Anda di halaman 1dari 47

KAJIAN LITERASI KEUANGAN SYARIAH DAN PERILAKU

KONSUMTIF GURU SMA NEGERI 3 MAKASSAR

Proposal Penelitian

Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Metode
Penelitian Ekonomi

Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh :

Sri Deviyanti
80500222022

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki era globalisasi saat ini, permasalahan ekonomi yang

kompleks menuntut manusia terus berusaha mencari solusi untuk memenuhi

kebutuhan. Berbagai jenis produk dan jasa yang ditawarkan oleh pasar semakin

meningkat. Masyarakat cenderung melakukan pembelian tanpa memperhatikan

prinsip keuangan yang ada yaitu membeli barang dan jasa yang dibutuhkan,

bukan yang diinginkan. Masyarakat lebih sering melakukan pembelian sesuai

dengan keinginan bukan sebagai kebutuhan.

Era konsumsi dewasa ini membuat semakin tidak rasionalnya konsumen

dalam membeli kebutuhannya. Hal tersebut didukung dengan menjamurnya

berbagai pusat perbelanjaan, cafe dan di zaman sekarang belanja pun menjadi

lebih mudah di marketplace. Produk-produk yang ditawarkan pun bukan hanya

produk untuk memenuhi kebetuhan seseorang, tetapi juga produk pemuas

kesenangan, mulai dari fashion, gadget, kendaraan, alat-alat olahraga sampai

properti. Ditambah lagi semakin banyak toko yang menawarkan berbagai fasilitas

menarik perhatian seperti promo diskon, dan fasilitas cicilan dalam membeli

suatu produk.

Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan manusia untuk melakukan

konsumsi tiada batas, membeli sesuatu yang berlebihan atau secara tidak

terencana. Perilaku konsumtif ini dapat dilihat dari meningkatnya kecenderungan

orang untuk berbelanja. Alasan perilaku konsumtif seringkali dikaitkan dengan

kecenderungan berbelanja, karena berbelanja dapat dijadikan alternatif untuk


2

melepas penat dan stress akibat aktifitas sehari-hari. Bahkan dengan berbelanja di

pusat perbelanjaan seseorang akan merasa nyaman sehingga mampu

mempengaruhi intensitas seseorang untuk melakukan pembelian secara tiba-tiba

atau pembelian impulsif (impulsive buying). Pembelian impulsive buying diartikan

sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan, reflek, tiba-tiba,

dan otomatis. Dari definisi tersebut terlihat bahwa impulsive buying merupakan

sesuatu yang alamiah dan merupakan reaksi yang cepat. Akibatnya perilaku

konsumen dalam membeli kebutuhannya semakin tidak rasional. 1

Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena yang banyak melanda

kehidupan masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. Perilaku konsumtif

tidak boleh dibiarkan begitu saja, sebab dapat mempengaruhi kondisi

perekonomian seseorang, bahkan perekonomian Negara. Untuk menangani hal ini

diperlukan kemampuan mengelola keuangan pribadi agar terhindar dari

kemubaziran dan boros. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam surat Al-Isra

ayat 26 yang artinya: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu

secara boros. Sesungguhnya pemboros itu adalah saudara syaithan.”

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak negatif

dari perilaku konsumtif adalah dengan memiliki pengetahuan keuangan yang baik

atau yang disebut dengan literasi keuangan. Agar mampu bertahan pada era abad

ke-21, masyarakat harus menguasai enam literasi dasar, salah satunya adalah

literasi keuangan. Penguasaan enam literasi dasar yang disepakati oleh World

1
Suci Indah Imawati, Pengaruh Financial Literacy terhadap Perilaku Konsumtif Remaja pada
Program IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Jupe UNS. VO. 2 No. 1 Hal 48/58
3

Economic Forum pada tahun 2015 menjadi sangat penting tidak hanya bagi

remaja, tetapi juga bagi orang tua dan seluruh warga masyarakat terutama guru.

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan literasi. Di dalam Al-

Quran juga banyak disebutkan ayat-ayat yang berkaitan dengan kekayaan dan

keuangan, seperti zakat, sedekah, wakaf, dan haji yang membutuhkan dana yang

cukup besar, sehingga diperlukan perencanaan keuangan. Islam sebagai agama

yang mengatur semua aspek kehidupan memberikan arahan dalam hal

memperoleh pendapatan atau penghasilan, mengkonsumsinya, menabung,

berinvestasi, mengelola harta, dan segala aspek yang berkaitan dengan keuangan2.

Data menunjukkan pertumbuhan industri keuangan syariah di Indonesia

telah berkembang pesat dengan tingkat pertumbuhan yang terus naik namun

belum diikuti dengan tingkat market share, indeks literasi dan indeks inklusi

keuangan syariah yang siginifkan. Per Agustus 2018, total asset keuangan syariah

Indonesia (tidak termasuk Saham Syariah) mencapai Rp 1.265,97 triliun atau US$

84,80 miliar (OJK, 2018). Data per 30 September 2018 market share perbankan

syariah sebesar 5,92% dan per Maret 2019 market share perbankan syariah naik

sebesar 5,94%. Sementara aset IKNB (Industri Keuangan Non-Bank) secara total

adalah sebesar Rp 99,94 triliun terdiri dari 63 Asuransi Syariah, 47 Pembiayaan

Syariah, 6 Penjaminan Syariah, 51 Lembaga Keuangan Mikro, 11 Industri Non-

Bank Syariah lainnya dengan total market share IKNB sebesar 4,32% (OJK,

2019).3

2
Abdullah Rose dan Razak Abdul Haji Lutfi Ahmad, Exploratory Research Into Islamic Financial
Literacy in Brunei Darussalam. https://www.researchgate.net/publi cation/283225608
3
https://ojk.go.id
4

Berdasarkan data OJK tersebut menunjukkan bahwa minat masyarakat

terhadap keuangan syariah masih sangat kecil dibandingkan dengan konvensional,

ini menunjukkan masih rendahnya tingkat kepercayaan dan kesadaran masyarakat

terhadap industri dan keuangan syariah. Praktik pemakaian sistem keuangan

syariah di sekolah sekolah masih kurang. Guru-guru masih menggunakan bank

konvensional untuk menabung, meminjam uang dan bahkan untuk menerima gaji.

Fasilitas pendukung pendidikan seperti laboratorium perbankan syariah masih

belum ada, masih kurangnya kompetensi guru yang mengajarmata pelajaran bank

syariah, ditandai dengan guru yang mengajar adalah guru bidang mata pelajaran

yang lain, misalnya guru akuntansi, IPS, dan Ekonomi.4

Masih banyak guru terjebak dalam masalah riba, masih banyak yang

memiliki hutang pada lembaga keuangan konvensional. Hal tersebut dikarenakan

mereka belum memahami konsep dan kebaikan yang diberikan oleh keuangan

yang berbasis syariah. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus akan mengakibatkan

rusaknya tatanan akidah bagi umat muslim khususnya dan lemahnya

perekonomian bagi masyarakat umumnya.5 Sebagian masyarakat sudah tahu apa

itu bank syariah, tetapi mereka tidak mengenal produkproduk yang ditawarkan

bank syariah. Masyarakat yang tidak mengenal produk tentu tidak akan berminat

4
Jureid, Pendampingan Peningkatan Paham Literasi Keuangan Syariah Bagi Guru SMP-SMA IT
Alhusnayai, h 143.
5
Reni Farwitawati, Literasi Keuangan Syariah Dikalangan Guru Dan Siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Perpajakan Riau. h 30.
5

untuk menggunakan jasa banksyariah,karena mereka menganggap fasilitasnya

masih kalah dibanding dengan bank konvensional6

Keuangan syariah tidak terlepas dari bagaimana kita bisa mengatur atau

me-manage keuangan kita secara syariah yang terbebas dari praktik riba. Jadi,

keuangan syariah tidak selamanya bericara mengenai perbankan, tapi lebih dari itu

kita bisa merealisasikan praktek keuangan syariah dalam kehidupan kita sehari-

hari.7 Suatu kegiatan dalam pengelolaan untuk memperoleh hasil optimal yang

bermuara pada keridaan Allah Subhanahu Wata’ala merupakan pengertian dari

Manajemen Keuangan Syariah. Oleh sebab itu, semua langkah yang diambil

dalam menjalankan manajemen tersebut harus berdasarkan aturan-aturan yang

sudah ditetapkan Allah Subhanahu Wata’ala.8

Untuk mendorong perkembangan keuangan syariah di Indonesia tingkat

pemahaman atau literasi masyarakat terhadap jasa keuangan syariah menjadi

faktor yang sangat penting. Hal ini dikarenakan penggunaan jasa keuangan

syariah oleh masyarakat sangat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman masyarakat

terhadap fungsi, jenis dan karakteristik dari jasa keuangan syariah. Pelajar yang

terdiri dari siswa/i dari tingkat Sekolah Dasar hingga SMA sangat perlu adanya

pengetahuan tentang literasi keuangan syariah, untuk itu perlu dilakukan

pengenalan literasi keuangan syariah sejak dini. Jika berhasil, maka masyarakat

Indonesia akan lebih cepat memahami keberadaan lembaga keuangan syariah.

6
Anam, M. K., Abbas, D. S., & Anggraini, L. Meningkatkan Literasi Perbankan Syariah dengan
mengembangkan aplikasi edukasi berbasis android. Dynamic Management Journal, 4(1).
https://doi.org/10.31000/dmj.v4i1.2469
7
Pradesyah, R., Susanti, D. A., & Rahman, A. (2021). Analisis Manajemen Keuangan Masjid Dalam
Pengembangan Dana Masjid. Misykat Al-Anwar Jurnal Kajian Islam Dan Masyarakat.
8
Isra, H. (2019). No Title. Ihtiyath, 3(2), 181.
https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/ihtiyath/article/view/1783/1098
6

Dan pada akhirnya akan menentukan pilihan pemanfaatan produk-produk dan jasa

yang ditawarkan lembaga keuangan syariah yang ada.

Agar hal tersebut tercapai, maka peran seorang guru sangat penting guna

memberikan pemahaman tentang keuangan syariah kepada anak didiknya. Oleh

karenanya seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang layak sesuai

dengan bidang ajarnya masing-masing guna mencetak anak-anak bangsa yang

berkompeten dan memiliki daya saing dan dunia kerja. Bagi masyarakat, literasi

keuangan memberikan manfaat yang besar, seperti mampu memilih serta

memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai kebutuhan memiliki

kemampuan dalam melakukan perencanaan keuangan dengan lebih baik.

Terhindar dari aktivitas investasi pada instrumen keuangan yang tidak jelas, serta

mendapatkan pemahaman mengenai manfaat, risiko produk dan layanan jasa

finansial. Pemahaman yang baik mengenai manfaat, risiko produk dan layanan

jasa finansial sangat berguna bagi masyarakat dalam mengelola pendapatan

khususnya guru.

Terkait dengan perilaku konsumsif guru, pendidikan memengang peranan

penting dalam meningkatkan sumber daya manusia berkualitas. Guru merupakan

salah satu aspek penting dalam pendidikan, di mana guru yang ikut membentuk

karakter, kualitas moral, serta kemampuan akedemis peserta didik. Hal tersebut

mendukung pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan baik secara

kuantitatif maupun kualitatif yang harus dilakukan terus-menerus, sehingga

nantinya pendidikan dapat digunakan sebagai wahana dalam membangun watak

bangsa (nation character building), untuk itu guru sebagai main person harus
7

ditingkatkan kompetensinya dan diadakan sertifikasi sesuai dengan pekerjaan

yang diembannya.

Berdasarkan observasi peneliti, gaya hidup guru sekarang banyak yang

juga senang untuk mengejar penampilan daripada meningkatkan kompetensi

profesi sebagai guru. Hal tersebut sebagaimana terjadi pada Guru SMAN 3

Makassar, khususnya guru-guru perempuan yang berlomba untuk membeli

assesories, pakaian, perhiasan apabila ada sales yang datang di sekolahnya, lebih

mengutamakan gengsinya sesama guru dan penampilan diri, karena adanya

kebutuhan yang bersifat prestisius dengan cara membeli barang-barang yang dapat

menunjang penampilan diri. Dengan adanya program sertifikasi guru, para guru

mulai merenovasi rumah agar terlihat lebih mewah dan modern serta membeli

kendaraan pribadi di luar kebutuhan mereka, rata-rata memiliki roda dua dan

mobil, sedangkan lokasi sekolah berada di Jalan umum yang akses kendaraanya

bisa memakai kendaraan umum tapi lebih memilih pakai kendaraan pribadi,

sebagaimana kita ketahui kendaraan pribadi diperlukan uang bensin, perawatan

kendaraan dan lain sebagainya. Mengambil keputusan untuk membeli mobil

dengan kredit, adakalanya memilki mobil belum jadi kebutuhan tetapi karena

kompetisi penampilan maka mereka terdorong untuk memiliki.

Siswa SMAN 3 Makassar terdiri dari berbagai agama dan suku, ada yang

muslim dan ada juga yang non muslim. Sebagian besar dari mereka (mayoritas)

adalah muslim. Kurangnya pemahaman tentang keuangan syariah dikalangan guru

dan murid menyebabkan banyak dari mereka yang masih terjebak dalam masalah

riba. Maka literasi keuangan syariah itu penting supaya guru juga mengetahui,
8

dengan menabung itu membuat investasi uang lebih terjamin untuk bisa

memberikan pengaruh besar pada perekonomian Indonesia. Guru memerlukan

literasi keuangan syariah dalam perencanaan keuangan pribadi yang sesuai

syariat Islam. Tanpa adanya literasi keuangan syariah yang cukup, guru akan

kesulitan dalam mengatur keuangan baik konsumsi maupun untuk menabung dan

aktivitas ekonomi lainnya yang sesuai syariat Islam.

Berdasarkan fenomena di atas, Literasi keuangan syariah sangat di

butuhkan oleh guru untuk mengembangkan pengetahuannya dalam mengelola

uang dengan baik yang sesuai syariat Islam agar tidak terjadi perilaku yang

konsumtif. Hal ini mendorong peneliti untuk membuktikan kebenaran asumsi

tersebut dengan mengadakan penelitian “Kajian Literasi Keuangan Syariah Dan

Perilaku Konsumtif Guru Di SMAN 3 Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Literasi Keuangan Syariah dan Perilaku Konsumsif Guru di SMAN

3 Makassar ?

2. Apa faktor yang mempengaruhi literasi keuangan syariah dan perilaku

konsumtif Guru di SMAN 3 Makaasar ?


9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan ini mengacu pada bagaimana literasi keuangan syariah dan perilaku

konsumtif guru di SMAN 3 Makassar.

2. Tujuan ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi literasi

keuangan syariah dan perilaku konsumtif para guru.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan atau kajian

pustaka terkait dengan pengualaran konsumtif secara umum dan pengeluaran guru

secara lebih khusus. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontirbusi

bagi ilmu pengetahuan dan perkembangan keuangan syariah sekaligus menjadi

bahan acuan bagi peneltian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru SMAN 3 Makassar, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan masukan dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas perilaku

konsumsi guru, sehingga tidak mengarah pada perilaku konsumtif serta.

b. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan

pengaruh literasi keuangan syariah, terhadap perilaku konsumsi pada guru dan

dapat dijadikan refenrensi pada penelitian selanjutnya.


10

BAB II

PEMBAHASAN

1. Literasi Keuangan Syariah

A. Pengertian Literasi Keuangan Syariah

Literasi keuangan syariah dapat di artikan sebagai melek keuangan syariah

yaitu mengetahui secara gamblang produk dan jasa keuangan syariah, serta dapat

membedakan antara bank konvensional dan bank syariah serta dapat

mempengaruhi sikap seseorang dalam mengambil keputusan ekonomi sesuai

dengan syariah. Pengertian lain disebutkan bahwa literasi keuangan syariah adalah

kemampuan seseorang untuk menggunakan pengetahuan keuangan, kemampuan

serta sikap untuk mengelola sumber keuangannya agar sesuai dengan ajaran

Islam.9

Keuangan syariah merupakan bentuk keuangan berdasarkan pada syariah

dan berdiri di atas hukum Islam. Mengacu pada pengertian literasi keuangan oleh

OJK maka literasi keuangan syariah dapat diartikan sebagai konsumen produk dan

jasa keuangan syariah maupun masyarakat luas diharapkan tidak hanya

mengetahui dan memahami lembaga jasa keuangan syariah serta produk dan jasa

keuangan syariah, melainkan juga bagaimana agar dapat mengubah dan

memperbaiki perilaku masyarakat dalam pengelolaan keuangan syariah sehingga

mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.10

9
Abdul Rahim, Siti Hafidzah. (2016). Islamic Financial Literacy and Determinants Among
University Students: An Exploratory Factor Analysis. International Journal of Economics and
Financial Issues: 6(S7) 32-35. ISSN: 2146-4138.
10
Agustianto. “Membangun Literasi Keuangan Syariah”, www.agustiantocentre.com, 2014
11

Dalam Islam, literasi keuangan merupakan salah satu instrumen yang

penting. Islam menuntut ummatnya agar tidak menghambur-hamburkan hartanya

secara berlebih-lebihan, hal ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta‟ala :

Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah secara tidak langsung

menganjurkan kepada ummat-Nya untuk mengelola keuangannya dengan sebaik

mungkin, serta benar-benar memanfaatkan hartanya secara efisien serta tidak

boros. Sedangkan dalam ayat selanjutnya Allah berfirman:

Dalam ayat di atas Allah menjelaskan bahwa perilaku boros merupakan

salah satu dari sifat Syaitan, sehingga hendaknya bagi ummat Islam untuk

menghindarinya. Salah satu cara agar dapat menghindari perbuatan boros dan

mengelola harta dengan efisien adalah dengan mempelajari literasi keuangan

syariah serta memperaktikannya dalam kehidupan sehari-hari.


12

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan

syariah adalah pengetahuan seseorang dalam mengelola keuangan dan membuat

suatu perencanaan keuangan yang sesuai dengan syariat islam, sehingga dapat

mencapai kesejahteraan yang berlandaskan hukum Islam.

Literasi keuangan syariah memiliki manfaat yang besar adalah : 1.

Masyarakat mampu memilih dan memanfaatkan produk dan jasa keuangan

syariah sesuai kebutuhannya 2. Masyarakat mampu melakukan perencanaan

keuangan (financial planning) sesuai dengan prinsip syariah dengan lebih baik; 3.

Masyarakat terhindar dari aktivitas investasi pada instumen keuangan yang tidak

jelas 4. Masyarakat akan paham mengenai manfaat dan risiko produk serta jasa

keuangan syariah.11

Prinsip pembangunan literasi keuangan syariah yang di terbitkan dalam

cetak biru strategi nasional literasi keuangan Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Universal dan Inklusif artinya program literasi keuangan syariah harus

terdapat semua gologan masyarakat tidak membeda bedakanya baik secara agama

maupun golonga.

2. Sistematis dan Terukur artinya program literasi keuangan syariah

disampaikan secara sistematis, sederhana, mudah dipahami dan dapat diukur

pencapaiannya.

3. Kemudahan akses artinya layanan dan informasi yang terkait dengan

literasi keuangan syariah tersebar luas dan dapat diakses oleh seluruh kalangan

masyarakat di seluruh Indonesia.


11
Shobah, Nurus. (2017). Analisis Literasi Keuangan Syariah Terhadap Penggunaan Jasa
Perbankan Syariah Sebagai Upaya Meningkatkan Shariah Financial Inclusion”. Skripsi Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabay
13

4. Kemaslahatan artinya program literasi keuanga syariah harus dapat

memberikan kemaslahatan bagi seluruh masyarakat.

5. Kolaborasi artinya literasi keuanga syariah harus melibatkan semua

kalangan (stokeholder) agar dapat mecapai tujuan secara bersama sama.12

B. Indikator Literasi Keuangan Syariah

Empat kompetensi inti literasi keuangan yaitu :

1) Kemampuan dasar dalam pengelolaan keuangan (money basic) Dasar-

dasar uang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang

diperlukan untuk perhitungan sehari-hari yang paling penting. Ini mengambil

bentuk keterampilan berhitung dan pengelolaan uang, yang mencakup berbagai

keterampilan hidup. Perhitungan meliputi biaya pembelian barang, membayar

tagihan, menentukan nilai uang dari waktu ke waktu, menilai nilai produk,

memahami pengaruh inflasi, dan menghitung bunga yang harus dibayar,

persentase diskon dll. Pemahaman dasar tentang keuangan berkaitan dengan

pengetahuan dan manajemen yang sesuai guna merencanakan kegaitan kehidupan

sehari-hari. Selain itu, dasar keuangan juga berkaitan dengan konsep berhitung

dan keahlian dalam memanajemen keuangan. Pemahaman dalam berhitung adalah

dasar dalam mempertimbangkan produk keuangan agar mendapatkan biaya yang

efektif dan dapat menilai kesesuaian biaya yang akan dikeluarkan. Sedangkan,

dalamkeahlian manajemen selalu berkaitan dengan cara menganalisis pengeluaran

dan pemasukan dengan mengontrol, penganggaran, dan menyimpan suatu catatan

tentang biaya hidup sehari-hari dan kemampuan untuk membayar.

12
Otoritas Jasa Keuangan. Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (Revisit 2017)
14

2) Mengalokasikan pemasukan dan pengeluaran (budgeting) Suatu

penganggaran dalam rumah tangga ataupun individu digunakan untuk mencegah

pengeluaran keuangan yang tidak efektif. Penganggaran dapat memperliahatan

pendapatan seseorang yang terbatas.

3) Menabung dan merencanakan Dalam simpanan terbagi menjadi dua jenis

yaitu simpanan jangka pendek dan simpanan jangka panjang. Simpanan jangka

pendek selalu terkait dengan penganggaran, sedangkan simpanan jangka panjang

selalu terkait dengan investasi agar dapat memenuhi kebutuhan dimasa depan baik

itu perabotan rumah tangga dan pensiun. Menurut Kempson dalam Capuano dan

Ramsay (2011:45), perencanaan merupakan bagian utama dalam saving.

Perencanaan adalah bidang-bidang utama yang relevan untuk membuat

perencanaan yang aman yaitu : pertama, menyisihan dana yang dimiliki dengan

tabungan ataupun investasi agar dapat digunakan dalam keadaan darurat, kedua,

sikap dalam perencanaan keuangan, ketiga, tabungan dan perencanaan untuk masa

pensiun, dan keempat, tabungan berencana.

4) Pengetahuan tentang pinjaman (borrowing) dan pemahaman dalam

pengelolaan hutang (debt literacy) Banyak konsumen selalu berhubungan dengan

hutang atau pinjaman baik pinjaman tanpa jaminan ataupun dengan bunga tetap.

Kunci dari kompentensi adalah untuk memahami pinjaman yang akan dilakukan

dan cara agar terhindar, pengurangan, cara membayar dan mempertahankan

definisi nasabah yang melakukan peminjaman dalam kategori baik.13

13
Capuano, A., & Ramsay, I, 2011. What Causes Suboptimal Financial Behaviour? An Exploration
of Financial Literacy, Social Influences and Behaviour Economics. Social Science Research
Network Electronic Library (540). Australia: The University of Melbourne.
15

Chen dan Volpe (dalam Mendari, Anastasia, dan Kewal) menyatakan bahwa

literasi keuangan dibagi dalam 4 (empat) aspek, yaitu:

a. Pengetahuan tentang keuangan pribadi secara umum (General Personal

Finance Knowladge). Ketika seseorang mengelola keuangan pribadinya

maka mereka harus memahami pengetahuan dasar tentang keuangan

pribadi yang kemudian digunakan untuk mengelola keuangan dan

membuat keputusan yang efektif.

b. Tabungan dan Pinjaman (Saving and borrowin). Di dalam aspek ini

berkaitan dengan tabungan dan pinjaman. Secara umum tabungan yaitu

sebagian pendapatan yang disisihkan untuk disimpan agar dapat

digunakan dikemudian hari untuk keperluan mendesak lainnya. Selain

itu, tabungan mendorong seseorang menjadi belajar untuk mengelola

keuangannya dengan bijak.

c. Asuransi (insurance). Tujuan adanya asuransi yaitu untuk memberikan

rasa aman selain jika terjadi peristiwa yang tidak terduga misalnya

kecelakaan, kehilangan, kerusakan pada laptop atau alat elektronik

lainnya akan mendapatkan ganti rugi atau mendapatkan keringanan

untuk biaya service.

d. Investasi (invesment). Investasi merupakan keputusan yang diambil

seseorang untuk dikeluarkan pada saat ini dengan tujuan digunakan

untuk masa depan. Guru yang memiliki pemahaman literasi yang baik

akan berfikir untuk merencanakan keuangannya di masa depan salah

satunya dengan investasi. Misalnya dengan menyisihkan uang sakunya


16

untuk membeli tiket pulang kampung, liburan, atau hal lain yang

berguna di masa depan. Hal tersebut dilakukan agar tidak membebani

orang tua dan melatih kemandirian.14

Literasi keuangan syariah adalah sebuah kesadaran masyarakat dalam

mengelola dana yang dimilki bedasarkan pengetahuan yang didapatkannya sesuai

dengan syariat islam. Sehingga hal tersebut dapat mengubah sikap dan tingkah

laku masyarakat serta dapat menyejahterakan hidupnya. Adapun indikator

yang terdapat dalam literasi keuangan syariah adalah:

a. Pengetahuan, merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki seseorang

dalam konsep literasi keuangan, agar dapat mengelola keuangan dengan

baik. Hal ini juga diharapkan agar dapat meningkatan kesejahteraannya.

b. Kemampuan, dapat didefinisikan apabila seseorang memilki tingkat litersi

yang tinggi maka ia mampu menciptakan keputusan keuangan yang baik.

Pengambilan keputusan menjadi salah satu yang paling penting dalam

konteks literasi keuangan.

c. Sikap, dalam manajemen keuangan pribadi sikap berarti kemampuan

dalam mengetahui sumber uang tunai, membayar kewajiban, pengetahuan

tentang membukan rekening pada lembaga keuangan syariah, mengajuan

pembiaanyaan serta melakukan rerencanaan keuangan pribadi untuk masa

yang akan datang.

d. Kepercayaan, tidak semua orang mampu dalam meningkatkan

kepercayaan diri pada saat merencanakan kebutuhan jangka panjang.15

14
Mendari, Anastasia, dan Kewal. 2014. Tingkat Literasi Keuangan di Kalangan Mahasiwa STIE
MUSI. Hal 130-140.
17

C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Literasi Keuangan

Setiap individu memiliki tingkat literasi keuangan yang berbeda-beda. Hal

ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi individu tersebut.

Karena dalam penelitian ini subjeknya adalah peserta didik maka penulis

membatasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat literasi keuangan peserta

didik. Ada tiga hal yang memberikan pengaruh terhadap kemampuan literasi

keuangan yaitu:

1) Sosiodemographi

Ada perbedaan kepahaman antara laki-laki dan perempuan. Laki- laki

dianggap memiliki kemampuan literasi keuangan lebih tinggi daripada

perempuan. Begitu juga dengan kemampuan kognitifnya.

2) Latar belakang keluarga Pendidikan

Seorang ibu dalam sebuah keluarga berpengaruh kuat pada literasi keuangan,

khususnya ibu yang merupakan lulusan dari perguruan tinggi. Mereka unggul

19 persen lebih tinggi daripada yang lulusan sekolah menengah. Pendidikan

yang diperoleh orang tua baik ayah maupun ibu mempengaruhi pengetahuan

keuangannya dan penyaluraan pengetahun terhadap anak menjadi lebih luas.

3) Kelompok pertemanan (peer group)

15
Shobah, Nurus. (2017). Analisis Literasi Keuangan Syariah Terhadap Penggunaan Jasa
Perbankan Syariah Sebagai Upaya Meningkatkan Shariah Financial Inclusion”. Skripsi Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabay
18

Kelompok atau komunitas seseorang akan memengaruhi literasi keuangan

seseorang, memengaruhi pola konsumsi atau penggunaan dari uang yang

ada.16

Chiara Monticone menjelaskan bahwa tingkat literasi keuangan

seseorang dipengaruhi oleh : karekteristik demografi (gender,etnis,

pendidikan dan kemampuan kognitif), latar belakang keluarga, kekayaan serta

preferensi waktu. Sedangkan Angelo Capuano dan Ian Ramsay menjelaskan

bahwa faktor personal (intelegensi dan kemampuan kognitif), sosial dan

ekonomi dapat mempengaruhi literasi keuangan dan perilaku keuangan

seseorang.

Tingkat literasi keuangan dapat dibedakan menjadi empat tingkat

yaitu sebagai berikut:

1. Well literate merupakan sekelompok masyarakat yang memiliki tingkat

pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa

keuangan yang paling baik,

2. sufficient literate merupakan sekelompok masyarakat yang memilki

pengetahun dan tidak memilki keterampilan dalam menggunakan produk dan

jasa keuangan,

3. less literate merupakan hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga

keuangan baik dalam penggunaan produk maupun jasanya, 4. not literate

16
Lusardi, A., Mitchell, O. & Curto, V. 2010. Financial Literacy Among the Young: Evidence and
Implication for Consumer Policy. NBER Working Paper No. 15350. JEL No.091.
19

merupakan sekelompok masyarakat yang tidak memilki pengetahuan dan

keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan 17

2. Perilaku Konsumtif

A. Pengertian Perilaku Konsumtif

Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi

seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam

dirinya. 18

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumtif artinya

bersifat konsumsi (hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri). Sedangkan

dalam Bahasa Inggris kata konsumtif digunakan untuk menyatakan

penggunaan sesuatu hal dengan berlebihan memboroskan, obsesif dan

rakus.19

Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan individu untuk

membeli atau mengonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang

diperlukan secara berlebihan serta tidak didasarkan atas pertimbangan yang

rasional dimana dalam membeli suatu barang individu lebih mementingkan

faktor keinginan daripada kebutuhan. 20

17
(www.ojk.co.id).
18
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
19
Hornby, A. S. 2000. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. London: Oxford
University Press
20
Astuti, D E. 2013. Perilaku Konsumtif Dalam Membeli Barang Pada Ibu Rumah Tangga Di Kota
Samarinda. eJournal Psikologi, 1(2), 148 -156
20

Perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang bukan untuk

mencukupi kebutuhan tetapi untuk memenuhi keinginan, yang dilakukan

secara berlebihan sehingga menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya.

Perilaku konsumtif terbentuk dikarenakan konsumtif itu sendiri sudah

menjadi bagian dari proses gaya hidup.21

Dalam mendeskripsikan perilaku konsumtif maka konsumen tidak

dapat lagi membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Dalam perilaku

konsumtif terdapat kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi atau

terpuaskan. Kebutuhan yang dipenuhi bukan merupakan kebutuhan yang

utama melainkan kebutuhan yang hanya sekedar mengikuti arus mode, ingin

mencoba produk baru, ingin memperoleh pengakuan social. 22

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat

disimpulkan bahwa perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli

dimana individu mengonsumsi barang dan jasa secara berlebihan, yang tidak

lagi didasarkan atas pertimbangan rasional lebih mementingkan faktor

keinginan daripada kebutuhan dan hanya untuk mencapai kesenangan semata

sehingga menimbulkan pemborosan. Menurut Solomon dalam Nurfarika

menyatakan kebutuhan adalah dorongan biologis dasar yang harus dipenuhi

untuk mempertahankan kelansungan hidup, sedangkan keinginan

21
Lestarina, E., Karimah, H., dkk. 2016. Perilaku Konsumtif dikalangan Remaja : Jurnal Riset
Tindakan Indonesia. 2(2), 1-6.
22
Basu Swastha dan Hani Handoko. 2011. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen.
Yogyakarta: BPEE
21

menggambarkan hasrat manusia yang berkaitan dengan kepuasan

sementara.23

B. Ciri-Ciri Perilaku Konsumtif

Ada delapan ciri-ciri perilaku konsumtif, yaitu:

1) Membeli produk karena adanya penawaran hadiah. Konsumen saat ini mudah

membeli karena terbujuk hadiah yang ditawarkan, pedahal belum tentu ia

memerlukan barang tersebut dan belum pula ia memerlukan barang tersebut

dan belum pula ia memerlukan hadiahnya.

2) Membeli produk karena kemasan produk terlihat lebih menarik, konsumen

lebih melihat dan memilih karena kemasannya menarik maka ia akan

membeli tetapi bila tidak menarik maka ia tidak akan membeli.

3) Membeli produk karena alasan gengsi dan penampilan diri. Karena adanya

kebutuhan yang bersifat prestisius dengan cara membeli barang-barang yang

dapat menunjang penampilan diri.

4) Membeli produk atas pertimbangan harga yang dinilai murah/terjangkau, bukan

atas dasar manfaat dan kegunaan .

5) Membeli produk hanya karena menjaga symbol status social.

6) Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan

meningkatkan rasa percaya diri.

7) Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model iklan, membeli

bukan atas dasar kebutuhan tapi juga untuk berlebihan.

8) Mencoba lebih dari dua produk sejenis dengan merek yang berbeda.24
23
Nurfarika, O. 2015. Pengaruh Persepsi Orang Tua, Peer Group dan Financial Literacy terhadap
Perilaku Konsumtif pada Siswa Kelas X IPS dan XI IPS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran
2014/2015. Skripsi.Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
22

C. Faktor- Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif

a) Pembeli ingin tampak beda dengan yang lain

Kebanyakan sifat konsumtif muncul karena pembeli ingin memiliki barang

yang tidak dipunyai orang lain, Alhasil pembeli pun akan mencari barang

yang langka atau limited edition tentu saja harganya pun juga pastinya sangat

mahal.

b) Kebanggaan karena penampilan dirinya

Sifat konsumtif juga biasa terjadi karena rasa kebanggaan yang berlebih

terhadap penampilan. Biasanya banyak diantaranya ada orang akan percaya

diri bila memiliki barang-barang mewah dan selalu update/terbaru.

c) Pengaruh dari orang lain

Ada juga sifat orang yang Pengaruh dari orang lain dengan orang lain

sehingga apapun itu akan selalu dibeli dan ingin selalu memiliki barang-

barang yang sedang terkenal seiring perkembanagan zaman.

d) Menarik perhatian dari orang lain

Ini salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku konsumtif

seseorang, biasanya orang yang selalu ingin menarik perhatian orang lain

pasti memiliki cara, salah satunya yaitu memiliki barang-barang yang up to

date. Kecenderungan orang-orang akan memaksimalkan kegiatan belanja

mereka bukan lagi sesuai kebutuhan primer sehari-hari akan tetapi sesuai

selera mereka masing-masing (tersier).25

24
Sumartono. 2002. Terperangkap dalam Iklan: Menerobos Imbas Pesan Iklan Televisi. Bandung:
PT Remaja Rordakarya.
25
Ibid
23

Sedangkan menurut Alfi Badriawan (dalam Kompasiana, 2016) faktor

yang mempengaruhi terjadinya perilaku konsumtif, diantaranya:

a) Pendapatan

Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat

konsumsinya, begitu juga sebaliknya, semakin rendah pendapatan seseorang

maka semakin rendah pula tingkat konsumsinya.

b) Harga-harga barang atau jasa yang dikonsumsi

Jika harga barang atau jasa rendah, maka pada umumnya orang-orang akan

menambahkan jumlah barang atau jasa yang akan dikonsumsi.26

Berdasarkan hal-hal yang telah dibahas di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa empat faktor perilaku konsumtif yaitu adanya pola konsumsi yang

berlebihan (berfoya-foya), pembelian yang tidak lagi berdasarkan kebutuhan tapi

keinginan (pemborosan), ingin tampak berbeda dengan orang lain dan

kebanggaan diri.

3. Konsumsi Dalam Islam

A. Pengertian Konsumsi dalam Islam

Pengertian konsumsi dalam perspektif Islam dijelaskan sebagai berikut:

Konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi Islam, konsumsi juga memiliki

pengertian yang sama, tetapi memiliki perbedaan dalam setiap yang

melingkupinya. Perbedaan mendasar dengan konsumsi konvensional adalah

26
Perilaku Konsumtif Mahasiswa. Diakses November 2022, dari
https://www.kompasiana.com/lanainunnisa/58496b97149373f2100be561/perilaku-konsumtif-
mahasiswa?page=all
24

tujuan pencapaian dari konsumsi itu sendiri, cara pencapaiannya harus memenuhi

kaidah pedoman syariah Islamiyah.27

Mengacu pendapat di atas, dapat dipahami bahwa konsumsi dalam

ekonomi Islam adalah penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

manusia dengan cara pencapaiannya harus memenuhi kaidah pedoman syariah

Islamiyah dan tujuannya yang harus sesuai dengan prinsip syariah.

Konsumsi dalam ekonomi Islam tidak sebatas nilai guna atas barang atau

jasa, tetapi mengaitkannya dengan syariah sebagai pedoman, baik dalam proses

memperoleh barang dan jasa, maupun dalam menggunakannya. Acuan syariah

dalam konsumsi Islam mengandung arti bahwa konsumen adalah sebuah subyek

ekonomi yang dapat diberi beban tanggung jawab dalam mengelola harta, dan

memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia untuk kepentingan dirinya dan

lingkungannya.28

B. Tujuan Konsumsi Islam

Konsumsi dalam Islam bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan fisik, dan biologis saja, tetapi sebagai sarana untuk beribadah kepada

Allah Swt. Hubungan antara konsumsi dengan ibadah menunjukkan bahwa bagi

konsumen muslim, konsumsi bukan hanya sekedar menikmati manfaat barang dan

jasa, tetapi juga ditindak lanjuti dengan rasa syukur yang diwujudkan dalam

bentuk ibadah.

27
Arif, Pujiono, Teori Konsumsi Islami, Dalam Journal Dinamika Pembangunan,Vol.3, No.2/
Desember 2006, h.196
28
Ibid
25

Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong

untuk beribadah kepada Allah Swt. Sesungguhnya mengkonsumsi sesuatu dengan

niat untuk meningkatkan stamina dalam ketaatan pengadian kepada Allah akan

menjadikan konsumsi itu bernilai ibadah yang dengannya manusia mendapatkan

pahala.29 Memahami pendapat di atas, bahwasannya pemanfaatan barang dan jasa

tidak terlepas dari motivasi ibadah. Motivasi ibadah tersebut didasari oleh

kesadaran bahwa semua anugerah dan kenilmatan dari segala sumber daya yang

diterima, merupakan ciptaan dan milik Allah Swt secara mutlak dan akan kembali

kepada-Nya. Konsumsi jika disertai dengan motiasi ibadah dalam rangka

ketakwaan, supaya badan sehat dalam menjalankan ibadah kepada Allah Swt,

maka konsumsi tersebut memiliki dimensi akherat.

Tujuan konsumsi Islam tidak hanya bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan material saja, tetapi bertujuan pula untuk memenuhi tujuan spiritual.

Tujuan spiritual yang hendak dicapai dari konsumsi meliputi tujuan sebagai

berikut: a. Pembentukan jiwa syukur akan karunia Allah. Dalam pandangan

seorang konsumen muslim, setiap perilaku konsumsi sesungguhnya merupakan

realisasi rasa syukur kepada Allah. b. Pembentukan ahli ibadah yang bersyukur.

Seorang konsumen muslim yang telah mengkonsumsi berbagai barang sekaligus

mampu merasakannya sebagai nikmat karunia Allah, akan berkontribusi besar

untuk senantiasa menunaikan ibadah dengan berlandaskan atas syukur akan

nikmat karunia Allah. 30

29
Arif pujiono, Teori Konsumsi., h. 198
30
Andi Bahri S, Etika dalam Perspektif Ekonomi Islam, dalam Hunafa: Jurnal Studia Islamika, Vol.
11, No. 2, Desember 2014, h. 364
26

Berdasarkan pendapat di atas, konsumsi dalam ekonomi Islam berkaitan

erat dengan rasa syukur atas karunia Allah, karena dapat memperoleh barang atau

jasa untuk memenuhi kebutuhan. Rasa syukur tersebut mendorong terciptanya

kepuasan spiritual, sehingga konsumen dapat merasa cukup dengan rezeki yang

diterima, walaupun jumlahnya tidak banyak. Konsumsi dalam ekonomi Islam

juga bertujuan untuk mendukung kegiatan ibadah. Barang dan jasa merupakan

karunia Allah, sebagaimana hidup manusia juga karunia Allah. Oleh karena itu,

pemanfaatan barang dan jasa harus memiliki keterkaitan dengan tujuan hidup dan

penciptaan manusia, yaitu beribadah kepada Allah.

Tujuan akhir dalam konsumsi Islam bukan hanya menghabiskan manfaat

barang atau jasa, tetapi sebagai sarana manusia untuk mewujudkan tugasnya

sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang diberi kewenangan mengatur dan

memanfaatkan karunia Allah. Pemanfaatan barang dan jasa harus selaras dengan

tujuan penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah kepada Allah Swt. Hal ini

berarti bahwa tujuan utama konsumsi dalam Islam adalah untuk mendukung

manusia dalam rangka beribadah kepada Allah.

C. Prinsip Konsumsi Dalam Islam

Perbedaan antara ekonomi modern dan ekonomi Islam dalam hal

konsumsi, adalah terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan

seseorang. Islam tidak mengetahui paham materialistis dari pola konsumsi

modern.31 Hendrie berpendapat, dalam Islam justru berjalan sebaliknya

31
Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 2007), h. 44
27

menganjurkan cara konsumsi yang moderat dan proporsional.32 Intinya, dalam

Islam harus diarahkan secara benar dan proporsional, agar kesetaraan dan

keadilan untuk semua bisa tercipta.

Islam adalah agama yang dalam ajarannya terdapat aturan-aturan

mengenai segenap perilaku manusia. Begitu pula dalam masalah konsumsi,

manusia diatur supaya dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang

membawa manusia berguna bagi kemaslahatan hidupnya. Seperti ayat di bawah

ini:

ُ َ ُ َ ٗ َّ ٰ َّ ُ ُ ُ ََّ َ َّ ً َ ً ٰ َ َْ َّ ُ ُ ُ َّ َ ُّ َ ٰٓ
‫اس كل ْوا مِما مفى الا ْر مض حللا ط ميبا‬
‫ۖولا تت مبع ْوا خط ٰو مت الش ْيط منِۗ مانه لك ْم عد ٌّو‬ ‫يايها الن‬

ٌ
)١٦٨ :2/‫ ( البقرة‬١٦٨ ‫ُّم مب ْين‬

Terjemah Kemenag 2019

168. Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan

janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang

nyata. (Al-Baqarah/2:168)

Konsumsi merupakan salah satu penggunaan dan pemanfaatan sumber

daya atau barang-barang yang ada atau yang telah tersedia di dunia ini.

Penggunaan dan pemanfaatan sumber daya dalam Islam di atur supaya digunakan

secara baik.33 Mensyukuri ekonomi dalam objek harta kekayaan (al-mal) itu

antara lain dengan jalan yang serba halalan thayyiban, baik dalam hal produksi

dan distribusinya, dan terutama dalam memperoleh dan mengkonsumsinya.

32
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003), h. 67
33
Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2000), h. 20
28

Mengkonsumsi barang dan jasa halal merupakan syarat utama bagi kehidupan

manusia34

Kegiatan konsumsi dalam Islam, akan menitik beratkan pada mensyukuri

nikmat yang telah Allah berikan dengan cara yang baik dan pada hal-hal yang

bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Kegiatan konsumsi dalam agama

Islam dikendalikan oleh lima prinsip, antara lain:

a. Prinsip Keadilan

Prinsip ini mengandung arti ganda, baik mengenai mencari rezeki

secara halal dan melarang yang dilarang dalam ketentuan agama.35 Berikut

indikator prinsip keadilan, antara lain: sesuatu yang dikonsumsi itu

didapatkan secara halal dan tidak bertentangan dengan hukum, tidak boleh

menimbulkan kezhaliman, berada dalam koridor aturan atau hukum agama,

serta menjunjung tinggi kepantasan atau kebaikan. Menurut Afzalurrahman

“kehidupan yang paling baik menurut Al-Qur’an adalah menikmati

kehidupan secara seimbang tanpa harus menitik beratkan pada satu pihak

secara ekstrim.36 Sesuai ayat di bawah ini:

َ َ َّ َ َ ْ َ َّ ُ ْ َْ َّ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َّ َ َ َّ
ُ ْ َ َ ‫الخ ْن يزْر َو َمآ اهل ب ٖه ل َغ ْير ه م‬ َ ‫الد َم َولح‬
‫اّٰللۚ فم من اضطَّر يير با و ولا عا و‬ ‫م م م م‬ ‫م م‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫مانما حرم عليكم الميتة و‬

ُ َ َ ‫َ َ ْ َ َ َ ْ َّ ه‬
)١٧٣ :2/‫ ( البقرة‬١٧٣ ‫اّٰلل غف ْو ٌر َّر مح ْي ٌم‬ ‫فلآ ماثم علي مهِۗ مان‬

Terjemah Kemenag 2019

34
M. Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Tangerang:
Kholam Publishing, 2008), h. 322
35
Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam., h. 45
36
Afzalurrahman, alih bahasa Soeryono Nastangin, Doktrin Ekonomi Islam, jilid II, (Yogyakarta: PT
Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 20
29

173. Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan

(daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Akan tetapi, siapa

yang terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui

batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. (Al-Baqarah/2:173)

Ayat di atas menjelaskan bahwa agama Islam sangat menjunjung

tinggi keadilan, umat Islam hanya diperkenankan mengkonsumsi makanan

dan minuman yang halal, akan tetapi ada keringanan bagi umat yang terpaksa

dan dalam keadaan darurat untuk mempertahankan hidup, maka bisa

mengkonsumsi bangkai ataupun makanan yang diharamkan lainnya.

b) Prinsip Kebersihan

Prinsip yang kedua yang tercantum dalam Al-Quran dan Sunnah,

tentang makanan ialah harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor

ataupun menjijikkan sehingga merusak selera, diberkahi Allah, dan memiliki

manfaat bagi kesehatan tubuh. Karena itu, tidak diperkenankan boleh

dimakan dan diminum dalam semua keadaan. Jadi semua yang diperbolehkan

makan dan minum itu adalah yang bersih dan bermanfaat. Sunnah Rasulullah

SAW juga menyatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Salman

meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW berkata, ”makanan diberkahi jika kita

mencuci tangan sebelum dan setelah memakannya.”(Tarmidzi, miskhat)37

Islam mengajarkan barang yang dikonsumsikan harus bersih dan

suci. Kebebasan yang diberikan Islam dalam pemanfaatan atau pembelanjaan

harta, untuk membeli barang-barang yang baik dan yang halal demi

37
Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam., h. 46
30

kepentingan hidup manusia agar tidak melanggar batas-batas kesucian yang

telah ditetapkan, kebersihan makanan maupun pakaian ditetapkan dalam

Islam karena hal ini akan menjamin kesehatan semua umat muslim, jika

semuanya mengkonsumsi barang-barang yang bersih.

c) Prinsip Kesederhanaan

Islam menetapkan jalan yang baik bagi semua umat muslim, di

tengah modernitas hidup.38 Perbuatan yang melampaui batas (israf) adalah

pemborosan (tabzir) yang artinya membuang-buang dan menghamburkan

harta tanpa faedah dan mencari pahala. Disatu lain, dilarang membelanjakan

harta secara berlebihan semata-mata menuruti hawa nafsu, di sisi lain juga

dilarang berbuat menjauhkan diri dari kesenangan menikmati barang yang

baik dan halal di dalam kehidupan. Sebagaimana dalam firman Allah SWT,

sebagai berikut:

َ ْ ْ ُ َ ٗ َّ ْ ُ ُ َ ْ ُ ْ ُُْ َ ُ َ ْ ُ ََ ُ ُ َ َٰ
ࣖ ‫يح ُّب ال ُمس مر مف ْين‬
‫۞ ٰي َب من ْ ٓي ا م خذ ْوا مز ْينتك ْم معند ك مل م ْس مج ود َّوكلوا َواش َربوا َولا ت ْس مرفواۚ مانه لا م‬

)٣١ :7/‫ ( الاعراف‬٣١

Terjemah Kemenag 2019

31. Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid

dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai

orang-orang yang berlebihan. (Al-A'raf/7:31)

38
Ibid h.50
31

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT tidak menyukai umat

yang berlaku berlebihan dalam kegiatan konsumsi, manusia juga harus

menyeimbangkan dan mempertimbangkan apa yang menjadi kebutuhan

hidupnya dan berlaku sederhana dalam kegiatan konsumsi. Setiap muslim

dianjurkan untuk mengkonsumsi barang yang menjadi kebutuhan, akan tetapi

dalam kegiatan konsumsi itu sendiri tidak dianjurkan mengkonsumsi

sebanyak-banyaknya, tetapi tetap harus dengan prinsip kesederhanaan.

Anjuran di atas juga bermanfaat untuk menyeimbangkan antara keinginan

untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan kebutuhan masa depan.

Setiap umat muslim harus mempertimbangkan kebutuhan

selanjutnya, karena jika harta yang digunakan untuk mengkonsumsi suatu

barang dihabiskan dengan boros pada satu kebutuhan saja, maka akan

mendapatkan kesulitan untuik memenuhi kebutuhan lainnya. Berikut

indikator prinsip kesederhanaan, antara lain: tidak berlebih-lebihan, tidak

kikir, tidak bakhil, berperilaku moderat, dan berperilaku profesional

maksudnya dapat menyiasati antara keinginan dan kebutuhan.

d) Prinsip Kemurahan Hati

Dalam hal ini agama Islam memerintahkan agar senantiasa

memperhatikan tetangga dan saudara dengan saling berbagi bersama.39 Saling

berbagi dengan saudara dan tetangga yang membutuhkan juga merupakan

prinsip kemurahan hati yang dianjurkan dalam Islam. Hal ini dijelaskan

dalam firman Allah Swt:

39
Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 110
32

ُ ْ َ ْ ُ َ َّ َ ُ َ
)٣٨ :26/‫ ( الشعراۤء‬٣٨ ۙ‫ات َي ْو وم َّمعل ْو وم‬
‫فج ممع السح َرة مل مميق م‬

Terjemah Kemenag 2019

38. Maka, dikumpulkanlah para penyihir pada waktu (yang ditetapkan) pada hari yang telah

ditentukan. (Asy-Syu'ara'/26:38)

Agama Islam sangat menganjurkan untuk saling tolongmenolong

dengan saudara muslim lainnya, agar dapat saling berbagi dan membantu

dalam kebaikan. Sedekah juga sebagai sarana untuk membersihkan hati dan

sifat bakhil, dan dapat memberikan ketenangan hati. Hal ini dikarenakan ada

hak orang lain yang membutuhkan, di dalam harta yang diberikan Allah Swt.

e) Prinsip Moralitas

Prinsip yang terakhir ini adalah prinsip penting yang menjelaskan

tentang kondisi moralitas bagi seorang konsumen muslim dalam melakukan

aktifitas ekonomi, konsumsi terhadap makanan bertujuan untuk keuntungan

langsung tetapi juga bagaimana tujuan akhirnya, yakni untuk meningkatkan

nilai-nilai moral dan spiritual.40 Konsumsi seorang muslim harus dibingkai

oleh moralitas yang dikandung dalam Islam sehingga tidak semata-mata

memenuhi segala kebutuhan. Allah memberikan makanan dan minuman

untuk keberlangsungan hidup umat manusia agar dapat meningkatkan nilai-

nilai moral dan spiritual. Seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama

Allah sebelum makan dan menyatakan terimakasih setelah makan. Prinsip ini

menjelaskan bahwa seseorang akan merasakan sedikit kenikmatan atau

keuntungan yang diperoleh dari minumminuman keras dan makan-makanan

40
Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam., h. 47
33

yang terlarang, disebakan hal tersebut dilarang dan karena adanya bahaya

yang mungkin timbul lebih besar dari pada kenikmatan atau keuntungan yang

mungkin diperoleh.

4. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini terdapat penelitian yang relevan sebagai bahan

pendukung dalam melaksnakan penelitian yang akan penulis laksanakan.

Untuk lebih jelas sebagai berikut :

No Nama Tahun Judul Hasil Penelitian


1 Firman 2019 Perilaku Konsumtif Menunjukkan bahwa : (1)
pada Pelajar Perilaku konsumtif yang
SMAN 24 terjadi pada pelajar SMAN
Kabupaten Bone 24 Kabupaten Bone adalah
(a) Tertarik pada kemasan
barang. (b) Berbelanja
untuk keperluan
penampilan. (c) Status
sosial. (d)
Konformitas. (e)
Penasaran dengan produk
yang ditawarkan
Oleh iklan. (e) Pusat-pusat
perbelanjaan. (2) Bentuk
perilaku konsumtif pada
pelajar SMAN 24
Kabupaten Bone yaitu (a)
Pembelian tidak terencana
(b) Pembelian berlebihan.
(c) Mencari kesenangan.
2 Okky Dikria, 2016 Pengaruh Literasi Berdasarkan hasil
Sri Umi Keuangan dan penelitian dapat ditarik
Mintarti W Pengendalian Diri kesimpulan sebagai
terhadap Perilaku berikut: 1) Terdapat
Konsumtif pengaruh negatif antara
Mahasiswa Jurusan literasi keuangan terhadap
Ekonomi perilaku konsumtif
Pembangunan mahasiswa. Mahasiswa
Fakultas Ekonomi yang memiliki literasi
Universitas Negeri keuangan yang baik akan
34

No Nama Tahun Judul Hasil Penelitian


Malang Angkatan semakin rasional dalam
2013 berkonsumsi, sehingga
tingkat konsumtifnya
rendah; 2) Terdapat
pengaruh negatif antara
pengendalian diri terhadap
perilaku konsumtif
mahasiswa. Mahasiswa
yang dapat mengendalikan
diri maka akan semakin
rendah perilaku
konsumtifnya; 3) Terdapat
pengaruh secara simultan
antara literasi keuangan,
pengendalian diri terhadap
perilaku konsumtif.
Artinya, jika mahasiswa
memiliki literasi keuangan
dan pengendalian diri
yang baik maka tingkat
konsumtifnya rendah.
3 Dian 2016 Pengaruh Prestasi Menunjukkan bahwa: 1)
Sukmawati Belajar, Dukungan Prestasi belajar mata
Sosial Keluarga pelajaran Ekonomi
dan Teman Sebaya berpengaruh positif
terhadap Literasi terhadap literasi keuangan
Keuangan Siswa siswa, 2) Dukungan sosial
keluarga berpengaruh
positif terhadap literasi
keuangan siswa, 3)
Dukungan sosial teman
sebaya pengaruh positif
terhadap literasi keuangan
siswa dan 4) Prestasi
belajar, dukungan sosial
keluarga dan teman sebaya
secara simultan pengaruh
terhadap literasi keuangan
siswa SMA Negeri di
Kabupaten Dompu.
Sehingga dapat dikatakan
bahwa ketiga variabel
tersebut merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi
35

No Nama Tahun Judul Hasil Penelitian


literasi keuangan siswa
SMA Negeri di Kabupaten
Dompu

Theodorus Pengaruh Literasi Hasil penelitian


4 Mawo,Partono 2017 Keuangan, Konsep menunjukan literasi
Thomas,St. Diri dan Budaya keuangan secara parsial
Sunarto Terhadap Perilaku berpengaruh negatif
Konsumtif Siswa terhadap perilaku
SMAN 1 Kota konsumtif pada siswa
Bajawa SMAN 1 Kota Bajawa.
Besarnya pengaruh literasi
keuangan terhadap
perilaku konsumen adalah
1,77%. Hasil penelitian
menunjukan secara
simultan literasi keuangan,
konsep diri dan budaya
secara simultan
berpengaruh terhadap
perilaku
konsumen pada siswa
SMAN 1 Kota Bajawa.
Besarnya pengaruh ketiga
variabel tersebut secara
simultan adalah 8,6%.
5 Indah, Susi, 2013 Pengaruh Financial Menunjukkan bahwa
Elvia Literacy Terhadap financial literacy memiliki
Perilaku Konsumtif pengaruh terhadap
Remaja Pada perilaku konsumtif siswa
Program IPS SMA dengan signifikansi
Negeri 1 Surakarta negatif. Dengan demikian
Tahun Ajaran dapat dikatakan bahwa
2012/2013. financial literacy cukup
berpengaruh terhadap
perilaku konsumtif remaja,
dimana ketika financial
literacy meningkat maka
perilaku konsumtif akan
menurun.
6 Habibah 2014 Dampak Tunjangan Hasil penelitian
Sertifikasi menunjukkan bahwa
Terhadap Gaya dampak yang terjadi
Hidup Konsumtif cukup tinggi. Hal ini dapat
36

No Nama Tahun Judul Hasil Penelitian


Guru (Studi Kasus: dibuktikan berdasarkan
Yayasan analisa dan interprestasi
Sa’adatuddarain, data yang dilakukan
Mampang). diperoleh hasil rata-rata
59,85%.
7 Purwanto 2021 Analisis Tingkat Menunjukan tingkat
Literasi Keuangan literasi keuangan
Syariah Studi Guru syariah guru SMA IT Ash-
SMA IT Ash- Shiddiiqi termasuk ke
Shiddiiqi Batang dalam kategori “sedang”
Hari yaitu
masuk dalam rentang
skala antara 101 – 130
dengan jumlah total skor
sebesar 527
atau rata-rata sebesar
107,9, adapun upaya yang
bisa dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman
literasi keuangan syariah
yaitu dengan guru
melakukan
kunjungan edukasi ke
lembaga keuangan syariah
secara langsung, bisa juga
dengan mengundang
praktisi atau akademisi
untuk memberikan edukasi
tentang
literasi keuangan syariah
lebih mendalam.
8 Annisa 2017 Perbedaan Perilaku Bahwa adanya perbedaan
Prilyandani Konsumtif pada signifikan perilaku
Guru Madrasah konsumtif guru Madrasah
Ibtidiayiah Ibtidaiyah berdasarkan
Berdasarkan Status status sertifikasi dan jenis
Sertifikasi dan kelamin di Kementerian
Jenis kelamin di Agama Kecamatan
Kementerian Lenteng, Kabupaten
Agama Sumenep
37

5. Kerangka Pikir

Guru secara garis besar dapat diartikan sebagai seorang pemberi ilmu.

Namun secara umum atau dalam arti luas guru juga dapat diartikan sebagai

seorang tenaga pendidik. Selain itu guru juga harus mempunyai tingkat

pengetahuan keuangan agar dapat mengelolah keuangan pribadinya dan dapat di

ajarkan kepada siswa cara mengelolah uang dengan baik, maka guru harus

mempelajari literasi pengetahuan.Literasi keuangan syariah merupakan kombinasi

dari pengetahuan dan kemampuan untuk mendapatkan, memahami, menganalisis

dan mengelola finansial sehingga terjadi perilaku konsumsi sesuai syariat Islam.

Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan manusia untuk melakukan

konsumsi tiada batas, membeli sesuatu yang berlebihan atau secara tidak

terencana. Sehubungan dengan penjelasan tersebut maka literasi keuangan syariah

dibutuhkan sebagai edukasi mengelola sumber daya keuangan secara efektif

untuk kesejahtraan hidup sekaligus sebagai kebutuhan dasar setiap orang untuk

meminimalisasi, mencari solusi, dan membuat keputusan yang tepat dalam

masalah keuangan.
38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Tempat yang dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu Sekolah di SMAN 3

Makassar Jln, Baji Areng No. 18. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara

purposive (sengaja).

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Moleong,

menjelaskan bahwa penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan

dan melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang sebagaimana adanya

berdasarkan fakta-fakta. Penelitian ini merupakan usaha untuk mengungkapkan

masalah atau keadaan atau peristiwa sebagimana adanya sehingga hanya bersifat

sebagai pengungkap fakta. Hasil penelitian ditekankan untuk memberikan

gambaran secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang

diteliti. Pertanyaan dengan kata tanya “mengapa”, “alasan”, dan “bagaimana

terjadinya” akan senantiasa dimanfaatkan peneliti.41

Sugiyono menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif atau biasa

disebut motede peneltian naturalistik adalah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara,

41
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Bandung: Rosda, 2017.
39

analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna daripada generalisasi.42

Tujuan deskritif kualitatif dalam penelitian ini yaitu untuk memberikan

gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta tertentu.

Fakta tertentu tersebut yaitu tentang literasi keuangan syariah dan perilaku

konsumtif guru di SMAN 3 Makassar.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua macam, yaitu

sumber data primer dan sumber data sekunder.

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah subyek yang dapat memberikan data secara

langsung. Data dalam hal ini penulis melakukan penelitian langsung di SMA

Negeri 3 Makassar yaitu guru ekonomi. Pengambilan informan atau teknik

sampling menggunakan purpositive sampling. Arikunto menjelaskan bahwa

purpositive sampling adalah pengambilan sampel yang sudah diketahui

karaktrestik atau ciri-cirinya oleh peneliti. 43Sesuai dengan pendapat tersebut,

informan dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru, dan Guru NON

PNS di SMAN 3 Makassar.

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui

dokumen, buku, jurnal dan penelitian sebelumnya.


42
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan K&D, Bandung: Alfabeta.
43
Arikonto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 81
40

D. Teknik- Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan

data. Pada penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting), sumber data primer dan teknik pengumpulan data

dengan metode observasi dan wawancara mendalam (in depth interview), dan

dokumentasi 44. Dalam mengumpulkan data digunakan metode sebagai berikut:

1. Observasi

Secara harfiah observasi diturunkan dari bahasa latin yang berarti “melihat”

dan “memperhatikan”. Istilah observasi dapat di definisikan sebagai

“perhatian yang terfokus terhadap kejadian gejala”. Observasi merupakan

metode pengumpulan data dimana peneliti belajar tentang perilaku dan makna

dari perilaku tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.45

Wawancara mendalam adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu

persoalan tertentu. Ini merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua orang

atau lebih dapat berhadap-hadapan secara fisik. Metode wawancara

mendalam ini digunakan untuk mendapat keterangan-keterangan secara


44
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan K&D, Bandung: Alfabeta
45
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Bandung: Rosda, 2017.
41

mendalam dari permasalahan yang dikemukakan. Wawancara mendalam ini

dengan percakapan secara langsung, bertatap muka dengan informan yang

diwawancarai. Dengan menggunakan metode wawancara mendalam ini

diharapkan akan memperoleh gambaran yang lebih jelas guna mempermudah

dan menganalisis data selanjutnya. Wawancara mendalam akan dilakukan

dengan pedoman wawancara. Hal ini dimaksudkan agar pertanyaan yang

diajukan oleh peneliti dapat terarah, tanpa mengurangi kebebasan dalam

mengembangkan pertanyaan, serta suasana tetap terjaga agar kesan dialogis

informan nampak. Dalam penelitian ini wawancara ditujukan kepada guru-

guru SMAN 3 Makassar yang mendapatkan sertifikasi.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi menurut Arikonto adalah mencari data mengenai hal

atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat, kabar, majalah,
46
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dalam hal ini metode

diperlukan guna melengkapi hal-hal yang dirasa belum cukup dalam data-data

yang telah diperoleh melalui pengumpulan lewat dokumen/catatan yang ada

dan dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. Menurut Sugiyono,

dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumentel

dari seseorang.47

Berdasarkan kedua pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengumpulan data dengan cara dokumentasi merupakan suatu hal dilakukan

46
Arikonto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 134
47
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan K&D, Bandung: Alfabeta. Hal 240
42

oleh peneliti guna mengumpulkan data dari berbagai hal media cetak

membahas mengenai narasumber yang akan diteliti. Penelitian ini

menggunakan metode dokumentasi untuk mencari data tentang profil guru

SMAN 3 Makassar.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini data di analisis dengan cara berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan-catatan lapangan

dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalaha

penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara

sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah

pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali. Peneliti

menggunakan reduksi data dengan tujuan memudahkan dalam pengumpulan

data di lapangan.

2. Display Data

Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian,

baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi data dan

display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan dan

memvervikasikan sehingga menjadi kebermaknaan data. Peneliti

menggunakan display data ini untuk melihat gambaran penelitian.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi berbentuk

kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan sepanjang penelitian


43

berlangsung sejalan dengan memberchek, triangulasi dan audit trail, sehingga

menjamin signifikasi atau kebermaknaan hasil penelitian. Peneliti

menggunakan metode ini untuk memverifikasi kesimpulan yang jelas dan

pasti.

F. Rencana Pengujian Keabsahan Data

Triangulasi merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan peneliti

untuk menggali dan melakukan teknik pengolahan data kualitatif. Teknik

triangulasi bisa diibaratkan sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data

dengan membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.


44

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti
Wakaf, 2007).

Abdul Rahim, Siti Hafidzah. (2016). Islamic Financial Literacy and Determinants
Among University Students: An Exploratory Factor Analysis. International
Journal of Economics and Financial Issues: 6(S7) 32-35. ISSN: 2146-
4138.

Afzalurrahman, alih bahasa Soeryono Nastangin, Doktrin Ekonomi Islam, jilid II,
(Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995)

Agustianto. “Membangun Literasi Keuangan Syariah”,


www.agustiantocentre.com, 2014.

Anam, M. K., Abbas, D. S., & Anggraini, L. Meningkatkan Literasi Perbankan


Syariah dengan mengembangkan aplikasi edukasi berbasis android.
Dynamic Management Journal, 4(1).
https://doi.org/10.31000/dmj.v4i1.2469

Andi Bahri S, Etika dalam Perspektif Ekonomi Islam, dalam Hunafa: Jurnal
Studia Islamika, Vol. 11, No. 2, Desember 2014

Annisa Prilyandani. 2017. Perbedaan Perilaku Konsumtif pada Guru Madrasah


Ibtidiayiah Berdasarkan Status Sertifikasi dan Jenis kelamin di
Kementerian Agama Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep. Skripsi.
Malang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim

Arif, Pujiono, Teori Konsumsi Islami, Dalam Journal Dinamika


Pembangunan,Vol.3, No.2/ Desember 2006.

Arikonto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta.

Astuti, D E. 2013. Perilaku Konsumtif Dalam Membeli Barang Pada Ibu Rumah
Tangga Di Kota Samarinda. eJournal Psikologi, 1(2), 148 -156.

Basu Swastha dan Hani Handoko. 2011. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku
Konsumen. Yogyakarta: BPEE

Capuano, A., & Ramsay, I, 2011. What Causes Suboptimal Financial Behaviour?
An Exploration of Financial Literacy, Social Influences and Behaviour
Economics. Social Science Research Network Electronic Library (540).
Australia: The University of Melbourne.
45

Dian, S. 2016. Pengaruh Prestasi Belajar , Dukungan Sosial Keluarga dan Teman
Sebaya Terhadap Literasi Keuangan. Jurnal Ekonomi Pendidikan dan
Kewirausahaan. 4(1), 30-41.

Dikria, O., Mintarti. U.S. 2016. Pengaruh Literasi Keuangan dan Pengendalian
Diri terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Angkatan
2013. Jurnal Pendidikan Ekonomi. 9(2), 128-139.

Eko Suprayitno,Ekonomi Mikro Perspektif Islam,(Malang:UIN-Malang Press,


2008)

Firman, 2019. Perilaku Konsumtif pada Pelajar SMAN 24 Kabupaten BONE.


Universitas Negeri Makassar.

Habibah. (2014). Dampak Tunjangan Sertifikasi Terhadap Gaya Hidup


Konsumtif. Jurnal Manajemen, Volume 1 No. 1.
Hornby, A. S. 2000. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English.
London: Oxford University Press
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003)
https://ojk.go.id

Indah Imawati, Suci (2013) Pengaruh Financial Literacy terhadap Perilaku


Konsumtif Remaja pada Program IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun
Ajaran 2012/2013. Jupe UNS. VO. 2 No. 1 Hal 48/58

Isra, H. (2019). No Title. Ihtiyath, 3(2), 181.


https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/ihtiyath/article/view/1783/1098

Jureid, Pendampingan Peningkatan Paham Literasi Keuangan Syariah Bagi Guru


SMP-SMA IT Alhusnayai, h 143.

Lestarina, E., Karimah, H., dkk. 2016. Perilaku Konsumtif dikalangan Remaja :
Jurnal Riset Tindakan Indonesia. 2(2), 1-6.

Lusardi, A., Mitchell, O. & Curto, V. 2010. Financial Literacy Among the Young:
Evidence and Implication for Consumer Policy. NBER Working Paper No.
15350. JEL No.091.

Mawo, T., Thomas, P., & Sunarto, St. 2017. Pengaruh Literasi Keuangan, Konsep
Diri dan Budaya Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa SMAN 1 Kota
Bajawa. Journal of Economic Education, 6(1), 60 -65.
46

Mendari, Anastasia, dan Kewal. 2014. Tingkat Literasi Keuangan di Kalangan


Mahasiwa STIE MUSI. Hal 130-140.

M. Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam,
(Tangerang: Kholam Publishing, 2008)
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Bandung: Rosda, 2017.

Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam,


(Jakarta: Rajawali Pers, 2000)
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nurfarika, O. 2015. Pengaruh Persepsi Orang Tua, Peer Group dan Financial
Literacy terhadap Perilaku Konsumtif pada Siswa Kelas X IPS dan XI IPS
di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi.Semarang:
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

Otoritas Jasa Keuangan. Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (Revisit


2017)

Pradesyah, R., Susanti, D. A., & Rahman, A. (2021). Analisis Manajemen


Keuangan Masjid Dalam Pengembangan Dana Masjid. Misykat Al-Anwar
Jurnal Kajian Islam Dan Masyarakat.

Purwanto. 2021. Analisis Tingkat Literasi Keuangan Syariah Studi Guru SMA IT
Ash-Shiddiiqi Batang Hari. Skripsi. Jambi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jambi.

Reni Farwitawati, Literasi Keuangan Syariah Dikalangan Guru Dan Siswa


Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Perpajakan Riau.

Shobah, Nurus. (2017). Analisis Literasi Keuangan Syariah Terhadap Penggunaan


Jasa Perbankan Syariah Sebagai Upaya Meningkatkan Shariah Financial
Inclusion”. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel
Surabay

Suci Indah Imawati, Pengaruh Financial Literacy terhadap Perilaku Konsumtif


Remaja pada Program IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran
2012/2013. Jupe UNS. VO. 2 No. 1 Hal 48/58

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan K&D, Bandung:


Alfabeta
Terjemah Kemenag 2019

Anda mungkin juga menyukai