Anda di halaman 1dari 11

TEORI MEMPEROLEH KEKUASAAN

OLEH :

NAMA : JOPANDU ILHAM PRASETIO

NPM : D1E023075

MATA KULIAH : PENGATAR ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PRODI ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS BENGKULU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua
kehendaknya, penyusun berhasil menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu yang
berjudul "TEORI MEMPEROLEH KEKUASAAN"

Dalam penyusunan makalah ini, semua isi ditulis berdasarkan buku-buku dan
jurnal referensi yang berkaitan dengan sistem . Apabila dalam isi makalah ditemukan
kekeliruan atau informasi yang kurang valid, penyusun sangat terbuka dengan kritik dan
saran yang membangun untuk diperbaiki selanjutnya.

Akhir kata, penyusun makalah mengucapkan terima kasih.

Bengkulu, 07 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN MSALAH

BAB 11 PEMBAHASAN

A. Teori Sosiologis
B. Teori Spekulatif
C. Teori Empirise
D. Teori Kontrak Sosial
E. Teori Ketuhanan
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kekuasaan merupakan salah satu konsep penting yang ada pada Ilmu politik.
Kekuasaan sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang atau suatu
kelompok untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai
dengan keinginan para pelaku (Budiardjo 2008 : 18). Kekuasaan merupakan hal
yang sangat penting dalam kehidupan bernegara dimana tanpa adanya kekuasaan
maka kehidupan bernegara tidak dapat berjalan dengan baik.
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang akan sangat berpengaruh bagi kehidupan
disekitarnya karena semua orang memiliki kekuasaan, tapi yang paling penting
adalah sebesar apa kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang tersebut sehingga
besarnya kekuasaan akan menentukan kehidupannya. sehingga tidak heran apabila
kekuasaan sering diperebutkan dan menjadi salah satu hal yang sangat diinginkan
oleh orang-orang.
Indonesia merupakan negara demokrasi dimana pembuat keputusan kolektif yang
paling kuat dalam sebuah sistem dipilih melalui sistem pemilihan umum yang adil
jujur dan berkala dimana didalam sistem ini para calon bebas bersaing untuk
memperoleh suara dari para pemilih. Persaingan antar calon ini biasanya dilakukan
melalui kampanye dari setiap calon pemimpin.
1.2 RUMUSAN MASALAH
 Apa yang dimaksud Teori Sosiologis
 Apa yag dimaksud Teori Spekulatif
 Apa yang dimaksud Teori Empirise
 Apa yang dimaksud dengan Teori Kontrak Sosial
 Apa yang dimaksud Teori Ketuhanan
BAB II PEMBAHASAN
A. TEORI SOSIOLOGIS
Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli
1. Auguste Comte
Sebagai pencetus konsep sosiologi, Comte mendefinisikan sosiologi sebagai
ilmu positif. Artinya sosiologi bekerja mempelajari gejala-gejala sosial dalam
masyarakat berlandaskan pada logika rasional dan ilmiah.

2. Émile Durkheim
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fakta dan institusi sosial dalam berbagai
tatanan masyarakat. Dari kumpulan fakta terkait cara berpikir dan bertindak
tersebut, Durkheim meyakini adanya kekuatan untuk mengendalikan individu.

3. Karl Marx
Marx tidak secara eksplisit mendefinisikan sosiologi, tetapi dalam The
Communist Manifesto dirinya meyakini bahwa masyarakat (proletar) perlu
dibebaskan dari sistem kapitalis.
Sosiologi dipercaya dapat melawan penindasan dan melahirkan masyarakat
tanpa kelas.

4. Max Weber
Menurut Weber, sosiologi berlaku sebagai studi yang meninjau tindakan sosial
guna menjelaskan hubungan sebab-akibat dari fenomena sosial tertentu.

5. Herbert Spencer
Dalam sudut pandang Spencer, sosiologi merupakan ilmu yang mengamati
susunan dan proses sosial sebagai sebuah sistem.

Ciri-ciri Utama Sosiologi


Sebagai ilmu pengetahuan murni sosiologi memiliki ciri utama, berikut
keempatnya:

1. Empiris

Sebagai ilmu pengetahuan sosiologi didasarkan pada realitas sosial yang terjadi
di lapangan dan tidak bersifat spekulatif.

2. Teoritis

Selalu berusaha menyusun abstraksi berupa kesimpulan mengenai hubungan


sebab-akibat dari gejala sosial yang diteliti berdasarkan dari hasil pengamatan
empiris.

3. Kumulatif
Dalam membangun argumen terkait suatu fenomena tertentu harus dilandaskan
pada kumpulan teori yang sudah tercipta sebelumnya.

4. Non-etis

Sosiologi ada tidak untuk menilai baik dan buruk suatu permasalahan,
melainkan pada penjelasan logis terkait latar belakang terjadinya suatu
fenomena tertentu.

Selain keempat ciri utama di atas, sosiologi memiliki sejumlah teori yang
berbeda dengan teori sosial lainnya.

Hal yang membedakan adalah teori sosial berfokus pada komentar masyarakat
serta memiliki tujuan yang secara intensif ke arah politik.
B. TEORI SPEKULATIF
Teori Terbentuknya Negara:
-.Teori hukum alam.
Pemikiran pada masa plato dan aristoteles kondisi alam tumbuhnya manusia
berkembangnya
negara
- Teori ketuhanan
(islam + Kristen) segala sesuatu adalah ciptaan tuhan.
- Teori perjanjian
Manusia menghadapi kondisi alam dan timbullah kekerasan. Manusia akan
musnah bila ia tidak
mengubah cara-caranya. Manusia pun bersatu utk mengatasi tantangan dan
menggunakan persatuan
dalam gerak tunggal utk kebutuhan bersama.

Teori tentang asal mula atau teori terbentuknya Negara dapat dilihat dari dua
segi, yakni :
(1) Teori yang bersifat Spekulatif, dan (2) Teori yang bersifat Evolusi.

1. Teori yang bersifat Spekulatif


Teori ini meliputi teori teokratis, teori perjanjian masyarakat, dan teori kekuatan
atau kekuasaan.

a. Teori Teokrasi (ketuhanan) menurut teori ketuhanan, segala sesuatu di dunia


ini adanya atas kehendak Allohu Subhanahu Wata’ala, sehingga negara pada
hakekatnya ada atas kehendak Allah. Penganut teori ini adalah Fiedrich Julius
Stah, yang menyatakan bahwa negara tumbuh secara berangsur-angsur melalui
proses bertahap mulai dari keluarga menjadi bangsa dan negara.
b. Teori perjanjian masyarakat. Dalam teori ini tampil tiga tokoh yang paling
terkenal, yaitu Thomas Hobbes, John Locke dan J.J. Rousseau. Menurut teori ini
negara itu timbul karena perjanjian yang dibuat antara orang-orang yang tadinya
hidup bebas merdeka, terlepas satu sama lain tanpa ikatan kenegaraan.
Perjanjian ini diadakan agar kepentingan bersama dapat terpelihara dan terjamin,
supaya ”orang yang satu tidak merupakan binatang buas bagi orang lain” (homo
homini lupus, menurut Hobbes).

c. Teori kekuasaan/ kekuatan. Menurut teori kekuasaan/kekuatan, terbentuknya


negara didasarkan atas kekuasaan/kekuatan, misalnya melaluipendudukan dan
penaklukan. Ditinjau dari teori kekuatan, munculnya negara yang pertama kali,
atau bermula dari adanya beberapa kelompok dalam suatu suku yang masing-
masing dipimpin oleh kepala suku (datuk). Kemudian berbagai kelompok
tersebut hidup dalam suatu persaingan untuk memperebutkan lahan/wilayah,
sumber tempat mereka mendapatkan makanan. Akibat lebih jauh mereka
kemudian berusaha untuk bisa mengalahkan kelompok saingannya.

2. Teori yang Bersifat Evolusi


Teori yang evolusi atau teori historis ini merupakan teori yang menyatakan
bahwa lembaga – lembaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner
sesuai dengan kebutuhan – kebutuhan manusia. Sebagai lembaga sosial yang
diperuntukkan guna memenuhi kebutuhan – kebutuhan manusia, maka lembaga
– lembaga itu tidak luput dari pengaruh tempat, waktu, dan tuntutan – tuntutan
zaman. Menurut teori yang bersifat evolusi ini terjadinya negara adalah secara
historis-sosio (dari keluarga menjadi negara). Termasuk dalam teori ini yang
bersifat evolusi ini antara lain teori hukum alam. Berdasarkan teori hukum alam
ini, negara terjadi secara alamiah.
C. TEORI EMPIRISE
empiris adalah segala yang didasarkan pada pengalaman dan sesuai akal sehat.
1. Arti Empiris Menurut Hilman Hadikusuma (1995)
Arti empiris adalah suatu penelitian yang sifatnya itu menjelajah (eksplorator),
melukiskan (deskriptif) serta juga menjelaskan (eksplanator).
2. Arti Empiris Menurut Yesmil Anwar dan Adang (2005)
Arti empiris adalah suatu ilmu pengetahuan yang didasarkan pada akal sehat,
tidak spekulatif dan berdasarkan observasi terhadap kenyataan.
3. Arti Empiris Menurut Amiruddin dan Zainal Asikin (2004)
Arti empiris adalah suatu penelitian yang mentitik beratkan pada suatu fenomena
atau keadaan dari objek yang diteliti itu dengan secara detail serta menghimpun
fakta yang terjadi saat mengembangkan konsep yang sudah ada.
4. Arti Empiris Menurut Izzatur Rusuli (2015)
Arti empiris adalah suatu gagasan yang sifatnya rasional dengan cara dibentuk
serta diperoleh individu melalui pengalaman.
5. Arti Empiris Menurut Menurut Sugiyono (2013)
Arti empiris adalah suatu metode pengamatan yang dilakukan oleh indera
manusia, sehingga metode yang digunakan itu juga dapat atau bisa diketahui
serta juga diamati oleh orang lain.

Ini contoh pengalam empiris dari sudut pandang sosial, ekonomi, kesehatan, dan
sains:
1. Contoh Pengelaman Empiris dalam Bidang Sosial
Contoh pengalaman empiris dalam bidang sosial adalah ketika ada fenomena
warga mengalami permasalahan kesulitan mendapatkan air bersih, apa yang
harus dilakukan? Agar mengetahui penyebab dan solusi yang bisa dilakukan,
ketua desa setempat melakukan penelitian.
2. Contoh Pengelaman Empiris dalam Bidang Ekonomi
Contoh pengalaman empiris dalam bidang ekonomi adalah ketika ada fenomena
penjual susu kedelai melakukan survei langsung proses pembuatannya.
Tujuannya untuk memastikan susu kedelai yang dijualnya memiliki kualitas
yang terbaik.
3. Contoh Pengelaman Empiris dalam Bidang Kesehatan
Contoh pengalaman empiris dalam bidang kesehatan adalah ketika ada
fenomena seorang pasien yang mengalami gejala pusing dan mual. Agar
mengetahui penyakit yang diderita, dokter melakukan berbagai macam pengecek
kesehatan, seperti tes laboratorium, pengambilan darah, dan lainnya.
4. Contoh Pengelaman Empiris dalam Bidang Sains
Contoh pengalaman empiris dalam bidang sains adalah ketika ada fenomena
pekerja lapangan ingin mengetahui kandungan yang ada di dalam tanah, maka
mereka kerap melakukan riset langsung.
D. TEORI KONTRAK SOSIAL
Kontrak sosial adalah sebuah perjanjian antara rakyat dengan para
pemimpinnya, atau antara manusia-manusia yang tergabung di dalam komunitas
tertentu.[1] Dalam filsafat moral dan politik, kontrak sosial adalah teori yang
berasal dari Zaman Pencerahan yang berkenaan dengan legitimasi otoritas
negara atas individu-individu
Argumen kontrak sosial biasanya mengandaikan bahwa individu-individu dalam
suatu komunitas politik menyetujui, baik secara eksplisit ataupun implisit, untuk
menyerahkan sebagian dari kebebasan mereka dan untuk tunduk kepada otoritas
(Penguasa, atau keputusan mayoritas). Sebagai gantinya, mereka mendapatkan
perlindungan hak atau pemeliharaan tatanan sosial.[3] Hubungan antara hak
kodrati dan hak hukum sering menjadi isu dalam teori kontrak sosial. Istilah
kontrak sosial berasal dari karya Jean-Jacques Rousseau, The Social Contract
(bahasa Prancis: Du contract social ou Principes du droit politique), sebuah buku
yang dipublikasikan pada tahun 1762. Meskipun teori kontrak sosial dapat
ditemukan pada zaman kuno, seperti dalam filsafat Yunani, Stoikisme dan
Hukum Romawi dan Kanonik, kontrak sosial berkembang menjadi doktrin
utama legitimasi politik mulai pada pertengahan abad ke-17 hingga awal abad
ke-19.
Para pemikir teori kontrak sosial dan hak kodrati abad ke-17 dan ke-18 yang
terkenal antara lain Hugo de Groot (1625), Thomas Hobbes (1651), Samuel von
Pufendorf (1673), John Locke (1689), Jean-Jacques Rousseau (1762) dan
Immanuel Kant (1797). Masing-masing pemikir ini menggunakan pendekatan
terhadap konsep otoritas politik yang berbeda. Grotius mengemukakan bahwa
setiap individu manusia memiliki hak kodrati. Thomas Hobbes terkenal
mengatakan bahwa dalam "keadaan alamiah", kehidupan manusia adalah
"terisolasi, malang, jahat, brutal dan singkat". Dengan tidak adanya tatanan
politik dan hukum dalam keadaan alamiah, setiap orang akan memiliki
kebebasan alami yang tidak terbatas, termasuk "hak untuk melakukan segala
sesuatu" termasuk kebebasan untuk menjarah, memperkosa, dan membunuh;
oleh karena itu, akan ada "perang antara semua melawan semua" tanpa akhir
(bellum omnium contra omnes). Untuk menghindari hal tersebut, manusia-
manusia membuat kontrak satu sama lain untuk membentuk sebuah komunitas
politik (masyarakat sipil) melalui kontrak sosial. Di dalam komunitas politik itu,
mereka semua mendapatkan keamanan sebagai ganti dari penundukan diri
mereka kepada kedaulatan yang mutlak pada satu atau kumpulan orang.
Meskipun penguasa mungkin sewenang-wenang dan menjadi tirani, Hobbes
melihat pemerintahan absolut sebagai satu-satunya alternatif untuk situasi anarki
yang mengerikan dari keadaan alamiah. Hobbes menegaskan bahwa manusia-
manusia setuju untuk melepaskan hak-hak mereka kepada otoritas absolut
pemerintah (monarki atau parlementer).
Di sisi lain, pemikir-pemikir lainnya seperti Locke dan Rousseau berpendapat
bahwa individu-individu mendapatkan hak-hak sipil sebagai ganti dari
penerimaan kewajiban untuk menghormati dan membela hak-hak orang lain
dengan melepaskan beberapa kebebasan yang mereka miliki.
Pada abad ke-19, teori kontrak sosial memudar dengan semakin berkembangnya
utilitarianisme, hegelianisme, dan marxisme. Teori kontrak sosial dikembangkan
kembali pada abad ke-20, terutama dalam bentuk eksperimen pemikiran oleh
John Rawls.
E. TEORI KETUHANAN
Dasar pemikiran teori ini adalah suatu kepercayaan bahwa segala sesuatu yang
ada atau terjadi di alam semesta ini adalah semuanya kehendak Tuhan, demikian
pula negara terjadi karena kehendak Tuhan

Teori Ketuhanan (Theokratis)Dasar pemikiran teori ini adalah suatu kepercayaan


bahwa segala

sesuatu yang ada atau terjadi di alam semesta ini adalah semuanya kehendak
Tuhan, demikian pula negara terjadi karena kehendak TuhanSisa-sisa
perlambang teori theokratis nampak dalam kalimat yang tercantum di berbagai
Undang-Undang Dasar negaraseperti: "Atas berkat rahmat Allah. Yang Maha
Kuasa" atau "By the grace of God"Penganut teori theokrasi modern adalah
Frederich Julius Stahl (1802-1861)Dalam bukunya yang berjudul "Die
Philosophie des recht"ia menyatakan bahwa negara secara berangsur-angsur
tumbuh melalui proses evolusi Keluarga Bangsa NegaraNegara bukan tumbuh
disebabkan berkumpulnya kekuatan dari luarmelainkan disebabkan
perkembangan dari dalamIa tidak tumbuh disebabkan kekuatan
manusiamelainkan disebabkan kehendak TuhanDalam dunia modem seperti
sekarang initeori theokratis tidak dipratekkan lagisudah tertinggal jauhBeberapa
pelopor teori theokratis yang lain:

Santo AgustinusKedudukan greja yang dipimpin Sri Paus lebih tinggi dari
kedudukan Negara yang di pimpin oleh raja, karena paus merupakan wakil dari
tuhanAgustinus membagi ada dua macam Negara yaitu: Civitate Dei (Kerajaan
Tuhan) dan Civitate Diabolis/Terrana (Kerajaan Setan) yang ada di dunia fana.
bThomas Aquinas: Negara merupakan lembaga alamiah yang lahir karena
kebutuhan sosial manusiasebagai lembaga yang

bertujuan menjamin ketertiban dan kehidupan masyarakat serta penyelenggara


kepentingan umumnegara merupakan penjelmaan yang tidak sempurna.
Kedudukan raja dan Sri Paus sama tinggikeduanya merupakan wakil Tuhan
yang masing- masing mempunyai tugas berlainan yaitu raja mempunyai tugas
dibidang keduniawian yaitu mengusahakan agar rakyatnya hidup bahagia dan
sejahtera di dalam negarasedangkan Paus mempunyai tugas dibidang
kerokhanian yaitu membimbing rakyatnya agar kelak dapat hidup bahagia di
akhirat
BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN

Teori (serapan dari bahasa Belanda: theorie) adalah serangkaian bagian atau variabel,
definisi dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan
sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antarvariabel, dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah.

kekuasaan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh seseorang atau
kelompok yang digunakan untuk memengaruhi orang lain melalui cara berpikir dan
perilaku yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemegang kuasa.

Anda mungkin juga menyukai