Anda di halaman 1dari 162

Muhammad Waston Al Hikami

KESADARAN TRANSENDENTAL SEBAGAI PILAR UTAMA


PENDIDIKAN BERWATAK DALAM UNTAIAN NASEHAT
LUQMAN AL HAKIM

Muhammad Waston Al Hikami


Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga
e-mail: wastona_oke@yahoo.com

Abstract
Luqman the Wise, one of man who is mentioned in the Holy Qur`an, is
not a prophet neither messenger of God. He is just an ordinary man like
us. What differing between us and him is the noble idea of this man
regarding the way he educates his children. Luqman educated his
children by planting the consciousness of God in the heart of his children.
By this awareness, children will raise not only with strong intellectual
ability but also beautiful manners, respecting values of humanities and
coloring their live with high values of moralities. This article explores
Luqman wise words that were recorded in Surah Luqman verses 13 until
19 and evaluates the key success of Luqman’s education system.
Compared to modern concept of character education, Luqman method
was in accordance with its spirit and goal. Furthermore, the writer found
that the core value which is always exists and building all Luqman’s wise
words is the consciousness of the existence of God. In Islamic
perspective, this transcendental awareness is the basic value for all
process of character building in creating good habituation and manner
known as akhlaaq al kariimah.

Keywords: Luqmanul Hakim, character education, akhlaaqul kariimah

Pendahuluan
Luqman adalah seorang manusia biasa. Ia bukanlah seorang Nabi,
bukan pula seorang Rasul. Namun namanya diabadikan dengan tinta
emas dalam lembaran-lembaran kitab suci Al Qur`anul Karim, sebuah
kitab suci paripurna yang akan terus dibaca oleh milyaran ummat
manusia hingga akhir zaman nanti.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 1


Kesadaran Transendental Sebagai Pilar Utama
Pendidikan Berwatak Dalam Untaian Nasehat Luqman Al Hakim

Al Qur`an menceritakan kisah keluarga Luqman sebagai sosok


keluarga ideal yang mampu menjalani hidup sarat dengan nilai-nilai
moralitas sehingga layak dijadikan role model bagi penyelenggaraan
madrasah pendidikan setiap keluarga muslim. Kisah sukses Luqman
dalam meramu formula pendidikan terbaik bagi anak-anaknya
mengantarkannya kepada kedudukan tertinggi yang hanya mungkin
diraih oleh seorang manusia pilihan dari golongan bukan Nabi dan Rasul.
Kepadanya, Tuhan memberikan gelar mulia sebagai “Sang Bijaksana”
atau Al Hakim. Namanya kemudian diabadikan menjadi sebuah surat di
dalam Al Qur`an dan nasehatnya terus didengar serta dipelajari oleh
setiap insan yang ingin mewujudkan kesuksesan pendidikan dalam hidup
berkeluarga.
Jauh sekian abad setelah Luqman mengakhiri madrasah
kehidupannya, seorang pedagog berkebangsaan Jerman, FW. Foerster
yang hidup di abad ke-19, berpikir mengenai esensi pendidikan seorang
manusia yang seharusnya lebih menekankan pada dimensi etis-spiritual.
Ide Foerster ini di kemudian hari dikenal sebagai pendidikan berkarakter.
Dunia pendidikan waktu itu seolah telah jengah melihat output proses
pendidikan yang hanya dapat menghasilkan manusia-manusia cerdas dan
bernalar namun sangat kering jiwanya serta jauh dari nilai-nilai moral-
humanisme yang merupakan inti suatu kebudayaan maupun tatanan
masyarakat.
Tren pendidikan karakter di abad 19 tersebut terus bergulir dan
disempurnakan hingga banyak diadopsi oleh sistem pendidikan di banyak
negara, termasuk Indonesia. Dalam Undang-undang nomor 20 tahun
2003, Pemerintah Indonesia dengan gamblang mencantumkan fungsi
utama sistem pendidikannya yaitu untuk melakukan pembentukan

2 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Muhammad Waston Al Hikami

manusia-manusia Indonesia yang tidak hanya cerdas namun juga


berwatak atau berkarakter.
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.”

Pembentukan karakter yang merupakan salah satu tujuan dari


pendidikan nasional tersebut tentu sedikit banyak terinspirasi oleh tren
pendidikan karakter yang mulai bergema di dunia Barat sejak abad ke-19.
Namun akan sangat disayangkan jika model pendidikan tersebut hanya
latah mengikuti tren yang ada di dunia Barat tanpa mengetahui esensi dan
kompatibilitas dengan budaya lokal Indonesia. Dalam rangka formulasi
pendidikan karakter yang tepat untuk masyarakat Indonesia itulah
kiranya akan sangat tepat jika digali lebih dalam khasanah wacana
keislaman yang merupakan unsur pembentuk budaya bangsa Indonesia.
Terlebih pendidikan karakter (character education) jelas memiliki akar
dukungan dari literatur-literatur keislaman seperti tampak melalui
nasehat Luqman dalam Al Qur`an Surah Luqman ayat 12 hingga 19.

Pembahasan
A. Nasehat Luqman yang Terdapat dalam Al Qur`an
Dalam perspektif pendidikan Islam, kitab suci Al Qur`an
merupakan sumber hukum sekaligus sumber ilmu pengetahuan yang
penuh dengan pelajaran, hikmah dan teladan. Salah satu isi pokok dari Al

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 3


Kesadaran Transendental Sebagai Pilar Utama
Pendidikan Berwatak Dalam Untaian Nasehat Luqman Al Hakim

Qur’an adalah kisah perjalanan kehidupan para Nabi dan Rasul serta
orang-orang saleh dari umat-umat sebelum Nabi Muhammad.
Tuhan menceritakan kisah seorang saleh bernama Luqman yang
sangat bijaksana dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya.
Seperti diceritakan dalam Tafsir Al Qur`anul `Adzim (lebih dikenal
dengan Tafsir Ibnu Katsir) bahwa Luqman adalah seorang budak
berkebangsaan Ethiopia yang bekerja sebagai tukang kayu. Meski jika
diukur dari kedudukan sosial di mata manusia Luqman mungkin sangat
rendah kedudukannya, namun Islam telah jauh berpikir maju pada masa
itu bahwa stratifikasi sosial seseorang tidak bisa diukur hanya dari suku
bangsanya, warna kulitnya maupun pekerjaannya. Prinsip-prinsip
universal humanisme melalui nilai kesetaraan (egalite) yang baru dikenal
oleh dunia Barat dalam Revolusi Perancis abad ke-17 ternyata jauh telah
disinggung oleh Islam pada abad ke-6 Masehi. Tuhan memaparkan
nasehat-nasehat bijaksana sang budak nan hitam legam tersebut dalam
Surah Luqman ayat 13 hingga 19 yang pada intinya memuat sepuluh
nasehat edukatif sejalan dengan semangat pendidikan karakter di era
modern saat ini. Kesepuluh nasehat tersebut dipaparkan sebagai berikut:

1. Tidak Menyekutukan Tuhan


ِّ ِ ‫ال‬
َ‫ش ْرك‬ ‫إِ َّن‬ ‫ى َِل‬ ُ ‫َوإِذْ قَا َل لُ ْقمٰ نُ ِِل ْبنِ ِهۦ َوه َُو يَ ِع‬
‫تُ ْش ِر ْك‬
َّ َ‫ظ ۥهُ ٰيبُن‬
َّ ِ‫ب‬
ۖ ِ‫اَّلل‬
﴾٣١:‫ظ ْل ٌم َع ِظي ٌم ﴿لقمان‬ ُ َ‫ل‬
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.” (Surah Luqman: 13)

4 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Muhammad Waston Al Hikami

Luqman mengatakan bahwa sebesar-besar kedzaliman dan


kemungkaran adalah menyekutukan Tuhan. Dalam studi keislaman,
perspektif ini disebut sebagai tauhid. Inti dari Islam adalah ketauhidan
kepada Tuhan yakni hanya mengibadahi satu tuhan dan tidak
menduakan-Nya atau menyekutukan-Nya. Dalam ayat lain Tuhan
berfirman bahwa Ia akan mengampuni segala macam dosa sesuai dengan
yang dikehendaki kecuali dosa menyekutukan-Nya (syirik). Nasehat
Luqman akan nilai-nilai tauhid ini menjadi nasehat pertama sekaligus
mendudukkannya sebagai yang paling utama untuk diberikan kepada
anaknya.
2. Berbuat Baik kepada Kedua Orang Tua
‫اْلنسٰ نَ ِب ٰو ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّم ۥهُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َو ِفصٰ لُ ۥه ُ ِفى‬
ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َّ ‫َو َو‬
﴾٣١:‫ير ﴿لقمان‬ ُ ‫ص‬ ْ َ َ
َّ ‫َعا َمي ِْن أ ِن ا ْش ُك ْر ِلى َو ِل ٰو ِلدَيْكَ إِل‬
ِ ‫ى ال َم‬
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”( Surah Luqman:
14)

Berbuat baik kepada orang tua adalah pilar pendidikan dasar dalam
keluarga. Banyak orang tidak menyadari bahwa pendidikan dasar
sesungguhnya dimulai dari keluarga, bukan dari jenjang Sekolah Dasar
(elementary school). Banyak pula orang yang tidak menyadari bahwa
sejatinya guru pertama bagi seorang anak adalah ibunya sendiri,
sebagaimana ungkapan peribahasa Arab al umm madrasatul ula (ibu
adalah madrasah pertama). Lantas bagaimana pendidikan itu akan
berhasil jika si murid tidak menghormati dan menghargai sang guru?

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 5


Kesadaran Transendental Sebagai Pilar Utama
Pendidikan Berwatak Dalam Untaian Nasehat Luqman Al Hakim

Untuk itulah sebagai pendidik pertama, maka orang tua sudah seharusnya
dihormati dan hargai, terlebih ibu.
3. Ketaatan kepada Kedua Orang Tua Harus Dilandasi oleh
Ketaatan kepada Tuhan
Meski manusia harus taat dan patuh serta menghormati kedua
orang tua, namun semua itu tidak boleh melebihi ketaatan dan kepatuhan
kepada Tuhan. Tidak boleh taat kepada orang tua jika mereka menyuruh
berbuat kemungkaran dengan melawan perintah Tuhan. Nasehat Luqman
tersebut terangkum dalam Surah Luqman ayat 15 sebagai berikut:
‫ْس لَكَ ِب ِهۦ ِع ْل ٌم فَ ََل ت ُ ِط ْع ُه َما‬َ ‫َعلَ ٰ ٰٓى أَن ت ُ ْش ِركَ ِبى َما لَي‬ َ‫َو ِإن جٰ َهدَاك‬
‫ُ ُ َّم‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬
َّ ِ َ ‫إ‬ َ‫َا‬ ‫ن‬َ ‫أ‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬ َ
َ َ َِ‫ي‬‫ب‬َ ْ ‫ب‬
ِْ ََّ ‫ت‬‫ا‬ ‫و‬ ۖ ‫ا‬ ً ‫ف‬ ‫و‬‫ر‬ ‫ع‬ ‫م‬
ُْ َ ‫ا‬ ‫ي‬
َ ْ
‫ن‬ ُّ ‫د‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ف‬
ِ ‫ا‬ ‫م‬
َ ُ ‫اح ْب‬
‫ه‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ۖ َو‬
ُ ُ
﴾٣١:‫ى َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأنَبِِّئ ُ ُكم بِ َما ُكنت ُ ْم تَ ْع َملونَ ﴿لقمان‬ َّ َ‫إِل‬
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik…”(QS. Luqman: 15).

4. Mengikuti Jalan Orang-orang yang Kembali kepada Tuhan


‫ِع ْل ٌم فَ ََل‬ ‫ْس لَكَ بِ ِۦه‬ َ ‫علَ ٰ ٰٓى أَن ت ُ ْش ِركَ بِى َما لَي‬ َ َ‫َوإِن جٰ َهدَاك‬
َ
َ ‫َبِي ََ َم ْن أن‬
َ‫َا‬ َ ْْ ِ‫اح ْب ُه َما فِى الدُّ ْنيَا َم ْع ُروفًا ۖ َواتَّب‬ ِ ‫ص‬َ ‫ت ُ ِط ْع ُه َما ۖ َو‬
﴾٣١:‫ى َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأُنَ ِِّبئ ُ ُكم ِب َما ُكنت ُ ْم تَ ْع َملُونَ ﴿لقمان‬ َّ َ‫ُ ُ َّم ِإل‬ َّ َ‫ِإل‬
‫ى‬
Artinya: “…dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 15)

Dalam ayat ini Luqman memberikan sebuah nasehat kepada


anaknya agar ia mengikuti jejak orang-orang yang kembali kepada
Tuhan, yakni para Nabi dan Rasul serta orang-orang yang beriman dan
beramal shaleh, yang selalu bertaubat kepada Allah SWT, yang telah
diberi petunjuk oleh Tuhan yaitu mereka yang tetap dalam agama Tuhan
yang lurus.

6 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Muhammad Waston Al Hikami

5. Tuhan akan Membalas Semua Perbuatan Manusia


‫ص ْخ َرةٍ أ َ ْو‬
َ ‫ى إِنَّ َها ٰٓ إِن تَكُ ِمثْقَا َل َحبَّ ٍة ِِّم ْن خ َْرد َ ٍل فَت َ ُكن فِى‬َّ َ‫ٰيبُن‬
ٌ ‫َّللاَ لَ ِط‬
‫يف‬ َّ ‫ِإ َّن‬ َّ
ُ‫َّللا‬ ‫ت ِب َها‬ ْ
ِ ‫ض يَأ‬ َ
ِ ‫ْاْل ْر‬ َ
‫ت أ ْو فِى‬ِ ‫فِى السَّمٰ ٰو‬
﴾٣١:‫ير ﴿لقمان‬ ٌ ِ‫َخب‬
Artinya: “(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau
di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.” (Surah Luqman: 16)

Lagi-lagi Luqman menjelaskan bahwa kekuasaan Tuhan di atas


segala-galanya. Luqman mencoba mengingatkan bahwa apapun yang
dilakukan manusia maka itu semua akan dipertanggung jawabkan kepada
Sang Pencipta. Tuhan akan membalas segala perbuatan baik itu
pelanggaran terhadap aturan-Nya ataupun kepatuhan untuk
melaksanakan aturan Tuhan. Dalam ayat lain, Tuhan berfirman:
﴾٧:‫فَ َمن َي ْع َم َْ ِمثْقَا َل ذَ َّر ٍة َخي ًْرا َي َر ۥهُ ﴿الزلزلة‬
﴾٨:‫َو َمن يَ ْع َم َْ ِمثْقَا َل ذَ َّرةٍ ش ًَّرا يَ َر ۥهُ ﴿الزلزلة‬
Artinya: “Maka Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”. (Surah Al Zalzalah:
7-8)

6. Menegakkan Sholat
‫َعلَ ٰى‬
‫ص ِب ْر‬ ِ ‫ص َل ٰوة َ َوأْ ُم ْر ِب ْال َم ْع ُر‬
ْ ‫وف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُمنك َِر َوا‬ َّ ‫ى أَقِ ِم ال‬َّ َ‫ٰيبُن‬
﴾٣٧:‫ور ﴿لقمان‬ ُ ْ ْ ٰ
ِ ‫صابَكَ ۖ إِ َّن ذلِكَ ِم ْن َعز ِم اْل ُم‬ َ
َ ‫َما ٰٓ أ‬
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat …” (Surah Luqman: 17)

Shalat adalah manifestasi dari pemahaman yang benar akan


eksistensi Tuhan. Seseorang yang yakin terhdap firman Tuhan tentu akan
menjalankan segala perintah yang Tuhan berikan padanya, termasuk
diantaranya shalat. Tuhan berfirman dalam Surah Al Ankabut: 45,

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 7


Kesadaran Transendental Sebagai Pilar Utama
Pendidikan Berwatak Dalam Untaian Nasehat Luqman Al Hakim

‫صلَ ٰوةَ ت َ ْن َه ٰى‬ َّ ‫ب َوأَ ِق ِم ال‬


َّ ‫صلَ ٰوة َ ۖ إِ َّن ال‬ ِ ‫ْال ِك ٰت‬ َ‫ى ِإلَيْكَ ِمن‬ ِ ُ ‫اتْ َُ َما ٰٓ أ‬
َ ‫وح‬
َ‫صنَعُون‬ ْ َ ‫َّللاُ َي ْعلَ ُم َما ت‬ َ
َّ ‫َّللاِ أ ْكبَ ُر ۗ َو‬ َّ ْ َ ْ‫َع ِن ْالفَح‬
‫شا ٰٓ ِء َوال ُمنك َِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر‬
﴾١١:‫﴿العنكبوت‬
Artinya: ”Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.”

Selain merupakan perwujudan ketundukan hamba terhadap Tuhan,


shalat juga berfungsi sebagai pencegah perbuatan keji dan munkar. Ini
berarti dengan mengerjakan shalat yang baik dan benar maka kualitas
karakter serta kepribadian seorang muslim akan terus menigkat.
7. Amar Ma`ruf Nahi Munkar
‫َعلَ ٰى‬ ْ ‫وف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُمنك َِر َوا‬
‫صبِ ْر‬ ِ ‫صلَ ٰوة َ َوأْ ُم ْر بِ ْال َم ْع ُر‬
َّ ‫ى أَقِ ِم ال‬ َّ َ‫ٰيبُن‬
﴾٣٧:‫ور ﴿لقمان‬ ‫م‬
ِ ُ ُ ْ
‫اْل‬ ‫م‬ ‫ز‬ْ
ِ َ ‫ع‬ ‫ن‬ْ ‫م‬ِ َ‫ِك‬‫ل‬ ٰ
‫ذ‬ َّ
‫ن‬ ‫إ‬
ِ ۖ َ‫ك‬‫ب‬‫ا‬
َ َ‫ص‬ َ ‫أ‬ ٰٓ ‫َما‬
Artinya: “… dan perintahkan hal yang ma`ruf serta cegahlah dari
perbuatan munkar” (Surah Luqman: 17)

Terdapat banyak perintah di dalam Al Qur`an untuk senantiasa


berbuat amar ma`ruf nahi munkar. Dua komponen ini sangat penting
dalam Islam karena dengannya akan menghasilkan dorongan yang kuat
kepada setiap oang Islam untuk mendakwahkan agama yang dianutnya.
Dalam perspektif pendidikan, diakui pula bahwa setiap manusia pada
hakekatnya adalah seorang pendidik. Amar ma`ruf nahi munkar berarti
merupakan upaya penyadaran dan wujud peran pendidik yang senantiasa
harus melekat di dalam dirinya. Al Qur`an dengan jelas memerintahkan
peran tersebut,
ِ ‫َو ْلت َ ُكن ِ ِّمن ُك ْم أ ُ َّمةٌ َيدْعُونَ ِإ َلى ْال َخي ِْر َو َيأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر‬
َ‫َو َي ْن َه ْون‬
‫وف‬
﴾٣۰١:‫ُه ُم ْال ُم ْف ِلحُونَ ﴿آل عمران‬ َ‫َوأ ُ ۟و ٰ ٰٓلئِك‬ ‫َع ِن ْال ُمنك َِر‬
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf
dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung”. (Surah Ali Imran: 104).

8 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Muhammad Waston Al Hikami

8. Bersabar terhadap Apa yang Menimpa Kita


Nasehat Luqman setelah memerintahkan anaknya untuk shalat dan
berbuat baik serta mencegah kemungkaran adalah bersabar.
‫َعلَ ٰى‬ ْ ‫وف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوا‬
‫صبِ ْر‬ ِ ‫صلَ ٰوة َ َوأْ ُم ْر بِ ْال َم ْع ُر‬
َّ ‫ى أَقِ ِم ال‬ َّ َ‫ٰيبُن‬
﴾٣٧:‫ور ﴿لقمان‬ ‫م‬
ِ ُ ُ ْ
‫اْل‬ ‫م‬ ‫ز‬ْ
ِ َ ‫ع‬ ‫ن‬ْ ‫م‬ِ َ‫ِك‬ ‫ل‬ ٰ
‫ذ‬ َّ
‫ن‬ ‫إ‬
ِ ۖ ‫ب‬‫ا‬
َ‫َ َك‬ ‫ص‬َ ‫أ‬ ٰٓ ‫َما‬
Artinya: “Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).” (Surah Luqman: 17)

Nasehat ini menyiratkan upaya penyadaran tentang hasil dari suatu


proses. Terkadang memang segala upaya yang dilakukan oleh seseorang,
menghasilkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang diinginkannya.
Bagi orang yang beriman, segala macam cobaan merupakan bentuk ujian
dari Tuhan yang harus dialami setiap insan. Di sinilah diperlukan
kesabaran.
9. Tidak Menyombongkan Diri
Sifat takabur atau merasa besar di hadapan manusia adalah sifat
yang dibenci oleh Tuhan, karenanya Luqman berpesan,
َّ
َ‫َّللا‬ ‫ِإ َّن‬ ۖ ِ ‫ْاْل َ ْر‬
‫اس َو َِل ت َْم ِش فِى‬
‫ض َم َر ًحا‬ َ ُ ‫َو َِل ت‬
ِ َّ‫ص ِ ِّع ْر َخدَّكَ ِللن‬
﴾٣٨:‫ور ﴿لقمان‬ ٍ ُ
‫خ‬ َ ‫ف‬ ‫ل‬
ٍ ُ‫َا‬ ‫ت‬‫خ‬ْ ‫م‬ َّ
َ ُ
‫ك‬ ُّ‫َِل ي ُِحب‬
Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka
bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Surah Luqman:
18)

10. Bersikap Pertengahan dalam Segala Hal dan Berakhlak Mulia


‫ت‬ ْ َ ‫إِ َّن أَنك ََر ْاْل‬
ِ ‫ص ٰو‬ َ‫ص ْوتِك‬
َ ْ ‫صدْ فِى َم ْشيِكَ َوا ْغض‬
‫ُض ِمن‬ ِ ‫َوا ْق‬
﴾٣١:‫ير ﴿لقمان‬ ِ ‫ْال َح ِم‬ َ َ‫ل‬
ُ‫ص ْوت‬
Artinya: “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah
suara keledai.” (Surah Luqman: 19)

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 9


Kesadaran Transendental Sebagai Pilar Utama
Pendidikan Berwatak Dalam Untaian Nasehat Luqman Al Hakim

Nasehat Luqman yang terakhir merupakan upaya penjagaan


kepribadian mulia yang merupakan buah dari kokohnya ilmu
pengetahuan serta keyakinan terhadap Tuhan. Tuhan tidak menghendaki
sikap berlebih-lebihan juga tidak menginginkan untuk bersikap
meremehkan dalam segala hal termasuk juga dalam perkara-perkara yang
menurut penilaian sebagian orang dianggap kecil seperti sikap berjalan,
berbicara, dan sebagainya. Luqman mengajarkan bahwa perilaku atau
akhlak yang baik kepada Tuhan dibuktikan dengan perilaku baik kepada
sesama. Dengan demikian, manusia akan mencapai derajat keberhasilan
dalam pendidikan ketika ia mampu menampakkan akhlak yang baik,
akhlak yang mulia.

B. Kesadaran Transendental sebagai Pembentuk Karakter Mulia


(Akhlaaqul Kariimah)
Surat Luqman ayat 12 s.d 19, semuanya diwarnai dengan muatan
tauhid yang sangat kental. Muatan kesadaran Illahiah. Kalimat yang
digaris bawahi berikut ini memiliki kesamaan, yakni Luqman mendidik
supaya anaknya sadar akan eksistensi Tuhan. Kesadaran akan keberadaan
Tuhan (kesadaran transendental), bahwa Tuhan akan membalas, maha
mengawasi, maha halus, dan sebagainya menghasilkan perilaku yang
berdasarkan atas aturan Tuhan. Jika anak sadar bahwa segala sesuatu
harus ia pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan, maka perilakunya akan
didasari atas moralitas keagamaan yang akan membentuk karakter/watak
dalam kepribadiannya.

10 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Muhammad Waston Al Hikami

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu


ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Surah Luqman:
13)

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua


orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.”( Surah Luqman: 14)

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan


dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik”(QS. Luqman: 14).

Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian


hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 15)

“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu


perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit
atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.” (Surah Luqman: 16)

“Hai anakku, dirikanlah shalat …” (Surah Luqman: 17)

”Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari


(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.”
dan perintahkan hal yang ma`ruf serta cegahlah dari perbuatan
munkar” (Surah Luqman: 17)

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 11


Kesadaran Transendental Sebagai Pilar Utama
Pendidikan Berwatak Dalam Untaian Nasehat Luqman Al Hakim

“Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.


Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).” (Surah Luqman: 17)
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.” (Surah Luqman: 18)

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.


Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Surah
Luqman: 19)

Kesimpulan
Luqman adalah seorang manusia biasa. Ia bukanlah seorang Nabi,
bukan pula seorang Rasul. Namun namanya diabadikan dengan tinta
emas dalam lembaran-lembaran.

Daftar Pustaka
Al Qur’an dan Terjemahnya. 2001. Asy-Syarif Medinah Munawwaroh
PO.BOX 6262. Saudi Arabia

Haas, P.M. 1990. Introduction: Epistemic Community and International


Policy Coordination. International Organization 46, 1-35....

http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html

12 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK


PADA NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE

Siti Zulaicha
Instansi

Abstract
This study aims to find the values of moral education (ahklaq) and
describe the characteristics of the characters who appear in the Hafalan
Shalat Delisa novel and its relevance in the current era of globalization.
It is a library research, whereas the data collection uses documentary
method, data analysis uses content analysis. The results obtained from
this study are: (1) moral values education contained in the novel include
the educational value towards: a) God (prayer, dhikr, and pray to Allah,
upright accept acts of God, fear of God’s torture, and fear of losing the
God’s grace), b) family (mutual respect, devotion, love and care for his
family), c) self or ahklaq Mahmudah namely: (impatient, upright,
gratitude, optimism, mutual help, hard work, and discipline) and ahklaq
madzmumah (ignorant, stubborn, lying and jealousy) d) family (conjugal
affection rights, the rights of the husband and wife together, birul
walidain) e) environment (nurture and care all created by Allah SWT
well). (2) Characteristics of the existing characters in the novel such as
Delisa, the errant six years old girl who has different characteristics with
children in her age in the case of curiosity, the character Ummi Salamah
is a wife as well as good mother (shalihah) who possess high discipline
in educating her children. (3) The relevance of educational values in
globalization era is the importance of moral education. Through the
character education curriculum as well as moral education as early as
possible either at home, school, environment, and society to overcome
moral decadence.

Keywords: moral education, novel, Hafalan Shalat Delisa

Pendahuluan
Pada dasarnya pendidikan akhlak menempati posisi sangat
penting dalam Islam, karena kesempurnaan seseorang tergantung kepada
kebaikan dan kemuliaan akhlaknya. Manusia yang dikehendaki Islam

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 13


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

adalah manusia yang memiliki akhlak yang mulia, manusia yang seperti
inilah yang akan mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat (Azmi,
2006:54 ). Akhlak yang baik tidak akan terwujud pada seseorang tanpa
adanya pembinaan yang dilakukan. Oleh karena itu perlu
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari ( Azmi, 2006:54 ).
Dalam konsep pendidikan akhlak segala sesuatu itu dinilai baik dan
buruk, terpuji atau tercela, semata-mata berdasarkan Al-Qur‟an dan
Hadits. Ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Allah SWT
yang termaktub dalam Al-Qur‟an dan Hadits (Azmi, 2006: 75 ).
Imam al-Ghazali:
Artinya:
"Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan." (Al-Ghazali, 1989:58).

Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak


mulia ini sangat ditekankan karena di samping akan membawa
kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi
masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain,akhlak utama yang
ditampilkan seseorang , tujuannya adalah untuk mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat ( Azmi, 2006:60 ).
Dewasa ini ahklaq sering dikaitkan dengan pendidikan karakter
yang merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya,
dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan

14 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau
budi pekerti bangsa.
Wynne (1991) mengemukakan bahwa karakter berasal dari
bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan
pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata
atau perilaku sehari-hari. Oleh sebab itu,seseorang yang berperilaku suka
menolong dikatakan, baik, jujur dan suka menolong dikatakan sebagai
orang yang memiliki karakter baik/mulia begitu juga sebaliknya.
Adanya krisis etika dan moral dewasa ini seperti meningkatnya
kekerasan pada remaja, penggunaan kata-kata yang memburuk,
meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, kaburnya
batasan moral baik-buruk, rendahnya rasa tanggung jawab dan rendahnya
rasa hormat kepada orang tua dan guru. Dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, bahkan juga krisis etika dan moral dalam
beragama lantas memunculkan pertanyaan tentang peranan dan
sumbangan Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membentuk etika dan
moral.
Walaupun variabel perkembangan permasalahan tersebut
sesungguhnya sangat kompleks, namun seringkali secara langsung
maupun tidak langsung dihubungkan dengan permasalahan pendidikan
agama di sekolah. Pertanyaan seperti ini dianggap sah-sah saja karena
sumber dari berbagai permasalahan tersebut adalah akibat adanya krisis
etika dan moral, sedangkan tugas pokok pendidikan agama adalah
membentuk anak didik memiliki moralitas dan akhlak budi pekerti yang
mulia.
Pendidikan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia karena pendidikan merupakan kebutuhan penting

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 15


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

bagi kehidupan manusia yang harus dipenuhi sepanjang hayat.


Pendidikan juga merupakan proses pembentukan kepribadian. Dengan
pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan
bertanggung jawab.
Sebagaimana dipaparkan dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003 bab VI pasal 13 yaitu tentang
jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, informal yang
dapat saling melengkapi dan memperkaya, pendidikan sebagaimana
disebutkan dalam ayat (1) diselenggarakan dengan sistem terbuka
melalui tatapan muka atau melalui jarak jauh. Jadi pendidikan tidak
hanya berlangsung di sekolah formal tetapi juga dapat berlangsung di
luar sekolah nonformal.
Ada banyak cara menyampaikan nilai-nilai pendidikan akhlak,
salah satunya yang digunakan oleh Tere-Liye lewat karya sastranya
berupa novel berjudul Hafalan Shalat Delisa (HSD). Dimana novel ini
adalah sebuah novel yang di dalamnya banyak terdapat pesan pendidikan
yang dapat dipetik.
Dalam novel ini diceritakan tentang seorang anak perempuan
berumur enam tahun. Awalnya Delisa menghafal bacaan shalat karena
sekolahnya mengadakan ujian praktik dan demi hadiah yang dijanjikan
Umminya. Sebagaimana dipaparkan dalam kutipan berikut:
Delisa yang sedang duduk diayunan yang berada di bawah pohon
jambu sambil menghafal do‟a iftitah. Delisa sedang berjuang
menghafalkan bacaan shalatnya, ia kelihatan sibuk menghafal walau
masih banyak yang kebolak-balik, tapi Delisa tetap semangat untuk
menghafal dengan harapan akan lulus ujian praktik di sekolah dan
mendapatkan hadiah kalung dari Ummi. Waktu berjalan begitu cepat,

16 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

dengan adanya jembatan keledai teknik cepat menghafal bacaan shalat


lebih cepat dan lancar (Liye, 2011:64).
Minggu 26 Desember saat dimana hari yang akan diingat seluruh
dunia dimana Delisa akan menghadapi ujian praktik shalat, Delisa
bangun dengan semangat, bacaan shalat subuhnya pun sudah nyaris
sempurna kecuali sujud, tiba-tiba bacaan sujudnya lupa tapi Delisa
mengabaikan fakta itu, karena di sekolah dia masih banyak waktu untuk
mengingatnya. Hadiah kalung yang membuat Delisa semangat sekolah,
Delisa berangkat sekolah di antar Ummi salamah, ketika bel masuk anak-
anak berebutan masuk ke kelas (Liye,2011:65).
Setelah lama menunggu tiba saatnya delisa untuk praktik shalat.
Delisa mulai membaca taawudz, sedikit gemetar membaca basmallah,
Delisa siap utuk shalat yang sempurna kepada Allah untuk pertama
kalinya, Delisa akan khusuk. “Allahu-akbar” persis ketika ucapan itu
hilang dari mulut Delisa, tiba-tiba tanah bergetar dahsyat, tepat ketika
Delisa mengucap kata Wa-ma-maa-tii lantai sekolah bergetar hebat dan
suara gemuruh air, tetapi Delisa khusuk melakukan shalatnya. Delisa
tetap membaca bacaan shalatnya, air keruh mulai masuk kedalam
mulutnya. Delisa di tengah sadar dan tidaknya ia ingin sujud dengan
sempurna untuk pertama kalinya.
Dua-pertiga malam, waktu yang mulai, waktu yang dijanjikan
dalam ayat-ayat-Mu dan Delisa mendapatkan penjelasan itu lewat mimpi,
mimpi yang sebenarnya akan ia ingat sepanjang hayatnya (Liye,
2011:66).
Waktu satu minggu Delisa sudah nyaris hafal seluruhnya,
shalatnya juga lebih khusuk. Sabtu sore, kelas TPA-nya belajar di luar
disalah satu bukit yang ada di Lhok Nga. Setelah satu jam belajar mereka

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 17


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

menghentikan pelajarannya, mereka akan shalat berjama‟ah. Tanpa


disadari, itulah shalat pertama Delisa yang akan sempurna, tak lupa satu
bacaan pun, dan tak lalai satu gerakanpun. Beberapa saat kemudian
Delisa selesai (Liye, 2011:250).
Selepas shalat ashar yang penuh makna, Delisa mencuci kedua
tangannya, ketika ujung jari Delisa menyentuh sejuknya air sungai,
ketika itulah Delisa menatap kemilau kuning indah yang menakjubkan.
Demi melihat cahaya itu Delisa menyebrangi sungai. Ya Allah, bukankah
itu seuntai kalung? Seluruh persediaan tubuhnya bergetar ketika melihat
kalung yang tersangkut ditangan yang sudah menjadi kerangka sempurna
kerangka manusia. Delisa mendesis lemah “U-m-m-i” kemudia Delisa
jatuh pingsan terjerambab kedalam sejuknya air sungai itu (Liye,
2011:264).
Tere-Liye menggunakan media penyimpanan pesan-pesan yang
ada di dalam Islam, salah satunya melalui karya sastranya berupa novel
HSD. Novel HSD karya Tere-Liye adalah novel yang mengandung
banyak sekali hikmah atau pesan pendidikan akhlak yang dapat dipetik.
Dalam sampul dan cover novel hafalan shalat Delisa tersebut, ada
beberapa komentar tokoh yang mengagumi novel tersebut.
Habiburrahman El Shirazy, penulis novel best seller Ayat-Ayat
Cinta memberikan komentar sebagai berikut: “Buku yang indah ditulis
dalam kesadaran ibadah, buku ini mengajak kita untuk mencintai anugrah
juga musibah, dan mencintai indahnya hidayah.”
Taufik Ismail, penyair yang memberi komentar sebagai berikut:
“Novel bacaan shalat anak 6 tahun dengan latar bacaan tsunami ini
sangat mengharukan, nilai keikhlasan dengan halus

18 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

dijalani pengarangnya kedalam plot cerita dunia kanak-kanak ini, saya


membacanya dengan sentimental, karena setelah bacaan tsunami bolak-
balik ke Lhok Nga itu.”
Ahmadun Yosi Herfanda, sastrawan dan redaktur sastra
Republika memberikan komentar sebagai berikut: “novel ini disajikan
dengan gaya sederhana namun sangat menyentuh, penulis berhasil
menghadirkan tokoh-tokoh dan suasana yang begitu hidup, islami, dan
luar biasa, pantas dibaca oleh siapa saja yang ingin mendapatkan
pencerahan rohani”.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti nilai akhlak yang terdapat dalam novel tersebut, dengan judul
“Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hapalan Shalat Delisa
Karya Tere Liye ”

Permasalahan
1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan ahklak yang dapat dipetik
dalam novel HSD karya Tere Liye ?
2. Bagaimana karakteristik tokoh yang ditampilkan dalam novel
HSD karya Tere Liye ?
3. Adakah relevansi antara nilai-nilai pendidikan ahklaq dalam
novel HSD di era globalisasi saat ini ?

Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam
menafsirkan maksud yang terkandung dalam judul penelitian
kependidikan ini, maka penulis menegaskan istilah sebagai berikut:

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 19


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

A. Nilai pendidikan akhlak


Nilai adalah kualitas suatu hal itu dapat disukai, diinginkan
berguna atau dapat menjadi objek kepentingan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) (1989: 534). Nilai adalah suatu yang berharga
bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia
(http://www.uzey.blogspot.com), pendidikan akhlak terdiri dari dua kata
yaitu pendidikan dan akhlak. Pendidikan menurut adalah suatu proses
pendewasaan diri melalui pengajaran dan latihan (Poerwadarminta,
1985:702).
Sedangkan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruktanpa
memerlukan pemikiran dan pertibangan (Ibrahim, 1972:202). Jadi nilai
pendidikan aklak adalah pengarahan tentang apa dan bagaimana yang
seharusnya dilakukan oleh seorang manusia dari perbuatan mereka.

B. Novel Hafalan Delisa


Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek
kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus (Semi,
1988:32). Jadi, Novel HSD adalah karya sebuah sastra karya Tere-Liye
yang isinya mengajarkan kepada pembaca tentang kasih sayang,
keikhlasan, dan ketabahan.

Metode Penelitian
Penelitian ini digolongkan dalam penelitian kepustakaan (library
research) karena data yang diteliti berupa naskah-naskah, atau majalah-
majalah yang bersumber dari khasanah kepustakaan (Arikunto, 2002 :
54)

20 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

Pembahasan
A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlaq dalam Novel HSD
1. Ahklaq Terhadap Allah SWT
a. Taqwa
Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Lebih lanjut, Thabbarah
mengatakan bahwa makna asal dari taqwa adalah pemeliharaan diri. Diri
tidak perlu pemeliharaan kecuali terhadap apa yang dia takuti. Yang
paling ditakuti adalah Allah SWT. Taqwa didefinisikan yakni
memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Rasa takut itu memerlukan ilmu
terhadap yang ditakuti. Oleh sebab itu yang berilmu akan takut
kepadaNya.
Pada hakikatnya taqwa adalah seseorang memelihara dirinya dari
segala sesuatu yang mengundang kemarahan Tuhannya dan dari segala
sesuatu yang mendatangkan mudharat, baik bagi dirinya sendiri maupun
bagi orang lain. Sementara dalam Surat Ali Imran ayat 134-135
disebutkan ciri-ciri orang yang bertaqwa, yaitu: (1) Dermawan (
menafkahkan hartanya baik waktu lapang maupun sempit ), (2) mampu
menahan hawa nafsu.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari
pada Allah dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui. Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 21


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri
tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah
melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri
baik yang besar atau kecil.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
hakekat taqwa adalah memadukan secara integral aspek iman, islam, dan
ihsan dari diri seorang manusia. Dengan demikian orang yang bertaqwa
adalah orang yang dalam waktu bersamaan menjadi mukmin, mukmin
dan muhsin.
Salah satu tanda orang yang bertaqwa adalah melaksanakan shalat
tepat pada waktunya dan pada novel HSD dapat kita lihat seperti kutipan
berita berikut:
Adzan shubuh dari meunasah terdengar syahdu. Bersahut-sahutan
satu sama lain. Menggetarkan langit-langit Lhok Nga yang masih gelap.
Tapi jangan salah, gelap-gelap begini kehidupan sudah dimulai. Remaja
tanggung sambil menguap menahan kantuk mengambil wudhu. Anak
laki-laki bergegas berjamaah memakai sarung kopiah. Anak gadis
menjumput lipatan mukena putih dari atas meja. Bapak-bapak membuka
pintu rumah menuju meunasah.
Ibu-ibu membimbing anak kecilnya bangun shalat berjamaah.
“Ashsholaatu khoirum minan naum!” (Liye, 2011:1)

Dari kutipan diatas sangat terlihat bahwa shalat merupakan wujud


ibadah yang mana diwajibkan untuk semua orang muslim baik tua
ataupun muda bahkan dikala sehat ataupun sakit. Allah memberitahukan
bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka beribadah
bukan berati Allah membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah

22 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

yang yang membutuhkannya. Karena ketergantungan mereka kepada


Allah. Barang siapa yang menolak beribadah kepada-Nya, tetapi
melenceng dari garis syariatnya ia adalah bidah sedangkan jika
sebaliknya, maka ia akan dikatakan mukmin muwahhid (yang
mengesakan Allah).
Ibadah adalah perkara tauqifiyyah maka dari itu, ibadah
merupakan sarana yang tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Begitu pula apa yang dilakukan oleh warga Lhok Nga yang
merupakan salah satu nama desa kecil di tepi pantai Aceh. Aceh
merupakan penduduk yang didominasi menganut agama islam paling
banyak maka tidak salah jika Aceh dijuluki dengan “Serambi Mekah”
maka tak heran jika subuh itu mereka nampak melaksanakan ibadah
shalat.
b. Cinta dan Ridho
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati
yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang
dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang. Cinta dengan
pengertian demikian sudah merupakan fitrah yang dimiliki setiap orang.
Islam tidak hanya mengakui keberadaan cinta itu pada diri manusia,
tetapi juga mengaturnya sehingga terwujud dengan mulia.
Bagi seorang mukmin, cinta pertama dan yang utama sekali
diberikan kepada Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Dan
diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah”. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada
Allah dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 23


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat
siksaan-Nya.
Konsekuensi cinta kepada Allah SWT adalah mengikuti semua
yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Cinta kepada Allah SWT itu
bersumber dari iman. Semakin tebal iman seseorang semakin tinggi
cintanya kepada Allah. Bahkan bila disebut nama Allah, hatinya akan
bergetar.
“U-m-mi…”
“Ya,ada apa,Sayang ?”
“Delisa…D-e-l-i-s-a cinta Ummi …Delisa c-i-n-t-a Ummi karena
Allah!” Ia pelan sekali mengatakan itu. Kalah oleh desau angin
pagi Lhok Nga yang menyelisik kisi-kisi kamat tengah. Tetapi
suara itu bertenaga tapi menggetarkan hati, terdengar jelas di
telinga kanan Ummi. Kalimat yang bisa meruntuhkan tembok
hati.

Ummi Salamah terpana. Ya Allah ,kalimat itu sungguh indah.Ya


Allah …kalimat itu membuat hatinya leleh seketika . Delisa cinta Ummi
karena Allah tasbih Ummi terlepas.Matanya berkaca-kaca.Ya Allah,apa
yang barusan dikatakan bungsungnya ? Ya Allah dari mana Delisa dapat
ide untuk mengatakan kalimat seindah itu. Tangan Ummi sudah gemetar
menjulur merengkuh tubuh Delisa (Liye, 2011:6).
Dari kutipan diatas terlihat bahwa Delisa gadis kecil berusia enam
tahun akan tetapi mampu mengeluarkan kata-kata yang indah. Walaupun
sebenarnya kata-kata itu merupakan ajaran ustadz Rahman guru ngajinya
akan tetapi kita dapat mengambil contoh bahwa berahklaq kepada Allah
SWT salah satunya adalah mencintai sesuatu hal hanya karena Allah
semata.

24 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

Manusia yang paling bahagia di akhirat adalah yang paling kuat


kecintaannnya kepada Allah SWT semata. Menurutnya, ar-ru‟yah
(melihat Allah) merupakan puncak kebahagiaan dan kesenangan.
Bahkan, kenikmatan surga tidak ada artinya. Mencintai Allah tidak
sebatas melakukan ibadah mahdah saja, akan tetapi meliputi ibadah
sosial, termasuk mu‟amalah. Jadi, cinta kepada Allah bisa diwujudkan
dalam bentuk cinta kepada manusia seperti kepada ibu, bapak ataupun
saudara kita yang lainnya. Jika dengan Umi ia hanya berkata demi hadiah
coklat berbeda ketika ia berkata pada Abi. Hal ini terlihat pada halaman
lain:
“A-b-i,,,” delisa berkata lemah. Tersendat. Ia ingin menangis lagi.
Abi menoleh, menghentikan ayunannya, menatap wajah
bungsunyayang begitu dekat dengan mukanya.“Abi...A-b-i.. D-e-
l-i-s-a c-i-n-t-a abi karena Allah!” kalimat itu meluncur saja dari
mulut Delisa. Meluncur dari hati Delisa tanpa tertahankan.
Tercipta tanpa mengharapkan sebatang coklat dan cukup
menghancurkan tembok hati (Liye, 2011:195).

Sejalan dengan cinta, seorang Muslim haruslah dapat bersikap


ridha dengan segala aturan dan keputusan Allah SWT. Artinya dia harus
dapat menerima dengan sepenuh hati, tanpa penolakan sedikitpun, segala
sesuatu yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Dengan keyakinan
seperti ini dia juga akan rela menerima segala qadha dan qadar Allah
terhadap dirinya. Dia akan bersyukur atas segala kenikmatan, dan akan
bersabar atas segala cobaan.
Demikianlah sikap cinta dan ridha terhadap Allah SWT. Dengan
cinta kita mengharapkan ridha-Nya. Berbahagialah orang yang dapat
mencintai Allah dengan sebenar-benarnya cinta. Dalam hapalan shalat

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 25


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

Delisa cinta pada Allah benar-benar ia tunjukkan. Seperti kutipan


dibawah ini:
Bagi Delisa kehidupan mudah kembali. Bagi Delisa semua ini
sudah berlalu. Bagi Delisa semua ini sudah berlalu. Bagi Delisa
hari lalu sudah tutup buku. Ia siap meneruskan kehidupan. Tak
ada yang perlu dicemaskan. Tak ada yang perlu ditakutkan.
Delisa siap menyambung kehidupan; meski sedikitpun ia belum
mengerti apa itu hakikat hidup dan kehidupan (Liye, 2011:157).

Dari kutipan cerita diatas menjelaskan bahwa Delisa kecil sudah


mulai menerima apa yang telah terjadi. Ia sudah menerima apa kehendak
Allah dan menerima kenyataan bahwa ia harus kehilangan kedua orang
tuanya yaitu Ummi dan Abi, Fatimah, Aisyah dan Zahra saudaranya.
Awalnya ia sangat sedih karena bencana tersebut merebut semua yang ia
miliki akan tetapi setelah lambatlaun ia sadar bahwa Allah masih sayang
padanya karena ia masih punya Abi yang sangat baik hati. Sikap ridha
merupakan hal sangat penting karena sifat ini menunjukkan bukti
seseorang mengimani rukun iman yang ke-6, yaitu percaya pada takdir
Allah SWT.
Ibu-ibu di sebelah ranjang Delisa mengucap salam. Shalat
malamnya usai. Tahajud-nya sudah selesai. Ia menangis tersedan.
Tak ada yang bisa mengembalikan waktu!. Tidak ada yang bisa
memutar ulang nasib,hidup dan kehidupan.Ibu-ibu itu setelah
sekian lama, tangisnya mareda, menghela nafas dalam (Liye,
2011:127).

Kutipan diatas menjelaskan bahwa ibu-ibu korban tsunami juga


sudah mulai menerima dengan bencana yang telah terjadi. Pada awalnya
korban yang masih hidup pasti sangat berat karena, mereka sudah tidak
punya apa-apa lagi jangankan harta keluargapun mereka tidak punya
karena sangat kecil kenungkinan keluarga mereka salamat. Akan tetapi

26 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

seiring berjalannya waktu mereka di tenda pengungsian korban-korban


yang masih selamat mulai menata kehidupan mereka lagi. Tak henti-
hentinya mereka menangis atas apa yang terjadi. Akan tetapi jawaban
atas semua masalah yang mereka hadapi hanyalah Allah SWT yakni dzat
yang maha berkehendak.
c. Ikhlas
Secara etimologis ikhlash (Bahasa Arab) berakar dari kata
khalasha dengan arti bersih, jernih, murni; tidak bercampur. Ikhlas yakni
dimaksud dengan beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.
Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih, hanya
semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT. Hal ini dapat dijelaskan
atas tiga unsur yakni:
1) Niat Ikhlas
Dalam Islam faktor niat sangat penting. Apa saja seorang Muslim
haruslah berdasarkan niat mencari ridha Allah SWT, bukan berdasarkan
motivasi lain.
Sepanjang mengaji, Delisa juga tak sabar menunggu pengajian
TPA-nya usai; bahkan tidak memperhatikan banyak saat Ustadz Rahman
sibuk bercerita tentang ikhlas dan tulus . Iklas dan tulus? Ah, delisa tidak
mendengarkan. Ia sibuk membayangkan hadiah yang akan ia dapat (Liye,
2011:57).
Jika kita akan melakukan sesuatu hendaknya disertai dengan niat
yang ikhlas yakni tidak mengharapkan sesuatu balasan apapun
kecuali hanya ridha Allah SWT, Allah akan mengganjar kita
dengan pahala akan tetapi, Delisa justru hanya mengharapkan
kalung untuk hadiah bacaan shalatnya dan mengharapkan
sebatang coklat dengan membohongi uminya, tentunya hal
semacam ini sangat tidak benar karena ridha Allah juga
merupakan ridha orang tua sehinga bersikaplah dengan baik

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 27


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

terhadap orang tua dan janganlah kita melakukan pekerjaan hanya


demi mengharapkan sesuatu.
2) Beramal dengan Sebaik-baiknya
Niat yang ikhlas harus diikuti dengan amal yang sebaik-baiknya.
Seorang muslim yang mengaku ikhlas melakukan sesuatu harus
membuktikannya dengan melakukan perbuatan itu sebaik baiknya.
Seperti pada kutipan berikut ini:
“Dan penjelasan itu ternyata betul-betul dimasukkan dalam hati
oleh Delisa esok sorenya, saat ia main lagi dengan teman-
temannya di lapangan pasir tersebut, Delisa dengan “ihklas”
menjadi kiper” (Liye, 2011: 175).

Pada awalnya Delisa tidak mau bermain bola karena ia selalu


hanya menjadi kiper. Walupun seorang perempuan nia memang sangat
suka bermain bola. Baginya menjadi kiper membosankan karena ia tiak
bisa menjadi penyerang. Akan tetapi dengan nasihat abinya Delisa
akhirnya menerima menjadi pemain dengan posisi apapun.
3) Pemanfaatan Hasil dengan Tepat
“Sungguh Delisa tidak mengerti apa maksud penjelasan kak Ubai.
Bukankah Delisa sudah ihklas menghapal bacaan shalatnya.
Tidak ada paksaan sama sekali. Delisa juga sudah tulus
menghapal bacaan shalat itu” (Liye, 2011: 246).

Dalam kutipan diatas menunjukkan bahwa Delisa sudah mulai


belajar mengerti apa makna ihklas itu. Dan buah keihklasan itu pasti ada.
Seperti menyangkut pemanfaatan hasil yang diperoleh, misalnya
menuntut ilmu. Setelah seorang muslim berhasil melalui dua tahap
keikhlasan, yaitu niat ikhlas karena Allah SWT dan belajar dengan rajin,
tekun, dan disiplin, maka setelah berhasil mendapatkan ilmu tersebut,
maka bagaimana dia memanfaatkan ilmunya dengan tepat. Hanya dengan

28 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

keikhlasanlah semua amal ibadah akan diterima oleh Allah SWT.


Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Selamatlah para
mukhlisin.Yaitu orang-orang yang bila hadir tidak dikenal, bila tidak
hadir tidak dicari-cari. Mereka pelita hidayah, mereka selalu selamat dari
fitnah kegelapan…” Seorang mukhlis tidak akan pernah sombong kalau
berhasil, tidak putus asa kalau gagal. Tidak lupa diri menerima pujian
dan tidak mundur dengan cacian. Sebab dia hanya berbuat semata-mata
mencari keridhaan Allah SWT. Lawan dari ikhlas adalah riya. Yaitu
melakukan sesuatu bukan karena Allah, tapi karena ingin dipuji atau
karena pamrih lainnya. Seorang yang riya adalah orang yang ingin
memperlihatkan kepada orang lain kebaikan yang dilakukannya. Sifat
riya adalah sifat orang munafik.
Rasulullah SAW menamai riya dengan syirik kecil. Riya atau
syirik kecil akan menghapus amalan seseorang. Dalam sebuah hadist
yang panjang Rasulullah saw menggambarkan bahwa di akhirat nanti ada
beberapa orang yang dicap oleh Allah SWT sebagai pendusta, ada yang
mengaku berperang pada jalan Allah hingga mati syahid, padahal dia
berperang hanya karena ingin dikenal sebagai seorang pemberani; ada
yang mengaku mendermakan hartanya untuk mencari ridha Allah SWT,
padahal dia hanya ingin disebut dermawan; dan sebagainya. Amalan
semua orang itu ditolak Allah SWT dan mereka dimasukkan neraka dan
menyebabkan seseorang tidak tahan menghadapi tantangan dan hambatan
dalam beramal. Dia akan cepat mundur dan patah semangat apabila
ternyata tidak ada yang memujinya. Dia akan cepat kehabisan stamina;
nafasnya tidak panjang dalam berjuang. Sebaliknya bila menerima pujian
dan sanjungan dia akan cepat sombong dan lupa diri. Kedua hal tersebut
jelas sangat merugikannya. Berbeda dengan orang ikhlas, tidak terbuai

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 29


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

dengan pujian dan tidak patah semangat dengan kritikan. Staminanya


beramal dan berjuang sangat kuat. Nafasnya panjang. Dan lebih dari itu,
dia senantiasa diridhai oleh Allah.
d. Khauf dan Raja‟
Khauf adalah kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak
disukai yang akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu
yang disukainya. Dalam Islam rasa takut harus bersumber kepada Allah.
Karena hanya Allah SWT yang berhak ditakuti.
“ Aisyah hanya diam.Ummi kan pernah bilang, sayang... jangan
pernah lihat hadiah dari bentuknya,tapi lihat niatnya ...Abi kan
juga sering bilang- Kalau kamu lihat hadiah dari niatnya,
insyaAllah hadiahnya terasa lebih indah...Ah iya, bukankah
Ustadz Rahman juga pernah bilang: kita belajar shalat itu hadiah
nggak sebanding dengann kalung... Hadiahnya sebanding dengan
surga...” (Liye ,2011:33).

Pada bait diatas dijelaskan bahwa Aisyah yang takut kalau kalung
Delisa lebih baik dibandingkan kalung miliknya. Selain itu ia juga
memiliki kegaulauan hati jika tidak dipinjami sepeda adiknya Delisa
seperti berikut:
Aisyah mengangkat hidung dan bibirnya. Berpikir. Me-nyeringai.
Tetapi bagaimana kalau Delisa tidak mau meminjami
sepedanya?.”Kak aisyah, tenang saja. Nanti Delisa kasih kasih
pinjam,deh!”Delisa sudah berseru duluan. Seperti sudah besar
gayanya (Liye, 2011:34).

Kedua sifat diatas tentunya merupakan sifat yang tidak baik.


Orang yang sering galau dan takut kehilangan apa yang dimiliki akan
menjadikan hati tidak tentram. Ia akan merasa takut jika apa yang sudah
ia miliki hilang. Bahkan sifat ini dapat menjadikan seseorang menjadi
kufur nikmat. Allah tidak akan senang jika melihat hambanya takut

30 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

kehilangan apa yang telah ia miliki. Dan tidak seharusnya Aisyah sebagai
kakak Delisa bersikap demikian. Karena dia mengenal Allah SWT
(ma‟rifatullah). Takut seperti ini dinamai khauf al‟ Arifin. Semakin
sempurna pengenalannya terhadap Allah semakin bertambah takutnya.
Rasullullah saw adalah hamba Allah yang paling mengenal-Nya, oleh
sebab itu beliaulah orang yang paling takut terhadap Allah dibandingkan
siapapun. Beliau besabda:
“Sesungguhnya aku orang yang paling mengenal Allah di antara
kalian, diantara kalian dan aku pulalah yang paling takut di antara
kaliankepada-Nya”(HR.Tirmidzi).

Selain itu dosa-dosa yang dilakukannya, karena takut azab Allah


SWT. Seharusnya Aisyah haruslah berani menyatakan kebenaran, dan
memberantas kemungkaran secara tegas tanpa harus takut pada makhluk
yang menghalanginya. Keberanian seperti itulah yang dimiliki oleh para
Rasul dalam penyampaian ajaran Allah.
Menyadarkan manusia untuk tidak meneruskan kemaksiatan yang
telah dilakukannya serta menjauhkannya dari segala macam bentuk
kefasikan dan hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Orang yang yang
takut kepada Allah bukanlah orang yang bercucuran air matanya lalu ia
mengusapnya, melainkan orang yang takut kepada Allah ialah orang
yang meninggalkan segala sesuatu perbuatan yang ia takuti hukumnya.
Raja‟ adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada
masa yang akan datang. Raja‟ harus didahului dengan usaha yang
sungguh-sungguh. Harapan tanpa usaha namanya omong kosong dan
seseorang haruslah memiliki cita-cita mendatang.
Seorang mukmin haruslah bersikap raja‟, berbuat amal saleh
semata-mata untuk mengharap ridha Allah. Bila menyadari akan

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 31


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

kesalahan segeralah bertaubat dan meminta maaf pada-nya, janganlah


berputus asa untuk mencari rahmat serta ridha-Nya, karena sifat putus asa
merupakan sikap-sikap orang kafir:
“ Nah,kalau bukan untuk kalung,kamu nggak sepantasnya
cemburu dengan hadiah adikmu, kan? Ah iya,besok-lusa kita kan
bisa ketempat Koh Acan lagi, masing-masing nanti belu huruf
untuk kalungnya...F untuk Fatimah.Z untuk Zahra dan A untuk
Aisyah-“ (Liye, 2011:34).

Pada kutipan diatas dijelaskan bahwa setelah Aisyah cemburu


karena takut Delisa adiknya dibelikan kalung lebih bagus darinya ia
kemudian marah pada adiknya . akan tetapi, dengan bujukkan Umminya
akhirnya ia sudah tidak marah karena ia juga berharap mendapat kalung
yang sama seperti milik adiknya setidaknya liontin berbentuk huruf A
untuk Aisyah.
Seseorang hendaknya boleh bersikap raja‟ atau mengharapkan
sesuatu akan tetapi, haruslah disertai dengan usaha yang sungguh-
sungguh. Delisa pun juga demikian ia sangat sulit menghapal bacaan
shalat dan masih sering kebolak-balik yang ada akhirnya gadis kecil ini
berharap dapat segera memakai kalung hadiah hapalan shalatnya.
Kauf dan raja‟ harus berlangsung sejalan dan seimbang dalam
diri seorang Muslim. Kalau hanya membayangkan azab Allah seseorang
akan berputus asa untuk dapat masuk surga, sebaliknya bila hanya
membayangkan rahmat Allah semua merasa masuk surga. Rasullulah
SAW bersabda “Kalau seorang mukin mengetahui siksaan yang ada di
sisi Allah maka tidak seorang pun dapat berharap masuk surga. Dan jika
orang kafir mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah tidak seorang pun
berputus asa untuk msuk surga.” (HR. Muslimin).

32 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

e. Tawakal
Tawakkal merupakan kesungguhan hati dalam bersandar kepada
Allah Ta‟ala untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah bahaya,
baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat. Tawakkal juga bearti
membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan
menyerahkan keputusan segala sesuatu kepada-Nya. Allah Ta‟ala
berfirman yang artinya, “Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah,
niscaya Dia akan jadikan baginya jalan keluar dan memberi rizqi dari
arah yang tiada ia sangka-sangka, dan barangsiapa bertawakkal kepada
Allah, maka Dia itu cukup baginya.” (At-Tholaq :2-3).
f. Syukur
Suatu sikap atau perilaku memuji, berterima kasih dan merasa
berhutang budi kepada Allah atas karunia-Nya, bahagia atas karunia
tersebut dan mencintai-Nya dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya.
Syukur adalah salah satu sifat yang merupakan hasil refleksi dari sikap
tawakal.
”Abi jatuh terduduk. memujiMu. Sujud syukur. Matanya basah.
Abi tadi takut sekali. Semua kenangan itu kembali saat dia duduk
berdiam dilorong sepi ini. Abi gentar sekali . Sedikitpun tidak
bisa membayangkan apa yang akan ia lakukan jika delisa pergi
setelah semua sudah amat menyakitkan. Sungguh akan semakin
menyakitkan jika bungsunya juga ikut pergi. Abi lirih mengucap
syukur. Ubai tersenyum tipis meraih bahu abi. Membantu berdiri
(Liye, 2011:230).

g. Taubat
Taubat berakar dari kata tâba yang berarti kembali. Orang yang
bertaubat kepada Allah SWT adalah orang yang kembali dari sesuatu
menuju sesuatu; kembali dari sifat-sifat yang tercela menuju sifat-sifat

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 33


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali


dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju
yang diridhai-Nya, kembali dari saling yang bertentangan menuju ke
yang saling menyenangkan, kembali kepada Allah setelah meninggalka-
Nya dan kembali taat setelah menentang-Nya. Sebagaimana kutipan pada
HSD berikut ini:
Ya Allah, tubuh itu bercahaya. Berkilau-menakjubkan. Lihatlah!
Lebih indah dari tujuh pelangi dijadikan satu (Liye, 2011:108). Esok
shubuh. Prajurit Smith akan mendatangi ruangan mushala yang terdapat
di kapal induk itu. Patah-patah dibimbing Sersan Ahmed mengambil air
wudhu. Lantas bergetar menahan tangis mengucap shahadat. Esok pagi
prajurit Smith memutuskan untuk menjalani hidup baru. Bukan soal
pilihan agamanya-karena itu datang memanggilnya begitu saja, tetapi
lebih karena soal bagaimana ia menyikapi kehilangan selama ini.
Penerimaan yang tulus.(Liye, 2011:114).

2. Ahklaq Terhadap Diri Sendiri


a. Shidiq
Shidiq (ash sidqu) artinya benar atau jujur, lawan dari dusra atau
bohong (al-kazib); seorang muslim dituntut selalu berada dalam
keaadaan benar lahir dan batin; benar hati (shidq al-qalb),benar
perkataan (shidq al-amal). Antara hati dan perkataan harus sama, tidak
boleh berbeda, apalagi antara perkataan dengan perbuatan. Benar hati,
apabila hati dihiasi dengan iman kepada Allah SWT dan bersih dari
segala macam penyakit. Benar perkataan, apabila semua yang diucapkan
adalah kebenaran bukan kebatilan. Dan benar perbuatan ,apabila semua
yang dilakukan sesuai dengan syari‟at Islam.

34 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

Rasullulah SAW memerintahkan semua muslim untuk selalu


shidiq, karena sifat shidiq membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan
mengantar ke surga. Sebaliknya beliau melarang umatnya berbohong,
karena kebohongan akan membawa kepada kejahatan dan kejahatan akan
berakhir di neraka.
Kita sebagai orang yang beriman harus bersifat jujur dan orang
yang tidak mau berkata jujur maka ia termasuk sebagai orang
pembohong. Seperti apa yang dilakukan delisa yang mana telah
berbohong pada Ummi dan kakak-kakaknya bahwa coklat yang ia dapat
karena hadiah ia pintar padahal ia mendapat coklat itu dari perintah
ustadznya bahwa bagi siapa yang mampu bilang “cinta Ummi “ karena
Allah hingga nenangis maka ia akan mendapat coklat sebagai berikut:
Urusan cokelat sebenarnya tidak terlalu membebani Delisa lagi.
Ia sudah mengaku kepada Kak Aisyah, Kak Zahra, dan Kak Fatimah. Ia
memberikan pengakuan sendirian. Datang kepemakaman massal.
Menggurat nama-nama kakaknya. Meletakkan tiga tangkai bunga mawar
biru. Lantas terbata mengaku soal tersebut. Itu kebiasaan Delisa Delisa
belakangan ini. Setiap minggu pagi pergi ke pemakaman massal. Minta
maaf dengan sungguh-sungguh. Berjanji tidak akan berbohong lagi
(Liye, 2011:184-185).

b. Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya, seakar dengan kata iman.
Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah
pada dirinya. Antara keduanya terdapat kaitan yang sangat erat sekali.
Rasullulah bersabda:

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 35


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

“Tidak sempurna iman seseorang yasng tidak amanah,dan tidak


(sempurna) agama orang yang tidak menunaikan
janji.”(HR.Ahmad)

Amanah dalam arti sempit adalah memelihara titipan dan


mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. sedangkan
dalam bentulk luas amanah mencakup banyak hal dan amanah taklif
merupakan amanah yang paling besar.
Ya Allah, amanah itu berat sekali. Dia harus menjadi Abi, Ummi,
kakak, sekaligus teman untuk Delisa. Jangankan untuk urusan
yang lebih rumut, soal memasakkan makanan yang halal dan
Thayib-pun dia tidak bisa. Makanan yang thayib ya Allah! Dan
dia tak kunjung bisa berdamai dengan semua perasaan kehilangan
ini. Tak kunjung bisa melupakan semuanya. Lemah. Hatinya
Lemah sekali. Seiring tertelungkup mengadu kepadaMu.
Mengadu semua penderitaan yang tak kunjung berubah menjadi
angin sejuk (Liye, 2011:192).

c. Istiqomah
Secara etimologis, istiqomah berasal dari kata istaqama-
yastaqimu ,yang bearti tegak lurus (al- Munjid,1986:663). Dalam kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 34:1990) diartikan sebagai sikap teguh
pendirian. Dalam termilogi akhlaq, istiqamah dapat dikatakan sebagai
sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun
menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Seperti ayat
dibawah ini:
Artinya: ”katakanlah: Saya beriman kepada Allah, kemudian
istiqamahlah!”(HR. Muslim).

“Ummi, Delisa ingin ikut!”


Ummi Tiur beranjak duduk, lembut mengelap air mata Delisa.
Mencium kening Delisa penuh makna. Berbisik lemah “ Delisa
harus tinggal, sayang...” Delisa mau ikut! Delisa harus

36 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

menyelesaikan salat itu sayang...Delisa ingin ikut Delisa tidak


mau sendirian (Liye,2011:88).

Dalam kutipan itu juga dijelaskan bahwa Delisa sering bermimpi


bertemu dengan kakak-kakaknya, Tiur temannya dan ummi Tiur seta Bu
guru Nur. Akan tetapi hampir semuanya mengatakan agar Delisa mau
meneruskan hapalan shalatnya, Delisa seperti harus menuntaskan apa
yang selama ini diamanahkan padanya yaitu menyelesaikan bacaan
shalatnya karena sempat tertunda akibat bencana tsunami.
d. Iffah
Secara etimologi, iffah adalah bentuk masdar dari affa-
ya‟iffu;iffah yang bearti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik.
Dan juga bearti kesucian tubuh (Munawwir, 1984:186). Secara
terminologi, iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal
yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya.
e. Mujahadah
Menurut Raid abdul Hadi dalam bukunya yang berjudul
“mamarat al-haq”, berasal dari kata jahada-yujahidu-mujahadajihad
yang berarti mencurahkan segala kemampuan (badzlu al-wus‟i) (al-
Munjid:106).
Dalam segala kemampuan untuk melepaskan dalam konteks
ahklaq, mujahadah adalah mencurahkan segala kemampuan untuk
melepaskan diri dari segala hal yang menghambat pendekatan diri
terhadap Allah SWT, baik hambatan yang bersifat internal maupun
eksternal. Untuk itu diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh yang
mana disebut mujahadah SWT.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 37


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

Dan dari sebagian hambaMu ada yang tetap terjaga


mengingatmu... bersimpuh mengadu kepadaMu. Wahai yang paling
berhak menerima tumpahan air mata. Meminta petunjuk padaMu ,wahai
yang memiliki pertanda. Meminta penjelasan padaMu,wahai yang
memiliki rahasia langit,bumi dan diantara kedua-duanya (Liye,
2011:191)
f. Syaja’ah
Syaja‟ah artinya berani, bukan berani dalam arti siap menantang
siapa saja tanpa mempedulikan apakah dia berada di pihak yang benar
atau yang salah, akan tetapi berani yang berlandaskan kebenaran yang
dilakukan dengan penuh pertimbangan. Keberanian tidaklah ditentukan
oleh kekuatan fisik akan tetapi kekuatan hati dan pikiran.
Delisa sudah lelah menangis. Air matanya sudah habis sepanjang
hari. Tujuh hari tujuh malam ia terkapar. Ia tidak takut lagi
menatap sepinya kota. Tidak takut lagi menatap gelapnya malam.
Bahkan Delisa tidak peduli dengan hujan deras yang turun tiap
malam. Mengeriputkan badan kecilnya (Liye, 2011:101).

g. Malu
Malu (al-haya‟) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan
keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik. Orang yang
memiliki rasa malu,apabila melakukan hal yang tidak patut rendah atau
tidak baik dia akan terlihat gugup atau mukanya merah. Sebaliknya orang
yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan tenang tanpa
ada rasa gugup sedikitpun.
h. Sabar
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) bearti menahan dan
mengekang. Sabar juga wujud dari akhlak mulia terhadap diri sendiri.

38 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

Sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena
mengharap ridho dari Allah Swt (al-Qardlawi, 1989: 8). Sabar adalah
suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas
dorongan ajaran agama. Dengan kata lain, sabar ialah tetap tegaknya
dorongan agama berhadapan dengan dorongan hawa nafsu.
“Sabar...anakku! Allah akan membalas semua kesabaran dengan
pahala yang besar!”(Liye, 2011:156).

i. Pemaaf
Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan
orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk
membalas. Alam bahasa Arab sifat pemarah tersebut disebut dengan al-
afwu yang secara etimologis bearti kelebihan atau yang berlebih. Yang
berlebih seharusnya diberikan agar keluar. Dari pengertian mengeluarkan
yang berlebih itu , kata al-af”wu kemudian berkembang maknanya
menjadi dihapus. Dalam konteks bahasa ini memaafkan bearti
menghapus luka atau bekas-bekas luka yang ada di dalam hati.
Mengaku ke kakak-kakaknya soal kenakalan Umam selama itu,
yang membuat mereka berenam akhirnya dimarahi semalama.
Mengaku ke kakak-kakaknya soal kenakalan Umam selama ini.
Dia merobek buku Kak Tiro. Sengaja memecahkan tugas keramik
Kak Umar. Mengembosi ban motor Kak Pasat. Ya, dia bisa
mengaku banyak hal disini. Dan kakak-kakaknya pasti akan
mendengar. Memaafkannya (Liye, 2011:218).

3. Ahklaq Terhadap Keluarga


a. Hak, Kewajiban dan Kasih Sayang Suami Isteri
Salah satu tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk mencari
ketentraman atau sakinah. Selain itu yang berperan membuat keluarga
menjadi sakinah ada dua factor, pertama mawaddah, kedua rahmah.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 39


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

Dalam bahasa Indonesia padanan kedua kata itu adalah kasih factor
sebagaimana terlihat dalam terjemahan ayat di atas. Tapi kalau ada yang
bertanya apa beda antara kasih mungkin tidak semua kita bisa dengan
tepat dan cepat bisa menjelaskannya. Menurut hemat penulis-merujuk
beberapa sumber-mawaddah, lahir dari sesuatu yang bersifat jasmani
(kecantikan, kegagahan), sedangkan rahmah lahir dari sesuatu yang
bersifat rohani (berhubungan batin).
b. Hak-hak Bersama Suami Isteri
Dalam hubungan suami isteri di samping hak masing-masing ada
juga hak bersama yaitu (1) hak tamattu‟ badani (menikmati hubungan
sebadan dan segala kesenangan badani lainnya), (2) hak saling mewarisi
(3) hak nasab anak dan (4) hak muasyarah bi al ma‟ruf (saling
menyenang dan membahagiakan). Seperti contoh kutipan dibawah ini:
“Assalammu‟alaikum...”
Meski barusan habis menatap tajam Aisyah, suara Ummi
terdengar sumringah sekali ketika mengangkat telepon itu. Seperti
biasa kalau berbicara lewat telepon dengan Abi, Ummi hanya
tersipu, lantas menjawab lembut”tapi Abikan di sana bisa
merasakan kalau Ummi sedang tersenyum, sayang...Ah Delisa
nanti kalau kamu sudah besar kamu bakal tahu. Istri yang baik
selalu bersikap sungguh-sungguh melayani suaminya...
Liye,2011:29).

4. Birul Walidain
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa Allah SWT
menempatkan perintah untuk birrul walidain langsung sesudah perintah
untuk beribadah kepada-nya, maka sebaliknya Allah SWT pun
menempatkan uququl walidain sebagai dosa besar yang menempati
ranking mendurhakai kedua orang tua. Istilah inipun berasal langsung
dari Rasulullah saw sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits.

40 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

Dosa-dosa besar adalah: mempersekutukan Allah, durhaka kepad kedua


orang tua, membunuh orang dan sumpah palsu” (HR. Bukhari).
Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar yang sangat
dibenci oleh Allah swt, sehingga azabnya disegerakan Allah di dunia ini.
Semua dosa-dosa diundurkan oleh Allah (azabnya) sampai waktu yang
dikehendaki-Nya kecuali durhaka kepada kedua orang tua, maka
sesungguhnya Allah menyegerakan (azabnya) untuk pelakunya di waktu
hidup di dunia ini sebelum dia meninggal.
Ummi sedang mengaji; mengajari Cut Aisyah dan Cut Zahra.
Sedangkan Fatimah membaca Al-Quran sendiri. Tidak lagi diajari
Ummi. Ah, kak Fatimah bahkan setahun terakhir sudah khatam
dua kali. Ini jadwal rutin mereka setiap habis shubuh. Belajar
ngaji dengan Ummi, meskipun juga belajar ngaji TPA dengan
Ustadz Rahman di Meunasah (Liye, 2011:5).
.
B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Ahklaq dalam Novel HSD di
Era Globalisasi Saat Ini
Pada dasarnya pendidikan ahklaq sangatlah penting dalam
kehidupan. Era globalisasi yang ada dihadapan saat ini tidak dapat
dihindari. Dalam bidang sosial, pengaruh globalisasi semakin merusak
nilai-nilai kemanusiaan. Dengan situasi ini,muncul segala sesuatu yang
bersifat global harus disesuaikan dengan keinginan negara.
Globalisasi memberi peluang dan fasilitas yang luar biasa bagi
siapa saja. Pendidikan ahklaq juga penting sebagai pondasi awal
penanaman nilai kepada penerus bangsa. Bahkan pendidikan karakter
yang sudah dicanangkan menunjukkan bahwa pendidikan ahklaq penting
bagi dunia pendidikan sebagai langkah dalam menanggulangi adanya
dekadesi moral. Nilai-nilai karakter juga hampir mirip dengan ruang
lingkup pendidikan ahklaq. Seperi nilai-nilai perilaku manusia dalam

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 41


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama


manusia, lingkungan, dan kebangsaan
Salah satu contoh nilai karakter dalam hubungan dengan tuhan
adalah nilai religius dengan kata lain, pikiran,perkataan dan tindakan
seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau
ajaran agama. Sedang nilai karakter yang berhubungan dengan diri
sendiri adalah jujur,bertanggung jawab, disiplin, kerja keras dan cinta
ilmu.
Melalui revitalisasi dan penekanan karakter di berbagai lembaga
pendidikan, baik formal maupun non formal diharapkan bangsa
Indonesia mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang
rumit dan komplek. Istilah karakter berkaitan erat dengan personality
(kepribadian) seseorang, sehingga ia bisa disebut orang yang berkarakter.
Tujuan pendidikan karakter yang mana saat ini sudah dimasukkan
dalam kurikulum sangat berperan dalam penanaman ahklaq mulia.
Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik mampu mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi ahklaq-ahklaq mulia sehingga
dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai pendidikan ahklaq yang termaktup dalam novel HSD
tentunya merupakan salah satu contoh penyampaian penanaman nilai
ahklaq yang saat ini sudah jarang kita jumpai. Tidak hanya menyuguhkan
bagaimanakah mendidik seorang anak sejak kecil dengan baik akan tetapi
juga menghadirkan beberapa karakter kepribadian yang luhur. Kita sering
melihat bahwa saat ini anak-anak sudah mulai tidak memperhatikan
pendidikan agama. Televisi dan game merupakan makanan sehari-hari
dan mengesampingkan kebutuhan agama pada anak. Surau dan masjid

42 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

sepi, para kaula muda mengumbar aurat serta orang tua tidak
memperhatikan perilaku mereka dilingkungan luar.
Nilai pendidikan ahklaq kepada Allah merupakan hal pertama
yang perlu ditanamkan seperti shalat dan mengaji. Dalam novel HSD
dijelaskan betapa Delisa sangat susah dalam menghapal bacaan
shalatnya. Padahal usia anak-anak adalah usia yang tepat dalam
mengasah otak serta mudahnya ilmu masuk. Akan tetapi justru saat ini
anak-anak dicekoki oleh lagu-lagu dewasa dan bukan mengaji tetapi
mengutamakan les musik, drum band dan lainnya.
Selain hal diatas ahklaq pada diri sendiri seperti kejujuran.
Tawakkal, amanah dan iffah saat ini sudah mulai pudar. Hal ini sangat
terlihat dengan banyaknya pemimpin bangsa yang tidak jujur dan tidak
amanah. Padahal kepercayaan sudah diberikan rakyat pada mereka.
Ahklaq pada lingkungan yakni kita sebagai manusia haruslah menjaga
dan merawat alam justru malah membuat alam rusak. Serta ahklaq pada
keluarga yakni menghargai hak dan kewajiban suami isti, menghormati
orang tua jurtru saat ini banyak pasangan yang merusak mahligai
perkawinan dengan perselingkuhan dan banyak anak yang tidak
menghormati orang tua justru tega membunuhnya.
Disinilah pendidikan ahklaq penting bagi kehidupan manusia.
Selain sebagai perisai tentu semakin meningkatnya baik ahklaq dalam
berbagai aspek tetunya hal ini dapat meningkatkan moral bangsa yang
berbudi luhur. Dan yakinlah Allah tidak akan memberi azab misalnya
bencana, sakit serta musibah asal kita mampu menjadi orang yang
bersyukur atas nikmatNya.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 43


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

“Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia untuk


(kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa yang kufur (tidak
bersyukur), (sesuatu) lagi Mahamulia” (QSAn-Naml[27]:40

Terkadang ada seseorang yang dapat menjalin hubungan baik


dengan Tuhannya, tetapi ia bermasalah dalam menjalin hubungan dengan
sesamanya. Atau sebaliknya, ada orang yang dapat menjalin hubungan
secara baik dengan sesamanya, tetapi ia mengabaikan hubungannya
dengan Tuhannya. Tentu saja kedua contoh ini tidak benar. Yang
seharusnya dilakukan adalah sebesar apapun dosa yang telah diperbuat
anak adam, jika dilakukan secara bersamaaan namun karena kemurahan-
Nya, Dia menyatakan diri-Nya sebagai Syakirun 'Alim (QS Al-Baqarah
[2]: 158), dan Syakiran Alima (QS An-Nisa' [4]: 147), yang keduanya
berarti, Maha Bersyukur lagi Maha Mengetahui, dalam arti Allah akan
menganugerahkan tambahan nikmat berlipat ganda kepada makhluk yang
bersyukur.
Ahklaq memiliki dua sasaran : pertama, ahklaq dengan Allah.
Kedua, ahklaq dengan sesama mahkluq. Oleh karena itu, tidak benar
kalau masalah ahklaq hanya dikaitkan dengan masalah hubungan anatara
manusia saja. Atas dasar itu, maka benar akhklaq adalah aqidah dan
pohonnya adalah syariah. Ahklaq itu sudah menjadi buahnya. Buah itu
akan rusak jika pohonnya rusak, dan pohonnya akan rusak jika akarnya
rusak. Oleh karena itu akar, pohon,dan buah harus dipelihara dengan
baik.
Penulis melihat adanya implementasi ahklaq islam terhadap pilar
karakter mulia yang saat ini juga menjadi acuan di sekolah-sekolah.
Seperti cinta Allah, amanah, santun, kasih sayang, adil, rendah hati ,
percaya diri dan toleransi. Dan seluruh karakter ini juga tercermin dalam

44 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Siti Zulaicha

novel HSD. Dengan era globalisasi yang semakin maju hendaknya pesan
moral yang disampaikan baik melalui media cetak maupun elektronik
diharapkan mampu menjadi tauladan yang dapat mengatasi masalah
dekadesi moral yang semakin berkembang.

Kesimpulan
Nilai-nilai Pendidikan ahklak yang dapat dipetik dari novel
Hapalan Shalat Delisa Karya Tere Liye di antaranya adalah: nilai
pendidikan ahklak tehadap Allah ( shalat,dzikir, dan berdoa, kepada
Allah, ihklas menerima takdir Allah, takut akan siksaan Allah, dan takut
akan kehilangan rahmat Allah), nilai pendidikan ahklak pada diri sendiri
atau ahklak mahmudah yaitu: (sabar, ihklas, syukur, optimis, tolong
menolong, kerja keras, dan disiplin) serta ahklak madzmumah (jahil,
bandel, berdusta dan pencemburu) ahklak terhadap keluarga ( hak kasih
sayang suami istri, hak-hak bersama suami istri, birul walidain) serta
nilai pendidikan ahklak pada lingkungan (memelihara serta merawat
semua ciptaan Allah SWT dengan baik dan bencana alam yang sering
terjadi sebenarnya adalah disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri).

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 45


Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

Daftar Pustaka

Al-Ghazali & Muhammad, Abi Hamid. 1989. Ihya „Ulum Addin. Beirut:
Dar al Fikr

Arikunto & Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Darwis,(multiply.com). 7 juli 2009. Hapalan shalat Delisa, diakses 9 juli


2012.

Muhammad, Azmi. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Dini Pra


Sekolah. Yogyakarta: Belukar

Poerwadarminto. 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka

46 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Qumi Laila

STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PADA


PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL
DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Qumi Laila
Instansi

Abstract
People in the world are provided with intelligence by the Lord, the
intelligence is exactly what can make the difference between humans and
other creatures. There are many kinds of intelligence that was found by
experts, including three intelligence (Q), namely IQ, EQ, SQ. In general,
people are more likely to pay attention to intelligence (IQ), when there is
more intelligence main EQ. Along with developmental era, EQ also felt
less able to provide meaning in human life, and finally found the type of
supreme intelligence that is SQ or Spiritual Intelligence. Spiritual
Intelligence spiritual been bestowed by God when humans are not born,
but the need for stimuli that serves to maintain and develop that
intelligence. The stimulation done by parents, especially the mother as
the person most close and interact most with the fetus. This research
discussed spiritual intelligence in Islam and how to stimulate spiritual
intelligence in the perspective of Islam. It is a library research; the
authors use content analysis to analyze the content of the various
literature which may include books, journals, articles from the internet,
and thesis. And finally this research lead to the conclusion that parents
can stimulate spiritual intelligence in children who are still in the prenatal
period, to perform or to practice diligently, diligently worship, reading
the Qur'an, dhikr, play religious songs or sholawat to the child in the
womb, noble, telling tales of the Prophet to the child in the womb.

Keywords: spiritual intelligence, prenatal education, Islamic perspective

Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sempurna yang dikaruniai oleh Allah
seuatu kecerdasan.Dengan kecerdasan yang dimiliki, manusia dapat
berfikir dan memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam dunia sains

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 47


Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada
Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam

telah lama dikenal istilah Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient).


IQ diperkenalkan oleh William Stern dan mejadi sebuah patokan bagi
sukses atau tidaknya seseorang, padahal menurut seorang psikolog yang
bernama Daniel Goleman IQ hanya menyumbangkan 5-10 % bagi
kesuksesan hidup (Taufiq, 2004:15). Banyak masyarakat mengira jika
seseorang memiliki IQ yang tinggi berarti dia memiliki peluang sukses
yang lebih besar dari pada orang yang memiliki IQ yang lebih rendah.
Padahal dalam kehidupan nyata orang yang secara akademis memiliki
nilai yang tinggi dan berprestasi belum tentu mendapatkan pekerjaan
yang layak yang sesuai kapabilitas mereka. Hal tersebut membuktikan
bahwa orang yang ber-IQ tinggi tidak menjamin akan mendapatkan
kesuksesan dalam hidupnya.
Masyarakat pada umumnya masih menekankan pentingnya nilai
dan makna rasional murni yang menjadi tolak ukur IQ dalam kehidupan
seharihari, akan tetapi kecerdasan tidak akan berarti apa-apa bila emosi
yang berkuasa (Goleman, 1997:5). Kecerdasan Emosional merupakan
suatu bentuk kecerdasan dalam pengolahan emosi, menurut Daniel
Goleman pencetus kecerdasan emosional, keberhasilan seseorang
ditentukan oleh 20% IQ dan 80% EQ (Lutfil, 2011:95), oleh sebab itu
EQ dipandang lebih penting eksistensinya dibanding dengan IQ. Selain
dua kecerdasan di atas ditemukan lagi sebuah konsep kecerdasan yang
tidak hanya berkutat pada ranah otak dan emosi saja, tapi lebih jauh lagi
kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang mempunyai esensi yang lebih
dalam tentang makna hidup seseorang. Kecerdasan tersebut yakni
kecerdasan spiritual (SQ). Kecerdasan spiritual merupakan serangkaian
kecerdasan yang ada pada diri manusia, yaitu IQ, EQ, SQ. Kecerdasan
spiritual adalah suatu kemampuan untuk memberikan makna spiritual

48 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Qumi Laila

terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan serta mampu


mengkombinasikan 3 kecerdasan yang lain secara komprehensif.
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang menyinergikan
2 kecerdasan lain secara komprehensif (Ginanjar, 2007:47). Konsep
Kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) pertama kali
dicetuskan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, mereka mendefinisakan
kecerdasan spiritual sebagai bentuk dari kecerdasan untuk menghadapi
persoalan makna atau value (Ginanjar, 2004:47). Zohar berpendapat
bahwa pengenalan diri terutama kesadaran diri adalah suatu kesadaran
internal otak, Zohar juga berpendapat bahwa proses yang berlangsung
pada otak sendirilah tanpa pengaruh panca indra dan dunia luar yang
membentuk kesadaran sejati manusia (Taufiq, 2004:27).x
Dengan SQ manusia mampu memandang kehidupan dengan
penuh makna, tidak sebatas ukuran materiil saja yang dicari akan tetapi
kehidupan imateriil yakni kepercayaan kepada Tuhannya. Orang yang
cerdas secara spiritual membentuk suatu kesadaran bahwa eksistensinya
tidak terjadi begitu saja dan bukan merupakan suatu kebetulan akan
tetapi dia sadar sepenuhnya bahwa eksistensinya di dunia merupakan
maha karya dari sang pencipta (Taufik, 2009:37). SQ tidak terbatas
hanya pada pemberian makna dalam setiap kegiatan atau perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang akan tetapi SQ adalah kemampuan memberikan
makna spiritual dalam setiap apa yang dia perbuat dan yang dia kerjakan,
ada suatu hubungan yang integral antara apa yang terjadi dalam
kehidupan manusia dengan campur tangan yang Maha Kuasa. Pada masa
modern ini banyak terjadi degradasi moral pada masyarakat, banyak
terjadi kasus pembunuhan, bunuh diri, perampokan karena kemiskinan
dan lain sebagainya, Hal tersebut terjadi tentunya disebabkan tidak

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 49


Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada
Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam

adanya nilai spiritual yang tertanam dalam diri manusia, bukan hanya
terbatas bahwa nilai spiritual itu berkaitan dengan pengetahuan seseorang
terhadap suatu permasalahan agama akan tetapi jauh lebih penting nilai
spiritual itu adalah tentang bagaimana seseorang memahami dan
melaksanakan agama. SQ tidak dapat datang dengan begitu saja pada diri
manusia akan tetapi perlu suatu proses untuk bisa cerdas secara spiritual
yakni dengan pendidikan.xxxi
Pendidikan sangat diperlukan untuk mengurangi dan mencegah
dekadensi moral pada diri manusia. Pendidikan dapat dilakukan dimana
saja dan kapan saja, tidak terbatas pada suatu instansi kelembagaan saja
akan tetapi pendidikan juga dapat diperoleh dari lingkungan. Lingkungan
pendidikan yang paling utama adalah lingkungan keluarga terutama
orang tua karena orang tua mempunyai intensitas komunikasi dan
interaksi yang paling banyak dengan anak atau seseorang sejak kecil
sebelum mereka mengenal pendidikan dari lingkungan luar (masyarakat
dan sekolah). Pendidikan dalam keluarga tidak terbatas ketika anak sudah
dilahirkan ke dunia maupun setelah dia dewasa akan tetapi pendidikan
sudah dapat diberikan sejak masa pranatal atau masa sebelum kelahiran
anak. Penelitianpenelitian yang dilakukan oleh para ilmuan dari luar
negeri menumbangkan asumsi masyarakat bahwa pendidikan hanya
dapat diberikan setelah anak sudah dilahirkan.
Dua orang pakar yang pertama kali mendirikan pelatihan pranatal
adalah F. Rene Van De Carr dan Marc Lehrer (1999:39), melalui
penelitian mereka diketahui bahwa pada periode pranatal pendidikan
sudah dapat diberikan, janin yang ada dalam kandungan dapat merespon
apa yang diberikan kepadanya. Dari hasil penelitian mereka diketahui
bahwa anak yang pada saat dalam kandungan mendapatkan stimulasi

50 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Qumi Laila

pranatal maka setelah dia dilahirkan anak tersebut menjadi pribadi yang
lebih perhatian dan memperhartikan apa yang disampaikan orang tuanya.
Stimulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang
kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal (yundahamasah.blogspot.com).Dalam periode pranatal sangat
penting memberikan stimulasi – stimulasi kepada janin, stimulasi
tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, stimulasi
langsung adalah stimulasi yang dilakukan secara langsung kepada sang
janin, sedangkan stimulasi tidak langsung dapat berupa berjalannya
aktifitas otak yakni dengan belajar atau berfikir yang dilakukan oleh
seorang ibu (Suherman & Rizki, 2010:63).
Seperti apa yang disampaikan F. Rene Van De carr dan Marc
Lehrer (1999:40), dalam bukunya yang telah diterjemahkan yakni Cara
Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan yakni sebagai berikut
Banyak orang tua yang mengikuti Pendidikan Pralahir memberitahukan
kepada kami bahwa dengan memberikan perhatian penuh selama
dilakukannya stimulasi, sekalipun hanya dua menit atau kurang,
mengajarkan pelajaran penting bagi mereka, yaitu bahwa stimulasi
membuat mereka siap dan merasa senang memenuhi kebutuhan bayi
mereka setelah dilahirkan. Dalam Islam, pendidikan pranatal bahkan
dimulai sebelum masa kehamilan. Pendidikan pranatal sudah dapat
dilakukan sejak masa prakonsepsi yaitu dalam masa dalam memilih
jodoh. Seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:xxxiii
Artinya: Dari Abi Hurairoh, dari Nabi Muhammad SAW
bersabda: Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya,
karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya,
maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung฀ (HR.
Ibnu Majjah)

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 51


Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada
Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam

Hadits tersebut menjelaskan kepada kita untuk memilih jodoh


karena agamanya. Hal tersebut lebih penting dari pada hal-hal yang lain
seperti karena kecantikannya dan karena hartanya. Orang tua yang
memiliki akhlak yang baik tentu akan menurunkan sifat baiknya tersebut
kepada sang anak. Sebagai contoh, orang tua yang berbakti kepada orang
tuanya dimungkinkan akan menurunkan sifat-sifat berbaktinya tersebut
kepada anak-anak mereka melalui gen-gen yang disumbangkan.
Sedangkan jika ditinjau dari segi paedagogis dan lingkungan, orang yang
berbakti kepada orang tuanya tentu akan mendidik anak-anaknya untuk
berbakti kepada orang tuanya juga (Munir, 2007:159).
Perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh orang tua tentu akan
berpengaruh terhadap perkembangan anak yang masih berada dalam
kandungan atau masih dalam masa pranatal. Perilaku yang dapat
mempengaruhi hal tersebut adalah perilaku secara fisik dan psikhis
(spiritual), atau perilaku jasmani dan rohani. Perilaku-perilaku tersebut
dapat berakibat baik secara langsung maupun tidak langsung (Mansur,
2004:200). Ayah dan ibu memiliki peran dalam memberikan pengaruh
secara genetik kepada anak. Penelitian pernah dilakukan pada sebuah
keluarga di New York seperti yang dikutip dalam buku ฀Mendidik Anak
Sejak dalam Kandungan฀ karya yang telah diterjemahkan yang ditulis
oleh Muhammad Baqir Hujjati, penelitian dilakukan oleh Gedard
terhadap seorang prajurit Amerika yang menikah dengan wanita yang
lemah secara mental, keluarga tersebut menghasilkan keturunan yang
kurang baik, keturunan mereka ada yang menjadi pelaku criminal,
pelacur, mengalami cacat mental. Penelitian yang kedua dilakukan pada
keluarga yang sama akan tetapi dari istri yang berbeda. Prajurit tersebut
menikah kembali dengan wanita terhormat dan keturunan yang

52 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Qumi Laila

dihasilkan adalah keturunan yang berkualitas baik kecuali tiga orang,


diantaranya menjadi dokter, hakim, guru. Jelas dari hasil penelitian
ilmiah di atas bahwa kondisi kepribadian maupun kecerdasan seseorang
mempunyai andil yang besar bagi terbentuknya karakter seorang anak.
Tidak cukup dengan sifat luhur dan kecerdasan dari orang tua saja yang
diperlukan untuk memperoleh anak yang cerdas secara spiritual perlu
adanya treatmen yang harus diberikan selama anak dalam kandungan.
Dalam perspektif agama Islam pendidikan pranatal adalah salah
satu pendidikan yang sangat diperhatikan. Perhatian Islam terhadap
pendidikan pranatal seperti halnya tentang mewajibkannya Islam kepada
para suami untuk menafkahi isterinya yang mengandung walaupun sudah
ditalak tiga. Nafkah suami memang telah gugur ketika sudah
dijatuhkannya talak tiga akan tetapi nafkah yang diwajibkan kepada
seorang suami tersebut ialah bertujuan untuk menafkahi anak yang
sedang dikandung (Munir, 2007:154) Perhatian Islam terhadap
pendidikan pranatal yang lain adalah diperbolehkannya seorang ibu yang
tengah hamil untuk tidak berpuasa pada bulan Romadhon karena
dikhawatirkan dapat membahayakan kondisi janin dan dapat diganti
dengan membayar fidyah, selain hal tersebut Islam juga memerintahkan
untuk menunda hukuman bagi wanita yang sedang hamil karena
dikhawatirkan dapat membahayakan keadaan janin dalam kandungan
(Munir, 2007:154)
Selama periode pranatal orang tua hendaknya memberikan
pendidikan tentang agama, misalnya dengan memperdengarkan ayat-ayat
al-Qur’an, berzikir, sholawat dan amalan-amalan Islam lainnya sehingga
nilai-nilai spiritual sudah tertanam sejak anak masih dalam kandungan
dan mempelajari kitab suci al-Qur’an dengan mendalam akan

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 53


Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada
Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam

mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak (Muallifah, 2009:185).


Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui ulama-ulama besar atau
kyai-kyai pemimpin pesantren merupakan keturunan dari seseorang yang
menguasai ilmu agama, juga memiliki kecerdasan secara spiritual, dan
tentu saja hal tersebut akan berpengaruh terhadap keturunannya. Bertolak
dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang tema di atas dan penulis mengangkat sebuah judul
penelitian yaitu “METODE STIMULASI KECERDASAN
SPIRITUAL ANAK PADA PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL
DALAM PERSPEKTIF ISLAM”

Permasalahan
Berangkat dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan
beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana konsep kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam?
2. Bagaimana metode stimulasi kecerdasan spiritual anak pada
periode pendidikan pranatal dalam perspektif Islam?

Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari kemungkinan terjadi kesalahan pemahaman
atau pemahaman yang berbeda dengan maksud penulis mengenai judul
dari penelitian ini perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah dari judul
penelitian ini Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
A. Metode
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki (Depdiknas,
tt:740)

54 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Qumi Laila

B. Stimulasi Kecerdasan Spiritual


Kecerdasan Spiritual terdiri dari dua suku kata yang masing-
masing mempunyai makna tersendiri yakni:
1. Kecerdasan : kesempurnaan perkembangan akal budi
2. Spiritual: berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani,
batin) (Depdiknas, 2000:263)li
Kecerdasan spiritual adalah pengetahuan akan kesadaran diri,
makna hidup, tujuan hidup atau nilai-nilai tertinggi (Taufiq, 2009 : 4)
Kecerdasan Spiritual sejati adalah kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, tidak saja terhadap manusia
tetapi juga dihadapan Allah (M. Suyanto, 2006:1)
C. Anak
Yang dimaksud dengan anak adalah keturunan dari ayah dan ibu.
D. Periode
Periode adalah masa atau waktu
E. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia
(Maslikhah, 2009:130-131).
F. Pranatal
Pranatal adalah masa sebelum kelahiran seorang anak atau masa
dalam kandungan. Pranatal dalam pandangan psikologi adalah aktivitas-
aktivitas manusia sebagai calon suami istri yang berkaitan dangan hal-hal
sebelum melahirkan yang meliputi sikap dan tingkah laku dalam rangka

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 55


Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada
Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam

memilih pasangan hidup agar lahir anak sehat jasmani dan rohani
(Mansur, 2004:17).
G. Perspektif Islam
Perspektif adalah pandangan atau sudut pandang ( Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia: 647). Islam adalah agama yang diturunkan
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatur
hubungan manusia dengan Allah, dan hubungan dengan sesama manusia
(Peperonity.com). Jadi yang dimaksud Perspektif Islam di sini adalah
suatu masalah atau persoalan yang ditinjau dari sudut pandang Islam.

Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode library
research yaitu suatu research kepustakaan (Hadi, 1981:9) atau penelitian
yang dilakukan dengan cara menggali informasi dari literature-literatur
yang dapat berupa buku, majalah, jurnal, internet dan sebagainya.

Pembahasan
A. Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam
Manusia dipandang sebagai makhluk yang harus dididik yang
disebut ฀homo educandum฀, yang membedakan manusia dengan
binatang adalah manusia tergolong sebagai ฀animal educabic฀ yaitu
sebangsa binatang yang dapat dididik sedangkan binatang adalah
makhluk yang hanya dapat dilakukan ฀dressure฀ yaitu dilatih untuk
dapat melakukan sesuatu yang bersifat statis, sehingga fungsi dari
pendidikan adalah memanusiakan manusia karena manusia tanpa
pendidikan tidak dapat menjadi manusia sebenarnya (M. Arifin 1997:21-
22).

56 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Qumi Laila

Pendidikan yang harus diberikan peratama kali kepada anak atau


obyek pendidikan adalah pendidikan keluarga, keluarga khususnya ayah
dan ibu memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan pendidikan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan
dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
(yundahamasah.blogspot.com), sedangkan stimulasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah merangsang janin dalam kandungan supaya
janin tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Kecerdasan Spiritual anak, sebelum dia memperoleh pendidikan
dari milliu yang lain seperti masyarakat dan sekolah. Seperti firman
Allah yang termaktub dalam Qur’an surat at-Tahrim (66:6) yaitu:
‫اس‬ُ َّ‫َارا َوقُودُهَا الن‬ َ ُ‫وا قُ ٰٓو ۟ا أَنف‬
ً ‫س ُك ْم َوأَ ْه ِلي ُك ْم ن‬ ۟ ُ‫ٰ ٰٓيأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمن‬
ٌ ٰٓ ٰ
َ
‫َّللاَ َما ٰٓ أ َم َر ُه ْم‬
َّ َّ ٌ
ُ ‫ارة ُ َعلَ ْي َها َملئِكَة ِغ ََلظ ِشدَاد ٌ ِل يَ ْع‬
َ‫صون‬ َ ‫َو ْال ِح َج‬
﴾١:‫َو َي ْف َعلُونَ َما يُؤْ َم ُرونَ ﴿التحريم‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.

Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa orang tua mempunyai


kewajiban untuk memelihara atau menjauhkan dirinya dan keluarganya
dari api neraka, yakni salah satunya dengan memberikan pendidikan agar
keluarga atau anaknya bisa mengerti mana perbuatan yang baik dan yang
buruk. Menurut Ahmad Tafsir (2001:74) tanggung jawab orang tua
dalam mendidik anak disebabkan setidaknya oleh dua hal yaitu yang
pertama karena kodrat orang tua, orang tua ditakdirkan menjadi orang tua
untuk anak-anaknya dengan demikian mereka ditakdirkan juga untuk
bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan untuk anak-anaknya.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 57


Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada
Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam

yang kedua adalah disebabkan karena kepentingtan orang tua, yaitu


orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya.
Islam mewajibkan kaumnya untuk melaksanakan pendidikan, dan
pendidikan yang diberikan tidak sekedar pendidikan dari masa anak-anak
sampai dewasa, akan tetapi pendidikan sudah bisa diberikan walaupun
sang anak belum dilahirkan. Sejak abad 15 Islam telah mengenal konsep
pendidikan seumur hidup (Life long Education) yaitu pendidikan yang
dilakukan mulai dari kandungan sampai pendidikan untuk orang tua.
Pendidikan pranatal dimulai bahkan sejak sebelum kehamilan sang ibu,
proses pendidikan sebelum masa kehamilan tersebut meliputi, Pertama,
adalah hal-hal yang bersangkutan dimulai dari masa konsepsi sampai
masa kelahiran, dan yang kedua adalah yang berhubungan dengan
pemilihan jodoh, karena kualitas calon ayah dan calon ibu akan
berpengaruh besar pada perkembangan sang anak (Munir, 2007:151).
Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah (221):
‫ِ ِّمن‬ ‫َخي ٌْر‬ ٌ‫ُّمؤْ ِمنَة‬ ٌ‫َو َْل َ َمة‬ ‫َحت َّ ٰى يُؤْ ِم َّن‬ ِ ‫ْال ُم ْش ِر ٰك‬
‫ت‬ ۟ ‫َو َِل تَن ِك ُح‬
‫وا‬
۟ ُ‫َحت َّ ٰى يُؤْ ِمن‬
‫وا‬ َ‫ْال ُم ْش ِركِين‬ ۟ ‫َو َِل تُن ِك ُح‬
‫وا‬ ۗ ‫َولَ ْو أَ ْع َجبَتْ ُك ْم‬ ‫ُّم ْش ِر َك ٍة‬
ٰٓ ٰ ُ َ
‫َخي ٌْر ِِّمن ُّم ْش ِركٍ َولَ ْو أ ْع َجبَ ُك ْم ۗ أ ۟ولئِكَ يَدْعُونَ ِإلَى‬ ‫َولَعَ ْبد ٌ ُّمؤْ ِم ٌن‬
‫َء ٰاي ِت ِۦه‬ ُ‫ْال َجنَّ ِة َو ْال َم ْغ ِف َر ِة ِبإِذْ ِن ِۦه ۖ َويُ َب ِِّين‬ ‫َّللاُ َيدْع ُٰٓو ۟ا ِإلَى‬َّ ‫ار ۖ َو‬ ِ َّ‫الن‬
﴾٢٢٣:‫اس لَعَل ُه ْم يَتَذَ َّك ُرونَ ﴿البقرة‬ َّ ِ َّ‫ِللن‬
Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik,
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang
mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik
hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik
(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik,
walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka,
sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.
dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya)
kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.฀

58 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Qumi Laila

Dalam ayat tersebut kita diperintahkan untuk tidak menikah


dengan orang yang berbeda keyakinan dan akhlaknya dengan kita orang
Islam. Karena baik buruknya akhlak anak sangat dipegaruhi oleh akhlak
yang dimiliki orang tua, dan keyakinan oran tua terhadap suatu agama
akan berpengaruh dengan keyakinan anak terhadap agama yang
dianutnya. Mansur (2004 : 201-202) menjelaskan tentang perilaku
edukatif yang dapat dilakukaqn oleh orang tua yang menginginkan
anaknya kelak memiliki perilaku yang baik, perilaku edukatif ini berupa
perilaku edukatif secara fisik dan psikis. Edukasi secara fisik dapat
dilakukan dengan mencegah kondisi fisik yang tidak menguntungkan dan
menjaga kondisi badan, sedangkan edukasi psikis dapat dilakukan
dengan meciptakan kondisi psikis ibu yang menguntungkan, menghindari
hal-hal yang dapat menimbulkan stress pada sang ibu karena hal tersebut
akan sangat berpegaruh pada sang janin.

B. Tahap Perkembangan Janin Menurut Islam


Perkembangan bayi pada periode pranatal sangat penting fase
kehidupan masa pranatal terdiri dari beberapa tahap perkembangan, akan
tetapi yang membedakan perkembangan pada periode pranatal dengan
periode–periode kehidupan yang lain adalah bahwa periode pranatal
merupakan periode pertama dalam rentang kehidupan manusia, dan
periode yang paling singkat dari seluruh periode perkembangan manusia
(Sri Rumini & Siti Sundari, 2004:1).
Menurut Baqir Hujjati (2008:140-143) membagi periode tahapan
kehidupan janin kedalam 3 bagian yaitu:

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 59


Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada
Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam

1. Tahapan ovum (Zigot)


Pada minggu pertama ovum merupakan sesuatu yang terpisah dan
tidak berhubungan dengan rahim ibu. Ovum tidak mengalami
pertambahan ukuran dan tidak menerima apapun dari si ibu.
2. Tahapan ฀alaqah (embrio)
Di akhir minggu kedua calon bayi telah melekatkan diri pada
rahim dan sudah ada interaksi antara rahim dan embrio, pada periode inil
perkembangan tubuh mencapai 95%, pada masa ini janin manusia sudah
dapat dibedakan dengan janin binatang
3. Tahapan terakhir (janin)
Dalam Islam disebut mudghah (sesegumpal darah), Dalam al-
Qur’an tahapan ini disebut dengan tahapan mudhghah atau segumpal
darah dan masanya adalah 30 minggu sebelum kelahiran. Dalam periode
ini lebih banyak mengarah pada pertumbuhan dalam ukuran, dengan kata
lain pertumbuhan secara menyeluruh yakni tubuh janin semakin besar.
Perkembangan-perkembangan pada periode pranatal tersebut sangat
cepat, dalam waktu sembilan bulan banyak sekali perkembangan yang
telah terjadi, dibandingkan dengan perkembangan pada periode pasca
natal yang perkembangannya lebih lambat dari perkembangan periode
pranatal. Oleh sebab itu maka hendaklah orang tua sebagai lingkungan
yang paling sering berinteraksi dengan sang janin memberikan
pendidikan semaksimal mungkin.
Penelitian membuktikan bahwa hubungan yang terjalin baik
antara ayah dan ibu sangat berkaitan dengan kemampuan bayi. Pendidik
yang paling utama adalah ayah dan ibu terutama dalam kegiatan
pendidikan pranatal. Maka perlu adanya kerjasama yang seimbang antara

60 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Qumi Laila

ayah dan ibu, selain itu peran keluarga sangat penting pula seperti yang
disampaikan oleh F.Rene dan Mar Lehrer yaitu:
Melibatkan seluruh kelurga dalam stimulasi membuahkan hasil
positif. Pertama terciptanya kebersamaan dan kesan bahwa semua
anggota yang terkecil sekalipun dari keluarga dapat membantu
pendidikan sang bayi. Kedua, melaksanakan latihan-latihan ini degan
membuat anggota keluarga menjadi guru yang lebih baik lebih pentingl
bagi latihan - Latihan ini membuat setiap naggta keluarga mempunyai
ikatan dengan sang bayi. Jadi tentu saja bukan ayah dan ibu yang harus
ambil bagian dalam pendidikan pranatal. Baik kakek, nenek, kakak atau
anggota keluarga yang lain harus selalu secara intens
memberikanperhatian kepada sang janin. Dan hendaknya selama
kehamilan tidak ada pertengkaran yang akan mengganggu ketenangan
sang janin.

C. Prinsip dan Metode pendidikan pranatal


Dalam melaksanakan pendidikan pranatal terdapat beberapa
prinsip yang harus dipahami oleh orang tua prinsip-prinsip tersebut
dikemukakan oleh Rene dan Lehrer (1999:50-52) yakni sebagai berikut:
1. Prinsip kerjasama
Pendidikan yang dilakukan harus tergabung dari kerjasama antar
keluarga dan tidak terbatas pada peran ayah atau ibu saja.
2. Prisip ikatan cinta pranatal
Latihan-latihan pendidikan pranatal membantu orang tua dalam
mempersiapkan mereka untuk menerima kehadiran sang anak. Hal ini
mematahkan pendapat psikolog-psikolog terdahulu yang menyatakan

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 61


Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada
Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam

bahwa ikatan cinta antara orang tua dan anak belum terjalin sampai anak
lahir.
3. Prinsip stimulasi pranatal
Seorang bayi belajar dari stimulus yang diberikan sejak saat di
dalam kandungan, stimulus tersebut dapat berupa sentuhan dan suara,
bayi yang ada dalam kandungan akan merespon apa yang distimulasikan
kepadanya dengan tendangan-tendangan kecil. Latihan pranatal
memberikan stimulasi bagi otak dan perkembangan saraf bayi sebelum
dilahirkan.
4. Prinsip kecerdasan pranatal
Latihan yang dilakukan pada masa ini memiliki potensi
mengajarkan bayi untuk menyadari bahwa tindakannya mempunyai
efek,ketika bayi menendang kemudian dibalas ibu dengan sedikit tekanan
di tempat yang sama dapat mempercepat bayi dalam belajar tentang
sebab akibat setelah dilahirkan.
5. Prinsip kecerdasan
Program latihan pranatal mencakup latihan – latihan untuk
menarik minat bayi yang sedang berkembang, kecerdasan berkembang
dari rasa tertarik pada hal yang terjadi dan mengapa terjadi.
6. Prinsip mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik
Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang diajarkan orang tua terhadap
sang bayi seperti berbicara dengan baik akan dapat diterusakan sang bayi
setelah lahir.
7. Prinsip melibatkan kakak sang bayi
Melibatkan kakak sang bayi sangat penting, karena anak-anak
tersebut akanyakin bahwa posisi mereka dalam keluarga aman walaupun
waktu sang ayah dan ibu mereka terbagi dengan sang calon adik.xxxvii

62 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Qumi Laila

8. Prinsip peran penting ayah dalam masa kehamilan


Hubungan baik yang terjalin antara ayah dan anak dalam
kandungan akan menimbulkan efek yang sangat baik, dan sangat
berkaitan dengan kemampuan social anak.
Prinsip-prinsip diatas dapat membantu orang tua dalam
mengambil sikap saat melakukan pendidikan pranatal. Dalam prinsip-
prinsip tersebut yang ditekankan bukan saja peran kedua orang tua
melainkan juga diharapkan adanya kontribusi aktif keluarga sekitar
dalam membantu pendidikan pranatal. Tidak harus melakukan latihan-
latihan seperti yang dilakukan oleh kedua orang tua sang calon bayi,
keluarga dapat membantu dengan mencurahkan perhatian dan kasih
sayang terhadap kehadiran sang calon bayi.
Dalam melaksanakan pendidikan ada beberapa syarat yang harus
dilakukan oleh orang tua agar pendidikan yang dilaksanakan berjalan
dengan baik (Uhbiyati, 2009:13-16):
1. Taqwa kepada Allah SWT
Orang tua sebagai pendidik utama bagi anak harus selalu
bertaqwa kepada Allah, dengan menjalankan perintah Allah dan
menjauhi setiap larangan-Nya, agar sang anak juga dapat menjadi anak
yang soleh seperti orang tuanya.
2. Berakhlak mulia
Anak pasti akan meniru apa yang diperbuat oleh orang tua karena
bagi sang anak orang tua adalah sosok sempurna yang menjadi
panutanlxmereka, oleh sebab itu dalam kehidupan sehari-hari orang tua
harus memberi contoh yang baik kepada anak dengan berakhlak yang
mulia atau berperilaku yang baik.
3. Ikhlas

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 63


Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada
Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam

Orang tua sebagai pendidik dalam melaksanakan kewajibannya


dalam mendidik anak harus selalu didasari rasa ikhlas yakni semata-mata
karena Allah. Allah SWT berfirman:
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus. (Hasbi, 2000:4659)

4. Merasa yakin bahwa anak yang dikandung dapat menangkap didikan


yang disampaikan pendidik
Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa roh atau nyawa yang
ditiupkan malaikat sudah mempunyai kognisi yang tinggi. Allah
berfirman:
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Hasbi, 2000:1508).x
xxix
5. Bercita-cita dan bertekat melakukan pendidikan anak dalam
kandungan
Orang tua harus memiliki cita-cita yang tinggi dan mempunyai
tekat kuat untuk melaksanakan pendidikan dalam kandungan, hal ini
disebabkan karena pendidikan periode pranatal sangat membutuhkan
dedikasi tinggi dan pengorbanan. Motivasi yang tinggi dan teguh akan
menjadikan pendidik tidak mudah putu asa dan mudah menyerah. Syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh orang tua di atas adalah dalam rangka
supaya pendidikan yang diberikan oleh orang tua dapat maksimal,

64 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Qumi Laila

sehingga tujuan dari pendidikan pranatal untuk menciptakan generasi


atau keturunan yang berkualitas dapat tercapai. Orang tua yang bertakwa
ke pada Allah tentunya akan mengjarkan anak nya nilai-nilai yang
mencerminkan ketakwaan, sehingga setelah anak dilahirkan sudah
terbiasa dengan pendidikan tentang ketuhanan, begitu juga orang tua
yang memiliki akhlak yang mulia, maka dia akan selalu menjaga sikap
dan tingkah lakunya selama proses mendidik anak dalam kandungan,
orang tua yang merasa ikhlas dalam mendidik anak nya walaupun secara
fisik belum pernah bertemu, akan dirasakan oleh si anak. Karena apa
yang dirasakan oleh orang tua dalam hal ini ibu turut dirasakan pula oleh
janin yang dikandungnya, jika perasaan sang ibu senang atau ikhlas maka
sang janin pun akan merespon dengan baik.

D. Metode Stimulasi Kecerdasan Spiritual dalam Periode


Pendidikan Pranatal Perspektif Islam
Kecerdasan spiritual sebenarnya adalah potensi yang dimiliki
manusia bahkan sebelum dia dilahirkan kedunia. SQ telah hadir sejak
Allah meniupkan roh pada janin dalam kandungan. kecerdasan spiritual
mulai berfungsi sejak janin dalam kandungan berusia 100 hari (Yuwono,
2010:29). Hal tersebut berarti bahwa kecerdasan spiritual tidak hanya
dimiliki oleh orang dewasa akan tetapi dalam banyak kasus anak-anak
lebih menunjukkan kecerdasan spiritualnya dari pada orang dewasa
(Taufik, 2009:9). Potensi tersebut dapat luntur seiring dengan pengaruh
lingkungan tempat tinggal seseorang. Karena lingkungan sangat
berpengaruh pada perkembagan pribadi seseorang. Seperti padangan dari
teori naturalism yang diungkapkan oleh J.J. Rosseau, dia mengemukakan
bahwa sebenarnya manusia itu terlahir dengan memiliki pembawaan

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 65


Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada
Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam

yang baik, akan tetapi jika lingkungan tempatnya berinteraksi tidak


kondusif, atau buruk maka pembawaan baik yang dibawa sejak
kelahirannya akan luntur (Lilik dkk, 2008:36). Kecerdasan spiritual
memang telah dibekalkan oleh Allah kepada manusi sejak manusia masih
dalam kandungan, akan tetapi agar kecerdasan tersebut dapat terjaga dan
kelak ketika anak sudah lahir akan dapat mempertahankan kecerdasan
spiritual tersebut maka perlu adanya stimulasi yang dilakukan oleh orang
tua kepada anak sejak dalam periode pendidikan pranatal. Tidak pernah
ada kata terlalu dini untuk orang tua dalam memberikan pendidikannya
sejak sang anak masih berada di rahim sang ibu. Yang pertama perlu
dilakukan adalah menjaga kondisi kesehatan sang ibu baik secara fisik
maupun psikis. Karena kondisi yang dialami oleh ibu yang sedang
mengandung besar pengaruhnya terhadap keadaan sang janin. Seperti apa
yang di jelaskan oleh Elizabeth (1978:52) “Favorable condition in the
mother฀s body foster the development of hereditary potential while
unfavorable of condition can stunt their development.”
Maksudnya yaitu kondisi ibu yang menyenangkan atau
menguntungkan selama kehamilan dapat mempertinggi perkembangan,
begitu pula sebaliknya, kondisi ibu yang tidak baik dapat menghalangi
perkembangan (mengganggu pola perkembangan selanjutnya). Tidak
terlalu awal juga untuk memberikan anak dasar spiritual, karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk spiritual, kecerdasan spiritual
diberikan kepada janin saat berusia seratus hari yaitu masa dimana Allah
meniupkan ruh kepada janin tersebut. Dalam fenomena yang ada orang
tua kurang memperhatikan stimulasi kecerdasan spiritual pada anak-
anaknya (rahmabluesky.wordpress.com) padahal hal ini sangat penting
untuk perkembangan SQ anak-anak mereka.Maka hendaklah orang tua

66 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Qumi Laila

memberikan stimulasi sedini mungkin, bahkan sejak masa kehamilan.


Proses kehamilan adalah suatu bagian dari perjalanan spiritual seorang
ibu pada khususnya bersama dengan calon anaknya, dan untuk menjaga
dan merangsang kecerdasan spiritual tersebut dapat dilakukan sejak
periode pendidikan pranatal. Dalam periode pranatal ada beberapa cara
untuk menstimulasi kecerdasan spiritual anak agar kelak ketika
dilahirkan dapat berfungsi secara optimal. Dalam memberikan stimulasi
kecerdasan spiritual anak yang harus dilakukan terlebih dahulu oleh
orang tua adalah melakukan hal-hal yang dapat mengembangkan
kecerdasan spiritual mereka, hal-hal yang dapat dilakukan adalah seperti
pendapat Sukidi untuk mengasah kecerdasan spiritual dengan langkah–
langkah sebagai berikut (sambasalim.com):
1. Mengenali diri sendiri, orang yang tidak mengenali dirinya sendiri
akan mengalami krisis makna hidup maupun krisis spiritual.
2. Melakukan introspeksi diri
3. Aktifkan hati secara rutin, dalam konteks agama dilakukan dengan
mengingat Tuhan dengan cara berzikir, sholat, membaca al-qur’an
dan sebagaiya
4. Menemukan keharmoisan dan ketenangan hidup Dengan melakukan
hal-hal diatas orang tua (ayah dan ibu) dapat mengembangkan
kecerdasan spiritual. dan jika orang tua khususnya ibu melakukan
hal-hal tersebut ketika proses kehamilan maka secara tidak langsung
berdampak juga terhadap perkembangan kecerdasan spiritual anak.
Karena apa yang dirasakan oleh sang ibu akan berdampak dengan
keadaan sang janin. Begitu juga apa yang dikerjakan oleh ibu juga
berpengaruh pada janinnya. Saat sang ibu membaca al-qur’an sang
janin sudah dapat mendengarnya, maka hendaknya jika sang ibu

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 67


Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada
Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam

akan sholat untuk mengusapusap perut nya sebagai ajakan kepada


sang janin untuk beribadah kepada Allah, maka sang anak sudah
terbiasa dengan amalan-amalan ibadah tersebut. Dan hatinya selalu
terbuka dan aktif berhubungan dengan Allah, hal tersebut akan
membantu dalam menjaga dan mengembangkan kecerdasan spiritual
anak.
Selain itu metode stimulasi langsung yang dapat diberikan pada
anak dalam kandungan yaitu dengan melakukan hal-hal sebagai berikut
(Uhbiyati, 2009:27-31):
1. Menjalankan ibadah dengan tekun
Segala bentuk ibadah baik itu bersifat wajib ataupun sunnah
seperti sholat, puasa, haji, zakat, bersedekah, dan yang lainnya dapat
digunakan sebagai metode dalam memberika pendidikan dalam periode
pranatal, dan sangat besar pengaruhnya terhadap sang janin, disamping
melatih kebiasaan-kebiasaan, hal tersebut juga dapat menguatkan mental
dan spiritual sang janin
2. Membaca al-Qur’an
Orang tua sang calon bayi hendaklan selalu menyenandungkan
ayatayat al-Qur’an, karena hal tersebut dapat memberikan rangsangan
edukatif yang sangat positif terhadap bayi yang ada dalam kandungan
sang ibu.
3. Berzikir
Zikir adalah aktivitas sadar yang dilakukan sebagai cara untuk
senantiasa menjaga interaksi dengan sang Tuhan. Dengan berzikir kita
dapat mengisi pikiran dan hati kita sehingga peluang untuk memikirkan
dan merasakan hal yang tidak baik hanya sedikit, karena sudah kita isi
dengan berzikir. Menurut Abdul Wahid Hasan merasakan kehadiran

68 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Qumi Laila

Allah yang sangat dekat, saat berzikir, berdoa, dan aktivitas yang lain
merupaakan alah satu langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual (sambasalim.com). oleh sebab itu maka orang tua
(ayah dan ibu) harus selalu menjaga zikir untuk merangsang anak supaya
terbiasa dengan zikir atau mengingat Allah.
4. Berakhlak mulia
Ibu yang tengah hamil harus menjaga akhlaknya dengan baik dan
berbudi luhur dimana hal itu akan memberikan pengaruh yang besar pada
sisi mental dan kepribadian sang bayi dalam kandungan. Pendidikan
akhlak mulia yang diberikan oleh orang tua kepada anak, dengan cara
orang tua harus berprilaku yang mulia atau memiliki akhlak yang mulia
sangat penting, hal ini berhubungan dengan kecerdasan spiritual,
kecerdasan spiritual merupakan dasar pembentukan akhlak anak. Oleh
sebab itu pendidikan ini sangat penting karena jika kita mengajarkan
akhlak mulia pada sang janin itu berarti kita telah merangsang
kecerdasan spiritual yang tertanam dalam diri anak.
5. Memperdengarkan lagu-lagu rohani atau sholawat kepada anak
dalam kandungan Memperdengarkan lagu-lagu menjadikan janin
dalam kandungan merasa nyaman, membiasakan janin untuk
mendengarkan musik juga dapat melatih ketrampilan kognitif dan
motorik janin (Suherman, 2010:70). Selain itu janin dalam
kandungan juga sudah dibiasakan menumbuhkan dimensi spiritual
dalam jiwanya.xcv
6. Menceritakan kisah-kisah teladan dari para Rasull kepada anak
dalam Kandungan Menurut Nanang (2010), upaya menstimulasi
kecerdasan spiritual dapat dilakukan dengan cara menceritakan
kisah-kisah teladan supaya janin dalam kandungan sudah terbiasa

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 69


Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada
Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam

dengan contoh-contoh kepribadian para tokoh yang baik. Rene dan


Lehrer (1999:132) memasukkan sesi bercerita dalam bagian program
pendidikan pranatal mereka. Bayi yag berada dalam rahim sudah
mampu menangkap suara dan merasakan getaran dari tubuh sang
ibu. Oleh sebab itu orang tua harus bijaksana dalam berkata, karena
apa yang mereka ucapkan ditangkap atau direspon oleh sang janin
dalam kandugan.
Langkah-langkah di atas adalah upaya-upaya dan stimulasi-
stimulasi yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk menjaga dan
mengembangkan kecerdasan spiritual yang sebenarnya sudah tertanam
pada jiwa sang anak meskipun belum dilahirkan. Ibu yang sedang
mengandung dapat pula menstimulasi kecerdasan buah hatinya dengan
mengasah kecerdasan spiritual nya terlebih dahulu, karena secera tidak
langsug hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap penjagaan dan
pengembangan kecerdasan spiritual sang anak dalam kandungan.

Kesimpulan
Setelah melakukan kajian terhadap literatrur-literatur baik berupa
buku, jurnal, skripsi-skripsi, pembahasan yang dilakukan penulis pada
bab depan maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan tentang
hasil penelitian ini, yaitu:
1. Kecerdasan Spiritual (SQ) merupakan kecerdasan tertinggi dari dua
kecerdaan lain yang ada pada diri manusia. Kecerdasan ini
merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan value atau nilai-nilai
dalam kehidupan manusia. Kecerdasan spiritual dalam perspektif
Islam merupakan kecerdasan yang menghubungkan manusia dengan

70 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Qumi Laila

Tuhannya, orang yang memiliki kecerdasan spiritual melaksanakan


agamanya dengan baik.ii
2. Dari penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa metode
menstimulasi kecerdasan spiritual anak dalam periode pranatal dapat
dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Menjalankan ibadah dengan tekun
b. Membaca al-Qur’an
c. Berzikir
d. Memperdengarkan lagu-lagu rohani atau sholawat kepada anak
dalam kandungan
e. Berakhlak mulia
f. Menceritakan kisah-kisah teladan dari para Rasull kepada anak
dalam kandung

Daftar Pustaka

Agustina, Ary Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan


Emosi dan Spiritual ESQ The ESQ Way 165. Jakarta: Arga.

Ari Kunto, Suharsimi. 1990. Managemen Penelitian. Jakarta: Rineka


Cipta.

Arifin. 1977. Hubungan Timabl balik Pendidikan Agama di Sekolah dan


Keluarga (Sebagai Pola Pengembangan Metodologi). Jakarta:
Bulan Bintang.

Az-Zumaro, Lutfil Kirom. 2011. Aktifitas Energi Doa & Dzikir Khusus
Untuk Kecerdasan Super (Otak + Hati). Jogjakarta: Diva Press.

Badiah, Zahrotul. 2006. Peran Orang Tua dalam Mengembangkan


Kecerdasan Emosional dan Spiritual Anak dalam Perspektif

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 71


Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada
Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam

Islam. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga : Jurusan Tarbiyah


STAIN Salatiga.

Buzan, Tony. 2003.The Power Of Spiritual Intelligence, Sepuluh Cara


Jadi Orang Yang Cerdas Secara Spiritual. Terjemahan oleh Alex
dan Febrina. Jakarta: Gramedia

Fajri, Em Zul dan Senja, Ratu Aprilia. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
Jakarta: Difa Publisher

Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan


Penelitian Fakultas Psikologi UGM..

Hasbi, ash-Shiddieqy. 2003. Tafsir al-Qur฀anul Majid An-Nur.


Semarang: PT. Rineka Cipta

Hujjati, MuhammadBaqir. 2008. Mendidik Anak Sejak Dalam


Kandungan. Terjemahan oleh MJ. Bafaqih.Jakarta: Cahaya.

72 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Lukluil Makenun

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEPRIBADIAN GENERASI MUDA


DALAM KITAB AL-BARZANJI KARYA JA’FAR BIN HASAN

Lukluil Makenun
Instansi

Abstract
This research is to know (1) How is the systematic writing the book Al-
Barzanji? (2) What educational value personality in the book Al-
Barzanji, and (3) how the relevance of educational values of personality
in the book Al-Barzanji with modern life today? It is a kind of library
research. The results showed that the book Al-Barzanji contains prayers
of adoration and the telling of the history of the Prophet Muhammad
commonly sung to the rhythm or tone. Al-Barzanji book tells about the
life of Prophet Muhammad SAW i.e. genealogy, childhood, adolescence,
adulthood, until he was appointed to be an apostle. It also tells of the
properties owned by the noble Prophet Muhammad as well as various
events to be used as an example of humanity. While the educational
values of personality contained in the book is the patience to face trials,
trust, tawadhu, simplicity, forgiveness, deliberation, cherish and love the
weak. Education Relevance personality in the book Al-Barzanji have the
appropriate suitability with personality education required by today's
youth, both in educational value and educational purposes personality. If
the educational value of personality in the book Al-Barzanji exemplified
or taught to students, it will produce the young generation that is virtuous
and lift this nation as a nation which Berzanjen reading of the al-Barzanji
together constitute a very popular tradition. The activity is part of the
repertoire of the typical boarding vibrant literary sustainable long ago
and persisted until today.

Keywords: personality education, Al-Barzanji, Ja’far bin Hasan

Pendahuluan
Kitab Al-Barzanji yang dikarang oleh Ja‟far al-Barzanji yang
terlahir di daerah Barzinj (Kurdistan) merupakan salah satu karya sastra
yang sudah ratusan tahun dipakai namun belum ada yang menggeser

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 73


Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan

lewat keindahan kalimat-kalimat yang disusunnya sampai sekarang. Bagi


yang paham bahasa Arab, tentu untaian kata-katanya sangat indah dan
memukau. Umumnya, mereka terkesima dengan sifat-sifat Rasulullah
yang memang sulit ditiru, indah, menarik dan mengharukan (Fattah,
2008: 302). Al-Barzanji berisikan tentang sejarah biografi Nabi
Muhammad SAW, di dalamnya mengandung keunikan gaya serta
memiliki irama yang khas, penuh metafora dan simbol.
Dalam kajian sastra Arab, keunikan itu disebut al-Madaih al-
Nabawiyah atau puisi-puisi kenabian (Wargadinata, 2010: 102). Banyak
penyair Arab yang menjadikan sastra pujian sebagai bagian dari karya
sastranya. Para penyair berlomba-lomba dalam menciptakan puisi pujian,
yang akhirnya menjadikannya sebagai tradisi. Karya puisi itu bukan
hanya sembarang puisi, melainkan puisi pujaan bagi Rasulullah SAW.
Dalam sejarah sastra Islam, cukup banyak karya sastra berupa puisi
pujaan bagi Rasulullah yang ditulis oleh para sastrawan maupun ulama
dari masa-kemasa. Puisi-puisi pujian bagi Rasulullah lahir dengan
maksud untuk mengungkapkan kepribadian Rasul yang agung dan
sempurna dengan cara yang jelas dan mendetail. Tradisi ini lahir dari
penghormatan dan rasa cinta kaum muslimin yang begitu mendalam
kepada junjungannya. Bahkan Allah memuji dengan tegas
mengungkapkan kebesaran kepribadian hamba-Nya yang mulia itu
dengan firman-Nya dalam Al-Qur‟an surat Al- Qalam ayat 4 :
﴾١:‫﴿القلم‬ ‫َع ِظ ٍيم‬ ٍ ُ‫لَ َعلَ ٰى ُخل‬
‫ق‬ َ‫َو ِإنَّك‬
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang agung.” (Al-Qur‟an dan terjemahnya, 2005: 451).

74 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Lukluil Makenun

Dalam catatan Annemarie Schimmel, penghormatan kepada Nabi


dan perhatian kepada rincian yang paling kecil pun dari perilaku serta
kehidupan pribadinya tumbuh sejalan dengan semakin jauhnya jarak
waktu kehidupan kaum muslim dengan Nabi. Mereka ingin mengetahui
lebih banyak lagi mengenai kepribadiannya, pandangan-pandangannya,
dan perkataanperkataannya, untuk menyakinkan mereka bahwa mereka
telah mengikutinya dengan cara yang benar (Schimmel, 1991: 52).
Pengembangan moral adalah makna lain dari tradisi pembacaan
kitab Al-Barzanji yang dilaksanakan oleh masayarakat. Dengan
melakukan tradisi ini, masyarakat lebih mengenal dan mencintai
Nabinya. Kalau seseorang sudah mengenal dan mencintai Nabinya, maka
segala hal yang terkait dengan Nabi, terutama apa saja yang dilakukan
oleh Nabi, akan diikutinya. Dalam kitab Qami‟tughyan disebutkan
bahwa: (al-Bantani, t.t: 5) “Tanda orang yang mencintai Allah adalah
mencintai al-Qur‟an dan tandanya orang yang mencintai keduanya
adalah mencintai Nabi dan tanda mencintai Nabi Muhammad SAW
adalah mencintai sunnah-sunnahnya.” Berangkat dari itu, penulis
termotivasi untuk mengkaji lebih lanjut tentang nilai-nilai pendidikan
kepribadian pada kitab Al-Barzanji karya Ja‟far bin Hasan.

Permasalahan
Sebagai basic question atau pokok masalah pada permasalahan
yang penulis angkat ini adalah:
1. Bagaimana sistematika penulisan kitab Al-Barzanji?
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan kepribadian generasi muda
dalam kitab Al-Barzanji?

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 75


Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan

3. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan kepribadian generasi


muda dalam kitab Al-Barzanji dengan kehidupan modern saat ini?

Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari terjadinya telaah pustaka pengulangan hasil
temuan yang membahas permasalahan yang sama dari seseorang baik
dalam bentuk buku, kitab, dan dalam bentuk tulisan yang lainnya, maka
penulis akan memaparkan beberapa buku yang sudah ada sebagai
bandingan dalam mengupas permasalahan tersebut sehingga diharapkan
akan muncul penemuan baru. Beberapa buku diantaranya: Pertama yaitu
Abu Ahmad Abdul Hamid dalam karyanya Sabil al- Munji, berisi tentang
komentar riwayat hidup Nabi Muhammad SAW dalam kitab Al-Barzanji.
Kedua adalah Spiritualitas Salawat kajian Sosio-Sastra Nabi Muhammad
SAW karya DR. H. Wildana Wargadinata, LC., M. AG. Buku ini adalah
hasil penelitian tentang tradisi pembacaan al-Madaih al-Nabawiyah
(Barzanji, Diba‟, Manaqib, Burdah). Ketiga Munyat al-Martaji fi
tarjamah Maulid al-Barzanji (Harapan Bagi Pengharap dalam Riwayat
Hidup Nabi Tulisan al-Barzanji) karya Asrari Ahmad. Berisi komentar
dalam bahasa jawa tentang kehidupan Rasulullah SAW dalam kitab Al-
Barzanji. Keempat Tradisi Orang-Orang NU karya Munawir Abdul
Fattah. Berisi tentang tradisi orang-orang NU salah satunya adalah
barzanjen, hukum berzanjen dan tradisi barzanjen dalam ritual-ritual
tertentu. Kelima ialah Maulid Nabi Menggapai Keteladanan Rasulullah
SAW karya Ahmad Muthohar. Buku ini merupakan hasil penelitian yang
mengupas tentang tradisi perayaan maulid Nabi di dunia Islam umumnya
dan di Indonesia khususnya (termasuk di dalamnya Al-Barzanji dan
Diba‟).

76 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Lukluil Makenun

A. Riwayat Hidup
Kitab maulid Al-barzanji (dimana masyarakat menggunakan
sebutan ini untuk menyebut secara umum kita-kitab maulud dan acara
mauludan yang membaca kitab al-Maulud) disusun oleh Ja‟far bin Hasan
bin „Abd al-Karim bin Muhammad al-Barzanji al-Kurdi (Sholikin, 2009:
59). Beliau dilahirkan pada hari Kamis awal bulan Dzulhijah tahun 1126
H (1711 M) di Madinah Al-Munawwaroh dan wafat pada hari Selasa,
selepas Asar, 4 Sya‟ban tahun 1177 H (1766 M) di Kota Madinah dan di
makamkan di Jannatul Baqi‟. Syaikh Ja‟far al-Barzanji adalah Mufti
Syafi‟i Madinah, dan khatib masjid Nabawi Madinah, di mana seluruh
hidupnya dipersembahkan untuk kota suci Nabi ini (Sholikhin, 2010:
472). Sayyid Ja‟far Al-Barzanji adalah seorang ulama besar keturunan
Nabi Muhammad SAW dari keluarga Sa‟adah Al-Barzanji. Keluarga
Barzanji merupakan salah satu dari keluarga yang sangat termuka di
Kurdistan bagian selatan, sebuah keluarga ulama dan syaikh tarekat
Qadiriyah (didirikan oleh Syeikh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166
H)) yang mempunyai pengaruh politik yang besar (Bruinessen, 1995:
95).
Selain itu keluarga Al-Barzanji juga terkenal kemasyhurannya
karena datuk-datuk Sayyid Ja‟far semuanya ulama termuka yang terkenal
dengan ilmu dan amalnya, keutamaan dan keshalihannya. Beliau sendiri
mempunyai sifat dan akhlak terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan
pengampun, zuhud (menghindari sesuatu yang tidak bermanfaat), amat
berpegang teguh pada Al-Quran dan sunnah, wara‟ (menjaga dan
menghindari hal-hal yang subhat), banyak berzikir, senantiasa
bertafakkur, mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah, dan
pemurah. Nama nasabnya adalah Sayid Ja‟far ibn Hasan ibn Abdul

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 77


Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan

Karim ibn Muhammad ibn Sayid Rasul ibn Abdul Sayid ibn Abdul Rasul
ibn Qalandar ibn Abdul Sayid ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul
Karim ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn Abdullah
ibn Ismail ibn Al-Imam Musa Al-Kazim ibn Al-Imam Ja‟far As-Sodiq
ibn al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Zainal Abidin ibn Al-
Imam Husain ibn Sayidina Ali r.a. Semasa kecilnya beliau telah belajar
Al-Quran dari Syaikh Ismail Al-Yamani, dan belajar ilmu tajwid serta
memperbaiki bacaan dengan Syaikh Yusuf As-So‟idi dan Syaikh
Syamsuddin Al-Misri. Antara guruguru beliau dalam ilmu agama dan
syariat adalah Sayid Abdul Karim Haidar Al-Barzanji, Syaikh Yusuf Al-
Kurdi, Sayid Athiyatullah Al-Hindi. Selain itu, beliau juga belajar
dengan Ulama-ulama terkenal, diantaranya adalah:
1. Syaikh Athaallah ibn Ahmad Al-Azhari,
2. Syaikh Abdul Wahab At-Thanthowi Al-Ahmadi,
3. Syaikh Ahmad Al-Asybuli (Firmansyah, 2010: 1-2).
Sayid Ja‟far Al-Barzanji juga telah menguasai banyak cabang
ilmu, antara lain: Shorof, Nahwu, Manthiq, Ma‟ani, Bayan, Adab, Fiqh,
Usul Fiqh, Faraidh, Hisab, Usuluddin, Hadis, Usul Hadis, Tafsir,
Handasah, A‟rudh, Kalam, Lughah, Sirah, Qiraat, Suluk, Tasawuf,
Kutub Ahkam, Rijal, Mustholah. Beliau terkenal bukan saja karena ilmu,
akhlak dan taqwanya, tapi juga dengan kemakbulan doanya. Penduduk
Madinah sering meminta beliau berdoa untuk turun hujan pada musim-
musim kemarau. Diceritakan bahwa suatu ketika di musim kemarau,
beliau sedang menyampaikan khutbah jumatnya, seseorang telah
meminta beliau beristisqa‟ memohon hujan. Maka dalam khutbahnya itu,
beliau pun berdoa memohon hujan. Doanya terkabul dan hujan terus

78 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Lukluil Makenun

turun dengan lebatnya sehingga seminggu


(http://masafirulkhoonah.blogspot.com, 14 Jan

B. Karya-Karya Ja’far bin Hasan Al-Barzanji


Ja‟far bin Hasan Al-Barzanji adalah seorang penyair yang
produktif. Banyak karya sastra, terutama syair yang telah digubahnya.
Selain produktif, beliau juga sangat menekuni kemampuan sastranya.
Terbukti, syair-syair gubahannya diakui memiliki nilai sastra yang sangat
tinggi. Berikut ini adalah beberapa karya-karya sastra Ja‟far Al-Barzanji:
1. Syawaahidul Ghufraan „ala Jaliyal Ahzan fi Fadhaa-il Ramadhan
2. Mashaabiihul Ghurar „ala Jaliyal Kadar
3. Taajul Ibtihaaj „ala Dhau-il Wahhaj fi Israa‟ wal mi‟raj
4. Al birrul „Aajilu biijaabatisy Syaikh Muhammadin Ghofil
5. Jaaliyatul Kidri biasmaa-i Askhaaabi Sayyidil Malaaika wal Basyar
6. Wal Akhaduyayna Jaaliyatil Kurabi bi-Asmaa-i Sayyidil „Ajami wal
7. Arabi fi Asma-il Badaryyina
8. Arraudol Mu‟tharu fiima yukhaddisy Sayyiduna Muhammad minal
Asy‟a
9. Asysyaqaaiqul Atrajiyyatufi Manaqibil Asyraafil Barzanjiyyati
10. Al‟ariinu Liasmaa-is Sakhabatil Badariyyina
11. Fatkhur Rahmani „Ala Ajwibatis Sayyidina Ramadhana
12. Alfaidhul Latifa bi ijaabati Naaibi sar‟is Syarifi
13. Nahuudhul Laisa Lijawaabi Abiil Ghaisi
(http://masaafirulkhoonah.blogspot.com, 14 Januari 2011).
Beliau juga telah menulis buku yang dipersembahkan kepada
Nabi, Qishshas Al-Mi‟raj, adalah buku yang kurang dikenal secara luas
di Indonesia. Sedang karyanya yang benar-benar populer setelah kitab

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 79


Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan

Al- Barzanji adalah sebuah hagiografi (literatur tentang kehidupan dan


legenda) Syaikh „Abd Al-Qadir, Lujain Al-Dani fi Manaqib „Abd Al-
Qadir Al-Jilani, sebuah karya yang bahkan menembus sampai sudut-
sudut yang paling jauh di Nusantara (Bruinessen, 1995: 97).

C. Sejarah Kitab Al-Barzanji


Kitab Al-Barzanji merupakan suatu doa-doa, puji-pujian dan
penceritaan riwayat Nabi Muhammad SAW yang bisa dilantunkan
dengan irama dan nada. Isi Al-Barzanji bertutur tentang kehidupan Nabi
Muhammad SAW yakni silsilah keturunannya, masa kanak-kanak,
remaja, dewasa hingga diangkat menjadi Rasul. Di dalamnya juga
mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad serta
berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia. Selanjutnya,
umat Islam di Indonesia pada tanggal 12 Rabiul Awal dipandang sangat
penting dan mempunyai nilai sejarah tersendiri bagi umat Islam, karena
pada tanggal itulah Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Sebab jika
ditelusuri lebih jauh, Nabi Muhammad memiliki kedudukan yang sangat
istimewa di kalangan umat Islam. Menurut Scimmel mengutip pendapat
dari Arthur Jeffrey, bertahun-tahun yang lalu, mendiang Syaikh Musthafa
Al- Maraghi berkata dalam kunjungannya kepada kawannya, uskup
Anglikan di Mesir, bahwa penyebab penghinaan paling umum orang-
orang Kristen terhadap kaum Muslim yang dilakukan dengan tidak
sengaja adalah karena mereka sama sekali tidak dapat memahami
penghargaan sangat tinggi seluruh kaum Muslim yang ditujukan kepada
Nabi mereka (Scimmel, 1991: 13).
Selain itu, tonggak sejarah umat Islam sebenarnya dimulai dari
lahirnya tokoh reformasi dunia, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliaulah

80 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Lukluil Makenun

yang membebaskan umat manusia dari kungkungan era jahiliyah menuju


era pencerahan (tanwir) di bawah naungan nilai-nilai tauhid, syura,
keadilan, egalitarianisme dan kemanusiaan (Mustaqim 2007: 37). Umat
Islam merayakan hari kelahiran sang tokoh reformasi tersebut dengan
penuh semangat, sebagai bentuk ekspresi rasa cinta (mahabbah) kepada
Nabi dan sekaligus mengenang jas-jasa perjuangan beliau. Memuliakan
Nabi, menghormati dan mencintai beliau, tidak dapat dipisahkan dari
lubuk hati umat Islam di seluruh dunia. Annemarie Schimmel
menceritakan fenomena penghormatan terhadap Nabi sebagai berikut:
“Sebuah copy Al-Quran, yang kemudian ditulis pada abad kedua belas, di
Iran Timur, dengan tulisan Kufi yang sederhana dan dari masa yang
belakangan, mempunyai kekhasan yang mencolok: seluruh surah ke-
112, mengenai pengakuan akan Keesaan Allah, ditulis dengan hurufhuruf
yang kuat dan jalin-menjalin, dan pada halaman lain, kata-kata
Muhammad Rasul Allah, “Muhammad adalah utusan Allah”, seolaholah
dibedakan dari yang lain-lainnya, di halaman itu dengan bentuk
kaligrafinya yang menarik perhatian. Penulis yang tak dikenal itu telah
mengungkapkan, dengan cara yang nyata, kedudukan utama Nabi dalam
agama Islam.” (Scimmel, 1991: 13).
Ungkapan penghormatan dan cinta kepada Nabi dari lubuk hati
yang paling dalam, diwujudkan dalam bentuk karya sastra yang tidak
pernah kering dalam Kesejarahan Islam. Sastra penghormatan kepada
Nabi ini, kemudian dikenal dengan jenis sastra al-madaih al-nabawiyah.
Sastra ini terus berkembang , tidak hanya di kawasan Arab dan Timur
Tengah saja, melainkan juga berkembang di negara-negara Islam non
Arab seperti Turki, Pakistan, dan bahkan Indonesia.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 81


Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan

D. Sistematika Kitab Al-Barzanji


1. Seputar Nama Kitab Al-Barzanji
Al-Barzanji adalah buku sastra yang memuat sejarah biografi
Nabi Muhammad SAW. Nama Al-Barzanji dibangsakan kepada nama
penulisnya, yang diambil dari tempat asal keturunannya yakni daerah
Barzinj (Kurdistan). Nama tersebut menjadi populer di dunia Islam pada
tahun 1920an, ketika Syekh Mahmud Al-Barzanji memimpin
pemberontakan Nasional Kurdi terhadap Inggris yang pada waktu itu
menguasai Irak (Dahlan, 2001: 199-200). Karya tulisnya tentang maulid
ada dua, yaitu yang dikenal di Indonesia dengan maulid Al-Barzanji natsr
dalam bentuk prosa-lirik, dan maulid Al-Barzanji nadzam dalam bentuk
puisi (Sholikin, 2010:472). Puisi adalah kata-kata yang berwazan dan
berqafiah, sedang prosa adalah kata-kata yang tidak berwazan dan tidak
berqafiah (Wargadinata, 2008: 163).
Dalam ensiklopedi Islam di Indonesia disebutkan bahwa judul
kitab Maulid karya Ja‟far Al-Barzanji adalah Qissat al-Maulid an-
Nabawi (Cerita tentang Kelahiran Nabi) (Nasution, 1992:169),
sedangkan menurut Abdul Aziz Dahlan berjudul „Iqd Al Jawahir
(Kalung Permata) (Dahlan, 2001:199). Maulid karangan beliau ini adalah
di antara kitab maulid yang paling tersohor dan paling luas tersebar ke
pelososok negeri Arab dan Islam, baik di Timur maupun di Barat.
Bahkan ramai kalangan Arab dan Ajam yang menghafalnya dan mereka
membacanya dalam perhimpunanperhimpunan agama yang munasabah.
Kandungannya merupakan khulashah ((ringkasan) sirah nabawiyyah
yang meliputi kisah kelahiran beliau, masa remaja, pengutusan beliau
sebagai Rasul, hijrah dan akhlaknya beliau.

82 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Lukluil Makenun

2. Seputar Aspek Redaksional


Karya Ja‟far Al-Barzanji merupakan biografi puitis Nabi
Muhammad SAW. Di dalam Al-Barzanji dilukiskan riwayat hidup Nabi
Muhammad SAW dengan bahasa indah dalam bentuk puisi serta prosa
(nasr) (Dahlan, 2001: 200). Bagian nasar terdiri atas 19 bagian, yang
setiap bagiannya dibatasi dengan suatu jeda (fashilat) (Muthohar, 2011:
60). Sementara, bagian puisi (nadzam) terdiri atas 16 sub bagian dengan
mengolah rima akhir “nun”. Secara umum, kitab Al-Barzanji ditulis
dengan bentuk prosa berirama, yang setiap akhir kalimatnya diakhiri ta‟
marbuthah yang didahului ya‟ berharakat fathah. Penulisannya
menggunakan gaya personifikasi pada beberapa sisi, dan memakai
tasybih (penyerupaan) pada beberapa sisi yang lain (Muthohar, 2011:
60). Di antara contohnya adalah tatkala pemberian fashilah (jeda) pada
setiap fragmen dalam prosanya, dengan ungkapan „ath-thirillahumma
qabrahul karim, bi „arfin syadziyyin min shalatiw wa taslim (ya, Allah,
bubuhkanlah bauan wangi pada kuburnya yang mulia, dengan bauan
mewangi salawat dan salam sejahtera) (Muhammad, t.t: 10).

Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan atau library
research. Tatang M. Arifin menyebutkan bahwa penelitian literer lebih
dimaksudkan studi “kepustakaan” dan bukan studi “perpustakaan”
(Arifin, 1990: 135). Dalam arti bahwa bahan atau data-data penulisan
skripsi ini diperoleh dari penelitian buku-buku dan literatur-literatur yang
berkenaan dengan topik yang sedang dibahas. Dengan cara demikian,
maka penulis akan mendapatkan data-data serta informasi yang dapat

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 83


Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam hal ini penulis


menggunakan:
1. Library Research yaitu suatu research kepustakaan (Hadi, 1991: 9).
Penelitian ini menempuh langkah-langkah diantaranya:
a. Mencari buku-buku yang ada kaitannya dengan penulisan ini.
b. Mencari penyusunan dalam buku-buku, mulai buku pegangan
sistematis, karangan kusus dan lain-lain.
c. Menyusun catatan, kemudian dikonsultasikan atau dirujuk pada
buku yang berkaitan
2. Metode Historis
Yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui perkembangan
pemikiran tokoh yang bersangkutan, baik yang berhubungan dengan
lingkungan historis dan pengaruh di dalamnya maupun dalam
kehidupan sehari-hari (Winarno, 1989: 132).
3. Metode Analisis
Metode ini adalah dimaksudkan untuk menganalisis bab per bab
mencari pendidikan kepribadian yang terkandung di dalam kitab “Al-
Barzanji”.
4. Metode Induksi
Metode ini berdasarkan pada analisis dari isi kitab tersebut, maka
penulis mengambil kesimpulan dengan metode induksi.

Pembahasan
A. Relevansi Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar
yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik sesuai dengan
perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Mendidik

84 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Lukluil Makenun

generasi muda melalui pembentukan kepribadiaan di dalam


kehidupannya adalah bagian dari penanaman nilai-nilai hidup yang harus
mendapatkan bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut
Islam, ketika anak dilahirkan anak dalam keadaan lemah dan fitrah.
Kefitrahan penciptaan manusia dijelaskan dalam Al-Qur‟an surah Ar-
rum ayat 30:
‫َعلَ ْي َها‬ َ َّ‫ط َر الن‬
‫اس‬ َ َ‫َّللاِ الَّتِى ف‬ َّ َ‫ط َرت‬ ْ ِ‫ف‬ ‫ِّين َحنِيفًا‬ ِ ‫فَأَقِ ْم َوجْ َهكَ ِلل ِد‬
‫اس َِل‬ َ ٰ ْ ٰ
ِ َّ‫ذلِكَ ال ِدِّينُ القَيِِّ ُم َول ِك َّن أ ْكث َ َر الن‬ َّ
ِ‫َّللا‬ ِ ‫َِل ت َ ْبدِي ََ ِلخ َْل‬
‫ق‬
﴾١۰:‫َي ْعلَ ُمونَ ﴿الروم‬
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” (Al-Qur‟an dan terjemahnya, 2005: 325).

Ayat di atas menjelaskan bahwa pada dasarnya anak lahir ke


dunia telah membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada
orang tua (para pendidiknya) dalam mengembangkan fitrah itu sendiri
sesuai dengan usia anak dalam pertumbuhannya. Anak merupakan
anugerah dari Allah kepada manusia yang menjadi orang tua. Anak
adalah seseorang yang akan bertanggung jawab dengan kehidupannya,
janji gemilang bagi masa depan bangsa, negara dan penghibur orang tua.
Mendidik merupakan upaya mempersiapkan dan membina supaya
menjadi anggota masyarakat yang berguna dan menjadi insan yang soleh
dalam hidupnya.
Untuk menjadi insan soleh, maka sejak dini anak harus dibekali
dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Setelah iman dan
taqwa bersemayam pada anak maka perilaku yang ditampilakan akan
mempengaruhi penyesuaian diri dengan dirinya maupun dengan
masyarakat. Sehingga membawa ketenangan hidup, ketrentaman jiwa,

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 85


Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan

maupun kebahagiaan batin. Oleh karena itu orang tua harus bisa
memahami dan mendidik anak sejak awal pertumbuhannya. Sedini
mungkin, ruh anak harus disirami dengan air samawi agar dapat
mengantarkan pada kematangan kepribadian, keutuhannya,
keseimbangannya dan mendorong manusia mengembangkan dirinya
menuju kesempurnaan manusiawi. Dapat dilihat dalam kehidupan
manusia sehari-hari bahwa manusia diciptakan oleh Allah tidak lepas dari
keterkaitan antar manusia yang satu dengan yang lainnya.
Kecenderungan mencontoh itu sangat besar peranannya pada anak-anak,
sehingga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan. Sesuatu yang
dicontoh, ditiru atau diteladani itu mungkin bersifat baik dan mungkin
juga bersifat buruk. Untuk itu bagi umat Islam, keteladanan yang paling
baik dan utama ialah terdapat dalam diri pribadi Rasulullah SAW. seperti
di dalam Al-Qur‟an surat Al-Ahzab ayat 21 disebutkan:
‫َّللا َو ْال َي ْو َم‬
َ َّ ۟ ‫َّللاِ أَُ َْوة ٌ َح َسنَةٌ ِلِّ َمن َكانَ يَ ْر ُج‬
‫وا‬ َّ ‫َو ِل‬
ُ ‫فِى َر‬ ‫َل ُك ْم‬ َ‫َكان‬ ْ‫لَّقَد‬
﴾٢٣:َ‫﴿اْلحزا‬ ً ‫َّللاَ َك ِث‬
‫يرا‬ َّ ْٰ
‫اِل ِخ َر َوذَك ََر‬
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.” (Al- Qur‟an dan terjemahannya, 2005: 336).

Potret keteladanan pada diri Rasulullah merupakan petunjuk bagi


kaum muslim dalam menjalankan peranannya dalam melakukan amanah
untuk mendidik anaknya. Jika dikaji lebih dalam, proses pendidikan
berarti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan bagi anak
didiknya. Teladan dalam semua kebaikan bukan teladan yang mengarah
dalam hal keburukan, dalam pembinaan anak keteladanan sangat penting
karena dalam interaksi pendidikan, anak didik tidak sekedar menangkap

86 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Lukluil Makenun

dan memperoleh makna suatu ucapan pendidikan, akan tetapi justru


melalui keseluruhan pribadi, yang tergambar pada sikap dan tingkah laku
para pendidiknya. Adapun nilai pendidikan kepribadian dalam kitab Al-
Barzanji kesesuaiannya dengan kepribadian yang dibutuhkan generasi
muda sekarang adalah sebagai berikut:
1. Kesabaran menghadapi cobaan
Sabar merupakan kunci untuk meredakan setiap masalah. Di
mana setiap masalah selalu mengusik hati yang tenang menjadi resah dan
gundah. Kebanyakan dari pemuda mempunyai sifat yang penuh ambisi,
kemauan, dan idealisme yang tinggi. Pemuda juga senantiasa berpikir
pendek dalam menghadapi suatu masalah. Maka sifat sabarlah yang
mampu meredakan emosi dan menerangkan hati serta mampu
menghadapi masalah dengan pikiran yang jernih. Di dalam kehidupan
berbagai persoalan selalu menghampiri setiap manusia. Inilah cobaan
dari Allah untuk hamba-Nya tidak terkecuali para pemuda. Bentuk
cobaan tersebut bisa berupa pengangguran, kesenjangan sosial,
pertikaian, penganiayaan, dan lain sebagainya, sebagai ujian bagi hamba-
Nya untuk ditingkatkan derajatnya. Seberapa pun besanya cobaan
tersebut bila dihadapi dengan sabar maka Allah akan memudahkannya.
Sebagaimana Rasulullah SAW dalam menghadapi cobaan dan rintangan
dari musuhnya kaum kafir Quraisy dalam menegakkan agama Islam.
Dengan sifat sabar Rasulullah, akhirnya Islam dapat ditegakkan di kota
Mekkah dan Madinah, begitu juga orang-orang yang menentangnya
berbalik menyayanginya dan memuliakannya.
2. Amanah
Di masa sekarang sulit sekali mencari orang yang amanah (dapat
dipercaya) seakan tanpa berdusta dan berbuat curang manusia tidak bisa

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 87


Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan

meraih keuntungan dan kedudukan. Padahal sifat amanah sangat penting,


karena sifat amanah dapat meninggikan derajat manusia dimata Allah
dan hamba-Nya. Kita bisa mencontoh Rasulullah SAW ketika dipercaya
untuk memimpin peletakkan hajar aswad. Di mana pada waktu itu terjadi
pertikaian dari 4 (empat) suku yang hampir saja menimbulkan
peperangan. Dengan dipercayakannya Rasulullah SAW untuk
meletakkan atau memimpin peletakkan hajar aswad tersebut, maka
Rasulullah dengan adil meletakkan hajar aswad di tengah kain persegi
yang mempunyai 4 (empat) sisi. Dengan demikian, setiap pemimpin suku
bisa mengangkat hajar aswad secara bersama-sama. Begitu juga ketika
Rasulullah SAW berdagang, beliau tidak pernah membohongi Siti
Khotijah sebagai pemilik barang yang didagangkannya, meskipun
keuntungan dari berdagang berlipat-lipat. Maka sebagai pemuda sudah
semestinya kita mencontoh sifat amanah Rasulullah SAW karena amanah
menjadikan orang lain percaya kepada kita. Apabila orang lain sudah
percaya tentunya berbagai kepercayaan akan diberikan kepada kita baik
pekerjaan, kedudukan dan lain-lain.
3. Tawadhu‟
Rasulullah SAW adalah pemimpin negara sekaligus pemimpin
agama, akan tetapi Rasulullah tidak pernah sombong melainkan selalu
merendahkan diri. Meskipun jabatannya tinggi Rasulullah justru senang
bergaul dengan orang fakir dan miskin. Sifat Rasulullah SAW yang
demikian harus dipraktikkan oleh umat Islam khususnya pemuda. Sifat
tawadhu‟ tidaklah mudah dilakukan. Oleh karena itu, butuh latihan
secara terus menerus agar menjadi kebiasaan. Menghormati dan
menghargai orang lain lebih baik dari pada menyombongkan diri yang
hanya menimbulkan kemarahan orang lain. Allah SWT juga mencintai

88 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Lukluil Makenun

orang yang suka bertawadhu‟ daripada hamba yang berbuat sombong.


Sifat yang sombong justru menjadi bumerang bagi diri individu karena
sifat tersebut mengundang kebencian terhadap orang lain. Kebencian
yang mendalam akan mengakibatkan seseorang melakukan kejahatan
kepada orang yang dibenci.
4. Kesederhanaan
Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebihan,
maksudnya Allah tidak suka kepada orang yang suka boros melainkan
senang dengan orang yang berbuat hemat. Demikian juga, Allah tidak
suka kepada orang yang hidup bermewah-mewahan melainkan cinta
kepada orang yang hidup dengan kesederhanaan. Kesederhaan ini telah
dicontohkan Rasulullah SAW. Beliau adalah orang yang sederhana yang
hidup mandiri. Beliau tidak sungkan memakai baju bekas yang sudah
rusak dan beliau juga tidak sungkan untuk menjahit bajunya sendiri.
Contoh kesederhaan Rasulullah SAW perlu ditiru khususnya generasi
pemuda. Jika para pemuda senang hidup sederhana maka akan
membentuk kepribadian yang santun. Kesederhanaan menjadi penting
mengingat kehidupan masa sekarang yang penuh dengan hura-hura dan
arogan. Dengan hidup sederhana akan menjauhkan diri dari sifat
pemborosan karena sifat pemborosan tidak mampu mengukur harta yang
dimiliki. Sifat pemborosan juga tidak punya kendali terhadap keinginan
dan kemauan yang timbul dari hawa nafsu.
5. Pemaaf
Ciri-ciri orang yang berjiwa besar adalah orang yang mampu
memaafkan kesalahan orang lain meskipun berat dirasakan. Sifat pemaaf
adalah sifat yang mulia yang menjauhkan diri dari penyakit hati.
Rasulullah SAW sudah sekian kali disakiti oleh orang-orang kafir

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 89


Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan

Quraisy bahkan beliau pernah diludahi dam dilempari kotoran, tetapi


ketika orang yang menyakiti tersebut sakit, Rasulullah adalah orang yang
pertama menjenguknya. Kedatangan Rasulullah SAW mengejutkan
orang yang menjahatinya, ia pun merasa malu dan bersalah dan ketika
orang yang sakit tersebut meminta maaf dengan segera Rasulullah
langsung memaafkan tanpa menyimpan dendam sedikit pun. Kisah
Rasulullah dapat dijadikan teladan bagi kaum muda agar menjadi orang
yang besar hatinya dan mulia akhlaknya. Usia muda adalah usia yang
mudah naik darah dalam arti mudah emosi dan marah dalam menghadapi
masalah. Begitu juga ketika disakiti oleh orang lain, rasa sakit tersebut
tidak akan bisa hilang sebelum terbalaskan. Tetapi jika dilatih dengan
sifat pemaaf niscaya pemuda akan menjadi pemuda yang luhur dan
disegani seperti halnya Rasulullah.
6. Bermusyawarah
Dalam bermusyawarah Rasulullah SAW mengajarkan
musyawarah yang demokratis. Rasulullah selalu memberi kesempatan
kepada para sahabat untuk berpendapat mengenai suatu masalah yang
bersifat ijtihad. Maksudnya ketika itu bukan dari Allah maka para
sahabat diperkenankan menyumbangkan ide dan gagasannya seperti
ketika Al-Farizi mengusulkan membuat parit dalam perang khandak.
Setelah keputusan ditetapkan Rasulullah menyerahkan keseluruhannya
kepada Allah SWT. Begitu indah musyawarah yang diajarkan Rasulullah
SAW kepada kita, tiada kefanatikan yang menjerumus ke arah pertikaian.
Sudah sepatutnya cara ini dipakai oleh setiap umat Islam. Memberikan
kebebasan dalam berpendapat dan berpartisipasi kemudian setiap
keputusan diakhiri dengan bertawakal kepada Allah SWT. Niscaya cara
ini akan diterima oleh setiap insan dengan hati yang lapang dan gembira.

90 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Lukluil Makenun

7. Menyayangi dan mengasihi orang yang lemah


Dengan menanamkan sikap menyayangi dan mengasihi sejak dini
pada pemuda, diharapkan dalam kehidupannya menjadi pribadi yang
optimis dan dapat membantu orang lain yang membutuhkan
pertolongannya tanpa membedakan suku, ras, dan derajat orang lain.
Dalam berbagai kesempatan, Rasulullah SAW sendiri tidak pernah
membedakan siapa yang dikasihi dan disayanginya. Sebab kasih sayang
itu merupakan tabiat beliau, bahkan tidak saja terhadap orang-orang
Islam, namun juga kaum musyrikin.

B. Relevansi Tujuan Pendidikan Kepribadian Generasi Muda


Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap
manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun berada.
Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan
sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian
pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia
yang berkualitas, yaitu memiliki budi pekerti luhur dan moral yang baik
di samping memiliki intelektual yang tinggi. Tujuan pendidikan yang
diharapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Selain itu tujuan pendidikan adalah
untuk mengembangkan seluruh aspek dalam diri manusia; aspek
kepribadian, intelektual, fisik, dan mental-spiritualnya. Mengingat
manusia adalah makhluk yang rasional (yang memiliki akal-budi dan

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 91


Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan

kehendak bebas), untuk dapat berkembang mencapai keutuhan dirinya


sebagai manusia, ia harus dididik.
Dalam pendidikan, aspek kepribadian merupakan aspek yang
paling utama untuk dikembangkan, karena kepribadian menyangkut
sikap dan tingkah laku yang baik, yang sesuai dengan keluhuran martabat
manusia. Oleh sebab itu pendidikan harus selalu berusaha membentuk
dan mengembangkan sikap dan tingkah laku yang baik dan benar, agar
pendidik mampu mengantarkan anak didiknya menjadi generasi muda
yang memiliki intelektual tinggi dan berkepribadian yang baik.
Mengamati generasi muda yang memiliki karakteristik sedemikian rupa
yang sebelumnya penulis telah uraikan pada bab di atas, maka relevansi
tujuan nilai pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji dengan
kepribadian yang dibutuhkan generasi dewasa ini adalah terbentuknya
secara terpola kepribadian utama manusia lebih-lebih generasi muda
penerus bangsa agar memiliki akhlak mulia, budi pekerti luhur dan
bertabiat terpuji dengan meneladani Nabi Muhammad SAW sebagaimana
yang dicontohkan oleh beliau semasa hidupnya. Sebagaimana firman
Allah dalam QS. At-Tahrim ayat 6:
‫اس‬ُ َّ‫َارا َوقُودُهَا الن‬ َ ُ‫وا قُ ٰٓو ۟ا أَنف‬
ً ‫س ُك ْم َوأَ ْه ِلي ُك ْم ن‬ ۟ ُ‫ٰ ٰٓيأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمن‬
ٌ ٰٓ ٰ
َ
‫َّللاَ َما ٰٓ أ َم َر ُه ْم‬
َّ ٌ
ُ ‫ارة ُ َعلَ ْي َها َملئِكَة ِغ ََلظ ِشدَاد ٌ َِّل يَ ْع‬
َ‫صون‬ َ ‫َو ْال ِح َج‬
﴾١:‫َويَ ْفعَلُونَ َما يُؤْ َم ُرونَ ﴿التحريم‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.” ( (Al-Qur‟an dan terjemahnya, 2005: 448).

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kita disuruh menjaga diri
kita dan keluarga kita dari api neraka. Maksud menjaga diri dan keluarga

92 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Lukluil Makenun

adalah dengan cara melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi


segala larangan-Nya. Dalam konteks ini ada dua hal yang pokok yaitu
habluminallah dan hablum minannas. Hamblum minallah adalah
hubungan manusia dengan Allah secara langsung dimana hak Allah lebih
utama daripada hak manusia. Sedangkan hablum minannas adalah
hubungan manusia dengan sesama manusia, dimana manusia mempunyai
hak dan kewajiban terhadap orang lain. Kitab Al-Barzanji yang
mengajarkan tentang keteladanan Rasulullah SAW dalam penelitian ini
lebih kepada hablum minannas, yaitu meneladani sifat Rasulullah yang
mengajarkan tata cara hidup baik sebagai individu maupun kolektif, baik
sebagai pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara. Akhlak Rasulullah
adalah akhlak yang mulia, tutur katanya lembut, tingkah lakunya sopan
dan kebijakannya selalu adil. Itulah yang membuat Rasulullah mudah
diterima dan dicintai di mana pun beliau berada.
Sesungguhnya akhlak Rasulullah inilah yang mengajarkan kepada
kita agar mampu menjalin hubungan baik dengan sesama. Dengan akhlak
yang baik seseorang akan dihormati dan disegani. Sedangkan untuk
menjaga keluarga, orang tua diwajibkan memberikan pendidikan yang
baik kepada anak-anaknya agar selamat di dunia dan akherat.
Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, karena Rasulullah sendiri
memberikan pendidikan kepada istri dan anaknya bahkan beliau adalah
pendidik bagi umatnya. Pendidikan agar selamat di dunia tidak lain
adalah pendidikan akhlak karena berhubungan dengan manusia, dan
pendidikan akhlak yang paling baik adalah pendidikan akhlak Rasulullah
SAW sedangkan agar selamat dari akherat maka pendidikan ubudiyah itu
yang harus diberikan. Begitu banyak keteladanan Rasulullah yang
diajarkan kepada kita sebagaimana yang ada di kitab Al-Barzanji. Sudah

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 93


Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan

sepatutnya generasi muda membentuk jamaah sholawat agar selalu


senantiasa memuliakan Rasulullah dan meneladaninya.

C. Relevansi Pendidikan Kepribadian Generasi Muda dalam kitab


Al- Barzanji pada Konteks Sekarang
Kitab Al-Barzanji dalam bahasa aslinya (Arab) dibaca pada
berbagai kesempatan, antara lain pada waktu peringatan maulid Nabi
Muhammad SAW (hari kelahiran). Hari Senin, 12 Rabi‟ul al-Awwal
(disebut juga dengan bulan Mulud), sudah dihafal oleh masyarakat.
Perayaan maulid dianggap sangat penting oleh umat Islam, selain untuk
mengenang jasa-jasa Nabi dalam menyebarkan ajaran agama, juga
sebagai upaya untuk menjadikannya suri teladan. Tidak mengherankan
bila dalam upacara peringatan itu hampir selalu diuraikan sejarah
kehidupannya, atau mengutip sesuatu yang bersangkutan dengannya,
sebagai ide moral dalam menjelaskan masalah-masalah kontemporer
yang sedang dihadapi oleh umat Islam. Bahkan, pada mulanya maulid
Nabi diperingati tidak hanya untuk mengenang jasa-jasanya, tetapi juga
untuk membangkitkan semangat tentara Islam yang sedang menghadapi
tentara Salib. Sehingga saat itu tentara Islam dapat merebut kembali Bait
al- Muqaddas di Yerussalem yang beberapa tahun telah diduduki tentara
Salib (Muthohar, 2011: 2).
Selain pada waktu peringatan Maulud Nabi, Al-Barzanji juga
sering dibaca ketika ada hajat pemberian nama bagi seorang bayi, acara
khitanan, upacara pernikahan, upacara memasuki rumah baru, berbagai
upacara syukuran, dan ritus peralihan lainnya, sebagai sebuah acara ritual
yang dianggap dapat meningkatkan iman dan membawa banyak manfaat.

94 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Lukluil Makenun

Tradisi pembacaan Al-Barzanji dapat dilihat dari dua aspek


manfaat: Pertama, aspek ibadah dan spiritual yang bertujuan untuk
dzikrullah, mencari syafaat di hari kiamat, mengharap barakah, ungkapan
cinta pada Rasul, penentram jiwa, penghormatan kepada Nabi, teladan
moral, dan peningkatan spiritual. Kedua, aspek sosio kultural yang
bertujuan untuk bersilaturrahim, guyub rukun, seni dan budaya Islam,
sarana hiburan dan tradisi kampong halaman.
Bila dikaji lebih dalam, kitab Al-Barzanji selain berisi tentang
sejarah dan puji-pujian atas keutamaan Nabi Muhammad SAW di
dalamnya juga terdapat nilai-nilai pendikan kepribadian yang perlu
diteladankan pada generasi muda, antara lain kesabaran dalam
menghadapi cobaan, amanah, tawadhu‟, kesederhanaan, pemaaf, suka
bermusyawarah, menyayangi dan mengasihi orang yang lemah. Dewasa
ini pendidikan kepribadian menjadi prioritas utama khususnya bagi anak-
anak dan remaja. Pendidikan kepribadian sebagai benteng dari pergaulan
bebas yang mengarah dari penyimpangan-penyimpangan tatanan sosial
serta norma-norma yang ada. Banyaknya pergaulan bebas dengan
pengawasan yang serba terbatas menjerumuskan anak dalam pergaulan
yang tidak sesuai dengan norma-norma Islam. Masa-masa yang
seharusnya diisi dengan keindahan budi pekerti menjadi masa yang
kelam yang kurang mengerti tatanan dan aturan. Di era modern seperti
ini dengan teknologi yang serba canggih menyediakan fasilitas informasi
yang serba mudah. Tanpa pendidikan kepribadian tentu anak tidak punya
kendali dalam melangkah. Padahal teknologi seperti internet tidak hanya
memberikan dampak positif, tetapi juga dampak negatif. Bila tidak ada
pengawasan dari orang tua bukan tidak mungkin anak akan mengakses
informasi yang buruk, seperti pornografi. Pendidikan kepribadian harus

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 95


Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan

ditanamkan sejak kecil baik dari keluarga, masyarakat dan sekolah, baik
sekolah formal maupun non formal. Pendidikan kepribadian membekali
peserta didik untuk dapat menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang
buruk. Dengan demikian, sangat relevan jika pendidikan kepribadian
dalam kitab Al-Barzanji diterapkan di masa sekarang. Di mana anak
mulai kehilangan pegangan dalam menjalani hidup.

Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan tentang nilai-nilai pendidikan
kepribadian dalam kitab Al-Barzanji maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Kitab Al-Barzanji disusun oleh Ja‟far bin hasan, beliau adalah putra
„Abd al-Karim bin Muhammad al-Barzanji. Nama Al-Barzanji
dibangsakan kepada nama penulisnya, yang diambil dari tempat asal
keturunannya yakni daerah Barzinj (Kurdistan). Kitab Al-Barzanji
terdiri dari dua bentuk yaitu nasr dan nadzam. Bagian nasar terdiri
atas 19 bagian, yang setiap bagiannya dibatasi dengan suatu jeda
(fashilat). Sementara, bagian puisi (nadzam) terdiri atas 16 sub
bagian dengan mengolah rima akhir “nun”. Kitab tersebut
seluruhnya menceritakan pujian dan riwayat hidup Nabi Muhammad
SAW.
2. Nilai pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji meliputi,
Kesabaran menghadapi cobaan, amanah, tawadhu‟, kesederhanaan,
pemaaf, bermusyawarah, menyayangi dan mengasihi orang yang
lemah. Sedangkan tujuan dari pendidikan kepribadian dalam kitab
Al-Barzanji adalah membentuk serta mempola kepribadian utama
manusia lebih-lebih generasi muda penerus bangsa agar memiliki

96 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Lukluil Makenun

akhlak mulia, budi pekerti luhur dan bertabiat terpuji dengan


meneladani Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang dicontohkan
oleh beliau semasa hidupnya.
3. Pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji mempunyai
relevansi yang tepat dengan pendidikan kepribadian yang dibutuhkan
oleh generasi muda sekarang. Baik nilai-nilai pendidikan
kepribadian maupun tujuan pendidikan kepribadian. Jika nilai
pendidikan kepribadian dalam kitab Al- Barzanji diteladankan atau
diajarkan pada anak didik, maka akan
4. melahirkan generasi muda yang berbudi luhur dan mengangkat
bangsa ini sebagai bangsa yang berbudi. Pendidikan kepribadian
harus ditanamkan sejak kecil baik dari keluarga, masyarakat dan
sekolah, baik sekolah formal maupun non formal. Di mana anak
mulai kehilangan pegangan dalam menjalani hidup.

Daftar Pustaka

Achmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme


Teosentris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Adib, Muhammad. 2009. Burdah Antara Kasidah Mistis dan sejarah.
Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang.
Ahmadfillah. 2010. Sejarah Al-Barzanji
(online).(http://majelisrasulullahbuleleng. Woerdpress.com,
diakses 14 mei 2011).
Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim
Modern. Solo Era Intermedia.
Al-Bantani, Nawawi. Tt. Qami’ Tughyan.Semarang: Griya Putra.
Arifin, M. 1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Tatang M. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta:
Rajawali, Jakarta.
Bakker, Anton. 1984. Metode-Metode Filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 97


Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan

Bruinessen, Martin van. 1995. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat:


Tradisitradis Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.
Dahlan, Abdul Aziz. 2001. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve.
Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan moral
Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terejemahnya. Bandung:
Diponegoro.
Fattah, Munawir Abdul. 2008. Tradisi Orang-Orang NU. Yogyakarta:
Pustaka Pesantren.
Firmansyah, Luqman, 2010. Biografi Pengarang Kitab Al-Barzanji
(Syaikh Ja’far Barzanji), (online),
(http://masdurohman.blogspot.com./2010/12/biografi-pengarang-
kitabmaulid. html, diakses 17 Januari 2011).
Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Research. jilid 1. Yogyakarta: Andi
Offset.
http://masaafirulkhoonah.blogspot.com//2010/08/Sayyid-Jafar-al-
Barzanji.html, diakses 14 Januari 2011.
Hurlock, Elizabeth B. 1989. Perkembangan Anak, Jilid 2, Terj. Meitasari
Tjandrasa. Jakarta: Erlangga.
Husein, Ibnu. 2004. Pribadi Muslim Ideal. Semarang: Pustaka Nuun.
Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian
dan Pengamalan Islam (LPPI).

98 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Rudi Triyo Bowo

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI


PERINGATAN TAHUN BARU HIJRIYAH

Rudi Triyo Bowo


Instansi

Abstract
The purpose of this study was to determine the history of the new year
hijriyah implemented, the stage of the ritual and the perception of the
community about the new year ritual hijriyah as well as to determine the
values of Islamic education in the new year hijriyah in the TRAJI village,
Parakan district, Kab. Temanggung. The research is conducted
qualitatively. The research results showed that the originator of the new
year hijriyah tradition held in the TRAJI village is mastermind Garu, the
ritual is the preparation stage; done before the carnival, implementation;
start of carnival and ritual ceremony performed in the spring Sidukun,
cover; the whole ritual procession in covered with leather puppet
performances. The perception of most people around to believe that by
implementing the new year ritual in hijriyah will bring blessing and favor
and if not held tradition else something bad will happen. Values of
Islamic education in the tradition of the hijriyah new year in the TRAJI
village is the educational value of history, the advice of kindness, unity
and integrity as well as the educational value of local wisdom. The value
of unity is very important given the villagers of TRAJI which consists of
various religions and beliefs, it can be an example in inter-religious
harmony in the life of the nation.

Keywords: educational values, tradition, new year of hijriyah

Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang penduduknya terdiri dari
berbagai macam agama, suku, bangsa, adat, keyakinan dan kebudayaan.
Mereka tersebar diseluruh wilayah Indonesia mulai dari ujung Sabang
sampai Merauke. Salah satu suku yang ada di negara ini adalah suku

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 99


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah

Jawa. Suku Jawa merupakan salah satu suku yang mempunyai berbagai
macam kekayaan dan keunikan dalam melaksanakan adat istiadat serta
kebudayaan mereka. Salah satu kebudayaan jawa yang dilaksanakan
secara teratur adalah peringatan tahun baru hijriyah.
Dalam kepercayaan orang jawa, tahun baru Hijriyah yang jatuh
pada malam 1 Muharram atau sering disebut dengan malam 1 Sura
memiliki makna spiritual sebagai perwujudan perubahan waktu yang
diyakini akan berdampak pada kehidupan manusia (Sholikhin, 2010: 12).
Pada tanggal tersebut juga merupakan salah satu hari besar bagi umat
Islam dan di tetapkan sebagai hari libur nasional (Partokusumo, 1995:
236). Menurut pandangan hidup orang Jawa saat-saat terjadinya
perubahan tahun baru tersebut, diperlukan suatu laku ritual yang berupa
introspeksi diri. Secara historis peringatan 1 Muharram merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem nilai mistik dan
keyakinan orang Jawa (Sholikhin, 2010: 4).
Bagi sebagian besar orang, khususnya orang Jawa malam 1
Muharam atau 1 Sura mempunyai arti dan nilai yang di anggap penting
dan sakral. Nilai adalah suatu konsep abstrak mengenai masalah dasar
yang sangat penting dan bernilai dikehidupan manusia atau sebuah
konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga
masyarakat kepada beberapa masalah pokok dikehidupan keagamaan
yang bersifat suci sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku
keagamaan warga masyarakat bersangkutan (TPKBBI, 2008: 615).
Tahun baru Hijriyah dirayakan oleh sebagian umat Islam dengan
berbagai acara yang berbeda dari tempat satu dengan tempat yang lain.
Salah satu daerah yang mempunyai tradisi perayaan yang unik adalah
Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung. Satu sura

100 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Rudi Triyo Bowo

dilaksanakan dengan tradisi ritual upacara adat Kirab Pengantin dan


pagelaran wayang kulit. Pelaksanaan upacara adat Kirab Pengantin
dilakukan setiap tanggal 1 Muharram/Sura pukul 18.00 WIB. Pada saat
itulah Kepala Desa layaknya sepasang pengantin dikirab menuju
Sendhang Sidhukun. Selanjutnya pada malam tanggal 2 Sura
dilaksanakan ritual pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Pagelaran
wayang kulit merupakan puncak dalam tradisi ritual upacara adat Kirab
Pengantin 1 Sura di Desa Traji.
Menurut Masyarakat setempat tradisi ini bermula dari kisah
legenda dalang wayang kulit yang bernama Ki Dalang Garu dari Desa
Beringin yang didatangi orang berpakaian bangsawan yang memintanya
mementaskan wayang kulit pada malam 1 Sura. Konon orang yang
berpakaian bangsawan kerajaan tersebut adalah penunggu dari sendang
Sidukun (Prasurvei, 22 Oktober 2014)
Walaupun tidak mengetahui asal mula dan kapan di mulainya
tradisi tersebut masyarakat desa Traji, mereka rutin memperingat malam
1 Muharram dengan hikmat dan penuh kepercayaan. Menurut Pak
Suwari selaku juru kunci Sendang Sidukun tradisi upacara adat Kirab
Pengantin 1 Muharram di Desa Traji ini bersifat turun temurun dan ini
merupakan perwujudan interaksi antara budaya Islam dan budaya Jawa.
Tradisi upacara adat Kirab Pengantin 1 Muharram Desa Traji memiliki
akar sejarah yang panjang, tetapi untuk sementara ini belum ada sumber
baik lisan ataupun tertulis yang mampu memberikan keterangan kapan
tradisi upacara adat 1 Sura di Desa Traji itu mulai berlangsung
(Prasurvai, 22 Oktober 2014).
Dari berbagai macam alasan dan uraian di atas penulis tertarik
dan ingin mengangkatnya dalam bentuk skripsi dengan judul “nilai-nilai

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 101


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah

pendidikan Islam dalam tradisi peringatan tahun baru hijriyah


(studi perspektif pada masyarakat desa Traji kecamatan Parakan
kabupaten Temanggung)”.

Permasalahan
Di dalam merumuskan fokus penelitian, perlu adanya sistematika
analitik untuk mencapai sasaran yang menjadi objek kajian, sehingga
pembahasan akan lebih terarah pada pokok masalah. Hal ini
dimaksudkan agar terhindar dari pokok masalah yang tidak ada
kaitannya. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah sejarah peringatan tahun baru hijriyah di Desa
Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung?
2. Bagaimanakah tahapan ritual peringatan tahun baru hijriyah di
Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung?
3. Bagaimana persepsi masyarakat sekitar tentang ritual peringatan
tahun baru hijriyah di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten
Temanggung?
4. Adakah nilai-nilai pendidikan Islam dalam peringatan tahun baru
hijriyah di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten
Temanggung?

Tinjauan Pustaka
Untuk menhindari kekaburan dan salah dalam penafsiran serta
memahami makna dari istilah yang digunakan penulis maka penulis
memberikan beberapa pengertian yang terkandung, yaitu:

102 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Rudi Triyo Bowo

A. Nilai Pendidikan Islam


Nilai adalah suatu konsep abstrak mengenai masalah dasar yang
sangat penting dan bernilai dikehidupan manusia atau sebuah konsep
mengenai penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat
kepada beberapa masalah pokok dikehidupan keagamaan yang bersifat
suci sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga
masyarakat bersangkutan (TPKBBI, 2008: 615).
Menurut Surayin (2007: 374) nilai adalah kemampuan yang
dipercayai yang ada pada suatu benda atau hal untuk memuaskan
manusia. Nilai juga diartikan kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu
dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek
kepentingan (Sjarkawi, 2009: 29).
Menurut Sudirman Dkk (1991: 04), “Pendidikan berarti usaha
yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi
dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi
dalam arti mental”.
Sedangkan menurut Roqib (2009: 21), pendidikan Islam adalah
proses perubahan menuju arah yang lebih positif dalam pengembangan
jasmaniah dan rohaniah berdasarkan atas ajaran Islam untuk mencapai
kepribadian muslim yaitu kepribadian yang di dalamnya tertanam nilai-
nilai Islami sehingga perilakunya sesuai dengan ajaran Islam.
Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
nilai pendidikan islam adalah suatu konsep mengenai masalah dasar yang
sangat penting dan bernilai yang melekat dan sejalan dengan pendidikan
sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam ajaran islam.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 103


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah

B. Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah


Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang
yang masih dijalankan dalam masyarakat (TPKBBI, 2008: 959). Tradisi
juga dapat di artikan sebagai wujud gagasan kebudayaan yang terdiri dari
nilai budaya, norma-norma, hukum serta aturan yang satu dengan yang
lain berkaitan menjadi suatu sistem yaitu simtem budaya
(Koentjaraningrat, 2003: 239). Dalam hal ini tradisi tidak dapat di
pisahkan dari budaya yang di laksanakan suatu sistem tersebut.
Peringatan tahun baru hijriyah adalah memperingati pergantian
tahun hijriyah yang dilakukan setiap awal tahun. Sedangkan kalender
tahun hijriyah adalah tahun yang berdasarkan penanggalan perputaran
rotasi bulan terhadap bumi sering di sebut juga dengan tahun Qamariyah.
Tahun hijriyah diawali dengan bulan Muharam, yang oleh Sultan Agung
dinamakan sebagai bulan Sura. Dalam sistem Islam sendiri, bulan ini di
pandang sebagai bulan haram atau bulan suci. Pada bulan ini larangan
perang terhadap kaum kafir Quraisy di cabut. Bagi kaum Syiah,
muharam merupakan bulan ratapan atas kematian Husein bin Ali bin Abi
Tholib (Sholikhin, 2010: 23)

Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berbentuk
kualitatif yaitu penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik,
bahwa datanya ditanyakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana
adanya (natural setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbol-
simbol atau bilangan sehingga dalam penelitian ini peneliti
menggambarkan peristiwa maupun kejadian yang ada dilapangan tanpa

104 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Rudi Triyo Bowo

mengubahnya menjadi angka maupun simbol (Nawawi, dan Martini,


1996: 174)
Sedangkan pendekatan penelitian yang dipakai adalah
pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data diskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang
dapt diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut
secara holistik (menyeluruh) (Moleong, 2002).

Pembahasan
Kumpulan data yang dianalisa dalam skripsi ini bersumber dari
hasil wawancara dengan masyarakat setempat yang penulis anggap
mampu untuk memberikan keterangan yang relevan, dilengkapi dengan
dokumen yang ada. Mengacu pada fokus penelitian dalam skripsi ini,
maka penulis akan menganalisa dan menyajikanya secara sistematis
tentang tradisi peringatan tahun baru hijriyah dan nilai-nilai yang
terdapat dalamnya.
Setelah terjun kelapangan di desa Traji, Kecamatan Parakan,
Kabupaten Temanggung. Penulis menemukan bentuk-bentuk tradisi
peringatan tahun baru hijriyah dihubungkan dengan kajian teori, maka
hasilnya sebagai berikut:
A. Analisis Hasil Temuan
1. Persepsi Masyarakat tentang Tradisi Peringatan Tahun Baru
Hijriyah
Dari sebagian besar pendapat para tokoh dan warga yang kami
wawancarai, mereka menyatakan bahwa tradisi peringatan tahun baru
hijriyah merupakan tradisi yang harus dilesatarikan/dibudayakan.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 105


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah

Salah satunya diutarakan oleh bapak Sukri (salah satu warga desa
traji). Hampir semua warga desa Traji mempercayai kalau tidak
diadakannya ritual satu sura maka akan terjadi sesuatu yang buruk seperti
gagal panen ataupun kecelakan. Sebaliknya apabila masyarakat
melakukan ada kepercayaan akan diberi kemudahan dalam berbagai
urusan seperti panen yang melimpah ataupun keselamatan.
Begitu juga dengan apa yang disampaikan oleh ibu Nafiah (salah
seorang warga desa Traji). Ada kepercayaan kalau tidak melaksanakan
ritual tahun baru hijriyah maka sesuatu yang buruk akan menimpa. Oleh
karena itu semua warga desa Traji kompak melaksanakan ritual tersebut.
Hampir semua narasumber yang berasal desa Traji ataupun
masyarakat sekitar desa Traji yang penulis wawancarai mempercayai
bahwa peringatan tradisi satu sura dapat memberi keberkahan begitu juga
sebaliknya apabila tidak dilaksanakan maka sesuatu yang burukakan
terjadi. Selain itu tradisi peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji
sangat banyak sekali manfaat serta banyak sekali nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Tradisi tersebut juga sebagai sarana pemersatu
masyarakat khususnya masyarakat desa Traji yang terdiri dari berbagai
macam agama dan keyakinan.
Seperti apa yang dikatakan oleh mbah Suwari (juru kunci sendang
Sidukun). Masyarakat desa Traji itu terdiri dari berbagai macam agama
dan kepercayaan, ada yang Islam, Kristen, Budha dan ada juga yang
kepercayaan jawa atau kejawen. Dengan adanya peringatan tahun baru
hijriyah dapat mempersatukan seluruh warga desa Traji ini.
Tradisi peringatan tersebut menjadi salah satu contoh kecil
persatuan yang dapat dijalin dalam bermasyarakat, dalam skala yang
lebih besar persatuan dan kesatuan dapat diterapkan dalam kehidupan

106 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Rudi Triyo Bowo

bernegara, sehingga negeri ini akan tercipta keadaan yang tenteram,


tenang dan damai.
2. Bentuk Pelaksanaan Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah
Dari berbagai macam sumber yang ditemukan dan orang yang
penulis wawancarai, tradisi peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji
kecamatan Parakan kabupaten Temanggung sudah berlangsung lama dan
dilaksanakan secara turun-temurun. Tidak ada yang tahu kapan tradisi
tersebut di mulai, akan tetapi masyarakat sekitar mempercayai bahwa
apabila tidak diadakan tradisi tersebut maka akan terjadi sesuatu yang
buruk.
Menurut mbah Suwari selaku juru kunci sendang, “salah satu hal
yang terpenting dalam ritual tersebut adalah kita sebagai makhluk
bertuhan apabila kita memohon sesuatu hanya kepada Tuhan, sedangkan
semua ritual tersebut hanya sebagai sarana permohonan kita”.
Ritual peringatan ini dilaksanakan setiap tahunnya pada tanggal
satu Muharram atau satu sura dimulai sekitar pukul 18.00. Rombongan
yang terdiri dari kepala desa dan istrinya yang berpakaian layaknya
pengantin diikuti pengiring dan juga gunungan besar, dikirab mulai dari
kantor kepala desa menuju sendang Sidhukun. Disendang inilah berbagai
macam ritual dilaksanakan sampai akhirnya gunungan yang dikirab
tersebut diperebutkan oleh para pengunjung yang hadir dalam prosesi
ritual tersebut. Selanjutnya sekitar pukul 00.00 WIB ritual dilanjutkan ke
makam mbah Adam Muhamad beliau adalah tokoh penyebar agama
islam di desa Traji. Ritual di akhiri di suatu tempat yang bernama Gumuk
Guci.
Pada malam kedua dilaksanakan pertunjukan wayang kulit,
pertunjukan wayang tersebut sebagai penutup dari berbagai macam

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 107


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah

rangkaian ritual yang dilaksanakan dalam peringatan tahun baru hijriyah


di desa Traji. Selain sebagai penutup pertunjukan tersebut berisi berbagai
macam nasehat untuk masyarakat khususnya masyarakat desa Traji.
Lakon atau cerita yang wajib dalam pertunjukan ini adalah nambak atau
membendung maksudnya masyarakat dinasehati agar bisa membendung
hawa nafsunya.

B. Nilai-nilai Pendidikan dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru


Hijriyah di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten
Temanggung
Dalam setiap tradisi atau budaya tentunya ada nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Begitu pula pada tradisi peringatan tahun baru
hijriyah ini. Dari hasil penelitian penulis dan dikaitkan dengan teori,
banyak sekali nilai-nilai yang terkandung di dalam tradisi Peringatan
tahun baru hijriyah ini. Nilai-nilai tersebut antara lain :
1. Nilai Pendidikan tentang Sejarah
Dalam tradisi peringatan tahun baru hijriyah ini terdapat nilai
pendidikan sejarah yang tinggi. Yaitu sejarah Sunan Kalijaga yang
pernah singgah di desa Traji. Nilai-nilai sejarah ini bisa dilihat dari cerita
perjuangan Sunan Kalijaga dalam dakwah Islamnya. Selain itu bisa
dilihat juga dari peninggalan-peninggalannya yang berupa petilasan yang
ada di daerah Traji sebagai warisan budaya.
2. Nilai Pendidikan Nasehat Kebaikan
Nilai pendidikan nasehat kebaikan, terutama dalam pagelaran
wayang nampak sekali pada cerita yang didalamnya disisipkan nilai-nilai
pendidikan Islam. Pada lakon nambak manusia disuruh untuk
membendung hawa nafsunya. Selain itu pada lakon-lakon lainnya

108 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Rudi Triyo Bowo

disisipkan nilai-nilai pendidikan terutama agar menghormati orangtua,


senantiasa bersyukur, senantiasa bersabar atas segala cobaan dan masih
banyak lainnya.
3. Nilai Pendidikan Persatuan dan Kesatuan
Masyarakat desa Traji terdiri dari berbagai macam agama dan
latar belakang yang beragam. Tradisi peringatan tahun baru hijriyah yang
diselenggarakan di desa Traji ternyata dapat berperan untuk menggalang
persatuan dan kesatuan warga setempat. Nilai persatuan dan kesatuan
dapat dilihat pada waktu pelaksanaan upacara. Masyarakat melakukan
gotong-royong dengan membersihkan fasilitas umum berupa sendang,
jalan, makam dan lingkungan. Mereka melakukannya secara suka rela,
hal tersebut dapat menjadi ciri khas warga masyarakat untuk dapat
dilestarikan dan dipertahankan.
4. Nilai Pendidikan Kearifan Lokal
Tradisi Peringatan tahun baru hijriyah yang dilakukan
masyarakat desa Traji mempunyai kearifan lokal tradisi yang dapat
dilestarikan. Sebelum pelaksanaan peringatan tahun baru hijriyah
diadakan kerja bakti membersihkan sendang atau kolam seta
membersihkan lingkungan. Dengan mengamati berbagai kegiatan yang
ada pada acara adat peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji tersebut
kiranya dapat kita ambil maknanya:
a. Adanya rasa taqwa dan hormat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ini
dapat dilihat adanya kegiatan doa bersama dalam kenduri yang
dilakukan di kantor Kepala Desa secara bersama sebelum acara
dilaksanakan sebagai ungkapan syukur dan mohon pertolongan agar
acara berjalan lancar.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 109


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah

b. Adanya rasa kebersamaan persatuan, gotong-royong berarti


menghilangkan individualisme dan egoistis. Ini dapat kita lihat dalam
kerja sama dalam mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan
pelaksanaan peringatan tahun baru hijriyah.
c. Mengajarkan tentang kesehatan, kebersihan dan keindahan yang bisa
kita lihat adanya pelaksanaan kebersihan sendang atau kolam, jalan-
jalan, lingkungan dan lain-lain, sehingga akan membuat keindahan di
samping kesehatan.

Namun demikian, kegiatan peringatan tahun baru hijriyah selain


mengandung nilai-nilai positif juga masih banyak hal-hal yang kurang
sesuai dengan ajaran Islam, diantaranya adalah
a. Masyarakat masih mengikuti tradisi nenek moyang atau orang
terdahulu yang masih sangat kental dengan kepercayaan Hindu dan
Budha serta Animisme dan Dinamisme. Hal ini menunjukkan bahwa
ada kepercayaan yang dapat menjerumuskan manusia kepada
penyekutuan terhadap Allah SWT dengan selain-Nya. Hal tersebut
seharusnya perlu dipertimbangkan secara matang sehingga nilai-nilai
Islam lah yang harus dikembangkan melalui peringatan tahun baru
Hijriyah. Apabila hal ini dipahami oleh generasi penerus secara
turun temurun dapat menyebabkan hilangnya nilai-nilai aqidah,
berganti pada nilai-nilai takhayul yang berkembang dalam
masyarakat. Disisi lain Allah SWT berfirman dalam surah An-Nisa
ayat 48
‫َّللاَ َِل يَ ْغ ِف ُر أَن يُ ْش َركَ بِ ِۦه َويَ ْغ ِف ُر َما د ُونَ ٰذلِكَ ِل َمن‬
َّ ‫إِ َّن‬
﴾١٨:‫اَّللِ فَقَ ِد ا ْفت ََر ٰ ٰٓى ِإُْ ًما َع ِظي ًما ﴿النساء‬
َّ ‫َو َمن يُ ْش ِر ْك ِب‬ ‫شا ٰٓ ُء‬
َ َ‫ي‬

Artinya:

110 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Rudi Triyo Bowo

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan


Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar (Kementrian Agama RI, 2013: 48)

b. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan peringatan tahun baru


hijriyah dan pertunjukan wayang kulit di Desa Traji mencapai Rp.
54.000.000,-. Ini merupakan biaya yang cukup besar. Alangkah lebih
baiknya iuran warga masyarakat tersebut digunakan untuk hal-hal
yang bersifat positif dan mengandung nilai-nilai ibadah seperti
memperbaiki masjid/musholla, santunan yatim piatu, atau shodaqoh
jariyah lainnya, sehingga dalam setiap tahun apabila dapat
terkumpul sejumlah uang dengan nilai tersebut dapat memperbaiki
kualitas ummat dalam mendukung kegiatan keagamaan.
c. Dalam pelaksanaannya peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji
menyebabkan kemacetan. Hal itu berlangsung hampir setengah
bulan, bahkan saat pelaksanaan kirap kendaraan tidak bisa bergerak
sama sekali dikarenakan sangat penuh masyarakat yang mengikuti
prosesi ritual atupun hanya sekedar melihat-lihat prosesi ritual.
Salah satu hiburan yang ada pada pasar malam tersebut ada
kegiatan permainan perjudian, berupa permainan mancing hadiah
ataupun lempar kolong berhadiah

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di atas, maka penulis
dapat menyimpulkan hasil penelitian tentang tradisi peringatan tahun

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 111


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah

baru hijriyah di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung


adalah sebagai berikut :
1. Sejarah dilaksanakan peringatan tahun baru hijriyah di Desa Traji,
Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung adalah peristiwa yang
dialami oleh dalang Garu. Menurut dalang Garu, ia pernah diundang
untuk mementaskan wayang kulit, namun setelah selesai beliau tidak
menemukan siapa yang mengundangnya. Keesokan harinya beliau
melaporkan kejadian tersebut kepada pemerintah desa, sejak
kejadian tersebut tradisi peringatan tahun baru hijriyah dilaksanakan
hingga sekarang.
2. Dalam pelaksanaan tradisi peringatan tahun baru hijriyah ada
serangkaian tahapan prosesi yang dilakukan oleh warga masyarakat
antara lain:
a. Persiapan
Dalam tahap ini masyarakat membentuk panitia untuk
pelaksanaan acara. Tugas panitia disini adalah mempersiapkan segala
sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan acara, mulai dari perizinan,
pencarian dana, pembuatan sesaji sampai mempersiapkan dan mengatur
acara pendukung lainnya.
b. Pelaksanaan
Acara kirap dilaksanakan malam satu Muharram atau satu Sura
sekitar pukul 18.00. Sebelum acara dilaksanakan, dilakukan doa agar
acara dapat berjalan lancar. Kemudian dilaksanakan acara kirab yang
dimulai dari kantor kepala desa menuju sendang Sidukhun. Sesampainya
rombongan tiba di Sendang, mereka disambut oleh para pemuka dan juru
kunci sendang. Selanjutnya dilakukan ritual sebagai berikut:
1) Kidung Jawi (kidung dhandang gula)

112 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Rudi Triyo Bowo

2) Kacar-Kucur
3) Doa keselamatan bersama yang dipimpin oleh kaur keagamaan.
4) Membagikan sesaji kepada pengunjung untuk diperebutkan.
5) Rombongan melanjutkan sesaji ke sendang kali jaga.
Sekitar jam 00.00, rombongan menuju ke makam mbah Kyai
Adam Muhamad, selanjutnya rombongan melanjutkan acara sesaji ke
Gumuk Guci.
c. Penutup
Setelah prosesi ritual malam satu Sura selesai, pada malam kedua
dipergelarkan tontonan wayang kulit semalam suntuk dengan lakon atau
cerita sesuai permintaan masyarakat.
3. Persepsi masyarakat sekitar tentang ritual peringatan tahun baru
hijriyah di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten
Temanggung, sebagian besar masyarakat sekitar mempercayai
bahwa dengan melaksanakan ritual peringatan tahun baru hijriyah
akan mendatangkan keberkahan dan kebaikan dan apabila tidak
diadakan tradisi tersebut maka sesuatu yang buruk akan menimpa.
4. Nilai pedidikan yang dapat dipahami oleh masyarakat dari upacara
adat peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji antara lain :
a. Nilai pendidikan tentang sejarah
b. Nilai pendidikan nasehat kebaikan
c. Nilai pendidikan persatuan dan kesatuan serta gotong
royong/kerjasama.
d. Nilai pendidikan kearifan lokal.
Namun demikian, kegiatan peringatan tahun baru hijriyah di desa
Traji juga terdapat hal-hal yang kurang sesuai dengan ajaran islam,
diantaranya adalah:

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 113


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah

1. Masyarakat masih mengikuti tradisi nenek moyang atau orang


terdahulu, yang menunjukkan bahwa masyarakat masih melestarikan
budaya leluhur yang menyekutukan Allah SWT. Hal tersebut perlu
dihindari sehingga tidak menimbulkan persepsi yang dapat
menyebabkan timbulnya syirik oleh generasi penerus.
2. Budaya pemborosan, yaitu mengumpulkan iuran warga hanya untuk
menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit, padahal sebaiknya
iuran itu dapat digunakan untuk kemaslahatan seperti memperbaiki
musholla/masjid, santunan yatim piatu atau kegiatan shodaqoh
jariyah lain, yang lebih memiliki nilai ibadah serta memberikan nilai
pendidikan bagi masyarakat.
3. Dalam pelaksanaannya peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji
menyebabkan kemacetan berlangsung hampir setengah bulan,
bahkan saat pelaksanaan kirap kendaraan tidak bisa bergerak sama
sekali dikarenakan sangat penuh masyarakat yang mengikuti prosesi
ritual atupun hanya sekedar melihat-lihat prosesi ritual.
4. Masih adanya permainan/perjudian yang memberikan dampak
negatif bagi masyarakat, terutama generasi penerus.

114 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Rudi Triyo Bowo

Daftar Pustaka

Achmadi. 1987. Ilmu Pendidikan Islam. Salatiga: Fakultas Tarbiyah


IAIN Walisongo salatiga.
_________. 1992. Islam sebagai Paradigma Ilmu pendidikan.
Yogyakarta: Aditya Media.
Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Amin, Darori. 2002. Islam dan kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama
Media.
Azra, Azumardi. 1999. Esei-esei intelektual Muslim dan Pendidikan
Islam. Jakarta: Logos wacana Ilmu.
Darmadi, Hamid. 2009. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung:
Alfabeta.
Kementrian Agama RI. 2003. Al-Qur`an Al-Karim Tajwid dan
Terjemah. Surabaya: Halim.
Krisna Bayu Adji, dkk. 2013. Majapahit Menguak Majapahit
Berdasarkan Fakta Sejarah. Yogyakarta: Araska.
Koentjoningrat, dkk. 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres.
Khazin,
Muhyiddin. 2004. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Buana Pustaka.
Langgulung, Hasan. 1992. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka
Al-Husna.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.
________. Lexy. J. 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 1993. Pendidikan dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Nawawi, Haidari, dan Nini Martini, 1996, Penelitian Terapan,
Yogyakarta: Gajahmada University Press
Karkono Kamjaya Partokusumo. 1995. Kebudayaan Jawa,
Perpaduannya dengan Islam. Yogyakarta: IKAPI DIY.
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Lkis Printing
Cemerlang
Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat.
Jakarta: Nimas Multima.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 115


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah

Sholikhin, Muhammad. 2010. Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa.


Yogyakarta: Penerbit Narasi.
Sjarkawi. 2009. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara.
Subyantoro, Arif. FX. Suwarto. 2006. Metode dan Teknik Penelitian
Sosial. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sudirman Dkk. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya.
Surayin. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Yrama
Widya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa.
Wahyana Giri. 2010. Sajen dan Ritual Orang Jawa. Yogyakarta: Narasi.
Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Janggala diunduh tanggal
18Agustus 2015 pukul 15.00
https://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit diunduh tanggal 18Agustus 2015
pukul 15.30

116 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF


KI HAJAR DEWANTARA

Nur Anisah
Instansi

Abstract
The purpose of this study was to determine the concept of character
education in the perspective of Ki Hajar Dewantara and their
implications in education today. This research was focused on the literary
reference books and relevant sources. The data were taken by library
research and qualitative approach literature which is a purely literary
study, using the method of documentation to find the data on things or
variables in the form of notes such like books, magazines, documents,
regulations, daily notes, meeting notes, journals and so on. The research
found that Ki Hajar Dewantara respected by the people as well his
enemy, because he has extensive knowledge and unique thinking. Ki
Hajar Dewantara gives hope for the bottom to be able to get an education
as well as the national spirit culture homage to his educational concept.
Ki Hajar Dewantara has among systems, which educators have a very
important role, namely as role models and mentors for the students, so
that parents and teachers are required to behave well in front of their
students. As pointed out above, it is important to writers to contribute in
the form of suggestion, such as Ki Hajar Dewantara’ concept of thought
has an applicable relevant concept in the purpose of building and
maintaining character education up to now.

Keywords: character education, educational concept, Ki Hajar


Dewantara

Pendahuluan
Bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya sejak 17
Agustus 1945, akan tetapi hingga saat ini kondisi bangsa Indonesia masih
mengkhawatirkan. Kurang lebih sudah hampir 70 tahun bangsa
Indonesia menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara bebas dari
penjajah tetapi Indonesia memiliki kondisi yang unik dilihat dari

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 117


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

perkembangannya sampai saat ini. Bangsa Indonesia memiliki banyak


sekali konteks sosial dan budaya yang terus berkembang sampai saat ini,
dilihat dari kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia dapat dikategorikan
sangat melimpah disertai dengan letak kepulauan yang berada di garis
khatulistiwa, tanah subur, air melimpah, udara segar, kekayaan sumber
energi dan mineral melimpah di dalam tanah dan laut semuanya
memberikan keunikan terhadap bangsa ini.
Keunikan lainnya dapat kita lihat dari kondisi yang ada, dirasakan,
dan telah menjadi ciri khas bangsa ini. Seharusnya dengan kondisi sosial
budaya dan kekayaan alam yang melimpah, rakyat Indonesia dapat
merasakan kehidupan yang makmur dan sejahtera dari waktu ke waktu.
Kenyataan yang dialami oleh bangsa ini menunjukkan kondisi yang
berbeda dengan logika kekayaan sosial, budaya dan alam. Kondisi yang
dialami menunjukan bahwa kekayaan alam tereksploitasi besar-besaran,
pembangunan industri terjadi terus-menerus, dan pergantian
pemerintahan terus berlangsung dari waktu ke waktu secara damai, tetapi
kebanyakan rakyat Indonesia belum mendapatkan dan mengalami
kehidupan yang makmur dan sejahtera.
Bukan musuh bersenjata yang menjadi lawan bangsa ini, akan
tetapi pribadi bangsa dalam menghadapi arus globalisasi yang menerjang
bangsa ini. Kekuatan globalisasi menurut para ahli bertumpu pada empat
kekuatan global, yaitu: kemajuan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni
(IPTEKS), terutama dalam bidang informasi dan inovasi-inovasi baru di
dalam teknologi yang mempermudah kehidupan manusia, perdagangan
bebas yang ditunjang oleh kemajuan IPTEKS, kerjasama regional dan
internasional yang telah menyatukan kehidupan bersama dari bangsa-
bangsa tanpa mengenal batas negara, meningkatnya kesadaran terhadap

118 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

hak-hak asasi manusia serta kewajiban manusia di dalam kehidupan


bersama, dan sejalan dengan itu semakin meningkatnya kesadaran
bersama dalam demokrasi.
Era globalisasi sekarang, bangsa Indonesia dihadapkan pada fakta
yang tidak dapat diingkari yaitu revolusi teknologi, transportasi,
informasi, dan komunikasi. Kata kunci globalisasi adalah kompetisi,
dalam kompetisi yang keluar sebagai pemenang adalah yang terbaik dari
sisi pengetahuan, teknologi, jaringan, kualitas produk, pelayanan, dan
integritas (Azizy, 2004: 26). Indonesia dalam konteks pengetahuan dan
teknologi masih berada jauh di bawah negara-negara maju, Indonesia
menjadi bangsa konsumen yang senang menikmati produk globalisasi.
Globalisasi di Indonesia telah mengubah berbagai aspek kehidupan
dalam berbagai bidang, perubahan tersebut mendatangkan berbagai
dampak baik positif maupun negatif dalam bidang pendidikan.
Salah satu contoh, peran pemuda dalam masa kini sangat berbeda
jauh dengan peranan pemuda pada era sebelumnya. Pemuda masa kini
hidup dalam dunia yang serba pragmatis sebagai dampak dari globalisasi
yang memasuki budaya Indonesia melalui perkembangan teknologi dan
informasi yang sangat memikat. Globalisasi tidak selalu mendatangkan
dampak negatif seperti tersebut di atas, akan tetapi globalisasi di
Indonesia lebih banyak mendatangkan dampak negatif seperti pola hidup
masyarakat yang menjadi lebih konsumtif, hedonis, dan matrealistik.
Akibatnya pemuda masa kini belajar hanya untuk meraih hasil yang baik
dengan mengandalkan segala cara tidak terkecuali mencontek yang sudah
menjadi budaya bagi siswa yang hanya mementingkan nilai dari pada
ilmu, hal tersebut menunjukan akhlak generasi muda Indonesia yang
bobrok. Faktanya Indonesia menrupakan salah satu negara yang mana

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 119


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

penduduknya mayoritas beragama Islam, dan dalam Islam terkandung


semua tata cara hidup termasuk pedoman berperilaku dan bersikap.
Dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, karena
akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-
Qur’an dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan
kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar
akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan
bagi seluruh umat manusia. maka selaku umat Islam sebagai penganut
Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia,
sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. 33/Al-Ahzab : 21
‫يرا‬ َ ‫َو ِل هللاِ أَُ َْوة ٌ َح‬
ً ِ‫سنَةٌ ِلِّ َمن َكانَ َي ْر ُجوا هللاَ َو ْال َي ْو َم اْْل َ ِخ َر َوذَك ََر هللاَ َكث‬ ُ ‫لَّقَدْ َكانَ لَ ُك ْم فِي َر‬
}12{
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.

Perilaku dan sikap bangsa Indonesia di kalangan generasi muda,


khususnya anak didik perlu terus diperkuat sehingga dapat melahirkan
generasi muda yang handal dan memiliki karakter yang kuat, salah
satunya dengan menumbuhkan minat baca untuk menambah
pengetahuan. Hal itu penting agar bangsa Indonesia dapat berkembang
dan sejajar dengan bangsa-bangsa asing dalam pergaulan internasional,
namun tidak larut dalam arus globalisasi. Bangsa Indonesia
membutuhkan lima karakter untuk dapat menampilkan jati dirinya dan
bersaing dengan bangsa lain.
Karakter bangsa yang bermoral (religius). Bangsa ini harus sarat
dengan nilai-nilai moral dan etika keagamaan sebagai sebuah pandangan

120 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

dan praktik, karakter bangsa yang beradab. Beradab dalam arti luas,
menjadi suatu bangsa yang memiliki karakter berbudaya dan
berperikemanusiaan. Karakter bangsa yang bersatu, dimana didalamnya
termasuk menegakkan toleransi, tidak mungin Indonesia dapat bersatu
tanpa adanya toleransi, keharmonisan, dan persaudaraan. Karakter
bangsa yang berdaya, dalam arti yang luas berdaya berati menjadi bangsa
yang berpengetahuan, terampil, berdaya saing secara mental, pemikiran
maupun teknis. Daya saing bukan hanya sekedar dalam arti materi dan
mekanik, melainkan dalam makna secara mental, hati dan pikiran.
Karakter bangsa yang berpartisipasi. Partisipasi amat diperlukan untuk
menghapus sikap masa bodoh, mau enaknya saja, dan tidak pernah peduli
dengan nasib bangsa Indonesia. Karakter partisipasi ditandai dengan
penuh peduli, rasa dan sikap bertanggung jawab yang tinggi serta
komitmen yang tumbuh menjadi karakter dan watak bangsa Indonesia
(Ismadi. 2014: 29).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan dalam
pidatonya menyinggung minat baca masyarakat Indonesia yang masih
sangat rendah, yakni 0,001 persen dari data United Nations Educational,
Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Melalui persoalan
minat baca tersebut, Anies Baswedan juga menyayangkan Indonesia
tidak belajar dari buku berjudul “Sekolah Taman Siswa” karangan Ki
Hajar Dewantara. Bapak Menteri kecewa karena buku Ki Hajar
Dewantara tersebut telah dujadikan referensi di Finlandia akan tetapi di
Indonesia buku tersebut tidak dibaca, dalam buku tersebut salah satunya
Ki Hajar Dewantara telah menuliskan tentang kondisi belajar yang
menyenangkan. Bung Anies mengatakan bahwa pemerintah Finlandia
telah mengikuti pandangan Ki Hajar Dewantara dengan mengubah sistem

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 121


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

belajar dan situasi di sekolah menjadi lebih nyaman dan


menggembirakan, berbeda dengan sekolah dan instansi pendidikan di
Indonesia yang peserta didiknya lebih banyak merasa stres saat belajar
(Belarminus. 2014: 2).
Kementrian Pendidikan Nasional (KEMENDIKNAS) sebagai
lembaga yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan
di Indonesia memandang pendtingnya pendidikan karakter dalam diri
anak didik agar dapat menjadi bekal kelak di masa depan dalam
menggapai cita-cita anak bangsa. Undang-undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”
UU SISDIKNAS No 20 tahun 2003, menerangkan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah untuk “mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak yang bermartabat”, dimana dalam proses pendidikan
harus ditanamkan nilai-nilai moral. Penanaman nilai moral tidak hanya
menjadi tanggung jawab sekolah tetapi juga keluarga dan lingkungan
masyarakat, karena dalam proses pembelajaran tidak hanya berlangsung
di sekolah. Ki Hajar Dewantara membedakan lingkungan pendidikan
menjadi tiga, yang dikenal dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Lingkungan keluarga jika ditinjau dari ilmu sosiologi, keluarga adalah

122 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang terikat
oleh suatu keturunan, yakni kesatuan dari bentuk-bentuk kesatuan
masyarakat. Keluarga tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh
besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya baik secara fisik
maupun mental.
Lingkungan sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan
karena pengaruhnya sangat besar pada jiwa anak. Maka disamping
keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi
sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Sekolah
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Lingkungan
masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak, juga meliputi teman-
teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di lingkungan desa atau
kota tempat tinggal anak juga turut mempengaruhi perkembangan
jiwanya (Yuwono, 2015: 3).
Konsep Ki Hajar Dewantara tentang Tri Pusat Pendidikan yang
menunjukan bahwa proses pembelajaran tidak harus berlangsung di
sekolah, akan tetapi dapat dilakukan dimana pun dan oleh siapa pun.
Dalam pembelajaran ditekankan pentingnya penanaman nilai moral dan
karakter agar dapat membentuk kemampuan dan watak peradaban bangsa
yang bermartabat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Ki Hajar
Dewantara dengan sistem among, menegaskan bahwa dalam
pembelajaran tidak melulu harus mengedepankan hasil akan tetapi
prosesnya. Sistem among menuntut pamong (pendidik) untuk menjadi
seorang teladan bagi peserta didiknya, karena anak didik lebih cenderung
mencontoh apa yang dilihatnya dari pada apa yang didengarnya.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 123


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

Cara mengajar dengan menggunakan metode among berarti


mengajar dengan terbuka, penuh kasih sayang, bebas dan melindungi
siswa dengan kenyamanan pikiran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Teknik mengajar dalam sistem among lebih cenderung
menggunakan permainan, Ki Hajar Dewantara menganjurkan para
pamong untuk mengajak siswanya belajar sambil bermain agar suasana
belajar tidak terlalu serius dan pikiran anak dapat terbuka sehingga
materi ajar dapat tersampaian dengan sukses.
Ki Hajar Dewantara menyatakan sistem pendidikan di Indonesia
mencontoh sistem pendidikan barat, yang dasar-dasarnya adalah perintah,
hukuman dan ketertiban. Sebagai penopang pendidikan, dasar-dasar
tersebut akan memunculkan kehidupan yang penuh perkosaan atas
kehidupan batin anak-anak. Dampaknya terhadap anak-anak adalah
rusaknya budi pekerti yang disebabkan selalu hidup dalam paksaan dan
hukuman (Belamirnus, 2014: 1). Dampak lainnya adalah turunnya
semangat berkreasi dan berinovasi dalam kompetisi yang ketat, kemudian
dikalahkan oleh semangat konsumerisme, hedonisme, dan permisifisme
yang instan dan menenggelamkan. Untuk itu dibutuhkannya generasi
penerus yang beriman, bertaqwa, berilmu pengetahuan luas, bertanggung
jawab dan mempunyai keinginan untuk memperbaiki dan
menyumbangkan sesuatu yang bisa dia berikan untuk negara yang
dicintainya.
Pemaparan di atas menunjukan pentingnya pendidikan karakter
bagi anak baik di keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat
secara intensif dengan keteladanan, kearifan, dan kebersamaan.
Pentingnya pendidikan karakter untuk diserukan dengan dahsyat agar
lahir kesadaran bersama untuk membangun karakter generasi muda

124 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

bangsa yang kokoh. Sehingga, generasi penerus bangsa ini tidak


terombang-ambing oleh modernisasi yang menjanjikan kenikmatan
sesaat serta mengorbankan kenikmatan masa depan yang panjang dan
abadi. Pioner dalam kesadaran pendidikan karakter adalah lembaga
pendidikan, dikarenakan lembaga pendidikan lebih dahulu mengetahui
dekadansi moral dan bahaya modernisme yang ada di depan mata
generasi masa depan bangsa. Terlebih, untuk masyarakat yang tidak siap
menghadapi keduanya, khususnya dalam aspek moral, mental, dan
kepribadian, selain aspek pengetahuan dan teknologi.
Kesadaran pendidikan karakter dari sekolah diharapkan menyebar
kepada keluarga, masyarakat, media massa, dan seluruh lapisan bangsa
ini. Sehingga, terjadi kesinambungan kekuatan dalam membangun
bangsa ini demi lahirnya kader-kader masa depan yang berkarakter, serta
berkepribadian kuat dan cermat. Salah satu tokoh yang memiliki
semangat pendidikan karakter adalah Ki Hajar Dewantara, terlahir
dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada 2 Mei 1889 di
Yogyakarta, Ki Hajar Dewantara merupakan keturunan dari bangsawan
Yogyakarta. Perjuangan Ki Hajar Dewantara sarat akan nilai-nilai
karakter yang dibutuhkan oleh bangsa ini, mulai dari pergantian namanya
dari Raden Mas Suwardi Suryaningrat menjadi Ki Hajar Dewantara,
semata-mata agar beliau lebih mudah diterima di lingkungan masyarakat
biasa. Asas Tamansiswa yang dia bawa, serta konsep dan pemikiran
pendidikan yang ia ajarkan di bumi pertiwi. Ki Hajar Dewantara melihat
pendidikan mampu mengubah watak dan sikap bangsa untuk menjadi
bangsa yang mempunyai derajat yang tinggi dan sejajar dengan bangsa
lain. Artinya Ki Hajar Dewantara sudah memandang pentingnya
pendidikan karakter saat belum ada yang mempublikasikan nilai karakter

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 125


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

sebagaimana sekarang ini, beliau sudah melangkah disepan kita


membawa konsep pendidikan karakter.
Berdasarkan ulasan di atas, pentingnya pendidikan karakter yang
ditekankan oleh Ki Hajar Dewantara bagi anak agar dapat menjadi
generasi penerus bangsa yang memiliki prinsip, tidak mudah goyah jika
dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang melanda negeri
Indonesia tercinta. Sanggup memegang teguh nilai-nilai luhur dan taat
pada agama, sehingga akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang
maju dan sejahtera. Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang
pendidikan karakter sejalan dengan sistem pendidikan yang sedang
digadang-gadang oleh pemerintah, yang tidak mengedepankan nilai
akademik saja. Maka penulis tertarik untuk mengangkatnya sebagai
bahan penulisan skripsi yang berjudul “Pendidikan Karakter dalam
Perspektif Ki Hajar Dewantara”

Permasalahan
1. Bagaimana konsep pendidikan karakter?
2. Bagaimana konsep pendidikan karakter menurut Ki Hajar
Dewantara?
3. Bagaimana implikasi konsep pendidikan karakter menurut Ki
Hajar Dewantara?

Tinjauan Pustaka
Penegasan istilah dalam penelitian ini sangat diperlukan agar tidak
terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis
akan menjelaskan istilah-istilah lain adalah didalam judul ini. Istilah yang
perlu penulis jelaskan sebagai berikut :

126 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

A. Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan dengan sadar untuk


mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui
pengajaran dan latihan (Ensiklopedi Nasional Indonesia: 365).
Proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 263).
B. Karakter memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan dan perilaku atau bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional).
C. Pendidikan karakter dalam penelitian ini merupakan suatu usaha
yang direncanakan secara bersama yang bertujuan menciptakan
generasi penerus yang memiliki dasar-dasar pribadi yang baik, baik
dalam pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Pendidikan karakter
adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk
mengarahkan peserta didik pada penguatan dan pengembangan
perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai-nilai
keluhuran. Ajaran yang berupa hal positif yang dilakukan guru dan
berpengaruh kepada peserta didik yang diajarnya (Samani, 2012:
243).

Metode Penelitian
Metode penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kajian pustaka atau
sering disebut penelitian pustaka, yaitu menghimpun data dengan cara
menggunakan bahan-bahan tertulis, seperti : buku, artikel, surat kabar,

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 127


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

majalah dan dokumen lainya, yang sekiranya memiliki hubungan dengan


tema penelitian.

Pembahasan
A. Analisi Data
1. Pengertian pendidikan karakter
Definisi pendidikan karakter cukup beragam sesuai dengan
versi dan sudut pandang keilmuan tertentu, pendidikan
merupakan proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik
untuk lebih manju (Listyarti, 2012: 2). Sedangkan karakter
berasal dari bahasa inggris character, artinya watak. Ki Hajar
Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah sebuah
tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak yaitu menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar anak-anak
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ki Hajar
Dewantara telah jauh berpikir dalam masalah pendidikan
karakter, mengasah kecerdasan budi sungguh baik, karena dapat
membangun budi pekerti yang baik dan kokoh, hingga dapat
mewujudkan kepribadian (persoonlijkhheid) dan karakter (jiwa
yang berasas hukum kebatinan). Jika itu terjadi orang akan
senantiasa dapat mengalahkan nafsu dan tabiat-tabiatnya yang asli
bengis, murka, pemarah, kikir, keras, dan lain-lain (Tamansiswa.
1977: 24).
Pendidikan karakter merupakan perpaduan antara
kecerdasan ilmu dan kecerdasan berperilaku (akhlak), dimana di
dalamnya terdapat unsur yang penting yaitu nilai moral yang

128 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

mengatur hubungan antara individu dengan Sang Pencipta,


individu dengan sesama manusia dan lingkungan. Akhlak Akhlak
berasal dari Bahasa Arab yakni bentuk jamak dari kata khulk
yang berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat (Nata,
2001: 3).
Pendidikan karakter dalam perspektif Ki Hajar Dewantara
adalah daya dan upaya yang dilakukan untuk memajukan
bertumbuhnya budipekerti, kekuatan batin, karakter, pikiran dan
tubuh anak agar dapat mencapai kesempurnaan hidup, yaitu
kehidupan dan penghidupan anak-anak peserta didik dapat selaras
dengan dunianya. Keseimbangan cipta, rasa dan karsa juga
menjadi salah satu indikasi tujuan pendidikan, yang merupakan
penerapan dari pembelajaran aktif.
Berdasarkan pengertian pendidikan karakter yang diberikan
oleh Ki Hajar Dewantara dan beberapa tokoh seperti John Dewey,
Montessori, Megawangi, Lickona, Ghaffar, Kertajaya, Amin,
Damayanti maka peneliti dapar melihat ada beberapa konsep
kesamaan diantara tokoh-tokoh tersebut. Konsep tersebut adalah
pendidikan berangkat dari sebuah proses, hal tersebut dapat
peneliti pahami dari pengertian yang diajukan oleh para tokoh
melalui kalimat pola untuk membentuk, proses pembaharuan,dan
proses yang terjadi secara terus menerus. Selain itu pendidikan
merupakan suatu upaya pembentukan watak tidak hanya
menghasilkan teori tapi juga dapat dipraktikan dalam kehidupan
nyata, dan tidak hanya berorientasi pada nilai bagus, serta
bertujuan untuk menghasilkan anak didik yang dapat berperilaku
mencerminkan nilai karakter yang terpuji.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 129


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

2. Konsep Pemikiran tentang Pendidikan Karakter


Berdasarkan uraian pembahasan konsep pendidikan
karakter Ki Hajar Dewantara dan para ahli pada bab III diatas
dapat ditarik benang merah bahwa ;
a. Tujuan pendidikan
Pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara adalah
membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir
batin, luhur akal budinya serta sehat jasmaninya untuk menjadi
anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas
kesejahteraan bangsa, tanah air serta manusia pada umumnya
dan sifatnya itu kontinuitas, konvergensi dan konsentris
(Suparlan. 1984 : 109). Sedangkan tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuam untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat ditarik benang
merah bahwa tujuan pendidikan nasional merupakan
pengembangan dari konsep Ki Hajar yang mengusung
keluhuran budi sebagai hasil dari pendidikan.
b. Dasar pendidikan karakter
Agama Islam meninggikan derajat orang yang menuntut
ilmu, seperti dalam firman Allah Swt. Q. S. Al-Mujadillah: 11
;

130 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

‫سحِ هللاُ لَ ُك ْم َوإِذَا‬


َ ‫س ُحوا يَ ْف‬َ ‫س ُحوا فِي ْال َم َجا ِل ِس فَا ْف‬َّ َ‫يَاأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمنُوا إِذَا قِي ََ لَ ُك ْم تَف‬
‫ت َوهللاُ بِ َما‬ ٍ ‫ش ُزوا يَ ْرفَِْ هللاُ الَّذِينَ َءا َمنُوا ِمن ُك ْم َوالَّذِينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر َجا‬ ُ ‫ش ُزوا فَان‬ ُ ‫قِي ََ ان‬
}22{ ُُ‫ير‬ ُ ‫تَ ْع َملُونَ َخ ِب‬
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.

Ayat di atas menjelaskan keutamaan menuntut ilmu bagi


orang muslim, karena ilmu merupakan salah satu amal yang
akan dibawa manusia hingga mati. Maka sebagai orang yang
beriman hendaklah berlomba-lomba dalam menuntut ilmu agar
dapat bermanfaat di dunia dan akhirat.
Pada masa penjajahan Ki Hajar Dewantara menganggap
bahwa pendidikan kolonial tidak dapat memberikan peri
kehidupan bersama, sehingga membuat rakyat Indonesia selalu
bergantung pada penjajah. Pendidikan nasional yang
dimaksudkan Ki Hajar Dewantara adalah suatu sistem
pendidikan baru yang berdasarkan kebudayaan sendiri dan
mengutamakan kepentingan masyarakat (Djumur, 1974: 174).
Dasar pendidikan yang digunakan oleh Ki Hajar
Dewantara adalah pancadharma, yaitu kemerdekaan, kodrat
alam, kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan. Trikon Ki
Hajar Dewantara dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 131


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

pendidikan. Dalam pengembangan pendidikan harus


berkelanjutan dari budaya sendiri dan terus-menerus menuju
ke asah kemajuan (kontuinitas) menuju kearah kesatuan
kebudayaan dunia (konvergensi) dan tetap terus mempunyai
sifat kepribadian dan ciri khas budaya sendiri dalam
lingkungan kemanusian sedunia (konsentrisitas).
Penjabaran dari konsep tersebut antara lain yaitu terdapat
dalam pancasila yang dijadikan dasar negara, selain itu juga
tertulis dalam pembukaan UUD 1945, yang mana
menerangkan pentingnya mencerdaskan generasi bangsa dan
menghasilkan generasi yang cerdas secara ilmu dan perilaku.

c. Prinsip pendidikan karakter


Ki Hajar Dewantara berkeyakinan bahwa perjuangan
pergerakan tidak akan berhasil tanpa kepandaian, karena
pengetahuan merupakan kunci untuk meraih keberhasilan.
Prinsip Ki Hajar Dewantara dalam mencerdaskan rakyat
adalah pertama, keseimbangan antara cipta, rasa dan karsa,
kedua mendidik rakyat agar berjiwa kebangsaan dan berjiwa
merdeka, serta menjadi kader-kader yang sanggup dan mampu
mengangkat derajat nusa dan bangsanya sejajar dengan bangsa
lain yang merdeka. Ketiga, melibatkan tripusat pendidikan
untuk menghasilkan generasi yang cerdas secara ilmu dan
akhlaknya. Ki Hajar Dewantara telah menciptakan sistem
pendidikan yang merupakan sistem pendidikan perjuangan.
Falsafah pendidikannya adalah menentang falsafah penjajahan

132 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

dalam hal ini falsafah Belanda yang berakar pada budaya


Barat.
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan secara
umum sebagai daya upaya untuk mewujudkan perkembangan
budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelektual) dan jasmani
anak, menuju ke arah masa depan yang lebih baik.
Kedewasaan akan tercapai pada akhir windu ketiga, yaitu
tercapainya kesempurnaan hidup selaras dengan alam anak dan
masyarakat. pendidikan tidak hanya dilakukan di sekolah, tapi
dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, dalam kegiatan
formal maupun non formal, karena pengalaman merupakan
guru terbaik dalam hidup.
Pendidikan karakter memiliki prinsip mengidentifikasi
karakter secara komprehensif agar mencakup pemikiran,
perasaan, dan perilaku, yang merupakan implikasi dari cipta,
rasa dan karsa Ki Hajar Dewantara. Menciptakan lingkungan
pendidikan yang memiliki kepedulian yang melibatkan
tripusan pendidikan, kareba lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat merupakan lingkungan hidup anak (Asmani, 2011:
56).
d. Metode pendidikan karakter
Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas
psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia
(kognitif, afektif dan psikomotorik) dan fungsi totalitas
sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan
pendidikan (sekolah), dan masyarakat. berdasarkan totalitas
psikologis dan sosiokultural pendidikan karakter dapat

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 133


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

dikelompokan sebagai berikut ; pertama, olah hati, olah pikir,


olah rasa/karsa, dan olah raga. Sesuai dengan penyataan Ki
Hajar Dewantara bahwa pendidikan itu merupakan
keseimbangan cipta, rasa, dan karsa. Kedua, beriman dan
bertaqwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati,
berani mengambil resiko, pantang menyerah, dan rela
berkorban. Ki Hajar Dewantara mengungkapan dalam
tulisannya bahwa pendidikan itu akan menuntun manusia
menuju kemajuan tetapi tidak melupakan Yang Maha Pencipta.
Ketiga, ramah, toleran, saling menghargai, peduli, suka
menolong, gotong royong, mengutamakan kepentingan umum,
kerja keras, dan beretos kerja. Pusat pendidikan bukan hanya
ada di sekolah dan di dalam keluarga tetapi juga di dalam
masyarakat, dimana anak akan belajar tentang lingkungan
sekitarnya dan beradaptasi. Ki Hajar Dewantara dalam
Trisentra pendidikannya yaitu, lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat (Listyarti, 2012: 8).
Metode pendidikan karakter yang diusung oleh Ki Hajar
Dewantara adalah metode among, dimana pendidik hanya
berperan sebagai pembimbing yang mengarahkananak
didiknya dan menjadi fasilitator belajar bagi muridnya.
Sedangkan peserta didik dijadikan pusat pembelajaran karena
siswa diminta untuk mencari sendiri apa yang akan dipelajari,
dan guru hanya membantu memberi arahan. Dalam pendidikan
sekarang lebih dikenal dengan pembelajaran aktif, dimana
pembelajara dilakukan oleh siswa, materi berasal dari siswa
dengan bimbingan guru, dan untuk siswa.

134 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

Pendidik juga berperan dalam memberi dorongan atau


motivasi pada anak agar lebih rajin dalam melaksanakan tugas,
dan yang paling penting harus dapat dijadikan teladan bagi
anak didiknya. Ahli menyatakan bahwa pendidik atau guru
yang dalam bahasa jawa berarti digugu lan ditiru
sesungguhnya menjadi jiwa bagi pendidikan karakter itu
sendiri. Guru yang sifat hakikatnya hijau akan “beranak hijau”,
dan guru yang sifat hakikatnya hitam akan “beranak hitam”,
karena guru merupakan keteladanan yang dijadikan bagi anak
didiknya.
e. Materi pendidikan karater
Pendidik harus memahami tentang kondisi psikis dari
peserta didik dengan tujuan bahwa ketika materi pendidikan
karakter disampaikan harus dapat dipahami dan dicerna secara
utuh. Ki Hajar Dewantara menyatakan dalam pelaksanaan
pendidikan karakter haruslah sesuai dengan tingkatan umur
para peserta didik, agar tujuan pendidikan dapat tercapai yaitu
terbentuknya generasi muda yang cerdas intelektual dan budi
pekertinya. Ki Hajar Dewantara membagi empat tingkatan
dalam pengajaran pendidikan karakter, yaitu taman indria/
anak, taman muda, taman dewasa, taman madya dan taman
guru. Dalam konteks kekinian direalisasikan dalam pendidikan
sekarang yaitu Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi.
Masing-masing jenjang memiliki konsep yang hampir
sama, yang membedakan hanya unsur pendalaman materi,

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 135


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

semisal di Taman Kanak-kanak peserta didik telah dikenalkan


pada perilaku mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa
(religius), dengan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. Di
perguruan tinggi juga terdapat nilai religius tetapi konteksnya
lebih mendalam seperti tasawuf, maksudnya sama yaitu
mendekatkan diri pada Allah Swt tetapi lebih mendalam
pemahamannya.
Berdasarkan uraian di atas secara garis dapat ditarik kesimpulan
bahwa adanya keterikatan yang erat antara konsep pendidikan
karakter Ki Hajar Dewantara dan para tokoh pendidikan. Sebelum
pendidikan karakter booming pada tahun 2013 dalam kurikulum
2013, Ki Hajar Dewantara telah melangkah dengan konsep
pendidikan karakter yang mengusung antara keseimbangan
kecerdasan ilmu dan akhlak peserta didik sehingga dapat
menghasilkan generasi yang cerdas dan memiliki budi pekerti
yang baik serta karakter yang religius, berani, tegas dan
berpendirian teguh
3. Relevansi Pendidikan Karakter KHD dalam Pembentukan
Karakter
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan yaitu ;
“Menuntun segala kekuatan kodrat jang ada pada anak-
anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya” (Tamansiswa, 1977 : 20).

”Pendidikan, umumnya berarti daya upaya untuk


memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan
karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak; dalam pengertian
Taman siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu

136 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni


kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras
dengan dunianya”( Tamansiswa, 1977: 14).

Berdasarkan uraian diatas pendidikan karakter menurut Ki


Hajar Dewantara adalah membangun anak didik menjadi manusia
yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya serta sehat
jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan
bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air serta
manusia pada umumnya dan sifatnya itu kontinuitas, konvergensi
dan konsentris (Suparlan. 1984 : 109). Sedangkan tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuam untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat ditarik benang merah
bahwa tujuan pendidikan nasional merupakan pengembangan dari
konsep Ki Hajar yang mengusung keluhuran budi sebagai hasil
dari pendidikan. Dalam konsep Ki Hajar Dewantara yang menjadi
pokok utama dalam pembentukan karakter adalah budi pekerti
dan akhlak, dimana peserta didik menerapkan dari apa yang telah
diterima dari lingkungan keluarga, sekolah dan juga masyarakat.
Bukan hanya secara teori melainkan pada penerapannya dan juga
prosesnya.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 137


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

Pembentukan karakter pada anak harus dimulai dari


lingkungan keluarga yang mana merupakan lingkungan pertama,
karena dalam keluarga anak mendapat pendidikan. Sebagian besar
dari kehidupan anak adalah dalam lingkungan keluarga, sehingga
pendidikan paling banyak diterima oleh anak adalah dalam
keluarga. Selanjutnya dalam lingkungan sekolah seorang pendidik
atau guru yang oleh Ki Hajar Dewantara disebut dengan pamong
berperan cukup penting dalam pembentukan karakter anak,
karena kedudukan pendidik adalah sebagai teladan bagi anak
didiknya, sehingga guru yang memiliki karakter baik tentu anak
didiknya akan berperilaku baik, karena anak mencontoh dari apa
yang mereka lihat.
Semboyan Ki Hajar Dewantara ing ngarso sung tulodho,
ing madya mangun karso, tut wuri handayani, mengungkapkan
pentingnya peran pendidik dalam proses pembentukan karakter,
karena anak didik berada dalam usia yang labil sehingga mudah
terpengaruh oleh hal-hal yang ada disekitarnya. Jadi sebagai
seorang pendidik yang pasti harus dapat memberikan dan
dijadikan teladan dan panutan bagi anak didiknya. Selain itu juga
harus dapat memotivasi anak didiknya, memberikan dorongan
baik secara moral ataupun material. Dan yang tidak kalah penting
pendidik juga harus dapat bergaul dengan baik bersama anak
didiknya, jangan sampai terdapat sekat antara pendidik dan anak
didiknya sehingga tidak terjalin komunikasi yang baik.
Konsep tripusat pendidikan Ki Hajar Dewantara juga
memiliki kontribusi yang tinggi dalam pembentukan karakter
anak, karena melalui pusat-pusat pendidikan inilah anak dapat

138 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

memperoleh pembelajaran baik secara sengaja maupun tidak


sengaja yang berupa pengalaman. Dan konsep tripusat pendidikan
ini masih relevan diterapkan pada masa kini, terbukti dari
lingkungan keluarga memiliki peran sebagai peletak dasar
pendidikan akhlak dan pandangan agama, seddangkan sekolah
merupakan pendamping yang berjalan beriringan dengan
pendidikan keluarga sedangkan masyarakat merupakan pelengkap
bagi pendidikan keluarga dan sekolah.
B. Implikasi Pendidikan Karakter KHD terhadap Pendidikan
Nasional
1. Pendidikan karakter dalam pembentukan moral anak bangsa
Pendidikan karakter menjadi kebutuhan mendesak
mengingat degradasi moral yang dialami generasi penerus bangsa
ini. Pendidikan karakter diharapkan mampu membangitkan
kesadaran bangsa Indonesia untuk membangun fondasi
kebangsaan yang kokoh. Dalam dunia pembelajaran untuk
menghadapi berbagai tantanfan yang muncl seiring
perkembangan zaman, UNESCO memberikan resep berupa empat
pilar belajar yaitu, belajar untuk mengetahui learning to know,
belajar untuk bekerja learning to do, belajar untuk hidup
berdampingan learning to live together, dan belajar untuk
menjadi manusia seutuhnya learning to be (Suyono, 2011: 29).
Hasil penelitian banyak yang membuktikan bahwa karakter
dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang. Di antaranya, hasil
penelitian di Harvard University, USA, yang menyatakan bahwa
ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill), tetapi oleh

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 139


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

kemampuan mengolah diri dan orang lain (soft skill). Penelitian


ini mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar
20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill. Bahkan
orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih
banyak didukung oleh kemampuan soft skill daripada hardskill.
Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta
didik sangat penting untuk ditingkatkan (Asmani. 2011: 48 ).
Ki Hajar Dewantara mengungkapkan dalam tulisannya
perlunya menguasai diri atau mengelola diri (zelfbeheersching)
yang disebutkan sebagai tujuan pendidikan. Karakter akan timbul
dari bersatunya gerak fikiran, perasaan dan kehendak atau
kemauan yang lalu menimbulkan tenaga. Dengan adanya karakter
tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka, yang dapat
menguasai diri sendiri, inilah manusia beradab dan itulah maksud
dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya (Tamansiswa. 1977:
25).
Berdasarkan penyataan di atas dapat ditarik benang merah
bahwa penguasaan diri adalah sesuatu yang penting dalam suatu
proses pendidikan. Secara garis besar pemikiran Ki Hajar
Dewantara dalam pendidikan adalah ;
a. Pendidikan merupakan suatu proses
Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan
tidak hanya berorientasi pada nilai akan tetapi pada proses
pembelajaran tersebut. Anak didik tidak hanya paham teori
tetapi dapat mempraktikan apa yang telah dipelajarinya dalam
kehidupan nyata yaitu dalam bersikap dan berperilau
kesehariannya. Sehingga mengajarkan kepada anak dalam

140 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

belajar tidak hanya untuk mendapat nilai yang bagus tetapi


juga harus paham dan dapat menerapkan apa yang telah
dipelajari serta mengamalkannya.
b. Tripusat pendidikan
Mencerdaskan generasi penerus bangsa bukan hanya
merupakan tugas dari lembaga pendidikan atau sekolah,
melainkan tugas bersama antara lingkungan keluarga,
lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama
mendapatkan pendidikan. Lingkungan keluarga yang utama,
karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam
keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima
oleh anak adalah dalam keluarga. Ki Hajar Dewantara
menegaskan bahwa tugas utama dari keluarga bagi
pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi
pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
Lingkungan sekolah adalah pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan sekolah
berperan penting sebagai pendamping dari pendidikan dalam
keluarga. Lingkungan keluarga dan sekolah tidak dapat
terlepas dari tatanan kehidupan sosial dalam masyarakat
dimana keluarga dan sekolah itu berada, hal tersebut
menunjukan pentingnya pendidikan masyarakat sebagai
pelengkap pendidikan anak dalam keluarga dan sekolah.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 141


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

c. Sistem among sebagai metode pembelajaran


Kata among berasal dari bahasa jawa yang berarti
menjaga anak kecil dengan penuh kecintaan, maksudnya
memimpin atau memajukan anak-anak dengan menjaga jangan
sampai mendesak pikiran, perasaan dan kemauan anak didik.
Meskipun anak diberi kebebasan, tetapi tidak berarti menurut
sekehendak hatinya. Sistem among mendidik anak dengan jiwa
kekeluargaan.
Tanggung jawab pendidikan bukan hanya milik
lingkungan sekolah tetapi lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat juga berperan penting di dalamnya. Pertama,
keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat
informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta
lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, orang tua
bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan
mendidik anak agar tumbuh adn berkembang dengan baik.
Kedua, tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh
orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu
pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Sekolah
membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang
baik serta menanamkan budi pekerti yang baik, memperoleh
kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung,
menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan
kecerdasan dan pengetahuan pelajaran etika, keagamaan,
estetika, membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.
Ketiga, masyarakat merupakan lingkungan keluarga dan
sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah

142 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas


dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan
sekolah.
d. Trikon sebagai dasar pengembangan pendidikan
Proses pembelajaran dalam pendidikan senantiasa
mengalami perkembangan, dimana perkembangan tersebut
mengarah pada penyempurnaan pendidikan untuk
menghasilkan generasi yang bermutu tinggi. Ki Hajar
Dewantara menyatakan perkembangan pendidikan dalam
trikon yang berbunyi;
“Bahwa dalam mengembangkan dan membina
kebudayaan nasional, harus merupakan kelanjutan dari
budaya sendiri (kontuinitas) menuju kearah kesatuan
kebudayaan dunia (konvergensi) dan tetap terus mempunyai
sifat kepribadian dalam lingkungan kemanusian sedunia
(konsentrisitas). Dengan demikian jelas bagi kita bahwa
terhadap pengaruh budaya asing, kita harus terbuka, disertai
sikap selektif adaptif dengan pancasila sebagai tolak ukurnya”
(Tamansiswa. 1977 : 206).

Dalam perkembangannya pendidikan itu berkelanjutan


dari yang terdahulu sampai sekarang berlanjut,
menyempurnakan yang budaya terdahulu, dan menuju ke arah
persatuan budaya dunia serta tidak ada unsur individual dalam
pendidikan dan harus berjalan beriringan. Selain itu yang tidak
penting adalah tidak boleh melupakan budaya sendiri dalam
artian menjaga keaslian budaya sendiri dalam proses
pendidikan.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 143


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

2. Penanaman pendidikan karakter di sekolah


Pengembangan pendidikan karakter adalah keterkaitan
antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-
nilai perilaku. Hal ini dapat dilakukan secara bertahap dan saling
berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap
atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap
Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara
(Asmani, 2011: 86).
Pendidikan karakter tidak hanya melibatkan aspek moral
knowing, tetapi juga moral feeling dan moral action. Ki Hajar
Dewantara menerjemahkan langkah tersebut dengan konsep cipta,
rasa dan karsa serta membaginya menjadi empat tingkatan dalam
pengajaran pendidikan karakter, adapun materi pendidikan
karakter tersebut yaitu ;
a. Taman indria dan taman anak usia 5-8 tahun
Tahap penanaman adab. Adab atau tata krama bisa
dilihat dari cara seseorang dalam bertutur sapa, berinteraksi,
bersikap, dan bersosialisasi. Pada tahap ini paling penting
untuk menanamkan pendidikan keimanan, kejujuran, serta
menghormati orang lain baik yang lebih tua ataupun muda.
Diajarkan pula pada anak didik tentang pentingnya proses,
baik dalam belajar maupun mendapatkan sesuatu, sehingga
tidak mendidik anak untuk menjadi anak yang manja (Asmani,
2011: 90).
Pendidikan agama pada tahap ini sangat menentukan
pertumbuhannya di masa depan. Pendidikan agama bisa
menjadi fondasi yang akan menyaring segala hal yang baru

144 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

serta menjadi pijakan dalam menentukan pilihan dan


membangun peradaban.
b. Taman muda usia 9-12 tahun
Tahap penanaman kepedulian, kepedulian berarti empati
kepada orang lain yang diwujudkan dalam bentuk memberikan
pertolongan sesuai dengan kemampuan. Anak diajarkan untuk
menolong temannya yang terkena musibah, misalnya
menjenguk teman yang sakit. Kepedulian ini sangat penting
untuk menumbuhkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan,
serta menjauhkan diri dari sikap sombong, egois, dan
individual. Kepeduliaan akan menumbuhkan rasa
kemanusiaan, kesetiakawanan, dan kebersamaan. Epeduliaan
yang ditanamkan sejak kecil akan menjadi fondasi kokoh
dalam melahirkan kemampuan kolaborasi dan kooperasi.
Solokhin Abu Azzuddin menyatakan, empati merupakan
kemampuan dalam memahami, melayani, dan
mengembangkan orang lain, serta mengatasi keragaman
dankesadaran politis. Empati bukan sekedar simpati, tetapi
menuntut aksi, bukan hanya belas kasihan dan juga butuh bukti
(Asmani, 2011: 92).
c. Taman dewasa usia 14-16 tahun
Tahap penanaman kemandirian, sikap mandiri
merupakan pola pikir dan sikap yang lahir dari semangat yang
tinggi dalam memandang diri sendiri. Beberapa nilai dalam
kemandirian antara lain tidak menggantung pada orang lain,
percaya kepada kemampuan sendiri, tidak merepotkan dan

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 145


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

merugikan orang lain, berusaha mencukupi kebutuhan sendiri


dengan semangat bekerja dan mengembangkan diri.
Nilai kemandirian di dalamnya terdapat nilai kehormatan
dan harga diri yang tidak bisa dinilai dengan sesuatu apapun,
sebab apabila harga diri dan kehormatan seseorang tidak ada
maka tamat sudah. Menumbuhkan kemandirian dalam diri
anak didik bisa dilakukan dengan melatih anak bekerja dan
menghargai waktu. Membangun kemandirian berarti
menanaman visi dalam diri anak, dalam kemandirian terdapat
nilai-nilai agung yang menjadi pangkal kesuksesan seseorang
seperti kegigihan dalam berproses, semangat tinggi, kreatif,
inovatif, dan produktif, serta keberanian dalam menghadapi
tantangan, optimis dan mampu memecahkan masalah (Asmani,
2011: 93).
d. Taman madya dan taman guru usia 17-20 tahun
Tahap penanaman pentinganya bermasyarakat,
bermasyarakat adalah simbol kesediaan seseorang untuk
bersosialisasi dan bersinergi dengan orang lain. Bermasyarakat
berarti meluangkan sebagian waktu untuk kepentingan orang
lain, bermasyarakat identik dengan bercengkerama, bergaul
dan gotong royong. Dalam konteks pendidikan karakter, pola
hidup bermasyarakat membutuhkan banyak tips sukses, salah
satunya anak harus diajari bergaul dan berteman dengan anak-
anak yang mempunyai karakter baik, seperti disiplin,
menghargai waktu, kreatif, moralis, dan mencintai
pengetahuan. Anak dilatih untuk selektif dalam mencari teman
agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas, berteman

146 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

memang tidak perlu memilih-milih, tapi jangan asal berteman.


Jadikan semua orang sebagai teman, tetapi jangan asal
menjadikan semua sebagai sahabat karib. Ketika moralitas dan
mentalitas ana masih labil, maka faktor seleksi menjadi
penting. Namun, seleksi itu tidak boleh membuat garis antara
seorang anak dengan teman-teman yang tidak menjadi
pilihannya keterampilan sosial merupakan aset sukses
kepemimpinan dan mempengaruhi orang lain (Asmani, 2011:
94).
3. Nilai karakter yang harus ditanamkan pada anak
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan, pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran
yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan. Selama ini
pendidikan informal (terutama dalam lingkungan keluarga) belum
memberikan kontribusi yang berarti dalam mendukung
pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik.
Kesibukan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya
pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan
keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh
media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap
perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan
dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan
keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Taman siswa
adalah sekolah yang didirikan Ki Hajar Dewantara yang memiliki
dasar pendidikan yang dikenal sebagai Pancadharma, yaitu

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 147


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

memberikan kebebasan kepada anak didik dalam


perkembangannya tanpa perintah atau paksaan pendidik;
mengembangkan jasmani dan rohani ke peradaban dan
kebudayaan; mengusahakan pengaruh yang baik bagi kodrat alam
anak; mengembangkan rasa kebangsaan dan hidup berbangsa;
menumbuhkan dan memupukdasar-dasar perikemanusiaan yang
merupakan sifat kebangsaan (Surjomihardjo. 1986: 10).
Beberapa komponen penting yang harus ditekankan dalam
pendidikan karakter adalah membentuk karakter yang baik yaitu
moral knowing, moral feeling, dan moral action. Penanaman nilai-
nilai pun harus dilakukan sejak dini, jika sejak dini anak tidak
diajarkan nilai-nilai karakter maka ketika anak menginjak usia
dewasa akan mengembangkan sikap cenderung ke arah negatif.
Pendidikan karakter sangat efektif diterapkan di sekolah, hal ini
mengingat ikatan legalitas formal di lembaga pendidikan formal
sangat kuat, yang berbeda dengan pendidikan informal dan non
formal. Walaupun demikian, pendidikan karakter di keluarga dan
masyarakat juga sangat penting.
Agama memberikan perhatian bersar terhadap peran orang
tua dalam pendidikan karater anak, jika orang tua lengah maka
anak bisa rusak moralnya. Lingkungan juga berpengaruh besar
terhadap pendidikan karakter anak, dalam kitab Ta’limul
Muta’allim karya Az-Zarnuji disebutkan bahwa karakter
seseorang akan menjalar kepada temannya. Jika karakter itu
positif maka teman pergaulannya mendapat dampak positif,
namun jika negatif akan dibawa menuju lubang kehancuran moral
yang sulit diobati. Oleh karena itu, sinergi dan kolaborasi antara

148 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

keluarga, sekolah dan lingkungan merupakan keniscayaan yang


tidak bisa ditunda-tunda (Asmani, 2011: 152). Nilai-nilai karakter
yang harus ditanamkan kepada anak agar terbentuk karakter yang
baik dan cara menginternalisasi nilai-nilai tersebut, yaitu ;
a. Religius
Nilai karakter pertama yang harus diajarkan adalah nilai
yang menjadi pedoman hidup manusia, yaitu agama. Agama
merupakan pedoman kehidupan yang mengatur seluruh sendi-
sendi kehidupan manusia. Anak didik dengan berbagai macam
latar belakang hidup keluarga membawa dampak pada
kebiasaan yang berbeda satu sama lain. Membiasakan diri
untuk berterima kasih dan bersyukur akan membawa pengaruh
pada suasana hidup yang menyenangkan, ceria, dan penuh
warna yang sehat dan seimbang. Untuk melatih hal ini
sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan yang dapat dilakukan
sedini mungkin pada masa pendidikan yaitu dengan
membiasakan berdoa. Doa sebagai ungkapan syukur dan
terima kasih atas hidup, atas teman-teman dan atas apapun
yang terjadi dalam hidup. Memperkenalkan berdoa sebelum
dan sesudah selesai pelajaran, sebelum dan sesudah makan,
serta sebelum dan sesudah bangun tidur.
Melalui kegiatan berdoa, sebelum melaksanakan suatu
kegiatan, anak-anak dibiasakan dan diperkenalkan akan adanya
kekuatan dan kekuasaan yang melebih manusia dan ini semua
ada pada Tuhan Yang Mahakuasa yaitu Allah SWT.
Pentingnya penanaman pada anak didik, keyakinan dan
kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 149


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

segalanya, karena segala sesuatu yang dibutuhkan untuk hidup


ada dalam alam semesta dan itu berasal dari Tuhan.
Tersedianya segala kebutuhan dasar menusia dalam kehidupan,
tanah yang subur dan indah, kekayaan alam yang melimpah
ruah, dan berguna bagi kehidupan ini harus selalu dijaga
dengan baik, dan senua berasal dari Tuhan Yang Mahakuasa,
Tuhan Yang Mahapangasih dan Tuhan Yang Maha pemurah.
Selain itu, anak-anak mulai diperkenalkan dengan hari-
hari besar agama, dan diajak untuk menjalankannya dengan
sungguh-sungguh sesuai dengan ajaran agamanya masing-
masing. Melalui kegiatan mendongeng dan bercerita dapat
diperkenalkan nilai-nilai agama yang ada di negara Indonesia
tercinta ini. Anak-anak diajak untuk mengenal bermacam-
macam agama dan ditumbuhkan sikap saling menghormati
satu sama lain antarpemeluk agama yang berbeda. Kegiatan
sosial kemanusiaan menjadi tempat untuk mewujudkan
religiusitas anak secara bersama deri berbagai macam agama
dan keperceyaan yang ada. Kepekaan dan keterlabatan untuk
membantu orang yang menderita merupakan panggilan
bersama umat beragama. Jika seorang anak telah memiliki
dasar agama yang baik, maka nilai-nilai yang lain akan mudah
diterima dan diterapkan.
b. Tanggung jawab, mandiri, disiplin, dan jujur
Nilai-nilai ini penting agar nantinya anak didik bisa
mandiri, disiplin dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri
terhadap apa yang dilakukan. Nilai dan prinsip kejujuran dapat
ditanamkan pada diri siswa sejak kecil dalam lingkup keluarga,

150 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

dalam konteks ini peranan orang tua dan guru sangat penting
dalam mencermati perilaku anak didiknya. Dalam
pelaksanaanya anak perlu diberi pemahaman dan penjelasan
tentang arti dan manfaat kejujuran dalam kehidupan bersama.
Selain itu, anak juga diajak berpikir dan bersikap atas
pernyataan: bagaimana jika kondisi ketidakjujuran ada di
tengah masyarakat. Melalui kegiatan-kagiatan yang kasat mata,
sederhana, serta ada di sekitar sekolah dan keseharian siswa,
anak diajak untuk mengambil sikap yang benar dalam masalah
kejujuran. Nilai dan sikap kejujuran sangat terkait dengan nilai
keadilan, kebenaran, dan tanggung jawab pada diri manusia.
Salah satu kegiatan yang menuntut kemandirian dan
tanggung jawab siswa adalah kegiatan ekstrakurikuler yang
merupakan sarana dan wadah yang tepat untuk melatih
kemandirian siswa. Melalui kegiatan ini siswa dilatih dan
diberi kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan yang
dimiliki dan mengembangkannya seoptimal mungkin.
Kegiatan ekstrakurikuler sangat membantu proses
pengembangan ini, anak yang berbakat diberi kesempatan
untuk mengembangkannya, baik dari sisi akademis maupun
nonakademis.
Kegiatan non akademis yang cukup menarik dan dikenali
secara universal adalah kegiatan pramuka, kegiatan pramuka
yang terencana akan membuat anak senang dan terlatih untuk
dapat menyelesaikan persoalan, baik secara pribadi maupun
bersama. Kemandirian bukan berarti tidak butuh orang lain,
namun justru dalam kebersamaan dengan orang lain.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 151


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki


konsekuensi, paling tidak dalam masalah pembagian waktu
berkaitan dengan multi peran yang disandang setiap orang.
Apabila siswa terlalu bersemangat untuk mengikuti banyak
kegiatan maka ada konsekuensi yang dipikul, yaitu waktu
untuk belajar, mempersiapkan ulangan, menjalankan peran dan
tugas di rumah, dan lain sebagainya. Tanggung jawab tentu
berkaitan dengan pelaksanaan kewajiban yang diemban
seseorang. Guru dapat mengajak siswa untuk mengevaluasi
dan mengkritisi kegiatan yang telah dipilihnya.
c. Toleransi
Toleransi bisa berarti sikap terbuka dan saling
menghargai dan menghormati terhadap perbedaan, hendaknya
ditanamkan sejak dini pada anak. Arti kata toleransi adalah
sikap terbuka dan menghargai perbedaan, anak dapat
diperkenalkan konsep toleransi sejak dini. Peran penting orang
tua dalam menanamkan toleransi kepada anaknya adalah
menstimulasi anak agar agar siap menerima keberadaan orang
lain dan memperkenalkan anak pada lingkungan sekitar.
Lingkungan keluarga dan sekolah memegang peranan
penting dalam dalam mengembangkan sikap tolerans, terutama
anak pada masa sekarang yang dihadapkan dengan era
globalisasi. Tips salam mengenalkan nilai toleransi kepada
anak yaitu; tunjukan sikap menghargai orang lain dan orang
tua atau guru memberikan contoh yang nyata (Mila. 2011: 2).

152 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

d. Etika dan sopan santun


Penanaman etika dapat dilakukan dengan mengajarkan
sesuatu yang baik mulai dari masa kecil melalui latihan-
latihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, menghormati
orang lain, cara makan dan minum dll. Disamping itu
pemberian pemahaman pada anak tentang hal yang boleh dan
tidak boleh dilakukan, pemahaman tentang perbuatan baik dan
perbuatan buruk, pemahaman tentang sopan santun, dan
norma-norma yang berlaku. Selain memberikan pemahaman
dapat juga dilakukan dengan memberi dan mengajak anak agar
terbiasa berperilaku baik.
e. Sosialis
Proses sosialisasi merupakan proses pembelajaran
dimana anak anak belajar mengenal dan memahami nilai dan
norma yang berlaku di lingkungan sekitar, baik itu lingkungan
keluarga, sekolah atau masyarakat. Sosialisasi secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi tingkah laku, sikap dan
sifat anak, dan nilai sosialis menjadi penting dan harus
ditanamkan pada anak agar dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Dalam lingkungan keluarga contohnya dengan
adanya waktu kumpul bersama agar terjalin komunikasi yang
intens sehar minimal 30 menit.
f. Gotong-royong dan tolong menolong
Gotong royong merupakan budaya nenek moyang bangsa
Indonesia, semangat gotong royong telah digunakan pada
zaman dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
melawan penjajah. Pilar penting dalam keberhasilah rakyat

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 153


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

mendeklarasikan kemerdekaan adalah karena adanya semangat


gotong royong yang ditanamkan. Penanaman nilai gotong
royong menjadi menjadi senjata untuk membawa sebuah
perubahan. Gotong royong yaitu sikap yang selalu kerja sama,
bahu membahu satu sama lain dengan semangat persatuan agar
segala permasalahan yang terjadi dapat terselesaikan. Ketika
ada seseorang yang membutuhkan pertolongan, maka
seseorang yang lainnya dengan segera melakukan tin dakan
untuk menolongnya. Sikap gotong royong yang harus
ditanamkan pada anak agar menciptakan kerukunan dan
toleransi di tengah banyaknya perbedaan adalah memahami
dan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung didalamnya
sehingga menciptakan kehidupan yang harmonis.

Kesimpulan
1. Raden Mas Soewardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara adalah
bangsawan keraton Yogyakarta sekaligus masih berada dalam garis
keturunan Sunan Kalijaga sehingga membuat Ki Hajar Dewantara
menjadi keturunan bangsawan dan juga ulama. Kegemaran Ki Hajar
Dewantara bergaul dengan masyarakat menengah ke bawah
mendorongnya untuk membuang gelar bangsawannya dan merubah
namanya menjadi Ki Hajar Dewantara agar dapat lebih merakyat
dalam bergaul dengan lingkungan sekitarnya yang kebanyakan
adalah rakyat biasa.
2. Ki Hajar Dewantara merupakan sosok pejuang sejati yang memiliki
karakter yang teguh, dimana beliau rela mengorbankan segala baik
ilmu, fikiran, tenaga dan materi yang dimilikinya demi membela

154 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

tanah air tercinta Indonesia, dan demi mencerdaskan kehidupan


rakyat Indonesia agar tidak senantiasa terjajah. Ki Hajar Dewantara
berjuang sebagai pejuang bangsa, pendidik, budayawan maupun
pemimpin rakyat, semata-mata dilakukan hanya untuk mencapai
kesejahteraan bagi bumi pertiwi.
3. Ki Hajar Dewantara yang mengartikan pendidikan karakter sebagai
pola untuk membentuk peserta didik yang beradab, membangun
watak manusia yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, merdeka lahir
batin, luhur akal budinya, cerdas dan memiliki ketrampilan, sehat
jasmani dan rohani, sehingga bisa mewujudkan manusia yang
mandiri serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan bangsa,
negara dan masyarakat pada umumnya. Secara khusus pendidikan
karakter merupakan proses pemberian tuntunan kepada peserta didik
untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam hati,
cipta, rasa dan karsa. Pendidikan karakter juga dapat dimaknai
sebagai perpaduan antara pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik atau buruk, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati
4. Konsep pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara yaitu ;
Pertama, sistem pendidikan Ki Hajar Dewantara
dikembangkan berdasarkan lima asas pokok yang disebut
pancadharma Taman Siswa, yang meliputi: kemerdekaan, kodrat
alam, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Kedua, pokok
ajaran yang menjadi tujuan Ki Hajar Dewantara adalah mendidik

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 155


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

rakyat agar berjiwa kebangsaan dan berjiwa merdeka, serta menjadi


kader-kader yang sanggup dan mampu mengangkat derajat nusa dan
bangsanya sejajar dengan bangsa lain yang merdeka dan membantu
perluasan pendidikan dan pengajaran. Ketiga, Pendidikan karakter
tidak hanya melibatkan aspek moral knowing, tetapi juga moral
feeling dan moral action. Ki Hajar Dewantara menerjemahkan
langkah tersebut dengan konsep cipta, rasa dan karsa serta
membaginya menjadi empat tingkatan dalam pengajaran pendidikan
karakter, adapun materi pendidikan karakter tersebut yaitu; taman
Indria dan taman Anak (5-8 tahun), taman Muda (umur 9-12 tahun),
taman Dewasa (umur 14-16 tahun), taman Madya dan taman Guru
(umur 17-20). Keempat, Dalam proses tumbuh kembangnya seorang
anak, Ki Hajar Dewantara memandang adanya tiga pusat pendidikan
yang memiliki peranan besar, yang disebut dengan trisentra
pendidikan, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
dan lingkungan masyarakat. Dan ketiga aspek tersebut memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam proses pembentukan karakter
pada anak.
Ki Hajar Dewantara mengatakan perlunya penguasaan diri
dalam diri anak untuk mengalahkan nafsu agar dapat terbentuk
karakter anak yang beradab, orang yang memiliki kecerdasan budi
pekerti akan senantiasa memikirkan dan mempertimbangkan terlebih
dahulu sikap dan perilaku yang dilakukannya. Kecerdasan budi
pekerti tersebut meliputi sikap, perilaku dan nilai-nilai yang
dilakukan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan
kamil. Dalam konteks sekarang telah dikembangkan oleh

156 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

Kementrian Pendidikan Nasional telah dirumuskan dalam 18 nilai


karakter yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai
upaya membangun karakter bangsa, yaitu religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab.
5. Implikasi pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pembentukan moral
generasi muda ; Pertama, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa
pendidikan adalah suatu proses bukan hanya sebuah hasil, yang
diterapkan dalam pembelajaran aktif dimana siswa memahami teori
dan juga mempraktekan apa yang sudah dipahaminya dalam
kehidupan nyata. Kedua, sistem among Ki Hajar Dewantara
dijadikan sistem pembelajaran di sekolah, karena pentingnya peran
pendidik dalam suatu proses pembelajaran. Ketiga, Tripusat
pendidikan Ki Hajar Dewantara merupakan lingkungan pendidikan
yang efektif dimana lingkungan keluarga dijadikan sebagai peletak
dasar pendidikan anak, sekolah sebagai pendamping dalam
keluarga, dan masyarakat adalah pelengkap pendidikan. Keempat,
Trikon Ki Hajar Dewantara dijadikan sebagai dasar pendidikan.

Daftar Pustaka
Abrasyi, Athiyah. 1993. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta:
Bulan Bintang.

Anshori, Nasruddin. 2008. Pendidikan Berwawasan Kebangsaan.


Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 157


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan


Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.

Ar-Rozi, May Mualifah. 2013. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang


Konsep Pendidikan Budi Pekerti. STAIN Salatiga.

Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Damayanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di


Sekolah. Yogyakarta: Pinang Merah.

Darajat, Zakiah. 1968. Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia. Jakarta:


Bulan Bintang.

Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral


Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.

Dewantara, BS. 1979. Nyi Hajar Dewantara. Jakarta: Gunung Agung.

Desmon, Achmad. 2007. Ensiklopedia Peradaban Dunia. Jakarta: Restu


Agung.

Doni Kusuma. 2012, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di


Zaman Global.
http//:pendidikankarakter/strategi/mendidik/anak/dizaman/global.
Diunduh pada tanggal 8 September 2015.

Dwiyanto, Djoko. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila.


Yogyakarta: Ampera Utama.

Echols, John. 2010. Kamus Inggris Indonesia. Cetakan XXIX. Jakarta:


Gramedia.

Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 4. 2004. Jakarta : Delta Pamungkas

Ismadi, Hurip Danu . 2014. Pendidikan Karakter dalam Perspektif


Kebudayaan. Jakarta: Gading Inti Prima.

Isjoni. 2006. Pendidikan sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta:


Yayasan Obor.

158 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


Nur Anisah

Jumali. 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah


University Press UMS.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Departemen Pendidikan


Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Kesuma, Dharma. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik


di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Listiyani, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif,


Inovatif, dan Kreatif. Jakarta: Erlangga.

Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa. 1977. Karya Ki Hajar Dewantara


Bagian Pertama Pendidikan. Cetakan ke-2. Jogjakarta: Yayasan
Persatuan Taman Siswa.

Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa. 1994. Karya Ki Hajar Dewantara


Bagian II Kebudayaan. Cetakan ke-2. Jogjakarta: Yayasan
Persatuan Taman Siswa.

Mila. 2012, Menanamkan Sikap Toleransi pada Anak.


http://ahmadrasidi.blogspot.com. Diunduh pada 12 September
2015.

Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Anak Sejak


dari Rumah. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani.

Nata, Abuddin. 2001. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta:


Raja Grafindo Persada.

Navis, AA. 1996. Filsafat dan Strategi Pendidikan M. Sjafei. Jakarta:


Gramedia.

Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis.


Bandung: Rosdakarya.

Rahma, Ulfi. 2010. Pendidikan Karakter dalam UU NO. 20 TAHUN


2003. Diunduh pada tanggal 29 September 2015.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 159


Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

Robertus Belamirnus. 2014. (KOMPAS.com, Buku Ki Hajar Dewantara


jadi Referensi di Finlandia). Diunduh pada tanggal 8 Agustus
2015.

Saleh, Muwafik. 2002. Membangun Karakter dengan Hati Nurani.


Jakarta: Erlangga.

Soeratman, Darsiti. 1989. Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.

Subono. 2010, Ki Hajar Dewantara Pemikiran dan Pengabdiannya


untuk Pendidikan Bangsa. http//yayasansoebono.org/. Diunduh
pada tgl 25 Agustus 2015.

Sukiman. 2004, Ki Hajar Dewantara. www.tamansiswa.org. Di unduh


pada tanggal 14 Agustus 2015.

Surjomiharjo, Abdurrachman. 1986. Ki Hajar Dewantara dan Taman


Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Sinar Harapan.

Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-


Ruzz.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung:


Rosdakarya.

Suyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.

Tim Dosen FIP. 1980. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan. Surabaya:


Usaha Nasional.

Wahab, Rochmat. 2009. Pendidikan Karakter Grand Design dan Nilai-


nilai Target. Semarang: Aneka Ilmu.

Wijaya, Cece. 1992. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan Dan


Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zanoism. 2014, Konsep Pendidikan Menyenangkan. http//:edukasi


kompasiana.com. Diunduh pada 28 Mei 2015.

160 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009


PEDOMAN PENULISAN

Jurnal MUDARRISA hanya akan memuat artikel yang memenuhi ketentuan-


ketentuan berikut ini:
Artikel merupakan ringkasan karya ilmiah hasil penelitian yang belum pernah
dipublikasikan atau tidak sedang dalam proses penerbitan.
Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia, Inggris, atau Arab sebanyak minimal 15
halaman kuarto dengan spasi 1,5.
Artikel dalam Bahasa Indonesia atau Inggris diketik dengan font Times New
Roman ukuran 12 point, sedangkan dalam Bahasa Arab diketik dengan font Arabic
Transparant ukuran 18 point.
Artikel ditulis dengan sistematika sebagai berikut:
1. Judul (huruf kecil tebal kecuali huruf pertama pada setiap kata menggunakan
huruf kapital dengan ukuran 14 point).
2. Identitas penulis (nama penulis tanpa gelar disertai nama instansi dicetak
miring).
3. Abstrak dalam bahasa Inggris sebanyak 90-250 kata spasi 1 (memuat tujuan,
metode, dan temuan).
4. Keywords dalam bahasa Inggris sebanyak tiga kata.
5. Pendahuluan.
6. Permasalahan.
7. Tinjauan pustaka (memuat penelitian sebelumnya yang relevan dan landasan
teori).
8. Metode penelitian.
9. Pembahasan (memuat temuan penelitian dan analisis).
10. Kesimpulan.
11. Daftar pustaka.
Mencantumkan identitas penulis yang terdiri dari nama dan alamat instansi.
Kutipan ditulis dengan model bodynote, contoh: (Rosenberg, 1955: 29).
Penulisan daftar pustaka mengikuti contoh berikut:
Contoh buku: Rahman, Fazlur. 1985. Islam dan Moderrnity: An Intelectual
Transformation. Chicago: Chicago University.
Contoh jurnal : Dhofier, Zamakhsyari. 2002. Sekolah al-Qur’an dan
Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal Ulumul Qur’an, Vol.
III, No. 4: 20-35.
Mencantumkan daftar pustaka yang hanya dikutip dalam artikel dan disusun secara
alfabetis.
Tabel dan gambar diberi nomor dan judul atau keterangan yang jelas,
Penulisan transliterasi Arab menggunakan library of conggres (terlampir).
Artikel dikirim dengan menyerahkan dua eksemplar print out disertai soft copy
berupa CD atau attached file yang terformat MS Word (rtf).

Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapatkan imbalan berupa nomor bukti
pemuatan sebanyak 3 (lima) eksemplar beserta cetak lepasnya. Artikel yang tidak
dimuat akan dikembalikan.

MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________ 161


162 _________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009

Anda mungkin juga menyukai