Teori Memperoleh Kekuasaan - Docx (Joki Unib)
Teori Memperoleh Kekuasaan - Docx (Joki Unib)
OLEH :
NPM : D1E023075
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua
kehendaknya, penyusun berhasil menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu yang
berjudul "TEORI MEMPEROLEH KEKUASAAN"
Dalam penyusunan makalah ini, semua isi ditulis berdasarkan buku-buku dan
jurnal referensi yang berkaitan dengan sistem . Apabila dalam isi makalah ditemukan
kekeliruan atau informasi yang kurang valid, penyusun sangat terbuka dengan kritik dan
saran yang membangun untuk diperbaiki selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB 11 PEMBAHASAN
A. Teori Sosiologis
B. Teori Spekulatif
C. Teori Empirise
D. Teori Kontrak Sosial
E. Teori Ketuhanan
BAB 1 PENDAHULUAN
2. Émile Durkheim
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fakta dan institusi sosial dalam berbagai
tatanan masyarakat. Dari kumpulan fakta terkait cara berpikir dan bertindak
tersebut, Durkheim meyakini adanya kekuatan untuk mengendalikan individu.
3. Karl Marx
Marx tidak secara eksplisit mendefinisikan sosiologi, tetapi dalam The
Communist Manifesto dirinya meyakini bahwa masyarakat (proletar) perlu
dibebaskan dari sistem kapitalis.
Sosiologi dipercaya dapat melawan penindasan dan melahirkan masyarakat
tanpa kelas.
4. Max Weber
Menurut Weber, sosiologi berlaku sebagai studi yang meninjau tindakan sosial
guna menjelaskan hubungan sebab-akibat dari fenomena sosial tertentu.
5. Herbert Spencer
Dalam sudut pandang Spencer, sosiologi merupakan ilmu yang mengamati
susunan dan proses sosial sebagai sebuah sistem.
1. Empiris
Sebagai ilmu pengetahuan sosiologi didasarkan pada realitas sosial yang terjadi
di lapangan dan tidak bersifat spekulatif.
2. Teoritis
3. Kumulatif
Dalam membangun argumen terkait suatu fenomena tertentu harus dilandaskan
pada kumpulan teori yang sudah tercipta sebelumnya.
4. Non-etis
Sosiologi ada tidak untuk menilai baik dan buruk suatu permasalahan,
melainkan pada penjelasan logis terkait latar belakang terjadinya suatu
fenomena tertentu.
Selain keempat ciri utama di atas, sosiologi memiliki sejumlah teori yang
berbeda dengan teori sosial lainnya.
Hal yang membedakan adalah teori sosial berfokus pada komentar masyarakat
serta memiliki tujuan yang secara intensif ke arah politik.
B. TEORI SPEKULATIF
Teori Terbentuknya Negara:
-.Teori hukum alam.
Pemikiran pada masa plato dan aristoteles kondisi alam tumbuhnya manusia
berkembangnya
negara
- Teori ketuhanan
(islam + Kristen) segala sesuatu adalah ciptaan tuhan.
- Teori perjanjian
Manusia menghadapi kondisi alam dan timbullah kekerasan. Manusia akan
musnah bila ia tidak
mengubah cara-caranya. Manusia pun bersatu utk mengatasi tantangan dan
menggunakan persatuan
dalam gerak tunggal utk kebutuhan bersama.
Teori tentang asal mula atau teori terbentuknya Negara dapat dilihat dari dua
segi, yakni :
(1) Teori yang bersifat Spekulatif, dan (2) Teori yang bersifat Evolusi.
Ini contoh pengalam empiris dari sudut pandang sosial, ekonomi, kesehatan, dan
sains:
1. Contoh Pengelaman Empiris dalam Bidang Sosial
Contoh pengalaman empiris dalam bidang sosial adalah ketika ada fenomena
warga mengalami permasalahan kesulitan mendapatkan air bersih, apa yang
harus dilakukan? Agar mengetahui penyebab dan solusi yang bisa dilakukan,
ketua desa setempat melakukan penelitian.
2. Contoh Pengelaman Empiris dalam Bidang Ekonomi
Contoh pengalaman empiris dalam bidang ekonomi adalah ketika ada fenomena
penjual susu kedelai melakukan survei langsung proses pembuatannya.
Tujuannya untuk memastikan susu kedelai yang dijualnya memiliki kualitas
yang terbaik.
3. Contoh Pengelaman Empiris dalam Bidang Kesehatan
Contoh pengalaman empiris dalam bidang kesehatan adalah ketika ada
fenomena seorang pasien yang mengalami gejala pusing dan mual. Agar
mengetahui penyakit yang diderita, dokter melakukan berbagai macam pengecek
kesehatan, seperti tes laboratorium, pengambilan darah, dan lainnya.
4. Contoh Pengelaman Empiris dalam Bidang Sains
Contoh pengalaman empiris dalam bidang sains adalah ketika ada fenomena
pekerja lapangan ingin mengetahui kandungan yang ada di dalam tanah, maka
mereka kerap melakukan riset langsung.
D. TEORI KONTRAK SOSIAL
Kontrak sosial adalah sebuah perjanjian antara rakyat dengan para
pemimpinnya, atau antara manusia-manusia yang tergabung di dalam komunitas
tertentu.[1] Dalam filsafat moral dan politik, kontrak sosial adalah teori yang
berasal dari Zaman Pencerahan yang berkenaan dengan legitimasi otoritas
negara atas individu-individu
Argumen kontrak sosial biasanya mengandaikan bahwa individu-individu dalam
suatu komunitas politik menyetujui, baik secara eksplisit ataupun implisit, untuk
menyerahkan sebagian dari kebebasan mereka dan untuk tunduk kepada otoritas
(Penguasa, atau keputusan mayoritas). Sebagai gantinya, mereka mendapatkan
perlindungan hak atau pemeliharaan tatanan sosial.[3] Hubungan antara hak
kodrati dan hak hukum sering menjadi isu dalam teori kontrak sosial. Istilah
kontrak sosial berasal dari karya Jean-Jacques Rousseau, The Social Contract
(bahasa Prancis: Du contract social ou Principes du droit politique), sebuah buku
yang dipublikasikan pada tahun 1762. Meskipun teori kontrak sosial dapat
ditemukan pada zaman kuno, seperti dalam filsafat Yunani, Stoikisme dan
Hukum Romawi dan Kanonik, kontrak sosial berkembang menjadi doktrin
utama legitimasi politik mulai pada pertengahan abad ke-17 hingga awal abad
ke-19.
Para pemikir teori kontrak sosial dan hak kodrati abad ke-17 dan ke-18 yang
terkenal antara lain Hugo de Groot (1625), Thomas Hobbes (1651), Samuel von
Pufendorf (1673), John Locke (1689), Jean-Jacques Rousseau (1762) dan
Immanuel Kant (1797). Masing-masing pemikir ini menggunakan pendekatan
terhadap konsep otoritas politik yang berbeda. Grotius mengemukakan bahwa
setiap individu manusia memiliki hak kodrati. Thomas Hobbes terkenal
mengatakan bahwa dalam "keadaan alamiah", kehidupan manusia adalah
"terisolasi, malang, jahat, brutal dan singkat". Dengan tidak adanya tatanan
politik dan hukum dalam keadaan alamiah, setiap orang akan memiliki
kebebasan alami yang tidak terbatas, termasuk "hak untuk melakukan segala
sesuatu" termasuk kebebasan untuk menjarah, memperkosa, dan membunuh;
oleh karena itu, akan ada "perang antara semua melawan semua" tanpa akhir
(bellum omnium contra omnes). Untuk menghindari hal tersebut, manusia-
manusia membuat kontrak satu sama lain untuk membentuk sebuah komunitas
politik (masyarakat sipil) melalui kontrak sosial. Di dalam komunitas politik itu,
mereka semua mendapatkan keamanan sebagai ganti dari penundukan diri
mereka kepada kedaulatan yang mutlak pada satu atau kumpulan orang.
Meskipun penguasa mungkin sewenang-wenang dan menjadi tirani, Hobbes
melihat pemerintahan absolut sebagai satu-satunya alternatif untuk situasi anarki
yang mengerikan dari keadaan alamiah. Hobbes menegaskan bahwa manusia-
manusia setuju untuk melepaskan hak-hak mereka kepada otoritas absolut
pemerintah (monarki atau parlementer).
Di sisi lain, pemikir-pemikir lainnya seperti Locke dan Rousseau berpendapat
bahwa individu-individu mendapatkan hak-hak sipil sebagai ganti dari
penerimaan kewajiban untuk menghormati dan membela hak-hak orang lain
dengan melepaskan beberapa kebebasan yang mereka miliki.
Pada abad ke-19, teori kontrak sosial memudar dengan semakin berkembangnya
utilitarianisme, hegelianisme, dan marxisme. Teori kontrak sosial dikembangkan
kembali pada abad ke-20, terutama dalam bentuk eksperimen pemikiran oleh
John Rawls.
E. TEORI KETUHANAN
Dasar pemikiran teori ini adalah suatu kepercayaan bahwa segala sesuatu yang
ada atau terjadi di alam semesta ini adalah semuanya kehendak Tuhan, demikian
pula negara terjadi karena kehendak Tuhan
sesuatu yang ada atau terjadi di alam semesta ini adalah semuanya kehendak
Tuhan, demikian pula negara terjadi karena kehendak TuhanSisa-sisa
perlambang teori theokratis nampak dalam kalimat yang tercantum di berbagai
Undang-Undang Dasar negaraseperti: "Atas berkat rahmat Allah. Yang Maha
Kuasa" atau "By the grace of God"Penganut teori theokrasi modern adalah
Frederich Julius Stahl (1802-1861)Dalam bukunya yang berjudul "Die
Philosophie des recht"ia menyatakan bahwa negara secara berangsur-angsur
tumbuh melalui proses evolusi Keluarga Bangsa NegaraNegara bukan tumbuh
disebabkan berkumpulnya kekuatan dari luarmelainkan disebabkan
perkembangan dari dalamIa tidak tumbuh disebabkan kekuatan
manusiamelainkan disebabkan kehendak TuhanDalam dunia modem seperti
sekarang initeori theokratis tidak dipratekkan lagisudah tertinggal jauhBeberapa
pelopor teori theokratis yang lain:
Santo AgustinusKedudukan greja yang dipimpin Sri Paus lebih tinggi dari
kedudukan Negara yang di pimpin oleh raja, karena paus merupakan wakil dari
tuhanAgustinus membagi ada dua macam Negara yaitu: Civitate Dei (Kerajaan
Tuhan) dan Civitate Diabolis/Terrana (Kerajaan Setan) yang ada di dunia fana.
bThomas Aquinas: Negara merupakan lembaga alamiah yang lahir karena
kebutuhan sosial manusiasebagai lembaga yang
A.KESIMPULAN
Teori (serapan dari bahasa Belanda: theorie) adalah serangkaian bagian atau variabel,
definisi dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan
sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antarvariabel, dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah.
kekuasaan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh seseorang atau
kelompok yang digunakan untuk memengaruhi orang lain melalui cara berpikir dan
perilaku yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemegang kuasa.