Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

DISUSUN OLEH:
NURUL WAFDA MARPUNIR RAHMAH
I4051231038

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Nama Mahasiswa : Nurul Wafda Marpunir Rahmah


NIM : I4051231038
Tanggal Praktek : 28 Agustus 2023
Judul Kasus : Laporan pendahuluan pasien dengan kebutuhan dasar eliminasi
Ruangan : Penyakit dalam

A. Konsep Penyakit

1. Definisi

Eliminasi adalah proses pengeluaran limbah atau zat-zat yang tidak diperlukan
dari dalam tubuh. Eliminasi terbagi dua yaitu eliminasi urin dan eliminasi fekal.
Eliminasi urin dilakukan di bagian sistem perkemihan dengan menyaring dan
mengeluarkan urin dari tubuh sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit terjaga.
Eliminasi fekal dilakukan di sistem pencernaan yaitu usus, zat yang tidak diperlukan
oleh tubuh selanutnya akan dibuang dari tubuh dalam bentuk feses yag tujuannya agar
menjaga cairan dan elektrolit, hidrasi, status gizi, integritas kulit, dan kenyamanan
(Risnah, 2021).

2. Etiologi

3. Gangguan pemenuhan
kebutuhan eliminasi BAK
disebabkan oleh :
4. Supra vesikal berupa

kerusakan pada pusat miksi


di medullaspinalis
5. Vesikal berupa

kelemahan otot detrusor


karena lama teregang
6. Intravesikal berupa

pembesaran prostat,
kekakuan lehervesika, batu
kecil dan tumor
7. Dapat disebabkan

oleh kecemasan,
pembesaran prostat,
kelainan patologi uretra,
8. trauma, disfungsi
neurogenik kandung kemih
9. Gangguan pemenuhan
kebutuhan eliminasi BAK
disebabkan oleh :
10.  Supra vesikal
berupa kerusakan pada
pusat miksi di
medullaspinalis
11.  Vesikal berupa
kelemahan otot detrusor
karena lama teregang
12.  Intravesikal berupa
pembesaran prostat,
kekakuan lehervesika, batu
kecil dan tumor
13.  Dapat disebabkan
oleh kecemasan,
pembesaran prostat,
kelainan patologi uretra,
14. trauma, disfungsi
neurogenik kandung kemih
15. Supra vesikal berupa
kerusakan pada pusat miksi
di medullaspinalis
16.  Vesikal berupa
kelemahan otot detrusor
karena lama teregang
17.  Intravesikal berupa
pembesaran prostat,
kekakuan lehervesika, batu
kecil dan tumor
18.  Dapat disebabkan
oleh kecemasan,
pembesaran prostat,
kelainan patologi uretra,
19. trauma, disfungsi
neurogenik kandung
kemih.
20. Supra vesikal berupa
kerusakan pada pusat miksi
di medullaspinalis
21.  Vesikal berupa
kelemahan otot detrusor
karena lama teregang
22.  Intravesikal berupa
pembesaran prostat,
kekakuan lehervesika, batu
kecil dan tumor
23.  Dapat disebabkan
oleh kecemasan,
pembesaran prostat,
kelainan patologi uretra,
24. trauma, disfungsi
neurogenik kandung
kemih.
a. Usia
Semakin tua usia maka biasanya tonus otot akan berkurang sehingga kontrol
pada kandung kemih dan anus akan mempengaruhi pola eliminasi seperti contoh
retensi dan inkontinensia urin.

b. Pola diet

Asupan cairan dan serat sangat penting untuk proses eliminasi dan defekasi
klien. Asupan cairan yang tidak adekuat bisa menyebabkan konstipasi. Pemilihan
makanan juga penting dalam proses pencernaan yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada proses defekasi, jika asal dalam memilih makanan bisa
menyebabkan diare, perut kembung dan sebagainya.

c. Psikologis

Saat keadaan cemas dan stress dapat meningkatkan stimulasi untuk berkemih
sebagai upaya kompensasi.

d. Aktivitas dan latihan

Aktivitas dan latihan dapat menyebabkan meningkatnya tonus otot yang dapat
mengarah pada kontrol kandung kemih. Gerakan peristaltik usus juga dibantu
dengan aktivitas sehingga membantu pola eliminasi yang sehat.

e. Kondisi penyakit

Kondisi penyakit tertentu seperti demam akan menyebabkan produksi urin


menurun karena banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui kulit, selain itu
penyakit lain seperti peradangan dan iritasi juga menyebabkan masalah pada pola
eliminasi.

f. Kehamilan

Seiring bertambahnya usia kehamilan, tekanan pada bagian rektum dan


kandung kemih akan meningkat sehingga menyebabkan obstruksi yang
mengganggu pengeluaran feses dan meningkatkan rasa ingin berkemih. Pada
trimester terakhir biasanya konstipasi adalah masalah yang umum sehingga jika
mengeden terlalu kuat dapat menyebabkan hemoroid permanen.

g. Obat-obatan

Riwayat pengobatan harus diwawancarai dengan klien terutama obat yang


berhubungan dengan pola eliminasi. Klien dengan penyakit jantung biasanya akan
diberikan obat anti diuretik yang bisa meningkatkan produksi urin, sedangkan
pada obat antidepresan, antihipertensi dan antihistamin bisa menyebabkan retensi
urin. Ada pula obat yang menyebabkan meningkatnya eliminasi fekal seperti obat
untuk melunakkan feses, sehingga perawat perlu untuk menanyakan riwayat obat
yang diminum agar perawatan yang diberikan tepat pada klien.

h. Operasi dan pembedahan

Tindakan pembedahan memicu sindrom adaptasi sehingga kelenjar hipofisis


anterior melepas hormon ADH yang berakibat pada meningkatnya reabsorpsi air
dan pengeluaran urin akan menurun. Pemberian anestesi pada saat pembedahan
juga mengakibatkan tonus otot menurun sehingga pergerakan usus akan terhenti
sementara. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24-48 jam.

3. Patofisiologi
Eliminasi terbagi menjadi dua yaitu eliminasi urin dan fekal. Gangguan pada
eliminasi urin disebabkan oleh infeksi pada uretra, tumor, dan pembesaran pada
uterus sehingga dapat menyebabkan peradangan dan kompresi pada ureter/uretra.
Peradangan menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan kompresi menyebabkan
obstruksi pada sebagian atau keseluruhan saluran yang menyebabkan urin yang keluar
sedikit karena penyempitan pada saluran ureter/uretra yang pada akhirnya terjadilah
retensi urin dan gangguan pola eliminasi urin.

Pada eliminasi fekal, gangguan dapat disebabkan oleh pola konsumsi makan dan
minum yang tidak sehat, kurang minum, menahan buang air besar dan efek obat-
obatan. Hal tersebut menyebabkan obstruksi pada saluran cerna sehingga lama
kelamaan menyebabkan kerusakan neuromuscular yang berarti gerakan peristaltik di
usus dan pengeluaran cairan juga akan menurun karena terjadi penyerapan air yang
berlebihan didalam usus sehingga saat dikeluarkan tinja akan terasa keras, kering dan
akan terjadilah konstipasi.

4. Tanda dan gejala

a. Tanda gejala gangguan eliminasi urin

- Mengompol/rembesan urin saat beraktivitas sehari-hari seperti


membungkuk, berolahraga, tidur
- Tidak dapat menahan urin

- Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih seperti pancaran urin


lemah

- Kandung kemih terasa penuh dan merasa tidak nyaman di daerah pubis

- Nyeri saat berkemih

b. Tanda gejala gangguan eliminasi fekal

- Menurunnya frekuensi buang air besar

- Nyeri dan sulit mengeluarkan feses

- Feses cair sehingga tidak dapat menahan buang air besar

- Tidak mampu mengontrol buang air besar dan udara dari anus

- Dinding usus terasa nyeri dan penuh, perut terasa kembung/kram

- Perdarahan pada dinding usus

- Pembengkakan vena dan nyeri pada dinding rectum

5. Pemeriksaan fisik dan penunjang

a. Pemeriksaan fisik

- Mulut

Inspeksi lidah, gigi, gusi. Gigi yang buruk dapat mempengaruhi


kemampuan mengunyah.

- Abdomen

Inspeksi: Lihat bentuk, kesimetrisan, adanya distensi atau gerak peristaltik.

Auskultasi: Dengarkan bising usus, perhatikan intensitas, frekuensi dan


kualitasnya

Perkusi: Ketuk untuk mengetahui adanya distensi cairan, massa atau udara.
Dimulai dari bagian kanan atas dan seterusnya.

Palpasi: Mengetahui adanya nyeri tekan atau massa di permukaan


abdomen
b. Pemeriksaan penunjang

- Foto kontras barium

Mendeteksi ada atau tidaknya tumor serta mengidentifikasi lokasi tumor

- Kolonoskopi

Untuk penegakan diagnosa, biopsi jaringan, ekstirpasi polip, mengelola


pendarahan, follow up kelainan kolon, deteksi dini kanker atau skrining proses
lain, dilatasianastomose atau mengambil benda asing.

- Pemeriksaan foto rontgen abdomen

Untuk mendeteksi adanya kelainan pada usus atau tumor

- Pemeriksaan lab urin dan feses

Pemeriksaan kadar bilirubin, amylase atau CEA untuk mengetahui adanya


glikoprotein membran sel jaringan. Pemeriksaan ova dan parasit juga lemak
pada feses

- Pemeriksaan urinalisis/sedimen urin

Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada


saluran kemih

- Pemeriksaan fungsi ginjal

Berguna sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan


pencitraan pada saluran kemih bagian atas

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan gangguan eliminasi urin
- Pengumpulan urin untuk bahan pemeriksaan.

Mengingat tujuan pemeriksaan berbeda-beda, maka pengambilan


sampel urin juga dibeda-bedakan sesuai dengan tujuannya.

- Urinal

Menolong BAK dengan menggunakan urinal merupakan tindakan


keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu BAK sendiri
dikamar kecil dengan menggunakan alat penampung dengan tujuan
menampung urine dan mengetahui kelainan urine berupa warna dan jumlah
urine yang dikeluarkan pasien.

- Kateterisasi.

Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui


uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.
- Bladder training
Bladder training adalah suatu latihan yang dilakukan dalam rangka
melatih otot otot kandung kemih agar mengembalikan pola kebiasaan
berkemih

b. Penatalaksanaan gangguan eliminasi fekal


- Rehidrasi
Jika pasien pada keadaan umum baik dan tidak dehidrasi maka asupan
cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, dan sup.
Jika pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi maka
penatalaksanaan yang dilakukan lebih banyak seperti cairan intravena atau
rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan gula.

- Diet
Jika tidak muntah hebat maka pasien diare tidak dianjurkan puasa. Susu
sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi laktase transien yang
disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alkohol
juga harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
Makan makanan tinggi serat bagi penderita konstipasi. Batasi makanan yang
menghasilkan gas seperti kol, buncis dan bawang merah.
- Aktivitas dan Latihan
Posisi terlentang untuk menguatkan otot abdomen dengan menariknya
kedalam dan tahan selama 10 detik kemudian merelaksasikannya. Hal tersebut
dilakukan berulang 5-10 kali sesuai toleransi klien. Latihan lain saat terlentang
juga kontraksikan otot paha dan tahan selama 10 detik, lakukan berulang 5-10
kali sebanyak 4 kali sehari sesuai toleransi klien untuk membantu klien yang
tirah baring mendapatkan kekuatan otot paha sehingga defekasi normal.
Ajarkan juga teknik masase abdomen, manuver valsava dan nafas dalam
- Obat anti-diare
Adapun obat yang dapat mengurangi gejala. 1) paling efektif  derival
opioid (loperamide, difenoksilat-atropin dan tinkur opium). Bismuth
subsalisilat dapat digunakan terapi kontraindikasi pada pasien HIV karena
dapat menimbulkan ensefalopati bismuth. Obat antimotilitas harus diberikan
secara hati-hati pada pasien disentri bila tanpa anti mikroba karena dapat
memperlama penyembuhan penyakit. 2) obat yang mengeraskan tinja:
atapulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare encer sampai
diare berhenti. 3) obat anti sekretorik/anti enkephalinase: Hidrasec 3 x 1
tab/hari.
- Perawatan Medis
Resustasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, pengobatan untuk
mencegah parahnya sakit dan nasograstis decompression pada obstruksi parah
untuk mencegah muntah dan aspirasi.
- Operasi
Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgent untuk dilakukan tindakan
operasi karena jika terlambat akan terjadi perforasi (luka) pada usus akibat
tekanan tinggi.

7. Komplikasi
Pada pasien dengan usia yang sudah tua dapat menyebabkan cedera pada medula
spinal sehingga terjadi syok neurogenik. Komplikasi lain yaitu terjadi obstruksi usus,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, entrokolitis akibat bakteri, gagal ginjal, batu
pada kandung kemih, infeksi saluran kemih, striktur anal (penyempitan anus) dan
inkontinensia.

8. Pengkajian umum

- Pola defekasi dan keluhan selama defekasi meliputi warna, bau,


konsistensi, bentuk, dan konsituen

- Kaji faktor yang mempengaruhi eliminasi

- Pemeriksaan fisik meliputi keadaan abdomen, ada tidaknya distensi,


simetris atau tidak, gerakan peristaltik, adanya massa pada perut.

9. Diagnosa umum
- Konstipasi

- Gangguan eliminasi urin

- Retensi urin

10. Intervensi umum

- Identifikasi tanda gejala gangguan eliminasi

- Identifikasi penyebab gangguan pada eliminasi

- Identifikasi riwayat pemberian makan, riwayat penyakit

- Monitor intake dan output cairan

- Monitor rasa nyeri saat proses eliminasi

- Anjurkan konsumsi makanan yang membantu meningkatkan peristatik


usus

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. (2012).


Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia. Aplikasi Konsep
dan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC
Alimul, Aziz. (2012).
Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia. Aplikasi Konsep
dan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC
Alimul, Aziz. (2012).
Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia. Aplikasi Konsep
dan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC
Alimul, Aziz. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Risnah, M., Amal, A., & Nurhidayah, R. (2022). Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar manusia. Jakarta: Trans Info Media.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan Edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai