CRS-Tonsilitis Kronis M Djamil
CRS-Tonsilitis Kronis M Djamil
TONSILITIS KRONIS
Oleh:
Intan Nurwida Hayati Yasrial 2140312067
Odilia Cecarani 2140312019
Preseptor:
Tonsil palatina atau faucial berada di dengan lebih dari enam episode seperti itu
lateral orofaring. Tonsil palatina ditemukan antara berlangsung selama 3-4 hari dalam 1 tahun, lebih
arkus palatoglossus di anterior dan arkus dari tiga episode per tahun selama dua tahun
jaringan limfatik dan merupakan komponen cincin Tonsilitis kronis didefinisikan sebagai
Waldeyer bersama dengan adenoid (tonsil infeksi pada tonsil yang tidak responsif terhadap
nasofaring), tonsil tuba, dan tonsil lingual. terapi medis yang berhubungan dengan halitosis,
Komponen tersebut berfungsi sebagai adenitis dan sakit tenggorokan yang persisten:
pertahanan penting terhadap patogen yang tujuh atau lebih episode sakit tenggorokan pada
terhirup atau tertelan sebagai barier imunologis tahun sebelumnya yang diobati dengan antibiotik,
awal terhadap benda asing.1 lima atau lebih episode sakit tenggorokan dalam
Tonsilitis, atau peradangan pada tonsil dua tahun sebelumnya dan tiga atau lebih
adalah penyakit yang umum dan merupakan episode di masing-masing dari tiga tahun
sekitar 1,3% dari kunjungan rawat jalan. Penyakit sebelumnya.5 Oleh karena itu, tonsilitis akan
ini sebagian besar disebabkan oleh virus atau dibahas dalam tulisan case report session ini.
penting untuk mencegah penggunaan antibiotik Tujuan penulisan Case Report Session ini adalah
Infeksi pada tonsil sangat sering terjadi dalam menjalani kepaniteraan klinik di bagian
terapi antibiotik mungkin cukup dalam Andalas dan untuk menambah pengetahuan
yang tidak tepat terhadap patogen dalam jaringan Metode penulisan Case Report Session ini
atau tingkat antibiotik yang tidak memadai adalah dengan studi kepustakaan dengan
mengarah pada kelanjutan infeksi dan reinokulasi merujuk pada berbagai literatur.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Tonsil
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi
oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer
merupakan jaringan limfoid yang membentuk
lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil faringeal
(adenoid), tonsil palatina (tonsil fasial), tonsil
lingual (tonsil pangkal lidah) dan tonsil tuba
Gambar 2.1 Kripta Tonsil 9
eustachius (lateral band dinding faring).6
Tonsil palatina adalah massa jaringan limfoid
Tonsil mendapat perdarahan dari cabang-cabang
yang terletak di fossa tonsil pada kedua dinding
arteri karotis eksterna (gambar 2.2), yaitu:7
lateral orofaring. Tonsil palatina dibatasi dari
1. A. Fasialis dengan cabangnya
anterior oleh pilar anterior yang dibentuk otot
a.Tonsilaris dan a.Palatina asenden
palatoglossus, posterior oleh pilar posterior
2. A. Maksilaris interna dengan cabangnya
dibentuk otot palatofaringeus, bagian medial oleh
a.Palatina desenden
ruang orofaring, bagian lateral dibatasi oleh otot
3. A. Lingualis dengan cabangnya
konstriktor faring superior, bagian superior oleh
a.Lingualis dorsal
palatum mole, dan bagian inferior oleh tonsil
4. A. Faringeal asenden
lingual. Permukaan lateral tonsil ditutupi oleh
jaringan alveolar yang tipis dari fasia faringeal
dan permukaan medial tonsil ditutupi oleh epitel
yang mencekung ke dalam tonsil membentuk
kantong yang dikenal dengan kripta (gambar
2.1). Kripta dapat terisi oleh debris berisi sel
epitel, bakteri, dan sisa makanan.7
Aliran getah bening dari daerah tonsil palatina 2.2 Tonsilitis Kronis
akan menuju rangkaian getah bening servikal Definisi
profunda (deep jugular node) bagian superior di Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil
bawah otot sternokleidomastoideus, selanjutnya palatina.6 Peradangan kronik dari tonsil sebagai
ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus lanjutan peradangan akut/subakut yang
torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh berulang/rekuren, dengan kuman penyebab
getah bening eferen sedangkan pembuluh getah nonspesifik disebut sebagai tonsillitis kronis.9
bening aferen tidak ada.8
Inervasi terutama dilayani oleh N. IX Etiologi
(glossopharyngeus) dan juga oleh N. Palatina Tonsilitis kronis disebabkan oleh bakteri yang
minor (cabang ganglion sfenopalatina). sama yang terdapat pada tonsilitis akut, dan yang
Pemotongan pada N. IX menyebabkan anestesia paling sering adalah bakteri gram positif namun
pada semua bagian tonsil.8 terkadang bakteri berubah menjadi bakteri
Jaringan limfoid pada Cincin Waldeyer golongan gram negatif. Beberapa bakteri
berperan penting pada awal kehidupan, yaitu tersebut diantaranya: Streptococcus beta
sebagai daya pertahanan lokal yang setiap saat hemolyticus grup A, Staphylococcus
berhubungan dengan agen dari luar (makan, aureus, Streptococcus pneumoniae,
10
minum, bernafas), dan sebagai surveilen imun. dan Haemophilus influenza.
Tonsil palatina berperan dalam melawan agen Beberapa faktor yang menjadi predisposisi
asing seperti virus, bakteri, dan antigen lainnya tonsillitis kronik adalah kebersihan mulut yang
yang masuk melalui inhalasi dan ingesti. buruk, merokok, perubahan cuaca, dan
Terdapat dua mekanisme yang berperan: melalui penggunaan obat-obatan, makanan kelelahan
imunitas lokal dan pertahanan imunitas tubuh. fisik, dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak
Limfosit B berproliferasi di “germinal center”. adekuat.6,11
Imunoglobulin, komponen komplemen,
interferon, lisosim dan sitokin berakumulasi di Epidemiologi
jaringan tonsilar. Infeksi bakteri kronis pada tonsil Penderita tonsilitis juga merupakan pasien
akan menyebabkan sel B memproduksi antibodi yang sering datang pada praktek dokter ahli
lokal, perubahan rasio sel B dan sel T, serta bagian telinga hidung tenggorok-bedah kepala
pengaktifan makrofag untuk proses fagositosis. dan leher (THT-KL), dokter anak, maupun tempat
Bila kadar antigen tinggi, sel B yang berada di pelayanan kesehatan lainnya.12
germinal centre akan berploriferasi dan masuk ke Pada penelitian lain yang dilakukan di RS
sistemik dan mengaktifkan sistem imun tubuh Pertamina Bintang Amin, Bandar Lampung,
7,8
yang lebih luas. Tonsil paling aktif saat manusia tahun 2019, didapatkan sebanyak 92 pasien
berumur 2 hingga 10 tahun. Involusi mulai terjadi yang terdiagnosis dengan tonsilitis menjalani
saat memasuki masa pubertas.7 prosedur tonsilektomi dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 50 pasien dan pasien disertai dengan pembesaran kelenjar limfa
13
terbanyak berada di rentang umur 12-25 tahun. submandibula.6
Di Padang, Sumatera Barat, berdasarkan data Tonsilitis kronis terjadi akibat pengobatan
yang didapatkan melalui rekam medik pasien di yang tidak tepat sehingga penyakit pasien
Poliklinik THT-KL RSUP Dr. M. Djamil, Padang, menjadi kronis. Faktor faktor yang menyebabkan
didapatkan pasien tonsilitis kronis di poliklinik kronisitas antara lain: terapi antibiotika yang tidak
THT-KL sebanyak 115 pasien sepanjang periode tepat dan adekuat, gizi atau daya tahan tubuh
tahun 2014-2016 dengan pasien tebanyak yang rendah sehingga terapi medikamentosa
berada pada rentang usia 0-14 tahun (49,5%) kurang optimal, dan jenis kuman yang tidak sama
dan 60% dari total pasien menjalani antara permukaan tonsil dan jaringan tonsil.6
tonsilektomi.14 Pada penelitian yang dilakukan di
RSUD dr. Rasidin tahun 2018, didapatkan Gejala Klinis
sebanyak 70 pasien didiagnosis tonsilitis kronis Keluhan yang dirasakan oleh pasien
dengan pasien terbanyak pada rentang usia 6-11 dengan toonsilitis kronis adalah adanya rasa
tahun (37,1%) dengan mayoritas perempuan mengganjal di tenggorokan disertai dengan rasa
(51,4%).15 kering ditenggorokan. dimulut.6 Pasien juga
mengelukan adanya sakit tenggorok yang
Patofisiologi berulang atau tonsilitis akut yang berulang.
Infeksi berulang pada tonsil menyebabkan Selain itu iritasi kronis pada tenggorok disertau
pada suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh batuk.juga menjadi salah satu gejala klinis.
semua kuman sehingga kuman kemudian Adanya rasa tidak enak dimulut, bau mulut
bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi (halitosis) karena nanah di kriptus. Kesulitan
pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi menelan, kesulitan berbicara dan tersedak pada
sarang infeksi (fokal infeksi) dan satu saat kuman malam hari saat tertidur apabila tonsil sudah
dan toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh sangat besar dan menyebabkan obstruksi. 16
misalnya pada saat keadaan umum tubuh Keluhan dapat pula disertai dengan
7
menurun. keluhan sistemik seperti rasa lemah, nafsu
Karena proses radang berulang yang timbul makan berkurang, sakit kepala dan nyeri pada
maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid sendi.21
terkikis, sehingga pada proses penyembuhan Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan
jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang tonsil yang membesar dengan kriptus yang
akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar dan beberapa kriptus akan diisi oleh
melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh detritus.6 Ukuran pembesaran tonsil dapat
detritus. Proses berjalan terus sehingga bermacam-macam dan terkadang tonsil akan
menembus kapsul tonsil dan akhirnya sangat besar sehingga akan bertemu di garis
menimbulkan perlekatan dengan jaringan tengah. Tonsil dapat berukuran kecil namun
disekitar fossa tonsilaris. Pada anak, proses ini apabila pilar anterior ditekan akan tampak jelas
Diagnosis
Diagnosis tonsilitis kronik ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis defenitif ditegakkan melalui
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dapat
merujuk pada keluhan yang dirasakan oleh
pasien. Sedangkan pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan tonsil yang membesar dengan kripte
Gambar 3. Derajat Pembesaran Tonsil22
yang melebar disertai beberapa kriptus terisi oleh
detritus serta adanya pembesaran kelenjar getah
Berdasarkan hasil pemeriksaan tonsil, tonsilitis
bening jugulodigastrik.18
kronis dapat dikategorikan menjadi 3 tipe: 16
Pemeriksaaan penunjang yang dapat
1. Tonsilitis folikular kronis. Pada tipe ini kriptus
dilakukan berupa swab tenggorokan untuk
tonsil akan penuh oleh eksudat purulent yang
melihat kuman penyebabnya. Pemeriksaan
yang tampak di permukaan sebagai bintik-
menggunakan rhinofaringolaringoskopi (RFL),
bintik kekuningan. (Gambar 4)
foto polos nasofaring lateral dan plisonomografi
bila diperlukan. Apabila dicurigai adanya
keganasan maka dapat dilakukan pemeriksaan
jaringan tonsil setelah tindakan operasi. 21
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil
dengan orofaring, dengan mengukur jarak antara
kedua pilar anterior dan dibandingkan dengan
jarak permukaan medial kedua tonsil, derajat
pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi terlihat
pada (gambar 1)18
1. T0T0 : Tidak ada tonsil
Gambar 4. Tonsilitis Folikular Kronis6
2. T1T1 : Belum melewati arkus posterior
2. Tonsilitis parenkim kronis. Pada tipe ini
3. T2T2 : Sudah melewati arkus posterior
adanya hiperplasia jaringan limfoid dan tonsil
4. T3T3 : Sampai linea mediana
akan sangat membesar sehingga dapat
5. T4T4: Sudah melewati linea mediana
mengganggu bicara, menelan dan respirasi.
Serangan sleep apnea juga dapat pedoman klinik mengenai tonsilektomi dalam
terjadi.(Gambar 5) Health Technology Assesment (HTA) Indonesia
tahun 2004 yang telah disesuaikan dengan
American Academy of Otolaryngology-Head and
Neck Surgery (AAO-HNS), ada beberapa indikasi
untuk dilakukannya tonsilektomi yaitu indikasi
absolut dan indikasi relatif. Indikasi absolut terdiri
dari:23
Hipertrofi tonsil yang menyebabkan obstruksi
jalan napas (sleep apnea), disfagia berat yang
disebabkan obstruksi, gangguan tidur,
komplikasi kardiopulmoner, gangguan
Gambar 5. Tonsilitis Parenkim Kronis16
pertumbuhan dentofasial, gangguan biicara
3. Tonsilitis fibroid kronis. Tipe ini ukuran tonsil
(hiponasal).
kecil tetapi telah terinfeksi, disertai dengan
Riwayat abses peritonsil yang tidak membaik
riwayat sakit tenggorokan berulang.
dengan pengobatan medis dan drainase.
Diagnosis Banding
Tonsilitis yang menyebabkan demam kejang.
Diagnosis banding dari tonsilitik kronik
Tonsilitis yang membutuhkan biopsy untuk
merupakan tonsilitis kronik karena penyebab lain
menentukan patologi anatomi terutama
seperti karena tuberculosis, sifilis dan
hipertrofi tonsil unilateral.
aktinomikosis. Selain itu pembesaran tonsil yang
Indikasi relatif tonsilektomi adalah:23
terjadi karena kelainan darah atau keganasan
1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil tiap
seperti leukimia dan limfoma.21
tahun dengan terapi antibiotic adekuat.
Tatalaksana
2. halitosis yang tidak responsif terhadap
Terapi lokal ditujukan pada hygiene
pengobatan medis akibat tonsilitis kronik.
mulut dengan berkumur atau obat isap.6 Selain itu
3. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier
harus menjaga kebersihan diri secara
streptokokus B-hemolitikus yang tidak
menyeluruh, menjaga diet serta mengobati fokus
membaik dengan pemberian antibiotic
infeksi lain yang terlibat seperti infeksi pada gigi,
resisten B-laktamase.
sinus dan hidung.16 Terapi medikamentosa
Sementaa itu, berdasarkan kriteria
dengan menggunakan antibiotic spektrum luas
paradise, seseorang dapat dilakukan tonsilektomi
sambal menunggu hasil kultur swab tenggorokan
apabila:22
keluar. Serta pengobatan simptomatis seperti
1. Frekuensi minimal 7 kali dalam satu tahun, 5
analgetik, antipiretik dan antiinflamasi.21
kali setiap tahun selama 2 tahun atau 3 kali
Tonsilektomi diindikaasikan apabila tonsil
setiap tahun selama 3 tahun.
telah mengganggu bicara dan pernafasan
2. Gejala klinis nyeri tenggorokan disertai
sehingga sering menimbulkan serangan
dengan adanya satu atau lebih kriteria berikut:
berulang.6,17 Indonesia telah mengeluarkan
demam >38,3C, adenopati servikal (nodus tekanan atau vasokonstriktor. Jika tindakan
limfatikus lunak atau ukuran >2cm), eksudat tersebut gagal, ligasi atau elektrokoagulasi
tonsil atau kultur positif dari streptokokus B- pembuluh darah yang berdarah dapat
hemolitikus. dilakukan menggunakan anestesi umum.
3. Telah mendapat terapi antibiotic untuk 3. Cedera pada pilar tonsil, uvula, palatum mole,
streptokokus beta hemolitikus grup A dosis lidah atau otot konstriktor superior karena
biasa. teknik pembedahan yang tidak epat.
4. Tiap episode penyakit dan gejalanya harus 4. Cedera pada gigi.
tercatat dalam medical record atau jika tidak 5. Aspirasi darah.
terdokumentasi dengan baik, berikutnya 6. Edema wajah. Beberapa pasien mengalami
dilakukan observasi oleh klinisi selama 2 edema pada wajahkhususnya kelopak mata.
espisode nyeri tenggorokan dengan pola dan 7. Emfisema paska bedah. Jarang terjadi karena
frekuensi gejala yang konsisten dengan cedera pada otot konstriktor superior.
riwayat sebelumnya.
Selain komplikasi langsung juga ada delayed
Komplikasi complication, yaitu:16
Komplikasi dapat terjadi pada daerah 1. Perdarahan sekunder. Biasanya terjadi pada
sekitar tonsil sehingga menimbulkan peradangan hari kelima hingga kesepuluh pascaoperasi.
pada daerah tersebut. Peradangan tersebut Biasanya ditandai dengan dahak berdarah
dapat berupa rinitis kronik, sinusitis dan otitis tetapi mungkin darahnya lebih banyak.
media secara per kontinuitatum. Komplikasi juga 2. Infeksi. Infeksi fossa tonsilar dapat
dapat terjadi pada organ yang jauh dari tonsil menyebabkan abses parafaringeal atau otitis
melalui aliran darah dan limfe. Komplikasi yang media.
dapat terjadi berupa endocarditis, atritis, 3. Komplikasi pada paru-paru. Aspirasi darah,
miositoti, nefritis, uveitis, iridosikitis, dermatitis, lendir atau fragmen jaringan dapat
pruritus, urtikaria dan furunkulosis.6 menyebabkan atelektasis atau abses paru.
Komplikasi dari prosedur tonsilektomi 4. Jaringan parut di palatum mole dan pilar.
dapat dibagi menjadi dua yaitu komplikasi 5. Sisa-sisa tonsil yang dibiarkan karena operasi
langsung berupa:18 yang tidak memadai, dapat berulang kembali
1. Perdarahan primer apabila terjadi saat menjadi infeksi.
operasi. Hal ini dapat dikontrol dengan 6. Hipertrofi tonsil lingual merupakan komplikasi
tekanan, ligasi atau elektrokoagulasi lanjut sebagai kompensasi karena
pembuluh darah yang berdarah. hilangnyatonsil palatina.
2. Perdarahan reaksioner apabila terjadi dalam
24 jam setelah operasi dan dapat dikontrol
dengan tindakan sederhana seperti
pengangkatan bekuan darah, pemberian
Jenis Kelamin : Perempuan Nyeri pada kepala dan wajah tidak ada.
Pekerjaan : Belum bekerja
Riwayat cairan/dahak mengalir ke
Alamat : Maninjau
kerongkongan tidak ada.
Status : Belum menikah
Nageri Asal : Agam Riwayat penurunan berat badan drastis tidak
Agama : Islam ada.
Sulit menelan yang semakin memberat sejak 1 Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada
bulan sebelum masuk rumah sakit. Riwayat Penyakit Dahulu
AD kelainan kongenital tidak ada, tanda – tanda Palatum molle dan arkus faring: merah muda,
radang tidak ada, nyeri tekan tragus tidak ada, nyeri edema (-), bercak/eksudat (-)
b. Hidung
Hidung luar: Deformitas tidak ada, kelainan
d. Laringoskopi Indirek
kongenital tidak ada, trauma tidak ada, radang tidak
Sulit dinilai.
ada, massa tidak ada.
Pemeriksaan Anjuran: eksudat pada kripta tonsil dan sikatrik pada pilar.6
- Pemeriksaan darah lengkap Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat
akut yang tidak adekuat.19 Tonsilitis dapat correction appears in J Inflamm Res.
disebabkan oleh bakteri dan virus. Tonsilitis 2018 Sep 28;11:375]. J Inflamm Res.
bakterial supurativa akut paling sering 2018;11:329-337. Published 2018 Sep 5.
dihubungkan dengan Grup A Streptococcus beta 5. C M Bailey, C B Croft: Sleep apnoea,
hemolitikus. Lebih kurang 30-40% tonsilitis akut Scott Browns Otolaryngology 6th Edition.
disebabkan oleh Streptococcus beta hemolitikus. 6/20/1..Brook I. The Clinical Microbiology
Kuman penyebab tonsilitis kronik hampir sama of Waldeyer’s ring. The Otolaryngologic
dengan tonsilitis akut. clinics of North America.1987; 20(2):259-
Penatalaksanaaan tonsilitis kronis dapat 72.
dilakukan dengan pemberian obat kumur untuk 6. Rusmarjono, Soepardi EA. 2017.
menjaga higienitas mulut serta tindakan operasi. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J,
Pada pasien ini tatalaksana yang diberikan Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
adalah tonsilektomi bilateral.1 Pada pasien ini Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
ditemukan adanya indikasi untuk dilakukan Kepala Leher. Jakarta: Badan Penerbit
tonsilektomi yaitu sulit menelan > 3 kali dalam Fakultas Kedokteran Universitas
satu tahun sehingga pada pasien ini Indonesia.
.20
ditatalaksana dengan tonsilektomi 7. Dhingra PL., Dhingra S. 2018. Diseases
Of Ear, Nose, And Throat 7th
DAFTAR PUSTAKA ed.Haryana: Elsevier.
1. Anderson J, Paterek E. Tonsillitis. 8. Snell, R.S. 2014. Anatomi Klinik untuk
[Updated 2021 Aug 11]. In: StatPearls Mahasiswa Kedokteran, bagian 3, edisi
[Internet]. Treasure Island (FL): 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
StatPearls Publishing; 2022 Jan. Jakarta.
2. Bartlett A, Bola S, Williams R. Acute 9. Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
tonsillitis and its complications: an Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis
overview. J R Nav Med Panduan Praktik Klinis Tindakan Clinical
Serv. 2015;101(1):69-73. Pathway di Bidang Telinga Hidung
3. Wang Q, Du J, Jie C, Ouyang H, Luo R, Tenggorok- Kepala Leher Volume 2.
Li W. Bacteriology and antibiotic 10. Berger A, Meinel DM, Schaffer A, Ziegler
sensitivity of tonsillar diseases in R, Pitteroff J, Konrad R, Sing A. A case
Chinese children. Eur Arch of pharyngeal diphtheria in Germany,
Otorhinolaryngol. 2017 June 2015. Infection. 2016
Aug;274(8):3153-3159 Oct;44(5):673-5.
4. Abu Bakar M, McKimm J, Haque SZ, 11. Suprapto, N., Karyanti, MR. 2014. Kapita
Majumder MAA, Haque M. Chronic Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
tonsillitis and biofilms: a brief overview of Aesculapius.
treatment modalities [published