Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Udang Windu (Pennaeus monodon Fabricius, 1798) merupakan komoditas asli
perairan tropis Asia Tenggara khususnya Indonesia. Di Indonesia Udang Windu Mulai
dibudidayakan pada tahun 1960-an dengan teknologi ekstensif secara mono atau
polikultur dengan bandeng) di Sulawesi Selatan (Bulukumba, Jeneponto, pangkep dan
Pinrang) (Poernomo, 1968). Pendederan dan aklimatisasi benur dimulai pada 1964 di
dalam keramba jaring apung, tambak atau bak-bak beton di darat berkembang pesat di
daerah pertambakan Sulawesi Selatan yang jauh dari sumber benur (Pangkep, Maros,
Barru). Setelah tahun itu pada 1970-an pembudidayaan udang windu teknologi ekstensif
berkembang ke Jawa, Kalimantan (Balikpapan) dan Sumatera (Aceh).
Pada 1980-1990an usaha pertambakan Udang Windu berkembang di Kabupaten
Bulungan Provinsi Kalimantan Timur (seluruh wilayah Kabupaten Bulungan saat itu
merupakan Provinsi Kalimantan Utara saat sekarang). Bertumbuhnya pertambakan
Udang Windu secara ekstensif di Kabupaten Bulungan, turut menggerakkan roda
ekonomi daerah melalui mata rantai usaha budidaya meliputi suplai benur, usaha
pengolahan dan cold storage. Kota Administratif Tarakan sebagai kota Pelabuhan di
Kabupaten Bulungan tumbuh menjadi simpul pergerakan orang, barang dan jasa yang
berkaitan dengan udang windu di Kabupaten Bulungan.
Dalam perkembangannya, usaha udang windu mendapatkan pesaing yakni
udang Vannamei (Litopenaeus vannamei Boone, 1931). Udang ini merupakan udang yang
berasal perairan Amerika Latin. Udang Vannamei masuk ke Indonesia pada 2001. Di
tahun 2002 pemerintah memberi izin kepada 2 perusahaan swasta untuk mengimpor
udang vaname sebanyak 2.000 ekor induk dan 5 juta ekor benur dari Hawaii dan Taiwan,
pada saat itu pemerintah juga memberikan izin untuk mengimpor lagi 300 ribu ekor
benur dari daerah asalnya di Amerika Latin. Induk dan benur tersebut kemudian
dikembangkan di hatchery yang ada di Indonesia. Pengembangan intensif tersebut
dilakukan di daerah Situbondo dan juga Banyuwangi, Jawa Timur. Setelah berhasil
diternakkan, maka udang vaname tersebut disebarkan untuk dikembangkan di daerah -
daerah lain di seluruh Indonesia.

PENDAHULUAN I-1
Gambar 1.1 Sebaran daerah penghasil udang windu di Indonesia tahun 2017 (KKP, 2019).

Keberadaan vannamei merupakan salah satu tantangan signifikan terhadap


Usaha Tambak Udang Windu di Indonesia khususnya Kalimantan Utara. Saat ini banyak
daerah di Indonesia yang telah beralih dari Udang Windu ke Udang Vannamei. Saat ini
hampir sebagian besar wilayah di Indonesia telah beralih ke Udang Vannamei. Di tengah
ketatnya persaingan dan penurunan harga udang, pembudidaya udang di Kalimantan
Utara tetap berkomitmen mempertahan Udang Windu bahkan menolak udang
vannamei untuk di budidayakan di Kalimantan Utara.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara mencoba untuk membantu
pengembangan kawasan pertumbuhan ekonomi berbasis komoditas unggulan melalui
perbaikan dan pendampingan bagi masyarakat pembudidaya dalam rangka
mengembalikan kembali kekuatan ekonomi Udang Windu. Selain memiliki keunggulan
dari sisi nilai ekonomi, Udang Windu juga merupakan Plasma Nuftah atau kekayaan
biodiversitas asli kawasan asia Selatan dan Tenggara. Salah satu upaya adalah melalui
perbaikan model pengelolaan pertambakan dengan menggunakan aplikasi WebGIS
(Web Geographic Information System). WebGIS adalah aplikasi GIS atau pemetaan digital
yang memanfaatkan jaringan internet sebagai media komunikasi yang berfungsi
mendistribusikan, mempublikasikan, mengintegrasikan, mengkomunikasikan dan
menyediakan informasi dalam bentuk teks, peta digital serta menjalankan fungsi-fungsi
analisis dan query yang terkait dengan GIS melalui jaringan internet.
Saat ini penggunaan sistem informasi data spasial dirasakan semakin diperlukan
untuk berbagai keperluan seperti penelitian, pengembangan dan perencanaan wilayah,
serta manajemen sumber daya alam. Pengguna data spasial merasakan minimnya
informasi mengenai keberadaan dan ketersediaan data spasial yang dibutuhkan.
Penyebaran (diseminasi) data spasial yang selama ini dilakukan dengan menggunakan
media yang telah ada yang meliputi media cetak (peta), cd-rom, dan media

PENDAHULUAN I-2
penyimpanan lainnya dirasakan kurang mencukupi kebutuhan pengguna. Pengguna
diharuskan datang dan melihat langsung data tersebut pada tempatnya (data provider).
Hal ini mengurangi mobilitas dan kecepatan dalam memperoleh informasi mengenai
data tersebut. Karena itu dirasakan perlu adanya WebGIS.

1.2 Tujuan, Sasaran dan Manfaat


1.2.1 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Sistem Informasi Pengelolaan Tambak (Aplikasi Webgis
Management Data Tambak Air Payau Kalimantan Utara) adalah untuk memudahkan
visualisasi dan interpretasi untuk menjamin efektivitas penetapan kebijakan pengelolaan
dan pengembangan budidaya pertambakan di Provinsi Kalimantan Utara.
1.2.2 Sasaran
Secara khusus sasaran yang ingin dicapai antara lain:
1. Tersedianya danTersedianya Aplikasi Web GIS Pengelolaan tambak Provinsi
Kalimantan Utara;
2. Tersedianya Aplikasi berbasis/platform android sebagai sistem input data partisipatif
pengelolaan Webgis;
3. Terlatihnya personil organisasi perangkat daerah dan akademisi yang berperan
sebagai admin/pengelola data dan informasi di WebGIS.
1.2.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam Sistem Informasi Pengelolaan Tambak (Aplikasi
Webgis Management Data Tambak Air Payau Kalimantan Utara) adalah:
1. Tersedianya Basis Data yang akurat dalam pengambilan keputusan yang didasari
oleh efektifitas pengendalian dan manajemen jaringan data tambak Provinsi
Kalimantan Utara.
2. Identifikasi Dini dari permasalahan yang dihadapi, sehingga dapat segera diambil
keputusan yang tepat dan cepat.
3. Evaluasi Jaringan/Sistem pertambakan akan lebih tepat waktu, tepat sasaran serta
tepat guna dengan memanfaatkan informasi yang valid dan akurat.
4. Kemudahan bagi pemerintah Provinsi dan Masyarakat untuk memperoleh informasi
mengenai pertambakan di Kalimantan Utara. Website GIS ini juga sebagai media
komunikasi internal dan external yang murah dan mudah bagi pemerintah dan
Masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai pertambakan dan
memfasilitasi perbaikan model pengelolaan pertambakan oleh masyarakat guna
peningkatan Volume Produksi dan Nilai Ekonomi komoditas Udang Windu.

1.3 Ruang Lingkup


1.3.1 Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah kajian Sistem Informasi Pengelolaan Tambak (Aplikasi Webgis
Management Data Tambak Air Payau Kalimantan Utara) adalah lokasi percontohan
pengelolaan data tambak air payau Provinsi Kalimantan Utara yang secara partisipatif.

PENDAHULUAN I-3
1.3.2 Lingkup Materi dan Kegiatan
Lingkup materi dalam Sistem Informasi Pengelolaan Tambak (Aplikasi Webgis
Management Data Tambak Air Payau Kalimantan Utara) meliputi:
1. Pengumpulan data sekunder seperti data distribusi petakan tambak beserta dan
kepemilikannya dalam bentuk shp, Peta penunjang dan lain-lain.
2. Pengumpulan data dasar informasi kondisi biologi, fisik, kimia yang diikatkan dengan
data geospasial berbasis GIS, baik dalam bentuk Raster/Image seperti data ORI
(Orthoerctified Radar Image) dan DEM (Digital Elevation Model) atau pemamfaatan
Opensource seperti Goegle Earth.
3. Persiapan Survey, alat survey seperti GPS, Roll Meter, kamera dan lain-lain.
4. Kegiatan Survey meliputi pengambilan titik koordinat petak tambak maupun pelengkap.
5. Menaganalisis data lapangan
6. Penyempurnaan sistim aplikasi yang mampu menampilkan data dan informasi yang
detail dari seluruh jaringan tambak.
7. Menyempurnakan project WebGIS dalam bentuk layout peta petakan tambak yang
lengkap dan menarik.
8. Adapun aplikasi Webgis dilengkapi dengan fitur identititas. Dalam hal ini dapat memuat
Nama Pemilik, Nomor Telepon, Alamat domisili, Luas dan Status Lahan, Spesies,
Padat Tebar, Produksi dan Nilai Produksi, Tekstur Tanah dan Kualitas air
9. Implementasi Web GIS sebagai model percontohan dilakukan pada beberapa petak
tambak terpilih yang berada di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Tana
Tidung dan Kabupaten Nunukan dengan minimal data 50 petakan/bidang di masing-
masing kabupaten/kota yang menjadi koresponden.
10. Variabel input data biofisik setiap petakan tambak pH, suhu salinitas dan kecerahan.

1.4 Landasan Hukum


Landasan hukum penyusunan kajian Sistem Informasi Pengelolaan Tambak
/Aplikasi Webgis Management Data Tambak Air Payau Provinsi Kalimantan Utara antara
lain:
1. Pasal 17 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945;
2. Undang-Undang No. 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan
Utara;
3. Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
4. Undang-Undang nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia;
6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

PENDAHULUAN I-4
7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang;
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025;
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
10. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
12. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan;
15. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam ;
16. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Kalimantan;
17. Peraturan Presiden Nomor 121 Tahun 2012 tentang Rehabilitasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
dan/atau Perusakan Laut;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tat Ruang Wilayah Nasional;
20. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.20/MEN/2008 tentang
Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya;
21. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Utara 2017 – 2037;
22. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Pulau Pulau Kecil Provinsi Kalimantan Utara 2018
– 2038.

1.5 Pelaksanaan Kegiatan


1.5.1 Survey dan Peninjauan Lapangan
Dalam pelaksanaan kegiatan ini diperlukan peninjauan lapoangan untuk
memperoleh data awal petakan tambak dan memperoleh data plot tambak yang dipilih

PENDAHULUAN I-5
sebagai lokasi pilot project (proyek percontohan) penggunaan aplikasi webgis dalam
pengelolaan tambak payau Kalimantan Utara.
1.5.2 Desain Webgis
Tahap desain webgis meliputi pembuatan webgis atau website dengan basis
data sasial untuk visualisasi data geospasial pertambakan. Dalam hal ini, pengunnaan
webgis didesain untuk dadpat diakses user (petambak) melalui aplikasi android untuk
dapat melakukan monitoring kondisi tambaknya.
1.5.3 Pelatihan
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pembekalan admin dan super admin
yang akan mengelola webGIS beserta analisis spasialnya. Selain itu pelatiah juga
diberikan kepada segenap pembudidaya sebagai stakeholder yang akan mengisi basis
data spasial yang akan dikelola oleh DKP Provinsi Kalimantan Utara
1.5.4 Pelaporan
Pelaporan hasil kegiatan ini terdiri dari penyampaian Laporan Pendahuluan dan
Laporan Akhir yang dilengkapi dengan flasdisk laporan hasil kegiatan. Sistem pelaporan
hasil kegiatan dilakukan secara bertahap sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan.
[1]. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berisikan metodologi pelaksanaan pekerjaaan, jadwal
pelaksanaan kegiatan, struktur organisasi tim kerja dan jadwal penugasan personil.
[2]. Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan dokumen hasil akhir pelaksanaan kegiatan Sistem
Informasi Pengelolaan Tambak (Aplikasi Webgis Management Data Tambak Air
Payau Kalimantan Utara). Laporan ini berisi dokumentasi pelaksanaan kegiatan
dan dokumen manual penggunaan aplikasi Webgis yang telah didiseminasikan.

PENDAHULUAN I-6

Anda mungkin juga menyukai