Direktur EBT - FGD FS Pengembangan Industri Silika - Kemenperin
Direktur EBT - FGD FS Pengembangan Industri Silika - Kemenperin
REPUBLIK INDONESIA
DUKUNGAN PEMERINTAH
DALAM PENINGKATAN
INVESTASI ENERGI
TERBARUKAN
FGD Feasibility Study Pengembangan Industri Silika Sebagai
Bahan Baku Sel Surya - Kemenperin
www.esdm.go.id kesdm
1
KEBIJAKAN ENERGI DAN KONDISI SAAT INI
2
KEBIJAKAN ENERGI
2025 2030 2060
Penurunan Emisi GRK
Bauran EBT 23% dalam Enhanced NDC: 31,89 % Usaha Sendiri & Net Zero Emission
Bauran Energi Nasional 43,2% Dukungan Internasional
Emisi Emisi GRK pada Penurunan
GRK 2030 (Juta Ton
N
Sektor 2010 (Juta Ton CO2e) CO2e)
23% o
(Juta Ton
CO2e) BaU CM1 CM2 CM1 CM2
30% EBT
1. ENERGI 453.2 1,669 1,311 1,223 358 446
Batubara TARGET
2. LIMBAH 88 296 256 253 40 43,5
2025
3. IPPU 36 70 63 61 7 9
25%
4. PERTANIAN 111 120 110 108 10 12
22%
Minyak
5. KEHUTANAN 647 714 214 15 500 729
Gas Alam Bumi
TOTAL 1,334 2,869 1,953 1,632 915 1,240
100 91
Million Ton CO2e
69,5
80 64,4 67
45 54,8 58
60 51
39 40,6
40 29
20
0
PP 79/2014 2017 2018 2019 2020 2021* 2022
Target Realisasi
UU 16/2016
3
PETA JALAN TRANSISI ENERGI MENUJU KARBON NETRAL
1) Timeline pencapaian strategis mencapai net zero emission di sektor energi.
2) Peta Jalan ini akan menjadi bentuk komitmen bersama antara pemerintah dan para pemangku kepentingan mencapai NZE 2060.
2025: Penurunan emisi 231,2 Juta ton CO2 2035: Penurunan emisi 388 Juta ton CO2 2050: Penurunan emisi 1.043,8 Juta ton CO2
Supply: Supply: Supply:
➢ Pengembangan PLT EBT sesuai RUPTL PT PLN (Persero) ➢ Produksi EBT Green Hydrogen mulai 2031 untuk sektor
➢ Produksi EBT Green hydrogen untuk substitusi gas alam
2021-2030 transportasi
untuk proses industri dengan temperatur tinggi mulai
➢ Implementasi PLTS Atap ➢ Battery Energy Storage System (BESS) tahun 2034
tahun 2041
➢ Percepatan pengembangan PLT Sampah ➢ Kapasitas terpasang PLTP mencapai 11 GW pada tahun
➢ Pengembangan PLT Biomassa skala kecil 2035 ➢ Bauran energi primer didominasi oleh EBT
➢ Cofiring PLTU Batu Bara Demand: Demand:
Demand: ▪ Penggunaan kompor Induksi untuk 28,2 juta RT. ▪ Penggunaan kompor Induksi untuk 46,6 juta RT.
▪ Kompor Induksi untuk 8,1 juta RT. ▪ Kendaraan listrik 9,3 juta mobil dan 51 juta motor ▪ Kendaraan listrik 50,2 juta mobil dan 163 juta motor
▪ Kendaraan listrik 300 ribu mobil dan 1,3 juta motor ▪ Jargas untuk 15,2 juta RT. ▪ Jargas untuk 22,7 juta rumah.
▪ Jargas untuk 5,2 juta RT. ▪ Penggunaan biofuels 40% ▪ Penggunaan biofuels 40%
▪ DME sebagai substitusi LPG pada RT
▪ Penambahan penerapan manajemen energi dan ▪ Penerapan hidrogen di sektor industri
▪ Mandatori biodiesel 30% pada 2025
peralatan SKEM
▪ Penerapan hidrogen di sektor transportasi
2021 – 2025 2026 – 2030 2031– 2035 2036 – 2040 2041– 2050 2051 – 2060
Supply: Supply:
Supply:
➢ Pemanfaatan nuklir untuk pembangkit listrik mulai tahun ➢ Tidak ada pembangkit listrik berbahan bakar fossil dan
➢ Pengembangan PLT EBT sesuai RUPTL PT PLN (Persero) tersisa emisi sebesar 129 juta ton CO2 pada sektor
2039
2021-2030 industri dan transportasi
➢ Pemanfaatan pump storage mulai tahun 2025 ➢ Pengembangan EBT, terutama solar PV secara massif, ➢ Semua listrik dihasilkan dari PLT EBT
Demand: dilanjutkan dengan PLT Bayu baik secara onshore dan
Demand:
offshore mulai tahun 2037
▪ Kompor Induksi untuk 18,1 juta RT. ▪ Penggunaan kompor Induksi untuk 54,3 juta RT.
Demand:
▪ Kendaraan Listrik 2 jt mobil dan 13 juta motor ▪ Kendaraan listrik 65 juta mobil dan 175 juta motor
▪ Penggunaan kompor Induksi untuk 37,9 juta RT.
▪ Jargas untuk 10,2 juta RT ▪ Kendaraan listrik 23 juta mobil dan 101 juta motor ▪ Jargas untuk 22,7 juta rumah.
▪ Pemanfaatan biofuels pada sektor industri dan ▪ Jargas untuk 20,2 juta rumah. ▪ Pemanfaatan CCS pada industri sebesar 13 juta ton CO2
transportasi mencapai 40% ▪ Penggunaan biofuels 40% ▪ Proyeksi konsumsi listrik sebesar 1.942 TWh, setara
▪ Manajemen energi dan SKEM untuk 11 peralatan ▪ CCS untuk industri semen dan baja mulai tahun 2036 dengan 5.862 kWh/kapita
2030: Penurunan emisi 327,9 Juta ton CO2 2040: Penurunan emisi 629,4 Juta ton CO2 2060: Penurunan emisi 1.798 Juta ton CO2
Teknologi rendah emisi yang inovatif seperti CCS/CCUS dapat diterapkan dalam kondisi tertentu pada pembangkit listrik fosil yang ada untuk mempercepat *) PLTU pada Wilus PLN dan Non-PLN:
pengurangan emisi dalam peralihan ke energi yang lebih bersih dan lebih hijau Maksimal 30 tahun dan IPP 25-30 tahun (sesuai PPA)
PROYEKSI SUPLAI PEMBANGKITAN NZE
Demand Listrik per Sektor | TWh 800 Kapasitas Pembangkit | GW
2.000 1.942
Coal Gas
Kapasitas 708 + 60,2 GW 708
700 Diesel Geothermal
Terdiri dari:
Bioenergy Hydro 637
• PLTS 421 GW,
• PLTB 94 GW, Wind Solar
600
• PLTA 72 GW, Nuclear Ocean
1.500
• PLTBio 60 GW, Storage
509
• PLTN 31 GW,
500
• PLTP 22 GW,
• PLTAL 8 GW. 382
421
• Pumped Storage 4,2 GW, 389
400 • BESS 56 GW.
1.000 278
199 125
200
500
152 68
100 32
82
100 4
0 57 61
34 44
12 24
0 1 7
- Green Hydrogen -
2035
2045
2021
2023
2025
2027
2029
2031
2033
2037
2039
2041
2043
2047
2049
2051
2053
2055
2057
2059
Demand listrik tahun 2060 mencapai 1942 TWh yang didominasi sektor Industri dan Transportasi. Seluruh demand listrik disuplai oleh
pembangkit berbasis energi terbarukan 96% dan energi baru 4% (PLTN) dengan total kapasitas 708 GW. Kapasitas pembangkit VRE 77%
terhadap total energi terbarukan yang dilengkapi dengan teknologi storage yaitu PLTA pumped storage dan Battery Energy Storage System
(BESS).
PROYEKSI SUPLAI PEMBANGKITAN NZE
6
POTENSI ENERGI SURYA INDONESIA
7
BAURAN ENERGI DAN STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBT
Bauran EBT 2021
23% 500
Strategi Pengembangan EBT:
24%
22% 19,5% 1. Pembangunan PLT EBT On Grid (berbasis RUPTL PLN 2021-2030), termasuk
20%
37,62% 17,9% 400
Batubara
18% 15,7%
PLTS Terapung (Target Kapasitas Terpasang PLT EBT pada 2025: 18.5 GW)
16% 14,5% 659,3
13,4% 300 2. Implementasi PLTS Atap (Target 2025: 3.610 MW)
14% 11,6% 12,2% 522,9
Gas
12%
16,82% 448,6
12,2%
200 3. Konversi PLTD ke PLT EBT (PLT Gas sebagai transisi) (Target 2025: 499 MW)
Bumi
10% 11,2% 366,4
8% 8,6% 9,2%
6% 175,8 4. Mandatori B30 (Target 2025: 11,6 juta kL)
Minyak
4%
32,4%
163,2 100
Bumi 126,0 143,2
2% 5. Co-Firing Biomassa pada PLTU (Target 2025: 10,2 juta ton)
0% 0
12,16%
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 6. Penyediaan Akses Energi Modern dengan EBT (skala kecil seperti PLTMH,
EBT
Realisasi (MBOE) Target (MBOE) Realisasi (%) Target (%)
PLTS) (Target 2025: 1,36 MW)
Overview Bauran Energi Negara-Negara ASEAN 2020* 7. Eksplorasi Panas Bumi oleh Pemerintah (Target 2025: 9 wilayah panas bumi
Minyak Bumi Gas Alam Batubara EBT dengan potensi pengembangan sebesar 295 MW)
0,3% 8. Implementasi EBT Off Grid dan Pemanfaatan Langsung (Target 2025: 100%
5,4% 11,5% 6,3%
13,2% 16,9%
14,3% RE dan 100% RDB – Biogas 30.043 ribu m3)
27,7%
Program Pendukung:
40,1%
33,0%
51,3% 9. Retirement PLTU (Target: tidak ada pembangunan PLTU Baru mulai 2026)
33,3%
7,7% 85,7% 10. Peningkatan Infrastruktur Ketenagalistrikan (Smart Grid)
11. Elektrifikasi pada Kendaraan dan Peralatan Rumah Tangga (kompor)
7,6%
41,2% 46,7% (Target 2025: 400rb mobil; 1,7 jt motor; kompor induksi untuk 8,2 juta RT)
33,6%
24,0% 12. Pajak Karbon dan Perdagangan Karbon (Target 2025: Implementasi
perdagangan karbon secara penuh)
Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
*Data diolah dari BP Statistical Review of World Energy 2021
8
PROGRAM PEMBANGUNAN PLT EBT SESUAI RUPTL PLN 2021 - 2030
“Green RUPTL sebagai Landasan Untuk Mencapai Zero Carbon Tahun 2060
▪ Penambahan kapasitas EBT ditargetkan mencapai 20,9 GW di 2030 (51,6% dari total pembangkit di RUPTL 2021-2030).
▪ Pengembangan EBT dilaksanakan dengan tetap mempertimbangkan neraca daya kelistrikan di Indonesia
No Pembangkit 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 Total
1 Panas Bumi 136 108 190 141 870 290 123 450 240 808 3.355
2 PLTA 400 53 132 87 2.478 327 456 1.611 1.778 1.950 9.272
3 PLTM/MH 144 154 277 289 189 43 - 2 13 6 1.118
4 PLTS 60 287 1.308 624 1.631 127 148 165 172 157 4.680
5 PLTB - 2 33 337 155 70 - - - - 597
6 Bioenergi 12 43 88 191 221 20 - 15 - - 590
7 PLT EBT - Base - - - - - 100 265 215 280 150 1.010
8 PLT EBT - Peaker - - - - - - - - - 300 300
Total 752 648 2.028 1.670 5.544 978 991 2.458 2.484 3.370 20.923
PROYEKSI BAURAN EBT
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
12,9% 12,8% 13,4% 14,4% 23,0% 23,1% 23,1% 23,5% 24,2% 24,8%
9
RANCANGAN UNDANG-UNDANG ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN
Sosial Bisnis
4,6 GW 5,9 GW
Rumah Tangga
19,8 GW
Pemerintah Industri
0,3 GW 1,9 GW
Asumsi yang digunakan:
• Sosial: 70% dari total golongan pelanggan kecuali pelanggan >200 kVA hanya 20% dan daya terpasang untuk 1300 VA dan 2200 VA 100%, 3500 s/d
200 kVA 70%, dan >200 kVA 30%.
• Pemerintah: 100% dari total golongan pelanggan dan daya terpasang untuk 1300 VA dan 2200 s/d 5500 VA 100%, 6600 s/d 200 kVA 20%, dan >200
kVA 20%.
• Rumah Tangga: 70% dari total golongan pelanggan dan daya terpasang untuk 1300 VA dan 2200 VA 100% sedangkan 3500 s/d 5500 VA dan >5500 VA
70%.
• Bisnis: 70% dari total golongan pelanggan dan daya terpasang 1300 VA dan 2200 s/d 5500 VA 100% sedangkan 6600 s/d 200 kVA dan >200 kVA 20%
• Industri: 80% dari total golongan pelanggan dan daya terpasang 2200 VA dan 3500 s/d 14 kVA 100%, 14 s/d 200 kVA 70%, >200 kVA 40%, dan >30000
kVA 20%.
CAPAIAN PLTS ATAP PER AGUSTUS 2022
13
POTENSI DAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTS TERAPUNG
Potensi pemanfaatan waduk dan danau di lokasi PLTA untuk PLTS terapung (telah memiliki pra feasibility study)
Catatan: Terdapat potensi yang besar untuk pengembangan PLTS Terapung untuk kepentingan sendiri 1
KAJIAN TKDN SKALA
KOMERSIAL
15
RANTAI NILAI INDUSTRI MODUL SURYA SILIKON KRISTAL
Kelima industri di bawah ini dapat dibangun terpisah secara mandiri
1 2 3 4 5
Industri pemurnian silikon dan Industri pembuatan ingot Industri Industri Industri pembuatan modul
pembuatan silikon polikristal kristal silikon pembuatan pembuatan sel surya
wafer silikon surya silikon
kristalin
Pasir
Silika
Tempered glass
Pretreatment
Cell Sorting
Testing and
Texturing Acid Diffusion Etching & Post- Anti-Reflective Contact
Cleaning Edge Etching Coating Printing and
Isolation Washing Deposition Drying
Adapun PT Agra – menyampaikan informasi rencana pembangunan pabrik sel surya di Indonesia dengan kapasitas tahap 1 sebesar 500 MW
dan tahap 2 menjadi 1 GW dengan lokasi di Provinsi Banten. Tahap 1 direncanakan akan dimulai pada Q2 tahun 2022, dan pembangunan akan
diselesaikan dalam 18 bulan. Pembangunan pabrikan sel surya akan bekerjasama dengan pabrikan modul surya China Tier-1.
19
RINGKASAN EVALUASI TKDN PLTS
KONDISI SAAT INI KONDISI YANG DIHARAPKAN
1. PLTS skala besar masih menggunakan modul 1. Pabrik modul surya dalam negeri meningkatkan kualitas produknya. Hal yang
impor harus dilakukan oleh pabrikan Indonesia adalah:
• Memperbaharui mesin produksi dengan kemampuan di atas 500 Wp/unit
Kualitas
Size modul dan efisiensi lebih rendah • Membeli sel surya yang berkualitas untuk meningkatkan efisiensi
dari tren global • Meningkatkan kapasitas produksi sehingga delivery time lebih singkat
mengejar waktu COD.
Harga modul surya dalam negeri 30 –
Harga Memproduksi modul surya dengan kapasitas di atas
45% lebih mahal dibandingkan modul Sizing modul
500Wp/unit
surya impor.
Efisiensi Efisiensi minimum 21%
Skala ekonomi industri modul surya
Delivery
yang kecil dengan kapasitas produksi 2. Harga modul surya dalam negeri dapat lebih bersaing (25% lebih mahal*), salah
time
terbatas satunya dengan cara menekan harga beli sel surya dengan pembelian sel surya
secara bulk.
Belum ada modul surya/pabrikan dalam Harga Modul surya dalam negeri dapat lebih bersaing
Tier-1
negeri dengan kategori Tier-1
3. Pabrikan dalam negeri bersama-sama mengupayakan produk modul surya dalam
2. Industri modul surya dalam negeri (21 perusahaan) negeri dapat masuk ke dalam kategori produk modul surya Tier-1, hal ini juga
baru pada tahap assembly modul surya (sel surya dapat dilakukan dengan cara kerjasama antara pabrikan dalam negeri dan
diimpor dari luar negeri) pabrikan Tier-1 China untuk memproduksi modul surya bermerk modul Tier-1.
3. Ketidaktersediaan industri hulu modul surya.
Modul surya dalam negeri dapat masuk ke dalam kategori
Pabrik sel surya dalam negeri baru sebatas tahap Tier-1
produk modul surya Tier-1
printing cell
4. Ketersediaan dan kemampuan industri penunjang 4. Terbangun pabrik sel surya dengan kapasitas kompetitif
komponen PLTS di dalam negeri masih terbatas.
20
TANTANGAN DAN SOLUSI (1/2)
OUTPUT YANG ACTION ITEMS TANTANGAN / MASALAH SOLUSI
DIHARAPKAN
Modul surya Memperbaharui mesin produksi Untuk proses produksi full automation dengan kapasitas Mencari pendanaan atau investor untuk
dalam negeri dengan kemampuan di atas 500 modul surya di atas 500 Wp dan kapasitas produksi 8 MWp memenuhi kebutuhan investasi yang cukup
memiliki kualitas Wp/unit dan meningkatkan per bulan, dibutuhkan Investasi yang tidak sedikit yaitu besar.
internasional kapasitas produksi sehingga mencapai 1,8 juta USD.
delivery time lebih singkat
mengejar waktu COD.
Memperbaharui mesin produksi Untuk proses produksi full automation dengan kapasitas Mencari pendanaan atau investor untuk
dengan kemampuan di atas 500 modul surya di atas 500 Wp dan kapasitas produksi 8 MWp memenuhi kebutuhan investasi yang cukup
Wp/unit dan meningkatkan per bulan, dibutuhkan Investasi yang tidak sedikit yaitu besar.
kapasitas produksi sehingga mencapai 1,8 juta USD.
delivery time lebih singkat Tenaga kerja lokal yang belum familiar dengan peralatan- Pelatihan dan standardisasi tenaga kerja.
mengejar waktu COD. peralatan baru terkait peningkatan produksi modul surya.
Membeli sel surya yang Harga sel surya yang berkualitas tinggi lebih mahal. Menekan harga beli sel surya dengan
berkualitas untuk meningkatkan pembelian sel surya secara bulk.
efisiensi.
Melakukan pengujian berdasarkan Untuk memenuhi standar kualitas modul surya, terdapat 5 Menambah laboratorium pengujian modul
kualitas internasional. (lima) standar yang harus dipenuhi, namun Indonesia baru surya. Saat ini, baru ada laboratorium uji
memiliki pengujian untuk 1 (satu) standar modul surya. B2TKE-BRIN. PT Qualis sedang
Selama ini, pabrikan mengajukan standar internasional mengembangkan laboratorium pengujian
melalui TUV Rheinland Singapore dan China. untuk 5 (lima) standar modul surya.
21
TANTANGAN DAN SOLUSI (2/2)
OUTPUT YANG ACTION ITEMS TANTANGAN / MASALAH SOLUSI
DIHARAPKAN
Terdapat pabrik Pemerintah menciptakan minimal Menciptakan proyek-proyek skala utilitas (di atas 1,5 MWp) Proyek yang dapat diusulkan adalah proyek
modul surya 6 (enam) proyek PTLS dengan yang bersedia menggunakan produk modul surya dalam negeri. yang dibangun oleh PT PLN (Persero) atau
dalam negeri kapasitas minimal 1,5 MWp proyek PLTS Atap yang dibangun oleh
kategori Tier-1 dengan menggunakan produk industri.
modul surya dalam negeri.
(Berdasarkan informasi
persyaratan Tier-1 Bloomberg)
Kerjasama antara pabrikan dalam Sampai saat ini, belum adanya investor luar negeri yang tertarik Menarik investor luar negeri untuk
negeri dan pabrikan Tier-1 China untuk membangun pabrikan di dalam negeri membangun pabrikan di dalam negeri.
untuk memproduksi modul surya
bermerk modul Tier-1.
Harga modul Kapasitas produksi yang lebih Dibutuhkan investasi yang besar untuk menambah line Pabrikan harus menambah kapasitas
surya dalam besar. produksi. produksi. Pemerintah memfasilitasi
negeri kompetitif pabrikan yang membutuhkan pendanaan.
Menggunakan sel surya dalam • Biaya produksi di Indonesia seperti tenaga kerja yang relatif Saat ini telah ada PT Ali Solar Cell yang
negeri. lebih mahal mengakibatkan harga jual modul yang lebih sedang membangun pabrik sel surya
tinggi. Berakibat pada kurangnya nilai saing modul yang dengan kapasitas 1 GW per tahun. Tetapi,
dihasilkan dibanding modul dari luar. sebagian besar produk sel surya digunakan
• Kapasitas produksi sel surya dalam negeri yang kompetitif untuk kepentingan sendiri (PT. IDN Solar
perlu dievaluasi lebih lanjut. Tech).
Membangun industri modul surya Agar tidak bergantung kepada bahan baku modul surya dari luar Pengembangan industri rantai nilai (supply
semakin ke sisi hulu. negeri, Indonesia harus membangun industri rantai nilai (supply chain) modul surya.
chain) modul surya.
22
ATURAN TKDN PLTS DAN KOMPONEN
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No. Berdasarkan Permenperindustrian 4/2017 tentang Ketentuan dan
5 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Tata Cara Penilaian TKDN untuk PLTS Off-grid Terpusat Berdiri
Menteri Perindustrian Nomor 54/M-IND/PER/3/2012 Sendiri dan PLTS On-grid Terpusat Terhubung adalah:
Tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Aspek Barang PLTS Aspek Barang PLTS
Negeri Untuk Pembangunan Infrastruktur Terpusat Terhubung Terpusat Berdiri Sendiri
Ketenagalistrikan, disebutkan besaran TKDN untuk
No Uraian Bobot No Uraian Bobot
PLTS Tersebar, PLTS Terpusat Off-Grid, dan PLTS
1 Modul Surya 40,50 % 1 Baterai 25,20 %
Terpusat On-Grid diatur dengan metode perhitungan 2 Inverter 13,50 % 2 Penyangga modul 20,70 %
process-based, adalah sebagai berikut: 3 Penyangga Modul 10,80 % 3 Inverter dan SCC 13,50 %
4 Distribution panel 6,30 % 4 Modul surya 13,14 %
5 Travo 5,40 % 5 Kabel (AC dan DC) 7,20 %
1.
6 DC combiner box 5,40 % 6 DC combiner box 3,06 %
TKDN PLTS TERSEBAR 45,90% 7 Sistem proteksi 4,50 % 7 Distribution panel 2,70 %
8 Kabel (AC dan DC) 3,60 % 8 Energy limiter 2,70 %
9 Sistem proteksi 1,80%
TKDN PLTS TERPUSAT
2. BERDIRI SENDIRI 43,72% Aspek Jasa PLTS Aspek Jasa PLTS
Terpusat Terhubung Terpusat Berdiri Sendirri
@KementerianESDM KementerianESDM
Tujuan: Substansi:
2 MEKANISME PENGADAAN:
1 HARGA: • Penunjukan langsung untuk:
▪ Meningkatkan investasi di sektor Energi • Harga Patokan Tertinggi (HPT) staging 2 tahap o PLTA/M/MH Waduk (sebagai penugasan)
Terbarukan; tanpa eskalasi dengan faKtor lokasi berlaku pada o PLTP (sebagai penugasan)
▪ Mempercepat pencapaian target bauran staging 1: o Ekspansi PLTA, PLTP, PLTS, PLTB, PLTBm, PLTBg
energi terbarukan dalam bauran energi o PLTP; PLTA; PLTS; PLTB; PLTBm; PLTBg; o Excess Power dari PLTA, PLTP, PLTBm dan PLTBg
nasional sesuai dengan Kebijakan Energi o Ekspansi PLTP, PLTA, PLTS, PLTBm, PLTBg • Pemilihan langsung:
Nasional; o Excess Power PLTP, PLTA, PLTBm, PLTBg PLTA, PLTS, PLTB, PLTBm PLTBg, PLT BBN dan PLTAl
• Harga kesepakatan: • Durasi pengadaan: 180 hari kerja
▪ Mengurangi defisit neraca berjalan di sektor PLTA Peaker; PLT BBN; PLT AL • BOOT melalui B to B.
energi; • Periode kontrak:
▪ Mengurangi emisi gas rumah kaca. 3 TRANSISI ENERGI: o 30 tahun: PLTA/M, o 25 tahun: PLTBm
• Menteri ESDM menyusun peta jalan percepatan PLTP dan PLTB o 20 tahun: PLTBG
pengakhiran masa operasional PLTU setelah o Maks. 30 tahun: PLTS
berkoordinasi dengan Menteri Keuangan dan • Transaksi dalam rupiah dengan nilai tukar JISDOR
Jenis ET mencakup: Menteri BUMN • Harga kesepakatan memerlukan persetujuan MESDM
• PT PLN (Persero) dan Wilus lainnya dilarang • Evaluasi harga dilakukan setiap tahun
1. PLT Air 5. PLT Panas Bumi mengembangkan PLTU baru selain yang telah
2. PLT Surya 6. PLT Biomassa ditetapkan dalam RUPTL atau PLTU yang
3. PLT Bayu 7. PLT Tenaga Air Laut 4 PEMBERIAN KOMPENSASI:
memenuhi kriteria yang diatur dalam Perpres. Dalam hal pembelian listrik ET menyebabkan
4. PLT Biogas 8. PLT BBN • PLTU yang diakhiri masa operasinya, jika peningkatan BPP, PT PLN harus diberikan kompensasi
dibutuhkan dapat digantikan dengan pembangkit atas semua biaya yang telah dikeluarkan dan
Energi Terbarukan dengan mempertimbangkan pembayaran dilaksanakan sesuai ketentuan
Pengembangan ET dilaksanakan berdasarkan
kondisi supply dan demand listrik. peraturan perundang-undangan
RUPTL yang mempertimbangkan target
bauran, keseimbangan supply-demand, dan
keekonomian pembangkit Dukungan
K/L: 25
1 • Ekspor Listrik
PERMEN ESDM Nilai ekspor listrik yang semula 65% menjadi 100%
4 • Perdagangan Karbon
Pelanggan PLTS Atap dan Pemegang IUPTLU dapat melakukan perdagangan
karbon
5 • Aplikasi Pelayanan
Mekanisme pelayanan diwajibkan berbasis aplikasi (saat ini masih manual)