Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN SORONG SELATAN

BLUD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SCHOLOO KEYEN


Alamat : Jln. Teminabuan – Ayamaru Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat
Kode Pos 98474, email : scholoohospital@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR BLUD RSUD SCHOLOO KEYEN


NOMOR: 445/001/KEB/BLUD RSUD-SS/I/2023
TENTANG
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI BLUD RSUD SCHOLOO KEYEN KABUPATEN SORONG SELATAN

DIREKTUR BLUD RSUD SCHOLOO KEYEN

Menimbang : a. bahwa dalam mendukung pelayanan Rumah Sakit yang


bermutu dan menjunjung keselamatan pasien maka
Rumah Sakit perlu menjalankan program PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN INFEKSI;
b. bahwa program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
melakukan pelaksanaan kewaspadaan standar (standart
precaution);
c. bahwa pencegahan dan pengendalian infeksi melakukan
surveillance;
d. bahwa pencegahan dan pengendalian infeksi melakukan
koordinasi kerja dalam pengolahan Rumah Sakit;
e. bahwa untuk memayungi kegiatan PPI diperlukan
adanya kebijakan tersendiri.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017
tentang Akreditas Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
4. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya
(edisi ketiga tahun 2011 Kementerian Kesehatan
bekerjasama dengan PERDALIN);
5. Nota Penunjukan Nomor 800/249/BSS/2020, tanggal 03
september 2020 tentang Penunjukan Pelaksana Tugas
Direktur BLUD RSUD Scholoo Keyen;

Memperhatikan : Pertimbangan Direktur BLUD RSUD Scholoo Keyen

MEMUTUSKAN............
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR BLUD RSUD SCHOLOO KEYEN


KABUPATEN SORONG SELATAN TENTANG KEBIJAKAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
DI BLUD RSUD SCHOLOO KEYEN KABUPATEN SORONG
SELATAN.

KESATU : Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di BLUD RSUD Scholoo
Keyen Kabupaten Sorong Selatan sebagaimana terlampir dalam
keputusan ini.

KEDUA : Kebijakan ini akan dievaluasi secara berkala sekurang-kurangnya


satu kali dalam tiga tahun

KETIGA : Pelaksanaan kebijakan pencegahan dan pengendalian Infeksi


diawasi oleh Komite PPI.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal
ditetapkan dan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

Ditetapkan di : Teminabuan
Pada tanggal : 2 Januari 2023

DIREKTUR BLUD RSUD SCHOLOO KEYEN

drg. Muhammad Alim Ihsan P.


NIP. 19721225 200605 1 003

Lampiran................
Lampiran
Keputusan Direktur BLUD RSUD Scholoo
Keyen
Nomor : 445/001/KEB/BLUD
RSUD-SS/I/2023
Tanggal : 2 Januari 2023
Tentang
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit di BLUD RSUD
Scholoo Keyen Kabupaten Sorong
Selatan

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI BLUD RSUD


SCHOLOO KEYEN KABUPATEN SORONG SELATAN

A. PENYELENGGARAAN PPI DI RUMAH SAKIT


1. Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya disingkat
PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya
infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar
fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Infeksi terkait pelayanan kesehatan (Health Care Associated
Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs adalah infeksi yang
terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi
dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit
tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan
pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses
pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Direktur rumah sakit membentuk Komite PPI untuk melakukan
koordinasi semua kegiatan PPI yang melibatkan pimpinan rumah
sakit, staf klinis dan non klinis sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
4. Komite PPI yang dibentuk oleh Direktur rumah sakit mempunyai
tugas dan tanggung jawab diantaranya (tidak terbatas pada) :
o Menetapkan definisi infeksi terkait layanan kesehatan;

o Metode pengumpulan data (surveilans);

o Membuat strategi/program menangani risiko infeksi;

o Proses pelaporan.
5. Komite dibentuk untuk menyelenggarakan tata kelola PPI yang baik
agar mutu pelayanan serta keselamatan pasien dan pekerja dapat
terjamin dan terlindungi.
6. Rumah sakit menetapkan mekanisme untuk mengatur koordinasi kegiatan
PPI sesuai ukuran dan kompleksitas pelayanan rumah sakit.
7. Komite PPI bertanggung jawab langsung kepada Direktur Rumah Sakit.
8. Pelaporan pelaksanaan kegiatan PPI Oleh Ketua Komite PPI kepada
Direktur Rumah Sakit dilakukan setiap 3 bulan.
9. Rumah sakit menetapkan perawat PPI/IPCN (Infection Prevention and
Control Nurse) yang bekerja puma waktu dengan jumlah dan kualifikasi
sesuai dengan regulasi yang bertugas mengawasi serta supervisi semua
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi.
10. Rumah sakit menetapkan perawat penghubung PPI/IPCLN (Infection
Prevention and Control Link Nurse) dari tiap unit, terutama yang berisiko
infeksi dengan jumlah dan kualifikasi sesuai dengan peraturan perundangan
sebagai pelaksana harian/penghubung di unit masing-masing.
11. Rumah sakit menyediakan sumber daya untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan PPI.
12. Rumah sakit menyediakan anggaran yang cukup yang sesuai dengan
rencana anggaran tahunan untuk melaksanakan kegiatan PPI yang efektif
meliputi kelengkapan fasilitas hand hygiene (Handrub dan handwash),
pengadaan alat pelindung diri, Pelatihan PPI (Internal dan eksternal),
pemeriksaan kuman/kultur, dan anggaran Iainnya sesuai dengan
kebutuhan.
13. Rumah sakit menyediakan sumber informasi dan referensi terkini yang
dapat diperoleh baik dari sumber nasional maupun internasional.
B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
1. Kewaspadaan Standard
 Kebersihan tangan
 Penggunaan APD
 Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
 Pengendalian Lingkungan
 Pengelolaan Limbah
 Penatalaksanaan Linen
 Perlindungan Kesehatan Petugas
 Penempatan pasien
 Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk dan Bersin
 Praktek Menyuntik Yang Aman
 Praktik Lumbal Pungsi Yang Aman
2. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi :
 Transmisi Kontak
 Transmisi Droplet
 Transmisi Airborne
3. Melaksanakan kajian risiko pengendalian infeksi (ICRA)
 Kebersihan tangan
 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
 Kesehatan karyawan
 Infeksi-infeksi yang penting secara epidemiologis
 Proses kegiatan di area-area yang beresiko tinggi terjadi infeksi
 Pelayanan yang menggunakan yang beresiko infeksi
 Prosedur/tindakan-tindakan beresiko tinggi
 Pelayanan distribusi linen berih dan kotor
 Pelayanan sterilasi alat
 Kebersihan permukaan dan lingkungan
 Pengelolaan linen/laundry
 Pengelolaan sampah
 Penyediaan makanan
 Pengelolaan kamar jenazah
 Penyuntikan yang aman
 Etika batuk
 Kajian risiko Renovasi dan Engeenering control
 Kajian risiko HAIs
a. HAIs Infeksi Saluran Kemih terkait Pemasangan kateter
urine menetap
b. HAIs Infeksi Aliran Darah terkait Pemasangan kateter vena
sentral
c. HAIs Infeksi Aliran Darah terkait Pemasangan kateter
perifer
d. HAIs Infeksi Pneumonia terkait Pemasangan ventilasi
mekanik
e. HAIs Infeksi Daerah Operasi terkait Tindakan pembedahan
4. Pelatihan dan Edukasi PPI, yang meliputi :
 Orientasi pegawai baru baik staff klinis maupun non klinis ditingkat
RS maupun di unit pelayanan.
 Staff klinis secara berkala
 Staff non klinis
 Orientasi peserta didik
 Pasien dan keluarga
 Pengunjung

C. PENGKAJIAN RISIKO ATAU ICRA (Infection Control Risk Assesment)


1. Infection Control Risk Assesment yang selanjutnya disebut ICRA
merupakan pengkajian yang dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif terhadap risiko infeksi terkait aktifitas pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit.
2. Assesmen risiko infeksi yang dapat terjadi paling sedikit dilakukan
setahun sekali.

D. Peralatan medis dan/atau Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)


1. Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang steril seperti kateter,
benang dan sebagainya ditentukan tanggal habis pakainya sesuai
dengan yang tercantum pada kemasannya.
2. Peralatan medis dan alat kesehatan habis pakai dapat digunakan ulang
sesuai dengan rekomendasi manufacturnya, dengan dasar
pertimbangan di antaranya:
 Alat medis sekali pakai dapat diproses secara benar/tepat
(rasional) dan hasil sterilisasi masih efektif dan efisien baik
secara fisik /fungsi, kualitas serta aman digunakan bagi
pasien; dan
 Alat medis sekali pakai sangat dibutuhkan penggunaannya,
tetapi sulit diperoleh atau sangat mahal harganya.
 Ada kebijakan dan prosedur untuk mengidentifikasi proses
pengelolaan perbekalan yang kadaluwarsa dan menetapkan
kondisi untuk penggunaan ulang (re-use) dari alat sekali pakai
(single-use) bila peraturan dan perundangan mengijinkan.

E. KEBERSIHAN LINGKUNGAN
Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit dengan :
 Audit 5 R (Resik, Rapi, Ringkes, Rawat, Rajin) di semua lingkungan
RS.
 Audit kepatuhan petugas pembuangan limbah/ sampah.
 Usulan kelengkapan fasilitas kebersihan lingkungan.
 Pemeriksaan kualitas udara, air dan permukaan lingkungan.

F. MANAJEMEN LINEN
1. Rumah sakit menurunkan risiko infeksi pada pengelolaan
linen/londri dengan benar sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2. Pemisahan linen (linen kotor dan linen kotor
terkontaminasi/infeksius) dilakukan sejak dari unit masing-masing
pengguna oleh perawat atau petugas cleaning service.
3. Pencegahan kontaminasi pada petugas dan lingkungan dilakukan
dengan pemisahan kantong (hitam untuk linen kotor non
infeksius, kuning untuk linen kotor terkontaminasi/infeksius),
desinfeksi kereta linen, implementasi praktik kebersihan tangan,
penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai potensi risiko
selama bekerja.
4. Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan
kantong linen yang berbeda, linen kotor non infeksius dengan
kantong linen berwarna hitam dan linen kotor infeksius dengan
kantong linen kuning.

G. LIMBAH INFEKSIUS
Rumah sakit menyelenggarakan pengelolaan limbah dengan benar untuk
meminimalkan risiko infeksi melalui kegiatan sebagai berikut.
1. Pemilahan limbah dimulai dari unit penghasil limbah dan ditempatkan
sesuai jenisnya:
 Limbah infeksius : limbah yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna kuning,
contoh : sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan, organ,
bagian dari tubuh, produk darah (serum, plasma, trombosit dll),
diapers (bila bekas pasien infeksi saluran cerna, menstruasi
dan pasien dengan infeksi yang ditranmisikan lewat darah atau
cairan tubuh Iainnya) kassa, sarung tangan, masker, pampers,
underpad, kateter, selang infus, botol infus, botol kaca, vial;
 Limbah non infeksius : limbah yang tidak terkontaminasi
dengan darah dan cairan tubuh, dimasukkan ke dalam kantong
plastik berwarna hitam, contoh sampah rumah tangga, sisa
makanan, sampah kantor;
 Limbah benda tajam : limbah yang memiliki permukaan tajam,
dimasukkan ke dalam wadah tahan tusuk dan air. contoh :
jarum suntik, spuit, ampul, pisau bedah, jarum jahit;
 Limbah cair seperti sputum, urin, darah dan cairan pungsi
segera dibuang ke spoelhoek; dan
 Limbah farmasi dikumpulkan di tempat khusus sebelum
dikembalikan ke gudang farmasi pusat dan dimusnahkan sesuai
peraturan perundangan.
2. Wadah atau tempat penampungan sementara limbah infeksius
berlambang biohazard. dan memenuhi kriteria sebagai berikut :
 Harus tertutup dan mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki;
 Kontainer sampah harus dalam kondisi kering dan bersih;
 Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, dan tidak berkarat; dan
 Kantong plastik limbah diganti jika sudah terisi 3/4 bagian
3. Pengangkutan limbah, meliputi :
 Pengangkutan limbah harus menggunakan troli khusus;
 Petugas yang menangani limbah infeksius harus memakai
APD lengkap seperti sarung tangan khusus, masker, sepatu
boot, apron, pelindung mata;
 Pengangkutan limbah infeksius dan non infeksius dari
ruangan dilakukan setiap hari (3) (hari); dan
 Pengangkutan limbah benda tajam dilakukan jika container/safety
box sudah terisi ¾ bagian.
4. Rumah sakit menetapkan pengelolaan limbah benda tajam dan jarum
secara aman untuk menurunkan cedera serta mengurangi risiko infeksi
yang meliputi :
 Semua tahapan proses termasuk identifikasi jenis dan
penggunaan wadah secara tepat, pembuangan wadah, dan
surveilans proses pembuangan;
 Laporan tertusuk benda tajam habis pakai.

H. PELAYANAN MAKANAN
1. Rumah sakit mengurangi risiko infeksi terkait penyelenggaraan
pelayanan makanan.
2. Rumah sakit bekejasama dengan pihak luar yang memenuhi
sertifikasi mutu dan sesuai peraturan perundang-undangan dalam
pelayanan makanan di rumah sakit.
3. Komite PPI melakukan kunjungan/monitoring pada pihak luar
terkait pelayanan makanan secara berkala,
4. Petugas gizi RS. Prima Medika melakukan pemeriksaan pada
makanan sebelum didistribusikan pada pasien di rumah sakit.

I. RISIKO INFEKSI PADA KONSTRUKSI DAN RENOVASI


1. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang penilaian risiko
pengendalian infeksi (Infection Control Risk Assesment/lCRA) bila ada
renovasi, konstruksi dan demolisi yang minimal meliputi :
 Identifikasi tipe jenis konstrusi kegiatan proyek dengan kriteria;
 Identifikasi kelompok risiko pasien;
 Matriks pengendalian infeksi antara kelompok risiko pasien
dan tipe konstruksi kegiatan;
 Proyek untuk mentapkan kelas/tingkat infeksi;
 Tindak pengendalian infeksi berdasar atas tingkat/kelas infeksi; dan
 Monitoring pelaksanaan.
2. Persiapan pemakaian ruangan baru paska konstruksi/renovasi rumah
sakit
 Melakukan pembersihan menyeluruh dan dekontaminasi semua
permukaan, termasuk dinding, langit-langit, jendeia dan sistem
ventilasi berisiko tinggi; dan
 Melakukan swab ruangan dan uji kualitas udara, khususnya di
area berisiko tinggi sebelum ruangan digunakan.

J. PENULARAN INFEKSI
1. Rumah sakit melindungi pasien, pengunjung, dan staf dari
penyakit menular serta melindungi pasien yang mengalami
imunitas rendah (Immunocompromised) dari infeksi yang rentan
mereka alami.
2. Rumah sakit menyediakan penghalang untuk pencegahan (barrier
precaution) dan prosedur isolasi untuk melindungi pasien,
pengunjung dan staf terhadap penyakit infeksi. Kewaspadaan
standar diterapkan pada pasien rawat inap yang diduga atau telah
ditentukan jenis infeksinya, berdasarkan cara transmisi kontak,
droplet atau airbone. Tatalaksana administratif meliputi
percepatan akses diagnosis, pemisahan penempatan pasien,
mempersingkat waktu pelayanan di rumah sakit, penyediaan paket
perlindungan petugas; tata laksana lingkungan meliputi penataan
alur pasien, penataan sistem ventilasi (natural maupun mekanikal)
tata laksana penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri serta
pemberian edukasi pada petugas tentang pengelolaan pasien
infeksius.

K. KEBERSIHAN TANGAN
1. Rumah sakit menetapkan regulasi kebersihan tangan yang
mencakup kapan, dimana dan bagaimana melakukan kebersihan
tangan serta ketersediaan fasilitas kebersihan tangan.
2. Kebersihan tangan dilaksanakan melalui praktek membersihkan
tangan menggunakan sabun biasa/antiseptik dan air mengalir atau
penggunaan handrub (cairan berbasis alkohol). Sabun, disinfektan,
serta tissue tersedia di tempat cuci tangan. Kebersihan tangan
wajib diimplementasikan di rumah sakit oleh setiap anggota
masyarakat rumah sakit sesuai panduan kebersihan tangan yang
dikembangkan rumah sakit berdasarkan pedoman internasional
(WHO) maupun pedoman nasional (Kemenkes).
3. Penerapan praktek kebersihan tangan oleh seluruh petugas rumah
sakit berpedoman pada 5 moment kebersihan tangan wajib
dilaksanakan (sesuai standart WHO) dan enam langkah prosedur.
 Gosokkan kedua telapak tangan.
 Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan telapak
tangan kanan dan sebaliknya.
 Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan.
 Jari-jari Sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
 Gosok berputar pada ibu jari tangan kiri dalam genggaman
tangan kanan dan sebaliknya.
 Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya.
4. Lama waktu untuk kebersihan tangan dengan Handrub adalah
20 — 30 detik dan untuk Hand Wash adalah 40-60 detik
5. Dilakukan monitoring kepatuhan kebersihan tangan petugas di
setiap jam kerja dilakukan hari senin sampai jumat oleh IPCLN
terlatih dengan sasaran audit pada
 Dokter (Dokter umum dan Dokter spesialis);
 Perawat dan Bidan;
 Penunjang medis (petugas gizi, petugas lab, petugas radiologi);
dan
 Penunjang non medis (petugas pekarya, Cleaning Servis).
6. Kebersihan tangan dilakukan pada five moments
 Sebelum kontak dengan pasien;
 Sebelum melakukan prosedur bersih/aseptik;
 Setelah terpapar darah dan cairan tubuh pasien;
 Setelah kontak dengan pasien; dan
 Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
7. Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada pasien,
keluarga dan pengunjung yang merupakan salah satu bagian dari
proses penerimaan pasien baru yang terdokumentasikan pada
rekam medis pasien.
8. Setiap petugas wajib mengikuti pelatihan kebersihan tangan yang
diadakan oleh rumah sakit secara berkesinambungan mengenai
prosedur kebersihan tangan melalui orientasi dan pendidikan
berkelanjutan.
9. Kuku petugas pelayanan pasien harus selalu bersih dan terpotong
pendek (< 3mm), tanpa kuku palsu dan cat kuku, tanpa memakai
perhiasan cincin dan aksesoris Iain di area tangan.

L. PENINGKATAN MUTU DAN PROGRAM EDUKASI


1. Kegiatan PPI diintegrasikan dengan program Komite PMKP
(Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) rumah sakit dengan
menggunakan indikator yang secara epidemologik penting bagi
rumah sakit. Program peningkatan mutu melalui :
 Perbandingan Data Dasar Infeksi (Benchmarking)
a. Perbandingan data dasar infeksi dilakukan secara
internal (antar unit) maupun eksternal (dengan Rumah
Sakit lain yang sejenis atau dengan praktik terbaik/bukti
ilmiah yang diakui);
b. Perbandingan data dasar infeksi dilakukan oleh tim
pencegahan dan pengendalian infeksi setiap bulan untuk
benchmarking intemal dan 3 bulan sekali untuk
benchmarking ekstemal;
c. Rumah sakit yang menjadi mitra dalam benchmarking
eksternal adalah rumah sakit lokal/nasional yang setara
maupun organisasi kesehatan internasional yang terbukti
memiliki praktik terbaik secara ilmiah;
d. Hasil perbandingan dianalisa, ditindak lanjuti dan
dilaporkan kepada Direksi secara tertulis dalam bentuk
laporan bulanan PPI (benchmarking interna/) dan
laporan surveilans tahunan (benchmarking ekstema[).
e. Hasil perbandingan data dasar infeksi internal maupun
eksternal dikoordinasikan dalam rapat tim pokja PPI setiap 3
bulan sekali.
2. Koordinasi Komite PPI dengan Komite PMKP dilakukan setiap bulan
melalui kegiatan rapat rutin membahas hasil data monitoring
(surveilans) dan dianalisi serta menentukan rencana tindak lanjut.
3. Risk Management PPI
 Setiap gugus tugas melakukan pengkajian risiko PPI di masing-
masing ruangan;

 Pengkajian didasarkan pada manajemen risiko;


 Dilakukan analisis manajemen risiko PPI oleh IPCN bersama
komite PPI;
 Komite PPI menetapkan hasil analis untuk dijadikan program
kerja; dan

 Risiko PPI juga terkait kejadian KLB


M. EDUKASI, PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN
1. Rumah sakit menetapkan regulasi program pelatihan dan edukasi
tentang PPI, meliputi:

 Orientasi pegawai baru baik staf klinis maupun non klinis di


tingkat rumah sakit maupun unit pelayanan;
 Staf klinis (profesjonal pemberi asuhan) secara berkala;
 Staf non klinis;
 Pasien dan keluarga; dan
 Pengunjung.
2. Pendidikan dan pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi rumah
untuk seluruh staf pegawai, direncanakan dan dilaksanakan secara
periodik dan berkesinambungan oleh bagian SDM bekerjasama
dengan komite PPI rumah sakit untuk menjamin setiap petugas
yang berada dan bekerja di rumah sakit (termasuk karyawan
kontrak) memahami dan mampu melaksanakan program PPI
Rumah Sakit, khususnya kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berbasis transmisi.
3. Pendidikan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Untuk Pasien,
Keluarga Dan Pengunjung.
 Salah satu pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit adalah kepedulian terhadap pasien, keluarga dan
pengunjung rumah sakit;
 Pasien, keluarga dan pengunjung harus diberikan edukasi
tentang PPIRS; Untuk pasien rawat inap disampaikan oleh
perawat saat orientasi pasien baru masuk, meliputi kebersihan
tangan dan etika batuk yang terdokumentasikan di status
rekam medik pasien. Sedangkan untuk pengunjung dilakukan
dengan berkerja sama dengan Tim PKRS yang dilakukan
seminggu sekali dalam program jumat sehat;
 Tersedianyal leaflet, poster, standing banner sebagai media
edukasi;
Ditetapkan di : Teminabuan
Pada tanggal : 2 Januari 2023

DIREKTUR BLUD RSUD SCHOLOO KEYEN

drg. Muhammad Alim Ihsan P.


NIP. 19721225 200605 1 003

Anda mungkin juga menyukai