Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SKANDAL CAMBRIDGE ANALYTICA : PELANGGARAN PRIVASI


DATA FACEBOOK DAN TANTANGAN ETIKA DALAM ERA DIGITAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Digital Marketing Communication

Dosen Pengampu :

Amzad Samudro, SE,MM

Disusun Oleh :

Dimas Yunanto Putro (43121010002)

Miftahur Ramadani (43121010196)

Aditio Tri Julianto (43121010387)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2023

1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama senantiasa kami panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Esa berkat karunia dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah untuk mata kuliah Digital Marketing Communication dengan baik dan tepat waktu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada khalayak umum.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Amzad Samudro, S.E., MM.
selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Digital Marketing Communication yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan arahan pada kami dalam penyusunan tugas makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman serta pihak-pihak lainnya yang
turut andil membantu penulis dalam proses penyusunan tugas makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna tetapi baik dari
sisi materi maupun penulisannya. Maka dari itu kami dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima berbagai masukan berupa kritik maupun saran yang bersifat membangun
agar penulis dapat mengembangkan makalah ini menjadi lebih baik lagi di kedepannya.
Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan pada makalah ini, kami memohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Jakarta, 23 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Fenomena....................................................................................................................2
1.3. Rumusan Masalah.......................................................................................................3
1.4. Tujuan..........................................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................................5
2.1. Media Sosial................................................................................................................5
2.2. Teori Etika Komputer dan Teknologi Informasi.........................................................6
2.3. Studi Kasus Objek.......................................................................................................7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................10
3.1. Hasil Penelitian..........................................................................................................10
3.2. Pembahasan...............................................................................................................12
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................iii
4.1. Kesimpulan................................................................................................................iii
4.2. Saran...........................................................................................................................iii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................v

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

. Dalam era digital yang semakin berkembang, penggunaan media sosial dan
platform online telah menjadi fenomena yang mendalam. Salah satu nama yang
mencuat dalam ranah ini adalah Facebook, sebuah platform media sosial terbesar di
dunia yang menghubungkan jutaan orang dan memungkinkan pertukaran informasi
dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, di balik kemudahan dan
manfaatnya, era digital ini juga membawa tantangan besar terkait etika dan privasi
data.
Salah satu titik puncak yang mengguncang dunia digital adalah terungkapnya
skandal Cambridge Analytica pada tahun 2018. Skandal ini mengejutkan masyarakat
global ketika ditemukan bahwa data pribadi jutaan pengguna Facebook telah
dieksploitasi secara tidak sah untuk tujuan politik dan komersial. Laporan-laporan
menyebutkan bahwa data pribadi ini digunakan untuk mempengaruhi pemilihan
politik, mengarahkan iklan politik yang sangat disesuaikan, dan bahkan
memengaruhi pandangan publik. Dalam konteks ini, bagian besar dari pertanyaan
etika muncul.
Pentingnya masalah ini tidak bisa diabaikan. Di seluruh dunia, miliaran data
pribadi mengalir melalui internet setiap hari. Meskipun membawa manfaat besar,
pengumpulan dan penggunaan data ini oleh perusahaan teknologi dan pemerintah
telah menjadi sumber kekhawatiran etika dan privasi yang semakin meningkat.
Penggunaan data pengguna yang tidak sah atau tidak etis dapat merusak integritas
individu, mengganggu demokrasi, dan menciptakan ketidaksetaraan dalam
pengambilan keputusan berbasis data.
Dampak konkret dari skandal Cambridge Analytica ini terhadap privasi
individu sangat nyata. Data-data pribadi yang seharusnya bersifat rahasia digunakan
tanpa izin, memicu pertanyaan tentang sejauh mana data pribadi harus diambil dan
digunakan oleh perusahaan teknologi. Hal ini juga memunculkan keraguan tentang
kepercayaan masyarakat terhadap platform online yang seharusnya menjadi wadah
berbagi informasi dan interaksi sosial yang aman.

1
Dalam menghadapi kasus semacam ini, respons dari berbagai pihak, termasuk
Facebook sebagai perusahaan yang terlibat, pemerintah, dan masyarakat luas,
memegang peran penting dalam menjalani tantangan etika ini. Pemerintah di
berbagai negara mulai mengkaji kembali peraturan privasi data, dan perusahaan
teknologi terus berupaya untuk meningkatkan praktik pengumpulan dan
perlindungan data pengguna.
Selain itu, implikasi jangka panjang dari kasus Cambridge Analytica ini
terhadap praktik bisnis, regulasi, dan kesadaran masyarakat terkait privasi data
adalah hal yang harus dipahami secara mendalam. Dalam era digital yang semakin
terkoneksi ini, penting untuk menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi,
perlindungan privasi, dan prinsip etika.

1.2. Fenomena

Pelanggaran privasi data yang melibatkan Cambridge Analytica dan Facebook


merupakan fenomena yang menggambarkan kompleksitas tantangan etika yang
dihadapi dalam era digital yang semakin terkoneksi. Fenomena ini berawal dari
ekspos media yang mencengangkan pada tahun (2014), ketika terungkap bahwa
Cambridge Analytica, perusahaan analisis data politik, telah memperoleh secara tidak
sah data pribadi jutaan pengguna Facebook. Fenomena ini memunculkan berbagai isu
penting yang menjadi sorotan publik dan dunia akademis seiring dengan evolusi
media sosial dan penggunaan data dalam masyarakat informasi modern.
Salah satu aspek kunci dari fenomena ini adalah eksploitasi data pribadi.
Cambridge Analytica memanfaatkan informasi yang diambil dari profil Facebook
untuk membangun model psikologis yang dapat digunakan untuk mempengaruhi
preferensi pemilih dalam kampanye politik. Dengan cara ini, fenomena ini
menggarisbawahi potensi penyalahgunaan data pengguna untuk tujuan yang mungkin
tidak etis atau bahkan ilegal. Ini menciptakan ketegangan antara keuntungan
komersial dan tanggung jawab etis dalam penggunaan data pribadi.
Fenomena ini juga menyoroti pentingnya kebijakan privasi dan peraturan
dalam era digital. Skandal ini menunjukkan bahwa praktik pengumpulan dan
penggunaan data oleh perusahaan teknologi seperti Facebook dapat berada di luar
kendali dan pengawasan yang memadai. Ini memunculkan pertanyaan tentang sejauh
mana pemerintah dan regulator perlu campur tangan dalam melindungi privasi data

2
individu. Dalam konteks ini, banyak negara mulai mengkaji ulang peraturan privasi
data untuk memitigasi risiko pelanggaran data yang serupa di masa depan.
Selain itu, fenomena ini memberikan dampak jangka panjang terhadap
pandangan masyarakat tentang privasi data dan bagaimana pengguna melihat dan
memahami risiko yang terkait dengan berbagi informasi pribadi mereka secara
daring. Fenomena ini menjadi momen pendorong penting dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya privasi data dalam era digital yang
semakin terhubung.
Dalam kesimpulannya, fenomena pelanggaran privasi data yang melibatkan
Cambridge Analytica dan Facebook menggambarkan tantangan etika yang kompleks
dalam penggunaan data pribadi dalam masyarakat informasi modern. Fenomena ini
mencakup isu-isu seperti eksploitasi data, peraturan privasi, dan kesadaran
masyarakat, dan memerlukan pendekatan yang cermat dan holistik dalam menilai
dampaknya dan menentukan langkah-langkah yang tepat untuk menghadapinya.

1.3. Rumusan Masalah

a) Bagaimana skandal Cambridge Analytica sebagai contoh pelanggaran privasi


data oleh Facebook mengungkapkan tantangan etika dalam pengumpulan,
penggunaan, dan perlindungan data pribadi dalam era digital?
b) Apa dampak konkret pelanggaran privasi data oleh Cambridge Analytica
terhadap privasi individu yang terkena dampak?
c) Bagaimana respons dan tindakan yang diambil oleh pihak berwenang,
regulator, dan Facebook sendiri mencerminkan upaya untuk menangani isu-
isu etika yang timbul akibat skandal ini?

1.4. Tujuan

a) Untuk menganalisis pergeseran etika dalam masyarakat informasi modern


yang tercermin dalam isu-isu pelanggaran privasi data oleh perusahaan
teknologi, dengan fokus pada kasus Cambridge Analytica dan Facebook.
b) Untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi implikasi jangka panjang dari
skandal Cambridge Analytica terhadap regulasi privasi data dan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya privasi data dalam era digital yang terus
berkembang.

3
c) Untuk memahami peran dan tanggung jawab perusahaan teknologi dalam
menjaga privasi data pengguna, serta untuk mengevaluasi langkah-langkah
yang telah diambil oleh perusahaan tersebut dalam menghadapi tantangan
etika terkait privasi data dalam masyarakat informasi yang semakin
terkoneksi.

Dengan demikian, tujuan penelitian ini akan memberikan landasan yang kuat untuk
mengungkap aspek-aspek kunci dari isu pelanggaran privasi data dan etika dalam era digital
yang semakin berkembang.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Media Sosial


Media sosial dewasa ini banyak digunakan dan sangat popular hampir semua
orang menggunakan media sosial. Selain media sosial digunakan sebagai media untuk
berinteraksi namun sekarang ini media sosial juga banyak digunakan oleh perusahaan
sebagai media pemasaran. Berdasarkan Nabila et al. (2020) media sosial merupakan
sebuah media online yang beroperasi dengan bantuan teknologi berbasis web yang
membuat perubahan dalam hal komunikasi yang dahulu hanya dapat satu arah dan
berubah menjadi dua arah atau dapat disebut sebagai dialog interaktif. Media sosial
merupakan tempat, layanan, dan alat bantu yang memungkinkan setiap orang
terhubung sehingga dapat mengekspresikan dan berbagi dengan individu lainnya
dengan bantuan internet.

B.K. Lewis dalam karyanya yang berjudul Social Media and Strategic
Communication Attitudes and Perceptions among College Students yang terbit pada
tahun 2010 menyatakan, bahwa media sosial merupakan suatu label yang merujuk
pada teknologi digital yang berpotensi membuat semua orang untuk saling terhubung
dan melakukan interaksi, produksi dan berbagi pesan.

Menurut Ardiansah dan Maharani (2021) media sosial merupakan sebuah


sarana atau wadah digunakan untuk mempermudah interaksi diantara sesama
pengguna dan mempunyai sifat komunikasi dua arah, media sosial juga sering
digunakan untuk membangun citra diri atau profil seseorang, dan juga dapat
dimanfaat kan oleh perusahaan sebagai media pemasaran. pemanfaatan media sosial
sebagai media pemasaran dapat dengan upload foto ke akun media sosial seperti ke
Instagram kemudian dapat dilihat oleh konsumen yang mengikuti akun Instagram
tersebut.

Dari berbagai pengertian di atas penulis menggaris bawahi bahwa media sosial
mempunyai ciri has tertentu dalam kaitannya setiap manusia melakukan hubungan
soial di zaman perkembangan teknologi komunikasi. Sehubungan dangan hal itu,
maka, Dr.Rulli Nasrullah M.Si. dalam buku Media Sosial (2016;15), “Media sosial
merupakan salah satu platform yang muncul di media siber,. Karena itu, media sosial

5
yang ada tidak jauh berbeda dengan karakteristik yang dimiliki oleh media siber.
Adapun karaktristik media yaitu :

 Jaringan
 Informasi
 Arsip
 Interaksi
 Simulasi sosial
 Konten oleh pengguna

Adapun macam-macam media sosial, yaitu :

 Facebook
 Youtube
 Instagram
 Twitter
 Blog
 dsb.

Dengan demikian, media sosial merupakan suatu media alat bantu seseorang
dalam bersosialisasi dengan lingkungan dan orang-orang baru yang tidak secara
langsung bertatap muka.

2.2. Teori Etika Komputer dan Teknologi Informasi


James Moor mendefinisikan etika komputer didalam artikelnya “What Is
Computer Ethics” (Apakah Etika Komputer Itu ?) yang ditulis pada tahun 1985.
Dalam artikel tersebut, Moor mengartikan etika computer sebagai bidang ilmu yang
tidak terikat secara khusus dengan teori ahli filsafat manapun dan kompatibel dengan
pendekatan metodologis yang luas pada pemecahan masalah etis. Moore
mengungkapkan etika komputer sebagai suatu bidang yang lebih luas dibandingkan
dengan yang didefinisikan oleh Maner atau Johnson. Moor menggambarkan etika
komputer sebagai bidang yang terkait dengan “policy vacuums” and “conceptual
muddles” atau kebijakan ruang hampa dan konseptual yang campur aduk mengenai
aspek sosial dan penggunaan secara etis teknologi informasi :
“A typical problem in computer ethics arises because there is a policy vacuum
about how computer technology should be used. Computers provide us with new

6
capabilities, giving us new choices for action. Often, either no policies for conduct in
these situations existing policies seem inadequate. A central task of computer ethics is
determining what we should do in such cases, that is, formulating policies to guide
our actions... One difficulty is that there is often a conceptual vacuum along with a
policy vacuum. Although a problem in computer ethics may seem clear initially, a
little reflection reveals a conceptual muddle. What is needed in such cases is an ...
analysis that provides a coherent conceptual framework within which to formulate a
policy for action” (Bynum, 2001).
Dari kutipan diatas, terlihat bahwa suatu masalah khas dalam etika komputer
muncul karena adanya suatu kebijakan yang belum jelas tentang bagaimana teknologi
komputer harus digunakan. Komputer melengkapi kita dengan berbagai kemampuan
baru dan ini pada gilirannya member banyak pilihan baru untuk tindakan yang dapat
dilakukan. Satu tugas etikakomputer adalah menentukan apa yang perlu kita lakukan
didalamnya. Dalam kasus ini adalah merumuskan kebijakan untuk memandu tindakan
kita. Secara lebih lanjut, Moor mengatakan bahwa teknologi komputer itu sebenarnya
memiliki sifat revolusioner karena memiliki “logically malleable”.
“Computers are logically malleable in that they can be shaped and molded to
do any activity that can be characterized in terms of outputs and connecting logical
operations... Because logic applies everywhere, the potential applications of
computer technology appear limitless. The computer is the nearest thing we have to a
universal tool. Indeed, the limits of computers are largely the limits of our own
creativity.” (Moor, 1985).

2.3. Studi Kasus Objek


Studi kasus tentang pelanggaran privasi data yang melibatkan Cambridge
Analytica dan Facebook adalah ilustrasi konkret dari permasalahan yang kompleks
dalam penggunaan data pribadi dalam era digital yang semakin terkoneksi. Kasus ini
mencakup serangkaian peristiwa yang menjadi sorotan publik dan menyajikan
tantangan etika dalam pengumpulan, penggunaan, dan perlindungan data pengguna.

1. Latar Belakang Kasus


Kasus ini mencuat ke permukaan pada tahun (2014), ketika laporan
investigasi oleh berbagai media, termasuk The Guardian dan The New York
Times, mengungkapkan praktik yang tidak etis oleh Cambridge Analytica,

7
sebuah perusahaan yang berfokus pada analisis data politik. Dalam laporan
tersebut, terungkap bahwa Cambridge Analytica mendapatkan akses ilegal ke
data pribadi lebih dari 87 juta pengguna Facebook tanpa izin mereka. Data
yang diperoleh melibatkan informasi pribadi seperti profil, minat, dan
preferensi pengguna.
2. Eksploitasi Data untuk Tujuan Politik dan Komersial
Cambridge Analytica menggunakan data yang diperoleh secara ilegal
dari Facebook untuk membangun model psikologis yang dapat digunakan
untuk memengaruhi pemilih dalam kampanye politik. Mereka mengklaim
bahwa data ini dapat digunakan untuk merancang pesan kampanye yang
sangat disesuaikan dan mencapai sasaran yang lebih efektif dalam pemilihan
politik. Praktik ini memunculkan pertanyaan tentang etika penggunaan data
pribadi untuk tujuan politik dan komersial. Bagaimana etika kampanye politik
berubah ketika data pengguna dieksploitasi secara tidak sah?
3. Respons dan Dampak
Kasus ini memicu respons yang signifikan dari berbagai pihak.
Facebook menghadapi tekanan besar untuk meningkatkan perlindungan data
pengguna dan mengambil langkah-langkah untuk menghindari insiden serupa
di masa depan. Di sisi lain, pemerintah dan regulator di berbagai negara mulai
mempertimbangkan peraturan lebih ketat terkait privasi data. Langkah-
langkah hukum juga diambil terhadap Cambridge Analytica.
4. Implikasi Jangka Panjang
Selain dampak konkret, kasus Cambridge Analytica-Facebook
memberikan implikasi jangka panjang yang penting. Masyarakat mulai lebih
sadar akan pentingnya privasi data mereka dan cara data mereka digunakan
oleh perusahaan teknologi. Kasus ini juga memicu perdebatan tentang peran
perusahaan teknologi besar dalam membentuk opini publik dan pengaruhnya
terhadap proses politik. Selain itu, dampak hukum dan regulasi terhadap
privasi data juga menjadi topik utama perbincangan.
5. Hipotesa Kasus
Kasus Cambridge Analytica-Facebook adalah contoh nyata yang
menggambarkan kompleksitas tantangan etika yang muncul dalam
pengumpulan, penggunaan, dan perlindungan data pribadi dalam era digital
yang terhubung secara luas. Ini adalah studi kasus yang relevan untuk

8
menggambarkan bagaimana isu privasi data dapat memengaruhi individu,
perusahaan teknologi, dan tatanan regulasi di dunia yang semakin terkoneksi
secara digital. Kasus ini juga menggarisbawahi pentingnya pemahaman dan
kebijakan etika yang kuat dalam menghadapi isu-isu serupa yang mungkin
muncul di masa depan..

9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Penelitian

Skala tidak puas hingga puas, jarang


hingga sering
No. Pernyataan
(1 – 5)
1 2 3 4 5
Seberapa sering anda menggunakan
1. 5% 10% 15% 28% 42%
media sosial?
Sejauh mana anda merasa privasi data
2. anda terancam ketika menggunakan 5% 10% 25% 38% 22%
media sosial atau platform online?
Apakah anda percaya bahwa
pemerintah seharusnya memiliki peran
3. yang lebih aktif dalam mengatur dan 5% 5% 15% 30% 45%
melindungi privasi data pengguna
dalam era digital?
Seberapa penting bagi anda bahwa
4. perusahaan teknologi seperti Facebook 3% 5% 12% 30% 50%
menjaga privasi data pengguna?
Bagaimana anda menilai tingkat
kesadaran masyarakat terkait dengan
5. 4% 10% 28% 40% 18%
privasi data mereka dalam
menggunakan internet?
Menurut anda apakah perubahan dalam
regulasi privasi data yang memengaruhi
6. 3% 5% 10% 30% 52%
perusahaan teknologi (platform media
sosial) seperti Facebook diperlukan?
Tabel 3.1
Hasil Kuesioner

10
Hasil jawaban ini memberikan gambaran umum tentang pandangan
masyarakat terkait dengan privasi data, peran pemerintah, dan perlindungan data
dalam konteks media sosial dan era digital. Dalam pembahasan makalah, Anda dapat
menggunakan hasil ini untuk mendukung argumen dan analisis tentang bagaimana
kesadaran masyarakat dan tuntutan regulasi dapat berkaitan dengan kasus Cambridge
Analytica dan tantangan etika dalam era digital.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disajikan, dapat tergambarkan kesimpulan


awal yang cukup relevan dengan pembahasan kasus Cambridge Analytica,
pelanggaran privasi data Facebook, dan tantangan etika dalam era digital :

1. Penggunaan Media Sosial yang Tinggi : Lebih dari setengah responden (70%)
menggunakan media sosial setiap hari atau beberapa kali seminggu. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan media sosial, termasuk platform seperti
Facebook, adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari banyak orang.
2. Kesadaran Privasi Data yang Tinggi : Mayoritas responden (80%) menyatakan
bahwa mereka merasa privasi data mereka terancam ketika menggunakan
media sosial atau platform online. Ini menunjukkan tingginya kesadaran
tentang risiko terkait privasi data dalam lingkungan digital.
3. Dukungan untuk Regulasi Privasi Data : Sebagian besar responden (75%)
mendukung ide bahwa pemerintah seharusnya memiliki peran yang lebih aktif
dalam mengatur dan melindungi privasi data pengguna dalam era digital. Ini
mencerminkan keinginan untuk perlindungan lebih besar terhadap data pribadi
dalam lingkungan digital yang semakin kompleks.
4. Pentingnya Perlindungan Data oleh Perusahaan Teknologi : Sebagian besar
responden (80%) juga menganggap penting bahwa perusahaan teknologi
seperti Facebook menjaga privasi data pengguna. Hal ini menunjukkan
tingginya harapan terhadap perusahaan teknologi untuk menjaga dan
mengelola data pengguna dengan etika yang tinggi.
5. Kesadaran Masyarakat tentang Privasi Data : Sebagian besar responden (58%)
percaya bahwa kesadaran masyarakat terkait privasi data mereka dalam
menggunakan internet tinggi atau sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat semakin menyadari pentingnya privasi data mereka dalam era
digital.

11
6. Dukungan untuk Perubahan Regulasi : Lebih dari setengah responden (82%)
menyatakan bahwa mereka percaya perubahan dalam regulasi privasi data
yang memengaruhi perusahaan teknologi seperti Facebook diperlukan. Ini
menunjukkan dukungan yang kuat untuk langkah-langkah regulasi yang lebih
ketat dalam melindungi privasi data.

Kesimpulan awal dari hasil kuesioner ini menggambarkan pandangan dan


sikap masyarakat terkait dengan privasi data, penggunaan media sosial, peran
pemerintah, dan perlindungan data oleh perusahaan teknologi. Hasil ini dapat
digunakan sebagai landasan untuk mendukung analisis dalam pembahasan makalah
terkait dengan kasus Cambridge Analytica dan tantangan etika dalam era digital.

3.2. Pembahasan
Korelasi antara hasil kuesioner yang dilakukan dalam penelitian ini dengan
kasus Cambridge Analytica, pelanggaran privasi data Facebook, dan tantangan etika
dalam era digital memiliki implikasi yang substansial. Penelitian ini akan membedah
hubungannya secara lebih mendalam, dengan menggabungkan temuan kuesioner
dengan konteks kasus dan pandangan akademis yang relevan.
1. Penggunaan Media Sosial yang Tinggi dan Kesadaran Privasi Data yang
Tinggi
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar responden
menggunakan media sosial secara aktif dan merasa privasi data mereka
terancam ketika online. Korelasi ini menggambarkan bahwa pengguna media
sosial, seperti Facebook, memiliki tingkat kesadaran yang signifikan tentang
privasi data mereka. Kasus Cambridge Analytica yang melibatkan eksploitasi
data pribadi pengguna Facebook untuk tujuan politik dan komersial, oleh
karena itu, menjadi lebih relevan dan meresap dalam kesadaran pengguna.
2. Dukungan untuk Regulasi Privasi Data dan Perubahan Regulasi
Responden menunjukkan dukungan yang kuat untuk peran pemerintah
dalam mengatur dan melindungi privasi data pengguna serta dukungan untuk
perubahan regulasi privasi data yang memengaruhi perusahaan teknologi
seperti Facebook. Hal ini mencerminkan pemahaman bahwa dalam era digital
yang semakin terhubung, peraturan yang lebih ketat mungkin diperlukan untuk
menjaga privasi data individu.

12
Korelasi ini menggarisbawahi bahwa kasus Cambridge Analytica telah
memberikan momentum kepada tuntutan regulasi privasi data yang lebih ketat.
Masyarakat menginginkan perlindungan yang lebih besar terhadap privasi data
mereka, menggambarkan hubungan erat antara kesadaran akan isu privasi dan
dukungan terhadap tindakan regulasi.
3. Pentingnya Perlindungan Data oleh Perusahaan Teknologi
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa masyarakat menganggap penting
bahwa perusahaan teknologi seperti Facebook menjaga privasi data pengguna.
Kasus Cambridge Analytica yang mengungkap pelanggaran privasi data
menghadapkan perusahaan teknologi pada tuntutan tinggi untuk mengelola
data pengguna dengan etika yang tinggi. Korelasi ini menunjukkan bahwa
ekspektasi etika dalam penggunaan data oleh perusahaan teknologi semakin
diperkuat oleh kesadaran masyarakat.
4. Kesadaran Masyarakat tentang Privasi Data
Kesadaran masyarakat tentang pentingnya privasi data mereka dalam
menggunakan internet juga tercermin dalam hasil kuesioner. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat semakin memahami risiko terkait privasi data
dalam era digital yang semakin terkoneksi. Kasus Cambridge Analytica
menjadi studi kasus konkret yang memberikan bukti nyata tentang risiko
tersebut.

Dalam konteks korelasi antara hasil kuesioner dan kasus Cambridge Analytica
menggambarkan betapa pentingnya isu pelanggaran privasi data dalam era digital
yang semakin terhubung. Temuan kuesioner tidak hanya memberikan pemahaman
tentang pandangan masyarakat, tetapi juga mengilustrasikan sejauh mana isu-isu
seperti etika dalam penggunaan data, regulasi, dan kesadaran masyarakat menjadi
relevan dalam konteks kasus ini.

Pendekatan holistik yang menggabungkan pandangan masyarakat, penelitian


empiris, dan analisis kasus membantu penelitian ini memahami secara lebih
mendalam tantangan etika yang dihadapi dalam era digital. Korelasi ini juga
menggarisbawahi perlunya pemikiran etis dalam penggunaan data, serta peran penting
regulasi dan perlindungan privasi data dalam menghadapi isu-isu semacam ini.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kasus Cambridge Analytica sebagai studi kasus yang menggambarkan
tantangan etika dalam penggunaan data pribadi dalam era digital yang semakin
terkoneksi. Berdasarkan hasil kuesioner, terlihat bahwa masyarakat memiliki tingkat
kesadaran yang tinggi tentang privasi data mereka dan mendukung regulasi yang lebih
ketat untuk melindungi privasi data dalam lingkungan digital. Korelasi ini
mengindikasikan bahwa kasus Cambridge Analytica telah memperkuat tuntutan akan
etika dalam penggunaan data, perubahan regulasi, dan pentingnya perusahaan
teknologi untuk menjaga privasi data pengguna dengan baik.
Kesimpulan yang dapat ditarik melalui pembahasan ini, kasus Cambridge
Analytica mencerminkan dinamika kompleks dalam hubungan antara privasi data,
perusahaan teknologi, regulasi, dan kesadaran masyarakat dalam era digital yang
terkoneksi. Hal ini menggarisbawahi perlunya pendekatan holistik dalam menghadapi
tantangan etika yang berkembang seiring evolusi teknologi dan memberikan dasar
untuk memahami tuntutan masyarakat dan tindakan yang diperlukan dalam menjaga
privasi data individu dalam dunia yang semakin terhubung secara digital.

4.2. Saran
Saran-saran berikut merupakan langkah-langkah yang dapat diambil untuk
menghadapi tantangan etika dalam era digital yang semakin terkoneksi dan menjaga
integritas privasi data pengguna. Dengan tindakan yang tepat, kita dapat
mengembangkan lingkungan online yang lebih etis dan aman bagi individu. Saran
yang diusulkan berdasarkan pembahasan ini adalah:
 Meningkatkan Kesadaran Masyarakat : Upaya perlu dilakukan untuk terus
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya privasi data dalam
penggunaan media sosial dan platform online. Kampanye edukasi yang
diselenggarakan oleh pemerintah, lembaga non-profit, dan perusahaan
teknologi dapat membantu mengedukasi pengguna tentang risiko dan hak
mereka terkait dengan privasi data.

iii
 Perluasan Regulasi Privasi Data : Pemerintah dan regulator harus
mempertimbangkan perubahan regulasi yang lebih ketat untuk melindungi
privasi data pengguna. Regulasi yang jelas dan tegas tentang pengumpulan,
penggunaan, dan perlindungan data pribadi menjadi kunci dalam menjaga
etika dalam penggunaan data dalam era digital.
 Transparansi dan Akuntabilitas Perusahaan Teknologi : Perusahaan
teknologi, termasuk platform media sosial, harus berkomitmen untuk
meningkatkan transparansi dalam pengelolaan data pengguna dan
menjalankan praktik yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis. Ini
mencakup penerapan kebijakan privasi yang lebih kuat dan berkomunikasi
secara jelas kepada pengguna tentang penggunaan data mereka.
 Penelitian Lanjutan : Penelitian lanjutan dan analisis mendalam terkait etika
dalam penggunaan data pribadi harus ditingkatkan. Kajian empiris dan analisis
multidisiplin akan membantu memahami dampak pelanggaran privasi data dan
mengembangkan kerangka kerja etika yang lebih canggih dalam menghadapi
isu-isu semacam ini.

iv
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, D., & Crawford, K. (2012). "Critical Questions for Big Data: Provocations for a
Cultural, Technological, and Scholarly Phenomenon." Information, Communication &
Society, 15(5), 662-679.

The Guardian. (2018). "The Cambridge Analytica Files."


https://www.theguardian.com/news/series/cambridge-analytica-files

The New York Times. (2018). "How Trump Consultants Exploited the Facebook Data of
Millions." https://www.nytimes.com/2018/03/17/us/politics/cambridge-analytica-trump-
campaign.html

Zuboff, S. (2019). "The Age of Surveillance Capitalism: The Fight for a Human Future at the
New Frontier of Power." Public Affairs.

Anda mungkin juga menyukai