Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONFLIK DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN DALAM


NEW MEDIA

Dosen Pengampu: Dr. Nurbani, M.Si.


Mata Kuliah: Komunikasi Antar Pribadi

Disusun oleh: Kelompok 2


Arliana Tanjung 210904005
Aldy Yoas Simanjuntak 210904011
Farhan Alvadin Lubis 210904015
Azzahra Dwi Prananda 210904021
Nur Jamiah Nasution 210904025
Alya Anissa Akbar 210904041
Quisha Rahma Chandra 210904045
Farah Asy-syifa 210904051
Sandrina Humaira 210904055
Daniel Adiwisastra Silalahi 210904067

KELAS A
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................................................... i


Kata Pengantar ......................................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................1
1.3 Tujuan .....................................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN ...........................................................................................................3
2.1 Definisi Konflik Antar Pribadi ..............................................................................3
2.2 Mitos Konflik Antar Pribadi .................................................................................4
2.3 Prinsip-prinsip Konflik Antar Pribadi ...................................................................6
2.4 Karakteristik Konflik Antar Pribadi .....................................................................8
2.5 Jenis Budaya, Gender, dan Konflik, Respons Terhadap Konflik, dan Konflik
pada Media Sosial ...............................................................................................10
2.6 Studi Kasus Konflik Antar Pribadi ......................................................................13
2.7 Studi Kasus Konflik Antar Pribadi Dalam New Media ......................................13
BAB 3. KESIMPULAN...........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................16

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-
Nya, sehingga tugas makalah kami yang berjudul “Konflik Dalam Komunikasi Antar Pribadi
Dan Dalam New Media” dapat diselesaikan dengan baik. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Nurbani, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi
yang telah memberikan tugas ini untuk menjadi bahan materi kami. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
pemikiran maupun materi.

Secara garis besar, makalah ini memuat pembahasan mengenai pesan nonverbal dalam
komunikasi antar pribadi. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembacanya. Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh
itu, kami sangat mengharapkan segala bentuk saran serta kritik yang membangun dari berbagai
pihak, terutama dari Ibu Dr. Nurbani, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Komunikasi
Antar Pribadi dan dari teman-teman yang membaca makalah ini demi kesempurnaan makalah
ini.

13 November 2022,

Penyusun

Kelompok 2

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia sebagai makhluk bio-sosial dalam kehidupan yang aktif dinamis
dalam bernegosiasi antar pribadi tak jarang muncul konflik, konflik antar pribadi ini
disebabkan karena seseorang ingin menghalangi, menghambat, atau berseberangan dengan
orang lain. Konflik dapat muncul dalam berbagai bentuk: konflik kepentingan, konflik atas
harapan yang tak sama, konflik mengenai pencapaian tujuan, secara khusus terdapat
beberapa orang yang tergolong sebagai orang yang “conflict prone”.
Secara umum, konflik tak dapat dihindari, namun perlu diselesaikan. Konflik dituduh
sebagai penyebab pertengkaran, perpisahan, perceraian, penyakit jiwa, bahkan sampai
tindak kekerasan. Untungnya sudah banyak orang menyadari bahwa kegagalan menangani
konflik dengan cara yang konstruktif akan merusak hubungan yang telah harmonis. Namun,
dilain pihak konflik akan memiliki manfaat bagi orang yang mengalaminya. Setiap orang
dapat memilih cara yang dianggap terbaik untuk tetap menjaga hubungan antar pribadi.
Konflik bisa terjadi karena perbedaan dalam pemaknaan yang disebabkan karena
perbedaan pengalaman. Perbedaan pengalaman dapat dilihat dari perbedaan latar belakang
kebudayaan yang membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang akan terpengaruh
dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang
berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan karakter individu yang dapat
memicu konflik. Dalam setiap organisasi/perusahaan, perbedaan pendapat sering kali
disengaja atau dibuat sebagai salah satu strategi para pemimpin untuk melakukan
perubahan. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan sebuah konflik. Akan
tetapi, konflik juga dapat terjadi secara alami karena adanya kondisi obyektif yang dapat
menimbulkan terjadinya konflik. Seperti yang dikemukakan oleh Hocker dan Wilmot
(Wirawan, 2010:8), konflik terjadi karena pihak-pihak yang terlibat konflik memiliki
tujuan yang berbeda. Konflik bisa juga terjadi karena tujuan pihak yang terlibat konflik
sama tapi cara untuk mencapainya berbeda.
Konflik merupakan masalah hubungan dalam komunikasi antar pribadi. Jika hubungan
dalam komunikasi antarpribadi sudah tidak berjalan dengan baik, maka kemungkinan besar
hubungan komunikasi dalam skala yang lebih besar tidak akan berjalan baik pula. Dalam

1
komunikasi antar pribadi komunikan dan komunikator harus dapat memahami maksud atau
pesan yang disampaikan supaya pesan yang diterima sama dengan pesan yang
disampaikan. Perbedaan pesan yang diterima dengan pesan yang disampaikan inilah yang
menjadi penyebab utama timbulnya konflik.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yakni sebagai berikut:
1. Apa definisi dan mitos dari konflik dalam komunikasi antar pribadi?
2. Apa prinsip-prinsip konflik dalam komunikasi antar pribadi?
3. Apa karakteristik konflik dalam komunikasi antar pribadi?
4. Bagaimana jenis budaya, gender, dan konflik, respons terhadap konflik, dan konflik
pada media sosial konflik dalam komunikasi antar pribadi?
5. Apa contoh dari konflik dalam komunikasi antar pribadi baik dan dalam media baru?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang definisi dan mitos konflik komunikasi antar pribadi.
2. Mengetahui apa prinisp-prinsip konflik komunikasi antar pribadi.
3. Mengetahui karakteristik konflik komunikasi antar pribadi.
4. Mengetahui jenis budaya, gender, dan konflik, respons terhadap konflik, dan konflik
pada media sosial konflik dalam komunikasi antar pribadi
5. Mengetahui contoh-contoh konflik komunikasi antar pribadi baik dan dalam media
baru.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Konflik Antar Pribadi


Konflik dapat berupa perselisihan, ketegangan, atau munculnya kesulitan-kesulitan lain
di antara dua pihak atau lebih. Konflik menimbulkan sikap defensif antara kedua belah
pihak dan pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang
kebutuhan masing-masing. Konflik bukanlah sesuatu yang harus dihindari, dan dianggap
menakutkan dalam sebuah hubungan. Tanpa konflik, hubungan tidak akan hidup dan
berkembang. Namun, apakah konflik menjadi peningkatan hubungan atau malah
menghancurkannya, hal itu tergantung kepada bagaimana menghadapi konflik tersebut.
Secara definitif, konflik memiliki pengertian yang berbeda-beda, demikian juga para
ahli dalam memberikan definisi konflik tidak ada yang sama, karena sudut pandang mereka
yang berbeda. Kata konflik berasal dari kata bahasa latin yaitu "con" yang berarti sama
dengan "figen" berarti penyerangan (Hartatik, 2005). Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
konflik didefinisikan sebagai percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Dengan
demikian, secara sederhana konflik merujuk pada adanya dua hal atau lebih yang
berseberangan, tidak selaras, dan bertentangan (Ahmadi,2009). Banyak pengertian tentang
konflik yang dapat diberikan oleh para ahli untuk merumuskan suatu teori tentang konflik
itu sendiri.
Gibson (1985) menyatakan bahwa konflik antarpribadi merupakan pertentangan antara
individu, antara kelompok dan antara organisasi yang disebabkan oleh perbedaan
komunikasi, tujuan dan sikap. Pendapat senada dikemukakan oleh Tommy (2010) bahwa
konflik antarpribadi adalah pertentangan antara seseorang dengan orang lain atau
ketidakcocokan kondisi yang dirasakan oleh pegawai karena adanya hambatan komunikasi,
perbedaan tujuan dan sikap serta kertergantungan aktivitas kerja.
Menurut Hicker dan Wilmot dalam Tubbs dan Moss (1996:220), konflik merupakan
aspek alamiah pada sifat semua hubungan yang penting dan dapat diatasi dengan
pengelolaan konstruktif lewat komunikasi. Konflik masih menurut Hicker dan Wilmot
adalah suatu pergulatan ternyatakan antara sekurang-kurangnya dua pihak yang saling
bergantung yang memersepsikan tujuan yang tidak selaras, ganjaran yang langka, dan
gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka (Floyd,2012:305). Dalam definisi

3
ini terdapat elemen yang harus dimiliki sebuah interaksi agar dapat dikategorikan sebagai
konflik antar pribadi, yaitu :
1. Konflik adalah pergulatan yang tersirat atau ternyatakan. Memiliki konflik antar pribadi
berarti lebih dari sekedar tidak setuju.
2. Konflik terjadi di antara pihak yang saling bergantung. Meskipun semua konflik
melibatkan perselisihan atau ketidaksepakatan, perselisihan menjadi konflik hanya jika
pihak-pihak yang menjalin hubungan saling bergantung satu sama lain, yakni jika
tindakan masing-masing pihak mempengaruhi kesejahteraan yang lain.
3. Konflik adalah tentang tujuan yang tidak selaras di antara pihak yang menjalin
hubungan. Konflik berawal dari melihat bahwa tujuan kita tidak selaras dengan tujuan
orang lain.
4. Berdasarkan fungsinya, Robbins (1996:430) membagi konflik menjadi dua macam,
yaitu konflik fungsional (functional conflict) dan konflik disfungsional (dysfunctional
conflict). Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan
hubungan dan memperbaiki kualitas hubungan. Sementara itu, konflik disfungsional
adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan sebuah hubungan. Menurut Robbins,
batas yang menentukan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional sering tidak
tegas (kabur). Suatu konflik mungkin fungsional bagi suatu hubungan antarpribadi,
tetapi tidak fungsional bagi jenis hubungan yang lain.

2.2 Mitos Konflik Antar Pribadi


Sebuah konflik adalah situasi yang cukup sulit jika tidak memiliki solusi yang
sistematis. Bagaimanapun konflik akan selalu ada dalam kehidupan manusia dan akan
muncul sewaktu-waktu secara tidak terduga. Suasana damai bisa tiba-tiba berubah menjadi
konflik yang jika tidak ditangani dengan baik dapat meninggalkan kerugian yang
sebenarnya sangat tidak diinginkan. Oleh karena itu, memahami konflik tidak boleh dilihat
sebagai kebutuhan pendidikan bagi mahasiswa, tetapi dapat dipahami oleh semua lapisan
masyarakat. Diketahui juga bahwa ada pelanggaran di masyarakat terkait konflik, sehingga
konflik tidak terselesaikan secara tuntas sehingga menimbulkan dampak buruk bagi
masyarakat.
Mitos konflik adalah kepercayaan atau keyakinan yang tidak dapat dibuktikan secara
ilmiah sebagai konflik. Kesalahpahaman sering muncul ketika kita tidak memahami
konflik dan keberadaannya dapat membuat kita salah paham dan tidak objektif dalam
menyelesaikan masalah. Kita perlu menyadari bahwa mitos dapat menghalangi
4
pengelolaan konflik. Peg Pickering menyebut mitos sebagai asumsi palsu yang masih perlu
dikoreksi sebelum melangkah terlalu jauh dalam kajian teknik resolusi konflik.
Dalam salah satu contoh terdekat, perbedaan pendapat di dunia akademis adalah baik
dan dianggap bermanfaat, sedangkan perbedaan pendapat di militer sangat dilarang.
Sebagai contoh lain, keberanian seorang anak untuk mengungkapkan perasaan kritik dan
ketidak setujuannya terhadap orang tuanya di masyarakat Barat dipandang sebagai bentuk
keterbukaan dan dipandang konstruktif, sedangkan di masyarakat Timur dianggap tidak
sopan dan tabu.
Contoh di atas menunjukkan bahwa persepsi dan sikap sekelompok individu atau
masyarakat dalam menilai konflik sangat bergantung pada konteks sosial dan kerangka
konseptual umum sekelompok individu atau masyarakat dalam menghadapi konflik. Ini
disebut mitos konflik.
Mitos muncul jika kita kurang paham atau kurang mengerti tentang suatu hal. Salah
satu masalah yang dihadapi banyak orang dalam menghadapi konflik adalah memiliki
asumsi palsu tentang konflik dan apa artinya. Mitos dapat mempengaruhi kita dalam
menghadapi konflik. Berikut ini beberapa mitos tentang konflik menurut DeVito (2016:
292).
1. Konflik sebaiknya dihindari. Waktu biasanya dapat memecahkan semua masalah,
sebagian besar kesulitan akan menghilang seiring berjalannya wakmu.
2. Konflik merupakan pertanda adanya hubungan yang bermasalah. Jika ada dua orang
yang mengalami konflik dalam hubungan mereka, maka itu berarti hubungan mereka
sedang dalam masalah.
3. Konflik merusak hubungan interpersonal. Konflik dapat merusak hubungan, karena
saat terjadi konflik kita mengungkapkan diri negatif kita, kelicikan kita, kebutuhan kita
untuk memegang kendali, dan harapan kita yang tidak masuk akal.
4. Dalam konflik apa pun, harus ada yang menang dan ada yang kalah. Karena konflik
berarti adanya hubungan yang tidak selaras, maka harus ada pihak yang menang dan
yang kalah.
Semua pernyataan di atas tidaklah benar. Mitos-mitos tersebut dapat dengan mudah
mempengaruhi cara kita dalam memandang dan menghadapi konflik secara efektif.
Beberapa cara kita dalam memandang dan menghadapi konflik bisa mengatasi kesulitan
atau perbedaan yang sedang kita alami dan sebenarnya bisa memperbaiki suatu hubungan.
Namun cara lainnya bisa merusak hubungan, menghancurkan harga diri, menciptakan
kepahitan, dan menumbuhkan kecurigaan. Dan yang paling penting, dalam konflik tidak
5
berarti harus ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah. Kedua pihak yang sedang
berkonflik bisa sama-sama menang. Tugas kita bukan mencoba menciptakan hubungan
yang bebas dari konflik, melainkan mempelajari cara mengelola konflik yang sesuai dan
produktif sehingga tidak ada pihak yang kalah (DeVito, 2016: 292).

2.3 Prinsip-prinsip Konflik Antar Pribadi


1. Conflict is inevitable (Konflik Tidak Dapat Dihindarkan)
Konflik merupakan bagian dari setiap hubungan antarpribadi, baik itu hubungan
dengan orang tua, anak, saudara kandung, teman, pasangan ataupun rekan kerja.
Karena, faktanya, setiap orang memiliki karakter yang berbeda, sejarah dan pemikiran
bereda serta perbedaan tujuan yang menghasilkan banyak perbedaan lainnya. Jika
individu dalam sebuah hubungan saling bergantung satu sama lain. maka perbedaan
tujuan dan kepentingan akan mengakibatkan terjadinya konflik. Konflik dapat
disebabkan oleh masalah yang umum atau sesuatu yang sangat personal.

2. Conflict can have negative and positive effects (Konflik Dapat Memiliki Dampak
Positif dan Negatif)
Meskipun konflik tidak terelakkan, bagaimana kita mengatasi konflik sangat
krusial. Sebab, konflik dapat memiliki sisi dua efek negatif dan juga positif.
a. Efek Negatif Konflik
Seringkali, konflik yang terjadi melibatkan perkelahian dengan tujuan untuk
menyakiti orang lain yang sedang berkonflik dengan kita. Jika ini terjadi. perasaan
negatif tentu akan meningkat. Pada saat bersamaan, konflik mendorong kita untuk
menutup diri terhadap individu lain. Misalnya, ketika kita menyembunyikan
perasaan yang sebenarnya kepada pasangan, maka akan menutup terjadinya
komunikasi dan interaksi yang bermakna. Akhirnya, situasi konflik semakin
memburuk dan menghasilkan efek negatif dari konflik antarpribadi, yaitu bubarnya
sebuah hubungan.
b. Efek Positif Konflik
Salah satu keuntungan terjadinya konflik adalah, dapat memaksa kita untuk
menilai dan mengamati kembali suatu hubungan dan memikirkan solusi yang
potensial untuk mengatasi masalah di dalam hubungan. Jika menggunakan strategi
mengatasi konflik yang strategis, maka sebuah hubungan akan menjadi lebih sehat,
lebih kuat ikatannya dan lebih menyenangkan daripada sebelumnya.
6
3. Conflict can focus on content and/or relationship issues (Konflik Dapat Berfokus Pada
Isi dan/atau Masalah Hubungan)
Maksudnya adalah, konflik dalam hubungan antarpribadi dapat disebabkan oleh
isu-isu umum masalah sehari-hari, seperti film apa yang dipilih ketika ke bioskop, siapa
yang bertugas mengantar anak ke sekolah hari ini, atau mengkritik pasangan yang
terlalu boros pengeluarannya. Konflik juga dapat disebabkan oleh isu personal seperti
kurangnya kesetaraan dalam hubungan, pembagian beban kerja rumah tangga yang
tidak adil atau salah satu pasangan yang dianggap terlalu otoriter dalam memutuskan
sesuatu

4. Conflict styles have consequences (Konflik Memiliki Konsekuensi)


Saat terjadi konflik dalam hubungan antar pribadi tentu saja kita akan mendapatkan
konsekuensi didalamnya.

5. Konflik Dapat Terjadi Dalam Bentuk Komunikasi


Konflik yang sama dihadapi pada komunikasi tatap muka, juga dapat terjadi,
bahkan semakin meningkat pada komunikasi online Beberapa masalah penyebab
konflik di komunikasi online dapat bersifat unik. Mulai dari mengirim pesan hoax yang
mengganggu, menelepon seseorang di saat yang tidak tepat hingga menuliskan pesan
yang menyinggung perasaan di laman publik online.

6. Konflik Dipengaruhi Oleh Budaya dan Gender


Perbedaan budaya mempengaruhi mulai dari topik pembicaraan penyebab konflik,
hingga kebiasaan-kebiasaan masing-masing individu yang berbeda dan dipengaruhi
budaya masing-masing.
Perbedaan gender juga mempengaruhi konflik Terutama, dalam hal
penyelesaiannya Penelitian menemukan bahwa laki-laki cenderung menarik din dan
menghindar dalam situasi konflik. Sebaliknya, perempuan lebih berusaha untuk
mendekati partnernya, untuk membicarakan dan berusaha menyelesaikan konflik
(DeVito, 2016-314).

7
2.4 Karakteristik Konflik Antar Pribadi
Konflik antarpribadi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dalam hubungan
manusia di kehidupan sosial. Setiap konflik yang terjadi dapat dijelaskan menjadi
karakteristik sebagai berikut:
1. Konflik adalah hal yang alami
Setiap hubungan yang dijalani oleh manusia akan bertemu dengan perbedaan yang
menyebabkan sebuah konflik. Konflik merupakan suatu hal yang dapat dihindari,
namun juga hal yang wajar jika terjadi.
Ketika hubungan seseorang semakin dekat ke tahap berikutnya, tak jarang
keterbukaan dari individu dapat menyebabkan konflik. Terjadinya suatu konflik juga
tidak hanya terjadi sekali saja. Seiring berjalannya waktu, konflik dapat sering ditemui
di hubungan antarpribadi.
Menurut Nurbani (2019), memiliki konflik dengan seseorang tidak berarti bahwa
hubungan kita dengan orang tersebut tidak sehat. Dengan adanya konflik, berarti
menunjukkan bahwa ada ketergantungan dari individu tersebut dengan individu
lainnya. Yang menandakan bahwa mereka tersebut saling mempengaruhi dan berperan
aktif dalam suatu hubungan antarpribadi.

2. Konflik memiliki dimensi isi, relasional, dan prosedural.


Perbedaan yang muncul dalam hubungan antarpribadi dan mengakibatkan
timbulnya konflik pasti berisikan sesuatu yang memiliki dimensi isi. Pokok bahasan
yang diperdebatkan itulah yang dinamakan dimensi isi dari suatu konflik.
Hubungan dari dua pihak atau lebih yang berkonflik merupakan dimensi relasional
dari konflik itu sendiri. Dan bagaimana ikatan mereka sebelum ada dan sesudah adanya
konflik akan berpengaruh di dimensi prosedural.
Dimensi prosedural adalah dimensi yang memuat proses penyelesaian dari konflik.
Ketika konflik muncul, pihak yang berhubungan akan mengharapkan dan
mengusahakan titik terang. Proses pencarian jalan tengah dari konflik itu yang disebut
dengan dimensi prosedural.

3. Konflik dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.


Konflik biasanya muncul secara langsung. Adanya perbedaan pendapat,
pandangan, dan tujuan akan berakibatkan konflik yang dapat dilihat langsung dari

8
respons individu yang berhubungan. Tetapi, konflik juga dapat terjadi secara tidak
langsung.
Bentuk dari konflik tidak langsung bisa berupa rasa dendam dan tidak mau
berhubungan lagi. Silent treatment juga termasuk ke dalam bentuk konflik tidak
langsung. Konflik tidak langsung dilakukan oleh suatu individu secara komunikasi non
verbal.
Suatu konflik yang terjadi secara langsung akan lebih besar menimbulkan efek,
namun jika diselesaikan dengan langsung pula, dapat berakhir dengan positif. Berbeda
dengan konflik tidak langsung. Ketika ada seseorang yang melalukan konflik tidak
langsung, maka penyelesaian dari konflik tersebut bisa saja tidak selesai.

4. Konflik dapat berbahaya.


Adanya konflik dalam suatu hubungan antarpribadi memang akan memberikan
efek kedekatan yang lebih ketika konflik tersebut dapat terselesaikan dengan baik.
Tetapi, jika konflik terjadi secara berlebihan dan tidak diselesaikan dengan segera dapat
membahayakan orang yang berkonflik.
Misalnya dalam rumah tangga, suatu pasangan suami istri yang bertengkar dengan
parah akan dapat memicu terjadinya KDRT jika salah satunya tidak dapat menahan diri.
Tak hanya di hubungan pasangan suami-istri, kekerasan fisik dapat dirasakan seseorang
apabila lawannya berkonflik merupakan orang yang dengan mudah menjadi anarkis.
Selain dari kekerasan secara fisik, bentuk bahaya dari efek konflik adalah
kekerasan secara non verbal. Pengucilan seseorang yang dilakukan karena adanya
perbedaan dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan mental orang tersebut.

5. Konflik dapat bermanfaat.


Walaupun proses terjadinya konflik dan efek dari konflik dapat memberikan efek
negatif, namun konflik juga bermanfaat. Manfaat dari terjadinya konflik dapat
dirasakan jika konflik tersebut bisa diselesaikan secara tuntas.
Ketika suatu konflik berhasil ditangani dengan baik, maka akan memberikan
kesempatan satu langkah lagi menjadi kedekatan hubungan antarpribadi. Setelah terjadi
konflik, muncul pemahaman mengenai cara berpikir orang tersebut dan akan
berdampak baik di hubungan.

9
Selanjutnya, konflik yang selesai dihadapi juga dapat mencegah timbulnya konflik
yang lebih besar. Atau setidaknya, konflik di masa depan akan dapat dihadapi dengan
bekal dari penyelesaian konflik sebelumnya.

2.5 Jenis Budaya, Gender, dan Konflik, Respons Terhadap Konflik, dan Konflik pada
Media Sosial
Perbedaan budaya dapat mempengaruhi terjadinya suatu konflik. Budaya juga
mempengaruhi masalah yang menjadi pemicu terjadi konflik, sifat-sifat konflik, strategi
mengenai konflik yang dipilih, hingga norma yang berlaku di dalam terjadinya konflik.
Dimensi kultural, seperti budaya kolektivis versus budaya individualisme dan budaya
konteks tinggi versus budaya konteks rendah juga menyebabkan perbedaan cara
penyelesaian konflik.
1. Budaya konteks tinggi dengan Budaya konteks rendah.
Bagi para penganut budaya konteks tinggi, terdapat kecenderungan untuk tidak
berbicara secara tidak langsung demi menjaga keharmonisan. Budaya ini ditandai
dengan komunikasi konteks tinggi, kebanyakan bersifat implisit dan tidak terus terang.
Pada budaya konteks rendah, terbiasa dengan lugas dan berterus terang jika tidak
menyukai sesuatu. Menganut budaya konteks rendah mengatakan apa yang mereka
maksudkan secara eksplisit.

2. Individualistis dengan kolektif


Masyarakat dengan budaya individualistis diajak untuk menghargai hak, kebutuhan
dan tujuan dari individu itu sendiri. mereka memiliki paham, ketidaksepakatan dengan
orang lain adalah sebuah kewajaran.
Sedangkan masyarakat dengan budaya kolektivis diajarkan kepentingan kelompok
lebih utama dibandingkan dengan kepentingan pribadi atau individu. Oleh karena itu,
mereka lebih cenderung menghindari konflik dengan menuruti keinginan orang lain,
meminta pihak ketiga internal untuk menyelesaikan masalah dan menghindari
perselisihan. Masyarakat budaya konteks rendah (AS) menghargai komunikasi
eksplisit, apa adanya. Saat terjadi suatu konflik, mereka mengharapkan semua pihak
yang berkonflik untuk menerangkan penyebab konflik atau ketidaksepakatan dengan
jelas dan langsung memberikan saran secara langsung untuk mengatasi konflik.
Masyarakat budaya konteks tinggi (JPG) menghargai kehalusan yang berasal dari
percakapan mereka, dari konvensi sosial dan ungkapan non verbal. saat terjadi suatu
10
konflik, ia cenderung menjaga harga diri dan tidak mempermalukan pihak lawan. Jelas,
kemudian, dimensi budaya itu individualistis dengan kolektivisme dan konteks tinggi
dengan konteks rendah. Perbedaan itu sering diperbesar saat orang-orang dari budaya
yang berbeda. Dengan belajar tentang norma dan perilaku budaya lain dan berinteraksi
dengan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda, individu dapat
meningkatkan kemampuan mereka dalam menangani konflik antar budaya secara
konstruktif.

3. Konflik pada media sosial


Perkembangan teknologi berkembang begitu cepat sehingga melahirkan teknologi
yang sangat bagus. Seperti contoh adanya handphone, di dalam setiap handphone
seseorang pasti memiliki aplikasi internet dan media sosial. Dengan adanya media
sosial, seseorang jadi dapat berkomunikasi satu dengan yang lain tanpa tatap wajah.
Konflik sendiri sering terjadi pada komunikasi tatap muka, tapi tak jarang pula konflik
terjadi saat kita berkomunikasi secara online. Salah satu alasannya adalah bahwa
komunikasi yang menggunakan media seperti komputer dan smartphone memiliki efek
disinhibition, yang artinya menghilangkan batas dan dengan demikian mengundang
orang untuk mengatakan atau melakukan hal-hal yang seharusnya mereka katakan dan
sebenarnya mereka tidak akan mengungkapkan itu ketika berkomunikasi secara tatap
muka.
Keuntungan dalam menghadapi konflik di media online adalah kita diberi
kesempatan untuk berpikir sejenak saja saat konflik memanas. Namun komunikasi
online juga dapat memperbesar konflik yang terjadi jika tidak ditangani dengan tepat.
Misalnya pesan provokatif yang dimuat di area publik pada akun media sosial, akan
segera mengundang respons pengguna lainnya. sehingga konflik pun melebar.
Beberapa peneliti menyarankan beberapa strategi untuk menangani konflik dalam
konteks online (Floyd, 2011 : 362). Pertama, jangan langsung merespon. Sebagai
gantinya, beri diri anda beberapa jam untuk menenangkan diri dan menenangkan
pikiran anda. Kedua, jelaskan apa pun kata atau kalimat yang mungkin dapat membuat
salah paham, alih-alih menganggap bahwa Anda tahu apa maksud orang lain dengan
pernyataannya. Ketiga, posisikan diri Anda pada posisi orang lain, dan pikirkan
bagaimana reaksi dia terhadap respon Anda. Terakhir, gunakan emoticon yang sesuai
untuk mengekspresikan nada kalimat Anda.

11
Gender memengaruhi bagaimana kita mengungkapkan atau mengekspresikan diri.
Dimana gender ini baik laki-laki dan perempuan mereka bisa mengekspresikan emosi
mereka, tetapi cara di antara mereka memiliki masing-masing cara yang berbeda dalam
mengungkapkan emosi mereka.
Dimana ada penelitian yang mengungkapkan bahwa perempuan lebih sering
mengekspresikan emosi positif seperti rasa senang, gembira dan lain sebagainya dan
perempuan juga bisa mengekspresikan rasa sedih dan depresi ketimbang laki-laki.
Sedangkan lak-laki lebih sering mengutarakan ekspresi marah ketimbang wanita. Dari cara
yang berbeda antara perempuan dan laki-laki dalam mengekspresikan ini bisa
menimbulkan konflik.
Macam macam response konflik
1. The Exit Response
Respon ini keluar dari situasi konflik. Misalnya ketika seseorang ada masalah, dia
pergi meninggalkan masalah tersebut tanpa menyelesaikannya

2. Respon mengabaikan
Respon ini cenderung mempekeruh suasana, bisa menimbulkan ketegangan dalam
perselisihan, serta memperparah konflik. Misalnya : Ketika ada suatu konflik yang
terjadi orang yang biasanya mengeluarkan respons ini sering mengatakan “ah gausah
ribet” “gausah terlalu berlebihan”

3. The Loyality Response


Respon ini biasanya untuk mempertahankan suatu hubungan walaupun ada
terjadinya konflik dimana seseorang hanya selalu setuju atau selalu menoleren ketika
terjadinya perbedaan. Respon ini hanya untuk waktu hubungan jangka pendek karena
jika untuk jangka panjang akan takut kemungkinan malah akan membuat merasa tidak
dihargai.

4. The Voice Response


Dimana seseorang yang memilih respon ini mereka cenderung suka mengutarakan
dengan jelas mengenai konflik yang terjadi dan berusaha mencari solusinya untuk
memperbaiki hubungan yang telah rusak. Dengan kata lain mereka peduli dengan
hubungan tersebut. Respon inilah yang paling baik untuk mengurangi konflik antar
pribadi.
12
2.6 Studi Kasus Konflik Antar Pribadi
Pada setiap hubungan antarpribadi, pasti pernah mengalami konflik, baik itu dengan
keluarga, teman ataupun lingkungan di sekitarnya. Konflik dapat berupa perselisihan,
ketegangan, atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Ini akan
menyebabkan perasaan negatif meningkat. Konflik merupakan aspek alamiah pada sifat
semua hubungan yang penting dan dapat diatasi dengan pengelolaan konstruktif lewat
komunikasi. Berikut merupakan contoh dari konflik dalam hubungan antar pribadi:

Kasus 1: Konflik dalam hubungan pertemanan.


Ketika kamu menyembunyikan perasaan marah kepada teman kamu karena dia telah
melakukan sesuatu hal yang merugikan kamu, contohnya ia menyebarkan desas-desus yang
bohong tentang diri kamu dan ia pun tidak meminta maaf. Kamu lantas marah dengannya
karena menyebarkan sesuatu yang tidak benar adanya. Hal ini pula membuat kita menutup
terjadinya komunikasi dan interaksi. Akhirnya membuat situasi konflik memburuk dan
menghasilkan efek negatif dari konflik yaitu bubarnya sebuah hubungan.

Kasus 2: Konflik antar rekan kerja.


Ketika kamu memiliki perselisihan dengan teman kerja karena ia tidak kunjung
menyelesaikan tugasnya. Akibatnya membuat program kerja tidak berjalan dengan baik
dan dapat merugikan perusahaan. Hal ini membuat kamu kesal dengannya karena merasa
ia tidak bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Tapi untuk mengatasi konflik ini agar
tidak berkepanjangan dan masalah dengan cepat terselesaikan yang dapat lebih merugikan
untuk ke depannya, kamu segera menemuinya untuk berbicara dengannya mengenai alasan
dan kendala mengapa ia tidak kunjung menyelesaikan tugasnya. Ini menunjukkan salah
satu hal positif yang dapat diambil dari konflik yaitu memaksa memikirkan solusi yang
potensial untuk mengatasi hubungan tersebut. Hal ini juga dapat membuat kualitas
hubungan semakin membaik dan lebih kuat dari sebelumnya.

2.7 Studi Kasus Konflik Antar Pribadi Dalam New Media


Konflik memang sering terjadi pada komunikasi tatap muka, namun tidak jarang pula
konflik sering terjadi saat kita berkomunikasi secara online. Salah satu alasannya adalah
bahwa komunikasi menggunakan media, seperti komputer, smartphone memiliki efek
disinhibition, yang artinya menghilangkan batas dan dengan demikian mengundang orang

13
untuk mengatakan atau melakukan hal hal yang seharusnya mereka katakan dan sebenarnya
tidak mengungkapkan itu ketika berkomunikasi tatap muka ( Floyd, 2012: 361 )

Kasus 1: Dikutip dari Twitter, melalui akun @suroboyofess, sender mengirimkan hasil
screenshot WhatsApp yang dimilikinya. Pada awalnya, sender sudah memiliki firasat
bahwa pacarnya mulai berubah sikap semenjak dirinya bekerja. Hal yang pada awalnya
sebuah firasat, namun dapat terbukti benar melalui WhatsApp. Pacar sender salah forward
foto selingkuhannya ke WhatsApp pribadi sender. Disana, terdapat foto selingkuhan pacar
sender yang cukup membuat sakit hati. Akibat kesalahan tersebut, konflik pun terjadi
diantara mereka.

Kasus 2: Kasus konflik antar pribadi ini, didapat dari kisah nyata Alya Anissa, anggota
kelompok 2 komunikasi antar pribadi. Kasus konflik ini terjadi karena kesalahan pihak
kurir JnT disaat mengirimkan paket Alya. Kesalahan pengiriman alamat, membuat dia
harus berjibaku oleh kurir. Terlampir hasil screenshot WhatsApp, kurir JnT dan Alya
berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut. Namun, kurir JnT tersebut malah tidak
menanggapi permasalahan tersebut dengan serius. Ditambah lagi, kurir tersebut lalai
terhadap tugasnya, yang membuat Alya marah dan menimbulkan konflik pada mereka.

14
BAB 3

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Konflik merupakan hal naluriah dalam interaksi antar-manusia, sebab alam pikiran
manusia memiliki perbedaan dalam memersepsi, menginterpretasi, dan cara
menyampaikan makna mengenai dunia.
Ketika dua orang sepakat mengenai interpretasi satu sama lain, mereka dikatakan telah
mencapai makna interpersonal. Makna interpersonal saling diciptakan oleh para partisipan
dalam komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal merujuk pada komunikasi yang
terjadi antar dua orang. Dalam komunikasi terjadi pertukaran pesan yang memiliki makna
interpersonal. Makna interpersonal adalah makna yang terbentuk oleh pribadi-pribadi
dengan pengalaman hidupnya yang berbeda-beda. Pesan yang disampaikan oleh
komunikan kepada komunikator dapat memiliki makna yang berbeda, oleh karena itu dapat
menimbulkan sebuah permasalahan baru

15
DAFTAR PUSTAKA

DeVito, Joseph A. (2016). The Interpersonal Communication Book. Essex : Pearson.

El-Basyary, B. (2015, Juni 26). KOMPASIANA. Retrieved from www.kompasiana.com:


https://www.kompasiana.com/burhankom/550e5b85813311b72cbc637c/mitos-
tentang-konflik

Floyd, Kory. (2009). Interpersonal Communication : Second Edition. Boston : McGraw Hill.

Gayle, N. T., & Nugraheni, Y. (2013). Komunikasi Antar-Pribadi: Strategi Manajemen Konflik
Pacaran Jarak Jauh. KOMUNIKATIF: Jurnal Ilmiah Komunikasi, 1(1).

Nurbani. (2019). Komunikasi Antarpribadi. Universitas Terbuka.

Wirawan. (2010). Konflik Dan Manajemen Konflik : Teori, Aplikasi, Dan Penelitian. Jakarta :
Salemba Humanika

Wood, Julia T. (2016). Interpersonal Communication : Everyday Encounter 8th Edition.


Boston : Cengange Learning

16

Anda mungkin juga menyukai