Kelompok 7 Etika Bisnis PT PLN
Kelompok 7 Etika Bisnis PT PLN
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI
Kelompok 7 :
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perspektif etika dalam dinamika
kasus korupsi BBM jenis High Speed Diesel (HSD) PLN ” tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk memaparkan perspektif etika dalam dinamika
kasus korupsi BBM jenis High Speed Diesel (HSD) PLN.
Pada kesempatan ini, penyusun hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga makalah ini dapat selesai. Penulis
ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi yaitu Dra. Bernadin Dwi,
MM. yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah pemahaman penulis terhadap
makalah yang penyusun buat.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna serta
kesalahan yang penyusun yakini di luar batas kemampuan penyusun. Maka dari itu penyusun
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penyusun
berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... I
DAFTAR ISI................................................................................................................................. II
BAB I PENDAHULAN................................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................. 2
1.3 TUJUAN .................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
2.1 TEORI ETIKA BISNIS PT PLN ................................................................................................. 3
2.2 KASUS KORUPSI BBM JENIS HIGH SPEED DIESEL (HSD) PLN ............................................... 5
2.3 DAMPAK PELANGGARAN ETIKA BISNIS TERHADAP PT PLN .................................................. 6
2.4 SOLUSI ................................................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 9
3.1 KESIMPULAN .......................................................................................................................... 9
3.2 SARAN .................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu listrik salah satu kebutuhan yang sangat penting dan yang paling
berpengaruh dalam keseharian manusia apalagi pada zaman modern ini, yang hampir disetiap
lingkungan masyarakat yang sudah sering menggunakan peralatan-peralatan yang berbasis
teknologi yang membutuhkan tenaga listrik didalamnya sebagai sarana dan prasarana penunjang
aktivitas maupun produktivitas masyarakat dari segala bidang. dalam mewujudkan pencapaian
yang diinginkan dengan tujuan untuk keberhasilan pembangunan nasional kedepannya.
Badan Usaha Milik negara (BUMN) yang memiliki banyak badan usaha dimana-mana
baik itu usaha perseroan maupun perusahaan umum salah satunya PT. PLN (persero) sebagai
pemegang usaha ketenagalistrikan yang memiliki tugas dengan menyediakan tenaga listrik bagi
seluruh nusantara Indonesia yang selalu memberikan pelayanan jasa tenaga listrik yang terbaik
dalam memenuhi kepentingan umum masyarakat yang bekerja atas nama pemerintah dengan
tujuan sebagai peran pelaksana pembangunan ketenagalistrikan Indonesia yang sudah diatur
dalam Pasal 2 ayat (2) Undang Undang Ketenagalistrikan, yang sesuai dengan pembukaan UUD
Tahun 1945 alinea keempat demi terwujudnya kesejahteraan rakyat dan misi PLN menjadikan
tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengupayakan
tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi, serta menjalankan kegiatan usaha yang
berwawasan lingkungan.
Karena PT.PLN sebagai perusahaan negara yang bergerak di bidang penyediaan listrik,
maka PT PLN memiliki peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan
energi listrik. Namun, dalam proses menjalankan bisnisnya, PT PLN tidak luput dari pelanggaran
etika bisnis yang dapat merugikan pihak lain. Salah satunya timbulnya kasus korupsi BBM jenis
High Speed Diesel (HSD) PLN yang terbukti tidak bekerja secara efektif dalam mencapai target
sasarannya yang sudah ditentukan. Pelanggaran etika bisnis oleh PT PLN ini dapat berdampak
1
buruk dalam berbagai pihak khususnya kepada masyarakat serta memberikan dampak langsung
pada peningkatan profitabilitas perusahanya. Maka hal inilah yang melatarbelakangi penyusun
untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul
“PERSPEKTIF ETIKA DALAM DINAMIKA KASUS KORUPSI BBM JENIS HIGH
SPEED DIESEL (HSD) PLN”
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui indikasi pelanggaran etika pada PT PLN.
2. Untuk mengetahui implementasi penyelesaian masalah pelanggaran etika pada kasus
korupsi PT PLN.
2
BAB II
PEMBAHASAN
PT PLN (Perusahaan Listrik Negara) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di
bidang penyediaan listrik di Indonesia. Dalam menjalankan bisnisnya, PT PLN dituntut untuk
mengikuti prinsip-prinsip etika bisnis yang berlaku secara umum. Beberapa teori etika bisnis
yang dapat diterapkan pada PT PLN antara lain:
1. Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah teori etika yang menitikberatkan pada kebaikan yang dapat dihasilkan oleh
tindakan yang dilakukan. Dalam konteks PT PLN, utilitarianisme dapat diterapkan dengan
mengutamakan kepentingan publik atau masyarakat dalam menyediakan listrik. PT PLN harus
memastikan bahwa kegiatan bisnisnya tidak merugikan masyarakat, baik dalam hal ketersediaan
listrik maupun biaya yang harus dibayarkan. Dalam hal ini, PT PLN harus menjaga agar produksi
listrik yang dihasilkan tidak merusak lingkungan dan memperhatikan aspek sosial dalam
pengambilan keputusan.
2. Etika Keberlanjutan
Etika keberlanjutan adalah teori etika yang menekankan pada pentingnya menjaga keberlanjutan
lingkungan dan kehidupan manusia di masa depan. PT PLN sebagai perusahaan penyedia listrik
harus menjaga ketersediaan energi yang dapat diproduksi secara berkelanjutan dan
memperhatikan dampak lingkungan dari kegiatan bisnisnya. PT PLN juga harus mendorong
penggunaan energi terbarukan dalam produksi listriknya.
3. Etika Keadilan
Etika keadilan adalah teori etika yang menekankan pada pentingnya memperlakukan semua pihak
dengan adil dan merata. PT PLN harus memastikan bahwa kegiatan bisnisnya tidak merugikan
konsumen atau pelanggan dengan memperhatikan kualitas dan keandalan pasokan listrik serta
harga yang wajar. PT PLN juga harus memastikan bahwa karyawan dan mitra bisnisnya
diperlakukan secara adil dan tidak melakukan praktek-praktek bisnis yang tidak etis seperti
korupsi dan penyuapan.
Korupsi merupakan bentuk pelanggaran etika bisnis yang sering terjadi di berbagai perusahaan,
termasuk PT PLN. Korupsi dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan dengan tujuan
memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok melalui cara-cara yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai etika dan hukum yang berlaku. Beberapa teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan
pelanggaran etika bisnis korupsi di PT PLN antara lain:
1. Teori Kepercayaan
Teori kepercayaan (trust theory) menyatakan bahwa integritas dan kepercayaan adalah faktor
penting dalam menjalankan bisnis. Korupsi yang dilakukan oleh karyawan PT PLN dapat
menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan dan membuat pelanggan dan
investor kehilangan kepercayaan pada perusahaan. Selain itu, pelanggaran etika bisnis seperti
korupsi dapat merusak reputasi perusahaan dan mempengaruhi kinerja keuangan PT PLN.
4
2.2 Kasus korupsi BBM jenis High Speed Diesel (HSD) PLN
Awal mula Kasus ini saat PLN melakukan tender untuk impor secara langsung "high speed
diesel/HSD " atau BBM solar pada tahun 2010. Pejabat yang memiliki wewenang yaitu Direktur Energi
Primer PLN bernama Nur Pamudji. Proses penawaran mengikuti permintaan Panitia Anggaran DPR RI
tahun 2008 bahwa PLN mengimpor solar secara langsung untuk mengurangi biaya pengadaan. Pada
tanggal 30 Maret 2010, pengelola PLN membentuk Komite Pengadaan BBM untuk Pembangkit milik
PLN dan anak perusahaannya. Pengelola PLN memilih Pertamina sebagai pemasok utama BBM
sekaligus menawarkan kesempatan kepada pemasok lain melalui lelang. Sementara itu, Kementerian
Keuangan meminta PLN pada 1 April 2010 menunjuk PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI)
Tuban atau Tuban Petro sebagai pemasok selain Pertamina. Kementerian Keuangan menilai keputusan itu
menguntungkan kedua belah pihak, karena PLN bisa membeli BBM. Harganya lebih murah dari
Pertamina. Di sisi lain, TPPI dapat memanfaatkan kilang yang menganggur.
Namun, PLN menolak usulan Kementerian Keuangan dan memilih melakukan tender dengan
produsen dalam negeri, termasuk TPPI dan Pertamina dalam hal ini. Dalam tender tersebut, TPPI
memenangkan dua penawaran dengan bobot setara, yakni pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU)
pemasok PLTGU Belawan (Medan) dan PLTGU Tambak Lorok (Semarang). Matching rights mengacu
pada hak untuk menang dengan mencocokkan harga penawaran terendah jika kilang penawar berada di
luar negeri atau bahan bakarnya diimpor. Penawar yang menang diputuskan oleh dewan direksi yang
terdiri dari direktur energi Primer Nour Pamoudji dan direktur lainnya.
Dirut Nur Pamudji dengan keputusan bersama dari manajemen, menerbitkan pernyataan niat
untuk kesepakatan jual-beli bahan bakar dalam proses pengadaan. Pada 6 Desember 2010, terdeteksi tidak
terpenuhinya deklarasi niat TPPI, antara lain karena kondensat yang diterima dari Vitol tidak cukup
untuk menyediakan bahan bakar selama empat tahun. Namun, setelah pertemuan dengan Vitol pada 7
Desember 2010 di Singapura, hasil due diligence menyimpulkan bahwa kondensat Vitol cukup untuk
kebutuhan empat tahun. Pasokan tersebut setara dengan 3,1 juta kiloliter bahan bakar, jauh lebih banyak
dari permintaan sekitar 2 juta kiloliter. Oleh karena itu, PLN mengadakan perjanjian jual beli bahan bakar
HSD dengan TPPI. Dirut PLN menandatangani kontrak pada 10 Desember 2010.
Pada April 2012, masalah muncul karena TPPI tidak dapat mengirimkan kiriman baru. Padahal,
sejak 2011 hingga April 2012, pengiriman TPPI ke PLTGU Belawan (Medan) dan PLTGU Tambak Lorok
(Semarang) lancar. PLN kemudian mengirimkan surat teguran pertama dan kedua hingga akhirnya 30
April 2012. TPPI menjawab tidak bisa mengirimkan BBM ke PLTGU di Belawan sesuai kontrak. TPPI
juga mengumumkan pada 3 Mei 2012 tidak dapat menyalurkan pasokan ke PLTGU Tambak Lorok.
Selanjutnya, PLN membayar TPPI Rp 30 miliar untuk kontrak PLTGU Belawan dan Rp 30 miliar untuk
kontrak PLTGU Tambak Lorok. BPK memperkirakan Jaminan Pelaksanaan bernilai 5% dari nilai kontrak
selama masa kontrak 36 bulan (Rp 50 miliar). Angka tersebut jauh lebih tinggi dari angka yang tertera
dalam tawaran manajer zloty Polandia, yaitu 5% lebih tinggi dari nilai kontrak empat bulan (50 miliar
rupiah).
5
Pernyataan BPK ini bertentangan dengan pemeriksaan sebelumnya. Pada tahun 2011, BPK
mengubah draf tender dan menyatakan bahwa tender tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku di PLN
dan merupakan prosedur perusahaan. Namun pada 2015, polisi menetapkan Nur Pamudji sebagai
tersangka pengadaan BBM HSD oleh TPPI. Polisi menyimpulkan Dirut PLN inj melakukan tindak pidana
dengan memenangkan tender TPPI. BPK juga mengaudit kasus tersebut sebagai bagian dari audit
investigatif BPK pada akhir 2014. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Bareskrim Polri juga
sedang mengusut pemberian hak rekanan kepada produsen dalam negeri.
Pada 26 Juni 2019, polisi menangkap Nur Pamudji karena diduga membeli BBM HSD dari TPPI
sehingga merugikan negara Rp 188,8 miliar. Noor ditangkap dengan bukti uang tunai Rp 173 miliar. Pada
Juli 2020, Pengadilan Tipikor (Tepicor) memvonis Nur Pamudji 6 tahun penjara dan denda Rp 200 juta.
Pada November 2020, Pengadilan Tinggi Jakarta Selatan secara efektif meningkatkan hukuman Nur dari
enam menjadi tujuh tahun. Norpalmaji menolak untuk menerima peningkatan hukumannya dan
mengajukan banding ke Mahkamah Agung. Majelis hakim yang diketuai Sahdi beserta anggotanya Krisna
Harahab dan Abdul Latif pada Senin (12/7) memutuskan membatalkan putusan awal. Mahkamah Agung
menguatkan banding Norbamoji dan membebaskannya.
Pelanggaran etika bisnis dan korupsi yang dilakukan oleh Direktur Utama PLN Nur
Pamudji dapat berdampak buruk pada perusahaan dan masyarakat yang dilayani oleh PLN.
Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain:
a. Kerugian finansial: Pelanggaran etika bisnis dan korupsi dapat mengakibatkan kerugian
finansial bagi PLN. Hal ini dapat terjadi jika praktik korupsi dilakukan dalam proses pengadaan
barang atau jasa. PLN merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
sehingga kasus korupsi yang dilakukan oleh Direktur Utama PLN Nur Pamudji juga merugikan
keuangan negara sebesar Rp 188 miliar.
b. Menurunkan kepercayaan masyarakat: Praktik korupsi dan pelanggaran etika bisnis dapat
menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap PLN sebagai perusahaan yang bertanggung
jawab. Masyarakat dapat merasa bahwa PLN tidak transparan dan tidak adil dalam menjalankan
bisnisnya.
c. Menimbulkan citra negatif: Pelanggaran etika bisnis dan korupsi dapat menimbulkan citra
negatif bagi PLN dan juga bagi negara Indonesia. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan bisnis
PLN dengan mitra bisnis internasional, dan juga dapat mempengaruhi investasi asing di
Indonesia.
6
d. Merusak kestabilan organisasi: Pelanggaran etika bisnis dan korupsi dapat merusak kestabilan
organisasi PLN, terutama jika hal tersebut terjadi pada level manajemen tertinggi. Hal ini dapat
mempengaruhi kinerja PLN secara keseluruhan dan berpotensi memicu kekacauan di dalam
organisasi.
Oleh karena itu, sangat penting bagi PLN dan juga bagi seluruh perusahaan untuk
mematuhi prinsip-prinsip etika bisnis yang baik dan menghindari praktik korupsi, demi
menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.
2.4 Solusi
Pelanggaran etika bisnis dan korupsi yang dilakukan oleh Direktur Utama PLN Nur
Pamudji adalah suatu masalah serius yang perlu diatasi dengan tindakan yang tepat dan efektif.
Beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Kepatuhan Hukum
PT PLN menegakkan dan mematuhi hukum yang berlaku di Indonesia. Seluruh karyawan
dan manajemen diharapkan untuk memahami dan mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku
serta menjalankan bisnisnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.Mengusut tuntas kasus
pelanggaran etika bisnis dan korupsi yang dilakukan oleh Direktur Utama PLN. PLN harus
bekerja sama dengan lembaga penegak hukum untuk mengusut tuntas kasus pelanggaran etika
bisnis dan korupsi yang dilakukan oleh Direktur Utama PLN. Tindakan hukum harus
diberlakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk pemecatan dari jabatan dan
pengembalian dana yang telah diperoleh secara tidak sah
7
manajemen, agar mereka memahami pentingnya berbisnis dengan cara yang etis dan bertanggung
jawab.
4. Menjaga transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana dan anggaran di PLN.
Hal ini mencakup pelaporan keuangan yang jelas dan terbuka, serta pemeriksaan
independen oleh lembaga yang berwenang. Seluruh karyawan dan manajemen harus memastikan
bahwa informasi yang diberikan jelas dan akurat, serta memberikan akses terhadap informasi
yang diperlukan dalam mencegah terjadinya korupsi.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PLN (Perusahaan Listrik Negara) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bertanggung jawab untuk menyediakan listrik bagi masyarakat Indonesia. Sebagai perusahaan
milik negara, PLN memiliki tanggung jawab sosial untuk menyediakan listrik yang terjangkau
dan berkualitas untuk masyarakat, serta menjalankan bisnis yang etis dan bertanggung jawab.
Namun, korupsi di PLN telah menjadi isu yang sering dibicarakan selama beberapa tahun
terakhir. Korupsi di PLN dapat merugikan masyarakat Indonesia secara signifikan, karena uang
yang seharusnya digunakan untuk membangun infrastruktur listrik dan memperbaiki kualitas
layanan, malah digunakan untuk memperkaya diri sendiri.
Kasus korupsi Nur Pamudji di PT PLN merugikan perusahaan dan masyarakat secara
luas. Selain kerugian finansial yang disebabkan oleh tindakan korupsi tersebut, kasus ini juga
merusak citra perusahaan dan membuat masyarakat kehilangan kepercayaan pada PT PLN
sebagai perusahaan negara yang seharusnya menjalankan tugasnya dengan integritas dan
profesionalisme. Oleh karena itu, kasus ini menunjukkan betapa pentingnya menjalankan bisnis
dengan etika yang baik dan menjaga integritas dalam semua aspek bisnis. Etika bisnis yang baik
harus menjadi bagian dari budaya organisasi dan diimplementasikan dalam seluruh tindakan dan
keputusan bisnis. Perusahaan harus memastikan bahwa pegawai dan manajemen menjalankan
tugasnya dengan integritas dan profesionalisme, dan bahwa tindakan-tindakan yang melanggar
etika bisnis ditindak tegas dan tidak dibiarkan terjadi.
3.2 Saran
Etika bisnis di PLN dalam upaya untuk mencegah dan mengatasi korupsi dalam PT PLN.
Hal ini meliputi penetapan kebijakan dan praktik bisnis yang etis, pendidikan dan pelatihan etika
bagi karyawan, serta penerapan tindakan disiplin yang tegas terhadap pelanggaran etika. Etika
bisnis di PLN harus mencakup beberapa hal, antara lain (1)Membuat kebijakan yang jelas dan
transparan untuk mencegah korupsi di PLN, termasuk larangan pemberian atau penerimaan
suap, pemotongan atau pengalihan dana yang tidak sah, dan praktik bisnis yang tidak etis. (2)
Memberikan pelatihan dan pendidikan etika bagi seluruh karyawan PLN, termasuk manajemen,
agar mereka memahami pentingnya berbisnis dengan cara yang etis dan bertanggung jawab.
(3)Menjaga transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana dan anggaran di PLN. (4)
Menerapkan tindakan disiplin yang tegas terhadap pelanggaran etika, termasuk memberikan
sanksi berat bagi karyawan atau pejabat yang terbukti melakukan tindakan korupsi. Dengan
mengimplementasikan penganggaran etika bisnis korupsi yang tepat, PLN dapat membangun
reputasi yang baik dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Hal ini juga dapat meningkatkan
efektivitas bisnis PLN dan memperbaiki pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
9
DAFTAR PUSTAKA
Bukhori, I. (2018). Implementasi Program “PLN Berintegritas” Di PT. PLN (Pesero) Area
Majalaya. Prosiding FRIMA (Festival Riset Ilmiah Manajemen dan Akuntansi), (1), 9-
18.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=2796303&val=24894&title=Imple
mentasi%20Program%20PLN%20Berintegritas%20Di%20PT%20PLN%20Persero%20
Area%20Majalaya
Fitriadi, S. (2019). Business Ethics pada PT. PLN (Persero). Jurnal Manajemen Pendidikan dan
Ilmu Sosial, 1(1), 198-210. Dikutip dari :
https://dinastirev.org/JMPIS/article/view/250. Pada tanggal 26 Februari 2023 pukul 12.56 wib.
Kristianto, P. L., & UKRIM, D. F. E. (2010). Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan. Dikutip dari : http://www.e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/414.pdf. Pada
tanggal 25 Februari 2023 pukul 16.14 wib.
Lestari, R., & Yaya, R. (2017). Whistleblowing dan faktor-faktor yang mempengaruhi niat
melaksanakannya oleh aparatur sipil negara. Jurnal Akuntansi, 21(3), 336-350. Dikutip
dari :
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_902635676
191.pdf. Pada tanggal 26 Februari 2023 pukul 15.05 wib.
Maesaroh. (2021). Kronologi Perkara yang Menjerat Nur Pamudji hingga Bebas dari Bui.
Katadata. Dikutip dari :https://katadata.co.id/yuliawati/berita/60f57d206346f/kronologi-perkara-
yang-menjerat-nur-pamudji-hingga-bebas-dari-bui. Pada tanggal 24 Februari 2023 pukul
13.46 wib.
PT PLN (Persero). Dikutip dari : https://www.pln.co.id/. Pada tanggal 24 Februari 2023 pukul
13.00 wib.
PT. PLN (Persero). Kebijakan Tata Kelola Perusahaan PT PLN (Persero). Dikutip dari :
https://www.pln.co.id/uploads/download/file/2039b7c1ecb07f7. Pada tanggal 24
Februari 2023 pukul 13.57 wib.
10
Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-03/MBU/02/2015 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dikutip dari :
https://jdih.bumn.go.id/peraturan/2-peraturan-menteri/49-permubumn-no-per-03-mbu-
02-2015-tahun-2015-penerapan-tata-kelola-perusahaan-yang-baik-pada-badan-usaha-
milik-negara-bumn. Pada tanggal 25 Februari 2023 pukul 09.25 wib.
Wahyudin, U. (2017). Peran Penting Pedoman Etika Bisnis Perusahaan Dalam Upaya
Pencegahan Korupsi. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(12), 147-161. Dikutip
dari :
https://core.ac.uk/download/pdf/268472379.pdf. Pada tanggal 27 Februari 2023 pukul 17.17 wib.
11