan

3. Penentuan Total Dynamic Head (TDH)

Menentukan Fluid Over Pump (FOP).

Fluid Over Pump (FOP)= PIP ( psi ) x 2 .31 ft / psi


Sp . Gr . Campuran

Menentukan Vertical Lift (HD).

Vertical Lift (HD) = Pump Setting Depth (TVD) - FOP

Menentukan Tubing Friction Loss (HF).

Friction Loss (F) dengan volume total fluida (Vt) dapat diperoleh dari

( ) ( )
1. 85 1. 85
100 Qt
2 .083
C 34 . 3
Ft= 4 . 8655
ID
Menentukan Tubing Head (HT).

Tubing Head (HT) = Tubing Pr essure ( psi ) x 2 .31 ft / psi


Sp . Gr . Campuran

Menentukan Total Dynamic Head (TDH).

Total Dynamic Head (TDH) = HD + HF + HT


GAS LIFT

Gas lift adalah suatu usaha pengangkatan fluida sumur dengan cara menginjeksikan
gas bertekanan tinggi (minimal 250 psi) sebagai media pengangkat ke dalam kolom
fluida melalui valve-valve yang dipasang pada tubing dengan kedalaman dan spasi
tertentu.

Syarat-syarat suatu sumur yang harus dipenuhi agar dapat diterapkan metoda gas lift
antara lain :

1. Tersedianya gas yang memadai untuk injeksi, baik dari reservoir itu
sendiri maupun dari tempat lain.
2. Fluid level masih tinggi.

Perencanaan Gas Lift


1. Continuous gas lift adalah suatu cara injeksi gas bertekanan tinggi secara
terus menerus (kontinyu) ke dalam annulus dan melalui valve (yang
dipasang pada tubing) gas masuk ke dalam tubing, setelah gas
diinjeksikan
2. Gas injeksi disini berfungsi untuk menambah gas yang berasal dari
formasi, sehingga gradien kolom cairan turun dan tekanan aliran di depan
titik injeksi turun (selisih tekanan aliran yang dicapai terhadap BHP
mengakibatkan adanya aliran fluida dari dasar sumur menuju permukaan).
Didalam continuous gas lift, terjadi proses percampuran gas ke dalam
kolom fluida sehingga terjadi penurunan tekanan pada titik injeksi.
3. Apabila dapat diperkirakan besarnya gradien tekanan aliran rata-rata di
bawah dan di atas titik injeksi, maka Pwf dapat dihitung dengan
persamaan:
Pwf = Pwh + Gfa (L) + Gfb (D - L)
Keterangan:
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi
Pwh = Tekanan kepala sumur, psi
Gfa = Gradien aliran rata-rata di atas titik injeksi, psi/ft
Gfb = Gradien aliran rata-rata di bawah titik injeksi, psi/ft
L = Kedalaman titik injeksi, ft
D = Kedalaman sumur total, ft
4. Sumur yang berproduksi dengan cara continuous gas lift, pola aliran pada
injeksi gas menerus ini sama dengan sumur yang berproduksi dengan cara
sembur alam (Natural flow).
5. Hanya saja pada continuous gas lift, dalam analisa vertical lift-nya dibagi
menjadi dua bagian, yaitu untuk aliran di bawah titik injeksi dengan GLR
(Gas Liquid Ratio) formasi, untuk aliran di atas titik injeksi dengan GLR
total (GLR formasi + GLR injeksi).
6. Penentuan Titik Injeksi : Pada dasarnya makin besar tekanan gas yang
diinjeksikan akan makin dalam pula letak titik injeksinya, sehingga akan
memperbesar draw down tekanan produksi akan semakin besar. Tetapi
karena biasanya tekanan injeksi di permukaan terbatas atau dibatasi, maka
dengan demikian kedalaman titik injeksi juga terbatas. Kermit E. Brown
memberikan suatu persamaan: Pso−Pwh
D=
0 .15
7. Penentuan Jumlah Gas Injeksi ;
Penentuan jumlah gas injeksi dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut:
Qgi = Q (GLRt – GLRf)
Keterangan: Qgin = Laju injeksi gas, scf/day
Q= Laju produksi total, bbl/day
GLRt= Gas Liquid Ratio total, scf/stb
GLRf= Gas Liquid Ratio formasi, scf/stb
8. Penentuan Kedalaman Katup Gas Lift
Pada dasarnya penentuan kedalaman katup sembur buatan
dimaksudkan untuk menentukan letak katup yang diperlukan dalam
proses unloading, yaitu katup-katup yang berfungsi untuk
mengeluarkan kill fluid yang ada di dalam annulus pada waktu
dilakukan injeksi.
Untuk kondisi normal, katup-katup ini akan tertutup di bawah kondisi
produksi hingga hanya katup operasi yang terletak pada kedalaman
titik injeksi yang terbuka. Penentuan letak katup tersebut dapat
dilakukan secara analitis maupun secara grafis.
9. Untuk penentuan spasi katup sembur buatan (KSB) secara analitis dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan:

Pko −Pwh
DV =
! GS

PSO1 , SO2 , .. .−Pwh −D V 1 ,V 2 ,. . . ( Gu )


DV ,V , .. .=D V ,V ,. ..+
2 3 1 2 GS

Keterangan:
DV1, V2,= Kedalaman katup 1,2 dan seterusnya, ft
Pso1,so2,= Tekanan buka katup 1,2 yang ditentukan di permukaan, psi
Pwh = Tekanan kepala sumur, psi
GS = Gradien kill fluid, psi/ft
Gu = Gradien unloading, psi/ft

Anda mungkin juga menyukai