Anda di halaman 1dari 89

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN SEXUAL ABUSE PADA REMAJA
DI SMK NEGERI 10 MUARO JAMBI
TAHUN 2023

Oleh :
DWI INDAH RINJAYANTI
NIM: PO. 71.24.122.0173

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA
TERAPAN KEBIDANAN
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai

penerus generasi dimasa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anak–anak

merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang menentukan

masa depannya, sehingga perlu adanya optimalisasi perkembangan anak,

karena selain krusial juga pada masa itu anak membutuhkan perhatian dan

kasih sayang dari orang tua atau keluarga sehingga secara mendasar hak dan

kebutuhan anak dapat terpenuhi secara baik. Tidak hanya itu faktor eksternal

yang berasal dari lingkungan tempat tinggal juga memiliki pengaruh penting

dalam perkembangan anak (Teja, 2016:113).

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2015

menyatakan bahwa kekerasan pada anak terjadi peningkatan. Dari 2.898 kasus

yang terlapor, terdapat 62% adalah kekerasan seksual. Jumlah tersebut

meningkat dari tahun 2014 yaitu sebanyak 2.737 laporan kasus dan tidak jarang

banyak kasus-kasus yang tidak atau belum terlaporkan (Teja, 2016:115).

Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas

Perempuan), pada tahun 2018 terdapat kenaikan kasus pelecehan seksual

sebanyak 14% dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 406.178 kasus. Bentuk

dari pelecehan seksual tersebut misalkan incest, perkosaan, dan pencabulan

(Astuti, 2019:247). Adapun pelecehan seksual terhadap anak, data Komisi

Nasional Perlindungan Anak Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2017

terdapat 116 kasus (Setyawan, 2017:96). Di sisi lain, fenomena pelecehan

1
2

seksual yang terjadi diberbagai tempat, mulai dari rumah, sekolah, kampus,

sampai dengan tempat kerja dan transportasi umum.

Kasus kekerasan dan pelecahan pada anak di kabupaten Muaro Jambi

meningkat pada tahun 2022. Menurut catatan Dinas Pemberdayaan Masyarakat,

Perempuan dan Perlindungan anak Kabupaten Muaro Jambi ada 48 kasus yang

terjadi sepanjang tahun 2022. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan anak Kabupaten Muaro jambi, mengatakan dari 48 kasus tersebut

terhitung 37 kasus kekerasan terhadap anak di bawah umur dan 11 kasus terjadi

pada perempuan, Sedangkan di awal tahun 2023, hingga bulan februari ini,

Dinas PPPA Kabupaten Muaro Jambi sudah menerima 7 laporan yang terdiri

dari kekerasan seksual, fisik dan rumah tangga (Kantor Berita Radio Nasional

Jambi, 2023).

Penyebab kekerasan seksual tersebut sebagian besar terjadi di sekitar

masyarakat yang secara sosial ekonomi miskin (Teja, 2016:113). Sebagian

besar korban pelecehan seksual adalah anak dan remaja perempuan yang

berusia di bawah 18 tahun, masih berstatus sebagai pelajar, dengan status sosial

ekonomi keluarga dalam kalangan menengah ke bawah. Sedangkan pelakunya

berasal dari latar belakang yang berbeda-beda baik dari segi usia, pendidikan,

pekerjaan, status sosial ekonomi, dan tempat tinggal. Pelaku tindakan

pelecehan seksual tidak mengenal perbedaan status, pangkat, jabatan, dan

sebagainya, dan semua pelaku berjenis kelamin laki-lak (Syaiful dkk,

2015:212).

Pelecehan seksual merupakan suatu bentuk abnormalitas. Menurut Nevid

et al (2017), parameter abnormalitas adalah pelecehan seksual telah memenuhi

hampir seluruh parameter tersebut, yaitu perilaku tidak biasa, tidak dapat
3

diterima dan melanggar norma, perilaku yang maladaptif karena tidak mampu

mengendalikan dorongan seksual dan tidak mampu melampiaskannya secara

tepat, serta membahayakan orang lain (Nevid, et al., 2017:188).

Setiap orang berhak atas rasa aman dan tentram serta perlindungan

terhadap ancaman ketakutan, hal ini diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Undang-Undang HAM).

Hak untuk memperoleh rasa aman ini dijamin oleh Konstitusi Republik

Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(UUD NRI 1945), Undang-Undang HAM, Deklarasi Universal Hak Asasi

Manusia (DUHAM), dan kebijakan-kebijakan lainnya. Meski telah memiliki

sejumlah kebijakan yang menjamin rasa aman, namun hal tersebut tidak dapat

dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Tempat umum seperti sarana

transportasi publik, sarana olahraga, supermarket, bahkan tempat yang

seharusnya memberikan rasa aman seperti sekolah, tempat kerja dan tempat

ibadah, sering menjadi tempat dimana ketidakamanan dapat dirasakan.

Siulan, dipanggil dengan sebutan “sayang”, “gek”, “ganteng” atau

“cantik” oleh orang yang tidak dikenal, komentar yang tidak diinginkan, seperti

“mau kemana cantik? mau ditemenin, nggak?”, “jangan galak-galak nanti

dicium ya!”, diamati tubuhnya oleh orang asing hingga rabaan yang tidak

diharapkan merupakan kejadian yang memunculkan rasa tidak aman, yang

sering ditemui tapi luput dari perhatian karena dianggap sebagai sesuatu yang

biasa. Rasa tidak aman ini biasa dialami sehari-hari, baik di Indonesia maupun

di negara lain (Adnyaswari Dewi, 2019:199).

Penelitian secara konsisten telah menunjukkan bahwa gangguan yang

nampaknya kecil ini merupakan rutinitas dari negosisasi ruang publik dan
4

ruang semi publik yang dialami sehari-hari, statistik menunjukkan bahwa

sebanyak 90% perempuan pernah mengalami pelecehan di jalan setidaknya

sekali dalam hidup mereka. 1 Perbuatan yang menimbulkan rasa tidak aman

ini, seperti yang di sebutkan diatas, dikategorikan sebagai street harassment.

Street harassment merupakan tindakan-tindakan seperti bersiul, menatap atau

melotot secara berkepanjangan, meraba-raba, mengikuti seseorang dan

komentar verbal yang mengganggu (Fileborn, B., & Vera-Gray, F, 2017:213).

Penelitian yang dilakukan oleh Afrian Nuari (2016) tentang analisis

perilaku pencegahan child sexual abuse oleh orang tua pada anak usia sekolah

perilaku pencegahan child sexual abuse pada anak usia 6-8 tahun mempunyai

hubungan dengan faktor usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan

ibu dan sikap ibu dalam melakukan perilaku pencegahan child sexual abuse

(Afrian Nuari, 2016:7).

Penyebab lainnya yang didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh

Maharani Raijaya & Sudibia (2017) tentang faktor-faktor sosial ekonomi

penyebab terjadinya kasus pelecehan seksual pada anak di Kota Denpasar

media sosial sangat mempengaruhi prilaku seseorang, hal ini dapat dilihat

melalui pelaku dari kasus pelecehan seksual pada anak di Kota Denpasar

memanfaatkan media sosial untuk mencari situs-situs negatif. Melalui hasil

tontonan tersebut pelaku merasa terangsang untuk melakukan hal tersebut

(Maharani Raijaya & Sudibia, 2017:15).

Selain itu, penelitian Adnyaswari Dewi (2019) tentang Catcalling seperti

candaan, pujian atau pelecehan seksual mendapatkan hasil survei online yang

dilakukan diperoleh sebanyak 83,3% koresponden merasa perlu ada aturan

mengenai pelecehan seksual, khususnya catcalling. Sebagian besar


5

koresponden merasa dengan adanya aturan maka masyarakat akan merasa

aman dan terlindungi. Keberadaan aturan mengenai catcalling dirasa penting

karena dapat memberikan suatu pandangan di masyarakat bahwa hal tersebut

merupakan hal yang dilarang baik dari segi norma yang ada di masyarakat

maupun hukum.

Survey awal yang dilakukan di SMK Negeri 10 Muaro Jambi secara

wawancara pada 10 remaja secara acak di tiap-tiap kelas X, XI dan XII

mendaparkan hasil bahwa 7 dari 10 remaja tersebut pernah mendapatkan

perlakuakn pelecehan seksual seperti disiulkan saat jalan, dipanggil sayang,

dipegang tangan tiba-tiba oleh lawan jenis ataupun mendapatkan sentuhan

secara tidak sengaja dari lawan jenis saat berada disekolah ataupun diluar

sekolah.

B. Rumusan Masalah

Kasus kekerasan dan pelecahan pada anak di kabupaten Muaro Jambi

meningkat pada tahun 2022. Menurut catatan Dinas Pemberdayaan Masyarakat,

Perempuan dan Perlindungan anak Kabupaten Muaro Jambi ada 48 kasus yang

terjadi sepanjang tahun 2022. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan anak Kabupaten Muaro jambi, mengatakan dari 48 kasus tersebut

terhitung 37 kasus kekerasan terhadap anak di bawah umur dan 11 kasus terjadi

pada perempuan, Sedangkan di awal tahun 2023, hingga bulan Februari ini,

Dinas PPPA Kabupaten Muaro Jambi sudah menerima 7 laporan yang terdiri

dari kekerasan seksual, fisik dan rumah tangga (Kantor Berita Radio Nasional

Muaro Jambi, 2023). Jadi masalah pada penelitian ini masih ada remaja yang

mendapatkan perlakuan pelecehan seksual. Hal ini yang harus menjadi


6

perhatian, agar orang tua ataupun remaja itu sendiri lebih sadar agar terhindar

dari pelecehan seksual tersebut. Maka pertanyaan penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana gambaran pengetahuan remaja tentang sexual abuse di

SMK Negeri 10 Muaro Jambi tahun 2023 ?

2. Bagaimana gambaran sikap remaja tentang sexual abuse di SMK Negeri

10 Muaro Jambi tahun 2023 ?

3. Bagaimana gambaran perilaku remaja tentang sexual abuse di SMK Negeri

10 Muaro Jambi tahun 2023 ?

4. Bagaimana hubungan pengetahuan terhadap perilaku remaja tentang

sexual abuse pada remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023 ?

5. Bagaimana hubungan sikap terhadap perilaku remaja tentang

sexual abuse pada remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum pada penelitian ini yaitu faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian sexual abuse pada remaja di SMK Negeri 10

Muaro Jambi Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran pengetahuan remaja tentang sexual abuse di

SMK Negeri 10 Muaro Jambi tahun 2023.

b. Diketahuinya gambaran sikap remaja tentang sexual abuse di SMK

Negeri 10 Muaro Jambi tahun 2023.

c. Diketahuinya gambaran kejadian sexual abuse di SMK Negeri 10

Muaro Jambi tahun 2023.


7

d. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan kejadian sexual

abuse pada remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023.

e. Diketahuinya hubungan sikap dengan kejadian sexual abuse pada

remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tempat Penelitian

Dapat di gunakan sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan dan penyuluhan kesehatan serta menambah informasi bagi guru

di SMK Negeri 10 Muaro Jambi dan dapat lebih memperhatikan tentang

sexual abuse bagi korban ataupun si pelaku.

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi di perpustakaan,

sehingga menjadi bahan bacaan mahasiswa dan penelitian ini di harapkan

dapat mengembangkan ilmu kebidanan di Poltekkes Kemenkes Jambi

Jurusan Kebidanan.

3. Bagi Peneliti Lain

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam melakukan penelitian

mengenai pendidikan kesehatan pada anak-anak maupun remaja tentang

sezual abuse.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan sexual abuse pada remaja di SMK Negeri 10
8

Muaro Jambi tahun 2023. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember

2022 - Agustus 2023. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa

kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pengetahuan dan sikap mengenai

sexual abuse. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di SMK Negeri 10

Muaro Jambi kelas X dan XI sebanyak 271 remaja. Pengambilan sampel

menggunakan Startified Sampling dan besar sampel menggunakan rumus

Slovin dan batasan-batasan dengan kriteria inklusi ataupun ekslusi

mendapatkan sampel sejumlah 162 sampel. Pada penelitian ini peneliti hanya

memberikan 1 kali kuesioner dan langsung dilakukan tabulasi setelah itu akan

dilakukan analisis data. Analisis data mengunakan analisis unvariat dengan

distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji chi square.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun

intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang

besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani

menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh

pertimbangan yang matang (Kemenkes RI, 2015).

Remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa

dewasa. Masa remaja merupakan periode yang paling rawan dalam

perkembangan hidup seorang manusia setelah ia mampubertahan hidup,

dimana secara fisik ia mengalami perubahan fisik yang spesifik dan

secara psikologis akan mulai mencari jati diri. Dalam pencarian identitas

diri ini remaja harus dihadapkan pada kondisi lingkungan yang juga

membutuhkan penyesuaian kejiwaan (Waryana, 2010:79).

Remaja berasal dari bahasa Latin adolescere (kata bendanya,

adolescentia yang berarti remaja) yang artinya “tumbuh” atau “tumbuh

menuju dewasa”. Istilah adolescence memiliki arti luas, mencakup

kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock 2004 dalam

Alkatiri, 2017:151). Menurut Santrock (2003:268), masa remaja adalah

masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa


10

yang mencakup perubahan pada biologis, kognitif, dan sosial. Menurut

DepKes RI (2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh

kembang yang sangat berkesinambungan atau masa peralihan dari

kanak-kanak ke dewasa muda (Pradana, 2015:6).

World Health Organization (dalam Sarwono, 2004:300)

mendefinisikan remaja berdasarkan tiga kriteria yaitu biologik,

psikologik, dan sosial ekonomi. Berikut tiga definisi tersebut (Alkatiri,

2017:157) :

1. Definisi remaja dalam kriteria biologik adalah masa ketika individu

berkembang dari saat pertama kali individu menunjukkan tanda-tanda

seksual sekunder sampai saat mencapai kematangan seksual.

2. Definisi remaja dalam kriteria psikologik adalah masa ketika

individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari kanakkanak menjadi dewasa.

3. Definisi remaja dalam kriteria sosial ekonomi adalah suatu masa

ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang

penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Dari berbagai pendapat peneliti menyimpulkan bahwa remaja

adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam

masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan

fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak

baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan

pula orang dewasa yang telah matang.

2. Tahapan Masa Remaja

Tahap perkembangan pada masa remaja dibagi dalam tiga tahapan


11

yaitu (Batubara, 2010:349) :

1. Remaja awal atau early adolescent (12-14 tahun) Pada masa remaja

awal anak-anak mulai mengelami perubahan tubuh yang cepat,

adanya akselerasi pertumbuhan, dan perubahan komposisi tubuh

disertai awal pertumbuhan seks sekunder. Tahap pada perkembangan

remaja awal ditandai dengan :

1) Krisis identitas dan jiwa yang labil.

2) Pentingnya teman dekat dan ingin lebih dekat dengan teman


sebayanya.

3) Berkurangnya rasa hormat terhadap orang tua, kadang berlaku

kasar dan menunjukkan kesalahan orang tua.

4) Terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi

dan cara berpakaian.

5) Ingin bebas dan mulai mencari orang lain yang disayangi selain

orang tua.

2. Remaja pertengahan atau middle adolescent (15-17 tahun) Pada

periode middle adolescent sangat membutuhkan teman-temannya,

ada kecenderungan narsistik serta mulai tertarik akan intelektualitas

dan karir. Tahap pada perkembangan remaja pertengahan (Batubara,

2010:109) ditandai dengan :

1) Mencari identitas diri dan sering moody.

2) Mulai berkembangnya kemampuan untuk berpikir abstrak.

3) Sangat memperhatikan penampilan dan berusaha untuk

mendapatkan teman baru.


12

4) Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan


kompetitif.

5) Ada keinginan untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis dan

atau mempunyai rasa cinta yang mendalam.

6) Tidak atau kurang menghargai pendapat orang tua.

7) Mulai tertarik dengan intelektualitas dan karir serta empunyai

konsep role model dan mulai konsisten terhadap cita-citanya.

3. Remaja akhir atau late adolescent (18-21 tahun) Periode late

adolescent dimulai pada usia 18 tahun dan ditandai oleh tercapainya

maturitas fisik secara sempurna. Pada fase remaja akhir, mereka akan

lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran yang diinginkan

nantinya, mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis, serta

dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan. Tahap pada

perkembangan remaja pertengahan ditandai dengan :

1) Pengungkapan identitas diri dan identitas diri menjadi lebih


kuat.

2) Mampu memikirkan ide-ide baru dan mampu berpikir secara


abstrak.

3) Emosi lebih stabil, selera humor lebih berkembang dan lebih


konsisten.

4) Lebih menghargai orang lain dan bangga dengan hasil yang


dicapainya.

5) Mempunyai citra jasmani untuk dirinya, dan dapat mewujudkan

rasa cinta.

6) Mampu mengekspresikan perasaan dengan kata-kata.

3. Batasan Usia Remaja

Selain konsep tentang remaja, batasan usia untuk remaja juga


13

tidak terlepas dari berbagai pandangan dan tokoh. Untuk masyarakat

Indonesia, individu yang dikatakan remaja ialah individu yang berusia

11-18 tahun dan belum menikah. Status perkawinan sangat menentukan

di Indonesia, karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat

pada umumnya. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun di

anggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara

hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga (Sarwono,

2011:99). Meskipun rentang usia remaja dapat bervariasi terkait dengan

lingkungan, budaya dan historisnya, namun menurut salah satu ahli

perkembangan yakni Santrock menetapkan masa remaja dimulai sekitar

usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 19

tahun (Santrock, 2007:290).

Perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional yang dialami

remaja dapat berkisar mulai dari perkembangan fungsi seksual hingga

proses berpikir abstrak hingga kemandirian. Santrock membedakan

masa remaja tersebut menjadi periode awal dan periode akhir. Masa

remaja awal (early adolescence) kurang lebih berlangsung di masa

sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan pubertas

besar terjadi pada masa ini. Masa remaja akhir (late adolescence)

kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari

kehidupan. Minat, karir, pacaran dan eksplorasi identitas sering kali

lebih menonjol di masa remaja akhir dibandingkan di masa remaja awal

(Santrock, 2007:296).

Berdasarkan perbedaan sudut pandang mengenai rentang usia

remaja yang ditetapkan oleh masyarakat Indonesia dengan pandangan


14

ahli perkembangan yang disampaikan oleh Santrock di atas, maka demi

keperluan penelitian ini dapat disimpulkan untuk batas usia remaja

yakni, remaja merupakan individu yang tergolong dalam masa remaja

akhir atau yang berusia antara 18 hingga 19 tahun dan belum menikah.

4. Perkembangan Seksual Remaja

Menurut Potter & Perry (2010:178), Perkembangan seksualitas

remaja meliputi :

1. Perubahan fisik pada remaja

1) Remaja Putri

a) Pada perempuan ditanda dengan perkembangan payudara,

dimulai pada umur 8 tahun sampai akhir usia 10 tahun.

b) Meningkatnya kadar estrogen mempengaruhi genitalia, antara

lain: uterus membesar, vagina memanjang, tumbuhnya rambut

pubis dan aksila serta lubrikasi vagina baik spontan maupun

akibat rangsangan

c) Menarche, dapat terjadi pada remaja usia 8 tahun dan tidak

sampai usia 16 tahun.

2) Remaja Putra

a) Meningkatnya kadar testoteron ditandai dengan peningkatan

ukuran penis, testis, prostat dan vesikula seminalis, tumbuhnya

rambut pubis dan wajah.

b) Ejakulasi terjadi pertama kali mungkin saat tidur (emisi

noktural) dan sering diinterpretasikan sebagai mimpi basah,

serta bagi sebagian remaja menganggap hal tersebut merupakan


15

sesuatu yang memalukan. Oleh karena itu anak laki-laki harus

mengetahui bahwa meski ejakulasi pertama tidak menghasilkan

sperma, akan tetapi mereka akan segera menjadi subur.

2. Perubahan psikologis

1) Periode ini ditandai dengan mulainya tanggung jawab dan

asimilasi pengharapan masyarakat.

2) Remaja dihadapkan pada pengambilan keputusan seksual,

sehingga mereka membutuhkan informasi yang akurat tentang

perubahan tubuh, hubungan, dan aktivitas seksual serta penyakit

yang ditularkan melalui aktvitas seksual.

3) Pengetahuan yang didapatkan tidak diintegrasikan dengan gaya

hidupnya, menyebabkan mereka percaya kalau penyakit kelamin

maupun kehamilan tidak akan terjadi padanya, sehingga remaja

cenderung melakukan aktivitas seks tanpa kehati-hatian.

5. Remaja mulai berorientasi seksual.

Perkembangan seksualitas pada remaja, ditandai dengan dua ciri,

antara lain sebagai berikut :

a. Ciri-ciri seks primer Ciri-ciri seks primer pada remaja menurut

Depkes (2002), yaitu:

1) Remaja laki-laki sudah dapat melakukan fungsi reproduksi apabila

telah mengalami mimpi basah. Biasanya terjadi pada remaja laki-

laki usia 10- 15 tahun.

2) Remaja perempuan ditandai dengan menarche (menstruasi).

b. Ciri-ciri seks sekunder Menurut Sarwono (2012:305), ciri-ciri seks

sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut :


16

1) Remaja Putri

a) Pinggul lebar, bulat dan membesar, puting susu membesar dan

menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara

menjadi lebih besar dan lebih bulat.

b) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-

pori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat

menjadi lebih aktif.

c) Otot semakin besar dan kuat, terutama pada pertengahan dan

menjelang akhir masa.

d) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.

2) Remaja Putra

a) Terjadi pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi).

b) Testis membesar.

c) Pertumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada tangan

dan kaki.

d) Terjadi awal perubahan nada suara.

e) Pertumbuhan tinggi badan mencapai maksimal setiap

tahunnya.

f) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal.

g) Produksi keringat menjadi lebih banyak.

6. Karakteristik Remaja

Menurut Makmun (2003:56) dalam (Darmasih 2009:63), karakteristik

perilaku dan pribadi pada masa remaja meliputi aspek :

1. Aspek fisik

Laju perkembangan secara umum berlangsung sangat cepat,


17

proporsi ukuran tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan

munculnya ciri-ciri sekunder.

2. Aspek psikomotor

Gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan

serta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.

3. Aspek Bahasa

Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik

mempelajaro bahasa asing, menyukai literatur yang mengandung

unsur erotik, fantastik dan estetik.

4. Aspek sosial

Keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi

bersifat temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat kepada

kelompok sebaya.

5. Perilaku Kognitif

1) Mampu berfikir dengan logika formal (asosiasi,

diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak,

meskipun relatif terbatas.

2) Mengalami perkembangan kecakapan dasar intelektual.

3) Menunjukkan bakat dalam diri.

6. Moralitas

1) Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi

pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.

2) Memiliki sikap dan cara berfikir yang kritis dengan mulai

mengkaji sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku


18

sehari-hari.

3) Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat

dengan tipe idolanya

7. Perilaku keagamaan

1) Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan

mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis.

2) Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.

3) Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas

pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar

dirinya.

8. Konatif, emosi, afektif dan kepribadian

1) Menunjukkan kecenderungan pada lima kebutuhan dasar

(fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi

diri).

2) Reaksi dan ekspresi emosional masih labil dan belum terkendali

seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat

berubah- ubah dan berganti.

3) Masa kritis dalam menghadapi masa kritis idenstitasnya yang

sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan

membentuk kepribadiannya.

4) Cenderung memiliki arah sikap teoritis, ekonomis, estetis, sosial,

politis dan religius, meski dalam taraf eksplorasi dan mencoba-

coba.
19

B. Konsep Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung atau yang tidak dapat

diamati oleh pihak luar. Skinner (1938:460) menyatakan bahwa

perilaku adalah respon seseorang terhadap stimulus (rangsangan

dari luar) Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme (Notoatmodjo 2012:48). Respon menurut

(Skinner, 1938:460) dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Respondent response atau reflexive, yaitu respons yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan stimulus tertentu.

2. Operant response atau instrumental response, yaitu respons

yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus

tertentu.

Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Perilaku Tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup (covert behavior) merupakan respon

seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

tertutup. Respon terhadap stimulus ini terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang

terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan

belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku Terbuka (overt behavior)


20

Perilaku terbuka (overt behavior) merupakan respon

seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respon ini sudah jelas dalam bentuk tindakan

atau praktik yang dapat dilihat oleh orang lain.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menurut

Benyamin Bloom (1938) dalam Notoatmodjo (2012) membagi

perilaku manusia ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif

dan psikomotor. Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran

hasil pendidikan kesehatan, yaitu :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Menurut Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa

pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Pengetahuan ini merupakan domain yang penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour).

Menurut (Notoatmodjo, 2012:50-52) pengetahuan dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan, antara lain :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali

(recall) sesuatu yang spesifik dari rangsangan yang telah

diterima, sehingga tahu merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa


21

seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan

menyatakan.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan

secara benar dan dapat menginterpretasikan materi secara

benar. Seseorang dikatakan paham apabila dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan suatu

objek yang telah dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Kemampuan untuk menerapkan materi yang telah

dipelajari pada suatu kondisi yang sebenarnya. Misalnya

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam satu struktur organisasi

dan masih ada kaitannya Satu sama lain, misalnya dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam


22

suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada sebelumnya. Misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan

suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap sesuatu yang didasari

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria

yang telah ditentukan sebelumnya. misalnya dapat

membandingkan, dapat menfsirkan sebab akibat, dapat

menanggapi sesuatu yang terjadi.

2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon tertutup seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb, sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan

bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap bukan

suatu tindakan atau aktivitas, melainkan presdisposisi

tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan suatu kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek sebagai suatu panghayatan

terhadap objek (Notoatmodjo 2012:53).

Menurut (Notoatmodjo, 2012:53), sikap terdiri dari

beberapa tingkatan, antara lain :

1) Menerima (Receiving).

2) Merespons (Responding).
23

3) Menghargai (Valving).

4) Bertanggung jawab (responsible).

3. Praktik atau Tindakan (Practice)

Menurut (Notoatmodjo, 2012:54), praktik mempunyai

beberapa tingkatan, antara lain :

1) Respons terpimpin (guided respons)

Melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat

pertama.

2) Mekanisme (Mechanism)

Mekanisme diartikan sebagai suatu kegiatan yang

dilakukan dengan benar dan telah menjadi suatu kebiasaan.

3) Adopsi (Adoption)

Adopsi yaitu suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik, tindakan tersebut sudah

dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.

C. Sexual Abuse

1. Pengertian Sexual Abuse

Sexual abuse atau pelecehan seksual merupakan suatu

bentuk abnormalitas. Menurut Nevid, Rathus, & Greene (2017),

pelecehan seksual telah memenuhi hampir seluruh parameter

tersebut, yaitu perilaku tidak biasa, tidak dapat diterima dan


24

melanggar norma, perilaku yang maladaptif karena tidak mampu

mengendalikan dorongan seksual dan tidak mampu

melampiaskannya secara tepat, serta membahayakan orang lain

(Nevid, et al., 2017:549).

Selain itu menurut Shannon et al (2007), pelecehan

seksual adalah perilaku yang tidak diinginkan dan bersifat

memaksa terkait aktivitas seksual (Shannon, et al., 2007:1190).

Pelecehan seksual merupakan munculnya perilaku seksual

yang diarahkan pada pihak yang tidak memiliki relasi dan

kekuatan yang setara (Joseph, 2015:909). Ada tiga indikator atau

unsur perilaku dianggap sebagai pelecehan seksual, antara lain

sebagai berikut :

1. Perilaku tersebut mengandung unsur seksual, bahkan

meskipun berwujud candaan.

2. Perilaku tersebut disengaja oleh pelaku.

3. Perilaku tersebut tidak diterima oleh korban.

2. Bentuk Sexual Abuse

Menurut Fajar et al (2010:14) pelecehan seksual dapat

dilakukan dengan hal-hal yang terkadang di anggap wajar atau

biasa bagi orang lain ataupun bagi si pelaku seperti memberi

siulan, memanggil seseorang dengan kata sayang, cantik ataupun

ganteng pada orang yang tidak dikenal. Bahkan memberi

ataupun melontarkan komentar yang tidak diinginkan, ataupun

dengan mengamati tubuh orang asing hingga melakukan rabaan

yang tidak diharapkan merupakan kejadian yang memunculkan


25

rasa tidak aman, yang sering ditemui tapi luput dari perhatian

karena dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Rasa tidak aman ini

biasa dialami sehari-hari, baik di Indonesia maupun di negara

lain. Penelitian secara konsisten telah menunjukkan bahwa

gangguan yang nampaknya kecil ini merupakan rutinitas dari

negosisasi ruang publik dan ruang semi publik yang dialami

sehari-hari, statistic menunjukkan bahwa sebanyak 90%

perempuan pernah mengalami pelecehan di jalan setidaknya

sekali dalam hidup mereka (Fajar et al, 2010:14).

Adapun bentuk sexual abuse menurut Houle et al

(2011:73), sebagai berikut :

1. Lelucon, komentar, atau gosip yang menyinggung tentang

pria atau wanita lain.

2. Lelucon, komentar, atau gosip yang bersifat ofensif dan

diarahkan pada responden

3. Pertanyaan langsung tentang kehidupan pribadi dan

kehidupan seksual responden.

4. Menatap atau menginvasi ruang pribadi responden.

5. Sentuhan yang tidak diinginkan

6. Menatap atau melirik responden dengan cara yang

membuatnya tidak nyaman.

7. Gambar, poster, atau materi lain yang menurut responden

menyinggung.

Perbuatan yang menimbulkan rasa tidak aman ini, seperti

yang di sebutkan diatas, dikategorikan sebagai street harassment.


26

Street harassment merupakan tindakan-tindakan seperti bersiul,

menatap atau melotot secara berkepanjangan, meraba-raba,

mengikuti seseorang dan komentar verbal yang mengganggu.

Menurut Lyness (Maslihah, 2006:179-183) kekerasan

seksual terhadap anak meliputi tindakan menyentuh atau

mencium organ seksual anak, tindakan seksual atau

pemerkosaan terhadap anak, memperlihatkan media/benda

porno, menunjukkan alat kelamin pada anak dan sebagainya.

Kekerasan seksual (sexual abuse) merupakan jenis

penganiayaan yang biasanya dibagi dua dalam kategori berdasar

identitas pelaku, yaitu :

a. Familial Abuse

Termasuk familial abuse adalah incest, yaitu kekerasan

seksual dimana antara korban dan pelaku masih dalam

hubungan darah, menjadi bagian dalam keluarga inti. Dalam

hal ini termasuk seseorang yang menjadi pengganti orang tua,

misalnya ayah tiri, atau kekasih, pengasuh atau orang yang

dipercaya merawat anak. Mayer (Tower, 2002) menyebutkan

kategori incest dalam keluarga dan mengaitkan dengan

kekerasan pada remaja, yaitu kategori pertama, penganiayaan

(sexual molestation), hal ini meliputi interaksi noncoitus,

petting, fondling, exhibitionism, dan voyeurism, semua hal

yang berkaitan untuk menstimulasi pelaku secara seksual.

Kategori kedua, perkosaan (sexual assault), berupa oral atau

hubungan dengan alat kelamin, masturbasi, stimulasi oral


27

pada penis (fellatio), dan stimulasi oral pada klitoris

(cunnilingus). Kategori terakhir yang paling fatal disebut

perkosaan secara paksa (forcible rape), meliputi kontak

seksual. Rasa takut, kekerasan, dan ancaman menjadi sulit

bagi korban Lyness (Maslihah, 2006:179-183).

b. Extra Familial Abuse

Kekerasan seksual adalah kekerasan yang dilakukan

oleh orang lain di luar keluarga korban. Pada pola pelecehan

seksual di luar keluarga, pelaku biasanya pacar atau teman

sebaya yang dikenal dan telah membangun relasi, kemudian

dengan cara membujuk remaja tersebut dengan iming-iming

uang atau barang yang akan memuluskan tindakan pelecehan

seksual Lyness (Maslihah, 2006:179-183).

Kekerasan seksual yang dilakukan di bawah kekerasan

dan diikuti ancaman, sehingga korban tak berdaya itu disebut

molester. Kondisi itu menyebabkan korban terdominasi dan

mengalami kesulitan untuk mengungkapnya. Namun, tak

sedikit pula pelaku kekerasan seksual pada anak ini

melakukan aksinya tanpa kekerasan, tetapi dengan

menggunakan manipulasi psikologi. Anak ditipu, sehingga

mengikuti keinginannya. Anak sebagai individu yang belum

mencapai taraf kedewasaan, belum mampu menilai sesuatu

sebagai tipu daya atau bukan Lyness (Maslihah, 2006:179-

183).
28

Perkambangan dunia ini telah masuk pada abad

kontemporer yang mana memiliki kebebasan dalam

melakukan pendapat, perilaku hingga kegiatan yang

menyimpang yang memberikan akses menjadi perilaku

kekerasan seksual, yang memberikan dampak traumatis pada

korban kejahatan seksual. Dunia remaja masuk dalam tahap

tumbuh kembang secara psikososial selalu berkeinginan

untuk mencoba sesuatu yang baru, mencari identitas diri dan

uji nyali, hal ini bisa membawa remaja ke dunia prostitusi

atau bahkan kekerasan seksual Lyness (Maslihah, 2006:179-

183).

Kekerasan seksual bisa terjadi kepada siapa pun, selaras

dengan teori yang diajukan oleh L Green yang mengutarakan

bahwa pada fase Reinforcing yang merupakan bagian dari

sikap teman sebaya yang kemungkinan besar bisa

menyebabkan terjadinya ancaman kekerasan seksual terlebih

dunia ini mengalami kemajuan teknologi. Dampak dari

kemajuan teknologi membawa pola pikir memberikan input

yang besar terjadinya sikap yang menyimpang terhadap

terjadinya perilaku kekerasan seksual Lyness (Maslihah,

2006:179-183).
29

Bagan 2.1
Kerangka Teori Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Sexual Abuse Pada Remaja

Perubahan Psikologis Remaja :

1. Adanya tanggung jawab


2. Pengambilan keputusan seksual
3. Gaya hidup
4. Remaja mulai berorientasi
tentang seksual
Sexual abuse

Faktor yang mempengaruhi


Perilaku :
1. Predisposing Factor
a. Pengetahuan
b. Sikap
2. Enabling Factor
3. Reinforcing Factor

Sumber : Potter & Perry, (2010:169) dan Bloom1938 dalam Notoatmodjo

(2012:50- 52).
30

D. Beberapa Hasil Penelitian Tentang Perilaku Sexual Abuse

Tabel 2.1
Hasil Penelitian Tentang Perilaku Sexual Abuse

N Ju Tuj Metode/Populasi/ Hasil Penelitian


o dul uan Sampel/ Kelebiha Kek
, Teknik n uran
Penulis, Penelitian gan
Tahun
1 Hera.2 Tujuan Adapun metode yang menyimpul Adap
016. dari digunakan kan un
Faktor penelitia adalah studi literatur bahwa fakto
resiko n ini dari r
resik
o
gangg adalah berbagai sumber, emosional PTS
uan untuk seperti : 1) D
pada
stress melakuk Hasil abstrak negatif anak
pasca an penulisan ilmiah, yang korb
an
traum penelitia 2) Ulasan jurnal. tinggi pelec
a pada n (MEB) ehan
anak mendala merupakan seks
korba m ual
n
pelece tentang faktor dikai
han Faktor utama tkan
seksua Resiko kepribadian deng
l Post an 2
Traumati risiko (dua)
c Stress untuk fakto
r
Disorder pengemban yakn
gan i, : 1)
(PTSD) PTSD Fakt
pada or
anak- sementara kere
anak ntana
n
korban rendah pada
kendala anak
Peleceha / hambatan dan
n 2)
31

Seksual. (CON) dan Fakt


or
positif lingk
rendah unga
n
emosional (kelu
arga
(PEM) dan
sosia
l).
berfungsi Dua
fakto
r
sebagai terse
faktor- but,
faktor yang akan
mempengar diura
uhi ikan
bentuk dan menj
adi 3
ungkapan tahap
an
gangguan pemi
cu
melalui terja
diny
a
interaksi PTS
D
yakn
i
mereka : 1)
dengan Pra-
MEB Trau
ma,
2)
sederhana. Peri-
Kepribadia Trau
n ma,
3)
pra- Pask
mengerikan a-
memiliki Trau
MEB ma
tinggi
dikombinas
ikan
dengan
rendah
PEM
terpercaya
mempengar
uhi
individu
trauma
rentan
terhadap
bentuk
internalisas
i
sambutan
setelah
trauma
memiliki
32

menghindar
i
signifikan
sosial,

kecemasan dan
depresi.
2 Tetti Tujuan: Metode: Kami sebagian Disar
Untuk melakukan besar anka
n
Soleh mengide tinjauan sistematis budaya di dilak
ati.20 ntifikasi ukan
21.
Local keragam menggunakan Indonesia penel
Cultur an PubMed, Science itian
e
in budaya Direct, SpringerLink, masih untu
Indon EBSCO k
esia
as Indonesi untuk kata kunci mengangg men
Risk a yang "budaya ap gedu
of kasi
Child berisiko Indonesia" DAN tabu untuk masa
Sexual "pelecehan lah
Abuse mengala seksual terhadap membicar pelec
:A mi anak", lalu akan ehan
Syste peleceha Google Scholar untuk topik seks
matic n kata kunci seksual ual
pada
Revie seksual "nilai" ATAU kepada anak
w terhadap "budaya anak- mela
lui
anak. Indonesia" DAN anak, pend
"pelecehan sehingga ekata
n
seksual terhadap dapat buda
anak"" berisiko ya
yang
Literatur yang dicari terjadinya meli
mengikuti batka
n
kriteria inklusi seperti pelecehan fakto
artikel r
Bahasa Indonesia dan seksual kelua
Bahasa pada rga,
Inggris, terbitan tahun anak. fakto
2011- r
2021, Teks lengkap, inter
penelitian nal,
dan
primer, fokus pada fakto
kekerasan r
seksual pada anak ekste
ditinjau dari rnal.
budaya Setelah
dilakukan
seleksi awal sebanyak
4866
artikel, kemudian
disaring dan
dinilai menggunakan
Alat JBI
33

sehingga didapatkan 5
artikel
yang berkualitas.
3 Casm Tujuan Metode penelitian ini Internet Dipe
an.202 sehat rluka
1. n
Portra penelitia menggunakan simple dimulai eduk
it of n narrative dengan asi
Intera adalah literatur review. menjelask inter
ction perlu an net
Betwe adanya fungsi sehat
en the internet dan
Intern pemaha sesungguh eduk
et, man nya, asi
Porno mendala melakuka keke
graph m n rasan
y
and mengena filter dan seks
Child i ual
anak
Sexual interaksi pendampi
Abuse antara ngan
in internet. saat anak
Indon
esia
mengakse
s
internet.
4 Nian Tujuan Desain penelitian ini Hasil dihar
Afrian adalah penelitian apka
n
Nuari. penelitia desain korelasional didapatka mod
2016. n untuk dengan n usia al
Analis mengana pendekatan cross ibu peni
is lisis sectional. sebagian ngka
tan
perila faktor- besar 20- peng
ku faktor 35 etahu
an
pence yang tahun, tenta
gahan ng
child berhubu berpendidi pend
sexual ngan kan idika
n
abuse dengan SMA, seks
oleh perilaku ual
sejak
orang pencega mempuny dini
tua han ai agar
pada kekerasa pekerjaan dapat
anak n
usia terhadap sebagai menj
sekola anak swasta, alank
h an
(analy pada pengetahu pera
sis of anak an n
usia dala
m
child sekolah tentang pend
sexual (6-8 idika
n
abuse tahun). pendidika seks
n
preve seksual sehin
34

ntion dini gga


behavi kategori tinda
or by baik kan
parent dan sikap prev
s in ibu entif
school positif diter
age terhadap apka
n di
childr pencegaha lingk
en) n unga
n
child pelec
sexual ehan
abuse seks
pada ual
anak usia anak.
6-8
tahun.

5 Ida Tujuan Data pada jurnal ini Berdasa Seba


ayu.20 berasal dari rkan gian
19.
Catcal penulisa tanggapan koresponden hasil besar
ling : n jurnal terhadap survei
Canda ini ialah pertanyaan survei online kores
an, untuk terbuka. yang pond
en
Pujian mengeta Pertanyaan yang dilakuk mera
atau hui diberikan an sa
Pelece tentang berkaitan dengan diperole deng
han pemahaman h an
Seksu pengatur hukum, kebutuhan dan sebanya adan
al an dan respon k ya
pandang yang berhubungan 83,3% atura
an dengan n
maka
masyara catcalling. korespo masy
kat nden araka
t
terhadap merasa akan
perlu mera
sa
“catcalli ada aman
ng”. aturan dan
mengen terlin
ai dung
i.
peleceh
an
seksual,
khususn
ya
catcalli
ng.
6 I gusti Tujuan Penelitian ini merupakan Peleceh Kon
agung dari an disi
ayu penelitia penelitian kualitatif seksual kelua
karish n ini bersifat pada rga
ma dari
mahar adalah deskriptif interpretatif. anak pelak
ani untuk terjadi u
raijay mendesk pada adala
35

a.2017 ripsikan kalanga h


. n
Faktor faktor masyar bany
- ekonomi akat ak
faktor yang
sosial dan meneng tingg
sosial, ah al
yaitu
ekono kemiskin kebawa sendi
mi an, h, ri
atau
penye tingkat tingkat terpi
bab sah
terjadi pendidik pendidi deng
nya an, kan an
kasus media pelaku kelua
sosial, hanya rga.
pelece dan sebatas
han kondisi sekolah
seksua keluarga meneng
l pada yang ah atas,
anak berperan peran
di media
kota
denpa terhadap sosial
sar sangat
terjadiny mempe
a ngaruhi
peleceha terjadin
n ya
seksual kasus
pada ini
anak karena
yang dapat
berumur membe
di ntuk
bawah kepriba
18 dian
tahun.
seseora
ng, dan
kondisi
keluarg
a dari
korban
sebagia
n besar
adalah
keluarg
a
dengan
orang
tua
bercerai
.

BAB III
36

KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL DAN


HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang

hubungan atau kaitan antara konsep- konsep atau variabel- variabel yang

akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2018:219). Adapun faktor yang diteliti yakni pengetahuan

dan sikap tentang sexual abuse pada remaja karena faktor utama yang

dapat mendorong terjadi perilaku sexual abuse sedangkan pada Enabling

Factor merupakan saran dan prasarana umum yang sudah tersedia dan

memiliki cakupan yang luas dan pada Reinforcing Factor juga tidak diteliti

karena dorongan orang tua dan dukungan guru serta lainnya hanya sebagai

faktor pendorong dan penasehat saja yang menjadi faktor tidak lansung

yang mempengaruhi sexual abuse. Untuk lebih jelasnya kerangka konsep

dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.1 berikut :

Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Independen Dependen

Pengetahuan Sexsual Abuse pada


Sikap remaja

B. Defenisi Operasional
37

Tabel 3.1
Defenisi Operasional
N Va Defenisi Cara/Alat/Skala/Hasil
o ria Operasion Ukur
bel al
1 Sexual abuse Segala Cara: Pengisian Kuesioner
bentuk Alat : Kuesioner
Skala : Ordinal
Perilaku Hasil :
pelecehan 1= Tidak, apabila remaja tidak
seksual pernah menerima Sexual abuse
yang 2= Ya, apabila remaja menerima satu
atau lebih dari Sexual abuse
dialami
atau pernah
dialami
remaja
2 Peng Pengetahuan Cara:Pengisian Kuesioner
etahu remaja tentang Alat : Kuesioner
an
sexual abuse Skala : Ordinal
meliputi definisi, Hasil :
ciri- ciri, ataupun 1= Baik : Hasil persentase
kegiatan tentang 76%─100%
sexual abuse 2= Cukup : Hasil Persentase
56%─75%
3= Kurang : Hasil persentase < 56%
(Arikunto dalam Wawan dan
Dewi, 2017:18)
2 Sikap Perasaan atau Cara:Pengisian kuesioner
keyakinan remaja Alat : Kuesioner
dalam menyikapi Skala : Ordinal
sexual abuse Hasil :
1= Positif : jika ≥median 30.50
2= Negatif : jika < median
30.50

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini yang mengacu pada perumusan masalah dalam


penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian sexual abuse pada remaja

di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023.

2. Ada hubungan sikap dengan kejadian sexual abuse pada remaja di SMK

Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023.


38

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan Analitik Observasional dengan desain cross

sectional yaitu pengumpulan variabel independen dalam penelitian ini

adalah pengetahuan dan sikap sedangkan yang menjadi variabel dependen

dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian sexual abuse pada remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun

2023.

B. Lokasi Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 10 Muaro Jambi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2022 - Agustus 2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Hidayat (2011:206), populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam

penelitian ini adalah remaja putri dan putra yang ada di SMK Negeri
39

10 Muaro Jambi dari kelas X dan XI yang berjumlah 271 remaja.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan dalam penelitian. Sampel dari penelitian ini

adalah remaja putra dan putri di SMK Negeri 10 Muaro Jambi. Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah startified sampling

yaitu prosedur pengambilan sampel di mana populasi target dipisahkan

menjadi segmen (strata) yang unik dan homogen, dan kemudian sampel

acak sederhana dipilih dari setiap segmen (Notoatmodjo, 2018:76).

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin

(Siregar, 2010:149).

n
n= 2
1+ N (d )

Keterangan:

N: Besar Populasi

n : Besar Sampel

d : Tingkat Kepercayaan/ketepatan yang diinginkan.

Besarnya sampel yang diinginkan adalah:

n
n= 2
1+ N (d )

271
n= 2
1+271(0,05 )

271
n=
1+0.6775

271
n=
1.6775

n=161.54=162
40

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 162 responden.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional

random sampling.

a. Kriteria Inklusi

1) Bersedia menjadi responden

2) Dapat berkomunikasi dan kooperatif

3) Bersedia mengikuti prosedur penelitian

4) Bisa membaca

5) Remaja dalam keadaan sehat

b. Kriteria Eklusi

1) Responden yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap

Tabel 4.1
Pengambilan Sampel

N Kelas Pengambilan sampel

1 Kelas X 138 x 162


= 82.49=82
271

2 Kelas XI 133 x 162


= 79.50=80
271

Jumlah 162

D. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data primer dalah data yang didapatkan dengan cara membagikan

kuesioner kapada remaja untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan


41

perilaku remaja mengenai sexual abuse.

2. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa

kuesioner yaitu kuesioner pengetahuan tentang sexual abuse, kuesioner

sikap tentang sexual abuse dan kuesioner perilaku tentang sexual abuse.

3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mengajukan permohonan

persetujuan etik penelitian ke komite etik penelitian Poltekkes Kemenkes

Jambi dan telah mendapatkan izin dari SMK Negeri 10 Muaro Jambi untuk

melakukan penelitian dengan cara mengisi kuesioner pengetahuan dan

sikap tentang sexual abuse. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal

yang berkaitan dengan permasalahan etika penelitian yaitu memberikan

penjelasan pada responden tentang tujuan dan prosedur penelitian.

E. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah melalui beberapa tahap, yaitu :

1. Editing (penyuntingan data)

Hasil wawancara, atau pengamatan dilapangan harus dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Editing adalah kegiatan untuk

pengecekan dan perbaikan isian kuesioner tersebut.

2. Coding (kode)

Setelah semua data kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk


42

kalimat menjadi data angka atau bilangan.

1. Sexsual Abuse

a) Tidak diberi kode 1

b) Ya diberi kode 0

2. Pengetahuan

a) Tahu diberi kode 1

b) Tidak tahu diberi nilai 0

3. Sikap

a) Selalu diberi kode 4

b) Sering diberi kode 3

c) Kadang-kadang diberi kode 2

d) Tidak pernah diberikan kode 1

b. Scoring

Menetapkan skor sesuai dengan format kuesioner yang

digunakan pada program pengolahan data.

1) Seksual abuse apabila remaja tidak pernah mendapatkan salah satu

perilaku seksual ebuse maka diberi skor 1 dan apabila mendapatkan

diberi skor 2

2) Pengetahuan terdiri dari 10 soal, Apabila jawaban yang benar 76%-

100% berarti pengetahuannya baik, apabila jawaban benar <56-

75% berarti pengetahuannya cukup dan apabila <56%

pengetahuannya kurang.
43

3) Sikap apabila jumlah jawaban ≥median 30.50 maka diberi skor 1

dan apabila <median 30.50 diberi skor 2

c. Entry Data (memasukkan data) atau Processing

Setelah semua jawaban-jawaban dari masing-masing responden

yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan dalam

program atau “software” computer. Maka pemprosesan data dilakukan

dengan cara mengentry data dari angket ke paket program

komputerisasi.

d. Data Cleaning (pembersihan data)

Apabila semua data dari setiap responden selesai dimasukkan,

perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau dikoreksi.

F. Analisis Data

1. Analisis Univariabel

Analisis univariabel bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat

dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik responden.

2. Analisis Bivariabel

Pada analisis bivariabel pengolahan data menggunakan uji statistik chi

square dengan batasan kemaknaan α = 0,05 dan derajat kepercayaan 95%

Pedoman dalam menerima hipotesis apabila nilai probabilitas p < 0,05

berarti H0 ditolak dan H1 diterima, ini berarti ada hubungan bermakna

antara variabel independen dengan variabel dependen, tapi jika p ≥ 0,05


44

berarti H0 gagal ditolak, ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna

antara variabel independen dengan variabel dependen.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Kualitas Data

Penelitian ini bersumber dari data primer yang diperoleh langsung dari

remaja di SMK Negeri 10 Muaro Ja bi tahun 2023. Penelitian ini dilakukan

dengan memberikan kuesioner tentang pengetahuan dan sikap remaja tentang

perilaku sexual abuse. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di bantu oleh 2

enumerator yang merupakan mahasiswa kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi.

Peneliti dan enumerator datang ke sekolah untuk melakukan survey untuk

proses pengumpulan data. Kualitas data dalam penelitian ini sangat tergantung

dari kejujuran responden dalam setiap perilaku seksual abuse yang didapatkan

selain itu juga kerjasama responden dalam mengisi kuesioner untuk tidak

melihat jawaban teman.

B. Hasil Penelitian

Analisis data pada penelitian ini mendapatkan beberapa hasil data

karakteristik seperti umur dan jenis kelamin. Penelitian ini juga mendapatkan

data analisis yaitu gambaran pengetahuan remaja tentang sexual abuse,

gambaran sikap remaja tentang sexual abuse, hubungan pengetahuan terhadap

sexual abuse pada remaja dan hubungan sikap terhadap sexual abuse pada

remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023. Berdasarkan penelitian

maka di dapatkan data karakteristik responden dan hasil penelitian sebagai

berikut :

41
42

1. Hasil Data Karakteristik

Karakteristik responden berdasarkan hasil penelitian

dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik
No Variabel f %
1 Umur
a. 15 Tahun 50 30.9
b. 16 Tahun. 40 24.7
c. 17 Tahun 31 19.1
d. 18 Tahun 41 25.3
2 Jenis Kelamin
a. Perempuan 91 56.2
b. Laki-laki 71 43.8

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sebagian besar

berusia 15 tahun sebanyak 50 (30.9%) responden responden dan

berjenis kelamin perempuan sebanyak 91 (56.2%) responden.

2. Hasil Analisis

a. Gambaran kejadian Sexual Abuse pada remaja di SMK Negeri 10

Muaro Jambi Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kejadian

Sexual Abuse di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023 adalah

sebagai berikut :
43

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan kejadian Sexual Abuse di
SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023
n=(162)
N Sexual Abuse Distribusi
Perna Tidak
h Pernah
f % f %
1 Pernahkan anda mendapatkan per 4 2 1 9
ilaku dari seseorang dengan seng 5 7
aja untuk mengedipkan mata ke a 8 .
rah anda 5
2 Pernahkan anda mendapatkan per 0 0 1 1
ilaku dari seseorang dengan yang 6 0
sengaja untuk melakukan mastur 2 0
basi di depan anda
3 Pernahkan anda mendapatkan per 1 7 1 9
ilaku dari seseorang dengan yang 5 2
bersiul untuk menggoda anda 0 .
6
4 Pernahkan anda di ikuti oleh sese 0 0 1 1
orang yang tidak dikenal 6 0
2 0
5 Pernahkan anda mendapatkan per 7 4 1 9
ilaku dari seseorang dengan yang 5 5
sengaja memanggil-manggil anda 5 .
dengan nada menggoda 7
6 Pernahkan anda mendapatkan per 2 1 1 9
ilaku dari seseorang dengan yang 6 8
sengaja untuk meraba tubuh bagi 0 .
an payudara atau bokong anda 8
7 Pernahkan anda mendapatkan per 9 5 1 9
ilaku dari seseorang dengan yang 5 4
sengaja untuk memandang tubuh 3 .
anda dari atas ke bawah 4
4
8 Pernahkan anda mendapatkan per 4 2 1 9
ilaku dari seseorang dengan yang 5 7
sengaja untuk mencolek tubuh ba 8 .
gian dalam (pinggul, pinggang, p 5
erut, paha) dengan sengaja
9 Pernahkan anda mendapatkan per 3 1 1 9
ilaku dari seseorang dengan yang 5 8
sengaja untuk mengomentari bent 9 .
uk tubuh anda 1
1 Pernahkan anda mendapatkan per 2 1 1 9
ilaku dari seseorang dengan yang 6 8
sengaja untuk mendekati anda ter 0 .
us menerus secara agresif 8
1 Pernahkan anda mendapatkan per 0 0 1 1
ilaku dari seseorang dengan yang 6 0
sengaja untuk merangkul anda ta 2 0
npa izin
1 Pernahkan anda mendapatkan per 0 0 1 1
ilaku dari seseorang dengan yang 6 0
sengaja untuk mencoba memperk 2 0
osa anda
44

1 Pernahkan anda mendapatkan per 4 2 1 9


ilaku dari seseorang dengan yang 5 7
sengaja untuk mencolek tubuh ba 8 .
gian dalam (pinggul, pinggal, per 5
ut, paha) secara tidak sengaja
1 Pernahkan anda mendapatkan per 0 0 1 1
ilaku dari seseorang dengan yang 6 0
sengaja untuk menunjukkan alat 2 0
kelaminnya di depan anda

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa jenis Sexual Abuse yang

pernah dialami remaja adalah bersiul menggoda sebanyak 12 (7.4%)

responden, Memandang Tubuh sebanayk 9 (5.6%) responden dan

memanggil menggoda 7 (4.3%) responden. Sexual Abuse dibagi

menjadi 2 kategori yaitu ya apabila remaja pernah mendapatkan salah

satu atau semua jenis Sexual Abuse dan tidak apabila remaja tidak

pernah mengalami satupun dari jenis Sexual Abuse. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada diagram 5.1

Diagram 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan kejadian Sexual Abuse di
SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023

Ya ; 27.80%

Tidak;
72.20%

Hasil penelitian diagram 5.1 diketahui bahwa dari 162

responden yang pernah mendapatkan Sexual Abuse sebanyak 45

(27.8%) respondan dan tidak pernah sebanyak 117 (72.2%)

responden.

b. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Sexual Abuse di SMK Negeri 10


45

Muaro Jambi Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi pengetahuan

responden dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang
Sexual Abuse di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023
(n=162)
Distribusi
N Pernyataan Ta Tidak
o hu Tahu
f % f %
Pelecehan seksual merupakan Pelecehan seksual yaitu
1 55,6 72 44,4
tindakan yang tidak diinginkan
Pelecahan seksual digital yaitu seseorang
2 52,5 77 47,5
mengirim
pesan gambar elektronik bernuansa seksual.
Pelecahan seksual yaitu main mata, siulan dan colekkan
3 untuk menarik perhatian lawan jenis serta menyentuh, 51,9 78 48,1
mengusap, meraba, memegang, memeluk lawan
jenis
Pelecehan seksual dapat terjadi di tempat umum
4 57,4 69 42,6
(lapangan, koridor sekolah)
5 Pelecehan seksual bisa disengaja dan tidak 74,1 42 25,9
disengaja

Pelecehan seksual bisa terjadi antara korban dan


6 pelaku 61,1 63 38,9
masih dalam hubungan darah, menjadi bagian dalam
keluarga inti
Pelecehan seksual yang dilakukan oleh ayah tiri
7 merupakan bentuk dari extra familial abuse 52,5 77 47,5

Pelecehan seksual yang dilakukan dapat menimbulkan


8 51,9 78 48,1
perasaan takut dan panik
Pelecehan seksual bisa terjadi pada remaja,
9 58 68 42
dewasa
bahkan anak-anak
Pelecehan seksual remaja terjadi akibat Pengaruh
1 lingkungan yang negative 53,1 76 46,9
0

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar

responden mengetahui Pelecehan seksual bisa disengaja dan tidak


46

disengaja sebanyak 120 (74.1%) responden, Pelecehan seksual bisa

terjadi antara korban dan pelaku masih dalam hubungan darah,

menjadi bagian dalam keluarga inti sebanyak 99 (61.1%) responden,

Pelecehan seksual bisa terjadi pada remaja, dewasa bahkan anak-anak

sebanyak 94 (58.0%) responden, dan Pelecehan seksual dapat terjadi

di tempat umum (lapangan, koridor sekolah) sebanyak 93 (57.4%)

responden serta Pelecehan seksual merupakan Pelecehan seksual yaitu

tindakan yang tidak diinginkan sebanyak 90 (55.6%) responden.

Pengetahuan responden dapat dilihat setelah dilakukan

scoring kemudian dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu baik, cukup

dan kurang. Scoring diperoleh dari cut off point dari skor total x 15

pertanyaan sehingga diperoleh skor 76-100% di kategorikan baik dan

skor 56-75% dikategorikan cukup dan <56% dikategorikan kurang.

Diagram 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Tentang Sexual Abuse di SMK Negeri 10 Muaro Jambi
Tahun 2023
(n=162)
Baik ; 9.90%

Kurang ;
28.40%

Cukup ; 61.70%

Berdasarkan diagram 5.2 Berdasarkan hasil penelitian

diketahui sebagian responden mempunyai pengetahuan yang kurang


47

sebanyak 46 (28.4%) responden, pengetahuan cukup sebanyak 100

(61.7%) responden, pengetahuan baik sebanyak 16 (9.9%)

responden.

c. Gambaran Sikap Remaja Tentang Sexual Abuse di SMK Negeri 10 Muaro

Jambi Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi responden

berdasarkan sikap dapat dilihat pada Tabel 5.3 di bawah ini:

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Sexual Abuse di
SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023
(n=162)
Distribusi
N Pernyataan STS TS S SS
o f % f %
Saya tidak suka seseorang
44 27,2 37 22,8 48 20,
mengedipkan mata ke arah saya
Saya tidak ingin seseorang
melakukan masturbasi 34 21 73 45,1 22 20,

Saya tidak suka seseorang bersiul


19 11,7 83 51,2 21 24,
untuk menggoda saya
Saya tidak suka seseorang
34 21 67 41,4 44 10,
mengikuti
saya
Saya tidak suka seseorang
memanggil-manggil saya 58 35,8 64 39,5 29 6,8
dengan
nada menggoda
Saya tidak ingin seseorang meraba
45 27,8 60 37 14 26,
tubuh saya
Saya tidak suka seseorang
memandang tubuh saya 32 19,8 75 46,3 40 9,3

Saya tidak suka jika seseorang


28 17,3 67 41,4 34 20,
mencolek tubuh dengan sengaja
48

Saya tidak suka ada


54 33,3 56 34,6 30 13,
seseorang yang
mengomentari bentuk tubuh
saya
Saya tidak suka jika seseorang
mendekati saya terus menerus 53 32,7 56 34,6 45 4,9
dengan agresif
Saya tidak suka jika seseorang
58 35,8 48 29,6 27 17,
merangkul saya tanpa izin
Saya tidak ingin seseorang
52 32,1 64 39,5 25
mencoba
memperkosa saya
Saya tidak ingin seseorang
menunjukkan alat kelaminnya di 50 30,9 76 46,9 16 12,
depan saya
Saya tidak menganggap sebagai
lelucon/ bercanda jika orang
53 32,7 73 45,1 27 5,6
memanggil saya dengan sebutan
“sayangku, cintaku”.

Berdasarkan tabel 5.3 responden yang paling banyak

menjawab pernyataan sangat setuju yaitu pada pernyataan Saya

tidak ingin seseorang meraba tubuh saya sebanyak 43 (26.5%)

responden, Saya tidak suka seseorang bersiul untuk menggoda saya

sebanyak 39 (24.1%) responden, Saya tidak suka seseorang

mengedipkan mata ke arah saya Saya tidak ingin seseorang

melakukan masturbasi, Saya tidak suka jika seseorang mencolek

tubuh dengan sengaja sebanyak 33 (20.4%) responden.

Hasil tabel 5.3 variabel sikap dikategorikan sesuai dengan

defenisi operasional dengan pembagian sikap positif dan negatif.

Penelitian ini menggunakan nilai median yaitu 30.50, yang artinya

apabila jumlah jawaban respoden ≥30.50 berarti responden

memiliki sikap positif dan <30.50 berarti responden memiliki sikap

negatif.

Diagram 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Sexual
Abuse di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023 (n=162)
49

Negatif; 50.00% Positif; 50.00%

Hasil penelitian diagram 5.3 diketahui bahwa dari 162

responden diketahui sebagian responden memiliki sikap yang

Positif sebanyak 81 (50.0%) responden.

d. Hubungan pengetahuan dengan kejadian sexual abuse pada

remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui hubungan

pengetahuan dengan kejadian sexual abuse pada remaja di SMK

Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.5
Hubungan pengetahuan dengan kejadian sexual abuse pada
remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023.

Sexual Abuse

N Pengeta Tidak Ya
huan p- value
f %
f % f %

1 1 0,000
Baik 16 100 0 0.0
2 Cukup 100 100 0 0.0 1
50

0
0
4
3 Kurang 1 2.2 45 97.8
1
Jumlah 72.2 45 27.8 162

Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan kejadian

sexual abuse pada remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun

2023 diketahui bahwa tidak ada responden yang memiliki

pengetahuan baik dan cukup yang mengalami sexual abuse

sedangkan pada responden yang memiliki pengetahuan kurang ada

sebanyak 45 (97.8%) responden yang mengalami sexual abuse.

Hasil uji statistik diperoleh p-value=0.000 maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan pengetahuan dengan

kejadian sexual abuse pada remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi

Tahun 2023.

e. Hubungan sikap dengan kejadian sexual abuse pada remaja di

SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui hubungan sikap

dengan kejadian sexual abuse pada remaja di SMK Negeri 10

Muaro Jambi Tahun 2023 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.5
Hubungan sikap dengan kejadian sexual abuse pada remaja
di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023.

N Sexual Abuse p- value

Sikap Tidak Ya f %
51

f % f %
1 8
Positif 58 71.6 23 28.4
1.000
8
2 Negatif 59 72.8 22 27.2
1
Jumlah 72.2 45 27.8 162

Hasil analisis hubungan sikap dengan kejadian sexual

abuse pada remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023

diketahui bahwa sebanyak 23 (28.4%) responden yangmemiliki

sikap positif tetapi mengalami Sexual Abuse sedangkan pada

responden yang memiliki sikap negatif ada sebanyak 59 (72.8%)

responden yang tidak mengalami Sexual Abuse,

Hasil uji statistik diperoleh p-value=1.000 maka dapat

disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan sikap dengan

kejadian sexual abuse pada remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi

Tahun 2023.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

faktor-faktor yang berhubungan dengan sexual abuse pada remaja di

SMK Negeri 10 Muaro Jambi tahun 2023. Pengumpulan data dilakukan

pada saat jam istirahat sekolah di SMK Negeri 10 Muaro Jambi dengan

menggunakan 3 kuesioner yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku remaja

mengenai sexual abuse.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah remaja sulit mengerti

dengan kata- kata yang sedikit asing di dengar oleh mereka, maka adri itu

peneliti dan enumerator hasrus menjelaskan kata-kata asing tersebut

kepada mereka, agar mereka mudah dalam menjawab pertanyaan dari

beberapa kuesioner tersebut.. Peneliti dengan dibantu oleh enumerator

yang merupakan mahasiswa bidan di Poltekkes Kemenkes Jambi Dapat

lebih mudah melakukan penelitian, sehingga seluruh keterbatasan dapat

dilalui dan penelitian berjalan dengan baik.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Gambaran pengetahuan remaja tentang sexual abuse di SMK Negeri

10 Muaro Jambi tahun 2023

Berdasarkan hasil pengolahan data maka didapatkan gambaran

pengetahuan remaja tentang sexual abuse di SMK Negeri 10 Muaro

51
52

Jambi tahun 2023 terdapat beberapa kategori yaitu pengetahuan baik,

pengetahuan cukup baik dan pengetahuan kurang baik. Remaja yang

berpengetahuan baik tentang sexual abuse ada sebanyak 16 (9,9%)

responden, remaja yang berpengtahuan cukup baik tentang sexual

abuse ada sebanyak 100 (61,7%) responden dan remaja yang

berpengetahuan kurang baik tentang sexual abuse ada sebanyak 46

(28,4%) responden.

Pelecehan seksual merupakan suatu bentuk abnormalitas.

Menurut Nevid, Rathus, & Greene (2017), parameter abnormalitas

seperti perilaku tersebut tidak biasa, perilaku tersebut tidak dapat

diterima secara sosial atau dianggap melanggar norma sosial,

persepsi atau interpretasi yang salah terhadap realitas, yang

mengalami abnormalitas berada dalam stres personal yang

signifikan, perilaku maladaptif atau kurang mampu menyesuaikan

diri dengan masalah dan perilaku abnormal tersebut mengandung

unsur berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain (Nevid, Rathus,

& Greene, 2017:254).

Adapun pelecehan seksual telah memenuhi hampir seluruh

parameter tersebut, yaitu perilaku tidak biasa, tidak dapat diterima

dan melanggar norma, perilaku yang maladaptif karena tidak mampu

mengendalikan dorongan seksual dan tidak mampu

melampiaskannya secara tepat, serta membahayakan orang lain

(Nevid, Rathus, & Greene, 2017:255).

Penelitian yang dilakukan oleh Saifudin A (2021) tentang

Merumuskan Faktor Penyebab dan Solusi Pelecehan Seksual


53

Menggunakan Perspektif Psikologi, Sosial dan Agama mendapatkan

hasil bahwa pengetahuan tentang pelecehan seksual juga

memungkinkan untuk membuat seseorang berpikir ulang jika ingin

melakukan salah satu bentuk perilaku pelecehan seksual.

Peningkatan pengetahuan pelecehan seksual ini berguna juga untuk

meminimalisir rasionalisasi pelaku pelecehan seksual. Sebagian

pelaku pelecehan seksual menganggap perilakunya bukan termasuk

pelecehan karena tidak tahu (Saifudin A, 2021:402).

Berdasarkan penelitian dilakukan oleh Romantika (2014)

tentang Upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap anak oleh

pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak

(P2TP2A) di Kabupaten Wonogiri ditemukan beberapa faktor utama

penyebab terjadinya kekerasan seksual terhadap anak yaitu

kurangnya pendidikan agama yang kuat pada anak kurangnya

perhatian orang tua karena ditinggal merantau serta kurangnya

kepedulian masyarakat dalam bertetangga. Faktor lain yang turut

berperan yaitu kurangnya pendidikan seks pada anak sesuai usia,

kemiskinan dan pengangguran, pergaulan bebas dan gaya hidup,

hilangnya karakter dan budaya bangsa, serta globalisasi informasi

(IT) (Romantika, 2014:15).

Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Afrian N (2016)

tentang Analisis Perilaku Pencegahan Child Sexual Abuse Oleh

Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah mendapatkan hasil penelitian

didapatkan hampir setengah responden memiliki pengetahuan

tentang pendidikan seksual dini dengan kategori baik. Hal ini


54

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain umur, pendidikan,

pekerjaan dan informasi (Afrian N, 2016:6).

Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan remaja di SMK Negeri

10 Muaro Jambi sebagian besar dalam kategori cukup baik. Hal ini

menggambarkan bahwa pengetahuan remaja masih dalam batas

aman, namun pengetahuan remaja harus selalu di kembangkan agar

pengetahuan remaja menjadi lebih baik. Karena menurut peneliti,

apabila pengetahuan remaja tentang sexual abuse semakin baik,

maka remaja tersebut akan lebih menghindari atau mencegah sexual

abuse atau pelecehan seksual

Remaja yang berpengetahuan baik akan membuat remaja

tersebut lebih waspada terhadap sexual abuse atau pelecehan

seksual. Mereka juga akan lebih berani untuk membuka suara jika

mereka mendapatkan perilaku yang kurang menyenangkan atau

mendapatkan perilaku pelecahan seksual dari keluarga, guru ataupun

dimana saja. Pengetahuan mengenai sexual abuse juga harus

diberikan dari sejak dini melalui orang tua. Maka dari itu,

pengtahuan juga penting bukan hanya untuk anak ataupun remaja,

tapi juga bagi orang tua agar dapat melindungi anak-anaknya dari

sexual abuse ataupun perilaku pelecehan seksual.

2. Gambaran sikap remaja tentang sexual abuse di SMK Negeri 10

Muaro Jambi tahun 2023

Berdasarkan hasil pengolahan data maka didapatkan gambaran

sikap remaja tentang sexual abuse di SMK Negeri 10 Muaro Jambi

tahun 2023 terdapat beberapa kategori yaitu sikap baik dan sikap
55

kurang baik. Remaja yang bersikap baik tentang sexual abuse ada

sebanyak 120 (74,1%) responden dan remaja yang bersikap kurang

baik tentang sexual abuse ada sebanyak 42 (25,9%) responden.

Menurut Kementerian Tenaga Kerja & Transmigrasi (2011)

menyatakan bahwa pelecehan seksual adalah segala tingkah laku

seksual yang tidak diinginkan, permintaan untuk melakukan

perbuatan seksual, baik secara lisan atau fisik, seperti isyarat yang

bersifat seksual atau perilaku lain apapun yang bersifat seksual, yang

menjadikan seseorang merasa tersinggung, dipermalukan atau

terintimidasi (Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011:6).

Secara terpisah, perkembangan dan sikap anak akan sangat

dipengaruhi trauma dan dan kesehatan mental, lemahnya hukum

disebuah negara, pemeriksaan terkadang mengharuskan pengambilan

foto dan video sebagai bukti, atau pemeriksaan yangmana kembali

mengekspos area intim korban, justru membuat keparahan pada anak

(Vrolijk-bosschaart et al, 2018:177). Kekerasan seksual pada anak

itu kasus kompleks, yang mana masih banyak ambiguitas untuk

korban dan keluarganya.

Sejalan dengan penelitian ini, penelitian yang dilakukan oleh

Afiran N (2016) tentang Analisis Perilaku Pencegahan Child Sexual

Abuse Oleh Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah mendapatkan hasil

bahwa diketahui sebagian besar responden sikap pencegahan child

sexual abuse termasuk kategori positif yaitu 15 responden (68,1%)

(Afrian N, 2016:4).

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Joshua D et al (2009)


56

tentang Understanding the relationship between PTSD and social

support The role of negative network orientation mendapatkan hasil

penelitian ini mendukung varian dari model erosi dimana orientasi

jaringan negatif berfungsi sebagai variabel intervening dalam

hubungan antara PTSD dan dukungan sosial. Sifat cross-sectional

desain jelas menghalangi kesimpulan mengenai struktur kausal dari

hubungan yang diamati. Namun, laporan ini menunjukkan bahwa

sikap mengenai pemanfaatan sumber daya dukungan mungkin

merupakan faktor penting dalam menyempurnakan model yang ada

berfungsi pasca- trauma. Misalnya, gejala yang berhubungan dengan

paparan trauma (misalnya, detasemen interpersonal, iritabilitas) telah

diusulkan untuk berkontribusi langsung terhadap erosi dukungan

sosial (Joshua D et al, 2009:240).

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ayu A (2019) tentang

Candaan, Pujian atau Pelecehan Seksual mendapatkan hasil yang

menyatkan bahwa perilaku selain catcalling pada tingkatan terbawah

dari piramida ini termasuk juga sikap seksis, candaan tentang

perkosaan, sentuhan yang tidak diinginkan dan stalking (menguntit),

yang dalam kehidupan sehari-hari hal tersebut dianggap normal atau

mengalami normalisasi dari kebanyakan orang. Sedangkan tindakan

pemerkosaan, drugging (memberi narkoba pada korban),

penganiayaan, stealhing (melepaskan kondom secara diam-diam)

dan sabotase kontrasepsi termasuk ke dalam tingkatan tertinggi

dalam rape culture pyramid, yang termasuk ke dalam kejahatan. Jika

penormalisasian masih terjadi terhadap tindakan-tindakan yang


57

termasuk ke dalam tingkatan terbawah rape culture pyramid maka

sampai kapanpun perempuan tidak akan memperoleh rasa aman, hal

ini disebabkan karena tubuh perempuan akan selalu dijadikan

sebagai objek seksual (Ayu A, 2019:208).

Peneliti berasumsi bahwa sebagian besar responden

mendapatkan sikap dengan kategori baik. Sikap yang baik akan

mencegah pelecehan seksual dan sexual abuse bisa jadi tidak hanya

terkait perilaku seksual secara sempit, tetapi juga pandangan dan

sikap yang menganggap gender lain lebih rendah dibandingkan

gendernya atau jenis kelamin. Sikap remaja yang baik akan

membawa remaja ke pergaulan yang positif sehingga terhindar dari

perilaku sexual abuse atau pelecehan seksual. Remaja juga harus

cepan memberik respon dalam bersikap, apabila ada orang yang

melakukan pelecehan seksual, remaja harus segera memberi

perlawanan ataupun memberi tahu keluarga atau orang terdekat

mengenai perilaku sexual abuse yang didapatinya.

3. Gambaran perilaku remaja tentang sexual abuse di SMK Negeri 10

Muaro Jambi tahun 2023

Berdasarkan hasil pengolahan data maka didapatkan gambaran

perilaku remaja tentang sexual abuse di SMK Negeri 10 Muaro

Jambi tahun 2023 terdapat beberapa kategori yaitu perilaku baik dan

perilaku kurang baik. Remaja yang berperilaku baik tentang sexual

abuse ada sebanyak 117 (72,2%) responden dan remaja yang

berperilaku kurang baik tentang sexual abuse ada sebanyak 45

(27,8%) responden.
58

Penelitian yang dilakukan oleh Smit EI & Prevalence (2021)

tentang Theoretical Framework and South African Legislative

Measures on Child Sexual Abuse and Incest mendapatkan bahwa ada

banyak perilaku sexual abuse yang dapat di alami oleh remaja.

Perilaku kekerasan seksual sesama saudara akan lebih sulit dideteksi

dibandingkan lainnya. Tidak mudah untuk membedakan keintiman

dan sikap predator pada anak dengan orantua ataupun pengasuh. Hal

ini tentu menjadi misteri yang tidak mudah diungkap, perilaku

pelaku kekerasan anak serta gejala yang timbul pada korban

kekerasan seksual dengan pelaku keluarga sendiri baik orangtua

maupun saudara tentu akan lebih susah dideteksi (Smit EI

&Prevalence, 2021:420).

Sedangkan menurut Notoatmojo (2010) menjelaskan bahwa

perilaku merupakan semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang

dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh

pihak luar. Hasil penelitian didapatkan setengah responden memiliki

perilaku pencegahan child sexual abuse termasuk kategori baik.

Sejalan dengan penelitian ini, penelitian yang dilakukan oleh

Afrian N (2016) tentang Analisis Perilaku Pencegahan Child Sexual

Abuse Oleh Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah dapat diketahui

setengah responden memiliki perilaku pencegahan child sexual

abuse termasuk kategori baik yaitu 11 (50%) responden (Afrian N,

2016:4).

Menurut Sunaryo (2009) faktor yang mempengaruhi perilaku

meliputi faktor genetik atau faktor endogen (jenis ras, jenis kelamin,
59

sifat fisik, sifat kepribadian, bakat pembawaan, inteligensi) dan

faktor eksogen atau faktor dari luar individu (faktor lingkungan,

pendidikan, agama, sosial ekonomi, kebudayaan) dan faktor lain

(susunan saraf pusat, persepsi dan emosi). Pengetahuan orang tua

yang tentang kesehatan seksual pada anak usia 6-8 tahun dalam

penelitian ini kemungkinan diperoleh orang tua melalui media massa

dan elektronik (Sunaryo, 2009:306).

Peneliti berasumsi bahwa sebagian besar remaja dalam

penelitian ini berperilaku baik mengenai sexual abuse atau pelecehan

seksual. Perilaku remaja harus di arahkan ke hal-hal yang positif

agar terhindar dari sexual abuse ataupu pelecehan seksual. Hal ini

juga harus diperhatikan oleh orang tua, yaitu orang tua juga perlu

memahami perilaku pencegahan sexual abuse pada anak agar anak

terhindar dari sexual abuse.

Melalui keluarga, remaja dapat mempelajari banyak hal, yaitu

cara berinteraksi dengan orang lain, menyatakan keinginan dan

perasaan, menyampaikan pendapatnya, bertutur kata, bersikap,

berperilaku, hingga bagaimana menganut nilai-nilai tertentu sebagai

prinsip hidupnya. Sehingga remaja dapat berperilaku dengan baik

dan menghindari perilaku sexual abuse ataupun pelecehan seksual.

4. Hubungan pengetahuan dengan kejadian sexual abuse pada remaja di

SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023.

Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan kejadian sexual

abuse pada remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023


60

diketahui bahwa tidak ada responden yang memiliki pengetahuan

baik dan cukup yang mengalami sexual abuse sedangkan pada

responden yang memiliki pengetahuan kurang ada sebanyak 45

(97.8%) responden yang mengalami sexual abuse.

Hasil uji statistik diperoleh p-value=0.000 maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan pengetahuan dengan

kejadian sexual abuse pada remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi

Tahun 2023

Faktor penyebab pelecehan seksual berdasarkan tinjauan

psikologi adalah adanya pelaku pelecehan seksual yang mengalami

abnormalitas seksual berupa parafilia, ketidakmampuan seseorang

dalam mengendalikan dorongan seksual dalam diri, dan rendahnya

kesadaran seseorang untuk menghargai orang lain. Adapun faktor

penyebab pelecehan seksual dari tinjauan sosial adalah adanya

konstruk sosial yang menempatkan perempuan dan anak dalam

lapisan subordinat sehingga perempuan dan anak dipersepsi lemah

dan menyebabkan rentan menjadi korban pelecehan seksual

(Saifudin A, 2021:387).

Penelitian yang dilakukan oleh Shebl et al (2017) tentang

Sexual Harassment Phenomena among Female Students at

Mansoura University mendapatkan bahwa rendahnya pengetahuan

peserta didik atau mahasiswa tentang bentuk-bentuk pelecehan

seksual, adanya pengajar yang menggunakan wewenangnya untuk

memberikan hadiah berupa nilai yang tinggi jika mau melakukan

perilaku seksual, rasionalisasi pengajar bahwa percakapan dan


61

sentuhan kepada mahasiswa atau peserta didik lawan jenis sebagai

perilaku untuk mengakrabkan (Shebl et al, 2017:41).

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Mishra & Lamichhane

(2018) tentang Exerience Of Sexual Harassment In Public Transport

Among Female Health Science Students: A Cross Sectional Study

Of Kathmandu Nepal menyatakan bahwa ada korban pelecehan

seksual yang memilih tidak melaporkan pengalaman dilecehkan

secara seksual tersebut, terlepas dari alasan apapun misalkan adanya

ketidakseriusan aparat keamanan dalam menganggapi laporan dan

juga karena korban menganggap fenomena tersebut kurang penting

(Mishra & Lamichhane, 2018:22).

Penelitian yang dilakukan oleh Afrian N (2016) tentang

Analisis Perilaku Pencegahan Child Sexual Abuse Oleh Orang Tua

Pada Anak Usia Sekolah mendapatkan hasil penelitian didapatkan

usia ibu sebagian besar 20-

35 tahun, berpendidikan SMA, mempunyai pekerjaan sebagai

swasta, pengetahuan tentang pendidikan seksual dini kategori baik

dan sikap ibu positif terhadap pencegahan child sexual abuse pada

anak usia 6-8 tahun (Afiran N, 2016:7).

Sejalan dengan penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa adanya

hubungan pengetahuan remaja terhadap perilaku remaja tentang

sexual abuse di SMK Negeri 10 Muaro Jambi. Pengetahuan remaja

yang semakin baik akan berdampak pada perilaku remaja yang baik

terhadap sexual abuse. Begitu juga sebaliknya, pengetahuan remaja

yang kurang baik tentang sexual abuse akan membuat remaja


62

bingung untuk sadar ketika ia mendapati perilaku pelecehan seksual.

Pengetahuan yang baik akan membuka wawasan remaja

menjadi luas dan bisa mengetahui mana perilaku yang baik dan

perilaku yang kurang baik untuk dirinya sendiri. Dengan begitu

remaja dapat melindungi dirinya dari sexual abuse ataupun

pelecehan seksual yang berasal dari mana saja seperti keluarga,

teman, guru, orang lain dan sebagainya.

Pemberian konseling dan penyuluhan juga dibutuhkan oleh

remaja untuk meningkatkan pengetahuan pada remaja dengan

menggunakan media- media yang inovatif dan dapat menarik minat

dari remaja seperti menggunakan majalah, video animasi, leaflet,

flash card, booklet dan sebagainya.

5. Hubungan sikap dengan kejadian sexual abuse pada remaja di SMK

Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023.

Hasil analisis hubungan sikap dengan kejadian sexual abuse

pada remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023 diketahui

bahwa sebanyak 23 (28.4%) responden yangmemiliki sikap baik

tetapi mengalami Sexual Abuse sedangkan pada responden yang

memiliki sikap kurang baik ada sebanyak 59 (72.8%) responden

yang tidak mengalami Sexual Abuse.

Hasil uji statistik diperoleh p-value=1.000 maka dapat

disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan sikap dengan

kejadian sexual abuse pada remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi

Tahun 2023.
63

Sikap merupakan reaksi atau respon tertutup seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb, sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap bukan suatu tindakan

atau aktivitas, melainkan presdisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap

merupakan suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek sebagai

suatu panghayatan terhadap objek (Notoatmodjo 2012:53).

Pelecehan seksual bisa menyebabkan dampak fisik maupun

psikis. Dampak fisik misalkan luka akibat pelecehan seksual yang

disertai kekerasan. Adapun dampak psikis misalkan gangguan

mental dan stress (Bendixen & Kennair, 2017; Lunenburg, 2010;

Mohamed, Baig, Trakic, Mallow, & Surajudeen, 2015), depresi

(Houle et al., 2011), mengganggu dan menurunkan produktifitas

kerja (Ali, Zakaria, Said, Zahari, & Salleh, 2015), merasa bersalah,

ingin menangis tanpa sebab, ingin bunuh diri, pola tidur

terganggu, merasa ingin marah (Dhakal, 2009), tidak dapat belajar

dengan baik serta sulit berkonsentrasi (Sang et al., 2016),

munculnya kecemasan, menurunkan kepuasan kerja, menurunnya

kepercayaan diri (Council, 2018). Di sisi lain, pelecehan seksual

juga menyebabkan munculnya emosi negatif yang berdampak

pada penurunan kinerja pada korban (Schneider, Swan, &

Fitzgerald, 1997). Lebih jauh, pengalaman pelecehan seksual bisa

menyebabkan korban berpotensi melakukan hal serupa pada orang

di masa mendatang.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan


64

oleh Afrian N (2016) tentang Analisis Perilaku Pencegahan Child

Sexual Abuse Oleh Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah

mendapatkan kesimpulan bahwa perilaku pencegahan child sexual

abuse pada anak usia 6-8 tahun mempunyai hubungan dengan faktor

usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu dan sikap

ibu dalam melakukan perilaku pencegahan child sexual abuse

(Afrian N, 2016:7).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian menurut shebl et al

(2017) tentang Sexual Harassment Phenomena among Female

Students at Mansoura University mengatakan bahwa pelaku

pelecehan seksual mendapatkan pengalaman pelecehan seksual di

masa lalu, buruknya komunikasi dan hubungan antara mahasiswa

atau peserta didik dengan orang tua, dan kurang terdidik tentang

bentuk pelecehan seksual, rendahnya kendali diri, rendahnya

pengawasan orang tua. Hal ini akan berdampak pada sikap yang

dikeluarkan oleh remaja. Namun, sikap yang baik belum tentu

menunjukkan perilaku yang baik (Sheb et al, 2017:45).

Peneliti berasumsi pada penelitian ini bahwa tidak adanya

hubungan sikap remaja terhadap perilaku remaja mengenai sexual

abuse di SMK Negeri 10 Muaro Jambi. Sikap baik yang dikeluarkan

oleh remaja belum tentu membuahkan perilaku yang baik dari orang

lain, karena kita tidak dapat mengontrol perilaku orang lain tentang

sexual abuse terhadap diri kita sendiri. Lingkungan merupakan salah

satu faktor yang penting bagi remaja mendapatkan sikap serta

perilaku yang baik untuk mencegah terjadinya sexual abuse ataupun


65

pelecehan seksual.

Sikap sering di salah artikan oleh orang lain, sikap baik

ataupun terlalu ramah bisa saja dianggap orang lain kita orang yang

mudah untuk dilakukan pelecehan seksual. Sikap yang kurang baik

seperti sombong, bisa saja dapat memancing orang lain untuk

memberikan perilaku yang kurang baik terhadap diri kita. Artinya

sikap remaja yang baik, belum tentu menentukan perilaku yang baik

bagi remaja mengenai sexual abuse.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian sexual abuse pada remaja di

SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar ( 6 1 . 7 0 % ) responden berpengetahuan cukup

tentang sexual abuse di SMK Negeri 10 Muaro Jambi tahun

2023.

2. Sebagian (50.0%) responden atau remaja bersikap baik tentang

sexual abuse di SMK Negeri 10 Muaro Jambi tahun 2023.

3. Sebagian besar (72.20%) responden tidak mendapatkan sexual

abuse di SMK Negeri 10 Muaro Jambi tahun 2023

4. Adanya hubungan pengetahuan dengan kejadian sexual

abuse pada remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun

2023 dengan p-value 0.000

5. Tidak ada hubungan sikap dengan kejadian sexual abuse pada

remaja di SMK Negeri 10 Muaro Jambi Tahun 2023 dengan p-

value 1.000

B. Saran

1. Bagi SMK Negeri 10 Muaro Jambi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi informasi bagi

66
67

sekolah untuk lebih memperhatikan siswa dan siswi untuk

menghindari perilaku sexual abuse.

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi

Diharapkan kepada institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes

Jambi Jurusan Kebidanan mempertahankan dan meningkatkan

kualitas dalam kegiatan belajar mengajar dan penelitian mahasiswa.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan bagi peneliti lain untuk dapat memberikan

intervensi berupa penyuluhan ataupun konseling menggunakan

media-media terbaru seperti flash card, leaflet, video animasi dan

lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyaswari, D (2019) Catcalling : Candaan, Pujian atau Pelecehan Seksual. Vol. 4


No. 2 Agustus 2019 e-ISSN: 2502-7573 p-ISSN: 2502-8960 Open Acces at: h
ttps://ojs.unud.ac.id/index.php/ActaComitas

Afrian, N (2016) Analisis Perilaku Pencegahan Child Sexual Abuse Oleh Orang Tua
Pada Anak Usia Sekolah (Analysis Of Child Sexual Abuse Prevention
Behavior By Parents In School Age Children). Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 5
No. 1 Nopember 2016

Maharani, R, Sudibia, K (2017) Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Penyebab Terjadinya


Kasus Pelecehan Seksual Pada Anak Di Kota Denpasar. Piramida Vol. XIII
Wayan Windia No. 1 : 9 - 17 ISSN : 1907-3275

Alkatiri, N. (2017) Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku


Cyberbullying Pada Remaja Madya Di Surabaya. Fakultas Psikologi.
Universitas Airlangga. Surabaya.

Arikunto. 2017. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta

Batubara, J. R. L. (2010) ‘Adolescent Development (Perkembangan Remaja)’, Sari


Pediatri, 12(1) 21–29. Retrieved from http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-1-
5.pdf.

Casman, C, Nurlaila, F, Bahtiar B, Anung A, Yanis H. (2021) Portrait of Interaction


Between the Internet, Pornography and Child Sexual Abuse in Indonesia.
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, Vol 4 No 2, Desember 2021
pISSN : 2654-5241 eISSN : 2722-7537

Darmasih, R., 2009. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada
Remaja SMA di Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dervishi, Eglantina. 2015. “Post Traumatic Stress Disorder in Children Sexsual


Abuse”. Journal. Volume 4, Nomor 3. Diakses pada 01 Januari 2019
(http://www.mcser.org/journal/index.php/ajis/article/download/8419/8081)

Djamarah, Syaiful Bahri. (2015). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Fajar, M., & Achmad, Y. (2010). Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fileborn, B., & Vera-Gray, F. (2017). “I Want To Be Able To Walk The Street
Without Fear”: Transforming Justice For Street Harassment. Feminist Legal
Studies, 25(2), 203-227. DOI : 10.1007/s10691-017-93503-3, p. 205.

Hidayati, Nur. 2011. Perlindungan Anak terhadap Kejahatan Kekerasan Seksual


(Pedofilia). Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora, 14(1), pp:68-73.
Johnson, P. A., Widnall, S. E., & Benya, F. F. (2018). Sexual Harassment of Women:
Climate, Culture, and Consequences in Academic Sciences, Engineering, and
Medicine. https://doi.org/10.17226/24994
Joseph, J. (2015). Sexual harassment in tertiary institutions: A comparative
perspective. Temida, 18(2), 125–144. https://doi.org/10.2298/ tem1502125h

Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015

KPAI, 2016. Data Kasus Pengaduan Anak Berdasarkan Klaster Perlindungan Anak.
, (46).

Natsir, Syahrir. 2014. Ringkasan Disertasi: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhada


p Perilaku Kerja dan Kinerja Karyawan Perbankan di Sulawesi Tengah. Dise
rtasi, Universitas Airlangga Surabaya.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2017). Abnormal Psychology in a


Changing World (10th Ed). London, UK: Pearson Education, Inc.

Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, (2018) . Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Jaya

Pradana, I. H. (2015) Analisis Faktor yang Mempengaruhi Remaja Melakukan


Cyberbullying Berdasar Pendekatan Teori Ekologi Di SMAN 2 Kediri. Prodi
Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga, Surabaya.

Santrock, John W. (2007) Life-span Development. 13th Edition. University of Texas,


Dallas : Mc Graw-Hill

Sarwono, 2012. Psikologi Remaja Edisi Revisi, Jakarta: Rajawali Pers.

Shannon, C. A., Rospenda, K. M., & Richman, J. A. (2007). Workplace harassment


patterning, gender, and utilization of professional services: Findings from a
US national study. Social Science & Medicine, 64(6), 1178–1191. https://doi.
org/10.1016/j.socscimed.2006.10.038

Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-
Dasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 54 – 55, 98 –
115.

Teja, Mohammad. 2016. Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual Pada Anak.
Peneliti Muda Sosiologi pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian,
Badan Keahlian DPR RI, VIII(09/I/P3DI)

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama


Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

BAGI RESPONDEN

Saya yang betanda tangan dibawah ini :

Nama : Dwi Indah Rinjayanti

Alamat : RT 24 Desa Sungai Gelam Kecamatan Sungai Gelam

No. Hp : 081284325508

Pekerjaan : Bidan dan Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan

Kebidanan

E-mail : indahrajayanti@gmail.com

Judul Penelitian : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Remaja

Terhadap Sexual Abuse di SMK Negeri 10 Muaro Jambi

Tahun 2023.

Tujuan :

Tujuan Umum : Adapun tujuan umum pada penelitian ini yaitu Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Remaja

Terhadap Sexual Abuse di SMK Negeri 10 Muaro Jambi

Tahun 2023.

Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan yang

berhubungan dengan perilaku remaja terhadap sexual

abuse di SMK Negeri 10 Muaro Jambi tahun 2023.

2. Untuk mengetahui gambaran sikap yang berhubungan

dengan perilaku remaja terhadap sexual abuse di SMK


Negeri 10 Muaro Jambi tahun 2023.

3. Untuk mengetahui faktor tindakan yang berhubungan

dengan perilaku remaja terhadap sexual abuse di SMK

Negeri 10 Muaro Jambi tahun 2023.

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku

remaja terhadap sexual abuse di SMK Negeri 10 Muaro

Jambi Tahun 2023.

5. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan perilaku remaja

terhadap sexual abuse di SMK Negeri 10 Muaro Jambi

Tahun 2023.

6. Untuk mengetahui hubungan tindakan dengan perilaku

remaja terhadap sexual abuse di SMK Negeri 10 Muaro

Jambi Tahun 2023.

Manfaat Penelitian bagi Responden

Dapat di gunakan sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

dan penyuluhan kesehatan serta menambah informasi bagi guru di SMK Negeri 10

Muaro Jambi dan dapat lebih memperhatikan tentang sexual abuse bagi korban

ataupun si pelaku. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi di perpustakaan,

sehingga menjadi bahan bacaan mahasiswa dan penelitian ini di harapkan dapat

mengembangkan ilmu kebidanan di Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan.

Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di SMK Negeri 10 Muaro Jambi. Waktu

penelitian akan dilakukan pada bulan April 2023.


Bahaya Potensial dan Antisipasi

Tidak ada bahaya yang akan di alami oleh reponden karena dalam pelaksanaan

penelitian ini responden hanya diminta mengisi kuesioner pengetahuan dan sikap

tentang sexual abuse. Dalam penelitian ini peneliti akan bertanggung jawab penuh

terhadap responden, maka di harapkan dalam pengambilan data kondisi harus

kondusif dan peneliti maupun responden wajib mematuhi protokol kesehatan untuk

pencegahan dan pengendalian Covid-19.

Pertanyaan persetujuan sebagai subyek penelitian (informed consent)

Setelah responden memahami dari penjelasan akan hak dan kewajiban

responden dan menyetujui untuk menjadi responden maka responden menyatakan

persetujuannya dengan tanda tangan di lembar persetujuan. Persetujuan ini di

lakukan dengan suka rela dan tanpa paksaan.

Hak untuk mengundurkan diri

Responden di persilahkan kapanpun untuk mengundurkan diri karena tanpa

adanya keterpaksaan pada persetujuan penelitian tanpa adanya konsekuensi yang

dapat merugikan responden.

Insentif untuk sampel

Dalam penelitian ini reward partisipasi responden secara suka rela maka akan

di berikan kepada responden berupa cindera mata atau souvenir.

Jaminan kerahasiaan data

Data yang di peroleh peneliti dari responden akan di jaga kerahasiaannya oleh

peneliti, identitas responden akan di rahasiakan tidak akan di cantumkan dan sebagai

pembeda antar responden akan dibuat kode karena penelitian ini hanya untuk melihat

suatu hubungan tanpa adanya tujuan lain.


Lampiran 2

INFORMED CONSENT

(LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN)

Kode : (di isi oleh peneliti)

Umur :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Alamat :

No. Hp :

Setelah di berikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian,

memahami hak dan kewajiban saya sebagai responden serta peneliti menjamin

bahwa data yang telah saya berikan di jamin kerahasiaannya, maka :

Saya menyatakan bahwa saya Bersedia / Tidak Bersedia (coret yang tidak

perlu) untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan Perilaku Remaja Terhadap Sexual Abuse di SMK Negeri

10 Muaro Jambi Tahun 2023” dengan sukarela tanpa adanya paksaan dan akan

menjawab semua pertanyaan dengan sejujur-jujurnya.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa

paksaan.

Jambi, 2023

Peneliti Responden,

( Dwi Indah R ) ( )
Lampiran 3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN SEXUAL ABUSE PADA REMAJA
DI SMK NEGERI 10 MUARO JAMBI
TAHUN 2023

Kode :

Tanggal Pengisian :

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap pertanyaan.

2. Pilih dengan menggunakan tanda (O) pada jawaban berikut.

3. Jawaban boleh lebih dari satu.

A. Pengetahuan

1. Apa yang dimaksud dengan pelecehan seksual … ?

a. Pelecehan seksual yaitu tindakan yang tidak di inginkan

b. Pelecehan seksual yaitu tindakan atau perilaku atau gerak gerik seksual yang tidak

dikehendaki yang melakukan tindakan yang kasar sampai pemerkosaan

c. Pelecehan seksual yaitu perbuatan tidak baik untuk dilakukan dan

merugikan korban

2. Bila seseorang mengirim pesan gambar elektronik bernuansa seksual merupakan

suatu perbuatan … ?

a. Pelecehehan seksual

b. Sexual abuse

c. Pelecehan seksual digital


3. Apakah anda tahu bagaimana bentuk dari pelecehan seksual … ?

a. Main mata, siulan dan colekkan untuk menarik perhatian lawan jenis

b. menyentuh, mengusap, meraba, memegang, memeluk lawan jenis

c. menggosokkan bagian tubuhnya pada tubuh kawan jenis

4. Dimanakah pelecehan seksual ini dapat terjadi … ?

a. Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja seperti di tempat kerja, di

universitas, di jalan, di toko, di sebuah klub, saat menggunakan angkutan

umum, di bandara, bahkan di rumah

b. Pelecehan seksual dapat terjadi ditempat tertutup saja

c. Pelecehan seksual dapat terjadi di tempat umum

5. Dari pilihan jawaban dibawah ini, menurut anda mana yang merupakan jenis-

jenis dari pelecehan seksual … ?

a. Pelecehan seksual primer dan sekunder

b. Pelecehan seksual disengaja

c. Familie Abuse Dan Extra Familial Abuse

6. Apakah yang dimaksud dengan familial abuse .. ?

a. Pelecehan seksual dimana antara korban dan pelaku masih dalam hubungan

darah, menjadi bagian dalam keluarga inti

b. Pelecehan yang dilakukan oleh saudara

c. Pelcehan yang dilakukan oleh ayah atau oom

7. Apakah adik tau apa yang dimaksud dengan extra familial abuse … ?

a. Pelecehan seksual yang dilakukan oleh teman

b. Pelecehan seksual yang dilakukan oleh orang-orang diluar anggota keluarga,

seperti teman, pacar, tetanggo ataupun orang yang tidak dikenal


c. Pelcehan seksual yang dilakukan oleh teman sebaya

8. Menurut adik, apa dampak dari pelecehan seksual yang didapatkan oleh korban

…?

a. Takut

b. Syok dan terkena penyakit menular seksual

c. panik

9. Menurut anda, apakah hanya perempuan yang mengalami pelecehan seksual

…?

a. Tidak, karena perempuan juga dapat melecehkan laki-laki secara seksual,

laki-laki dapat melakukan pelecehan seksual terhadap laki-laki lain, dan

perempuan dapat melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan lain

b. Ya, karena perempuan merupakan makhlluk yang lembut dan lemah dan

mudah diolok-oloko sebagai bahan pelecehan seksual

10. Menurut anda, permasalahan remaja tentang perilaku pelecehan seksual sebagain

besar di akibatkan oleh … ?

a. Pengetahuan yang baik tentang seksualitas

b. Pengaruh lingkungan yang negatif

c. Pendidikan agama yang luas tentang perilaku seksualitas


B. Sikap

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap pertanyaan.

2. Pilihlah jawaban dengan menggunakan tanda (√ ) pada kolom dengan sesuai

pilihan saudara.

a. SS : Sangat setuju (Apabila pernyataan sangat sesuai dengan pendapat respon

den).

b. S : Setuju (Apabila pernyataan tidak sesuai dengan pendapat responden).

c. TS : Tidak setuju (Apabila pernyataan tidak sesuai dengan pendapat responde

n).

d. STS : Sangat tidak setuju (Apabila pernyataan sangat tidak sesuai dengan pen

dapat responden).

No Pertanyaan SS S TS STS
Pelecehan seksual adalah tindakan atau perilaku atau
1
gerak gerik seksual yang tidak dikehendaki
Pelecehan seksual adalah melakukan tindakan yang
2
kasar sampai pemerkosaan
Pelecehan seksual adalah melakukan tindakan yang
3
kasar sampai pemerkosaan
Mengirimi seseorang surat, pesan atau gambar
manual atau elektronik bernuansa seksual yang tidak
4
diinginkan merupakan salah satu bentuk pelecehan
seksual
Menggoda atau menarik perhatian lawan jenis
5 dengan tepukan pada bagian tubuh tertentu adalah
bentuk pelecehan seksual
Bentuk pelecehan seksual yaitu Memberi komentar
6 terhadap seseorang dengan istilah seksual yang
merendahkan atau menghina
Memeluk seseorang yang tidak menyukai pelukan
7
adalah salah satu bentuk pelecehan seksual
Meraba tubuh atau bagian tubuh sensitif merupakan
8
pelecehan seksual
Menceritakan lelucon jorok atau kotor kepada
9 seseorang yang merasa direndahkan adalah bentuk
pelecehan seksual
Menunjukkan gambar, video dan film porno kepada
10 seseorang yang tidak menyukainya adalah bentuk
pelecehan seksual
Main mata, siulan dan colekkan untuk menarik
11 perhatian lawan jenis merupakan bagian dari
tindakan pelecehan seksual
Menyentuh tangan dengan nafsu seksual pada wanita
12
merupakan pelecehan seksual
Teman atau sahabat berkemungkinan dapat menjadi
pelaku pelecehan seksual
13 Ketidakmauan dalam menahan keinginan dan
dorongan-dorongan seksual adalah penyebab
terjadinya pelecehan seksual
Merasa cemas, takut, nafsu makan kurang dan sakit
14
kepala merupakan dampak pelecehan seksual
Korban pelecehan seksual bisa menjadi pelaku
15
pelecehan seksual
Sumber : Modifikasi dari Minarsih (2018).
C. Kejadian Sexual Abuse

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap pertanyaan.

2. Pilihlah jawaban dengan menggunakan tanda (√ ) pada kolom dengan sesuai

pilihan saudara.

No Pertanyaan Pernah Tidak Pernah


Pernahkan anda mendapatkan perilaku dar
1 i seseorang dengan sengaja untuk mengedi
pkan mata ke arah anda
Pernahkan anda mendapatkan perilaku dar
2 i seseorang dengan yang sengaja untuk me
lakukan masturbasi di depan anda
Pernahkan anda mendapatkan perilaku dar
3 i seseorang dengan yang bersiul untuk me
nggoda anda
Pernahkan anda di ikuti oleh seseorang ya
4
ng tidak dikenal
Pernahkan anda mendapatkan perilaku dar
5 i seseorang dengan yang sengaja memangg
il-manggil anda dengan nada menggoda
Pernahkan anda mendapatkan perilaku dar
i seseorang dengan yang sengaja untuk me
6
raba tubuh bagian payudara atau bokong a
nda
Pernahkan anda mendapatkan perilaku dar
7 i seseorang dengan yang sengaja untuk me
mandang tubuh anda dari atas ke bawah
Pernahkan anda mendapatkan perilaku dar
i seseorang dengan yang sengaja untuk
8
mencolek tubuh bagian dalam (pinggul,
pinggang, perut, paha) dengan sengaja
Pernahkan anda mendapatkan perilaku dar
9 i seseorang dengan yang sengaja untuk
mengomentari bentuk tubuh anda
Pernahkan anda mendapatkan perilaku dar
i seseorang dengan yang sengaja untuk
10
mendekati anda terus menerus secara
agresif
Pernahkan anda mendapatkan perilaku dar
11 i seseorang dengan yang sengaja untuk
merangkul anda tanpa izin
Pernahkan anda mendapatkan perilaku dar
12 i seseorang dengan yang sengaja untuk
mencoba memperkosa anda
13 Pernahkan anda mendapatkan perilaku dar
i seseorang dengan yang sengaja untuk
mencolek tubuh bagian dalam (pinggul,
pinggal, perut, paha) secara tidak sengaja
Pernahkan anda mendapatkan perilaku dar
i seseorang dengan yang sengaja untuk
14
menunjukkan alat kelaminnya di depan
anda
Sumber : Modifikasi dari Marsinah (2018) dan Audina (2019).
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai