Pengertian Sabar
Pengertian Sabar
Sabar berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata sobaro yasbiru, yang artinya menahan. Sedangkan
secara istilah, sabar adalah menahan diri dari segala macam bentuk kesulitan, kesedihan atau
menahan diri dalam menghadapi segala sesuatu yang tidak disukai dan dibenci.
Secara lebih luas sabar adalah menahanan diri agar tidak mudah marah, berkeluh kesah, benci,
dendam, tidak mudah putus asa, melatih diri dalam ketaatan dan membentengi diri agar tidak
melakukan perbuatan keji dan maksiat.
Sabar adalah tindakan menahan diri dari hal-hal yang ingin dilakukan, menahan diri dari emosi, dan
bertahan serta tidak mengeluh pada saat sulit atau sedang mengalami musibah. Untuk bisa sabar
dibutuhkan kelapangan hati juga ketabahan, kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang
harus dilewati untuk bisa berada di jalan Allah. Kualitas diri seseorang akan terbentuk dari seberapa
kuatnya seseorang untuk tetap bersabar. Semakin sabar seorang hamba maka akan semakin kuat
dalam melewati setiap cobaan. Sabar sendiri maknanya sangat luas, tidak hanya menahan diri dari
hal-hal yang tidak sesuai aturan Allah SWT, namun juga menahan diri dari nafsu, menahan diri saat
di beri kelapangan maupun tatkala dihadapkan dalam situasi yang sempit.
Ali bin Abi Thalib RA, menjelaskan bahwa “kesabaran dan keimanan sangat berkaitan erat ibarat
kepala dan tubuh. Jika kepala manusia sudah tidak ada, maka tubuhnya tidak akan berfungsi.
Demikian pula apabila kesabaran hilang maka imanpun akan ikut hilang”.
Sebagaimana di jelaskan dalam surat Ali Imron : 200 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah
kepada Allah, supaya kamu beruntung (QS. Ali Imron:200).
Menurut Ulama Quraish Shihab berdasarkan ayat di atas, hukum bersabar adalah wajib. Setiap
hamba yang tertimpa musibah maka wajib bersabar dari awal ujian datang hingga mendapatkan
jalan keluarnya. Sabar merupakan tombak utama dalam iman, semakin tinggi kesabaran kita maka
semakin tinggi pula iman kita.
KEDUDUKAN KESABARAN
Kesabaran memiliki kedudukan yang sangat agung dalam agama ini. Allâh Azza wa Jalla telah
menyebutkan tentang kesabaran dalam al-Qur’ân sebanyak 90 kali, dan menyebutkan berbagai
kebaikan dan derajat yang tinggi sebagai buah dari kesabaran.
Dan telah sempurnalah perkataan Rabbmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan
kesabaran mereka. [al-A’râf/7:137]
Juga firman-Nya :
ٍ قُلْ يَا ِعبَا ِد الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا َربَّ ُك ْم ۚ لِلَّ ِذينَ َأحْ َسنُوا فِي ٰهَ ِذ ِه ال ُّد ْنيَا َح َسنَةٌ ۗ َوَأرْ ضُ هَّللا ِ َوا ِس َعةٌ ۗ ِإنَّ َما يُ َوفَّى الصَّابِرُونَ َأجْ َرهُ ْم بِ َغي ِْر ِح َسا
ب
Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Rabbmu”. Orang-orang yang
berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan, dan bumi Allâh itu adalah luas. Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. [az-Zumar/39: 10]
Semua bentuk ibadah memiliki pahala yang ditentukan, kecuali kesabaran, pahalanya tanpa batas.
Allâh Azza wa Jalla juga menyediakan kumpulan keutamaan bagi orang-orang yang bersabar, Allâh
Azza wa Jalla tidak kumpulkan keutamaan-keutamaan itu bagi selain mereka.
صيبَةٌ قَالُوا ِإنَّا ِ صابَ ْتهُ ْم ُم َ ﴾الَّ ِذينَ ِإ َذا َأ١٥٥﴿ َت ۗ َوبَ ِّش ِر الصَّابِ ِرين ِ س َوالثَّ َم َراِ ُص ِمنَ اَأْل ْم َوا ِل َواَأْل ْنف ِ ف َو ْالج
ٍ ُوع َونَ ْق ِ َْي ٍء ِمنَ ْال َخو
ْ َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم بِش
ُ
د َ ت ْ
ه م ْ
ال مُ ه ك َ ٰ
ل
َِ َ ِّ ِ ْ َ َ َ َ ِئ َ ُ ُ ون وُأو ۖ ٌ ةم ْحر و مه ب ر نْ م ٌ
اتو َ ل ص مهيْ َ لع َ ٰ
ل وُأ ﴾١٥٦ ﴿ ع ج ا ر ه ْ
ي َ ل اَّ ن و هَّلِل
َ َ ْ ِ َ َِئك َِ َ ِإ ِإ ِ َ ِ ُون
Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa
innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Rabb mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [al-Baqarah/2:155-157]
Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-
angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Rabbmu, dan janganlah kamu ikuti
orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka. [ al-Insân/76 : 23-24]
Juga firman-Nya :
ِ ْت َواَأْلر
ض َو َما بَ ْينَهُ َما فَا ْعبُ ْدهُ َواصْ طَبِرْ لِ ِعبَا َدتِ ِه ۚ هَلْ تَ ْعلَ ُم لَهُ َس ِميًّا َ َربُّ ال َّس َم
ِ اوا
Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka ibadahilah
Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang
sama dengan Dia (yang patut disembah)? [Maryam/19:65]
ك ۗ َو ْال َعاقِبَةُ لِلتَّ ْق َو ٰى َ ُصاَل ِة َواصْ طَبِرْ َعلَ ْيهَا ۖ اَل نَ ْسَأل
َ ُك ِر ْزقًا ۖ نَحْ نُ نَرْ ُزق َ ََوْأ ُمرْ َأ ْهل
َّ ك بِال
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan
akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa. [Thaha/20:132]
Surga dikelilingi oleh perkara-perkara yang tidak disukai (oleh hawa nafus manusia), sedangkan
neraka dikelilingi oleh perkara-perkara yang disukai. [HR. Muslim]
1. Keadaan sebelum ibadah, yaitu meluruskan niat, ikhlas, dan kesabaran dari noda-noda riya’.
2. Keadaan pada dzat (saat) ibadah, yaitu dia tidak lalai dari mengingat Allâh Azza wa Jalla pada saat
beribadah, dan tidak bermalas-malasan dalam melakukan adab-adab dan sunah-sunahnya,
kemudian dia menyertakan kesabaran sampai selesai dari amalan.
3. Keadaan setelah selesai dari amalan. Yaitu bersabar (menahan diri-red) dari menyebarkannya
(amalan yang sudah dilakukannya-red) dan menampakkannya dengan tujuan riya’ dan sum’ah dan
(menahan diri-red) dari seluruh yang bisa membatalkan amal. Barangsiapa setelah bersadaqah tidak
bersabar (tidakbisa menahan diri-red) dari menyebut-nyebut dan menyakiti (orang yang diberi)
berarti dia telah membatalkan sadaqahnya”. [Mukhtashar Minhâjul Qâshidîn, hlm: 345, karya Imam
Ibnu Qudamah, ta’liq dan takhrij: Syaikh Ali bin Hasan al-Atsari]
Yang pertama adalah asal (sumber-red) fitnah syubhat, yang kedua adalah asal fitnah syahwat.
Fitnah syubhat ditolak dengan keyakinan, adapun fitnah syahwat ditolak dengan kesabaran. Oleh
karena itu, Allâh Azza wa Jalla menjadikan kepemimpinan agama tergantung dengan dua perkara ini.
Baca Juga Bahagia Dengan Husnul Khatimah, Sengsara Dengan Su'ul Khatimah
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
Dan Kami jadikan di antara mereka (Bani Israil) itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami ketika mereka sabar.Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. [as-
Sajdah/32:24]
Ini menunjukkan bahwa dengan kesabaran dan keyakinan, seseorang dapat meraih kepemimpinan
dalam agama. Allâh Azza wa Jalla juga menggabungkan dua hal itu di dalam firman- Nya :
Dan mereka saling menasehati supaya mentaati kebenaran, dan saling menasihati supaya menetapi
kesabaran. [al-Ashr/103:3]
Maka mereka saling menasehati supaya mentaati kebenaran yang menolak syubhat-syubhat, dan
saling menasihati supaya menetapi kesabaran yang menghentikan syahwat-syahwat.
Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan
yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. [Shad/38:45]
Maka dengan kesempurnaan akal dan kesabaran, fitnah syahwat akan ditolak. Dan dengan
kesempurnaan ilmu dan keyakinan, fitnah syubhat akan ditolak. Wallahul Musta’an. [Mawâridul
Amân, hal. 414-415]
صيبَةٌ قَالُوا ِإنَّاِ صابَ ْتهُ ْم ُم َ ﴾الَّ ِذينَ ِإ َذا َأ١٥٥﴿ َت ۗ َوبَ ِّش ِر الصَّابِ ِرين ِ ُص ِمنَ اَأْل ْم َوا ِل َواَأْل ْنف
ِ س َوالثَّ َم َرا ِ ف َو ْالج
ٍ ُوع َونَ ْق ِ َْي ٍء ِمنَ ْال َخو
ْ َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم بِش
ْ
َك هُ ُم ال ُم ْهتَ ُدون ٰ ُأ ٌ ٌ صلَ َو
َ ات ِم ْن َربِّ ِه ْم َو َرحْ َمة ۖ َو ولَِئ ٰ ُأ
َ ﴾ ولَِئكَ َعلَ ْي ِه ْم١٥٦﴿ َِ َوِإنَّا ِإلَ ْي ِه َرا ِجعُون هَّلِل
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa
innaa ilaihi raaji’uun” (Artinya: Sesungguhnya Kami adalah milik Allâh dan kepada-Nya-lah Kami
kembali). Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka
dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [al-Baqarah/2: 155-157]
Allâh Azza wa Jalla juga memberitakan bahwa di antara sifat orang-orang yang bertakwa adalah:
Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. [al-Baqarah/2:
177]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan tentang keadaan orang mukmin yang
mengherankan, yaitu karena semua urusannya baik baginya.
Dari Shuhaib, dia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mengherankan urusan
seorang Mukmin. Sesungguhnya semua urusan orang Mukmin itu baik, dan itu tidaklah ada kecuali
bagi orang mukmin. Jika kesenangan mengenainya, dia bersyukur, maka syukur itu baik baginya. Dan
jika kesusahan mengenainya, dia bersabar, maka sabar itu baik baginya [HR. Muslim, no: 2999]
Setelah kita mengetahui ini semua, maka marilah kita bersabar dan menguatkan