Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Blud Rsud Scholoo Keyen Kabupaten Sorong Selatan
Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Blud Rsud Scholoo Keyen Kabupaten Sorong Selatan
MEMUTUSKAN............
MEMUTUSKAN
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal
ditetapkan dan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.
Ditetapkan di : Teminabuan
Pada tanggal : 2 Januari 2023
Lampiran................
Lampiran
Keputusan Direktur BLUD RSUD Scholoo
Keyen
Nomor : 445/001/KEB/BLUD
RSUD-SS/I/2023
Tanggal : 2 Januari 2023
Tentang
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit di BLUD RSUD
Scholoo Keyen Kabupaten Sorong
Selatan
o Proses pelaporan.
5. Komite dibentuk untuk menyelenggarakan tata kelola PPI yang baik
agar mutu pelayanan serta keselamatan pasien dan pekerja dapat
terjamin dan terlindungi.
6. Rumah sakit menetapkan mekanisme untuk mengatur koordinasi kegiatan
PPI sesuai ukuran dan kompleksitas pelayanan rumah sakit.
7. Komite PPI bertanggung jawab langsung kepada Direktur Rumah Sakit.
8. Pelaporan pelaksanaan kegiatan PPI Oleh Ketua Komite PPI kepada
Direktur Rumah Sakit dilakukan setiap 3 bulan.
9. Rumah sakit menetapkan perawat PPI/IPCN (Infection Prevention and
Control Nurse) yang bekerja puma waktu dengan jumlah dan kualifikasi
sesuai dengan regulasi yang bertugas mengawasi serta supervisi semua
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi.
10. Rumah sakit menetapkan perawat penghubung PPI/IPCLN (Infection
Prevention and Control Link Nurse) dari tiap unit, terutama yang berisiko
infeksi dengan jumlah dan kualifikasi sesuai dengan peraturan perundangan
sebagai pelaksana harian/penghubung di unit masing-masing.
11. Rumah sakit menyediakan sumber daya untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan PPI.
12. Rumah sakit menyediakan anggaran yang cukup yang sesuai dengan
rencana anggaran tahunan untuk melaksanakan kegiatan PPI yang efektif
meliputi kelengkapan fasilitas hand hygiene (Handrub dan handwash),
pengadaan alat pelindung diri, Pelatihan PPI (Internal dan eksternal),
pemeriksaan kuman/kultur, dan anggaran Iainnya sesuai dengan
kebutuhan.
13. Rumah sakit menyediakan sumber informasi dan referensi terkini yang
dapat diperoleh baik dari sumber nasional maupun internasional.
B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
1. Kewaspadaan Standard
Kebersihan tangan
Penggunaan APD
Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
Pengendalian Lingkungan
Pengelolaan Limbah
Penatalaksanaan Linen
Perlindungan Kesehatan Petugas
Penempatan pasien
Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk dan Bersin
Praktek Menyuntik Yang Aman
Praktik Lumbal Pungsi Yang Aman
2. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi :
Transmisi Kontak
Transmisi Droplet
Transmisi Airborne
3. Melaksanakan kajian risiko pengendalian infeksi (ICRA)
Kebersihan tangan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Kesehatan karyawan
Infeksi-infeksi yang penting secara epidemiologis
Proses kegiatan di area-area yang beresiko tinggi terjadi infeksi
Pelayanan yang menggunakan yang beresiko infeksi
Prosedur/tindakan-tindakan beresiko tinggi
Pelayanan distribusi linen berih dan kotor
Pelayanan sterilasi alat
Kebersihan permukaan dan lingkungan
Pengelolaan linen/laundry
Pengelolaan sampah
Penyediaan makanan
Pengelolaan kamar jenazah
Penyuntikan yang aman
Etika batuk
Kajian risiko Renovasi dan Engeenering control
Kajian risiko HAIs
a. HAIs Infeksi Saluran Kemih terkait Pemasangan kateter
urine menetap
b. HAIs Infeksi Aliran Darah terkait Pemasangan kateter vena
sentral
c. HAIs Infeksi Aliran Darah terkait Pemasangan kateter
perifer
d. HAIs Infeksi Pneumonia terkait Pemasangan ventilasi
mekanik
e. HAIs Infeksi Daerah Operasi terkait Tindakan pembedahan
4. Pelatihan dan Edukasi PPI, yang meliputi :
Orientasi pegawai baru baik staff klinis maupun non klinis ditingkat
RS maupun di unit pelayanan.
Staff klinis secara berkala
Staff non klinis
Orientasi peserta didik
Pasien dan keluarga
Pengunjung
E. KEBERSIHAN LINGKUNGAN
Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit dengan :
Audit 5 R (Resik, Rapi, Ringkes, Rawat, Rajin) di semua lingkungan
RS.
Audit kepatuhan petugas pembuangan limbah/ sampah.
Usulan kelengkapan fasilitas kebersihan lingkungan.
Pemeriksaan kualitas udara, air dan permukaan lingkungan.
F. MANAJEMEN LINEN
1. Rumah sakit menurunkan risiko infeksi pada pengelolaan
linen/londri dengan benar sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2. Pemisahan linen (linen kotor dan linen kotor
terkontaminasi/infeksius) dilakukan sejak dari unit masing-masing
pengguna oleh perawat atau petugas cleaning service.
3. Pencegahan kontaminasi pada petugas dan lingkungan dilakukan
dengan pemisahan kantong (hitam untuk linen kotor non
infeksius, kuning untuk linen kotor terkontaminasi/infeksius),
desinfeksi kereta linen, implementasi praktik kebersihan tangan,
penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai potensi risiko
selama bekerja.
4. Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan
kantong linen yang berbeda, linen kotor non infeksius dengan
kantong linen berwarna hitam dan linen kotor infeksius dengan
kantong linen kuning.
G. LIMBAH INFEKSIUS
Rumah sakit menyelenggarakan pengelolaan limbah dengan benar untuk
meminimalkan risiko infeksi melalui kegiatan sebagai berikut.
1. Pemilahan limbah dimulai dari unit penghasil limbah dan ditempatkan
sesuai jenisnya:
Limbah infeksius : limbah yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna kuning,
contoh : sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan, organ,
bagian dari tubuh, produk darah (serum, plasma, trombosit dll),
diapers (bila bekas pasien infeksi saluran cerna, menstruasi
dan pasien dengan infeksi yang ditranmisikan lewat darah atau
cairan tubuh Iainnya) kassa, sarung tangan, masker, pampers,
underpad, kateter, selang infus, botol infus, botol kaca, vial;
Limbah non infeksius : limbah yang tidak terkontaminasi
dengan darah dan cairan tubuh, dimasukkan ke dalam kantong
plastik berwarna hitam, contoh sampah rumah tangga, sisa
makanan, sampah kantor;
Limbah benda tajam : limbah yang memiliki permukaan tajam,
dimasukkan ke dalam wadah tahan tusuk dan air. contoh :
jarum suntik, spuit, ampul, pisau bedah, jarum jahit;
Limbah cair seperti sputum, urin, darah dan cairan pungsi
segera dibuang ke spoelhoek; dan
Limbah farmasi dikumpulkan di tempat khusus sebelum
dikembalikan ke gudang farmasi pusat dan dimusnahkan sesuai
peraturan perundangan.
2. Wadah atau tempat penampungan sementara limbah infeksius
berlambang biohazard. dan memenuhi kriteria sebagai berikut :
Harus tertutup dan mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki;
Kontainer sampah harus dalam kondisi kering dan bersih;
Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, dan tidak berkarat; dan
Kantong plastik limbah diganti jika sudah terisi 3/4 bagian
3. Pengangkutan limbah, meliputi :
Pengangkutan limbah harus menggunakan troli khusus;
Petugas yang menangani limbah infeksius harus memakai
APD lengkap seperti sarung tangan khusus, masker, sepatu
boot, apron, pelindung mata;
Pengangkutan limbah infeksius dan non infeksius dari
ruangan dilakukan setiap hari (3) (hari); dan
Pengangkutan limbah benda tajam dilakukan jika container/safety
box sudah terisi ¾ bagian.
4. Rumah sakit menetapkan pengelolaan limbah benda tajam dan jarum
secara aman untuk menurunkan cedera serta mengurangi risiko infeksi
yang meliputi :
Semua tahapan proses termasuk identifikasi jenis dan
penggunaan wadah secara tepat, pembuangan wadah, dan
surveilans proses pembuangan;
Laporan tertusuk benda tajam habis pakai.
H. PELAYANAN MAKANAN
1. Rumah sakit mengurangi risiko infeksi terkait penyelenggaraan
pelayanan makanan.
2. Rumah sakit bekejasama dengan pihak luar yang memenuhi
sertifikasi mutu dan sesuai peraturan perundang-undangan dalam
pelayanan makanan di rumah sakit.
3. Komite PPI melakukan kunjungan/monitoring pada pihak luar
terkait pelayanan makanan secara berkala,
4. Petugas gizi RS. Prima Medika melakukan pemeriksaan pada
makanan sebelum didistribusikan pada pasien di rumah sakit.
J. PENULARAN INFEKSI
1. Rumah sakit melindungi pasien, pengunjung, dan staf dari
penyakit menular serta melindungi pasien yang mengalami
imunitas rendah (Immunocompromised) dari infeksi yang rentan
mereka alami.
2. Rumah sakit menyediakan penghalang untuk pencegahan (barrier
precaution) dan prosedur isolasi untuk melindungi pasien,
pengunjung dan staf terhadap penyakit infeksi. Kewaspadaan
standar diterapkan pada pasien rawat inap yang diduga atau telah
ditentukan jenis infeksinya, berdasarkan cara transmisi kontak,
droplet atau airbone. Tatalaksana administratif meliputi
percepatan akses diagnosis, pemisahan penempatan pasien,
mempersingkat waktu pelayanan di rumah sakit, penyediaan paket
perlindungan petugas; tata laksana lingkungan meliputi penataan
alur pasien, penataan sistem ventilasi (natural maupun mekanikal)
tata laksana penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri serta
pemberian edukasi pada petugas tentang pengelolaan pasien
infeksius.
K. KEBERSIHAN TANGAN
1. Rumah sakit menetapkan regulasi kebersihan tangan yang
mencakup kapan, dimana dan bagaimana melakukan kebersihan
tangan serta ketersediaan fasilitas kebersihan tangan.
2. Kebersihan tangan dilaksanakan melalui praktek membersihkan
tangan menggunakan sabun biasa/antiseptik dan air mengalir atau
penggunaan handrub (cairan berbasis alkohol). Sabun, disinfektan,
serta tissue tersedia di tempat cuci tangan. Kebersihan tangan
wajib diimplementasikan di rumah sakit oleh setiap anggota
masyarakat rumah sakit sesuai panduan kebersihan tangan yang
dikembangkan rumah sakit berdasarkan pedoman internasional
(WHO) maupun pedoman nasional (Kemenkes).
3. Penerapan praktek kebersihan tangan oleh seluruh petugas rumah
sakit berpedoman pada 5 moment kebersihan tangan wajib
dilaksanakan (sesuai standart WHO) dan enam langkah prosedur.
Gosokkan kedua telapak tangan.
Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan telapak
tangan kanan dan sebaliknya.
Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan.
Jari-jari Sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
Gosok berputar pada ibu jari tangan kiri dalam genggaman
tangan kanan dan sebaliknya.
Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya.
4. Lama waktu untuk kebersihan tangan dengan Handrub adalah
20 — 30 detik dan untuk Hand Wash adalah 40-60 detik
5. Dilakukan monitoring kepatuhan kebersihan tangan petugas di
setiap jam kerja dilakukan hari senin sampai jumat oleh IPCLN
terlatih dengan sasaran audit pada
Dokter (Dokter umum dan Dokter spesialis);
Perawat dan Bidan;
Penunjang medis (petugas gizi, petugas lab, petugas radiologi);
dan
Penunjang non medis (petugas pekarya, Cleaning Servis).
6. Kebersihan tangan dilakukan pada five moments
Sebelum kontak dengan pasien;
Sebelum melakukan prosedur bersih/aseptik;
Setelah terpapar darah dan cairan tubuh pasien;
Setelah kontak dengan pasien; dan
Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
7. Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada pasien,
keluarga dan pengunjung yang merupakan salah satu bagian dari
proses penerimaan pasien baru yang terdokumentasikan pada
rekam medis pasien.
8. Setiap petugas wajib mengikuti pelatihan kebersihan tangan yang
diadakan oleh rumah sakit secara berkesinambungan mengenai
prosedur kebersihan tangan melalui orientasi dan pendidikan
berkelanjutan.
9. Kuku petugas pelayanan pasien harus selalu bersih dan terpotong
pendek (< 3mm), tanpa kuku palsu dan cat kuku, tanpa memakai
perhiasan cincin dan aksesoris Iain di area tangan.