Anda di halaman 1dari 11

Kebangkitan Hadis di India:

Hafidhuddin Studi Historiografi Hadis Abad 12-14 Hijriah

KEBANGKITAN HADIS DI INDIA:


STUDI HISTORIOGRAFI HADIS ABAD 12-14 HIJRIAH

Hafidhuddin
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: abtohafidh90@gmail.com

Abstract
This research focuses on the development of hadith studies in the Indian Subcontinent
in the 12th-14th. India and its scholars have played a role and contribution to Islamic
civilization. From that, there are two problems that are then raised. First, what is
the role of Indian scholars in the process of developing hadith and its distribution?
Second, what is the method of Indian scholars in compiling a number of works
in the field of hadith? Thus the purpose of this study outlines the development of
Islam in India and the contribution of Indian scholars in the study of hadith. In
addition, explain what methods indian scholars use in exploring the hadiths of the
Prophet SAW. Based on that, the approach of history as a research method. As a
result, for Indian scholars the process of spreading the hadith of the Prophet SAW
along with developing the teachings of Islam, considering the hadith of the second
most important source after the Qur'an. Departing from that also the tendency
to do sharah and hasyiah for the poles of al-sittah is encouraged, not limited to
writing works, publishing, and publishing. However, various studies continue to be
encouraged so that students, and the public can participate in understanding the
teachings of Islam until the 12th-14th, even today India is still a center of hadith
studies in the Islamic world.

Keyword: historiography hadith, India, kuttub al-sittah

Abstrak
Penelitian ini memfokuskan perkembangan studi hadis di Anak Benua India abad
12-14 H. India dan ulamanya telah memainkan peran dan kontribusi bagi peradaban
Islam. Berangkat dari itu, ada dua permasalahan. Pertama, bagaimana peran ulama
India dalam proses pengembangan dan sebaran hadis? Kedua, apa metode ulama
India dalam menyusun karya bidang hadis? Maka tujuan penelitian ini menguraikan
perkembangan Islam di India dan kontribusi ulama India dalam studi hadis. Selain
itu, menjelaskan metode yang dipakai ulama India dalam mengeksplor hadis-hadis
Nabi SAW. Berpijak dari hal tersebut, pendekatan sejarah sebagai metode penelitian.
Hasil penelitian adalah bagi ulama India proses menyebarkan hadis Nabi SAW
seiring dengan mengembangkan ajaran Islam, mengingat hadis sumber terpenting

Jurnal
Studi Hadis Nusantara
Vol 4, No 1, Juni 2022
53
Kebangkitan Hadis di India:
Hafidhuddin Studi Historiografi Hadis Abad 12-14 Hijriah

kedua setelah Al-Qur’an. Berangkat dari itu juga kecenderungan melakukan syarah
dan hasyiah bagi kutub al-sittah digalakkan, tidak sebatas menulis karya-karya,
menerbitkan, dan menyebarkannya. Berbagai kajian terus didorong agar pelajar dan
masyarakat dapat berpartisipasi dalam memahami ajaran Islam hingga abad 12-14
H, bahkan sekarang India masih menjadi pusat studi hadis di dunia Islam.

Kata Kunci: historiografi hadis, India, kuttub al-sittah

PENDAHULUAN sebagai objek penelitian, Hujjah Allah al-


Richard Bulliet –dikutip Azyumardi Balighah dan al-Musawwa –menyimpulkan
Azra– mendesak agar sejarawan memulai keduanya menggunakan motode ijmali.5
kajian tentang Islam dimulai dari arah Sementara Ghouri membahas hagiografi dari
pinggir atau ujung (edge), seperti wilayah Muhammad Nadzir Husain al-Dihlawi (w.
India, Indonesia dan Malaysia. Bagi 1320 H) dan ‘Ubaid Allah al-Mubarakfuri
Richard, pengkaji Islam baiknya tidak (w. 1363 H) terkait khidmat kedua tokoh
hanya memusatkan kajiannya pada kawasan terhadap pengajaran hadis.6 Berbeda dengan
Timur Tengah saja.1,2 Oleh karena itu, Zulhendra,7 yang membahas tipologi
penelitian ini fokus pada kawasan India madrasah hadis di India-Pakistan abad 12-
dalam studi historiografi hadis. Sebagaimana 14 H, bahwa terdapat dua metode pengajaran
disinyalir Mushthafa al-Khan3 dan Nur al- berkembang di masa itu: (a) aspek riwayah
Din ‘Itr (w. 1442 H) bahwa dalam rentang yang lebih mengutamakan metode al-sama’,
tiga abad –diawali dari abad 10 H-, studi al-‘aradh, al-ijazah serta al-munawalah; dan
hadis mengalami deteriorasi. Tetapi, ‘Itr (b) aspek dirayah terkait metode dirasah
berpendapat juga pada akhir abad 10 H, kitab hadis, ada tiga metode yang digunakan
kawasan India telah berkontribusi dalam al-sard, al-bahts wa al-tahlil, dan al-im’an
pengkajian hadis di dunia Islam, baik aspek wa al-ta’ammuq.
riwayah maupun dirayah.4 Semangat studi Berdasarkan kajian di atas, tulisan
hadis di India masih terasa hingga saat ini. ini mengeksplor tipologi dari sejumlah
Penelitian terkait studi hadis di karya ulama hadis di Anak Benua India
India, antaranya Sa’diyah fokus mengkaji secara global dengan pendekatan sejarah.
metode pemahaman hadis dari Syah Wali India sebelum 1947 M/1366 H, merupakan
Allah al-Dihlawi (1114-1186 H), dua kitab negara yang sangat luas, mencakup negara
Pakistan dan Bangladesh. Maka diperlukan
1 Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer
Wacana, Aktualitas, Dan Aktor Sejarah, ed. Idris 5 Fatichatus Sa’diyah, “Pemikiran Hadis Shah
Thaha (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002). Waliyullah Al-Dahlawi Tentang Metode Pemahaman
2 Azyumardi Azra, Sejarah Islam Kawasan: Hadis” (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018).
Pengantar Ahli.” In Studi Kawasan Dunia Islam 6 Syed Abdul Majid Ghouri, “The Muhaddith Sheikh
Perspektif Etno-Linguistik Dan Geo-Politik (Depok: Muhammad Nazir Hussain Al-Dehlawi and His
Rajawali Press, 2019). Service to The Prophet’s Hadith,” Hadis 9, no. 18
3 Muhyi al-Din Abi Zakariya Yahya bin Syaraf Al- Desember (2019); Syed Abdul Majid Ghouri, “Shaykh
Nawawi, Al-Manhal Al-Rawi Min Taqrib Al-Nawawi, ’Ubayd Allah Raḥmānī Al-Mubārakfūrī and His
ed. Mushthafa Al-Khan (Mansyurat Dar al-Mallah, Scholarly Efforts in the Field of Ḥadīth by Teaching
n.d.) Abad ke-10 masuk pada periode ke-6 yang and Writing,” Hadis 10, no. 19 (2020).
disebut oleh al-Khan sebagai daur al-wuquf wa al- 7 Zulhendra, “Madrasah Hadits India-Pakistan Sejak
rukud.. Abad XII Hingga Abad XIV Hijri: Studi Analitis
4 Nur al-Din ’Itr, Manhaj Al-Naqd Fi ’Ulum Al-Hadits Perkembangan Ilmu Hadits Di Anak Benua India Abad
(Suriah: Dar al-Fikr, 1981). Fase ini ditulis ‘Itr sebagai XII-XIV H” (UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
masa al-rukud wa al-jumud.. 2020).

Jurnal
54 Studi Hadis Nusantara
Vol 4, No 1, Juni 2022
Kebangkitan Hadis di India:
Hafidhuddin Studi Historiografi Hadis Abad 12-14 Hijriah

pembatasan periodik dan kawasan, sebagai India, dengan dibatasi pada tiga abad (12-
objek penelitian. Hal ini untuk memperjelas 14 H).
adanya pola-pola keagamaan dalam dunia
peradaban Islam termasuk studi hadis, HASIL DAN PEMBAHASAN
agar memudahkan secara metodologis. Islam di India: Tinjauan Historis
Penelitian ini fokus pada dua masalah: (1) Anak Benua India sebelum
bagaimana peran ulama India dalam proses terpecah menjadi India, Pakistan dan
pengembangan hadis dan sebarannya? (2) Baghladesh adalah sebuah kawasan
apa metode ulama India dalam menyusun yang terletak di Asia Selatan. Luasnya
sejumlah karya bidang hadis? diperkirakan 2.075 mil dari Utara ke
Pengaruh India dari abad ke-12 H, Selatan dan 2.120 mil dari Timur ke
membawa angin segar bagi perkembangan Barat. Wilayah utara berbatasan dengan
studi hadis di negara Islam lain, termasuk wilayah Tibet (China) dan Afganistan.
Timur Tengah dan negara Asia. Pemikiran- Sebelah selatan berbatasan dengan laut
pemikiran yang dilahirkan dari rahim (Samudera Hindia). Di sebelah Timur
kawasan Anak Benua India telah membawa berbatasan dengan Myanmar, dan di
arus perubahan bagi keberlangsungan sebelah Barat berbatasan dengan Persia
historiografi hadis. Maka wajar jika (Iran).10 Pada dasarnya, kontak dagang
Muhammad ‘Abd al-‘Aziz al-Khauli8 (1310- antara bangsa Arab dan Anak Benua India
1349 H) berpendapat –sebagaimana dikutip telah berlangsung dalam rentang waktu
Daniel Djuned– bahwa tidak ada negeri yang panjang, jauh sebelum kedatangan
atau masyarakat Islam era sekarang yang Islam. Abdul Karim berpendapat bahwa
perhatiannya memadai terhadap hadis, selain Islam masuk ke India terbagi menjadi
ulama-ulama India. Di sana dapat ditemukan empat periode, yaitu periode Nabi SAW
sejumlah orang yang hafal hadis dan secara ditandai dengan adanya suku Jat (India)
bebas mempelajarinya. Hal itu dilakukan yang menetap di Arab, periode al-
oleh para ulama abad ke-3 H –dalam hal ini khulafa’ al-rasyidun dan periode dinasti
kawasan India telah mengambil peran itu. Umayyah, periode dinasti Ghazni, dan
periode dinasti Ghuri.11
METODE PENELITIAN Proses penaklukan Anak Benua
Penelitian ini memakai metode India ditandai dengan adanya pasukan
historis, Louis Gottschalk berpendapat tentara Islam di bawah komando
metode historis dinilai sebagai metode ilmiah, panglima Muhammad bin al-Qasim al-
apabila memenuhi dua syarat: pertama, Tsaqafi dalam penaklukannya di wilayah
metode itu mampu menentukan fakta yang Sind –sekarang masuk wilayah Pakistan–
dapat dibuktikan; dan kedua, apabila fakta dan Selatan Punjab yang terjadi pada 92
itu berasal dari suatu unsur yang didapat H. Penaklukan ini bersamaan dengan
dari hasil pemeriksaan yang kritis terhadap Andalusia (Spanyol) di tangan Thariq
dokumen sejarah.9 Maka dalam penelitian bin Ziyad. Peristiwa itu terjadi pada masa
ini metode historis dianggap mampu dinasti Umayyah, yaitu Khalifah al-Walid
menjelaskan kronologis perkembangan hadis bin Abd al-Malik (86-96 H). Sehingga,
dan bagaimana keberadaan sebarannya di
10 Ajid Thohir and Ading Kusdiana, Islam Di
8 Daniel Djuned, Ilmu Hadis, Paradigma Baru Dan Asia Selatan Melacak Perkembangan Sosial,
Rekonstruksi Ilmu Hadis (Jakarta: Penerbit Erlangga, Politik Islam Di India, Pakistan Dan Bangladesh,
2010). Cet. 1 (Bandung: Humaniora, 2006).
9 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: 11 M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran Dan
Ombak, 2007). Peradaban Islam, Cet. 4 (Yogyakarta, 2014).

Jurnal
Studi Hadis Nusantara
Vol 4, No 1, Juni 2022
55
Kebangkitan Hadis di India:
Hafidhuddin Studi Historiografi Hadis Abad 12-14 Hijriah

kota al-Multan –ketika itu merupakan pusat 1556 M), Akbar (1556-1605 M), Jahangir
pemerintahan Sind– dijadikan ibu kota oleh (1605-1628 M), Syah Jahan (1628-1658 M),
Muhammad bin al-Qasim sebagai kota dan Aurangzeb (1658-1707 M). Pada abad
pemerintahan Islam pertama di India.12 19 M hingga pertengahan abad 20 M, secara
Proses panjang berkembangnya agama Islam politis, Anak Benua India berada dalam
ditandai dengan berhasilnya orang-orang kuasa Inggris. Penguasaan ditandai dengan
Islam meletakkan sendi-sendi pemerintahan mundurnya penguasa-penguasa Mughal, dan
Islam yang kokoh di India Utara, yaitu bangsa berkuasanya Inggris di India.14
Ghur –bangsa yang memerintah sebuah Puncak dari peristiwa terjadi tahun
negara kecil pegunungan di Afganistan. 1857 M, ketika adanya pemberontakan
Bangsa Ghur menaklukan Multan Mutini atau Sepoy atas kolonial Inggris.
tahun 572 H. Bangsa Ghur lalu mengalahkan Ketika itu, dinasti Mughal yang merupakan
Raja Ghaznawi yang terakhir di Punjab. simbol kekuasaan Islam di India mulai
Pada tahun 588 H, bangsa ini berhasil berakhir. Hal ini menunjukkan bahwa Inggris
melumpuhkan kekuasaan Pangeran Rajput resmi mulai berkuasa di India. Tanggal
Hindu. Di masa inilah roda pemerintahan 14 dan 15 Agustus 1947, negara Pakistan
Islam pertama dan merdeka di India yang dan India lahir melalui pemberian dan
dikendalikan oleh dinasti Ghuriyah (571-602 pengakuan kemerdekaan oleh pemerintah
H). Setelah pemerintahan dinasti Ghur di Inggris. Masyarakat di Anak Benua India
Anak Benua India, munculah pemerintahan akhirnya memperoleh kemerdekaan setelah
dinasti Mamalik (1206-1290 M), dinasti serangkaian perjuangan yang panjang. India
Khalji (1290-1320 M), dinasti Tughluq dengan kemerdekaan negaranya beribu kota
(1320-1420 M), dinasti Sayyid (1398- di New Delhi dengan luas wilayah 3.287.590
1526 M), dan dinasti Lodi (855-932 H). km2.15
Keberadaan kerajaan Islam tersebut memang Kajian Hadis di India Abad 12-14 H.
tidak berakar kuat, tetapi memberikan andil Perkembangan kajian hadis di India
yang besar dalam mendorong pertumbuhan awal abad 10 H masih belum berkembang.
Islam di kawasan itu.13 Pengkajian lebih berupa pengkajian fikih,
Seiring berjalannya waktu, Islam di sebagaimana ditulis al-Qalqasyandi (756-
India lebih berkembang ketika masa kerajaan 821 H). Ia bercerita, di Delhi terdapat seribu
Mughal. Hal ini disebabkan, penyebaran Islam madrasah fikih, satu di antaranya madrasah
ke seluruh wilayah India banyak dilakukan Syafi’iyah selebihnya madrasah Hanafiyah.16
pada masa kerajaan ini. Kerajaan Mughal Akan tetapi, akhir abad 10 H, semangat
berdiri di India tahun 932 H, oleh Zahirudin itu hadir dengan datangnya ulama hadis
Babur. Berdirinya kerajaan ditandai dengan ke India, diantaranya ‘Abd al-Mu’thi al-
pertempuran yang dahsyat di Panipat. Babur Makki (w. 999 H) dari Mekah, Syihab al-
memasuki kota Delhi sebagai pemenang Din Ahmad al-Mishri (w. 992 H) dari Mesir,
dan menegakkan pemerintahan di kota itu.
Setelah masa pemerintahan Babur, penguasa 14 Thohir and Kusdiana, Islam Di Asia Selatan
Melacak Perkembangan Sosial, Politik Islam Di
berikutnya digantikan oleh Humayun (1530- India, Pakistan Dan Bangladesh; Kusdiana, Sejarah
Dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan.
12 Zulhendra, “Madrasah Hadits India-Pakistan Sejak 15 Thohir and Kusdiana, Islam Di Asia Selatan
Abad XII Hingga Abad XIV Hijri: Studi Analitis Melacak Perkembangan Sosial, Politik Islam Di
Perkembangan Ilmu Hadits Di Anak Benua India India, Pakistan Dan Bangladesh.
Abad XII-XIV H”; Karim, Sejarah Pemikiran Dan 16 Zulhendra, “Madrasah Hadits India-Pakistan Sejak
Peradaban Islam. Abad XII Hingga Abad XIV Hijri: Studi Analitis
13 Ading Kusdiana, Sejarah Dan Kebudayaan Islam Perkembangan Ilmu Hadits Di Anak Benua India
Periode Pertengahan, Cet. 1 (Bandung, 2013). 21 Abad XII-XIV H.”

Jurnal
56 Studi Hadis Nusantara
Vol 4, No 1, Juni 2022
Kebangkitan Hadis di India:
Hafidhuddin Studi Historiografi Hadis Abad 12-14 Hijriah

dan Muhammad bin Ahmad al-Fakihani (w. hadis, diantaranya al-Mushaffa fi Syarh al-
992 H). Dari ulama-ulama inilah hadis dan Muwaththa’, dan al-Musawwa Syarh al-
ilmunya mulai tersebar di India –terutama Muwaththa’.
dalam periwayatan.17 ‘Itr berpendapat Semasa dengan al-Dihlawi, ada
bahwa abad 10 H sebagai fase deteriorasi. al-Sind al-Kabir (w. 1138 H) yang juga
Fase ini ditandai dengan penyusutan jumlah produktif menyusun kitab hadis. Kitab-kitab
penyusunan karya-karya ‘ulum al-hadits – yang dihasilkan diantaranya Fath al-Wadud
dan hadis. Meski ada hanya berupa ulasan bi Syarh Sunan Abi Daud dan Hasyiah al-
atau ringkasan dari kitab-kitab sebelumnya. Sindi ‘ala Sunan al-Nasa-i. Banyak di antara
‘Abd al-Haq bin Saif al-Din al- karya al-Dihlawi lebih mengajak untuk
Dihlawi (958-1052 H) dan Nur al-Haq al- berpegang teguh kepada al-Qur’an dan al-
Dihlawi (983-1073 H) merupakan ahli hadis Sunnah serta sedapat mungkin meninggalkan
yang gigih dalam menyebarkan pengajaran fanatisme madzhab dan jumud. Kebangkitan
hadis di Anak Benua India. ‘Abd al-Haq hadis di India yang digagas al-Dihlawi
menyusun Asyi’at al-Lama’at dalam bahasa dipengaruhi oleh ulama hadis di Hijaz, Abu
Persia dan Lama’at al-Tanqih fi Syarh Misykat Thahir Muhammad bin Ibrahim al-Kurdi (w.
al-Mashabih dalam bahasa Arab. Karyanya 1145 H).21
terdiri atas sebelas juz. Ditahqiq oleh Taqi al- Keadaan Hijaz ketika al-Dihlawi
Din al-Nadwi.18 Nur al-Haq menyusun Taisir datang cenderung pada paradigma
al-Qari Syarh al-Bukhari dalam bahasa tradisionis. ‘Abd al-Haq al-Dihlawi memiliki
Persia. Kajian hadis di India baru terasa ikatan dengan tradisi studi hadis di Anak
bergairah ketika dipelopori Syah Wali Allah Benua India yang telah dibentuk oleh satu
al-Dihlawi (1114-1176 H).19 Sebagai seorang generasi ulama lain yang ada hubungan erat
ahli hadis, berbagai kegiatan keagamaan dan dengan Hijaz.22 Adanya ikatan dengan ulama
penyebarannya dilakukan melalui majelis- di Haramain memperkuat pandangan al-
majelis, baik di masjid, madrasah maupun Dihlawi mengenai ‘ulum al-hadits sebagai
di rumah-rumah. Semangat al-Dihlawi dasar untuk menguji semua pengetahuan.
tidak hanya pada gerakan keagamaan, Hal ini juga membedakan apa yang ia terima
tetapi dampak itu berpengaruh positif ketika belajar di India. Kajian hadis masa al-
dalam perbaikan kehidupan sosial bahkan Dihlawi dan murid-muridnya lebih banyak
gerakan jihad kaum muslim di Anak Benua disampaikan, baik riwayah maupun dirayah.
India.20 Selain itu, al-Dihlawi disibukkan Upaya al-Dihlawi untuk membumikan hadis
dengan menyusun sejumlah karya bidang di Anak Benua India tidak hanya aspek
pengajaran, tetapi juga menyusun beberapa
17 Ahmad Fahmi Zamzam, Sejarah Ulama-Ulama
Ahli Hadis (Muhadditsin) Di India (Ba’alawi Kuala
karya dalam bidang hadis.
Lumpur, 1431). Perjuangan al-Dihlawi menyebarkan
18 Syed Abdul Majid Ghouri, “Al-Syaikh ’Abd Al- hadis –dalam konteks riwayah dan dirayah–
Haq Al-Dihlawi Wa Kitabuhu Lama’at Al-Tanqih Fi di India diikuti oleh anak cucunya an sich,
Syarh Misykat Al-Mashabih Dirasah Haditsiyah,” Al- diantaranya Syah ‘Abd al-‘Aziz (1159-1239
Hadits: Majallah ’Ilmiyah 11, no. Juni (2016).
19 Syah Wali Allah bin ‘Abd al-Rahim Al-Dihlawi,
H), Syah Rifa’ al-Din (1163-1233 H), Syah
Al-Irsyad Ila Muhimmat Al-Isnad, ed. Badr bin ’Ali ‘Abd al-Qadir (1167-1230 H), dan Syah ‘Abd
bin Thami al-’Atibi (Dar al-Afaq, 2009).
20 Asmawi, Fiqih Rekonsiliatif Shah Wali Allah Al- 21 Muhammad Ziyad bin ’Umar Al-Tuklah, Tsabat
Dihlawi, Cet. 1 (Tulungagung: STAIN Tulungagung Al-Kuwait Wahuwa Al-Tsabat Al-Jami’ Li Majalis
Press, 2010); Zulhendra, “Madrasah Hadits India- Qira’ah Wa Sama’ Kutub Al-Hadits Fi Kuwait
Pakistan Sejak Abad XII Hingga Abad XIV Hijri: (Gharas, 2010).
Studi Analitis Perkembangan Ilmu Hadits Di Anak 22 Daniel W. Brown, Menyoal Relevansi Sunnah
Benua India Abad XII-XIV H.” Dalam Islam Modern, Terj. (Bandung: Mizan, 2000).

Jurnal
Studi Hadis Nusantara
Vol 4, No 1, Juni 2022
57
Kebangkitan Hadis di India:
Hafidhuddin Studi Historiografi Hadis Abad 12-14 Hijriah

al-Ghani (w. 1227 H). Sementara cucunya, secara masif. Keadaan itu berlangsung
Syah Muhammad Ishaq (w. 1262 H), Syah sejak abad ke-13 H, tepatnya ketika Shiddiq
Isma’il Syahid, dan Syah Muhammad Hasan Khan (1248-1307 H) aktif di Bahubal.
Ya’qub. Madrasah al-Dihlawi merupakan Shiddiq membawa dan mengumpulkan
warisan ayahnya, ‘Abd al-Rahim yang naskah-naskah hadis dari Hijaz dan Yaman
bernama al-Madrasah al-Rahimiyah. Pada ketika ia berhaji dan berkunjung ke ulama
masa cucunya (Ishaq), madrasah terpecah berbagai negeri pada tahun 1285 H. Ia
menjadi dua cabang: (a) madrasah al-ahnaf membawa salinan dari 25 naskah karya al-
tokohnya ‘Abd al-Ghani al-Madini (w. 1296 Shan’ani (w. 1182 H), Ibnu Taimiyah al-
H); dan (b) madrasah ahli hadis, Nadzir Jadd (w. 728 H), dan al-Syaukani (w. 1255
Husain al-Dihlawi (w. 1320 H) sebagai tokoh H). Shiddiq kemudian membangun empat
penggeraknya.23 penerbit: (a) al-Sakandri; (b) al-Syah Jihan;
Perbedaan kedua madrasah terletak (c) al-Sulthani; dan (d) al-Shiddiqi.
pada orientasi fikih. Madrasah al-ahnaf Begitu besar usaha Shiddiq agar
orientasi fikihnya berada di atas ushul dan literatur Islam tersebar. Shiddiq juga
qawaid Abu Hanifah an sich dan ashhab- mengarang kitab berkenaan dengan hadis,
nya. Sementara, madrasah ahli hadis tidak diantaranya Fath al-‘Allam Syarh Bulugh
terkukung secara definitif kepada madzhab al-Maram, al-Siraj al-Wahhaj min Kasyf
fikih tertentu, sebagaimana kebiasaan Mathalib, Nuzul Abrar fi Syarh Muntaqa al-
mayoritas ahli hadis.24 Geliat sejumlah Akhbar dan lainnya.26 Shiddiq sendiri telah
pelajar untuk mendalami hadis berdampak mengarang 222 judul kitab dengan berbagai
pada banyaknya madrasah yang dibangun disiplin ilmu, 56 di antaranya berbahasa
di berbagai daerah di India. Madrasah yang Arab.27 Apabila di Bhopal ada Shiddiq
dibangun diantaranya Dar al-Ulum Deoband. sebagai ulama hadis, maka di Lucknow ada
Madrasah ini dibangun tahun 1283 H oleh ‘Abd al-Hayy al-Luknawi (1264-1304 H).
Muhammad Qasim al-Nanautavi (w. 1298 ‘Abd al-Hayy al-Luknawi merupakan ulama
H). Madrasah lainnya ialah al-Madrasah terkemuka di masanya yang mengarang
Mazhahir al-‘Ulum. Madrasah ini dibangun sejumlah kitab dalam bidang hadis,
oleh Muhammad Mazhhar al-Nanautavi (w. diantaranya al-Ta’liq al-Mumajjad ‘ala al-
1302 H), murid Ishaq al-Dihlawi. Madrasah- Muwaththa’ Muhammad, al-Nafi’ al-Kabir
madrasah berdiri di Saharanpur, Uttar Syarh Jami’ al-Shaghir, dan lain sebagainya.
Pradesh dan lain sebagainya.25 Keberadaan penerbit yang ada di
Perhatian ulama India terhadap Anak Benua India tidak sedikit. Penerbit-
pengembangan kajian hadis ditandai dengan penerbit ini berbondong-bondong
maraknya penyusunan dan penerbitan kitab menerbitkan literatur hadis yang disusun
oleh para ulama dan kaum muslimin secara
23 Al-Tuklah, Tsabat Al-Kuwait Wahuwa Al-Tsabat umum. Hal itu berlangsung pada abad 13-14
Al-Jami’ Li Majalis Qira’ah Wa Sama’ Kutub Al- H.28 Nama-nama penerbit dimaksud antara
Hadits Fi Kuwait; Brown, Menyoal Relevansi Sunnah
Dalam Islam Modern.
24 Zulhendra, “Madrasah Hadits India-Pakistan Sejak 26 Firdaus, “Studi Analisis Kitab Al-Siraj Al-Wahhaj
Abad XII Hingga Abad XIV Hijri: Studi Analitis Min Kasyf Mathalib Shahih Muslim Bin Al-Hajjaj
Perkembangan Ilmu Hadits Di Anak Benua India (Karya Al-Syaikh Al-’Allamah Abu Al-Thayib
Abad XII-XIV H.” Shiddiq Bin Hassan Khan),” Al-Qalam Jurnal Kajian
25 Wali al-Din Al-Nadwi, Al-Imam ’Abd Al- Islam & Pendidikan 7, no. 2 (2015).
27 Zamzam, Sejarah Ulama-Ulama Ahli Hadis
Hay Al-Luknawi “Allamah Al-Hind Wa Imam (Muhadditsin) Di India.
Al-Muhaddits Wa Al-Fuqaha” (Damaskus: 28 Djuned, Ilmu Hadis, Paradigma Baru Dan
Dar al-Qalam, 1995). Rekonstruksi Ilmu Hadis.

Jurnal
58 Studi Hadis Nusantara
Vol 4, No 1, Juni 2022
Kebangkitan Hadis di India:
Hafidhuddin Studi Historiografi Hadis Abad 12-14 Hijriah

lain: (a) al-Faruqi, (b) al-Anshari, (c) al- Abi Daud. Sunan al-Nasa-i disyarah oleh
Ahmadi di Delhi; (d) al-Nizhami di Kanpur; beberapa ulama, diantaranya al-Hawasyi
(e) al-Khalili di Arha, Bihar; (f) Dar al-Kutub al-Jadidah ‘ala Sunan al-Nasa-i karya Abu
wa al-Sunnah di Amritsar; dan (g) Nukhbah ‘Abd al-Rahman al-Bunjabi al-Dihlawi (w.
al-Akhbar di Bombay.29 Penerbit-penerbit 1315 H) bersama Muhammad bin Kifayat
tersebut berkontribusi dalam membangkitkan Allah al-Syahjihanfuri (1292-1338 H); dan
kajian hadis di Anak Benua India hingga Isyfaq al-Rahman judul Hasyiah ‘ala Sunan
sekarang. al-Nasa-i. Sunan al-Tirmidzi disyarah oleh
Literatur Hadis di India: Karya dan beberapa ulama, diantaranya Syarh ‘ala
Metode Jami’ al-Tirmidzi karya Siraj Ahmad al-
Perhatian ulama India terhadap kajian Sirhindi (w. 1230 H); dan Tuhfah al-Ahwadzi
hadis tidak hanya dalam bentuk riwayah tetapi fi Syarh Jami’ al-Tirmidzi karya ‘Abd al-
juga dirayah. Penulis mengeksplorasi al- Rahman bin ‘Abd al-Rahim al-Mubarakfuri
kutub al-sittah, mengingat kutub merupakan (1283-1353 H). Sunan Ibn Majah disyarah
standar hadis Nabi SAW. Di samping itu, oleh beberapa ulama, diantaranya ‘Abd al-
kutub banyak dikaji baik secara riwayah Ghani al-Mujaddidi al-Dihlawi (1235-1296
maupun dirayah di madrasah-madrasah H) judul Injah al-Hajah Syarh Sunan Ibn
Anak Benua India. Majah; dan Isyfaq al-Rahman berjudul Syarh
Tidak menutup kemungkinan adanya Sunan Ibn Majah.
karya hadis dengan model tertentu dari Ulama hadis di Anak Benua India
pengarangnya. Dapat ditelusuri Shahih al- sungguh telah melakukan tiga bagian dari
Bukhari disyarah Syah Wali Allah al-Dihlawi kegunaan syarah dari literatur al-kutub
judulnya Syarh Tarajim Abwab al-Bukhari; al-sittah di atas, yaitu (a) amanah dalam
Ahmad ‘Ali bin Luthf Allah al-Saharanfuri menyampaikan dan menyebarluaskan
(w. 1297 H) judulnya Hasyiah ‘ala Shahih al- sunnah Nabi SAW; (b) upaya dalam ‘ihya
Bukhari; Shiddiq Hasan Khan judul ‘Aun al- al-sunnah agar terjaga; dan (c) sedapat
Bari fi Halli Adillah al-Bukhari; Muhammad mungkin menjaga agar terhindar dari
Idris bin Muhammad Isma’il al-Kandahlawi kekeliruan terhadap maksud dari suatu
(w. 1394 H) berjudul Tuhfah al-Qari bi Halli hadis.30 Ragam ulama India di setiap abadnya
Musykalat al-Bukhari; Muhammad Zakariya selalu memberikan perhatian pada al-kutub
bin Muhammad Yahya al-Kandahlawi al-sittah. Terkait metode, dapat dilihat dari
(1315-1402) judul al-Abwab wa al-Tarajim berbagai karya yang dihasilkan ulama India
min Shahih al-Bukhari. dari abad ke-12-14 H, yang telah diuraikan
Shahih Muslim disyarah oleh di atas. Metode ulama India dalam menulis
beberapa ulama, diantaranya Shiddiq Hasan karya hadis cenderung menggunakan model
Khan judul al-Siraj al-Wahhaj fi Kasyf al- syarh dan hasyiah terhadap al-kutub al-
Mathalib Shahih Muslim bin al-Hajjaj. sittah.
Sunan Abi Daud disyarah oleh beberapa Shiddiq Hasan Khan berpendapat
ulama, diantaranya Isyfaq al-Rahman al- bahwa penulisan syarah terdapat tiga model,
Kandahlawi (w. 1377 H) berjudul Hasyiah antara lain (1) syarah ditandai dengan
‘ala Sunan Abi Daud; Khalil Ahmad bin kata aqulu, yaitu menyatukan letak matan
Majid ‘Ali al-Saharanfuri (1269-1346 dengan syarah. Untuk membedakannya,
H) judul Badzl al-Majhud fi Halli Sunan ditulis kata aqulu ketika mengawali syarah
dan menulis qala atau qala al-mushannif
29 Zulhendra, “Madrasah Hadits India-Pakistan Sejak
Abad XII Hingga Abad XIV Hijri: Studi Analitis
Perkembangan Ilmu Hadits Di Anak Benua India 30 Mujiyo Nurkholis, Metode Syarah Hadis (Bandung:
Abad XII-XIV H.” Fasygil Grup, 2005).

Jurnal
Studi Hadis Nusantara
Vol 4, No 1, Juni 2022
59
Kebangkitan Hadis di India:
Hafidhuddin Studi Historiografi Hadis Abad 12-14 Hijriah

untuk mengakhiri syarah; (2) syarah ditandai hadis dengan pendapat madzhabnya. Keadaan
dengan kata qauluhu. Dimaksudkan untuk ini dikarenakan adanya pertentangan yang
memisahkan matan dengan syarah, seperti terjadi antar mazhab fikih –hal ini juga terjadi
matan berada di luar atau di atas garis pada disiplin ilmu tafsir–, seperti dilakukan
pemisah, bagian-bagian yang akan disyarah Abi Ja‘far al-Thahawi (237-321 H) dengan
dikutip, lalu mengawalinya dengan menulis Syarh Ma‘ani al-Atsar.34 Begitu juga dengan
kata qauluhu; dan (3) syarah mamzuj atau Khalil Ahmad al-Saharanfuri (1269-136 H)
mazjan, yaitu menyatukan matan dengan dalam Badzl al-Majhud fi Halli Sunan Abi
syarah, sebagai pembeda ditulis huruf mim Daud yang lebih mengunggulkan madzhab
dan syin, terkadang syarah cukup ditulis pada Hanafi.35
bagian bawah matan.31 Mayoritas ulama Anak Benua India
Beredarnya syarah-syarah yang bermadzhab Hanafi. Namun, ada yang
dilakukan oleh para ulama disinyalir oleh bersifat tradisionis dan ada yang reformis
M. Alfatih Suryadilaga disebabkan adanya antaranya al-Dihlawi.36 al-Azhim Abadi
trend pada masa tersebut terhadap kitab- (1273-1329 H) dalam Ghayah al-Maqshud
kitab tertentu.32 Begitu juga pada al-kutub atau ‘Aun al-Ma’bud tidak terkukung pada
al-sittah yang dilakukan ulama India pada ikatan madzhabnya ketika hendak melakukan
abad 12-14 H. Terkait hasyiah, al-Shamrani ijtihad terhadap dalil yang dikaji. Ia cenderung
berpendapat –dikutip Irfan Salim- bahwa menampilkan pendapat yang paling kuat dan
penulisan hasyiah didorong oleh lima sebagainya.37 Keadaan demikian tidak lain
keadaan, yaitu (1) ada redaksi yang tidak sebagai bagian dari al-harakah al-‘ilmiyyah
jelas dalam matan,atau ringkasnya matan; yang membawa faedah-faedah besar bagi
(2) ada motivasi ulama untuk menyampaikan perkembangan ilmu dan dunia intelektual
catatan ilmiah kepada penuntut ilmu; (3) Islam, Kondisi ini dikarenakan para syarih
memberikan faedah-faedah ilmiah yang dalam berhujjah tetap merujuk kepada al-
didapat dari majelis-majelis ilmu; (4) ada Qur’an dan al-Sunnah.
motivasi ulama untuk mengumpulkan dan Kecenderungan menjadikan al-
menertibkan sejumlah karya dalam bentuk kutub al-sittah sebagai bagian dari objek
syarh dan hasyiah terhadap kitab matan; dan kajian tidak hanya di India saja tetapi juga di
(5) ketertarikan ulama terhadap kitab matan, wilayah lain. Perhatian ulama India terhadap
diperlukan sebagai bahan telaah dan bacaan al-kutub al-sittah lebih banyak melakukan
untuk pengajaran dalam majelis ilmu yang syarh ketimbang hasyiah, meskipun secara
disampaikan kepada murid-murid mereka.33 historis, metode hasyiah banyak dilakukan
Latar belakang keilmuan ulama hadis
34 Abi al-Hasan ‘Ali al-Hasani Al-Nadwi, “Taqdim
di India berpengaruh terhadap karya hadis Al-Kitab,” in Badzl Al-Majhud Fi Halli Abi Daud
yang dihasilkan, seperti madzhab, aliran, Juz 1, ed. Taqi al-Din al-Nadwi (Mozaffar Pur, India:
madrasah, dan metode. Abi al-Hasan al- Markaz al-Syaikh Abi al-Hasan al-Nadwi li Buhuts
Nadwi (1914-1999 M) berpendapat, tidak wa al-Dirasat al-Islamiyyah, 2006).
jarang seorang syarih menonjolkan antara 35 Zulhendra, “Madrasah Hadits India-Pakistan Sejak
Abad XII Hingga Abad XIV Hijri: Studi Analitis
Perkembangan Ilmu Hadits Di Anak Benua India
31 Sayyid Shiddiq Hasan Khan Al-Qannuji, Al- Abad XII-XIV H.”
Hiththah Fi Dzikr Al-Shihhah Al-Sittah, ed. ’Ali Hasan 36 Muhammad Mosleh Uddin, “Shah Waliullah’s
Al-Halabi (Beirut-Amman: Dar al-Jil-Dar Amar, n.d.); Contribution to Hadith Literature A Critical Study”
Nurkholis, Metode Syarah Hadis. (Aligarh Muslim University India, 2003).
32 M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis 37 Zulhendra, “Madrasah Hadits India-Pakistan Sejak
(Yogyakarta: Suka Press, 2012). Abad XII Hingga Abad XIV Hijri: Studi Analitis
33 Irfan Salim, “Tradisi Penulisan Hasyiyah Di Dunia Perkembangan Ilmu Hadits Di Anak Benua India
Islam,” Alqalam 29, no. 2 (Mei-Agustus) (2012). Abad XII-XIV H.”

Jurnal
60 Studi Hadis Nusantara
Vol 4, No 1, Juni 2022
Kebangkitan Hadis di India:
Hafidhuddin Studi Historiografi Hadis Abad 12-14 Hijriah

al-Sindi al-Kabir dan al-Saharanfuri. Berbeda al-Dihlawi dalam syarh-nya, Muhammad


dengan al-Dihlawi, –menurut Shiddiq38– ia Syams al-Haq bin Amir ‘Ali al-Azhim Abadi
dianggap sebagai penelaah metode syarah (1273-1329 H) dengan ‘Aun al-Ma’bud ‘ala
awal. Estafet itu diteruskan oleh anaknya, Sunan Abi Daud dan lainnya.
Maula Rafi’ al-Din al-Dihlawi (w. 1233 H) Ketiga, muqarin, yaitu syarih
dalam al-Takmil. Pada perkembangannya membandingkan antarhadis atau
menjadi satu disiplin ilmu, ‘ilm syarh al- antarpendapat terkait hadis yang menjadi
hadits. objek kajian mereka. Menurut Suryadilaga,
Metode syarah yang diaplikasikan syarih tidak hanya membandingkan antar
ulama India dari kebanyakan karya yang hadis, tetapi dibandingkan juga antar syarih
lahir pada abad 12-14 H, dapat diklasifikasi dalam pemahaman mereka terhadap suatu
pada tiga pendekatan yaitu, tahlili, ijmali hadis.41 Model ketiga ini memberi nuansa
dan muqarin. Tiga pendekatan ini secara keluwesan dan kekayaan dalam pemahaman,
historis berawal dari adopsi penulisan tafsir. dikarenakan semua pendapat diungkap.
Pertama, tahlili, yaitu syarih menganalisa Bahkan, syarih berpeluang untuk senantiasa
berkenaan dengan aspek yang terkandung bersikap toleran terhadap pendapat ulama
di dalam hadis, seperti kosa kata, konotasi lain, yang kadang ada unsur pro-kontra di
kalimat, sabab al-wurud, munasabah hadis, antara mereka. Misalnya al-Azhim al-Abdi
dan pemahaman hadis dari kalangan sahabat, dalam Ghayah al-Maqshud, Tuhfah al-
tabi’in, ataupun para ulama hadis, sesuai Ahwadzi fi Syarh Jami’ al-Tirmidzi karya al-
dengan kecenderungan dan keahlian syarih. Mubarakfuri dan lainnya.
Misalnya al-Sindi dalam sebagian kitab
syarh-nya.39 Meski al-Sindi lebih cenderung SIMPULAN
pada pendekatan ijmali. Selain itu, ada al- Ulama-ulama di India memainkan
Saharanfuri dengan Badzl al-Majhud dan peran penting terhadap studi hadis. Sebab,
lainnya. perhatian para ulama India terhadap hadis
Kedua, ijmali, yaitu syarih memadai. Semangat ulama-ulama India
menjelaskan hadis sesuai urutan kitab hadis dalam menulis, menghafal, dan mempelajari
standar, secara umum, ringkas dan padat, hadis sebagaimana dilakukan oleh para ulama
dengan bahasa yang dipahami. Suryadilaga abad ke-3 H. Kecenderungan menjadikan
berpendapat bahwa model kedua ini mirip al-kutub al-sittah sebagai bagian dari objek
dengan tahlili, hanya saja batasannya pada kajian tidak hanya di lakukan di India tetapi
uraian. Model tahlili uraiannya sangat juga diwilayah lain. Pengkajian hadis di India
terperinci, sehingga syarih dapat menulis memberikan kontribusi penting terhadap
pendapat dan ide-idenya lebih banyak. perkembangan kajian hadis. Perhatian
Sementara, model ijmali sedikit ruang ulama India terhadap al-kutub al-sittah lebih
untuk menyampaikan pendapat dan ide-ide banyak melakukan syarh ketimbang hasyiah.
dari syarih.40 Misalnya Hasyiah al-Sindi Perkembangan studi historiografi membawa
‘ala Sunan al-Nasa-i atau Sunan al-Nasa-i penelitian melihat arah dari setiap studi pada
bi Syarh al-Suyuthi wa Hasyiah al-Sindi, kawasan-kawasan dunia Islam tidak hanya
studi hadis namun studi lainnya.
38 Al-Qannuji, Al-Hiththah Fi Dzikr Al-Shihhah Al-
Sittah. DAFTAR PUSTAKA
39 Asih Pertiwi, “Syarah Al-Mujtaba: Melacak ’Itr, Nur al-Din. Manhaj Al-Naqd Fi ’Ulum
Intertekstualitas Syarah Al-Sindi Terhadap Al-
Suyuti,” Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Hadis
Al-Hadits. Suriah: Dar al-Fikr, 1981.
1, no. 1 (2019).
40 Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis. 41 Suryadilaga.

Jurnal
Studi Hadis Nusantara
Vol 4, No 1, Juni 2022
61
Kebangkitan Hadis di India:
Hafidhuddin Studi Historiografi Hadis Abad 12-14 Hijriah

Al-Dihlawi, Syah Wali Allah bin ‘Abd al- Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010.
Rahim. Al-Irsyad Ila Muhimmat Al- Firdaus. “Studi Analisis Kitab Al-Siraj Al-
Isnad. Edited by Badr bin ’Ali bin Wahhaj Min Kasyf Mathalib Shahih
Thami al-’Atibi. Dar al-Afaq, 2009. Muslim Bin Al-Hajjaj (Karya Al-
Al-Nadwi, Abi al-Hasan ‘Ali al-Hasani. Syaikh Al-’Allamah Abu Al-Thayib
“Taqdim Al-Kitab.” In Badzl Al- Shiddiq Bin Hassan Khan).” Al-Qalam
Majhud Fi Halli Abi Daud Juz 1, edited Jurnal Kajian Islam & Pendidikan 7,
by Taqi al-Din al-Nadwi. Mozaffar Pur, no. 2 (2015).
India: Markaz al-Syaikh Abi al-Hasan Ghouri, Syed Abdul Majid. “Al-Syaikh
al-Nadwi li Buhuts wa al-Dirasat al- ’Abd Al-Haq Al-Dihlawi Wa Kitabuhu
Islamiyyah, 2006. Lama’at Al-Tanqih Fi Syarh Misykat
Al-Nadwi, Wali al-Din. Al-Imam ’Abd Al- Al-Mashabih Dirasah Haditsiyah.” Al-
Hay Al-Luknawi “Allamah Al-Hind Wa Hadits: Majallah ’Ilmiyah 11, no. Juni
Imam Al-Muhaddits Wa Al-Fuqaha.” (2016).
Damaskus: Dar al-Qalam, 1995. ———. “Shaykh ’Ubayd Allah Raḥmānī Al-
Al-Nawawi, Muhyi al-Din Abi Zakariya Mubārakfūrī and His Scholarly Efforts
Yahya bin Syaraf. Al-Manhal Al-Rawi in the Field of Ḥadīth by Teaching and
Min Taqrib Al-Nawawi. Edited by Writing.” Hadis 10, no. 19 (2020).
Mushthafa Al-Khan. Mansyurat Dar ———. “The Muhaddith Sheikh Muhammad
al-Mallah, n.d. Nazir Hussain Al-Dehlawi and His
Al-Qannuji, Sayyid Shiddiq Hasan Khan. Service to The Prophet’s Hadith.”
Al-Hiththah Fi Dzikr Al-Shihhah Al- Hadis 9, no. 18 Desember (2019).
Sittah. Edited by ’Ali Hasan Al-Halabi. Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran Dan
Beirut-Amman: Dar al-Jil-Dar Amar, Peradaban Islam. Cet. 4. Yogyakarta,
n.d. 2014.
Al-Tuklah, Muhammad Ziyad bin ’Umar. Kusdiana, Ading. Sejarah Dan Kebudayaan
Tsabat Al-Kuwait Wahuwa Al-Tsabat Islam Periode Pertengahan. Cet. 1.
Al-Jami’ Li Majalis Qira’ah Wa Sama’ Bandung, 2013.
Kutub Al-Hadits Fi Kuwait. Gharas, Nurkholis, Mujiyo. Metode Syarah Hadis.
2010. Bandung: Fasygil Grup, 2005.
Asmawi. Fiqih Rekonsiliatif Shah Wali Allah Pertiwi, Asih. “Syarah Al-Mujtaba: Melacak
Al-Dihlawi. Cet. 1. Tulungagung: Intertekstualitas Syarah Al-Sindi
STAIN Tulungagung Press, 2010. Terhadap Al-Suyuti.” Mashdar: Jurnal
Azra, Azyumardi. Historiografi Islam Studi Al-Qur’an Dan Hadis 1, no. 1
Kontemporer Wacana, Aktualitas, Dan (2019).
Aktor Sejarah. Edited by Idris Thaha. Sa’diyah, Fatichatus. “Pemikiran Hadis
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Shah Waliyullah Al-Dahlawi Tentang
2002. Metode Pemahaman Hadis.” UIN
———. Sejarah Islam Kawasan: Pengantar Sunan Ampel Surabaya, 2018.
Ahli.” In Studi Kawasan Dunia Islam Salim, Irfan. “Tradisi Penulisan Hasyiyah Di
Perspektif Etno-Linguistik Dan Geo- Dunia Islam.” Alqalam 29, no. 2 (Mei-
Politik. Depok: Rajawali Press, 2019. Agustus) (2012).
Brown, Daniel W. Menyoal Relevansi Sunnah Sjamsuddin, Helius. Metodologi Sejarah.
Dalam Islam Modern. Terj. Bandung: Yogyakarta: Ombak, 2007.
Mizan, 2000. Suryadilaga, M. Alfatih. Metodologi Syarah
Djuned, Daniel. Ilmu Hadis, Paradigma Hadis. Yogyakarta: Suka Press, 2012.
Baru Dan Rekonstruksi Ilmu Hadis. Thohir, Ajid, and Ading Kusdiana. Islam Di

Jurnal
62 Studi Hadis Nusantara
Vol 4, No 1, Juni 2022
Kebangkitan Hadis di India:
Hafidhuddin Studi Historiografi Hadis Abad 12-14 Hijriah

Asia Selatan Melacak Perkembangan


Sosial, Politik Islam Di India, Pakistan
Dan Bangladesh. Cet. 1. Bandung:
Humaniora, 2006.
Uddin, Muhammad Mosleh. “Shah
Waliullah’s Contribution to Hadith
Literature A Critical Study.” Aligarh
Muslim University India, 2003.
Zamzam, Ahmad Fahmi. Sejarah Ulama-
Ulama Ahli Hadis (Muhadditsin) Di
India. Ba’alawi Kuala Lumpur, 1431.
Zulhendra. “Madrasah Hadits India-Pakistan
Sejak Abad XII Hingga Abad XIV
Hijri: Studi Analitis Perkembangan
Ilmu Hadits Di Anak Benua India Abad
XII-XIV H.” UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, 2020.

Jurnal
Studi Hadis Nusantara
Vol 4, No 1, Juni 2022
63

Anda mungkin juga menyukai