Kesadaran Transcendental
Kesadaran Transcendental
Abstract
Luqman the Wise, one of man who is mentioned in the Holy Qur`an, is
not a prophet neither messenger of God. He is just an ordinary man like
us. What differing between us and him is the noble idea of this man
regarding the way he educates his children. Luqman educated his
children by planting the consciousness of God in the heart of his children.
By this awareness, children will raise not only with strong intellectual
ability but also beautiful manners, respecting values of humanities and
coloring their live with high values of moralities. This article explores
Luqman wise words that were recorded in Surah Luqman verses 13 until
19 and evaluates the key success of Luqman’s education system.
Compared to modern concept of character education, Luqman method
was in accordance with its spirit and goal. Furthermore, the writer found
that the core value which is always exists and building all Luqman’s wise
words is the consciousness of the existence of God. In Islamic
perspective, this transcendental awareness is the basic value for all
process of character building in creating good habituation and manner
known as akhlaaq al kariimah.
Pendahuluan
Luqman adalah seorang manusia biasa. Ia bukanlah seorang Nabi,
bukan pula seorang Rasul. Namun namanya diabadikan dengan tinta
emas dalam lembaran-lembaran kitab suci Al Qur`anul Karim, sebuah
kitab suci paripurna yang akan terus dibaca oleh milyaran ummat
manusia hingga akhir zaman nanti.
Pembahasan
A. Nasehat Luqman yang Terdapat dalam Al Qur`an
Dalam perspektif pendidikan Islam, kitab suci Al Qur`an
merupakan sumber hukum sekaligus sumber ilmu pengetahuan yang
penuh dengan pelajaran, hikmah dan teladan. Salah satu isi pokok dari Al
Qur’an adalah kisah perjalanan kehidupan para Nabi dan Rasul serta
orang-orang saleh dari umat-umat sebelum Nabi Muhammad.
Tuhan menceritakan kisah seorang saleh bernama Luqman yang
sangat bijaksana dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya.
Seperti diceritakan dalam Tafsir Al Qur`anul `Adzim (lebih dikenal
dengan Tafsir Ibnu Katsir) bahwa Luqman adalah seorang budak
berkebangsaan Ethiopia yang bekerja sebagai tukang kayu. Meski jika
diukur dari kedudukan sosial di mata manusia Luqman mungkin sangat
rendah kedudukannya, namun Islam telah jauh berpikir maju pada masa
itu bahwa stratifikasi sosial seseorang tidak bisa diukur hanya dari suku
bangsanya, warna kulitnya maupun pekerjaannya. Prinsip-prinsip
universal humanisme melalui nilai kesetaraan (egalite) yang baru dikenal
oleh dunia Barat dalam Revolusi Perancis abad ke-17 ternyata jauh telah
disinggung oleh Islam pada abad ke-6 Masehi. Tuhan memaparkan
nasehat-nasehat bijaksana sang budak nan hitam legam tersebut dalam
Surah Luqman ayat 13 hingga 19 yang pada intinya memuat sepuluh
nasehat edukatif sejalan dengan semangat pendidikan karakter di era
modern saat ini. Kesepuluh nasehat tersebut dipaparkan sebagai berikut:
Berbuat baik kepada orang tua adalah pilar pendidikan dasar dalam
keluarga. Banyak orang tidak menyadari bahwa pendidikan dasar
sesungguhnya dimulai dari keluarga, bukan dari jenjang Sekolah Dasar
(elementary school). Banyak pula orang yang tidak menyadari bahwa
sejatinya guru pertama bagi seorang anak adalah ibunya sendiri,
sebagaimana ungkapan peribahasa Arab al umm madrasatul ula (ibu
adalah madrasah pertama). Lantas bagaimana pendidikan itu akan
berhasil jika si murid tidak menghormati dan menghargai sang guru?
Untuk itulah sebagai pendidik pertama, maka orang tua sudah seharusnya
dihormati dan hargai, terlebih ibu.
3. Ketaatan kepada Kedua Orang Tua Harus Dilandasi oleh
Ketaatan kepada Tuhan
Meski manusia harus taat dan patuh serta menghormati kedua
orang tua, namun semua itu tidak boleh melebihi ketaatan dan kepatuhan
kepada Tuhan. Tidak boleh taat kepada orang tua jika mereka menyuruh
berbuat kemungkaran dengan melawan perintah Tuhan. Nasehat Luqman
tersebut terangkum dalam Surah Luqman ayat 15 sebagai berikut:
ْس لَكَ ِب ِهۦ ِع ْل ٌم فَ ََل ت ُ ِط ْع ُه َماَ َعلَ ٰ ٰٓى أَن ت ُ ْش ِركَ ِبى َما لَي ََو ِإن جٰ َهدَاك
ُ ُ َّم ى َ ل
َّ ِ َ إ ََا نَ أ ْ
ن م َ
َ َ َِيبَ ْ ب
ِْ ََّ تا و ۖ ا ً ف ور ع م
ُْ َ ا ي
َ ْ
ن ُّ د ال ى ف
ِ ا م
َ ُ اح ْب
ه ِ ص َ ۖ َو
ُ ُ
﴾٣١:ى َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأنَبِِّئ ُ ُكم بِ َما ُكنت ُ ْم تَ ْع َملونَ ﴿لقمان َّ َإِل
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik…”(QS. Luqman: 15).
6. Menegakkan Sholat
َعلَ ٰى
ص ِب ْر ِ ص َل ٰوة َ َوأْ ُم ْر ِب ْال َم ْع ُر
ْ وف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُمنك َِر َوا َّ ى أَقِ ِم الَّ َٰيبُن
﴾٣٧:ور ﴿لقمان ُ ْ ْ ٰ
ِ صابَكَ ۖ إِ َّن ذلِكَ ِم ْن َعز ِم اْل ُم َ
َ َما ٰٓ أ
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat …” (Surah Luqman: 17)
Kesimpulan
Luqman adalah seorang manusia biasa. Ia bukanlah seorang Nabi,
bukan pula seorang Rasul. Namun namanya diabadikan dengan tinta
emas dalam lembaran-lembaran.
Daftar Pustaka
Al Qur’an dan Terjemahnya. 2001. Asy-Syarif Medinah Munawwaroh
PO.BOX 6262. Saudi Arabia
http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html
Siti Zulaicha
Instansi
Abstract
This study aims to find the values of moral education (ahklaq) and
describe the characteristics of the characters who appear in the Hafalan
Shalat Delisa novel and its relevance in the current era of globalization.
It is a library research, whereas the data collection uses documentary
method, data analysis uses content analysis. The results obtained from
this study are: (1) moral values education contained in the novel include
the educational value towards: a) God (prayer, dhikr, and pray to Allah,
upright accept acts of God, fear of God’s torture, and fear of losing the
God’s grace), b) family (mutual respect, devotion, love and care for his
family), c) self or ahklaq Mahmudah namely: (impatient, upright,
gratitude, optimism, mutual help, hard work, and discipline) and ahklaq
madzmumah (ignorant, stubborn, lying and jealousy) d) family (conjugal
affection rights, the rights of the husband and wife together, birul
walidain) e) environment (nurture and care all created by Allah SWT
well). (2) Characteristics of the existing characters in the novel such as
Delisa, the errant six years old girl who has different characteristics with
children in her age in the case of curiosity, the character Ummi Salamah
is a wife as well as good mother (shalihah) who possess high discipline
in educating her children. (3) The relevance of educational values in
globalization era is the importance of moral education. Through the
character education curriculum as well as moral education as early as
possible either at home, school, environment, and society to overcome
moral decadence.
Pendahuluan
Pada dasarnya pendidikan akhlak menempati posisi sangat
penting dalam Islam, karena kesempurnaan seseorang tergantung kepada
kebaikan dan kemuliaan akhlaknya. Manusia yang dikehendaki Islam
adalah manusia yang memiliki akhlak yang mulia, manusia yang seperti
inilah yang akan mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat (Azmi,
2006:54 ). Akhlak yang baik tidak akan terwujud pada seseorang tanpa
adanya pembinaan yang dilakukan. Oleh karena itu perlu
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari ( Azmi, 2006:54 ).
Dalam konsep pendidikan akhlak segala sesuatu itu dinilai baik dan
buruk, terpuji atau tercela, semata-mata berdasarkan Al-Qur‟an dan
Hadits. Ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Allah SWT
yang termaktub dalam Al-Qur‟an dan Hadits (Azmi, 2006: 75 ).
Imam al-Ghazali:
Artinya:
"Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan." (Al-Ghazali, 1989:58).
budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau
budi pekerti bangsa.
Wynne (1991) mengemukakan bahwa karakter berasal dari
bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan
pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata
atau perilaku sehari-hari. Oleh sebab itu,seseorang yang berperilaku suka
menolong dikatakan, baik, jujur dan suka menolong dikatakan sebagai
orang yang memiliki karakter baik/mulia begitu juga sebaliknya.
Adanya krisis etika dan moral dewasa ini seperti meningkatnya
kekerasan pada remaja, penggunaan kata-kata yang memburuk,
meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, kaburnya
batasan moral baik-buruk, rendahnya rasa tanggung jawab dan rendahnya
rasa hormat kepada orang tua dan guru. Dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, bahkan juga krisis etika dan moral dalam
beragama lantas memunculkan pertanyaan tentang peranan dan
sumbangan Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membentuk etika dan
moral.
Walaupun variabel perkembangan permasalahan tersebut
sesungguhnya sangat kompleks, namun seringkali secara langsung
maupun tidak langsung dihubungkan dengan permasalahan pendidikan
agama di sekolah. Pertanyaan seperti ini dianggap sah-sah saja karena
sumber dari berbagai permasalahan tersebut adalah akibat adanya krisis
etika dan moral, sedangkan tugas pokok pendidikan agama adalah
membentuk anak didik memiliki moralitas dan akhlak budi pekerti yang
mulia.
Pendidikan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia karena pendidikan merupakan kebutuhan penting
Permasalahan
1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan ahklak yang dapat dipetik
dalam novel HSD karya Tere Liye ?
2. Bagaimana karakteristik tokoh yang ditampilkan dalam novel
HSD karya Tere Liye ?
3. Adakah relevansi antara nilai-nilai pendidikan ahklaq dalam
novel HSD di era globalisasi saat ini ?
Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam
menafsirkan maksud yang terkandung dalam judul penelitian
kependidikan ini, maka penulis menegaskan istilah sebagai berikut:
Metode Penelitian
Penelitian ini digolongkan dalam penelitian kepustakaan (library
research) karena data yang diteliti berupa naskah-naskah, atau majalah-
majalah yang bersumber dari khasanah kepustakaan (Arikunto, 2002 :
54)
Pembahasan
A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlaq dalam Novel HSD
1. Ahklaq Terhadap Allah SWT
a. Taqwa
Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Lebih lanjut, Thabbarah
mengatakan bahwa makna asal dari taqwa adalah pemeliharaan diri. Diri
tidak perlu pemeliharaan kecuali terhadap apa yang dia takuti. Yang
paling ditakuti adalah Allah SWT. Taqwa didefinisikan yakni
memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Rasa takut itu memerlukan ilmu
terhadap yang ditakuti. Oleh sebab itu yang berilmu akan takut
kepadaNya.
Pada hakikatnya taqwa adalah seseorang memelihara dirinya dari
segala sesuatu yang mengundang kemarahan Tuhannya dan dari segala
sesuatu yang mendatangkan mudharat, baik bagi dirinya sendiri maupun
bagi orang lain. Sementara dalam Surat Ali Imran ayat 134-135
disebutkan ciri-ciri orang yang bertaqwa, yaitu: (1) Dermawan (
menafkahkan hartanya baik waktu lapang maupun sempit ), (2) mampu
menahan hawa nafsu.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari
pada Allah dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui. Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah
dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri
tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah
melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri
baik yang besar atau kecil.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
hakekat taqwa adalah memadukan secara integral aspek iman, islam, dan
ihsan dari diri seorang manusia. Dengan demikian orang yang bertaqwa
adalah orang yang dalam waktu bersamaan menjadi mukmin, mukmin
dan muhsin.
Salah satu tanda orang yang bertaqwa adalah melaksanakan shalat
tepat pada waktunya dan pada novel HSD dapat kita lihat seperti kutipan
berita berikut:
Adzan shubuh dari meunasah terdengar syahdu. Bersahut-sahutan
satu sama lain. Menggetarkan langit-langit Lhok Nga yang masih gelap.
Tapi jangan salah, gelap-gelap begini kehidupan sudah dimulai. Remaja
tanggung sambil menguap menahan kantuk mengambil wudhu. Anak
laki-laki bergegas berjamaah memakai sarung kopiah. Anak gadis
menjumput lipatan mukena putih dari atas meja. Bapak-bapak membuka
pintu rumah menuju meunasah.
Ibu-ibu membimbing anak kecilnya bangun shalat berjamaah.
“Ashsholaatu khoirum minan naum!” (Liye, 2011:1)
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat
siksaan-Nya.
Konsekuensi cinta kepada Allah SWT adalah mengikuti semua
yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Cinta kepada Allah SWT itu
bersumber dari iman. Semakin tebal iman seseorang semakin tinggi
cintanya kepada Allah. Bahkan bila disebut nama Allah, hatinya akan
bergetar.
“U-m-mi…”
“Ya,ada apa,Sayang ?”
“Delisa…D-e-l-i-s-a cinta Ummi …Delisa c-i-n-t-a Ummi karena
Allah!” Ia pelan sekali mengatakan itu. Kalah oleh desau angin
pagi Lhok Nga yang menyelisik kisi-kisi kamat tengah. Tetapi
suara itu bertenaga tapi menggetarkan hati, terdengar jelas di
telinga kanan Ummi. Kalimat yang bisa meruntuhkan tembok
hati.
Pada bait diatas dijelaskan bahwa Aisyah yang takut kalau kalung
Delisa lebih baik dibandingkan kalung miliknya. Selain itu ia juga
memiliki kegaulauan hati jika tidak dipinjami sepeda adiknya Delisa
seperti berikut:
Aisyah mengangkat hidung dan bibirnya. Berpikir. Me-nyeringai.
Tetapi bagaimana kalau Delisa tidak mau meminjami
sepedanya?.”Kak aisyah, tenang saja. Nanti Delisa kasih kasih
pinjam,deh!”Delisa sudah berseru duluan. Seperti sudah besar
gayanya (Liye, 2011:34).
kehilangan apa yang telah ia miliki. Dan tidak seharusnya Aisyah sebagai
kakak Delisa bersikap demikian. Karena dia mengenal Allah SWT
(ma‟rifatullah). Takut seperti ini dinamai khauf al‟ Arifin. Semakin
sempurna pengenalannya terhadap Allah semakin bertambah takutnya.
Rasullullah saw adalah hamba Allah yang paling mengenal-Nya, oleh
sebab itu beliaulah orang yang paling takut terhadap Allah dibandingkan
siapapun. Beliau besabda:
“Sesungguhnya aku orang yang paling mengenal Allah di antara
kalian, diantara kalian dan aku pulalah yang paling takut di antara
kaliankepada-Nya”(HR.Tirmidzi).
e. Tawakal
Tawakkal merupakan kesungguhan hati dalam bersandar kepada
Allah Ta‟ala untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah bahaya,
baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat. Tawakkal juga bearti
membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan
menyerahkan keputusan segala sesuatu kepada-Nya. Allah Ta‟ala
berfirman yang artinya, “Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah,
niscaya Dia akan jadikan baginya jalan keluar dan memberi rizqi dari
arah yang tiada ia sangka-sangka, dan barangsiapa bertawakkal kepada
Allah, maka Dia itu cukup baginya.” (At-Tholaq :2-3).
f. Syukur
Suatu sikap atau perilaku memuji, berterima kasih dan merasa
berhutang budi kepada Allah atas karunia-Nya, bahagia atas karunia
tersebut dan mencintai-Nya dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya.
Syukur adalah salah satu sifat yang merupakan hasil refleksi dari sikap
tawakal.
”Abi jatuh terduduk. memujiMu. Sujud syukur. Matanya basah.
Abi tadi takut sekali. Semua kenangan itu kembali saat dia duduk
berdiam dilorong sepi ini. Abi gentar sekali . Sedikitpun tidak
bisa membayangkan apa yang akan ia lakukan jika delisa pergi
setelah semua sudah amat menyakitkan. Sungguh akan semakin
menyakitkan jika bungsunya juga ikut pergi. Abi lirih mengucap
syukur. Ubai tersenyum tipis meraih bahu abi. Membantu berdiri
(Liye, 2011:230).
g. Taubat
Taubat berakar dari kata tâba yang berarti kembali. Orang yang
bertaubat kepada Allah SWT adalah orang yang kembali dari sesuatu
menuju sesuatu; kembali dari sifat-sifat yang tercela menuju sifat-sifat
b. Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya, seakar dengan kata iman.
Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah
pada dirinya. Antara keduanya terdapat kaitan yang sangat erat sekali.
Rasullulah bersabda:
c. Istiqomah
Secara etimologis, istiqomah berasal dari kata istaqama-
yastaqimu ,yang bearti tegak lurus (al- Munjid,1986:663). Dalam kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 34:1990) diartikan sebagai sikap teguh
pendirian. Dalam termilogi akhlaq, istiqamah dapat dikatakan sebagai
sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun
menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Seperti ayat
dibawah ini:
Artinya: ”katakanlah: Saya beriman kepada Allah, kemudian
istiqamahlah!”(HR. Muslim).
g. Malu
Malu (al-haya‟) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan
keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik. Orang yang
memiliki rasa malu,apabila melakukan hal yang tidak patut rendah atau
tidak baik dia akan terlihat gugup atau mukanya merah. Sebaliknya orang
yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan tenang tanpa
ada rasa gugup sedikitpun.
h. Sabar
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) bearti menahan dan
mengekang. Sabar juga wujud dari akhlak mulia terhadap diri sendiri.
Sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena
mengharap ridho dari Allah Swt (al-Qardlawi, 1989: 8). Sabar adalah
suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas
dorongan ajaran agama. Dengan kata lain, sabar ialah tetap tegaknya
dorongan agama berhadapan dengan dorongan hawa nafsu.
“Sabar...anakku! Allah akan membalas semua kesabaran dengan
pahala yang besar!”(Liye, 2011:156).
i. Pemaaf
Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan
orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk
membalas. Alam bahasa Arab sifat pemarah tersebut disebut dengan al-
afwu yang secara etimologis bearti kelebihan atau yang berlebih. Yang
berlebih seharusnya diberikan agar keluar. Dari pengertian mengeluarkan
yang berlebih itu , kata al-af”wu kemudian berkembang maknanya
menjadi dihapus. Dalam konteks bahasa ini memaafkan bearti
menghapus luka atau bekas-bekas luka yang ada di dalam hati.
Mengaku ke kakak-kakaknya soal kenakalan Umam selama itu,
yang membuat mereka berenam akhirnya dimarahi semalama.
Mengaku ke kakak-kakaknya soal kenakalan Umam selama ini.
Dia merobek buku Kak Tiro. Sengaja memecahkan tugas keramik
Kak Umar. Mengembosi ban motor Kak Pasat. Ya, dia bisa
mengaku banyak hal disini. Dan kakak-kakaknya pasti akan
mendengar. Memaafkannya (Liye, 2011:218).
Dalam bahasa Indonesia padanan kedua kata itu adalah kasih factor
sebagaimana terlihat dalam terjemahan ayat di atas. Tapi kalau ada yang
bertanya apa beda antara kasih mungkin tidak semua kita bisa dengan
tepat dan cepat bisa menjelaskannya. Menurut hemat penulis-merujuk
beberapa sumber-mawaddah, lahir dari sesuatu yang bersifat jasmani
(kecantikan, kegagahan), sedangkan rahmah lahir dari sesuatu yang
bersifat rohani (berhubungan batin).
b. Hak-hak Bersama Suami Isteri
Dalam hubungan suami isteri di samping hak masing-masing ada
juga hak bersama yaitu (1) hak tamattu‟ badani (menikmati hubungan
sebadan dan segala kesenangan badani lainnya), (2) hak saling mewarisi
(3) hak nasab anak dan (4) hak muasyarah bi al ma‟ruf (saling
menyenang dan membahagiakan). Seperti contoh kutipan dibawah ini:
“Assalammu‟alaikum...”
Meski barusan habis menatap tajam Aisyah, suara Ummi
terdengar sumringah sekali ketika mengangkat telepon itu. Seperti
biasa kalau berbicara lewat telepon dengan Abi, Ummi hanya
tersipu, lantas menjawab lembut”tapi Abikan di sana bisa
merasakan kalau Ummi sedang tersenyum, sayang...Ah Delisa
nanti kalau kamu sudah besar kamu bakal tahu. Istri yang baik
selalu bersikap sungguh-sungguh melayani suaminya...
Liye,2011:29).
4. Birul Walidain
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa Allah SWT
menempatkan perintah untuk birrul walidain langsung sesudah perintah
untuk beribadah kepada-nya, maka sebaliknya Allah SWT pun
menempatkan uququl walidain sebagai dosa besar yang menempati
ranking mendurhakai kedua orang tua. Istilah inipun berasal langsung
dari Rasulullah saw sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits.
sepi, para kaula muda mengumbar aurat serta orang tua tidak
memperhatikan perilaku mereka dilingkungan luar.
Nilai pendidikan ahklaq kepada Allah merupakan hal pertama
yang perlu ditanamkan seperti shalat dan mengaji. Dalam novel HSD
dijelaskan betapa Delisa sangat susah dalam menghapal bacaan
shalatnya. Padahal usia anak-anak adalah usia yang tepat dalam
mengasah otak serta mudahnya ilmu masuk. Akan tetapi justru saat ini
anak-anak dicekoki oleh lagu-lagu dewasa dan bukan mengaji tetapi
mengutamakan les musik, drum band dan lainnya.
Selain hal diatas ahklaq pada diri sendiri seperti kejujuran.
Tawakkal, amanah dan iffah saat ini sudah mulai pudar. Hal ini sangat
terlihat dengan banyaknya pemimpin bangsa yang tidak jujur dan tidak
amanah. Padahal kepercayaan sudah diberikan rakyat pada mereka.
Ahklaq pada lingkungan yakni kita sebagai manusia haruslah menjaga
dan merawat alam justru malah membuat alam rusak. Serta ahklaq pada
keluarga yakni menghargai hak dan kewajiban suami isti, menghormati
orang tua jurtru saat ini banyak pasangan yang merusak mahligai
perkawinan dengan perselingkuhan dan banyak anak yang tidak
menghormati orang tua justru tega membunuhnya.
Disinilah pendidikan ahklaq penting bagi kehidupan manusia.
Selain sebagai perisai tentu semakin meningkatnya baik ahklaq dalam
berbagai aspek tetunya hal ini dapat meningkatkan moral bangsa yang
berbudi luhur. Dan yakinlah Allah tidak akan memberi azab misalnya
bencana, sakit serta musibah asal kita mampu menjadi orang yang
bersyukur atas nikmatNya.
novel HSD. Dengan era globalisasi yang semakin maju hendaknya pesan
moral yang disampaikan baik melalui media cetak maupun elektronik
diharapkan mampu menjadi tauladan yang dapat mengatasi masalah
dekadesi moral yang semakin berkembang.
Kesimpulan
Nilai-nilai Pendidikan ahklak yang dapat dipetik dari novel
Hapalan Shalat Delisa Karya Tere Liye di antaranya adalah: nilai
pendidikan ahklak tehadap Allah ( shalat,dzikir, dan berdoa, kepada
Allah, ihklas menerima takdir Allah, takut akan siksaan Allah, dan takut
akan kehilangan rahmat Allah), nilai pendidikan ahklak pada diri sendiri
atau ahklak mahmudah yaitu: (sabar, ihklas, syukur, optimis, tolong
menolong, kerja keras, dan disiplin) serta ahklak madzmumah (jahil,
bandel, berdusta dan pencemburu) ahklak terhadap keluarga ( hak kasih
sayang suami istri, hak-hak bersama suami istri, birul walidain) serta
nilai pendidikan ahklak pada lingkungan (memelihara serta merawat
semua ciptaan Allah SWT dengan baik dan bencana alam yang sering
terjadi sebenarnya adalah disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri).
Daftar Pustaka
Al-Ghazali & Muhammad, Abi Hamid. 1989. Ihya „Ulum Addin. Beirut:
Dar al Fikr
Qumi Laila
Instansi
Abstract
People in the world are provided with intelligence by the Lord, the
intelligence is exactly what can make the difference between humans and
other creatures. There are many kinds of intelligence that was found by
experts, including three intelligence (Q), namely IQ, EQ, SQ. In general,
people are more likely to pay attention to intelligence (IQ), when there is
more intelligence main EQ. Along with developmental era, EQ also felt
less able to provide meaning in human life, and finally found the type of
supreme intelligence that is SQ or Spiritual Intelligence. Spiritual
Intelligence spiritual been bestowed by God when humans are not born,
but the need for stimuli that serves to maintain and develop that
intelligence. The stimulation done by parents, especially the mother as
the person most close and interact most with the fetus. This research
discussed spiritual intelligence in Islam and how to stimulate spiritual
intelligence in the perspective of Islam. It is a library research; the
authors use content analysis to analyze the content of the various
literature which may include books, journals, articles from the internet,
and thesis. And finally this research lead to the conclusion that parents
can stimulate spiritual intelligence in children who are still in the prenatal
period, to perform or to practice diligently, diligently worship, reading
the Qur'an, dhikr, play religious songs or sholawat to the child in the
womb, noble, telling tales of the Prophet to the child in the womb.
Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sempurna yang dikaruniai oleh Allah
seuatu kecerdasan.Dengan kecerdasan yang dimiliki, manusia dapat
berfikir dan memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam dunia sains
adanya nilai spiritual yang tertanam dalam diri manusia, bukan hanya
terbatas bahwa nilai spiritual itu berkaitan dengan pengetahuan seseorang
terhadap suatu permasalahan agama akan tetapi jauh lebih penting nilai
spiritual itu adalah tentang bagaimana seseorang memahami dan
melaksanakan agama. SQ tidak dapat datang dengan begitu saja pada diri
manusia akan tetapi perlu suatu proses untuk bisa cerdas secara spiritual
yakni dengan pendidikan.xxxi
Pendidikan sangat diperlukan untuk mengurangi dan mencegah
dekadensi moral pada diri manusia. Pendidikan dapat dilakukan dimana
saja dan kapan saja, tidak terbatas pada suatu instansi kelembagaan saja
akan tetapi pendidikan juga dapat diperoleh dari lingkungan. Lingkungan
pendidikan yang paling utama adalah lingkungan keluarga terutama
orang tua karena orang tua mempunyai intensitas komunikasi dan
interaksi yang paling banyak dengan anak atau seseorang sejak kecil
sebelum mereka mengenal pendidikan dari lingkungan luar (masyarakat
dan sekolah). Pendidikan dalam keluarga tidak terbatas ketika anak sudah
dilahirkan ke dunia maupun setelah dia dewasa akan tetapi pendidikan
sudah dapat diberikan sejak masa pranatal atau masa sebelum kelahiran
anak. Penelitianpenelitian yang dilakukan oleh para ilmuan dari luar
negeri menumbangkan asumsi masyarakat bahwa pendidikan hanya
dapat diberikan setelah anak sudah dilahirkan.
Dua orang pakar yang pertama kali mendirikan pelatihan pranatal
adalah F. Rene Van De Carr dan Marc Lehrer (1999:39), melalui
penelitian mereka diketahui bahwa pada periode pranatal pendidikan
sudah dapat diberikan, janin yang ada dalam kandungan dapat merespon
apa yang diberikan kepadanya. Dari hasil penelitian mereka diketahui
bahwa anak yang pada saat dalam kandungan mendapatkan stimulasi
pranatal maka setelah dia dilahirkan anak tersebut menjadi pribadi yang
lebih perhatian dan memperhartikan apa yang disampaikan orang tuanya.
Stimulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang
kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal (yundahamasah.blogspot.com).Dalam periode pranatal sangat
penting memberikan stimulasi – stimulasi kepada janin, stimulasi
tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, stimulasi
langsung adalah stimulasi yang dilakukan secara langsung kepada sang
janin, sedangkan stimulasi tidak langsung dapat berupa berjalannya
aktifitas otak yakni dengan belajar atau berfikir yang dilakukan oleh
seorang ibu (Suherman & Rizki, 2010:63).
Seperti apa yang disampaikan F. Rene Van De carr dan Marc
Lehrer (1999:40), dalam bukunya yang telah diterjemahkan yakni Cara
Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan yakni sebagai berikut
Banyak orang tua yang mengikuti Pendidikan Pralahir memberitahukan
kepada kami bahwa dengan memberikan perhatian penuh selama
dilakukannya stimulasi, sekalipun hanya dua menit atau kurang,
mengajarkan pelajaran penting bagi mereka, yaitu bahwa stimulasi
membuat mereka siap dan merasa senang memenuhi kebutuhan bayi
mereka setelah dilahirkan. Dalam Islam, pendidikan pranatal bahkan
dimulai sebelum masa kehamilan. Pendidikan pranatal sudah dapat
dilakukan sejak masa prakonsepsi yaitu dalam masa dalam memilih
jodoh. Seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:xxxiii
Artinya: Dari Abi Hurairoh, dari Nabi Muhammad SAW
bersabda: Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya,
karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya,
maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung (HR.
Ibnu Majjah)
Permasalahan
Berangkat dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan
beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana konsep kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam?
2. Bagaimana metode stimulasi kecerdasan spiritual anak pada
periode pendidikan pranatal dalam perspektif Islam?
Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari kemungkinan terjadi kesalahan pemahaman
atau pemahaman yang berbeda dengan maksud penulis mengenai judul
dari penelitian ini perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah dari judul
penelitian ini Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
A. Metode
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki (Depdiknas,
tt:740)
memilih pasangan hidup agar lahir anak sehat jasmani dan rohani
(Mansur, 2004:17).
G. Perspektif Islam
Perspektif adalah pandangan atau sudut pandang ( Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia: 647). Islam adalah agama yang diturunkan
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatur
hubungan manusia dengan Allah, dan hubungan dengan sesama manusia
(Peperonity.com). Jadi yang dimaksud Perspektif Islam di sini adalah
suatu masalah atau persoalan yang ditinjau dari sudut pandang Islam.
Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode library
research yaitu suatu research kepustakaan (Hadi, 1981:9) atau penelitian
yang dilakukan dengan cara menggali informasi dari literature-literatur
yang dapat berupa buku, majalah, jurnal, internet dan sebagainya.
Pembahasan
A. Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam
Manusia dipandang sebagai makhluk yang harus dididik yang
disebut homo educandum, yang membedakan manusia dengan
binatang adalah manusia tergolong sebagai animal educabic yaitu
sebangsa binatang yang dapat dididik sedangkan binatang adalah
makhluk yang hanya dapat dilakukan dressure yaitu dilatih untuk
dapat melakukan sesuatu yang bersifat statis, sehingga fungsi dari
pendidikan adalah memanusiakan manusia karena manusia tanpa
pendidikan tidak dapat menjadi manusia sebenarnya (M. Arifin 1997:21-
22).
ayah dan ibu, selain itu peran keluarga sangat penting pula seperti yang
disampaikan oleh F.Rene dan Mar Lehrer yaitu:
Melibatkan seluruh kelurga dalam stimulasi membuahkan hasil
positif. Pertama terciptanya kebersamaan dan kesan bahwa semua
anggota yang terkecil sekalipun dari keluarga dapat membantu
pendidikan sang bayi. Kedua, melaksanakan latihan-latihan ini degan
membuat anggota keluarga menjadi guru yang lebih baik lebih pentingl
bagi latihan - Latihan ini membuat setiap naggta keluarga mempunyai
ikatan dengan sang bayi. Jadi tentu saja bukan ayah dan ibu yang harus
ambil bagian dalam pendidikan pranatal. Baik kakek, nenek, kakak atau
anggota keluarga yang lain harus selalu secara intens
memberikanperhatian kepada sang janin. Dan hendaknya selama
kehamilan tidak ada pertengkaran yang akan mengganggu ketenangan
sang janin.
bahwa ikatan cinta antara orang tua dan anak belum terjalin sampai anak
lahir.
3. Prinsip stimulasi pranatal
Seorang bayi belajar dari stimulus yang diberikan sejak saat di
dalam kandungan, stimulus tersebut dapat berupa sentuhan dan suara,
bayi yang ada dalam kandungan akan merespon apa yang distimulasikan
kepadanya dengan tendangan-tendangan kecil. Latihan pranatal
memberikan stimulasi bagi otak dan perkembangan saraf bayi sebelum
dilahirkan.
4. Prinsip kecerdasan pranatal
Latihan yang dilakukan pada masa ini memiliki potensi
mengajarkan bayi untuk menyadari bahwa tindakannya mempunyai
efek,ketika bayi menendang kemudian dibalas ibu dengan sedikit tekanan
di tempat yang sama dapat mempercepat bayi dalam belajar tentang
sebab akibat setelah dilahirkan.
5. Prinsip kecerdasan
Program latihan pranatal mencakup latihan – latihan untuk
menarik minat bayi yang sedang berkembang, kecerdasan berkembang
dari rasa tertarik pada hal yang terjadi dan mengapa terjadi.
6. Prinsip mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik
Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang diajarkan orang tua terhadap
sang bayi seperti berbicara dengan baik akan dapat diterusakan sang bayi
setelah lahir.
7. Prinsip melibatkan kakak sang bayi
Melibatkan kakak sang bayi sangat penting, karena anak-anak
tersebut akanyakin bahwa posisi mereka dalam keluarga aman walaupun
waktu sang ayah dan ibu mereka terbagi dengan sang calon adik.xxxvii
Allah yang sangat dekat, saat berzikir, berdoa, dan aktivitas yang lain
merupaakan alah satu langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual (sambasalim.com). oleh sebab itu maka orang tua
(ayah dan ibu) harus selalu menjaga zikir untuk merangsang anak supaya
terbiasa dengan zikir atau mengingat Allah.
4. Berakhlak mulia
Ibu yang tengah hamil harus menjaga akhlaknya dengan baik dan
berbudi luhur dimana hal itu akan memberikan pengaruh yang besar pada
sisi mental dan kepribadian sang bayi dalam kandungan. Pendidikan
akhlak mulia yang diberikan oleh orang tua kepada anak, dengan cara
orang tua harus berprilaku yang mulia atau memiliki akhlak yang mulia
sangat penting, hal ini berhubungan dengan kecerdasan spiritual,
kecerdasan spiritual merupakan dasar pembentukan akhlak anak. Oleh
sebab itu pendidikan ini sangat penting karena jika kita mengajarkan
akhlak mulia pada sang janin itu berarti kita telah merangsang
kecerdasan spiritual yang tertanam dalam diri anak.
5. Memperdengarkan lagu-lagu rohani atau sholawat kepada anak
dalam kandungan Memperdengarkan lagu-lagu menjadikan janin
dalam kandungan merasa nyaman, membiasakan janin untuk
mendengarkan musik juga dapat melatih ketrampilan kognitif dan
motorik janin (Suherman, 2010:70). Selain itu janin dalam
kandungan juga sudah dibiasakan menumbuhkan dimensi spiritual
dalam jiwanya.xcv
6. Menceritakan kisah-kisah teladan dari para Rasull kepada anak
dalam Kandungan Menurut Nanang (2010), upaya menstimulasi
kecerdasan spiritual dapat dilakukan dengan cara menceritakan
kisah-kisah teladan supaya janin dalam kandungan sudah terbiasa
Kesimpulan
Setelah melakukan kajian terhadap literatrur-literatur baik berupa
buku, jurnal, skripsi-skripsi, pembahasan yang dilakukan penulis pada
bab depan maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan tentang
hasil penelitian ini, yaitu:
1. Kecerdasan Spiritual (SQ) merupakan kecerdasan tertinggi dari dua
kecerdaan lain yang ada pada diri manusia. Kecerdasan ini
merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan value atau nilai-nilai
dalam kehidupan manusia. Kecerdasan spiritual dalam perspektif
Islam merupakan kecerdasan yang menghubungkan manusia dengan
Daftar Pustaka
Az-Zumaro, Lutfil Kirom. 2011. Aktifitas Energi Doa & Dzikir Khusus
Untuk Kecerdasan Super (Otak + Hati). Jogjakarta: Diva Press.
Fajri, Em Zul dan Senja, Ratu Aprilia. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
Jakarta: Difa Publisher
Lukluil Makenun
Instansi
Abstract
This research is to know (1) How is the systematic writing the book Al-
Barzanji? (2) What educational value personality in the book Al-
Barzanji, and (3) how the relevance of educational values of personality
in the book Al-Barzanji with modern life today? It is a kind of library
research. The results showed that the book Al-Barzanji contains prayers
of adoration and the telling of the history of the Prophet Muhammad
commonly sung to the rhythm or tone. Al-Barzanji book tells about the
life of Prophet Muhammad SAW i.e. genealogy, childhood, adolescence,
adulthood, until he was appointed to be an apostle. It also tells of the
properties owned by the noble Prophet Muhammad as well as various
events to be used as an example of humanity. While the educational
values of personality contained in the book is the patience to face trials,
trust, tawadhu, simplicity, forgiveness, deliberation, cherish and love the
weak. Education Relevance personality in the book Al-Barzanji have the
appropriate suitability with personality education required by today's
youth, both in educational value and educational purposes personality. If
the educational value of personality in the book Al-Barzanji exemplified
or taught to students, it will produce the young generation that is virtuous
and lift this nation as a nation which Berzanjen reading of the al-Barzanji
together constitute a very popular tradition. The activity is part of the
repertoire of the typical boarding vibrant literary sustainable long ago
and persisted until today.
Pendahuluan
Kitab Al-Barzanji yang dikarang oleh Ja‟far al-Barzanji yang
terlahir di daerah Barzinj (Kurdistan) merupakan salah satu karya sastra
yang sudah ratusan tahun dipakai namun belum ada yang menggeser
Permasalahan
Sebagai basic question atau pokok masalah pada permasalahan
yang penulis angkat ini adalah:
1. Bagaimana sistematika penulisan kitab Al-Barzanji?
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan kepribadian generasi muda
dalam kitab Al-Barzanji?
Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari terjadinya telaah pustaka pengulangan hasil
temuan yang membahas permasalahan yang sama dari seseorang baik
dalam bentuk buku, kitab, dan dalam bentuk tulisan yang lainnya, maka
penulis akan memaparkan beberapa buku yang sudah ada sebagai
bandingan dalam mengupas permasalahan tersebut sehingga diharapkan
akan muncul penemuan baru. Beberapa buku diantaranya: Pertama yaitu
Abu Ahmad Abdul Hamid dalam karyanya Sabil al- Munji, berisi tentang
komentar riwayat hidup Nabi Muhammad SAW dalam kitab Al-Barzanji.
Kedua adalah Spiritualitas Salawat kajian Sosio-Sastra Nabi Muhammad
SAW karya DR. H. Wildana Wargadinata, LC., M. AG. Buku ini adalah
hasil penelitian tentang tradisi pembacaan al-Madaih al-Nabawiyah
(Barzanji, Diba‟, Manaqib, Burdah). Ketiga Munyat al-Martaji fi
tarjamah Maulid al-Barzanji (Harapan Bagi Pengharap dalam Riwayat
Hidup Nabi Tulisan al-Barzanji) karya Asrari Ahmad. Berisi komentar
dalam bahasa jawa tentang kehidupan Rasulullah SAW dalam kitab Al-
Barzanji. Keempat Tradisi Orang-Orang NU karya Munawir Abdul
Fattah. Berisi tentang tradisi orang-orang NU salah satunya adalah
barzanjen, hukum berzanjen dan tradisi barzanjen dalam ritual-ritual
tertentu. Kelima ialah Maulid Nabi Menggapai Keteladanan Rasulullah
SAW karya Ahmad Muthohar. Buku ini merupakan hasil penelitian yang
mengupas tentang tradisi perayaan maulid Nabi di dunia Islam umumnya
dan di Indonesia khususnya (termasuk di dalamnya Al-Barzanji dan
Diba‟).
A. Riwayat Hidup
Kitab maulid Al-barzanji (dimana masyarakat menggunakan
sebutan ini untuk menyebut secara umum kita-kitab maulud dan acara
mauludan yang membaca kitab al-Maulud) disusun oleh Ja‟far bin Hasan
bin „Abd al-Karim bin Muhammad al-Barzanji al-Kurdi (Sholikin, 2009:
59). Beliau dilahirkan pada hari Kamis awal bulan Dzulhijah tahun 1126
H (1711 M) di Madinah Al-Munawwaroh dan wafat pada hari Selasa,
selepas Asar, 4 Sya‟ban tahun 1177 H (1766 M) di Kota Madinah dan di
makamkan di Jannatul Baqi‟. Syaikh Ja‟far al-Barzanji adalah Mufti
Syafi‟i Madinah, dan khatib masjid Nabawi Madinah, di mana seluruh
hidupnya dipersembahkan untuk kota suci Nabi ini (Sholikhin, 2010:
472). Sayyid Ja‟far Al-Barzanji adalah seorang ulama besar keturunan
Nabi Muhammad SAW dari keluarga Sa‟adah Al-Barzanji. Keluarga
Barzanji merupakan salah satu dari keluarga yang sangat termuka di
Kurdistan bagian selatan, sebuah keluarga ulama dan syaikh tarekat
Qadiriyah (didirikan oleh Syeikh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166
H)) yang mempunyai pengaruh politik yang besar (Bruinessen, 1995:
95).
Selain itu keluarga Al-Barzanji juga terkenal kemasyhurannya
karena datuk-datuk Sayyid Ja‟far semuanya ulama termuka yang terkenal
dengan ilmu dan amalnya, keutamaan dan keshalihannya. Beliau sendiri
mempunyai sifat dan akhlak terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan
pengampun, zuhud (menghindari sesuatu yang tidak bermanfaat), amat
berpegang teguh pada Al-Quran dan sunnah, wara‟ (menjaga dan
menghindari hal-hal yang subhat), banyak berzikir, senantiasa
bertafakkur, mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah, dan
pemurah. Nama nasabnya adalah Sayid Ja‟far ibn Hasan ibn Abdul
Karim ibn Muhammad ibn Sayid Rasul ibn Abdul Sayid ibn Abdul Rasul
ibn Qalandar ibn Abdul Sayid ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul
Karim ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn Abdullah
ibn Ismail ibn Al-Imam Musa Al-Kazim ibn Al-Imam Ja‟far As-Sodiq
ibn al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Zainal Abidin ibn Al-
Imam Husain ibn Sayidina Ali r.a. Semasa kecilnya beliau telah belajar
Al-Quran dari Syaikh Ismail Al-Yamani, dan belajar ilmu tajwid serta
memperbaiki bacaan dengan Syaikh Yusuf As-So‟idi dan Syaikh
Syamsuddin Al-Misri. Antara guruguru beliau dalam ilmu agama dan
syariat adalah Sayid Abdul Karim Haidar Al-Barzanji, Syaikh Yusuf Al-
Kurdi, Sayid Athiyatullah Al-Hindi. Selain itu, beliau juga belajar
dengan Ulama-ulama terkenal, diantaranya adalah:
1. Syaikh Athaallah ibn Ahmad Al-Azhari,
2. Syaikh Abdul Wahab At-Thanthowi Al-Ahmadi,
3. Syaikh Ahmad Al-Asybuli (Firmansyah, 2010: 1-2).
Sayid Ja‟far Al-Barzanji juga telah menguasai banyak cabang
ilmu, antara lain: Shorof, Nahwu, Manthiq, Ma‟ani, Bayan, Adab, Fiqh,
Usul Fiqh, Faraidh, Hisab, Usuluddin, Hadis, Usul Hadis, Tafsir,
Handasah, A‟rudh, Kalam, Lughah, Sirah, Qiraat, Suluk, Tasawuf,
Kutub Ahkam, Rijal, Mustholah. Beliau terkenal bukan saja karena ilmu,
akhlak dan taqwanya, tapi juga dengan kemakbulan doanya. Penduduk
Madinah sering meminta beliau berdoa untuk turun hujan pada musim-
musim kemarau. Diceritakan bahwa suatu ketika di musim kemarau,
beliau sedang menyampaikan khutbah jumatnya, seseorang telah
meminta beliau beristisqa‟ memohon hujan. Maka dalam khutbahnya itu,
beliau pun berdoa memohon hujan. Doanya terkabul dan hujan terus
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan atau library
research. Tatang M. Arifin menyebutkan bahwa penelitian literer lebih
dimaksudkan studi “kepustakaan” dan bukan studi “perpustakaan”
(Arifin, 1990: 135). Dalam arti bahwa bahan atau data-data penulisan
skripsi ini diperoleh dari penelitian buku-buku dan literatur-literatur yang
berkenaan dengan topik yang sedang dibahas. Dengan cara demikian,
maka penulis akan mendapatkan data-data serta informasi yang dapat
Pembahasan
A. Relevansi Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar
yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik sesuai dengan
perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Mendidik
maupun kebahagiaan batin. Oleh karena itu orang tua harus bisa
memahami dan mendidik anak sejak awal pertumbuhannya. Sedini
mungkin, ruh anak harus disirami dengan air samawi agar dapat
mengantarkan pada kematangan kepribadian, keutuhannya,
keseimbangannya dan mendorong manusia mengembangkan dirinya
menuju kesempurnaan manusiawi. Dapat dilihat dalam kehidupan
manusia sehari-hari bahwa manusia diciptakan oleh Allah tidak lepas dari
keterkaitan antar manusia yang satu dengan yang lainnya.
Kecenderungan mencontoh itu sangat besar peranannya pada anak-anak,
sehingga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan. Sesuatu yang
dicontoh, ditiru atau diteladani itu mungkin bersifat baik dan mungkin
juga bersifat buruk. Untuk itu bagi umat Islam, keteladanan yang paling
baik dan utama ialah terdapat dalam diri pribadi Rasulullah SAW. seperti
di dalam Al-Qur‟an surat Al-Ahzab ayat 21 disebutkan:
َّللا َو ْال َي ْو َم
َ َّ ۟ َّللاِ أَُ َْوة ٌ َح َسنَةٌ ِلِّ َمن َكانَ يَ ْر ُج
وا َّ َو ِل
ُ فِى َر َل ُك ْم ََكان ْلَّقَد
﴾٢٣:َ﴿اْلحزا ً َّللاَ َك ِث
يرا َّ ْٰ
اِل ِخ َر َوذَك ََر
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.” (Al- Qur‟an dan terjemahannya, 2005: 336).
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kita disuruh menjaga diri
kita dan keluarga kita dari api neraka. Maksud menjaga diri dan keluarga
ditanamkan sejak kecil baik dari keluarga, masyarakat dan sekolah, baik
sekolah formal maupun non formal. Pendidikan kepribadian membekali
peserta didik untuk dapat menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang
buruk. Dengan demikian, sangat relevan jika pendidikan kepribadian
dalam kitab Al-Barzanji diterapkan di masa sekarang. Di mana anak
mulai kehilangan pegangan dalam menjalani hidup.
Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan tentang nilai-nilai pendidikan
kepribadian dalam kitab Al-Barzanji maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Kitab Al-Barzanji disusun oleh Ja‟far bin hasan, beliau adalah putra
„Abd al-Karim bin Muhammad al-Barzanji. Nama Al-Barzanji
dibangsakan kepada nama penulisnya, yang diambil dari tempat asal
keturunannya yakni daerah Barzinj (Kurdistan). Kitab Al-Barzanji
terdiri dari dua bentuk yaitu nasr dan nadzam. Bagian nasar terdiri
atas 19 bagian, yang setiap bagiannya dibatasi dengan suatu jeda
(fashilat). Sementara, bagian puisi (nadzam) terdiri atas 16 sub
bagian dengan mengolah rima akhir “nun”. Kitab tersebut
seluruhnya menceritakan pujian dan riwayat hidup Nabi Muhammad
SAW.
2. Nilai pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji meliputi,
Kesabaran menghadapi cobaan, amanah, tawadhu‟, kesederhanaan,
pemaaf, bermusyawarah, menyayangi dan mengasihi orang yang
lemah. Sedangkan tujuan dari pendidikan kepribadian dalam kitab
Al-Barzanji adalah membentuk serta mempola kepribadian utama
manusia lebih-lebih generasi muda penerus bangsa agar memiliki
Daftar Pustaka
Abstract
The purpose of this study was to determine the history of the new year
hijriyah implemented, the stage of the ritual and the perception of the
community about the new year ritual hijriyah as well as to determine the
values of Islamic education in the new year hijriyah in the TRAJI village,
Parakan district, Kab. Temanggung. The research is conducted
qualitatively. The research results showed that the originator of the new
year hijriyah tradition held in the TRAJI village is mastermind Garu, the
ritual is the preparation stage; done before the carnival, implementation;
start of carnival and ritual ceremony performed in the spring Sidukun,
cover; the whole ritual procession in covered with leather puppet
performances. The perception of most people around to believe that by
implementing the new year ritual in hijriyah will bring blessing and favor
and if not held tradition else something bad will happen. Values of
Islamic education in the tradition of the hijriyah new year in the TRAJI
village is the educational value of history, the advice of kindness, unity
and integrity as well as the educational value of local wisdom. The value
of unity is very important given the villagers of TRAJI which consists of
various religions and beliefs, it can be an example in inter-religious
harmony in the life of the nation.
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang penduduknya terdiri dari
berbagai macam agama, suku, bangsa, adat, keyakinan dan kebudayaan.
Mereka tersebar diseluruh wilayah Indonesia mulai dari ujung Sabang
sampai Merauke. Salah satu suku yang ada di negara ini adalah suku
Jawa. Suku Jawa merupakan salah satu suku yang mempunyai berbagai
macam kekayaan dan keunikan dalam melaksanakan adat istiadat serta
kebudayaan mereka. Salah satu kebudayaan jawa yang dilaksanakan
secara teratur adalah peringatan tahun baru hijriyah.
Dalam kepercayaan orang jawa, tahun baru Hijriyah yang jatuh
pada malam 1 Muharram atau sering disebut dengan malam 1 Sura
memiliki makna spiritual sebagai perwujudan perubahan waktu yang
diyakini akan berdampak pada kehidupan manusia (Sholikhin, 2010: 12).
Pada tanggal tersebut juga merupakan salah satu hari besar bagi umat
Islam dan di tetapkan sebagai hari libur nasional (Partokusumo, 1995:
236). Menurut pandangan hidup orang Jawa saat-saat terjadinya
perubahan tahun baru tersebut, diperlukan suatu laku ritual yang berupa
introspeksi diri. Secara historis peringatan 1 Muharram merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem nilai mistik dan
keyakinan orang Jawa (Sholikhin, 2010: 4).
Bagi sebagian besar orang, khususnya orang Jawa malam 1
Muharam atau 1 Sura mempunyai arti dan nilai yang di anggap penting
dan sakral. Nilai adalah suatu konsep abstrak mengenai masalah dasar
yang sangat penting dan bernilai dikehidupan manusia atau sebuah
konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga
masyarakat kepada beberapa masalah pokok dikehidupan keagamaan
yang bersifat suci sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku
keagamaan warga masyarakat bersangkutan (TPKBBI, 2008: 615).
Tahun baru Hijriyah dirayakan oleh sebagian umat Islam dengan
berbagai acara yang berbeda dari tempat satu dengan tempat yang lain.
Salah satu daerah yang mempunyai tradisi perayaan yang unik adalah
Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung. Satu sura
Permasalahan
Di dalam merumuskan fokus penelitian, perlu adanya sistematika
analitik untuk mencapai sasaran yang menjadi objek kajian, sehingga
pembahasan akan lebih terarah pada pokok masalah. Hal ini
dimaksudkan agar terhindar dari pokok masalah yang tidak ada
kaitannya. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah sejarah peringatan tahun baru hijriyah di Desa
Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung?
2. Bagaimanakah tahapan ritual peringatan tahun baru hijriyah di
Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung?
3. Bagaimana persepsi masyarakat sekitar tentang ritual peringatan
tahun baru hijriyah di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten
Temanggung?
4. Adakah nilai-nilai pendidikan Islam dalam peringatan tahun baru
hijriyah di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten
Temanggung?
Tinjauan Pustaka
Untuk menhindari kekaburan dan salah dalam penafsiran serta
memahami makna dari istilah yang digunakan penulis maka penulis
memberikan beberapa pengertian yang terkandung, yaitu:
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berbentuk
kualitatif yaitu penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik,
bahwa datanya ditanyakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana
adanya (natural setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbol-
simbol atau bilangan sehingga dalam penelitian ini peneliti
menggambarkan peristiwa maupun kejadian yang ada dilapangan tanpa
Pembahasan
Kumpulan data yang dianalisa dalam skripsi ini bersumber dari
hasil wawancara dengan masyarakat setempat yang penulis anggap
mampu untuk memberikan keterangan yang relevan, dilengkapi dengan
dokumen yang ada. Mengacu pada fokus penelitian dalam skripsi ini,
maka penulis akan menganalisa dan menyajikanya secara sistematis
tentang tradisi peringatan tahun baru hijriyah dan nilai-nilai yang
terdapat dalamnya.
Setelah terjun kelapangan di desa Traji, Kecamatan Parakan,
Kabupaten Temanggung. Penulis menemukan bentuk-bentuk tradisi
peringatan tahun baru hijriyah dihubungkan dengan kajian teori, maka
hasilnya sebagai berikut:
A. Analisis Hasil Temuan
1. Persepsi Masyarakat tentang Tradisi Peringatan Tahun Baru
Hijriyah
Dari sebagian besar pendapat para tokoh dan warga yang kami
wawancarai, mereka menyatakan bahwa tradisi peringatan tahun baru
hijriyah merupakan tradisi yang harus dilesatarikan/dibudayakan.
Salah satunya diutarakan oleh bapak Sukri (salah satu warga desa
traji). Hampir semua warga desa Traji mempercayai kalau tidak
diadakannya ritual satu sura maka akan terjadi sesuatu yang buruk seperti
gagal panen ataupun kecelakan. Sebaliknya apabila masyarakat
melakukan ada kepercayaan akan diberi kemudahan dalam berbagai
urusan seperti panen yang melimpah ataupun keselamatan.
Begitu juga dengan apa yang disampaikan oleh ibu Nafiah (salah
seorang warga desa Traji). Ada kepercayaan kalau tidak melaksanakan
ritual tahun baru hijriyah maka sesuatu yang buruk akan menimpa. Oleh
karena itu semua warga desa Traji kompak melaksanakan ritual tersebut.
Hampir semua narasumber yang berasal desa Traji ataupun
masyarakat sekitar desa Traji yang penulis wawancarai mempercayai
bahwa peringatan tradisi satu sura dapat memberi keberkahan begitu juga
sebaliknya apabila tidak dilaksanakan maka sesuatu yang burukakan
terjadi. Selain itu tradisi peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji
sangat banyak sekali manfaat serta banyak sekali nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Tradisi tersebut juga sebagai sarana pemersatu
masyarakat khususnya masyarakat desa Traji yang terdiri dari berbagai
macam agama dan keyakinan.
Seperti apa yang dikatakan oleh mbah Suwari (juru kunci sendang
Sidukun). Masyarakat desa Traji itu terdiri dari berbagai macam agama
dan kepercayaan, ada yang Islam, Kristen, Budha dan ada juga yang
kepercayaan jawa atau kejawen. Dengan adanya peringatan tahun baru
hijriyah dapat mempersatukan seluruh warga desa Traji ini.
Tradisi peringatan tersebut menjadi salah satu contoh kecil
persatuan yang dapat dijalin dalam bermasyarakat, dalam skala yang
lebih besar persatuan dan kesatuan dapat diterapkan dalam kehidupan
Artinya:
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di atas, maka penulis
dapat menyimpulkan hasil penelitian tentang tradisi peringatan tahun
2) Kacar-Kucur
3) Doa keselamatan bersama yang dipimpin oleh kaur keagamaan.
4) Membagikan sesaji kepada pengunjung untuk diperebutkan.
5) Rombongan melanjutkan sesaji ke sendang kali jaga.
Sekitar jam 00.00, rombongan menuju ke makam mbah Kyai
Adam Muhamad, selanjutnya rombongan melanjutkan acara sesaji ke
Gumuk Guci.
c. Penutup
Setelah prosesi ritual malam satu Sura selesai, pada malam kedua
dipergelarkan tontonan wayang kulit semalam suntuk dengan lakon atau
cerita sesuai permintaan masyarakat.
3. Persepsi masyarakat sekitar tentang ritual peringatan tahun baru
hijriyah di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten
Temanggung, sebagian besar masyarakat sekitar mempercayai
bahwa dengan melaksanakan ritual peringatan tahun baru hijriyah
akan mendatangkan keberkahan dan kebaikan dan apabila tidak
diadakan tradisi tersebut maka sesuatu yang buruk akan menimpa.
4. Nilai pedidikan yang dapat dipahami oleh masyarakat dari upacara
adat peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji antara lain :
a. Nilai pendidikan tentang sejarah
b. Nilai pendidikan nasehat kebaikan
c. Nilai pendidikan persatuan dan kesatuan serta gotong
royong/kerjasama.
d. Nilai pendidikan kearifan lokal.
Namun demikian, kegiatan peringatan tahun baru hijriyah di desa
Traji juga terdapat hal-hal yang kurang sesuai dengan ajaran islam,
diantaranya adalah:
Daftar Pustaka
Nur Anisah
Instansi
Abstract
The purpose of this study was to determine the concept of character
education in the perspective of Ki Hajar Dewantara and their
implications in education today. This research was focused on the literary
reference books and relevant sources. The data were taken by library
research and qualitative approach literature which is a purely literary
study, using the method of documentation to find the data on things or
variables in the form of notes such like books, magazines, documents,
regulations, daily notes, meeting notes, journals and so on. The research
found that Ki Hajar Dewantara respected by the people as well his
enemy, because he has extensive knowledge and unique thinking. Ki
Hajar Dewantara gives hope for the bottom to be able to get an education
as well as the national spirit culture homage to his educational concept.
Ki Hajar Dewantara has among systems, which educators have a very
important role, namely as role models and mentors for the students, so
that parents and teachers are required to behave well in front of their
students. As pointed out above, it is important to writers to contribute in
the form of suggestion, such as Ki Hajar Dewantara’ concept of thought
has an applicable relevant concept in the purpose of building and
maintaining character education up to now.
Pendahuluan
Bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya sejak 17
Agustus 1945, akan tetapi hingga saat ini kondisi bangsa Indonesia masih
mengkhawatirkan. Kurang lebih sudah hampir 70 tahun bangsa
Indonesia menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara bebas dari
penjajah tetapi Indonesia memiliki kondisi yang unik dilihat dari
dan praktik, karakter bangsa yang beradab. Beradab dalam arti luas,
menjadi suatu bangsa yang memiliki karakter berbudaya dan
berperikemanusiaan. Karakter bangsa yang bersatu, dimana didalamnya
termasuk menegakkan toleransi, tidak mungin Indonesia dapat bersatu
tanpa adanya toleransi, keharmonisan, dan persaudaraan. Karakter
bangsa yang berdaya, dalam arti yang luas berdaya berati menjadi bangsa
yang berpengetahuan, terampil, berdaya saing secara mental, pemikiran
maupun teknis. Daya saing bukan hanya sekedar dalam arti materi dan
mekanik, melainkan dalam makna secara mental, hati dan pikiran.
Karakter bangsa yang berpartisipasi. Partisipasi amat diperlukan untuk
menghapus sikap masa bodoh, mau enaknya saja, dan tidak pernah peduli
dengan nasib bangsa Indonesia. Karakter partisipasi ditandai dengan
penuh peduli, rasa dan sikap bertanggung jawab yang tinggi serta
komitmen yang tumbuh menjadi karakter dan watak bangsa Indonesia
(Ismadi. 2014: 29).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan dalam
pidatonya menyinggung minat baca masyarakat Indonesia yang masih
sangat rendah, yakni 0,001 persen dari data United Nations Educational,
Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Melalui persoalan
minat baca tersebut, Anies Baswedan juga menyayangkan Indonesia
tidak belajar dari buku berjudul “Sekolah Taman Siswa” karangan Ki
Hajar Dewantara. Bapak Menteri kecewa karena buku Ki Hajar
Dewantara tersebut telah dujadikan referensi di Finlandia akan tetapi di
Indonesia buku tersebut tidak dibaca, dalam buku tersebut salah satunya
Ki Hajar Dewantara telah menuliskan tentang kondisi belajar yang
menyenangkan. Bung Anies mengatakan bahwa pemerintah Finlandia
telah mengikuti pandangan Ki Hajar Dewantara dengan mengubah sistem
bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang terikat
oleh suatu keturunan, yakni kesatuan dari bentuk-bentuk kesatuan
masyarakat. Keluarga tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh
besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya baik secara fisik
maupun mental.
Lingkungan sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan
karena pengaruhnya sangat besar pada jiwa anak. Maka disamping
keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi
sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Sekolah
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Lingkungan
masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak, juga meliputi teman-
teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di lingkungan desa atau
kota tempat tinggal anak juga turut mempengaruhi perkembangan
jiwanya (Yuwono, 2015: 3).
Konsep Ki Hajar Dewantara tentang Tri Pusat Pendidikan yang
menunjukan bahwa proses pembelajaran tidak harus berlangsung di
sekolah, akan tetapi dapat dilakukan dimana pun dan oleh siapa pun.
Dalam pembelajaran ditekankan pentingnya penanaman nilai moral dan
karakter agar dapat membentuk kemampuan dan watak peradaban bangsa
yang bermartabat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Ki Hajar
Dewantara dengan sistem among, menegaskan bahwa dalam
pembelajaran tidak melulu harus mengedepankan hasil akan tetapi
prosesnya. Sistem among menuntut pamong (pendidik) untuk menjadi
seorang teladan bagi peserta didiknya, karena anak didik lebih cenderung
mencontoh apa yang dilihatnya dari pada apa yang didengarnya.
Permasalahan
1. Bagaimana konsep pendidikan karakter?
2. Bagaimana konsep pendidikan karakter menurut Ki Hajar
Dewantara?
3. Bagaimana implikasi konsep pendidikan karakter menurut Ki
Hajar Dewantara?
Tinjauan Pustaka
Penegasan istilah dalam penelitian ini sangat diperlukan agar tidak
terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis
akan menjelaskan istilah-istilah lain adalah didalam judul ini. Istilah yang
perlu penulis jelaskan sebagai berikut :
Metode Penelitian
Metode penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kajian pustaka atau
sering disebut penelitian pustaka, yaitu menghimpun data dengan cara
menggunakan bahan-bahan tertulis, seperti : buku, artikel, surat kabar,
Pembahasan
A. Analisi Data
1. Pengertian pendidikan karakter
Definisi pendidikan karakter cukup beragam sesuai dengan
versi dan sudut pandang keilmuan tertentu, pendidikan
merupakan proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik
untuk lebih manju (Listyarti, 2012: 2). Sedangkan karakter
berasal dari bahasa inggris character, artinya watak. Ki Hajar
Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah sebuah
tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak yaitu menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar anak-anak
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ki Hajar
Dewantara telah jauh berpikir dalam masalah pendidikan
karakter, mengasah kecerdasan budi sungguh baik, karena dapat
membangun budi pekerti yang baik dan kokoh, hingga dapat
mewujudkan kepribadian (persoonlijkhheid) dan karakter (jiwa
yang berasas hukum kebatinan). Jika itu terjadi orang akan
senantiasa dapat mengalahkan nafsu dan tabiat-tabiatnya yang asli
bengis, murka, pemarah, kikir, keras, dan lain-lain (Tamansiswa.
1977: 24).
Pendidikan karakter merupakan perpaduan antara
kecerdasan ilmu dan kecerdasan berperilaku (akhlak), dimana di
dalamnya terdapat unsur yang penting yaitu nilai moral yang
dalam konteks ini peranan orang tua dan guru sangat penting
dalam mencermati perilaku anak didiknya. Dalam
pelaksanaanya anak perlu diberi pemahaman dan penjelasan
tentang arti dan manfaat kejujuran dalam kehidupan bersama.
Selain itu, anak juga diajak berpikir dan bersikap atas
pernyataan: bagaimana jika kondisi ketidakjujuran ada di
tengah masyarakat. Melalui kegiatan-kagiatan yang kasat mata,
sederhana, serta ada di sekitar sekolah dan keseharian siswa,
anak diajak untuk mengambil sikap yang benar dalam masalah
kejujuran. Nilai dan sikap kejujuran sangat terkait dengan nilai
keadilan, kebenaran, dan tanggung jawab pada diri manusia.
Salah satu kegiatan yang menuntut kemandirian dan
tanggung jawab siswa adalah kegiatan ekstrakurikuler yang
merupakan sarana dan wadah yang tepat untuk melatih
kemandirian siswa. Melalui kegiatan ini siswa dilatih dan
diberi kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan yang
dimiliki dan mengembangkannya seoptimal mungkin.
Kegiatan ekstrakurikuler sangat membantu proses
pengembangan ini, anak yang berbakat diberi kesempatan
untuk mengembangkannya, baik dari sisi akademis maupun
nonakademis.
Kegiatan non akademis yang cukup menarik dan dikenali
secara universal adalah kegiatan pramuka, kegiatan pramuka
yang terencana akan membuat anak senang dan terlatih untuk
dapat menyelesaikan persoalan, baik secara pribadi maupun
bersama. Kemandirian bukan berarti tidak butuh orang lain,
namun justru dalam kebersamaan dengan orang lain.
Kesimpulan
1. Raden Mas Soewardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara adalah
bangsawan keraton Yogyakarta sekaligus masih berada dalam garis
keturunan Sunan Kalijaga sehingga membuat Ki Hajar Dewantara
menjadi keturunan bangsawan dan juga ulama. Kegemaran Ki Hajar
Dewantara bergaul dengan masyarakat menengah ke bawah
mendorongnya untuk membuang gelar bangsawannya dan merubah
namanya menjadi Ki Hajar Dewantara agar dapat lebih merakyat
dalam bergaul dengan lingkungan sekitarnya yang kebanyakan
adalah rakyat biasa.
2. Ki Hajar Dewantara merupakan sosok pejuang sejati yang memiliki
karakter yang teguh, dimana beliau rela mengorbankan segala baik
ilmu, fikiran, tenaga dan materi yang dimilikinya demi membela
Daftar Pustaka
Abrasyi, Athiyah. 1993. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta:
Bulan Bintang.
Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapatkan imbalan berupa nomor bukti
pemuatan sebanyak 3 (lima) eksemplar beserta cetak lepasnya. Artikel yang tidak
dimuat akan dikembalikan.