Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Soshum Insentif | Vol. X | No.

X | [Bulan] [Tahun]
DOI : https://doi.org/10.36787/jsi.XXXX.XXX Halaman XX - XX

Teori Perkembangan New Media dalam Budaya


Digital
NAJWA PANGESTI HANUNTIKA, MUTIA YURI KAROMAH, RIZQINA RACHMANIA, CAHYA
MUTIA SARI, INDIRA LUTFIATUL AFFIPAH
1
Najwa Pangesti Hanuntika (Universitas Muhammadiyah Tangerang), Indonesia
2
Mutia Yuri Karomah (Universitas Muhammadiyah Tangerang), Indonesia
3
Rizqina Rachmania (Universitas Muhammadiyah Tangerang), Indonesia
4
Cahya Mutia Sari (Universitas Muhammadiyah Tangerang), Indonesia
5
Indira Lutfiatul Affipah (Universitas Muhammadiyah Tangerang), Indonesia

Email: hanuntika1106@gmail.com

ABSTRAK

Perkembangan teknologi komunikasi memunculkan beragam bentuk media,


termasuk new media atau media baru. Kemajuan teknologi komunikasi dalam
media baru yang sangat pesat dan memunculkan masyarakat informasi
menuntut kita untuk melakukan pendefinisian ulang atas teori tentang media
yang ada selama ini. Kemunculan masyarakat informasi ini menjadi awal mula
berkembangnya budaya baru dalam perkembangan media dan komunikasi, yaitu
budaya digital. Artikel ini merupakan hasil kajian literatur yang menyajikan
pemaparan tentang teori perkembangan new media serta implikasinya dalam
budaya digital. Dalam kaitannya dengan budaya digital, hadirnya new media
membuat teks media menjadi lebih terbuka dan jenis medium menjadi lebih
beraneka ragam. Terdapat lebih banyak bentuk kreatifitas dan spesialisasi atas
produk media itu. Fleksibilitas teks media dan teknologi mendukung lebih banyak
produk media untuk memuaskan selera dan minat masyarakat yang berbeda.

Kata kunci: perkembangan, new media, budaya digital

ABSTRACT

The development of communication technology gave rise to various forms of


media, including new media or new media. The rapid advancement of
communication technology in new media and the emergence of an information
society requires us to redefine existing theories about media. The emergence of
this information society is the beginning of the development of a new culture in
the development of media and communication, namely digital culture. This
article is the result of a literature review that presents an explanation of the
theory of new media development and its implications in digital culture. In
relation to digital culture, the presence of new media makes media texts more
'open' and the types of mediums become more diverse. There are more forms of
creativity and specialization of media products. The flexibility of media text and
technology supports more media products to satisfy different tastes and interests
of the public

Jurnal Soshum Insentif – 1


Penulis Pertama dan Penulis Kedua

Keywords: development, new media, digital culture

Jurnal Soshum Insentif – 2


Tuliskan judul artikel sebagai header halaman ganjil

1. PENDAHULUAN

Teknologi digital yang terus berkembang telah menyebabkan perubahan besar di dunia.
Meskipun manusia menjadi lebih mudah mengakses informasi dalam berbagai bentuk dan
dapat dengan bebas memanfaatkan kekuatan teknologi digital, konsekuensi negatif juga
muncul. Kejahatan dengan mudah didorong, game online menghancurkan spiritualitas
generasi muda, pornografi dan pembajakan dengan mudah menyebar, dan sejak tahun
1980-an, dengan pergeseran dari teknologi analog mekanis ke teknologi digital, revolusi
digital telah terjadi dan terus berkembang hingga hari ini. Teknologi ini telah berkembang
secara masif sejak ditemukannya komputer pribadi. Komputer pribadi adalah sebuah sistem
yang secara otomatis dirancang dan diorganisasikan untuk menerima dan menyimpan data
input, memprosesnya, dan membuat data output di bawah kendali instruksi elektronik yang
tersimpan di dalam memori, yang dapat memanipulasi data dengan cepat dan akurat
(Danuri et al., 2019).

Kemajuan dalam teknologi komunikasi dan koneksi virtual telah membuka dunia terhadap
cara-cara baru dalam memperoleh, mengembangkan, dan mengelola bakat dan pekerjaan,
termasuk mengubah cara pendistribusian tenaga kerja. Hal ini juga mengubah persepsi
tentang pekerjaan, orang-orang yang terlibat di dalamnya, dan budaya tempat kerja secara
keseluruhan. Teknologi digital telah memberikan dampak yang signifikan terhadap budaya di
sekitar tempat kerja dan tempat kerja itu sendiri, dengan penggunaan teknologi digital yang
meningkatkan kinerja dan memperluas jangkauan tujuan yang dapat dicapai.

Karakteristik teknologi komputasi digital, khususnya mikroprosesor, terus mengalami


peningkatan, sehingga memungkinkan pengintegrasian ke dalam berbagai peralatan pribadi.
Perkembangan teknologi transmisi data, termasuk jaringan komputer, juga memunculkan
pengguna Internet dan penyiaran digital (Tiar Sirait, 2020). Internet telah membawa
banyak perubahan dalam masyarakat. Sebagai media baru, Internet tidak hanya berfungsi
sebagai sarana untuk memproduksi dan menyebarkan pesan, seperti media tradisional
lainnya, tetapi juga sebagai sarana untuk menyimpan pesan. Internet telah mengantarkan
manusia pada era baru, era di mana segala sesuatunya serba digital dan masyarakat
semakin merambah dunia maya. Penggunaan ponsel pintar dan akses ke media sosial
semakin meningkat dari hari ke hari. Satu aplikasi jejaring pertemanan dapat
mempertemukan orang-orang dari seluruh dunia. Selain itu, perkembangan ponsel yang
telah merambah masyarakat dengan cepat telah memainkan peran penting dalam revolusi
digital dengan menyediakan hiburan, komunikasi, dan akses internet di mana-mana.
Perubahan-perubahan ini juga menandai awal dari perkembangan media baru, yang muncul
sebagai produk dari kemajuan teknologi. Media baru, atau yang juga dikenal dengan
sebutan new media, memiliki bentuk yang sangat berbeda dari media tradisional dan media
lama (Faidlatul Habibah & Irwansyah, 2021).

Setiap era dalam sejarah media memiliki empat zaman, masing-masing sesuai dengan mode
komunikasi yang dominan pada era tersebut. Keempat periode tersebut adalah masa
kesukuan, melek huruf, cetak, dan elektronik (Safanet, 2021). Era elektronik telah
memungkinkan berbagai komunitas di seluruh dunia untuk terkait serta tetap berkaitan satu
sama lain. Kemunculan teknologi elektronik telah menghilangkan perbedaan dan hambatan
di antara manusia. Hal ini terjadi dalam sejarah media, yaitu pada zaman tulisan (melek
huruf) dan cetak. New Media, layaknya internet, bisa mengungguli bentuk surat media
konvensional (Larasati & Oktivera, 2019). karakteristik internet sebagai sarana interaksi
memburamkan perbatasan geografis, menaikkan kemungkinan pembicaraan, serta paling
penting, interaksi tersebut dapat berlangsung secara waktu nyata. Hal ini memperlihatkan

Jurnal Soshum Insentif – 3


Tuliskan Nama Penulis sebagai header halaman genap

akan dalam new media, audiens bukan hanya menjadi objek pesan. Perubahan pada peserta
dan mobilitas media, dan juga arti media, sudah mengakibatkan peran peserta menjadi
sangat komunikatif melalui pesan. Masing-masing era dalam sejarah media mendorong
penggunaan indera tertentu yang dimiliki manusia. Dalam era elektronik, berkembang jenis
media seiring dengan perkembangan teknologi yaitu media lama menjadi media baru (Aziz,
2019).

Kata "media baru" sudah dipakai bermula pada era 1960-an untuk merujuk pada berbagai
macam teknologi komunikasi terapan (Zis et al., 2021). Kemunculan media baru
memungkinkan terbentuknya konsep masyarakat informasi sebagai masyarakat dengan
budaya digital. Keberadaan media baru terkait dengan fungsi teknologinya. Pertama, dalam
hal produksi - ini adalah komputer, foto elektronik, pemindai optik, kendali jarak jauh, dan
lain-lain, yang tidak hanya mengelompokkan dan mengumpulkan informasi, tetapi
memecahkan permasalahan dengan sangat cepat dan juga efisiensi. Ke-dua, dari segi
penyebaran, yaitu transmisi dan transfer informasi elektronik. Ketiga, tampilan mengacu
pada berbagai teknologi yang digunakan untuk menampilkan informasi kepada pengguna
akhir, konsumen informasi. Keempat, penyimpanan mengacu pada media yang digunakan
untuk menyimpan informasi secara elektronik.

Kesan pertama dari istilah 'media baru' sering kali hanya didefinisikan sebagai benda
komunikatif yang memakai hardware komputer. Media baru dihasilkan dari pengembangan
perangkat pada sektor media termasuk televisi, satelit, serat optik, dan komputer (Anestha
& Fatoni, 2020). Benda tersebut memungkinkan pemakai untuk secara komunikatif
memilih serta merespons beberapa hasil dari media.

Keberadaan media baru juga mempengaruhi penerima informasi. Hal ini dikarenakan
hubungan antara pengirim dan penerima informasi bersifat bebas dan setara, sehingga
mengharuskan pendapat sumber informasai agar menentukan pilihan yang berbeda
didsarkan ilmu dan experience yang dapat disatukan untuk berkomunikasi. Media baru
mungkin dapat membuat orang untuk menjadikan peran yang sangat aktif menjadi
konsumen dan warga negara, karena media baru memberikan hubungan kepada masyarakat
umum untuk mendapatkan lebih banyak informasi politik dan memungkinkan peningkatan
demokrasi (Prayoga & Mahadian, 2022). Namun, perlu dicatat bahwa media baru
kemungkinan adanya kesenjangan informasi antara yang tahu dan tidak tahu tidak dapat
dikesampingkan.

Teori-teori yang dikembangkan sejauh ini lebih berfokus hanya sedikit perhatian yang
diberikan pada proses 'informasi' itu sendiri. Memang, berbagai jenis media baru yang
tersedia sebagai sumber informasi, mulai dari media massa hingga media personal,
memerlukan proses 'informatisasi' yang relatif berbeda dan dipersepsikan secara berbeda
pula oleh khalayak. Selain itu, percepatan pengembangan media baru yang disokong oleh
teknologi informatika semakin canggih memperlihatkan keadaan lingkungan komunikasi
tidaklah stabil. Tentu saja, masalah utama dari teori media baru, yang berbeda dengan teori
media yang sudah ada (lama), dapat dirangkum menjadi tiga poin. Pertama, kekuasaan dan
ketidaksetaraan. Sangat sulit untuk melihat media baru dalam hal kepemilikan dan
kekuasaan ketika konten dan arus informasi dikendalikan. Kedua, kohesi sosial dan identitas.
Karena media baru sangat personal dan dapat melampaui batas-batas ruang, waktu, dan
budaya, media baru dipandang sebagai kekuatan yang dapat menghancurkan kohesi sosial
yang ada di masyarakat. Ketiga, perubahan sosial. Selain perubahan ekonomi yang
terencana, media baru dipandang dapat menyebabkan perubahan sosial, sehingga pesan
tidak dapat dikontrol oleh pengirim dan penerima.

Jurnal Soshum Insentif – 4


Tuliskan judul artikel sebagai header halaman ganjil

Selama istilah "masyarakat informasi" masih ada, kita perlu memikirkan kembali teori media
tradisional (Haidar & Diasa, 2022). Kemunculan masyarakat informasi ini menjadi awal
mula berkembangnya budaya baru dalam perkembangan media dan komunikasi, yaitu
budaya digital. Budaya digital, sebagai bagian dari kemajuan teknologi, telah melahirkan
Internet (Ligariaty & Irwansyah, 2021). Konsep itu sendiri dapat dipahami sebagai
jaringan hubungan internasional satu sama lain. Kata lain yang sering kita dengar adalah
globalisasi, yang berarti melampaui batas-batas negara. Perkembangan teknologi informasi
yang pesat telah menjadikan Internet sebagai bagian integral dari globalisasi (Lubis, 2016).

Namun, teknologi digital sudah merubah perilaku orang berkomunikasi melalui media serta
kontennya. Meskipun setiap pengguna menafsirkan konten setiap media secara berbeda
tergantung pada karakteristik spesifiknya, media tradisional seperti buku dan koran
memungkinkan pengguna untuk mengalami setiap teks media dari awal hingga
akhir.Berbeda dengan fleksibilitas yang ditawarkan oleh teknologi digital, pengguna tidak
hanya dapat dengan mudah mentransfer dan berbagi teks media satu sama lain, tetapi juga
dengan mudah memodifikasi teks-teks ini, menghasilkan variasi yang tak ada habisnya
dalam konsumsi mereka (Erland Hamzah, 2015). Meningkatnya fleksibilitas transisi teks
media dari satu media ke media lainnya adalah salah satu fitur utama dari budaya digital.
Inilah sebabnya mengapa budaya digital sering disebut sebagai "budaya teks media yang
berkesinambungan".

Proses digitalisasi itu sendiri telah menyebabkan banyak perubahan dalam industri media,
baik bagi produsen maupun pengguna. Salah satunya adalah makna media. Hal ini
disebabkan oleh fakta bahwa berbagai jenis media yang berbeda tampaknya terintegrasi dan
berbagai jenis informasi dan hiburan dapat diakses hanya dengan mengklik mouse (Zhafira
et al., 2021). Dalam media konvergensi, media bukan saja memenuhi satu kegunaan, tapi
juga bisa menawarkan layanan berbeda, sehingga memastikan beberapa pemakai memiliki
experience media yang tidak sama pada saat yang bersamaan. Sebagai contoh, ketika kita
menjelajahi web, kita bisa mengulas tajuk dan secara bersamaan menonton rekaman yang
berisi tajuk tersebut.

Berbagai perubahan dan fenomena yang terjadi sebagai akibat dari perkembangan new
media amat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Terutama perkembangan new media dan
implikasinya terhadap budaya digital masyarakat dunia. Seperti yang telah dipaparkan di
awal, bahwa saat ini media dan perkembangan teknologi digital berjalan beriringan sehingga
memunculkan bentuk-bentuk media baru dan menimbulkan perubahan budaya komunikasi
pada masyarakat penggunanya. Tulisan ini akan menyajikan paparan literatur dari hasil
pandangan para ahli mengenai teori perkembangan new media dalam budaya digital.

2. METODE

Metode yang dipakai dalam tajuk ini memakai metode atau pendekatan kepustakaan ( library
research), Studi literatur dapat didefinisikan sebagai urutan kegiatan yang berkaitan dengan
mengumpulkan, pembacaan, dan pencatatan informasi perpustakaan, juga pengolahan
bahan penelitian (Ani Apiyani et al., 2022).

Pada studi literatur, sedikitnya terdapat 4 karakteristik unggul yang harus dipergunakan oleh
penulis: 1. Penulis dan peneliti berurusan secara langsung dengan informasi numerik dan
tekstual, bukan dengan ilmu pengetahuan domain langsung. Kedua, data kepustakaan
bersifat "siap pakai". Artinya, peneliti berurusan langsung dengan sumber data
perpustakaan, sehingga tidak perlu turun langsung ke lapangan. Ketiga, data kepustakaan
Jurnal Soshum Insentif – 5
Tuliskan Nama Penulis sebagai header halaman genap

biasanya bersifat sekunder, mengartikan peneliti mendapat bahan dan data sekunder dari
data primer dari data pertama di lapangan. Keempat, syarat dari data kepustakaan adalah
tidak tunduk pada batasan ruang dan waktu.

Dalam mencari dan mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
dokumentasi untuk memperoleh data dari sumber primer dan literatur lain yang berkaitan
dengan topik penelitian yang dibahas. Metode ini dipakai untuk memperoleh data dari buku-
buku, jurnal, dan surat kabar dengan topik yang berkaitan dengan topik penelitian.

Dalam metode dokumentasi ini, urutan yang pasti dikerjakan oleh peneliti saat melakukan
kajian kepustakaan antara lain mengumpulkan bahan penelitian, menelaah bahan pustaka,
menyusun catatan penelitian dan mengolah catatan penelitian. Bahan-bahan yang akan
dikumpulkan adalah informasi dan data empiris dari buku-buku, jurnal, laporan resmi dan
ilmiah serta literatur berbeda yang berhubungan oleh tajuk penelitian. Membaca bahan
penelitian memerlukan pendalaman yang mendalam untuk mengidentifikasi ide-ide baru
yang berkaitan dengan topik penelitian.

Analisis isi adalah teknik penelitian yang menggunakan seperangkat prosedur untuk menarik
kesimpulan yang sahih dari buku-buku dan dokumen-dokumen. Karena jenis penelitian ini
adalah penelitian kepustakaan dan sumber datanya berupa buku, dokumen, dan jenis
literatur lainnya, maka peneliti menggunakan teknik analisis data berupa analisis isi (content
analysis). Dalam hal ini, peneliti menggunakan analisis isi tersebut untuk dapat memahami
isi dan kandungan dari sumber-sumber literatur mengenai teori perkembangan media baru
dalam budaya digital.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan New Media


Media baru sering dibandingkan dengan kemunculan media interaktif yang menggunakan
peralatan komputer dasar. Definisi media baru juga luas: media baru yang diciptakan oleh
inovasi teknologi di sektor media termasuk televisi kabel, satelit, teknologi serat optik, dan
komputer. Teknologi-teknologi ini memungkinkan pengguna untuk membuat pilihan secara
interaktif dan memberikan berbagai tanggapan terhadap produk media.

Media baru merupakan gabungan dari dua kata: new yang berarti 'baru' dan media yang
berarti 'media massa'; waktu, keuntungan, produksi dan distribusi. Sejarah media baru dapat
dipahami sebagai lahirnya pengkajian teknologi. Media baru adalah studi tentang
komunikasi, dan media komunikasi secara luas terintegrasi dengan Internet dan jaringan
elektronik (Mahendra et al., 2017). Media baru merupakan objek budaya dalam
paradigma baru dunia komunikasi massa di masyarakat. Media baru memungkinkan
penyebaran teknologi komputer dan data digital berdasarkan model aplikasi. Media baru
mendapati perubahan bentuk pesebaran informasi melalui penggunaan perangkat lunak dan
teknologi jaringan (Hernani et al., 2021). Media baru adalah istilah yang merujuk kepada
perubahan signifikan dari pembuatan media, persebaran media, dan pemakaian media
teknologi dan media kebiasaan tradisional.

Perkembangan media baru sebagai alat komunikasi dimulai pada tahun 1960-an ketika
seorang peneliti di Institute of Technology bernama J.C.R. Licklider menemukan komputer
pada tahun 1962 dan pada tahun 1969 menemukan ARPARNET, model komunikasi jaringan
dasar Internet (Saptya et al., 2019). Apple Macintosh kemudian menemukan grafis
resolusi tinggi serta multimedia dalam komputer, diikuti dengan pendapatan hypertext

Jurnal Soshum Insentif – 6


Tuliskan judul artikel sebagai header halaman ganjil

(1987), dan sebelum itu, pemakai komputer dan perubahan teknologi komunikasi selalu
mengalami peningkatan, membuat periode ini dikenal dengan zaman media baru. Tidak
heran jika disebut sebagai era media baru. Media baru (Internet) muncul hampir bersamaan
di berbagai belahan dunia, menjadi paling utama sarana yang bisa dipakai agar menemukan
dan bekerja dengan informasi dalam bentuk teks, blog, gambar, dan video. Media baru
menggabungkan bentuk dan format konten media, dengan penekanan pada penggabungan
teks, suara, gambar, dan data lainnya dalam bentuk digital dan mendistribusikannya melalui
jaringan internet (Setiawan et al., 2021). Teori media McLuhan dan Innis menunjukkan
adanya perhubungan dengan indra manusia sangat dibutuhkan untuk memakai media dan
struktur media itu sendiri. Media menjadi perpanjangan dari persepsi manusia tentang dunia
untuk membentuknya. Teori media berfokus pada sifat dan struktur media daripada
kontennya, yang mengubah pandangan tentang efek sosial dan psikologis.

Media baru terklasifikasi pada 4 tingkatan. Pertama, media komunikasi interpersonal, yang
meliputi telepon, ponsel, dan email (Sitorus et al., 2020). Kedua, media permainan
interaktif seperti komputer, video game, dan permainan internet. Ketiga, alat pencarian
informasi seperti portal dan mesin pencari. Keempat, alat partisipatif seperti pertukaran
informasi, opini, pengalaman, dan institusi yang dimediasi komputer di Internet.

Pertama, pembuatan mengacu pada pengelompokan dan pengerjaan informasi, mencakup


komputer, elektrofotografi, pemindai optik, dan kendali jarak jauh yang tidak hanya
memungkinkan informasi dikumpulkan dan diproses, tetapi juga memungkinkan tugas-tugas
diselesaikan dengan lebih cepat dan efisien. Kedua, "pengiriman". Hal ini mengacu pada
distribusi dan transmisi informasi elektronik. Ketiga, tampilan mengacu pada berbagai
teknologi yang digunakan untuk menampilkan informasi kepada pengguna akhir, pemirsa,
pembeli informasi. Keempat, penyimpanan mengacu dalam media digunakan untuk
menyimpan informasi pada bentuk elektronic.

3.2 Teori Perkembangan New Media dan Implikasinya dalam Budaya Digital
Budaya digital akibat tersedianya teknologi informasi telah mengubah budaya masyarakat,
terutama dalam hal menjalin komunikasi melalui korespondensi dan pengiriman SMS
(Wulan Ayu & Fitriyanto, 2022). Keberadaan teknologi informasi secara definitif telah
mengubah budaya masyarakat dalam hal menjalin komunikasi melalui email dan platform.
Perubahan budaya ini memberikan dampak positif bagi masyarakat karena memungkinkan
terjadinya komunikasi yang unlimitid pada ruang serta waktu. Namun, kemajuan teknologi
ini juga dapat dilihat dari sisi negatifnya, yaitu berkurangnya komunikasi tatap muka dan
semakin menjauhnya masyarakat dari lingkungannya (Cholik, 2021). Transformasi
masyarakat digital mengaburkan perbedaan antara yang nyata dan virtual dalam hubungan
antar manusia, dan fenomena baru seperti individualisasi, transparansi, dan kognisi menjadi
tren yang menonjol dan mencirikan aspek-aspek budaya tertentu (Hasan As et al., 2021).

Budaya digital dapat disamakan dengan tujuh atribut utama: Inovasi, pengambilan
keputusan melalui data, kolaborasi, budaya terbuka, pola pikir digital, kelincahan dan
fleksibilitas, serta berpusat pada pelanggan. Budaya digital adalah seperangkat persepsi,
nilai, kepercayaan, dan norma yang dipegang teguh yang menggambarkan bagaimana
sebuah organisasi mendorong dan mendukung penggunaan teknologi untuk meningkatkan
kinerja (Ferdian et al., 2019).

Kehadiran dan perkembangan new media turut membawa dampak pada bentuk-bentuk
media yang ada. Kemunculan media baru memiliki kaitan yang erat dengan perkembangan
Jurnal Soshum Insentif – 7
Tuliskan Nama Penulis sebagai header halaman genap

teknologi digital yang turut terjadi. Salah satu implikasi yang paling mudah diidentifikasi
adalah adanya digitalisasi media. Proses digitalisasi, yang memperlihatkan cara-cara inovatif
dalam mereproduksi teks media, memungkinkan untuk menyalin teks media secara instan
sekaligus mempertahankan kualitasnya (Noviani et al., 2020). Selain itu, proses
pendistribusian konten media menjadi sangat mudah dan cepat disebabkan kode digital
sekarang bisa sangat mudah ditransfer ke berbagai platform media. Teknologi internet
memungkinkan untuk mengubah media berbasis teks menjadi format digital dan
membuatnya tersedia bagi siapa saja yang terhubung ke internet.

Media baru merupakan alternatif dari media tradisional dan kekhususannya tercermin dalam
budaya digital. Media baru sering kali mencakup blog, podcast, penerbitan video dan layanan
berbagi seperti platform YouTube, jejaring sosial seperti Instagram dan Facebook,
streaming, dan pengiriman pesan. Media baru dicirikan oleh multimedia, interaktivitas, dan
hipertekstualitas ( Nurlatifah et al., 2020). Proses komunikasi di media baru dicirikan oleh
kecepatan, keterbukaan, dan singkatnya penyebaran informasi. Konten media tradisional
dibuat oleh orang-orang yang memiliki kompetensi profesional dan memastikan keakuratan
konteks tekstual (Barokah et al., 2023). Media baru mengandaikan pengguna yang tidak
hanya dapat membuat konten multimedia sendiri, tetapi juga mendistribusikannya.

Namun, proses digitalisasi media juga memunculkan gagasan bahwa media digital
berkontribusi pada media yang bebas. Artinya, begitu sebuah teks media dimasukkan ke
dalam sistem Internet, siapa pun dapat melakukan perubahan terhadapnya. Dengan kata
lain, berdasarkan prinsip ini, produsen media hanya memiliki hak milik atas konten media
yang asli dan tidak dapat melarang orang lain untuk mengubah dan mendistribusikan teks
ini.

Teknologi digital telah menanamkan berbagai jenis media ke dalam semua aspek kehidupan
manusia. Bersamaan dengan kemajuan teknologi fisik, media telah memberikan dampak
yang luas terhadap cara kita berkomunikasi, berinteraksi, bertransaksi, dan bersosialisasi.
Konvergensi terjadi baik secara teknologi maupun budaya. Cara-cara membaca, mendengar
dan melihat tidak lagi menjadi media yang terpisah, tetapi terintegrasi secara teknologi dan
semakin longgar di tangan individu (mobile) yang selalu bergerak. Lebih jauh lagi,
konvergensi dalam konteks teknologi media memiliki implikasi sosial. Masyarakat saat ini
bergerak menuju budaya digital yang menyatu, mengubah populasi dunia menjadi sebuah
desa global. Sekat-sekat tradisional yang memisahkan manusia sudah tidak ada lagi, dan
semua orang berinteraksi lintas budaya, lintas ruang dan waktu.

Proses digitalisasi itu sendiri telah menyebabkan banyak perubahan dalam industri media,
baik bagi produsen maupun pengguna. Salah satu perubahan ini berkaitan dengan makna
media itu sendiri. Dengan munculnya teknologi digital, menjadi sulit bagi pengguna untuk
membedakan media karena berbagai media telah bergabung menjadi satu dan berbagai
jenis informasi dan hiburan dapat dengan mudah diakses dengan sekali klik. Digitalisasi juga
telah mengubah persepsi masyarakat tentang tempat media. Dalam budaya digital, media
tidak lagi terikat pada batas-batas geografis, budaya, atau normatif. Konvergensi media
secara global berarti bahwa meskipun media digital menawarkan peluang untuk jenis
kreativitas dan hibriditas budaya yang baru, media digital juga dapat menimbulkan
tantangan dan ancaman yang tidak dapat dicegah oleh sistem regulasi yang ada saat ini. Hal
ini karena sistem regulasi media saat ini hanya dapat mengatur konten media dalam batas-
batas geografis tertentu.

Interaksi yang dimungkinkan oleh budaya digital telah mengubah pengalaman konsumsi
media bagi para pengguna, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi secara langsung
Jurnal Soshum Insentif – 8
Tuliskan judul artikel sebagai header halaman ganjil

dalam pembuatan teks media. Pilihan cara mengonsumsi media tidak terbatas pada budaya
digital, tetapi media digital telah membuat pengalaman interaksi semacam itu menjadi lebih
sering dan menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari.

4. KESIMPULAN

Media baru didefinisikan sebagai bentuk teknologi yang terkait erat dengan kehidupan sosial
dan budaya. Hal ini juga yang menyebabkan munculnya pandangan dualistik terhadap media
baru. Yaitu, pola pikir dualistik di mana orang menilai apakah media baru baik atau buruk
bagi masyarakat dan budayanya. Meningkatnya kebebasan masyarakat dalam kaitannya
dengan media juga mempengaruhi kualitas interaksi sosial yang sebelumnya dibatasi oleh
jarak dan waktu komunikasi. Perkembangan teknologi meningkatkan kualitas proses
komunikasi antar manusia, meminimalisir atau bahkan menghilangkan hambatan-hambatan
tersebut. Di sisi lain, media baru mengubah nilai-nilai budaya dalam kehidupan masyarakat.
Teknologi tidak hanya berperan sebagai media dan alat komunikasi, tetapi juga berperan
aktif dalam proses berpikir dan perilaku manusia. Oleh karena itu, kehadiran media baru
berdampak pada budaya digital masyarakat.

Budaya digital dapat dilihat sebagai budaya tekstual yang berkelanjutan. Klaim ini didukung
terutama oleh kemampuan media digital untuk mendukung fleksibilitas media. Kemampuan
ini memungkinkan pengguna dan produsen media untuk dengan mudah menambah dan
memodifikasi teks, dan untuk melakukan kontrol dan manajemen yang lebih besar atas
proses pembuatan teks. Akibatnya, teks terus menerus dibuat dan direproduksi dalam
berbagai kombinasi, bahkan dalam bentuk yang tidak secara langsung ditentukan oleh
produsen digital itu sendiri. Pada saat yang sama, budaya digital media baru juga mengarah
pada gagasan bahwa media digital berkontribusi pada pembentukan media yang bebas.
Dengan kata lain, berdasarkan prinsip ini, produsen media hanya memiliki hak milik atas
konten media yang asli dan tidak dapat melarang orang lain untuk memodifikasi teks atau
mendistribusikannya kepada orang lain.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada bagian ini, jika penelitian didanai atau didukung oleh sebuah organisasi penelitian,
nama organisasi penelitian, nomor kontrak penelitian, atau, jika ada orang yang terkait yang
telah memberikan kontribusi langsung dan signifikan terhadap penelitian atau penulisan
makalah ini, nama mereka harus disebutkan. Jika orang tersebut telah disebutkan sebagai
penulis, maka tidak perlu disebutkan namanya dalam ucapan terima kasih ini.

DAFTAR RUJUKAN

Anestha, P., & Fatoni, D. A. (2020). ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI PERCAKAPAN


#TETAPDUKUNGPSBB DI TWITTER PADA PENERAPAN PSBB KEDUA DKI JAKARTA
COMMUNICATION NETWORK ANALYSIS #TETAPDUKUNGPSBB CONVERSATION IN
TWITTER ON SECOND IMPLEMENTATION OF THE PSBB IN DKI JAKARTA. In Jurnal
Spektrum Komunikasi (Vol. 8, Issue 2).

Jurnal Soshum Insentif – 9


Tuliskan Nama Penulis sebagai header halaman genap

Aziz, Z. (2019). FLUXUS ANIMASI DAN KOMUNIKASI DI ERA MEDIA BARU DIGITAL.
http://journal.uad.ac.id/index.php/CHANNEL|
Barokah, A. S., Gunawan, H., Faisal, F., & Noorikhsan, A. H. (2023). New Social Media dan
Imagologi Politik Analisis Framing terhadap Konten Politik pada Kanal Youtube Dedi Mulyadi
Periode 2021. In Indonesian Journal of Social and Political Sciences (Vol. 4, Issue 1).
Nurlatifah, M. (2020). The Intersection of Freedom of Expression and Social Responsibility on
Indonesian Digital Journalism Regulation. 22(1).
https://doi.org/10.33164/iptekkom.22.1.2020.77-93
Cholik, C. A. (2021). DALAM BERBAGAI BIDANG (Vol. 2, Issue 2).
Danuri, M., Informatika, M., Teknologi, J., & Semarang, C. (2019). PERKEMBANGAN DAN
TRANSFORMASI TEKNOLOGI DIGITAL.
Erland Hamzah, R. (2015). PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DI KAMPUS DALAM MENDUKUNG
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN (Issue 1).
Faidlatul Habibah, A., & Irwansyah, I. (2021). Era Masyarakat Informasi sebagai Dampak Media
Baru. Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi Bisnis , 3(2), 350–363.
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i2.255
Ferdian, A., S1, P., Bisnis, M., Dan Informatika, T., Ekonomi, F., Bisnis, D., & Rahmawati, A.
(2020). PENGARUH BUDAYA DIGITAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI YAYASAN
PENDIDIKAN TELKOM (STUDI KASUS KANTOR BADAN PELAKSANA KEGIATAN YPT). In
Pengaruh Budaya Digital terhadap kinerja….
Haidar, N., & Diasa, I. (2022). PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI DI SLB NEGERI SALAKAN
(Studi Media Richness Theory dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada Siswa Tunagrahita
Selama Masa Pandemi COVID-19) (Vol. 9, Issue 2).
Hasan As, M., Alfian, F., Yusuf Saifullah, M., Himam, F., Sunan Kalijaga, U., & Pembangunan
Nasional Yogyakarta, U. (2021). Kehidupan Sosial Petani Perkotaan di Era Transformasi
Digital dan wabah Covid-19. Kalijaga Journal of Communication , 3(1), 79–91.
https://doi.org/10.14421/kjc.31-06.2021
Hernani, A., Dinas, U., & Sidoarjo, K. (2021). MEDIA BARU DAN ANAK MUDA: PERUBAHAN
BENTUK MEDIA DALAM INTERAKSI KELUARGA. In Jurnal Perpustakaan Universitas Airlangga
(Vol. 11, Issue 1).
Larasati, V., & Oktivera, E. (2019). Media Sosial Instagram Berpengaruh Terhadap Minat Beli
Produk Wardah. Jurnal Administrasi Kantor, 7(1), 31–40. www.kominfo.go.id
Ligariaty, Y., & Irwansyah, D. (2021). NARASI PERSUASI SOCIAL MEDIA INFLUENCER DALAM
MEMBANGUN KONSEP KECANTIKAN DAN KEPERCAYAAN DIRI. 4(2), 173–186.
Lubis, M. (2016). Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah 01 (2) (2016) 147-153 PELUANG
PEMANFAATAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI TEKNOLOGI INFORMASI DI LINGKUP
MADRASAH (MEMPERSIAPKAN MADRASAH BERWAWASAN GLOBAL).
https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/tadris
Mahendra, B., Communications, M., & Security, G. P. (2017). Eksistensi Sosial Remaja dalam
Instgram. In Jurnal Visi Komunikasi (Vol. 16, Issue 01). www.frans.co.id
Noviani, D., Pratiwi, R., Silvianadewi, S., Alexandri, M. B., & Hakim, M. A. (2020). PENGARUH
STREAMING MUSIK TERHADAP INDUSTRI MUSIK DI INDONESIA. In Jurnal Bisnis STRATEGI
• (Vol. 29, Issue 1).
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru Madrasah dalam Meningkatkan Keprofesian Ani
Apiyani, I., Supriani, Y., Kuswandi, S., Arifudin, O., Agus Salim Lampung, I., & Rakeyan
Santang Karawang, S. (2022). Kata kunci. In JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (Vol. 5,
Issue 2). http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id
Prayoga, A., & Mahadian, A. B. (2022). Pemaknaan Korban Body Shaming Di Instagram (studi
Fenomenologi Pada Korban Tindak Body Shaming Di Instagram). eProceedings of
Management, 9(2).

Jurnal Soshum Insentif – 10


Tuliskan judul artikel sebagai header halaman ganjil

Safanet, A. (2021). PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL PADA PILKADA 2018 DI KABUPATEN


DONGGALA (Vol. 8, Issue 1). http://wearesocial.com
Saptya, R., Permana, M., Abdullah, A., Jimi, D., & Mahameruaji, N. (2019). Budaya Menonton
Televisi di Indonesia: Dari Terrestrial Hingga Digital. 53 ProTVF, 3(1), 53–67.
Setiawan, H., & Darmastuti, R. (2021). Strategi Komunikasi Radio Suara Salatiga Dalam Upaya
Mendapatkan Loyalitas Pendengar Di Era Digital (Studi Konvergensi Media Dengan
Pendekatan Budaya Lokal). Komuniti: Jurnal Komunikasi Dan Teknologi Informasi , 13(2),
159-174. Sitorus, D., Padjadjaran, U., & Rodiah, S. (2020). Studi tentang perilaku pencarian
informasi pada official account line KABIM Universitas padjadjaran Yunus Winoto. In
Indonesian Journal of Academic Librarianship (Vol. 4, Issue 2).
Tiar Sirait, F. E. (2020). Manusia Dan Teknologi: Perilaku Interaksi Interpersonal Sebelum dan
Sesudah Media Digtal. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) , 3(2),
524–532. https://doi.org/10.34007/jehss.v3i2.366
Ayu, I. W., Zulkarnaen, Z., & Fitriyanto, S. (2022). Budaya Digital dalam Transformasi Digital
Menghadapi Era Society 5.0. Jurnal Pengembangan Masyarakat Lokal, 5(1), 20-25.
Zhafira, A., Rizkie, E., Tasya, S. V, & Septiadi, Y. (2020). TINGKAT PENERIMAAN WEBSITE
KITABISA.COM MELALUI TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) (Studi Pada Masyarakat
Kota Malang).
Zis, S. F., Effendi, N., & Roem, E. R. (2021). Perubahan Perilaku Komunikasi Generasi Milenial dan
Generasi Z di Era Digital. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 5(1), 69–87.
https://doi.org/10.22219/satwika.v5i1.15550

Jurnal Soshum Insentif – 11

Anda mungkin juga menyukai