Anda di halaman 1dari 10

Munculnya Kerajaan-Kerajaan dan Kota-Kota Pelabuhan

Di Susun Oleh :

1. Angelica Risti

2. Septi Uli Artha Pasaribu

3. Zahra Ayu Rianti

4. Melisa Sinaga

Kelas: X.2

SMAN 15 BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan
rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah sejarah yang berjudul "Munculnya Kerajaan-kerajaan dan Kota-kota Pelabuhan"

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas sejarah semester II dengan guru
pengajar Bapak M. Syaifullah, S. Pd. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada guru
pengajar sejarah yang telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya, kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini dan kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya. Dengan segala kerendahan
hati saran dan kritik sangat kami harapkan guna mengingkatkan pembuatan makalah pada
tugas lain yang akan datang.

Bandar Lampung, 19 Januari 2023


i
DAFTAR ISI

BAB I..................................................................................................................................1
Pendahuluan......................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
Pembahasan......................................................................................................................3
A. Munculnya Kerajaan-Kerajaan Baru.........................................................................3
B. Munculnya Kota-Kota Pelabuhan Baru.....................................................................3
BAB III................................................................................................................................6
Penutup.............................................................................................................................6
A. Kesimpulan..............................................................................................................6
Daftar Pustaka....................................................................................................................7

ii
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Sejak abad ke-2 Sebelum Masehi secara bertahap perdagangan reguler antar-benua melalui
jalan daratan mulai terbentuk. Demikian juga pelayaran dan perniagaan melalui laut juga
mulai berkembang yaitu menghubungkan Laut Tengah dan Cina serta Jepang. Sutra, emas,
tekstil, besi, perak, dan berbagai barang berharga menjadi komoditas utama yang
diperdagangkan pada jalur sutra melalui Asia Tengah. Sementara itu, jalur perdagangan laut
didominasi oleh komoditi rempah di samping kain tekstil dan perak yang belum berkembang
dengan baik.

Dikutip dari buku Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X-XVI: Kepulauan Banda,
Jambil dan Panta Utara Jawa (halaman 3-4) Rempah-rempah yang tumbuh dan ditanam di
Nusantara selama berabad-abad telah memikat dan menjadi daya tarik bagi bangsa- bangsa
lain untuk datang dan melakukan transaksi jual-beli, barter, hingga menguasai jalur
pelayaran dan memonopoli perniagaan rempah-rempah. Berbagai bangsa Asia hingga Eropa
sepanjang tahun tak henti-hentinya dengan kapal-kapal layar berukuran besar menuju
perairan Nusantara menempuh. pelayaran jauhnya negeri asalnya. Dalam pelayaran menuju
Nusantara itu, mereka membawa serta berbagai komoditas utama negerinya seperti kain
sutera, tekstil, porselen, besi, budak atau berbagai barang lainnya yang dibutuhkan dan
bernilai tinggi di pasaran. Sebaliknya dari Nusantara, mereka mengangkut berbagai barang
atau komoditas hasil perkebunan, hutan atau pertanian seperti rempah-rempah, kayu
cendana, kayu manis, beras, atau emas untuk dibawa ke negerinya atau dijual kembali di
negeri lain dalam perjalanan pulang.

Rempah-rempah dan berbagai komoditas lainnya yang dibutuhkan oleh pasar menjadi
persilangan perniagaan antarbangsa di perairan dan pelabuhan-pelabuhan di Nusantara.
Berbagai rute pelayaran pun ditempuh, berbagai pelabuhan juga disinggahi dan dijadikan
sebagai tempat bersandar bagi kapal-kapal mereka untuk mengangkut rempah- rempah dan
berbagai komoditas lainnya.

Dikutip dari buku IPS Kurikulum Merdeka (halaman 49) Seiring dengan ramainya perniagaan
rempah-rempah dan komoditas-komoditas lainnya, membuat antardaerah saling
berinteraksi dengan rempah sebagai komoditas utama. Hal tersebut membawa pengaruh
terbentuknya kerajaan-kerajaan baru, munculnya kota-kota perdagangan besar, maupun
munculnya pelabuhan baru yang menjadi hunian ataupun persinggahan sementara waktu
bagi orang-orang berbagai bangsa.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, kami merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Asal usul munculnya kerajaan kerajaan baru?

2. Asal usul munculnya kota kota pelabuhan baru?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sejarah mengenai munculnya kerajaan kerajaan baru.

2. Mengetahui penyebab munculnya kota kota perdagangan besar.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Munculnya Kerajaan-Kerajaan Baru

Secara geografis wilayah penghasil rempah-rempah di Indonesia dapat dibagi menjadi dua
wilayah. Wilayah pertama adalah Indonesia bagian barat, terutama Pulau Sumatra, Jawa
dan Kalimantan yang menghasilkan lada dan wilayah Indonesia bagian timur, yaitu
Kepulauan Maluku dan Kepulauan Banda yang menghasilkan cengkih dan pala. Wilayah-
wilayah yang menjadi daerah produksi rempah-rempah merupakan tempat-tempat yang
paling banyak berinteraksi dengan para pedagang dari berbagai wilayah di Asia dan Eropa
sehingga perlu mengorganisir perdagangan rempah-rempah secara lebih baik.

Dengan demikian muncullah kerajaan-kerajaan lokal di daerah rempah-rempah yang


didirikan untuk mewadahi kepentingan politik dan ekonomi, khususnya untuk mengolah
perdagangan rempah-rempah.

Pidie dan Pasai merupakan kerajaan-kerajaan pertama di Aceh yang ekonominya


bergantung pada perdagangan rempah-rempah yaitu lada. Pada abad ke- 16 muncul dua
kerajaan di Sumatra dan Jawa yang ekonominya bertumpu pada komoditas lada, yaitu
Kesultanan Aceh dan Banten. Pada abad yang sama di Kalimantan lada telah
diperdagangkan secara komersial. Hasil penanaman lada di Kalimantan Selatan dikumpulkan
di Banjarmasin untuk diperdagangkan.

B. Munculnya Kota-Kota Pelabuhan Baru

Sejak awal abad masehi kota-kota pelabuhan bermunculan di Kepulauan Indonesia di lokasi-
lokasi yang strategis, seperti terletak dijalur perdagangan maritim di teluk- teluk yang
terlindung atau di muara-muara sungai. Meskipun tidak semua pemukiman dan kota-kota
pelabuhan menjadi pusat kegiatan perdagangan maritim, namun beberapa di antaranya
muncul menjadi pelabuhan regional penting yang menjadi pusat pengumpul dan distribusi
barang yang disebut entrepot.

Pelabuhan-pelabuhan itu mengatur dan menentukan perkembangan jaringan perdagangan


di wilayah laut di sekitarnya maupun di pedalaman, dan juga menjadi motor penggerak
kegiatan ekonomi untuk wilayah-wilayah yang berada di bawah pengaruh mereka.

Oleh karena itu kota-kota pelabuhan tersebut tumbuh menjadi pusat-pusat perdagangan
maritim regional dan internasional.
Malaka merupakan kota pelabuhan dari jaringan perdagangan Islam yang merupakan
pelabuhan tujuan dari komuditas rempah-rempah yang dihasilkan di berbagai wilayah
Indonesia barat dan timur sebelum didistribusikan ke seluruh dunia.

Perubahan mendasar terhadap jalur perdagangan rempah di Kepulaun Nusantara terjadi


pada tahun 1511, yaitu ketika Portugis berhasil merebut Malaka dan menjadikan kota
pelabuhan ini sebagai koloninya. Jatuhnya Malaka ke Portugis (non muslim) menyebabkan
jalur perdagangan rempah-rempah yang berpusat di Malaka berakhir. Para pedagang Islam
mencari kota-kota dagang lain yang dapat menggantikan Malaka sebagai tempat melakukan

kegiatan perdagangan. Muncullah pusat-pusat perdagangan baru di Kepulauan Nusantara


yang berfungsi sebagai emporium di Asia Tenggara yaitu Aceh di ujung utara Pulau Sumatra,
Banten di ujung barat Pulau Jawa, dan Makassar di ujung selatan Pulau Sulawesi.

A. Aceh

Ketika Portugis merebut Kerajaan Islam Malaka, Aceh masih merupakan kerajaan kecil yang
berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pidie. Jatuhnya Malaka ke tangan bangsa Eropa
dijadikan momentum oleh kerajaan Aceh untuk menjadi salah satu emporium baru karena
para pedagang Islam tidak bersedia berdagang di Malaka yang telah dikuasai Portugis. Di
paruh kedua abad ke-17 Aceh telah berkembang menggantikan peran Malaka sebagai
emporium dalam jaringan perdagangan maritim di Selat Malaka.

Komoditas yang menarik pedagang asing di Aceh antara lain lada, emas, timah, dan gading
gajah. Para pedagang asing juga mencari beberapa komoditas di Aceh seperti kayu manis,
cengkih, pala, fuli, kayu cendana, kain India, dan porselen Cina. Sistem perdagangannya pun
tidak hanya barter, tetapi juga diperjualbelikan dengan uang.

Aceh merupakan bagian dari jaringan perdagangan Islam yang membentang dari Samudra
Hindia ke Kepulauan Nusantara sampai ke Laut Cina Selatan. Dengan semakin meningkatnya
kegiatan perdagangan rempah-rempah di abad ke-17, Aceh tidak hanya menjadi tempat
singgah dan berdagang bagi para pedagang muslim, tetapi juga bagi para pedagang yang
datang dari Eropa dan Cina.

B. Banten

Banten didirikan pada tahun tahun 1523 oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati,
yang dikirim ke Banten oleh Kesultanan Demak untuk menyebarkan ajaran Islam dan
membangun pusat kekuasaan politik di wilayah ujung Barat Pulau Jawa.

Secara geografis, Banten berada pada posisi strategis karena terletak di ujung barat Pulau
Jawa yang merupakan persimpangan jalur pelayaran Laut Jawa, Laut Cina Selatan, dan Selat
Malaka. Sehingga Banten menjadi pelabuhan alternatif bagi para pedagang muslim dan
pedagang- pedagang lainnya yang tidak ingin melintasi Selat Malaka yang sedang dikuasai
Portugis. Keberhasilan Banten menjadi kota Pelabuhan besar juga disebabkan oleh
kemampuan para sultan Banten mengorganisir jaringan perdagangan antara daerah pesisir.

Salah satu kunci utama dari keberhasilan Banten menjadi emporium di Selat Sunda adalah
karena kesultanan ini merupakan penghasil Lada yang besar. Armada kapal dagang Banten
melakukan kegiatan perdagangan dengan Persia, India, Siam, Vietnam, Cina, Filipina, dan
Jepang. Kesultanan Banten merupakan kekuatan maritim terbesar terakhir yang mampu
melakukan kegiatan perdagangan jarak jauh di antara kerajaan-kerajaan lain di Jawa.

C. Makassar

Makassar diperkirakan berdiri pada masa pemerintahan raja Gowa ke-9, yaitu Tumaparissi
Kalonna (1510-1546) dengan mengintegrasikan Kerajaan Gowa dan Tallo. Makassar
merupakan kota maritim yang berada pada posisi strategis, yaitu terletak di tengah jaringan
perdagangan yang menghubungkan Indonesia bagian barat dan bagian timur. Selain
berfungsi sebagai penghubung, Makassar juga menjadi titik simpul dari jaringan
perdagangan di Indonesia timur.

Makassar tidak pernah menguasai daerah penghasil cengkih ataupun pala. Rempah-rempah
dibawa ke Makassar oleh para pedagang Jawa, Melayu, dan pedagang Makassar sendiri.
Perdagangan maritim Makasar sampai akhir abad ke-16 didominasi oleh para pedagang
Melayu dari Johor, Patani, Siam, Cina, Portugis, Spanyol, dan juga oleh para penguasa lokal.

Kebijakan yang menjamin kebebasan perdagangan telah menyebabkan Makassar semakin


banyak didatangi oleh para pedagang asing. Sejak awal abad ke-17 selain menjadi bagian
dari jaringan perdagangan Islam, Makassar juga telah menarik perhatian datangnya bangsa-
bangsa Eropa seperti Spanyol, Portugis, Denmark, Inggris dan Prancis. Sebagai bentuk
dukungan terhadap keberadaan pedagang-pedagang Eropa, penguasa Makassar
mengizinkan mereka untuk membuka kantor dagang.

Perluasan kegiatan perdagangan maritim tidak menjadi tujuan utama penguasa Makassar,
tetapi keuntungan yang didapat dari kegiatan tersebut memungkinkan sultan dan para
pengikutnya untuk memperkuat kekuatan militer dan angkatan laut. Masa kejayaan
Makassar berakhir pada tahun 1666 panja dengan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya
antara VOC dengan Sultan Hasanuddin. Sejak itu Makassar jatuh ke tangan Belanda dan
seluruh jaringan perdagangan Makasar yang membentang dari Malaka sampai ke Indonesia
Timur juga jatuh ke tangan Belanda.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dikutip dari buku IPS edisi Kurikulum Merdeka (halaman 60) terdapat kesimpulan sebagai
berikut:

1. Jaringan perdagangan rempah-rempah di Nusantara membuat antardaerah


saling berinteraksi dengan rempah sebagai komoditas utamanya.
2. Keberadaan jalur rempah Nusantara membawa pengaruh pada terbentuknya
kerajaan-kerajaan baru, munculnya kota-kota perdagangan besar, maupun
munculnya pelabuhan baru.

Dikutip dari buku Jalur Rempah dan Dinamik Masyarakat abad X-XVI kepulauan Banda,
Jambi, dan pantai Utara Jawa terdapat kesimpulan sebagai berikut:

Nusantara selama berabad-abad sesungguhnya mempunyai peran penting di dalam


pelayaran dan perniagaan baik di perairan Nusantara maupun dunia. Bangsa ini tidak
hanya menjadi penghasil rempah-rempah dan komoditas penting lainnya yang
dibutuhkan oleh dunia, sekaligus menarik bangsa lain untuk datang ke Nusantara,
tetapi juga perairan Nusantara termasuk laut dan sungai-sungainya menjadi bagian
penting dalam jejaring dan lalulintas pelayaran serta perniagaan rempah-rempah.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Endang Mulyadi, Epifanius Solanta, Yulmadia Yulir. 2022, IPS

(Ilmu Pengetahuan Sosial), Jakarta, Perpustakaan Nasional – Katalog Dalam Terbitan (KDT).

Tri Wulandari, Agus Widiatmoko. 2017, Jalur Rempah Dan Dinamika Masyarakat Abad X-XVI:

Kepulauan Banda, Jambi, Dan Pantai Utara Jawa, Direktorat Sejarah, Direktorat kebudayaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270.

Anda mungkin juga menyukai