Khutbah Jumat 300822
Khutbah Jumat 300822
َاَّلِذ ْيَن َض َّل َس ْعُيُهْم ِفى اْلَح ٰي وِة الُّد ْنَيا َو ُهْم َيْح َس ُبْو َن َاَّنُهْم ُيْح ِس ُنْو َن ُص ْنًعا
"(Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan
mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya."
Inilah orang yang celaka, usaha terbaiknya hanya terhenti untuk dunia. Di mata
Tuhan nya perbuatan mereka ini hanya sia-sia. Saat seseorang tidak memiliki
orientasi akhirat; tidak memiliki visi masa depan untuk sampai di surga, maka pada
malam hari hanya dimanfaatkan untuk tidur.
Padahal dengan banyak tidur, otomatis hak istimewa sebagai hamba yang ada pada
malam hari akan hilang. Atau, karena terlalu sibuk dengan urusan bisnis dan karier,
lalu tidur terlalu larut. Sehingga waktu tahajud terlewat. Subuh pun kesiangan.
Waktu-waktu istimewa di sepertiga malam pun hilang. Namun, tidak demikian
dengan para pekerja keras yang berorientasi akhirat, tidur selarut apa pun dan dalam
kondisi yang selelah apa pun dia akan tetap menjaga waktu istimewanya dengan
Allah pada sepertiga akhir malam.
Artinya, di sinilah kekuatan cara berpikir kita yang akan menjadi penyokong
konsistensi dan produktivitas seorang muslim untuk terus melakukan amal shalih
yang akan mengantarkannya menjejak di surga.
Kebanyakan kita berorientasi jadi orang kaya. Namun, tidak banyak orang yang
menyadari hadis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang menggambarkan
bahwa orang kaya baru bisa masuk surga setelah diseleksi 500 tahun; setelah orang
miskin beriman yang masuk surga.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َو ُهَو َخ ْم ُس ِم اَئِة َع اٍم، َيْد ُخ ُل ُفَقَر اُء اْلُم ْس ِلِم يَن اْلَج َّنَة َقْبَل َأْغ ِنَياِئِهْم ِبِنْص ِف َيْو ٍم
“Orang muslim yang miskin akan masuk surga sebelum orang muslim yang kaya
dengan selisih setengah hari, yang itu setara dengan 500 tahun.” (HR. Ahmad 8521,
Turmudzi 2528, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Hadis di atas juga tidak bisa dimaknai dengan ketikdabolehan menjadi kaya dan
keharusan jadi miskin. Justru sebaliknya, ketika ditakdirkan menjadi orang yang
mampu, sebaiknya membantu mereka yang kesusahkan.
Terkait kriteria orang miskin masuk surga terlebih dahulu, para ulama memberikan
penjelasan tentang hadis ini. Orang miskin dalam hadis itu bermakna, mereka yang
beriman dan bersabar, serta memang sudah melakukan ikhtiar. Orang miskin yang
dimaksud, berdasarkan penjelasan Imam An-Nawawi, adalah mereka yang tidak
memiliki kapasitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun demikian, mereka
juga bersabar dan tidak melakukan dosa besar atau maksiat-maksiat berat lainnya
baik lahir maupun batin.
Kriteria miskin ini bukan sekadar miskin belaka, tapi ia juga beriman dan tidak putus
asa dalam hidupnya. Jadi bukan asal fakir dan miskin, tetapi mereka yang tidak
pesimis dan putus asa serta tidak menghalalkan segala cara untuk mengatasi
keterbatasannya. Di samping itu, mereka adalah orang yang menjaga keimanan dan
martabatnya.
Dan terkait pula hadist tentang orang muslim yang miskin akan masuk surga sebelum
orang kaya dengan selisih setengah hari yang setara dengan 500 tahun, artinya di sini
cara berpikir atau mindset kita tentang kekayaan yang harus diubah dengan mindset
orientasi akhirat. Sehingga, jadilah orang kaya yang seluruh aset dan jiwa raganya
untuk akhirat, seperti Abu Bakar ra, Utsman bin Affan ra, dan Abdurrahman bin Auf
ra.
Akhirnya, marilah kita selalu ingat bahwa dunia itu singkat. Karena itu, marilah kita
menapaki kehidupan dengan empat hal di atas yaitu iman, ikhlas, mengikut sunah
Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, dan berorientasi akhirat. Dengan izin Allah, wajah
kita akan berseri-seri di akhirat dan hidup kita di dunia juga bahagia.