Anda di halaman 1dari 84

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

( R.K.S. )

Lanjutan Rehabilitasi Gedung Bapenda

DINAS TATA RUANG DAN BANGUNAN


KABUPATEN TANGERANG

TAHUN 2023
KODE JENIS PEKERJAAN

BAB I PEKERJAAN PENDAHULUAN


Pasal 1 Syarat-syarat Umum
Pasal 2 Pekerjaan Persiapan

BAB II PEKERJAAN TANAH


Pasal 1 Pekerjaan Galian dan Timbunan Tanah
Pasal 2 Pekerjaan Urugan Pasir Padat

BAB III PEKERJAAN PONDASI


Pasal 1 Pekerjaan Galian Tanah Pondasi
Pasal 2 Pekerjaan Bekisting
Pasal 3 Pekerjaan Pondasi Dangkal/Dalam
Pasal 4 Pekerjaan Pondasi Bor
Pasal 5 Pekerjaan Sloof/Tie beam

BAB IV PEKERJAAN STRUKTUR BANGUNAN & ATAP


Pasal 1 Pekerjaan Pembesian/Penulangan Beton
Pasal 2 Pekerjaan Beton Bertulang Non- Struktural
Pasal 3 Pekerjaan Bekisting Beton
Pasal 4 Pekerjaan Beton Bertulang
Pasal 5 Pekerjaan Kolom Beton
Pasal 6 Pekerjaan Balok Beton
Pasal 7 Pekerjaan Dak Beton
Pasal 8 Pekerjaan Plat Lantai dan Balok
Pasal 9 Pekerjaan Lantai
Pasal 10 Pekerjaan Konstruksi Baja
Pasal 11 Pekerjaan Baja
Pasal 12 Pekerjaan Penutup Atap

BAB V PEKERJAAN ARSITEKTUR


Pasal 1 Keterangan Umum
Pasal 2 Pekerjan Pasangan
Pasal 3 Pekerjan Lantai
Pasal 4 Pekerjan Kusen Pintu, Jendela dan Ventilasi Alumunium
Pasal 5 Pekerjan Daun Pintu, Jendela dan Ventilasi
Pasal 6 Pekerjan Kaca
Pasal 7 Pekerjan Alat Penggantung dan Pengunci
Pasal 8 Pekerjan Atap
Pasal 9 Pekerjan Langit-langit (Plafond)
Pasal 10 Pekerjan Baja Profil dan Besi Pipa
Pasal 11 Pekerjan Pengecatan
Pasal 12 Pekerjan Sanitair

BAB VI PEKERJAAN MEKANIKAL-ELEKTRIKAL


A. PEKERJAAN MEKANIKAL
Pasal 1 Peraturan Umum Pekerjaan Plumbing
Pasal 2 Spesifikasi Teknis Pekerjan Plumbing
Pasal 3 Sistem Pemipaan Air Kotor dan Air Bersih

B. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
Pasal 1 Ketentuan Umum
Pasal 2 Ketentuan Bahan Peralatan
Pasal 3 Persyaratan Teknis Pemasangan
Pasal 4 Pengujian

C. PEKERJAAN SANITAIR
Pasal 1 Umum
Pasal 2 Bahan/Produk
Pasal 3 Pelaksanaan
BAB I
PEKERJAAN PENDAHULUAN

Pasal 1 Syarat-syarat Umum

A. UMUM
Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini,
kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan
beserta uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan seperti yang akan diuraikan di
dalam buku ini.
Bila terdapat ketidak jelasan dan/atau perbedaan-perbedaan dalam gambar dan uraian
ini, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Perencana.

B. LINGKUP PEKERJAAN
Penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat kerja yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pekerjaan ini serta mengamankan, mengawasi dan memelihara bahan-
bahan, alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung
sehingga seluruh pekerjaan dapat selesai dengan sempurna.

C. SARANA KERJA
Kontraktor wajib memasukkan jadwal kerja. Kontraktor juga wajib memasukkan
identifikasi dari tempat kerja, nama, jabatan dan keahlian masing-masing anggota
pelaksana pekerjaan, serta inventarisasi peralatan yang digunakan dalam
melaksanakan pekerjaan ini. Kontraktor wajib menyediakan tempat penyimpanan
bahan/material di lokasi yang aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang
dapat mengganggu pekerjaan lain. Semua sarana yang digunakan harus benar-benar
baik dan memenuhi persyaratan kerja, sehingga kelancaran dan memudahkan kerja di
lokasi dapat tercapai. Kontraktor wajib memasukkan jadwal kerja. Kontraktor juga wajib
memasukkan identifikasi dari tempat kerja, nama, jabatan dan keahlian masing-masing
anggota pelaksana pekerjaan, serta inventarisasi peralatan yang digunakan dalam
melaksanakan pekerjaan ini. Kontraktor wajib menyediakan tempat penyimpanan
bahan/material di lokasi yang aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang
dapat mengganggu pekerjaan lain. Semua sarana yang digunakan harus benar-benar
baik dan memenuhi persyaratan kerja, sehingga kelancaran dan memudahkan kerja di
lokasi proyek dapat tercapai.

D. FASILITAS SEMENTARA
1. Umum a. Ruang Lingkup
a) Tenaga listrik, penerangan, air, dan sanitair.
b) Gudang dan bengkel kerja.
c) Kantor sementara & perlengkapan kerja.
d) Keamanan dan keselamatan kerja.
b. Ketentuan
Instalasi Listrik, Penerangan, Air, dan Sanitair.
a) Instalasi listrik dan Penerangan.
• Kebutuhan instalasi listrik dan penerangan untuk pelaksanaan pekerjaan
harus disediakan oleh Pelaksana Pekerjaan, baik dari sumber PLN ataupun
dengan menggunakan Genset.
b) Total Kebutuhan tenaga listrik yang harus diperhitungkan oleh Pelaksana
Pekerjaan adalah :
• Listrik untuk kebutuhan Pelaksana Pekerjaan sendiri.
c) Air untuk kerja
• Air yang harus disediakan untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan.
d) Sanitasi
• Fasilitas Sanitasi ini harus lengkap dengan instalasinya, maupun listrik dan
penerangan untuk malam hari.
e) Fasilitas Lapangan
Kontraktor harus menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang yang dibutuhkan di
dalam pelaksanaan dan penyelesian pekerjaan seperti:
1. Kantor Kontraktor
2. Bangunan lainnya seperti gudang bahan-bahan, tempat-tempat kerja, pos
keamanan dan lain-lain.
f) Gudang Untuk Kerja
Guna keamanan dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan
harus membuat gudang untuk keperluan kerjanya dengan bentuk, struktur dan
meterial yang sesuai dengan ketentuan sebagai berikut.:

• Bentuk gudang tertutup, mampu melindungi material yang disimpan dari


pengaruh gangguan keamanan maupun cuaca yang merusak.

• Cukup ventilasi.
• Konstruksi harus cukup kokoh dan kuat.
• Kapasitas gudang harus cukup untuk menampung arus supply material
untuk kebutuhan pelaksanaan.
• Lokasi ditentukan berdasarkan konsultasi dengan Pengawas.
g) Cukup Penerangan.
• Perancah dan Pagar Pengaman yang mencukupi dan memadai.
• Penanggulangan debu dan sampah yang mencukupi dan memadai pada
area proyek dan lingkungan sekitarnya.

E. GAMBAR-GAMBAR DOKUMEN
1. Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar-gambar yang
ada dalam Buku Uraian Pekerjaan ini, maupun perbedaan yang terjadi akibat
keadaan di lokasi, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada
Perencana/Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan keputusan pelaksanaan
di lokasi setelah Pengawas berunding terlebih dahulu dengan Perencana.

Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk
memperpanjang waktu pelaksanaan.

2. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan
selesai/terpasang.

3. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, Kontraktor diwajibkan


memperhatikan dan meneliti terlebih dahulu semua ukuran yang tercantum seperti
peil-peil, ketinggian, lebar, ketebalan, luas penampang dan lain-lainnya sebelum
memulai pekerjaan.
Bila ada keraguan mengenai ukuran atau bila ada ukuran yang belum dicantumkan
dalam gambar Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut secara tertulis kepada
Pengawas dan Pengawas memberikan keputusan ukuran mana yang akan
dipakai dan dijadikkan pegangan setelah berunding terlebih dahulu dengan
Perencana.

4. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran-ukuran yang


tercantum di dalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan Pengawas.

Bila hal tersebut terjadi, segala akibat yang akan ada menjadi tanggung jawab
Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.

5. Kontraktor harus selalu menyediakan dengan lengkap masing-masing dua salinan,


segala gambar-gambar, spesifikasi teknis, addenda, berita-berita perubahan dan
gambar-gambar pelaksanaan yang telah disetujui di tempat pekerjaan.

Dokumen-dokumen ini harus dapat dilihat Pengawas dan Direksi setiap saat
sampai dengan serah terima kesatu. Setelah serah terima kesatu, dokumen-
dokumen tersebut akan didokumentasikan oleh Pemberi Tugas.

F. GAMBAR-GAMBAR PELAKSANAAN DAN CONTOH-CONTOH


1. Gambar-gambar pelaksana (shop drawing) adalah gambar-gambar, diagram,
ilustrasi, jadwal, brosur atau data yang disiapkan Kontraktor atau Sub Kontraktor,
Supplier atau Produsen yang menjelaskan bahan-bahan atau sebagian pekerjaan.

2. Contoh-contoh adalah benda-benda yang disediakan Kontraktor untuk


menunjukkan bahan, kelengkapan dan kualitas kerja. Ini akan dipakai oleh
Pengawas untuk menilai pekerjaan, setelah disetujui terlebih dahulu oleh
Perencana.

3. Kontraktor akan memeriksa, menandatangani persetujuan dan menyerahkan


dengan segera semua gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh yang
disyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau oleh Pengawas.

Gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh harus diberi tanda-tanda


sebagaimana ditentukan Pengawas. Kontraktor harus melampirkan keterangan
tertulis mengenai setiap perbedaan dengan Dokumen Kontrak jika ada hal-hal
demikian.

4. Dengan menyetujui dan menyerahkan gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-


contoh dianggap Kontraktor telah meneliti dan menyesuaikan setiap gambar atau
contoh tersebut dengan Dokumen Kontrak.

5. Pengawas dan Perencana akan memeriksa dan menolak atau menyetujui gambar-
gambar pelaksanaan atau contoh-contoh dalam waktu sesingkat-singkatnya
minimal 14 hari sebelum dilaksanakan, sehingga tidak mengganggu jalannya
pekerjaan dengan mempertimbangkan syarat-syarat dalam Dokumen Kontrak dan
syarat-syarat keindahan.
6. Kontraktor akan melakukan perbaikan-perbaikan yang diminta Pengawas dan
menyerahkan kembali segala gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh
sampai disetujui.

7. Persetujuan Pengawas terhadap gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh,


tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya atas perbedaan dengan
Dokumen Kontrak, apabila perbedaan tersebut tidak diberitahukan secara tertulis
kepada Pengawas.
8. Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-
contoh yang harus disetujui Pengawas dan Perencana, tidak boleh dilaksanakan
sebelum ada persetujuan tertulis dari Pengawas dan Perencana.

9. Gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh harus dikirimkan kepada


Pengawas dalam dua salinan, Pengawas akan memeriksa dan mencantumkan
tanda-tanda “Telah Diperiksa Tanpa Perubahan” atau “Telah Diperiksa Dengan
Perubahan” atau “Ditolak”.
Satu salinan ditahan oleh Pengawas untuk arsip, sedangkan yang kedua
dikembalikan kepada Kontraktor untuk dibagikan atau diperlihatkan kepada Sub
Kontraktor atau yang bersangkutan lainnya.

10. Contoh-contoh yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknis harus dikirimkan kepada
Pengawas dan Perencana.

G. CONTOH-CONTOH
Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau wakilnya harus
segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh-contoh tersebut diambil dengan
jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap bahwa bahan atau pekerjaan
tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.

Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh Pemberi Tugas atau wakilnya
untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan-bahan atau cara pengerjaan yang
dipakai tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.

H. MATERIAL DAN TENAGA KERJA


Seluruh peralatan, material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus tahan
terhadap iklim tropik.
Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan cara yang benar dan setiap Pekerja
harus mempunyai ketrampilan yang memuaskan, dimana latihan khusus bagi Pekerja
sangat diperlukan dan Kontraktor harus melaksanakannya
Kontraktor harus melengkapi Surat Sertifikat yang sah untuk setiap personil ahli yang
menyatakan bahwa personal tersebut telah mengikuti latihan-latihan khusus ataupun
mempunyai pengalaman-pengalaman khusus dalam bidang keahlian masing-masing.

I. KOORDINASI PEKERJAAN
Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus disediakan koordinasi dari seluruh bagian yang
terlibat didalam kegiatan proyek ini.
Seluruh aktivitas yang menyangkut dalam proyek ini, harus dikoordinir lebih dahulu agar
gangguan dan konflik satu dengan lainnya dapat dihindarkan.

Melokalisasi/memerinci setiap pekerjaan sampai dengan detail untuk menghindari


gangguan dan konflik, serta harus mendapat persetujuan dari Perencana/Pengawas.

Pasal 2 Pekerjaan Persiapan

A. PEMBERSIHAN LOKASI PROYEK


1. Lokasi proyek terlebih dahulu harus dibersihkan dari rumput, semak, akar-akar
pohon.

2. Sebelum pekerjaan lain dimulai, lokasi proyek harus selalu dijaga, tetap bersih dan
rata.

3. Segala macam sampah-sampah dan barang-barang bongkaran harus dikeluarkan


dari lokasi proyek, dan tidak dibenarkan untuk ditimbun di luar pagar proyek
meskipun untuk sementara.

4. Semua sisa-sisa bongkaran bangunan lama, seperti pondasi, jaringan listrik/pipa-


pipa dan lain-lain yang masih ada menurut penilaian Pengawas jika dibiarkan di
tempat akan mengganggu pekerjaan, seperti pekerjaan tata hijau (landscaping),
pembuatan jalan, penanaman rumput dan lain-lain, harus dibongkar dan
dikeluarkan dari lokasi proyek.

B. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI


1. Mobilisasi Bahan/Material meliputi material split, semen, besi, batu kali belah, pasir
pasang/beton, semen, kayu dan papan bekisting serta bahan-bahan pendukung
lainnya.

2. Mobilisasi peralatan meliputi alat berat, pompa air, maupun peralatan pertukangan
dan peralatan bantu lainnya.

3. Mobilisasi Tenaga Kerja meliputi mandor, tukang dan pekerja. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan personil dalam tugas dan tanggung jawab serta koordinasi.
C. PEKERJAAN PENYEDIAAN AIR DAN DAYA LISTRIK UNTUK BEKERJA

1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa di
lokasi proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih, bebas dari debu, bebas dari
lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air
harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Perencana/Pengawas.

2. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa pembangunan. Penggunaan diesel untuk
pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara atas
persetujuan Pengawas.

D. PEKERJAAN PEMBUATAN PAPAN NAMA PROYEK

1. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor wajib memasang Papan Nama


Proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Kabupaten Tangerang.

2. Apabila pelaksanaan “pembangunan telah berakhir, maka papan nama tersebut


menjadi hak milik Pemberi Tugas”.

E. PEKERJAAN PEMASANGAN BOWPLANK


1. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu semutu Meranti dengan
ukuran yang disesuaikan.

2. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali
dikehendaki lain oleh Direksi/Pengawas.

3. Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan Kontraktor harus


melaporkan kepada Direksi/Pengawas.

F. PEKERJAAN DIREKSI KEET/LOS KERJA


1. Bangunan Direksi keet dibuat dengan konstruksi kayu, dinding papan/multipleks,
penutup atap seng gelombang, diberi pintu.

2. Gudang ini bertujuan untuk menyimpan semen dan bahan-bahan lain yang perlu
perlindungan cuaca.

3. Apabila tenaga kerja menginap di lokasi (harus dengan izin Direksi), Kontraktor
harus menyediakan barak dengan fasilitas lengkap tanpa mengganggu fasilitas
Direksi Keet. Tempat kerja harus disiapkan oleh Kontraktor untuk keperluan
pekerjaan besi, pekerjaan kayu, dan sebagainya.
BAB II
PEKERJAAN TANAH

Pasal 1 Pekerjaan Galian dan Timbunan Tanah

A. UMUM
1. Lingkup Pekerjaan Meliputi pekerjaan persiapan, penggalian pondasi, penggalian dan penimbunan untuk
drainase/saluran, back fill/penimbunan kembali bekas galian, penimbunan cut & fill dan
pemadatan untuk peninggian lantai bangunan sesuai dengan peil yang telah ditentukan
serta urugan dan pemadatan tanah untuk bangunan sesuai dengan gambar.

Pekerjaan galian dapat dilakukan secara manual dengan alat penggali atau bila
diperlukan untuk area yang luas dengan alat berat berupa backhoe/ excavator untuk
menggali dan dump truk untuk mengangkut tanah yang harus dibuang keluar lokasi
proyek.

2. Syarat dan Peraturan Pemeriksaan Lapangan dan Pekerjaan Persiapan :


Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan/pengukuran dan pengecekan langsung ke
lapangan guna menentukan dengan pasti kondisi lapangan. Peninjauan lokasi bertujuan
untuk mengetahui secara detail lokasi pengerjaan,seperti tempat, akses jalan, kondisi
lingkungan, kondisi tanah, prasarana dan informasi pendukung lainnya.

Untuk setiap urugan/timbunan harus sesuai dengan dengan spesifikasi yang


disyaratkan dan disetujui oleh Pengawas/Dinas.

B. BAHAN Bahan pengisi harus cukup baik, yaitu bahan yang telah disetujui dinas/pengawas, yang
diambil di daerah lapangan atau bahan yang diambil dari daerah di luar lapangan
pekerjaan.

C. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. Syarat-Syarat Galian, • Galian untuk pondasi harus mencapai tanah asli dan minimum mencapai
Penimbunan / Back Fill , Cut & kedalaman yang direncanakan, kecuali ditentukan lain oleh Dinas/Pengawas
Fill sehubungan dengan keadaan lapangan dan peil tanah yang ada.

• Seluruh Penimbunan harus di bawah pengawasan Dinas/Pengawas, yang harus


menyetujui seluruh bahan pengisi lebih dahulu sebelum digunakan.

• Aplikasi Cut & Fill adalah saat pembukaan lahan baru/pembangunan gedung baru.
Selebihnya dapat di aplikasikan penimbunan atau back fill untuk kondisi yang tidak
membutuhkan pekerjaan cut & fill.
• Kontraktor harus menempatkan bahan Penimbunan di atas lapisan tanah yang
akan ditimbun, dipersiapkan sedemikian rupa kemudian dipadatkan sampai
mencapai kepadatan yang diinginkan.

• Timbunan dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, atau dipadatkan
dengan penumbuk loncat mekanis (stamper kodok) atau timbers (tamper) manual
sesuai kebutuhan kondisi lapangan yang ada.

2. Pembersihan Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat buat penimbunan dan
penimbunan kembali, juga seluruh sisa-sisa puing, reruntuhan-reruntuhan, sampah-
sampah harus disingkirkan dari lapangan pekerjaan.

Pasal 2 Pekerjaan Urugan Pasir Padat

A. UMUM
1. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan urugan pasir padat dilakukan di bawah lantai (lantai dasar), bawah pondasi
beton/batu kali serta seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar.

2. Pekerjaan yang berhubungan a. Pondasi batu kali dan Beton.


b. Lantai Bangunan.
c. Perkerasan Halaman.

B. BAHAN
1. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butir yang bersih, bebas lumpur,
tanah lempung dan lain sebagainya.

2. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan


di atas dan harus dengan persetujuan Dinas/Pengawas.

C. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. Pasir urug yang digunakan harus dengan persetujuan pihak Dinas/Pengawas.

2. Pekerjaan urugan pasir dilakukan bila seluruh pekerjaan lain di bawahnya/di


dalamnya telah selesai dengan baik dan sempurna.
3. Lapisan pasir urug dilakukan lapis demi lapis, dipadatkan hingga mencapai tebal 5
cm sampai 10 cm, atau seperti yang disyaratkan dalam gambar.

4. Setiap lapis pasir urug harus diratakan sesuai yang disyaratkan dalam gambar.
Hasil pemadatan harus memenuhi persyaratan/ketentuan.

5. Lapisan pekerjaan di atasnya dapat dikerjakan bilamana pekerjaan urugan pasir


padat telah sempurna, memenuhi semua persyaratan yang ditentukan dan sudah
mendapat persetujuan Dinas/Pengawas.
BAB III
PEKERJAAN PONDASI

Pasal 1 Pekerjaan Galian Tanah Pondasi

A. UMUM
1. Lingkup Pekerjaan
Penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, alat-alat dan pengangkutan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan semua "pekerjaan tanah", seperti yang disyaratkan
dalam gambar rencana dan spesifikasi ini.

Meliputi pekerjaan persiapan, penggalian pondasi, penggalian dan penimbunan


untuk drainase/saluran, penimbunan kembali bekas galian, penimbunan dan
pemadatan untuk peninggian lantai bangunan sesuai dengan peil yang telah
ditentukan serta urugan dan pemadatan tanah untuk bangunan sesuai dengan
gambar atau petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.

2. Syarat dan Peraturan


Pemeriksaan Lapangan dan Pekerjaan Persiapan :
Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan/pengukuran dan pengecekan langsung
ke lapangan guna menentukan dengan pasti kondisi lapangan, bahan-bahan yang
kelak akan dijumpainya serta keadaan lapangan sekarang yang nanti mungkin akan
mempengaruhi jalannya pekerjaan.

Pemeriksaan Permukaan Air Tanah :


Kontraktor diminta untuk mengawasi hal-hal seperti ini :
a) Tidak diperkenankan air tergenang di dalam/ di luar/di sekitar lapangan
pekerjaan selama pelaksanaan pekerjaan kontrak ini.
b) Melindungi semua pekerjaan, bebas dari See Page, overflow dan genangan air,
juga oleh sumur-sumur pompa, saluran pembuang dan hal-hal lain yang
mungkin terjadi.

B. BAHAN
Bahan pengisi harus cukup baik, yaitu bahan pengisi yang telah disetujui direksi,
yang diambil di daerah lapangan atau bahan yang diambil dari daerah di luar
lapangan pekerjaan dan merupakan tanah laterit, tanah kapur atau pasir.

Bahan pengisi tersebut harus bebas dari akar-akar pohon yang besarnya lebih besar
dari 10 cm.

C. PELAKSANAAN
1. Syarat-Syarat Galian, Penimbunan & Back Fil
a) Galian untuk pondasi harus mencapai tanah asli dan minimum mencapai
kedalaman yang direncanakan, kecuali ditentukan lain oleh Direksi sehubungan
dengan keadaan lapangan dan peil tanah. Lebar dasar galian pondasi minimum
20 cm lebih lebar dari dasar pondasi, serta tebing galian harus cukup landai
sehingga tidak mudah longsor.

b) Seluruh Penimbunan harus di bawah pengawasan Direksi, yang harus


menyetujui seluruh bahan pengisi lebih dahulu sebelum digunakan. Direksi juga
akan mempersiapkan test-test yang diperlukan dan menyediakan yang
dibutuhkan. Kontraktor tidak diperkenankan melakukan Penimbunan tanpa
kehadiran dari Direksi.

c) Kontraktor harus menempatkan bahan Penimbunan di atas lapisan tanah yang


akan ditimbun, dibasahi, seperti yang diharuskan, kemudian digilas sampai
mencapai kepadatan yang diinginkan. Pemadatan lapis demi lapis.

2. Pembersihan
Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat buat penimbunan dan
penimbunan kembali, juga seluruh sisa-sisa puing, reruntuhan-reruntuhan, sampah-
sampah harus disingkirkan dari lapangan pekerjaan.
Pasal 2 Pekerjaan Bekisting

A. UMUM
1. Lingkup Pekerjaan
a) Kayu dan baja untuk bekisting beton cor ditempat, lengkap dengan perkuatan
dan pengangkuran-pengangkuran yang diperlukan.
b) Penyediaan bukaan/sparing dan sleeve untuk pekerjaan-pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal.
c) Penyediaan Waterstops.
d) Penyediaan angkur-angkur untuk hubungan dengan pekerjaan lain.

2. Pekerjaan - pekerjaan yang Berhubungan


a) Pondasi Beton Bertulang.
b) Pasangan Bata.
c) Pekerjaan Mekanikal.
d) Pekerjaan Elektrikal.

3. Standard
a) Standard Indonesia
1. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) - 1982, NI - 3.
2. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) - 1961, NI - 5.
3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI – 1971, NI-2).

4. Shop Drawing
a) Dimana diperlukan, menurut Direksi Lapangan atau Perencana, harus dibuat
Shop Drawing.
b) Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap rancangan bekisting yang berbeda;
yang memperlihatkan :
- Dimensi.
- Metoda Kontruksi.
- Bahan.
- Hubungan dan Ikatan - ikatan (ties).

B. BAHAN
1. Bekisting Beton Biasa (Non Ekspose)
a) Multiplex t = 9 - 12 mm.
b) Paku, angkur dan sekrup-sekrup; ukuran sesuai dengan keperluan dan cukup
kuat untuk menahan bekisting agar tidak bergerak ketika dilakukan pengecoran.

2. Bekisting Beton Ekspose


a) Multiplex; untuk dinding, balok dan kolom persegi, tebal 9 - 12 mm.

b) Baja lembaran, tebal minimal 1,2 mm, untuk kolom- kolom bundar.
c) Form ties; baja yang mudah dilepas (snap-off metal). Panjang fixed atau
adjustable, dapat terkunci dengan baik dan tidak berubah saat pengecoran.
Lubang yang terjadi pada permukaan beton setelah form ties dibuka tidak boleh
lebih dari 1 inch (25 mm).

d) Form Release Agent; minyak mineral yang tidak berwarna, yang tidak
menimbulkan karat pada permukaan beton dan tidak mempengaruhi rekatan
maupun warna bahan finishing permukaan beton. Produk : CALSTRIPS,
buatan Cement Aids, Australia.
e) Chamfer Strips, terbuat dari jenis kayu klas II, dibentuk menurut rencana
beton pada gambar.

3. Syarat-syarat Umum Bekisting


a) Tidak mengalami deformasi. Bekisting harus cukup tebal dan terikat kuat.

b) Kedap air; dengan menutup semua celah dengan tape.


c) Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting.
C. PELAKSANAAN
1. Pemasangan Bekisting.
a) Tentukan jarak, level dan pusat (lingkaran) sebelum memulai pekerjaan.
Pastikan ukuran-ukuran ini sudah sesuai dengan gambar.
b) Pasang bekisting dengan tepat dan sudah diperkuat (bracing), sesuai dengan
design dan standard yang telah ditentukan; sehingga bisa dipastikan akan
menghasilkan beton yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan akan bentuk,
kelurusan dan dimensi.
c) Rancangan bekisting harus memudahkan pembukaannya sehingga tidak
merusakkan permukaan beton.
d) Hubungan-hubungan antar papan bekisting harus lurus dan harus dibuat kedap
air, untuk mencegah kebocoran adukan atau kemungkinan deformasi bentuk
beton. Hubungan-hubungan ini harus diusahakan seminimal mungkin.

e) Bekisting untuk dinding pondasi dan sloof harus dipasang pada kedua sisinya.
Pemakaian pasangan bata untuk bekisting pondasi harus atas seijin Konsultan
Pengawas. Semua tanah yang mengotori bekisting pada sisi pengecoran
harus dibuang.
f) Perkuatan-perkuatan pada bukaan-bukaan dibagian-bagian yang struktural
yang tidak diperlihatkan pada gambar harus mendapatkan pemeriksaan dan
persetujuan dari Direksi.
g) Pada bagian-bagian yang akan terlihat, tambahkan pinggulan-pinggulan
(chamfer strips) pada sudut-sudut luar (vertikal dan horizontal) dari balok,
kolom dan dinding.

h) Bekisting harus memenuhi toleransi deviasi maksimal berikut :


1 Deviasi garis vertikal dan horizontal
- 6 mm, pada jarak 3000 mm.
- 10 mm, pada jarak 6000 mm.
- 20 mm, pada jarak 12000 mm, atau lebih.
2 Deviasi pada potongan melintang dari dimensi kolom atau balok, atau
ketebalan plat : 6 mm.
i) Aplikasi bahan pelepas acuan (form release agent) harus sesuai dengan
rekomendasi pabrik. Aplikasi harus dilaksanakan sebelum pemasangan besi
beton, angkur-angkur dan bahan-bahan tempelan (embedded item) lainnya.
Bahan yang dipakai dan cara aplikasinya tidak boleh menimbulkan karat atau
mempengaruhi warna permukaan beton.

j) Dimana permukaan beton yang akan dilapisi bahan yang bisa rusak terkena
bahan pelepas acuan; bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai. Untuk itu,
dalam hal bahan pelepas acuan tidak dipakai, sisi dalam bekisting harus
dibasahi dengan air bersih. Dan permukaan ini harus dijaga selalu basah
sebelum pengecoran beton.

2. Sisipan (insert), Rekatan (embedded) dan Bukaan (Opening)


a) Sediakan bukaan pada bekisting dimana diperlukan untuk pipa, conduits,
sleeves dan pekerjaan lain yang akan merekat pada, atau melalui/merembes
beton.

b) Pasang langsung pada bekisting alat-alat atau bagian pekerjaan lain yang akan
di cor langsung pada beton.

c) Koordinasikan bagian dari pekerjaan lain yang terlibat ketika membentuk /


menyediakan bukaan, slots, recessed, sleeves, bolts, angkur dan sisipan-
sisipan lainnya. Jangan laksanakan pekerjaan diatas jika tidak secara
jelas/khusus ditunjukkan pada gambar yang berhubungan.

d) Pemasangan water stops harus kontinu (tidak terputus) dan tidak mengubah
letak besi beton.
e) Sediakan bukaan sementara pada beton dimana diperlukan guna pembersihan
dan inspeksi. Tempatkan bukaan dibagian bawah bekisting guna
memungkinkan air pembersih keluar dari bekisting. Penutup bukaan sementara
ini harus dengan bahan yang memungkinkan merekat rapat, rata dengan
permukaan dalam bekisting, sehingga sambungannya tidak akan tampak pada
permukaan beton ekspose.
3. Kontrol Kualitas.
a) Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai dengan bentuk
beton yang diinginkan, dan perkuatan-perkuatanya guna memastikan bahwa
pekerjaan telah sesuai dengan rancangan bekistings, wedged, ties, dan bagian-
bagian lainnya aman.

b) Servistrip AT 205, ex. W.R. Grace, U.K.Informasikan pada Konsultan


Pengawas jika bekisting telah dilaksanakan, dan telah dibersihkan, guna
pelaksanaan pemeriksaan. Mintakan persetujuan Konsultan Pengawas
terhadap bekisting yang telah dilaksanakan sebelum dilaksanakan pengecoran
beton.

c) Untuk permukaan beton ekspose, pemakaian bekisting kayu lebih dari 2 kali
tidak diperkenankan. Penambalan pada bekisting, juga tidak diperkenankan,
kecuali pada bukaan-bukaan sementara yang diperlukan.

d) Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan persetujuan sebelumnya


dari Konsultan Pengawas.

4. Pembersihan
a) Bersihkan bekisting selama pemasangan, buang semua benda-benda yang
tidak perlu. Buang bekas-bekas potongan, kupasan dan puing dari bagian
dalam bekisting. Siram dengan air, menggunakan air bertekanan tinggi, guna
membuang benda-benda asing yang masih tersisa pastikan bahwa air dan
puing-puing tersebut telah mengalir keluar melalui lubang pembersih yang
disediakan.

b) Buka bekisting secara kontinu dan sesuai dengan standard yang berlaku
sehingga tidak terjadi beban kejut (shock load) atau ketidak seimbangan beban
yang terjadi pada struktur.

c) Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan hati-hati, agar peralatan-


peralatan yang dipakai untuk membuka tidak merusak permukaan beton.

d) Untuk yang akan dipakai kembali, bekisting-bekisting yang telah dibuka harus
disimpan dengan cara yang memungkinkan perlindungan terhadap
permukaan yang akan kontak dengan beton tidak mengalami kerusakan.

e) Dimana diperlukan berikan perkuatan-perkuatan pada komponen-komponen


struktur yang telah dilaksanakan guna memenuhi syarat pembebanan dan
konstruksi sehingga pekerjaan-pekerjaan konstruksi dilantai-lantai diatasnya
bisa dilanjutkan. Pembukaan penunjang bekisting hanya bisa dilakukan setelah
beton mempunyai 75 % dari kuat tekan 28 hari (28 day compressive strength)
yang diperlukan.
f) Bekisting-bekisting yang dipakai untuk mematangkan (curing) beton, tidak boleh
dibongkar sebelum dinyatakan matang oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 3 Pekerjaan Pondasi Dangkal/Dalam

A. UMUM
1. Lingkup Pekerjaan
a) Pekerjaan meliputi penyediaan semua tenaga kerja, peralatan, bahan yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini.
b) Pekerjaan pondasi beton ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

2. Pekerjaan yang berhubungan.


a) Bekisting Beton.
b) Pekerjaan Tanah untuk Galian dan Urugan Pondasi.
c) Pekerjaan Mendatangkan Tanah dan Pemadatan Tanah untuk Lahan
Bangunan.
d) Beton Bertulang.

3. Shop Drawing
a) Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap rancangan pondasi beton bertulang
yang berbeda; yang memperhatikan.
- Dimensi.
- Metoda Kontruksi.
- Bahan.
4. Contoh yang harus disediakan
a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh
material : koral, split, pasir, besi beton, PC untuk mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.

b) Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai


sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim
oleh Kontraktor ke site.
c) Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
yang telah disetujui di Bangsal Konsultan Pengawas.
d) Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
cacat. Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kemasan aslinya yang
masih bersegel dan berlebel pabriknya.
e) Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak
lembab dan bersih, sesuai dengan persyaratan pabrik.

f) Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini, bahan


ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan jenisnya.

g) Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan


penyimpanan.

4. Contoh yang harus disediakan


a) Pondasi beton yang telah terpasang dihindarkan dari jamahan
orang/benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah pengecoran.
b) Pondasi beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan-pekerjaan lain.

c) Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan


tidak mengurangi mutu pekerjaannya.
B. BAHAN/PRODUK
1. Beton yang digunakan : mutu fc’ = 20 MPa, atau seperti yang tertera pada
gambar.

2. Baja tulangan yang digunakan : mutu TP24 dia. = 10 mm atau dan TD40 dia. =
10 mm seperti ditentukan pada gambar rencana, kecuali ditentukan lain.

3. Air untuk campuran beton harus bebas dari unsur-unsur asing, minyak-minyak,
asam, zat nabati/organis yang dapat merugikan dan mempengaruhi pengikatan
awal atau kekuatan beton. Pada umumnya air yang memenuhi persyaratan
untuk air minum dapat dipakai.

4. Semen yang dipergunakan dari satu merk saja. Kekuatan tes kubus semen
minimal 250 kg per cm persegi.

5. Agregat : halus dan kasar untuk beton harus bersih, keras, kuat, awet dan
bebas dari lumpur atau lempung dan unsur-unsur asing lainnya.

6. Zat Tambah ('admixture') tidak boleh digunakan tanpa adanya persetujuan


tertulis dari Perencana.
7. Bahan bekisting : kayu, logam,Multiplex atau lainnya yang disetujui yang mana
tidak memberikan hasil yang kurang baik pada permukaan beton.

C. PELAKSANAAN
1. Pembuatan pondasi beton harus sedemikian rupa sesuai dengan gambar
rencana.

2. Penulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan yang


tertera pada gambar. Selama pengecoran penulangan harus tetap pada
tempatnya dan tidak berpindah atau tergeser karena penggetar selama
pengecoran, baik yang dilakukan dengan vibrator atau alat penggetar lainnya.

3. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan beton dengan


ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, termasuk kekuatan dan
penyelesaiannya, memperbaiki beton yang tidak mencukupi syarat-syarat
seperti yang diinstruksikan oleh Konsultan Pengawas.

4. Kontraktor harus melindungi semua pekerjaan beton yang telah selesai.

5. Untuk pengecoran beton, sesuai dengan pekerjaan beton bertulang pada Bab
"Pekerjaan beton Bertulang" dalam spesifikasi ini.
Pasal 4 Pekerjaan Pondasi Bor

A. UMUM
a) Spesifikasi ini berhubungan dengan segala pekerjaan baik tiang bor yang
permanan maupun sementara, termasuk pengamanan lubang bor jika
diperlukan dan berkaitan dengan kontrak serta gambar-gambar dan spesifikasi
lain yang terkait.

b) Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor yang berpengalaman untuk


pekerjaan tiang bor yang harus disetujui oleh Konsultan Perencana (KP) dan
mempunyai tenaga pengawas yang berpengalaman sehingga dapat
menghasilkan mutu pekerjaan seperti yang disyaratkan dengan daya dukung
sesuai dengan yang tercantum dalam spesifikasi dan gambar-gambar rencana
yang dibuat oleh KP.

c) Kontraktor harus melampirkan struktur organisasi dengan personel-personel


yang berpengalaman untuk pekerjaan ini yang ditunjukan dengan Daftar
Riwayat Hidup dari personel-personel yang bersangkutan, juga Kontraktor
harus memberikan Surat Pernyataan yang menjamin bahwa personel yang
bersangkutan akan selalu berada di tempat pekerjaan selama masa pekerjaan
ini berlangsung.
d) Kontraktor harus menyampaikan metode pelaksanaan serta alat-alat yang akan
digunakan dalam proyek ini dengan memperhatikan kondisi lapisan tanah yang
ada, lokasi permukaan air tanah, sifat dan jenis tanah, sifat peralatan yang akan
digunakan serta fasilitas yang dibutuhkan pada tahap awal maupun tahap
selanjutnya. Walaupun tidak tercantum dalam gambar struktur jika diperlukan
peralatan pendukung untuk melaksanakan pekerjaan tersebut Kontraktor harus
mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan
pekerjaan tersebut seperti penggunaan alat pemecah batu, jikan dijumpai batu-
batu yang harus ditembus atau casing sementara jika dijumpai lapisan tanah
yang mudah longsor. Peralatan pembantu tersebut harus sudah masuk dalam
lingkup pekerjaan yang harus disediakan oleh Kontraktor.

e) Kontraktor bertanggung jawab untuk melaksanakan pembuatan tiang bor


dengan jumlah, ukuran dan letak seperti yang tercantum dalam gambar denah
tiang pondasi yang dibuat oleh KP.

f) Kedalaman tiang bor yang tercantum dalam gambar strukstur merupakan


indikasi bagi Kontraktor dalam memperkirakan akhir pengeboran yang diperoleh
berdasarkan hasil penyelidikan tanah, dengan demikian Kontraktor dengan
tenaga ahlinya wajib menentukan kedalaman lapisan tanah keras secara tepat
dengan melakukan pemeriksaan atas lapisan tanah yang diperoleh pada saat
pengeboran masing-masing tiang bor, sehingga tidak terjadi tiang bor duduk
pada lapisan yang tidak memenuhi syarat. Kontraktor wajid melaksanakan
pembuatan tiang bor sehingga memperoleh daya dukung ijin sesuai dengan
yang disyaratkan KP.

g) Perubahan-perubahan terhadap spesifikasi maupun gambar-gambar rencana


tanpa persetujuan tertulis dari KP sama sekali tidak diijinkan.

B. LINGKUP PEKERJAAN
a) Tenaga Kerja, Material dan Peralatan. Pengadaan semua tenaga kerja, material,
peralatan dan semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk membuat tiang bor
secara benar dan aman sesuai dengan yang direncanakan oleh KP seperti
pengeboran, pembersihan lubang bor, pemasangan dan pengadaan pembesian,
alat/material pembantu pencegah kelongsoran seperti casing sesuai dengan
diameter lubang bor atau bentonite, atau material lain yang disetujui oleh KP,
pengadaan dan pengecoran beton beserta perlengkapannya dan lain lain
termasuk juga pekerjaan persiapan seperti perkerasan permukaan tanah
dengan material bantu agar dapat dilaluhi oleh alat/mesin bor dan mobil
pengaduk beton.

b) Pembuangan Tanah dan Lumpur. Hasil pengeboran seperti Lumpur dll harus
dibuang keluar site pada tempat yang disetujui dan pembersihan lokasi
pekerjaan dari semua sisa pekerjaan, termasuk dalam hal ini adalah
pemeliharaan semua saluran baik di dalam maupun di luar proyek, sehingga
tidak menjadi kotor/rusak. Klaim dan lain lain yang terjadi akibat kelalaian ini
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

c) Pekerjaan Lainnya. Penyelidikan tanah tambahan dan survey lapangan jika


diperlukan oleh Kontraktor karena data yang ada kurang memadahi menurut
Kontraktor dapat dilakukan dengan biaya Kontraktor baik pada saat pelelangan
maupun pada saat pelaksasaan pekerjaan yang sedang berlangsung.
d) Tenaga Ahli. Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli yang berpengalaman di
lokasi pekerjaan sehingga dapat mengantisipasi semua masalah yang mungkin
terjadi.

e) Pengukuran/Setting Out. Pekerjaan pengukuran sebelum pembuatan tiang bor


dimulai dimana hasil pengukuran tersebut harus disampaikan kepada KP dan
pihak terkait untuk mendapatkan persetujuannya.

C. PENGENALAN LAPANGAN dan KONDISI TANAH


a) Pengenalan Lapangan. Kontraktor harus mengenal lapangan dengan sebaik-
baiknya sebelum mengajukan penawaran, yang antara lain meliputi:

1. Peil tanah asli dihubungkan dengan peil dalam gambar rencana.


2. Keadaan/kondisi dan jenis lapisan-lapisan tanah.
3. Kedalaman muka air tanah.
4. Peralatan dan fasilitas/fasilitas yang diperlukan guna kelancaran pekerjaan
seperti prasarana pendukung dan jalan sementara.
5. Hal-hal lain yang mungkin berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan.

b) Kondisi di Sekitar Proyek. Kontraktor harus mempelajari kondisi jalan-jalan


umum, batasan-batasan beban jalan dan ketentuan-ketentuan lainnya yang
mungkin mempengaruhi lancarnya transportasi/alat-alat dari dan ke lapangan,
untuk memastikan hal tersebut Kontraktor wajib melakukan survey ke lokasi
pekerjaan sehingga penawaran yang diajukan harus sudah mengantisipasi
masalh ini.

c) Perbedaan kondisi lapangan dan rencana Kontraktor wajib untuk memeriksa


kondisi lapangan dengan gambar rencana dan wajib untuk melaporkan secara
tertulis kepada KP. Jika dijumpai perbedaan agar dapat ditentukan kondisi yang
benar.

D PENGUKURAN LAPANGAN / SETTING OUT


a) Pengukuran awal Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus melakukan
pengukuran dengan menggunakan tenaga pengukur yang teliti serta
berpengalaman, untuk menentukan posisi bangunan seperti yang direncanakan.

b) Hasil pengukuran awal Kontraktor wajib untuk melaporkan secara tertulis hasil
pengukuran yang dilakukannyakepada direksi dan pengawas, dan juga wajib
menghubungi aparat pemerintah yang berkait untuk mendapatkan
persetujuannya. Apabila ditemukan perbedaan elevasi-levasi/ukuran-ukuran
lapangan dengan yang tercantum dalam gambar rencana maka Kontraktor
wajib mendiskusikan perbedaan tersebut untuk mendapatkan penyelesaian
yang sesuai dengan yang direcanakan oleh KP.

c) Gangguan Kontraktor wajib untuk melaporkan segala hal yang terdapat di lokasi
pekerjaan yang diperkirakan akan menggangu kelancaran pekerjaan secara
tertulis kepada direksi dan pengawas agar gangguan tersebut dapat diantisipasi
secepatnya.

d) Fasilitas umum dan lainnya Jika di lapangan di jumpai fasilitas umum dan
utilitas lainnya, maka Kontraktor wajib untuk menjaga semua fasilitas tersebut
agar tetap dapat berfungsi selama masa pelaksanaan berlangsung. Segala
biaya yang diperlukan untuk melindungi/memelihara fasilitas/utilitas yang ada,
termasuk memasang kembali yang rusak karena kesalahan Kontraktor, harus
sudah diantisipasi pada saat penawaran pekerjaan dilakukan.

E REFERENSI
Kontraktor wajib melampirkan referansi proyek yang sudah dan sedang dikerjakan,
terutama referensi proyek yang memiliki kondisi tanah yang sejenis dengan proyek
ini. Hal ini berguna sebagai dasar penilaian dalam menentukan Kontraktor yang akan
dipilih.
F PELAKSANAAN PEMBUATAN TIANG BOR
a) Kontraktor wajib melampirkan referansi proyek yang sudah dan sedang
dikerjakan, terutama referensi proyek yang memiliki kondisi tanah yang sejenis
dengan proyek ini. Hal ini berguna sebagai dasar penilaian dalam menentukan
Kontraktor yang akan dipilih.

b) Piling records Setelah lokasi tiang bor yang akan dibuat disetujui oleh Direksi
dan Pengawas maka pekerjaan pembuatan tiang bor dapat dimulai. Tetapi
sebelum pekerjaan ini dimulai Kontraktor sudah harus mempersiapkan piling
recor/formulir pendataan yang bentuk dan isinya harus disetujui oleh Direksi
dan Pengawas/KP. Sebaiknya piling record tersebut didiskusikan jauh dari
sebelum pekerjaan dimulai, sehingga dapat diperoleh data pencatatan yang
sempurna. Piling record tersebut umumnya berisi antara lain :
• Lokasi dan penomoran titik bor.
• Ukuran lubang bor.
• Elevasi atas dan dasar lubang bor & elevasi air tanah.
• Jenis tanah, pada masing-masing kedalaman.
• Pancang casing.
• Waktu pelaksanaan dan lamanya pelaksanaan masing-masing tahap.
• Pengeseran vertical dan lateral, termasuk kelurusn dari lubang/tiang.
Kontraktor diminta untuk melampirkan piling record yang biasa digunakan ke
dalam penawaran.
c) Pengeboran Tahap pertama adalah pekerjaan pengeboran. Kontraktor wajib
mempersiapkan semua peralatan pembantu yang mungkin dibutuhkan selama
pekerjaan pengeboran dilakukan agar kelongsoran dapat dihindari. Untuk itu
Kontraktor wajib memahami benar-benar jenis tanah yang dihadapi agar tidak
mengalami kegagalan pada saat melakukan pekerjaannya. Pekerjaan
pengeboran harus dilakukan dengan mempergunakan rotary drilling machine
dengan dilengkapi buckets, augers dan casing dan/atu bentonite ataupun
peralatan Bantu lain seperti chisel untuk menembus lapisan keras jika
dibutuhkan, sehingga pengeboran dapat dilakukan mencapai kedalaman yang
diinginkan. Sebelum pekerjaan dimulai, konfirgurasi alat maupun metoda
pelaksanaan harus sudah memperoleh persetujuan dari Direksi dan Pengawas.
Jika dijumpai lapisan pasir, maka Kontraktor harus mengantisipasi dengan
memakai casing baja, sedangkan untuk lapisan yang lunak dan air tanah yang
tinggi, dianjurkan untuk menggunakan bentonite dengan komposisi yang benar.
Kontraktor harus mengusulkan hal tersebut dalam penawarannya. Jika dijumpai
bongkah batu yang besar Kontraktor harus mengusulkan.

d) Pembersihan lubang bor Tahapan kedua adalah pekerjaan pembersihan dasar


lubang bor dari longsoran dan lumpur tersebut dapat mempengaruhi daya
dukung serta perilaku dari tiang bor. Pembersihan harus dilakukan dengan alat
pebersih khusus (cleaning bucket) dengan ukuran yang sesuai dengan lubang
bor. Untuk memastikan bahwa lubang tersebut sudah bersih, maka sebelum
dan sesudah pembersihan harus dilakukan pengukuran kedalaman dasar
lubang bor dengan menggunakan pita ukur. Pembersihan baru dapat dihentikan
setelah mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan MK. lama pembersihan
dan kedalaman dari lubang bor setelah pembersihan dilakukan ini harus dicatat.

e) Pemasangan tulangan Tahap ketiga adalah penyetelan/pemasangan tulangan


dari tiang bor. Jumlah tulangan dan panjangnya harus dibuat sesuai dengan
gambar rencana. Tulangan dari tiang bor harus sudah siap terangkai untuk
dimasukkan ke dalam lubang bor setelah pekerjaan pembersihan selesai
dilakukan. Apabila ternyata tulangan ternyata belum siap maka pekerjaan
pembersihan lubagn bor harus dilakukan kembali sampai tulangan tersebut siap
dimasukkan. Jika diperlukan penyambungan tulangan, maka penyambungan
harus dilakukan dengan sambungan lewatan. Panjangnya sambungan lewatan,
jika tidak disebutkan secara khusus di dalam gambar harus diambil minimal 40
kali diameter tulangan terbesar. Jika tidak disebutkan secara khusus di dalam
gambar rencana, maka selimut beton harus dibuat minimal 70 mm.

f) Pengukuran kembali kedalaman Setelah tulangan tiang bor terpasang dilakukan


kembali pengukuran kedalaman lubang bor yang dilakukan oleh Kontraktor dan
diketahui oleh Direksi dan Pengawas. apabila ternyata terjadi pengukuran
kedalaman lubangbor dibandingkan dengan kedalaman pada saat pembersihan
selesai dilakukan, maka tulangan terpasang tersebut harus dikeluarkan kembali
dan harus dilakukan pekerjaan pembersihan kembali. Tidak diperkenankan
melanjutkan ketahap pekerjaan selanjutnya sebelum tahapan ini disetujui
secara tertulis oleh Direksi dan Pengawas.

g) Pengecoran beton Tahapan keempat adalah pekerjaan pengecoran beton ke


dalam lubang bor. Beton yang akan digunakan sudah harus siap di tempatkan
pekerjaan, pada saat pembersihan sedang dilakukan, sehingga pengecoran
dapat langsung dilakukan setelah pekerjaan pemasangan tulangan dietujui oleh
Konsultan MK. Pengecoran ini harus dilakukan sampai selesai, tidak
diperkenankan untuk menunda pekerjaan pengecoran ini. Untuk pengecoran
tersebut Kontraktor harus menyiapkan pipa tremie dengan diameter yang
sesuai. Ujung terbawah daritremie harus diatur agar selalu beradda dibawah
permukaan beton minimal sedalam 1.0 meter. Hal ini dapat dimonitor dengan
memperkirakan volume beton yang sudah dicor. Juga harus diperhatikan agar
lumpur (jika ternyata masih tertinggal di dasar lubang) tidak sampai terjebak
didasar lubang. Pengecoran harus dilakukan sedemikian sehingga akhir
pengecoran harus berada minimal 1.0 meter di atas cut off level (COL), kecuali
jika ditentukan lain oleh KP.

h) Pengecoran yang tidak selesai Apabila pengecoran ini tidak selesai karena
sesuatu alas an maka tiang bor ini dianggap tidak memenuhi syarat lagi dan
Kontraktor harus mengganti tiang bor tersebut dengan tiang bor baru yang
terletaknya akan ditentukan oleh KP. Semua risiko akibat hal ini adalah
tanggung jawab Kontraktor. Untuk mencegah hal terebut maka Kontraktor
sudah harus dapat memperkirakan jumlah/volume adukan beton yang akan
digunakan untuk pengecoran umumnya 20% lebih besar dari volume teoritis.
Harus diadakan pencatatan volume adukan yang terpakai sesungguhnya.
Waktu dan lama pengecoran harus dicatat.

i) Volume beton Apabila ternyata volume actual yang tercor lebih kecil dari
volume teoritis, maka Kontraktor wajib mencari penyebabnya, agar dapat
dipastikan kulitas tiang bor tersebut. Jika diperlukan, maka Kontraktor wajib
melaksanakan pengujian sehingga diperoleh kepastian. Jika tidak diperoleh
kesepakatan tentang penyebabnya, dan jika hasil pengujian tidak dapat
diterima, maka Kontraktor wajib mengganti tiang bor tersebut dengan tiang bor
pengganti dengan biaya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Sedangkan biaya pengujian menjadi tanggung jawab Kontraktor, apapun hasil
uji yang diperoleh.
j) Kondisi tanah yang sulit Jika ternyata dijumpai kondisi tanah yang sulit seperti
terdapat lubang pada tanah, maka Kontraktor wajib mengusulkan cara untuk
mengatasi hal tersebut, misalnya dengan menggunakan material grouting atau
menggunakan casing yang permanen. Semua ini harus dipertimbangkan pada
saat penawaran dilakukan.

k) Pemotongan kepala tiang Tahap kelima adalah pemotongan kepala tiang bor.
Kepala tiang bor harus dipotong sampai mencapai cut off level (COL). Yang
harus diperhatikan adalah bahwa tiang bor harus mempunyai tulangan yang
lebih tinggi dari COL, yang jika disebutkan secara jelas dalam gambar, harus
disediakan minimal 40 X diameter tulangan. Pemotongan kepala tiang harus
dilakukan dengan sangat hati-hati, sehingga permukaan beton pada COL
mempunyai mutu yang tetap baik.

l) Kekeliruan pelaksanaan jika terjadi kekeliruan dalam pengecoran beton,


misalnya elevasi permukaan beton yang lebih rendah daripada yang diinginkan,
maka Kontraktor wajib melakukan perbaikan dengan menambahkan beton
dengan mutu yang sesuai sehingga sesuai dengan elevasi yang diinginkan,
setelah bagian beton yang kurang memenuhi syarat dibuang. Demikian juga
untuk kekeliruan lainnya, harus diperbaiki setelah mendapatkannya
penyelesaian dari KP. Semua biaya yang timbul menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

m) As Built Drawing Tahapan teraktir adalah melakukan pengukuran atas tiang bor
yang sudah dibuat. Hasil pengukuran harus dibuat dan dilaporkan kepada
Konsultan MK dalam bentuk As Built Drawing (ABD). ABD tersebut harus
dibuat dan disetujui oleh Direksi dan Pengawas.
F PERSYARATAN BETON DAN BAJA TULANGAN
a) Pekerjaan beton bertulang Persyaratan tentang beton dan besi beton harus
mengikuti ketentuan di dalam bab Pekerjaan Beton Bertulang pada spesifikasi
ini.

b) Mutu beton Yang digunakan adalah yang tercantum dalam gambar rencana
KP. Dan jika tidak disebutkan secara khusus di dalam gambar, maka mutu
beton yang disyaratkan adalah K-300, dengan slump antara 16 cm dan 18 cm.

c) Mutu besi beton Demikian juga untuk besi beton, jika tidak disebutkan secara
khusus di dalam gambar, maka mutu besi beton yang disyaratkan adalah
BJTP24 (dia. < 8 mm) dan BJTD39 (dia. > 8 mm).

G TOLERANSI POSISI TIANG


a) Toleransi umum Untuk menjamin bahwa tiang bor dilaksanakan sesuai dengan
lokasi yang direncanakan, maka diberikan toleransi baik posisi maupun
kelurusan terhadap tiang bor yang dibuat. Jika dalam pelaksanaan ternyata
terjadi penyimpangan sedemikian sehingga lebih besar dari toleransi yang
diizinkan, maka tiang bor tersebut berarti tidak memenuhi syarat dan harus
diganti dengan tiang bor yang baru, dengan lokasi yang ditentukan oleh KP.
Semua beban biaya yang timbul baik untuk tambahan tiang bor maupun
pembesaran pile cap, balok pondasi dan lain-lain menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Toleransi yang diberikan adalah sebagai berikut:
• Toleransi kelurusan vertical, dibatasi maksimum 1 : 200, tetapi dalam segala
hal tidak boleh lebih besar dari 10 cm.
• Toleransi posisi horizontal, ditentukan sebesar 5 cm ke segala arah atau 1/20
X diameter tiang bor, ditentukan oleh harga yang terkecil.

b) Tiang bor tunggal Khusus untuk tiang bor tunggal toleransi ini harus
diperhatikan benar, karena penyimpangan diluar toleransi yang ditentukan harus
diganti dengan 2 (dua ) buah tiang bor yang dapat mempunyai diameter lebih
kecil, tapi memiliki total daya dukung sama dengan tiang bor tunggal, atau
sesuai dengan yang ditentukan KP.

H GAMBAR KERJA dan URUTAN PEMBUATAN TIANG BOR


a) Nomor referensi Sebelum pekerjaan pembuatan tiang bor dilakukan Kontraktor
wajib membuat nomor referensi dari semua tiang bor berikut urut-urutan
rencana pembuatannya dan harus mendapat persetujuan dari Konsultan MK.
Tiang bor tersebut diberi nomor referensi yang mudah dilacak, misalnya dengan
mencatumkan as-asa bangunan pada nomor referensi tiang.

b) Urutan pelaksanaan Pekerjaan pembuatan tiang bor harus diatur secara baik,
agar tidak mengalami kesulitan pada akhir pelaksanaan, seperti lokasi tiang bor
tidak dapat dicapai oleh mobil beton akibat urutan tidak direncanakan secara
baik.

I MATERIAL SISA PEKERJAAN


Material galian yang terjadi akibat pembuatan lubang bor dan pembobokan kepala
tiang harus dikerluarkan dari lapangan pekerjaan. Apabila menurut Konsultan MK
material tersebut menunggu kelancaran pekerjaan, maka material tersebut harus
segera dibuang walaupun pekerjaan tiang bor masih belum selesai. Tempat
pembuangan akan ditentukan pada saat pelelangan, dan jika tidak ditentukan maka
Kontraktor harus mencari sendiri tempat pembuangan tersebut. Dalam penawaran
Kontraktor sudah harus memperhitungkan hal ini.
J PENGURUGAN KEMBALI
Kontraktor harus mengurug kembali dengan material urug semua lubang bekas
pengeboran, jika COL jauh di bawah Muka Tanah Asli (MTA), sesaat setelah
pengukuran terhadap posisi tiang bor sudah dilakukan. Lubang bor harus diurug
dengan tanah urug dengan kepadatan yang vukup, sampai mencapai MTA. Untuk
mecegah kecelakaan yang mungkin terjadi. Pekerjaan tersebut termasuk lingkup
pekerjaan Kontraktor.

K MERAIKAN TULANGAN
Jika pembobokan kepala tiang termasuk dalam lingkup pekerjaan, maka setelah
pembobokanselesai Kontraktor harus merapikan, membersihkan serta meluruskan
tulangan-tulangan tiang bor agar tulangan tersebut dapat terjangkar dengan
sempurna ke dalam pile cap/poer.

L PENOLAKAN TIANG BOR


Tiang bor yang tidak dilaksanakan dengan benar serta tidak memnuhi spesifikasi ini.
Seperti melampui toleransi yang disyaratkan, dan tidak memnuhi daya dukung yang
diinginkan berdasarkan evaluasi KP. Akan ditolak dan harus diganti dengan tiang
bor yang baru. Kontraktor wajib membuat tiang pengganti tanpa biaya tambahan,
meskipun bila diperlukantiang dengan ukuran yang berbeda sebagai akibat dari
kesalahan tersebut diatas, khusus untuk tiang tunggal, maka tiang bor yang ditolak
tersebut harus diganti dengan dua buah tiang bor yang berdiameter lebih kecil
sesuai dengan hasil evaluasi KP. Pembesaran pile cap akibat hal tersebut
sepenuhnya menjadi beban Kontraktor.

M PENDATAAN TIANG BOR


Kontraktor harus membuat pendataan yang teratur dari setiap pembuatan tiang bor
serta harus menyediakan beberapa copy sesuai dengan kesepakatan dengan
Konsultasi Pengawas. Pendataan tersebut harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas. Pada waktu yang telah disepakati bersama. Data tersebut juga meliputi
piling record yang sudah dibuat secara rapih dan bersih.

Pasal 5 Pekerjaan Sloof/Tie beam

A. LINGKUP PEKERJAAN
Melakukan Perakitan besi, Pengurukan Pasir, Pembuatan Lantai Kerja (LC),
Pemasangan Bekisting dan Pengecoran Beton.

B. PERSIAPAN PEKERJAAN
a) Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja, schedule, perlatan,
personil kerja dan gambar kerja yang akan digunakan, untuk memperoleh
persetujuan dari Konsultan sebelum pekerjaan.
b) Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
dilakukannya pelaksanaan pekerjaan.
c) Ruang Lingkup Pekerjaan adalah :
1. Pekerjaan pabrikasi Besi.
2. Pekerjaan Urug Pasir.
3. Pekerjaan Hamparan Lantai Kerja.
4. Pekerjaan bekesting.
5. Pekerjaan Instalasi besi Tulangan.

C. METODE PELAKSANAAN
a) Menyiapkan Papan Bekisting, Besi Beton, dan Job Mix Design dan Job Mix
Formula untuk pekerjaan sloof beton.
b) Menyiapkan sepatu kolom. Fungsinya agar bekisting tepat berada pada titik
koordinatnya sesuai dengan gambar perencanaan. Sepatu kolom biasanya
menggunakan besi stek yang dibor pada lantai.
c) Melakukan perakitan besi sesuai dengan soft drawing.

d) Memasang bekisting sloof seperti pada gambar di samping. Jangan lupa beton
decking atau tahu beton penyangga besi tulangan. Tujuan beton decking ini
untuk menjaga jarak selimut beton agar tidak berubah selama proses
pengecoran.

e) Memasang sabuk sloof pada bekisting kolom untuk memperkuat. Ukuran sloof
yang digunakan relative sesuai dengan Soft Drawing. Untuk mengunci sloof
tersebut harus menggunakan tie rod. Tie rod bisa buat sendiri atau membeli
jadi. Jika ingin membuat sendiri menggunakan as drat ukuran 10 mm, besi ulir
10 mm dan plat besi tebal 3-5 mm. Jarak sloof sangat tergantung dari jarak
pasangan kolom. Apabila jarak kolom sekitar 3-4 m maka jumlah sabuk sloof 2
dengan jarak dibagi rata. Namun jika jarak kolom lebih dari 4 m maka
menyesuaikan dengan prinsip semakin ke bawah jarak sabuk semakin pendek
karena bebannya lebih besar di bawah.

f) Memasang pipa support Untuk menjaga horizontal dari sloof terhadap


kolom.Untuk mendapatkan sloof struktur yang sempurna, bekisting tidak boleh
miring ataupun goyang saat pengecoran Oleh karena itu pemasangan pipa
support dinilai sangat penting.

g) Setelah kompenen bekisting dan besi serta celah bekisting dirapatkan dan
mendapatkan persetujuan dari direksi, maka dilakukanlah pengecoran beton
sesuai dengan jenis beton yang diinginkan. Untuk hasil pengecoran merata
harus dibantu dengan menggunakan alat concreate vibrator.
D. KEBUTUHAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA

BAHAN
1. Beton Lantai kerja..
2. Beton K-300
3. Baja Tulangan Beton Ø 8 D16 D 13.
4. Kawat Beton.
5. Bekisting.
6. Pasir Urug.
7. Paku.

PERALATAN
1. Bor Sekrup.
2. Palu.
3. Gegep Besi.
4. Gergaji.
5. Bar Cutter.
6. Bar Bender.
7. Concreate Vibrator.
8. Waterpass.
9. Alat bantu pertukangan.

TENAGA
1. Pekerja.
2. Tukang.
3. Kepala tukang.
4. Mandor.

E. ANALISA K3 ( KESEHATAN KESELAMATAN KERJA )

PERSONIL
1. Pelaksana.
2. Petugas K3.
3. Tenaga Kerja.
ASPEK K3
Memasang peringatan area wajib menggunakan “Pergunakan Alat Pelindung
Diri (APD)”
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) terdiri atas : Helm, Sepatu Safety,
Sarung Tangan, Masker dan Kaca Mata Kerja.
BAB IV
PEKERJAAN STRUKTUR BANGUNAN & ATAP

Pasal 1 Pekerjaan Pembesian/Penulangan Beton

A. UMUM
1. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan syarat pelaksanaan
beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini.
Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan
beton harus sesuai dengan standar di bawah ini :
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI NI – 2 1971).
- Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
- Standar Industri Indonesia.
2. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan kesesuaian
yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi-instruksi
yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar dan diganti atas biaya pemborong
sendiri.
3. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai dengan persyaratan
dan disetujui oleh pengawas, dan pengawas berhak meminta diadakan pengujian
bahan-bahan tersebut dan pemborong bertanggung jawab atas segala biayanya.
Semua material yang tidak disetujui oleh pengawas harus segera dikeluarkan dari
lokasi proyek.

B. LINGKUP PEKERJAAN
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendaya gunaan semua tenaga kerja, bahan-
bahan, upah dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan beton/beton
bertulang yang terdapat dalam gambar rencana.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian-
bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.

3. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan


pemeliharaan beton dan semua jenis pekerjaan yang menunjang pekerjaan beton.

C. PENGENDALIAN PEKERJAAN
1. Pemborong harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat yang terpasang,
selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam dalam beton.
2. Pengendalian pekerjaan ini tercantum pada syarat-syarat dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI – 1971).
3. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tercantum dalam
gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis
besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya ditetapkan
dalam gambar-gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih
dalam ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Pengawas untuk mendapatkan ukuran
sesungguhnya.
4. Jika karena keadaan pasaran penulangan perlu diganti guna kelangsungan
pelaksanaan, maka jumlah luas penampang tidak boleh berkurang dengan
memperhatikan syarat-syarat lainnya yang termuat dalam PBI – 1971. Dalam hal ini
harus mendapatkan persetujuan Pengawas.

D. BAHAN-BAHAN
1. Semen Portland a. Semen Portland harus memenuhi persyaratan Standard International atau NI–8
untuk butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan
kemia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh digunakan jika atas petunjuk
Pengawas. Semen yang digunakan untuk seluruh pekerjaan pondasi dan beton
harus dari satu merk saja yang disetujui Pengawas.
b. Pemborong harus mengirim contoh semen yang akan digunakan guna mengetahui
type dan kualitas dari semen yang digunakan.

c. Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga


agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk
sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen
yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga mengeras atau tercampur
bahan lain, tidak boleh digunakan dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan.
Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan terlindung baik dari pengaruh cuaca,
dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan pengiriman.
2. Material Alami 1. Agregat Halus (Pasir) dan Agregat Kasar (Koral/Batu Pecah).
a. Agregat Halus (Pasir).
- Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat dalam
PBI–1971, Bab 3.
- Mutu Pasir
Butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan
organis.
- Ukuran Sisa di atas ayakan 4 mm harus minimal 2 % berat ; Sisa di atas ayakan 2
mm harus minimal 10 % berat ; Sisa di atas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara
80% -90% berat.
- Mutu
Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-butir pipih maksimal
20% berat ; tidak pecah atau hancur serta tidak mengandung zat-zat reaktif
alkali.
- Ukuran
Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat ; Sisa di atas ayakan 4 mm,
harus berkisar antara 90 % - 98 % berat, selisir antara sisa-sisa kumulatif di
atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimal 60 % dan minimal 10 %
berat.
- Penyimpanan
Pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa sehingga
terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.
2. Air
a. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak,
asam, alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak
beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Dalam hal ini sebaiknya
dipakai air bersih yang dapat diminum.
b. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian contoh air di
lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui apabila terdapat keragu-
raguan mengenai mutu air tersebut. Biaya pengujian contoh air tersebut untuk
keperluan pelaksanaan proyek ini adalah sepenuhnya menjadi tanggungan
Pemborong.
3. Pembesian/Penulangan
a. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan PBI NI – 2 1971, dengan
tegangan leleh (4000 kg/cm 2 ) atau Baja U – 40. Untuk diameter ≥ 10 MM
dan tegangan leleh ( 4000 kg/cm 2 ) atau baja U-24 untuk diameter < 10
MM.
b. Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa
sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab ataupun basah.
Juga besi penulangan harus disimpan rata (Round Bars) harus sesuai dengan
persyaratan dalam NI–2 pasal 3.7.
c. Besi yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain. Apabila
terdapat karat pada bagian permukaan besi, maka besi harus di bersihkan
dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter penampang besi,
atau menggunakan bahan cairan sejenis “Vikaoxy off” produksi yang telah
memenuhi SII atau yang setaraf dan disetujui Pengawas.

d. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian terhadap beton cor


di tempat yang akan digunakan ; dan bahan yang diakui serta yang disetujui
Pengawas. Semua biaya sehubungan dengan pengujian tersebut di atas
sepenuhnya menjadi tanggungan Pemborong.
e. Apabila baja tulangan yang digunakan telah distel di pabrik dan perlu
penyambungan yang berbeda antara penulangan di lapangan dengan
ketentuan dari pabrik pembuat, maka harus atas persetujuan Pengawas.
4. Kawat Pengikat
Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan
dalam PBI NI–2 pasal 3.7.
5. Bahan Additive
a. Penggunaan Additive tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari pengawas.

b. Bila diperlukan untuk mempercepat pengerasan beton atau bila slump yang
disyaratkan tinggi, beton dapat digunakan bahan additive yang disetujui
Pengawas. Bahan additive yang digunakan produksi CEMENT–AIDS atau
yang setaraf. Semua perubahan design mix atau penambahan bahan additive,
sepenuhnya menjadi tanggungan Pemborong dan tidak ada biaya tambahan
untuk hal tersebut.
E. ADUKAN BETON
1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton, harus dilakukan terlebih dahulu “Mix
Design” untuk mengetahui perbandingan bahan adukan beton. Pekerjaan tidak
boleh dimulai sebelum diperiksa dan disetujui pengawas. Semua biaya pengujian
tersebut menjadi beben pemborong.

2. Adukan beton untuk pekerjaan struktur bangunan (pondasi, kolom, balok dan plat
lantai) menggunakan beton dengan mutu beton K-250.

Adukan beton untuk pekerjaan non structural (lantai kerja, pondasi batu kali)
3.
menggunakan mutu beton K-125.
F. CETAKAN DAN ACUAN
1. Pemborong harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana cetakan
dan acuan untuk mendapatkan persetujuan Pengawas, sebelum pekerjaan tersebut
dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat
konstruksi cetakan atau acuan, sambungan-sabungan dan kedudukan serta sistem
rangkanya.
2. Cetakan dan acuan untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam
PBI– 1971, NI–2.
3. Acuan harus direncanakan agar dapat memikul beban-beban konstruksi dan
getaran-getaran yang ditimbulkan oleh peralatan penggetar. Defleksi maksimal dari
cetakan dan acuan antara tumpuannya harus dibatasi sampai 1/400 bentang antara
tumpuan tersebut.
4. Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian agar keamanan
konstruksi tetap terjamin dan disesuaikan dengan persyaratan PBI–1971, NI–2.

5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari pengawas, atau
jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
- Bagian sisi balok 48 Jam.
- Balok tanpa beban konstruksi 7 Hari.
- Balok dengan beban konstruksi 21 Hari.
- Pelat beton 21 Hari.
6. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang
tidak sesuai dengan gambar rencana, pemborong wajib mengadakan perbaikan
atau pembetulan kembali.
7. Cetakan untuk pekerjaan kolom dan pekerjaan beton lainnya harus menggunakan
papan tebal minimal 2,5 cm atau multliptek 18 mm, balok 5/7, 6/10, 8/10 dan dolken
diameter 8-12 cm, dapat digunakan dari mutu kayu Klas II.

G. PELAKSANAAN
1. Proporsi
Kecuali disebut lain, maka campuran dari beton harus sedemikian sehingga
mencapai kekuatan kubus 28 hari sebesar yang disyaratkan pada PBI–1971 yaitu
untuk Beton K-225 (untuk beton structural) dan K-125 (untuk beton non structural).

2. Slump
Nilai yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix yang normal adalah 7,5–10 cm
dan disesuaikan terhadap mutu beton yang disyaratkan. Slump yang terjadi diluar
batas tersebut harus mendapatkan persetujuan Pengawas.

3. Penyambungan Beton dan Grouting


Sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang telah mengeras, maka
permukaanya harus dibersihkan dan dikasarkan terlebih dahulu. Cetakan harus
dikencangkan kembali dan permukaan sambungan disiram dengan bahan “Bonding
Agent” untuk maksud tersebut dengan persetujuan Pengawas.

H. TEBAL PENUTUP BETON


1. Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton minimal adalah 2,5 cm.

2. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk
itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan
mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
3. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang
harus dipasang sebanyak minimal 4 (empat) buah setiap meter persegi cetakan
atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebar merata.

I. PENGANGKUTAN ADUKAN DAN PENGECORAN


1. Pemborong harus memberitahukan pengawas selambat-lambatnya 2 (Dua) hari
sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan
pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan
pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa pemborong akan dapat
melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
2. Beton harus dicor sesuai dengan persyaratan dalam PBI 1971. Bila tidak disebutkan
lain atau persetujuan Pengawas, tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi
1,5 m.

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih
dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan
ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik,
Plumbing dan perlengkapan lainnya).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus sudah
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan
baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu
dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara
pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi
perbedaan pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah dicor dan akan
dicor.
6. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang telah
ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (Retarder)
dengan persetujuan pengawas.
7. Adukan tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen dan agregat
telah melampaui 1,5 jam; dan waktu ini dapat berkurang, bila pengawas
menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
8. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya
pemisahan material (Segresi) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan
dengan alat-alat bantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat
persetujuan pengawas dan alat-alat tersebut harus bersih dan bebas dari sisa-sisa
beton yang mengeras.

J. PEMADATAN BETON 1. Pemborong bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan
dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang
padat tanpa perlu penggetaran secara berlebihan.
2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan Mechanical Vibrator dan
dioperasikan oleh orang yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya
agar tidak terjadi Over Vibration dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran
dengan maksud untuk mengalirkan beton. Hasil beton harus merupakan massa
yang utuh, bebas dari lubang-lubang segresi atau keropos.

3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar
yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan
beton yang baik. Alat penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan yang telah
masuk pada beton yang telah mulai mengeras.

K. BENDA-BENDA YANG DITANAM DALAM BETON


1. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain dalam bagian-bagian
struktur beton bila tidak ditunjukkan secara detail dalam gambar. Dalam beton perlu
dipasang selongsong pada tempat-tempat yang dilewati pipa.
2. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan dalam gambar/petunjuk
pengawas tidak dibenarkan untuk menanam saluran listrik dalam struktur beton.

3. Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-angkur, kait
dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton, harus sudah di
pasang sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
4. Bagian-bagian atau peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya
dan diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran beton dilakukan.

5. Pemborong utama harus memberitahukan serta memberi kesempatan kepada


pihak lain untuk memasang bagian/peralatan tersebut sebelum pengecoran beton
dilaksanakan.
6. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada benda
atau peralatan yang akan ditanam dalam beton, yang mana rongga tersebut harus
tidak terisi beton, harus ditutupi bahan lain yang mudah dilepas nantinya setelah
pelaksanaan pengecoran beton.

L. PENGUJIAN / PEMERIKSAAN MUTU BETON


1. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji kubus beton
15 x 15 x 15 cm atau silinder sesuai standar dalam PBI–1971.
2. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian “slump”, dimana nilai slump
harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam PBI–1971.
3. Pengujian compresive strength untuk beton dilaksanakan sesuai ASTM dan PBI–
1971 pasal 4.5, di laboratorium yang disetujui Pengawas.
4. Mengenai pengambilan contoh/sampel/spesimen untuk benda uji dilaksanakan
secara berkala, paling sedikit setiap 5 m2 beton yang diproduksi.
5. Hasil pengujian dikeluarkan pada :
- saat benda uji berumur 3 – 7 hari.
- saat benda uji berumur 14 hari.
- saat benda uji berumur 28 hari.
6. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya terhadap biaya pengujian beton dan
biaya yang ditimbulkan akibat tidak dapat diterimanya mutu beton tersebut.

7. Pemeriksaan lanjutan.
8. Pengawas dapat meminta pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dengan
menggunakan concrete gun atau kalau perlu dengan core drilling untuk meyakinkan
penilaian terhadap kualitas beton yang sudah ada. Biaya pekerjaan serupa ini
sepenuhnya menjadi tanggungan Pemborong.

M. PERAWATAN BETON
1. Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam PBI–1971, NI–2 Pasal 6.6.
2. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap preoses pengeringan yang belum
saatnya dengan cara mempretahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban
adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk
preoses hydrasi semen serta pengerasan beton.
3. Perawatan beton segera dimulai setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan
harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 (dua) minggu jika tidak
ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan supaya
tidak melebihi 30 C.
4. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton pun harus tetap dalam
keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai masa
perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan tetap
dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus menerus dengan
menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui
Pengawas.
5. Cara pelaksanaan perawatan serta alat dipergunakan harus mendapat persetujuan
dulu dari Pengawas.

N. CACAT-CACAT PEKERJAAN
1. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam pengerjaan
setiap bagian pekerjaan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum
dalam Persyaratan Teknis, maka bagian pekerjaan tersebut harus digolongkan
sebagai cacat pekerjaan.
2. Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan diganti sesuai
dengan yang dikehendaki oleh Pengawas. Seluruh pembongkaran dan pemulihan
pekerjaan yang digolongkan cacat tersebut serta semua biaya yang timbul akibat
hal itu. Seluruhnya menjadi tanggungan Pemborong.

Pasal 2 Pekerjaan Beton Bertulang Non- Struktural

A. UMUM
1. Lingkup Pekerjaan a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar, dengan hasil
yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi beton sloof, beton kolom praktis, beton ring balok untuk
bangunan yang dimaksudkan termasuk pekerjaan besi beton dan pekerjaan
bekisting/acuan, dan semua pekerjaan beton yang bukan struktur, sesuai yang
ditunjukkan di dalam gambar.

2. Standard a. Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.


b. Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI – 2.
c. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI – 5.
d. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972, NI – 8.
e. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
f. Ketentuan-ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan Umum (AV)
No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara No. 1457.
g. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan
Perencana/MK.
h. Standar Normalisasi Jerman ( DIN ).
i. American Society for Testing and Material ( ASTM ).
j. American Concrete Institute ( ACI ).
B. BAHAN / PRODUKSI
1. Persyaratan Bahan a. Semen Portland.
b. Pasir Beton.
c. Koral Beton/Split : Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta
mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971.
Penyimpanan/Penimbunan pasir koral beton harus dipisahkan satu dengan yang
lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur untuk
mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
d. Air :
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton dan
harus memenuhi NI-3 pasal 10. Apabila dipandang perlu Perencana/MK dapat
minta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

e. Besi Beton :
Digunakan mutu U 24, besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari
cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi bulat serta memenuhi persyaratan NI-
2 (PBI 1971). Bila dipandang perlu Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa mutu
besi beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
Kontraktor.
f. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh
material, misalnya : besi, koral, pasir PC untuk mendapatkan persetujuan dari
Perencana/MK.
g. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Perencana/MK, akan dipakai sebagai
standard/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh
Kontraktor ke site.
2. Syarat-syarat Pengiriman a. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
dan Penyimpanan Bahan bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak/kemasan aslinya
yang masih tersegel dan berlabel pabriknya.
b. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak lembab
dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.
c. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya.

d. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan


penyimpanan. Bila ada kerusakan, Kontraktor wajib mengganti atas beban
Kontraktor.
C. PELAKSANAAN
1. Mutu Beton : Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah fc’ = 15 Mpa dan
harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PBI-1971.
2. Pembesian :
a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratannya harus sesuai
PBI-1971.

b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton, harus disesuaikan dengan gambar


konstruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan atau lantai
kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam PBI 1971.

d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan
kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Perencana/MK.

3. Cara Pengadukan : a. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.

b. Takaran untuk Semen Portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh
Perencana/MK.

c. Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan


memeriksa slump pada setiap campuan baru. Pengujian slump, minimum 5 cm
dan maksimum 10 cm.

4. Pengecoran Beton : a. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan


dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan
ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.

b. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Perencana/MK.


c. Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan alat
penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya
cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat
memperlemah konstruksi.
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya
maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Perencana/MK.
5. Pekerjaan a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
Acuan/Bekisting : ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.

b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga


cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama
pengecoran dilakukan.
c. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran-kotoran
(tahi gergaji), potongan kayu, tanah/Lumpur dan sebagainya, sebelum pengecoran
dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton.

d. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material (besi, koral/split, pasir dan


Semen Portland) kepada Perencana/MK, untuk mendapatkan persetujuan sebelum
pekerjaan dilakukan.

e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang


aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai persyaratan.

f. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh seng,
diameter kawat lebh besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi
beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI
1971).
g. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.

h. Beton harus dibasahi paling sedikit selama tujuh hari setelah pengecoran.
6. Pekerjaan Pembongkaran Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari
Acuan/Bekisting : Perencana/MK. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan
apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan dari Perencana/MK.

7. Pengujian Mutu Pekerjaan a. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan untuk memberikan pada
Perencana/MK “Certificate Test” bahan besi dari produsen/pabrik.

b. Bila tidak ada “Certificat Test” maka Kontraktor harus melakukan pengujian atas
besi/kubus di laboratorium yang akan ditunjuk kemudian.

c. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan mengambil benda uji
berupa kubus yang ukurannya sesuai dengan syarat-syarat/ketentuan dalam PBI
1971. Pembuatannya harus disaksikan oleh Perencana/MK dan diperiksa di
laboratorium konstruki beton yang ditunjuk Perencana/MK.

d. Kontraktor diwajibkan membuat “Trial Mix” terlebih dahulu, sebelum memulai


pekerjaan beton.
e. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Perencana/MK secepatnya.

f. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian behan tersebut, menjadi


tanggung jawab Kontraktor.

8. Syarat-syarat a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam
Pengamanan Pekerjaan setelah pengecoran.

b. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan


lain.
c. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
d. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi dengan
air terus menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih (sesuai ketentuan dalam PBI
1971).

Pasal 3 Pekerjaan Bekisting Beton

A. UMUM
1. Lingkup Pekerjaan a. Kayu dan baja untuk bekisting beton cor ditempat, lengkap dengan perkuatan
dan pengangkuran-pengangkuran yang diperlukan.
b. Penyediaan bukaan/sparing dan sleeve untuk pekerjaan-pekerjaan Mekanikal dan
Elektrikal.
c. Penyediaan Waterstops.
d. Penyediaan angkur-angkur untuk hubungan dengan pekerjaan lain.

2. Pekerjaan-pekerjaan a. Pondasi Beton Bertulang.


yang berhubungan. b. Pasangan Bata.
c. Pekerjaan Mekanikal.
d Pekerjaan Elektrikal.

3. Shop Drawing. a. Dimana diperlukan, menurut Direksi Lapangan atau Perencana, harus dibuat
Shop Drawing.
b. Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap rancangan bekisting yang berbeda, yang
memperlihatkan :
- dimensi.
- metoda konstruksi.
- bahan.
- hubungan dan ikatan-ikatan (ties).
B. BAHAN
1. Bekisting Beton Biasa a. Plywood/multiplek, t = 9-12 mm.
(Non Ekspose) b. Paku, angkur dan sekrup-sekrup; ukuran sesuai dengan keperluan dan cukup kuat
untuk menahan bekisting agar tidak bergerak ketika dilakukan pengecoran.

2. Bekisting Beton a. Plywood/multiplek; untuk dinding, balok dan kolom persegi, tebal 18 mm.
Ekspose b. Baja lembaran, tebal minimal 1,2 mm, untuk kolom- kolom bundar.

c. Form ties; baja yang mudah dilepas (snap-off metal). Panjang fixed atau adjustable,
dapat terkunci dengan baik dan tidak berubah saat pengecoran. Lubang yang
terjadi pada permukaan beton setelah form ties dibuka tidak boleh lebih dari 1 inch
(25 mm).
d. Form Release Agent; minyak mineral yang tidak berwarna, yang tidak menimbulkan
karat pada permukaan beton dan tidak mempengaruhi rekatan maupun warna
bahan finishing permukaan beton.
Produk : CALSTRIPS, buatan Cement Aids, Australia.
e. Chamfer Strips, terbuat dari jenis kayu klas II, dibentuk menurut rencana beton
pada gambar.
3. Water Stops
a. RX-101, ex. ACC ( American Colloid Company ).
b. Servistrip AT 205, ex. W.R. Grace, U.K.
4. Syarat-syarat Umum
Bekisting
a. Tidak mengalami deformasi. Bekisting harus cukup tebal dan terikat kuat.
b. Kedap air; dengan menutup semua celah dengan tape.
c. Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting.
C. PELAKSANAAN
1. Pemasangan Bekisting. a. Tentukan jarak, level dan pusat (lingkaran) sebelum memulai pekerjaan.
Pastikan ukuran-ukuran ini sudah sesuai dengan gambar.
b. Pasang bekisting dengan tepat dan sudah diperkuat (bracing), sesuai dengan
design dan standard yang telah ditentukan; sehingga bisa dipastikan akan
menghasilkan beton yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan akan bentuk,
kelurusan dan dimensi.
c. Rancangan bekisting harus memudahkan pembukaannya sehingga tidak
merusakkan permukaan beton.
d. Hubungan-hubungan antar papan bekisting harus lurus dan harus dibuat kedap air,
untuk mencegah kebocoran adukan atau kemungkinan deformasi bentuk beton.
Hubungan-hubungan ini harus diusahakan seminimal mungkin.
e. Bekisting untuk dinding pondasi dan sloof harus dipasang pada kedua sisinya.
Pemakaian pasangan bata untuk bekisting pondasi harus atas seijin Konsultan
Pengawas. Semua tanah yang mengotori bekisting pada sisi pengecoran harus
dibuang.
f. Perkuatan-perkuatan pada bukaan-bukaan dibagian-bagian yang struktural yang
tidak diperlihatkan pada gambar harus mendapatkan pemeriksaan dan persetujuan
dari Direksi.
g. Pada bagian-bagian yang akan terlihat, tambahkan pinggulan-pinggulan (chamfer
strips) pada sudut-sudut luar (vertikal dan horizontal) dari balok, kolom dan dinding.

h. Bekisting harus memenuhi toleransi deviasi maksimal berikut :


1. Deviasi garis vertikal dan horizontal :
- 6 mm, pada jarak 3000 mm.
- 10 mm, pada jarak 6000 mm.
- 20 mm, pada jarak 12000 mm, atau lebih.
2. Deviasi pada potongan melintang dari dimensi kolom atau balok, atau ketebalan
plat : 6 mm.
i. Aplikasi bahan pelepas acuan (form release agent) harus sesuai dengan
rekomendasi pabrik. Aplikasi harus dilaksanakan sebelum pemasangan besi beton,
angkur-angkur dan bahan-bahan tempelan (embedded item) lainnya. Bahan yang
dipakai dan cara aplikasinya tidak boleh menimbulkan karat atau mempengaruhi
warna permukaan beton.
j. Dimana permukaan beton yang akan dilapisi bahan yang bisa rusak terkena bahan
pelepas acuan; bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai.
2. Sisipan (Insert), Rekatan a. Sediakan bukaan pada bekisting dimana diperlukan untuk pipa, conduits, sleeves
(Embedded) dan Bukaan dan pekerjaan lain yang akan merekat pada, atau melalui/merembes beton.
(Opening)

b. Pasang langsung pada bekisting alat-alat atau bagian pekerjaan lain yang akan di
cor langsung pada beton.

c. Koordinasikan bagian dari pekerjaan lain yang terlibat ketika membentuk /


menyediakan bukaan, slots, recessed, sleeves, bolts, angkur dan sisipan-sisipan
lainnya. Jangan laksanakan pekerjaan diatas jika tidak secara jelas/khusus
ditunjukkan pada gambar yang berhubungan.

d. Pemasangan water stops harus kontinu (tidak terputus) dan tidak mengubah letak
besi beton.
e. Sediakan bukaan sementara pada beton dimana diperlukan guna pembersihan dan
inspeksi.

3. Kontrol Kualitas. a. Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai dengan bentuk beton
yang diinginkan, dan perkuatan-perkuatanya guna memastikan bahwa pekerjaan
telah sesuai dengan rancangan bekistings, wedged, ties, dan bagian-bagian lainnya
aman.
b. Informasikan pada Konsultan Pengawas jika bekisting telah dilaksanakan, dan
telah dibersihkan, guna pelaksanaan pemeriksaan. Mintakan persetujuan Konsultan
Pengawas terhadap bekisting yang telah dilaksanakan sebelum dilaksanakan
pengecoran beton.
c. Untuk permukaan beton ekspose, pemakaian bekisting kayu lebih dari 2 kali tidak
diperkenankan. Penambalan pada bekisting, juga tidak diperkenankan, kecuali pada
bukaan-bukaan sementara yang diperlukan.
d. Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan persetujuan sebelumnya dari
Konsultan Pengawas.

4. Pembersihan a. Bersihkan bekisting selama pemasangan, buang semua benda-benda yang tidak
perlu. Buang bekas-bekas potongan, kupasan dan puing dari bagian dalam
bekisting. Siram dengan air, menggunakan air bertekanan tinggi, guna membuang
benda-benda asing yang masih tersisa pastikan bahwa air dan puing-puing tersebut
telah mengalir keluar melalui lubang pembersih yang disediakan.

b. Buka bekisting secara kontinu dan sesuai dengan standard yang berlaku
sehingga tidak terjadi beban kejut (shock load) atau ketidak seimbangan beban
yang terjadi pada struktur.
c. Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan hati-hati, agar peralatan-peralatan
yang dipakai untuk membuka tidak merusak permukaan beton.

d. Untuk yang akan dipakai kembali, bekisting-bekisting yang telah dibuka harus
disimpan dengan cara yang memungkinkan perlindungan terhadap permukaan
yang akan kontak dengan beton tidak mengalami kerusakan.

e. Dimana diperlukan berikan perkuatan-perkuatan pada komponen-komponen


struktur yang telah dilaksanakan guna memenuhi syarat pembebanan dan
konstruksi sehingga pekerjaan-pekerjaan konstruksi dilantai-lantai diatasnya bisa
dilanjutkan. Pembukaan penunjang bekisting hanya bisa dilakukan setelah beton
mempunyai 75 % dari kuat tekan 28 hari (28 day compressive strength) yang
diperlukan.

f. Bekisting-bekisting yang dipakai untuk mematangkan (curing) beton, tidak boleh


dibongkar sebelum dinyatakan matang oleh Konsultan Pengawas.
Pasal 4 Pekerjaan Beton Bertulang

A. UMUM
1. Lingkup Pekerjaan a. Pembesian.
- Tulangan besi, lengkap dengan kawat pengikatnya.
- Beton decking(support chairs), bolster, speacer for reinforcing.
b. Pengecoran Beton.
- Beton cor ditempat untuk rangka bangunan, lantai, dinding pondasi dan slabs
pendukung.
- Slab beton diatas tanah dan pedestrian/side walks.
- Finishing permukaan beton pada dinding, pelat, balok dan kolom.

2. Pekerjaan yang a. Bekisting Beton.


berhubungan b. Finishing Beton.
c. Pasangan Bata.
d. Struktur Baja.
e. Mescellaneous Metals (yang harus dicor dalam beton).
f. Waterproofing.
g. Kusen dan Pintu Besi.
h. Bagian-bagian pekerjaan Mekanikal yang harus dicor dalam beton.
i. Bagian-bagian pekerjaan Elektrikal yang harus dicor dalam beton.
- Beton cor ditempat untuk rangka bangunan, lantai, dinding pondasi dan slabs
pendukung.
- Slab beton diatas tanah dan pedestrian/side walks.
- Finishing permukaan beton pada dinding, pelat, balok dan kolom.

3. Standard. a. Standard Indonesia.


- PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 (NI - 3)
- PBI : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI - 2).
- Peraturan Portland Cement Indonesia 1973, NI-8.
- PBN : Peraturan Bangunan Nasional 1978.
b. ASTM, USA.
- C 33 - Concrete Aggregates.
- C 150 - Portland Cement.

4. Penyimpanan : a. Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai dengan
waktu dan urutan pelaksanaan.

b. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak segera setelah diturunkan
dan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari pengaruh cuaca,
berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari tanah. Semen masih harus
dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika ada bagian yang mulai
megeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan hancur dengan tangan
bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10 % berat. Jika ada bagian yang
tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas, maka jumlahnya tidak boleh
melebihi 5 % berat dan kepada campuran tersebut diberi tambahan semen baik
dalam jumlah yang sama. Semuanya dengan catatan bahwa kualitas beton yang
diminta harus tetap terjamin.

c. Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan-
bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya (misalnya minyak
dan lain-lain). Jenis semen dari merk Tiga Roda, Gresik atau Cibinong dan jenis
merk semen yang digunakan adalah mengikat seluruh pekerjaan.

d. Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah menurut jenis
dan gradasinya cukup terpisah menurut jenis dan gradasinya serta harus
beralaskan lantai beton ringan untuk menghindari tercampurnya dengan tanah.

B. BAHAN/ PRODUK
1. Portland Cement. a. Portland cement jenis II, menurut NI - 8 atau type I, menurut ASTM dan memenuhi
S.400, menurut Standard Portland Cement yang ditentukan Asosiasi Semen
Indonesia.
b. Untuk pemukaan beton expose, harus dipakai 1 merk semen saja.

c. Kekuatan tes kubus semen minimal 350 kg per cm persegi.


2. Aggregates. a. Kualitas aggregates harus memenuhi syarat-syarat SK.SNI-1991. Aggregates
kasar harus berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang
baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Kadar lumpur dari
pasir beton tidak boleh melebihi dari 5 % berat kering.

b. Dimensi maksimum dari aggregates kasar tidak lebih dari 3,0 cm dan tidak lebih
dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang
bersangkutan.

c. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-
bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.

3. A i r a. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain dapat mengurangi
mutu pekerjaan.

b. Kandungan chlorida tidak boleh melebihi 500 p.p.m. dan komposisi sulfat (SO3)
tidak boleh melebihi 1000 p.p.m. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas
dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

4. Baja Tulangan a. Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat mengurangi
lekatnya pada beton.
Besi yang digunakan besi BJTP24 (ditentukan dengan notasi) dengan tegangan
leleh 240 Mpa dan PJTD40 dengan (ditentukan dengan notasi D) dengan tegangan
leleh 400 Mpa.
b. Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk mengatur
jarak tulangan/besi beton dan mengikat tulangan-tulangan pada tempatnya.

c. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping
adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari laboratorium
baik pada saat pemesanan maupun secara periodik minimum masing-masing 2
(dua) contoh percobaan (stresstrain) dan pelengkungan untuk setiap 20 ton besi.
Pengetesan dilakukan pada laboratorium yang disetujui MK.

5. Admixture a. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara mencampur
dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan
penggunaan sesuatu admixture.

b. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Kontraktor diminta terlebih


dahulu mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas mengenai hal tersebut.
Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan admixture
tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik
produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko
dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.

C. PELAKSANAAN
1. Kualitas Beton a. Kecuali yang ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah fc’ = 30 Mpa
(tegangan tekan hancur karakteristik untuk cilinder beton ukuran 15 x 30 cm pada
usia 28 hari). Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan
yang terdapat dalam standar beton 1991. Mutu beton fc’ = 15 MPa digunakan pada
umumnya untuk kolom-kolom praktis dan bagian-bagian lain yang tidak memikul
beban, kecuali ditentukan lain.

b. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas


beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan dilain tempat atau dengan
mengadakan trial-mixes dilaboratorium yang ditunjuk oleh MK.
c. Test selama pekerjaan :
Buat 3 silinder 15 cm x 30 cm dari setiap 75 m3 atau sebagian dari pada itu, atau
dari pengecoran setiap hari, pilih yang paling menentukan, dari setiap mutu beton
yang berbeda dan dari setiap perencanaan campuran yang di cor. Buat dan simpan
kubus-kubus menurut ASTM C 31. Test satu kubus pada hari ke 7 dan satu
kubus pada hari ke 28 menurut ASTM C 39. Simpan satu kubus sebagai
cadangan untuk test pada hari ke 56 jika test pada hari ke 28 gagal. Jika test
silinder pada hari ke 28 berhasil, test kubus cadangan untuk menghasilkan
kekuatan rata-rata dari kedua kubus pada hari 28. Sediakan fasilitas pada lokasi
proyek untuk menyimpan contoh-contoh yang diperlukan oleh badan penguji.

d. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat
dengan disahkan oleh Konsultan Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi
dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari
laboratorium. Penunjukan laboratorium harus dengan pertsetujuan MK.
e. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 5 cm dan maksimum
13 cm. Cara pengujian slump adalah sebagai berikut : Contoh : beton diambil
tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton (bekisting). Cetakan slump
dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu rata atau palat baja. Cetakan di isi sampai
kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan
besi diameter 16 mm panjang 60 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru).
Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusakan harus masuk dalam satu lapisan
yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, maka dibiarkan 1/2 menit lalu
cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya (nilai slumpnya).

f. Jumlah semen minimum 350 kg per m3 beton. Khusus pada atap, luifel, pada
daerah kamar-mandi dan WC, daerah talang beton, jumlah minimum tersebut
dinaikan menjadi 400 kg/m3 beton. Untuk beton atap, WC faktor maksimum 0,50
dengan catatan tidak boleh lebih rendah daripada mutu beton karakteristik yang
disyaratkan.
g. Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh
MK.
h. Perawatan Kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak
tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.

i. Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk
umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari 65 %
kekuatan yang diminta pada 28 hari, tanpa additives. Jika hasil kuat tekan benda-
benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan
pengujian beton setempat dengan cara-cara seperti yang ditetapkan dalam SB.
SNI-1991 dengan tidak menambah beban biaya bagi Pemberi Tugas.

j. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah
seluruh komponen adukan masuk kedalam mixer.

k. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan


dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-komponen
beton.
l. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.

2. Siar-siar Konstruksi dan a. Pembongkaran acuan dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak
Pembongkaran Bekisting. ditentukan lain dalam gambar, harus mengikuti SK. SNI-1991. Siar-siar tersebut
harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat sebelum pengecoran lanjutan
dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui oleh MK.

3. Penggantian Besi. a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan
apa yang tertera pada gambar.

b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman kontraktor atau pendapatnya terdapat


kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada, maka
:
1. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian
yang tertera dalam gambar; Secepatnya hal ini diberitahukan pada
Perencana Konstruksi untuk sekedar informasi.
2. Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh kontraktor sebagai pekerjaan
lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada
persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi.
3. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut
hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi.
Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga
keharusan dari Kontraktor.

c. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan
yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi
dengan diameter yang terdekat dengan catatan :

1. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian


yang tertera dalam gambar; Secepatnya hal ini diberitahukan pada
Perencana Konstruksi untuk sekedar informasi.
2. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh
kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah jumlah luas).
3. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan kemampuan penampang
berkurang.
4. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian
ditempat tersebut atau di daerah overlapping yang dapat menyulitkan
pembetonan atau penyampaian penggetar.
d. Toleransi Besi.
Diameter, ukuran sisi Variasi dalam Toleransi.
(atau jarak antara berat yang di diameter dua permukaan yang perbolehkan.
berlawanan.
Dibawah 10 mm.
10 mm sampai 16 mm. (tapi tidak termasuk diameter 16 mm).
10 mm sampai 28 mm (tapi tidak termasuk diameter 28 mm)

4. Penggantian Besi. a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.

b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.

c. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 7 hari setelah pengecoran.


d. Khusus elemen vertical harus dipakai curing compound.

5. Tanggung Jawab a. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan
Kontraktor ketentuan-ketentuan diatas dan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi yang

6. Perbaikan Permukaan a. Penambalan pada daerah yang tidak sempurna, kropos dengan campuran adukan
Beton semen (cement mortar) setelah pembukaan acuan, hanya boleh dilakukan setelah

7. Bagian-bagian yang a. Pasang angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan beton bertulang.
tertanam dalam beton.
b. Diperhatikan juga tempat kelos-kelos untuk kusen atau instalasi.

8. Hal-hal lain a. Isi ubang-lubang dan bukaan-bukaan yang tertinggal dibeton bekas jalan kerja
("Miscellaneous item") sewaktu pembetonan. Jika dianggap perlu dibuat bantalan beton untuk pondasi alat-
alat mekanik dan elektronik yang ukuran, rencana dan tempatnya berdasarkan
gambar-gambar rencana mekanikal dan elektrikal. Digunakan mutu beton seperti
yang ditentukan dan dengan penghalusan permukaannya.
b. Pegangan plafond dari besi beton diameter 6 mm dengan jarak x dan y : 150 cm.
Dipasang pada saat sebelum pengecoran beton dan penggantung harus dikaitkan
pada tulangan pelat atau balok.

9. Pembersihan a. Jangan dibiarkan puing-puing, sampah sampai tertimbun.

10. Contoh yang harus a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh material :
disediakan split, pasir, besi beton, PC untuk mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai sebagai
standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor
kelapangan.
c. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang
telah disetujui dibangsal MK.

11. Sparing Conduit dan a. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.
Pipa-pipa
b. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar pelaksanaan dan
bila tidak ada dalam gambar, maka pemborong harus mengusulkan dan minta
persetujuan dari Konsultan Pengawas.

c. Bilamana sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan


diperkuat sehingga tidak akan dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan
Pengawas.

d Semua sparing-sparing (pipa conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan


diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

e. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu


pengecoran.

Pasal 5 Pekerjaan Kolom Beton

A. Lingkup Pekerjaan
Melakukan Perakitan besi, Pemasangan Bekisting dan Pengecoran Beton.
B. Persiapan Pekerjaan
1. Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja, schedule, perlatan,
personil kerja dan gambar kerja yang akan digunakan, untuk memperoleh
persetujuan dari Konsultan sebelum pekerjaan.
2. Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
dilakukannya pelaksanaan pekerjaan.
3. Pekerjaan pabrikasi Besi.
4. Pekerjaan bekesting.
5. Pekerjaan Instalasi besi Tulangan.
6. Cor Beton K-300
C. Metode Pelaksanaan
Berikut langkah-langkah 1. Menyiapkan Papan Bekisting, Besi Beton, dan Job Mix Design dan Job Mix Formula
dalam pekerjaan kolom untuk pekerjaan kolom beton.
beton.
2. Menyiapkan sepatu kolom yang ditarik garis lurusnya dari sloof. Fungsinya agar
bekisting tepat berada pada titik koordinatnya sesuai dengan gambar perencanaan.
Sepatu kolom biasanya menggunakan besi stek yang dibor pada lantai.

3. Melakukan perakitan besi tulangan sesuai dengan desain yang telah ditentukan.
4. Memasang bekisting kolom. Jangan lupa beton decking atau tahu beton penyangga
besi tulangan. Tujuan beton decking ini untuk menjaga jarak selimut beton agar
tidak berubah selama proses pengecoran.

5. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai dengan persyaratan
dan disetujui oleh pengawas, dan pengawas berhak meminta diadakan pengujian
bahan-bahan tersebut dan pemborong bertanggung jawab atas segala biayanya.
Semua material yang tidak disetujui oleh pengawas harus segera dikeluarkan dari
lokasi proyek.

6. Memasang sabuk sloof pada bekisting kolom untuk memperkuat. Ukuran sloof yang
digunakan relative sesuai dengan Soft Drawing. Untuk mengunci balok tersebut
harus menggunakan tie rod. Tie rod bisa buat sendiri dari kayu dan besi atau bisa
membeli barang jadi. Jika ingin membuat sendiri menggunakan as drat ukuran 10
mm, besi ulir 10 mm dan plat besi tebal 3-5 mm.

7. Memasang pipa support Untuk menjaga vertikaliti dari kolom terhadap sloof dan
balok.Untuk mendapatkan kolom struktur yang sempurna, bekisting tidak boleh
miring ataupun goyang saat pengecoran Oleh karena itu pemasangan pipa support
dinilai sangat penting.
8. Setelah kompenen bekisting dan besi serta celah bekisting dirapatkan dan
mendapatkan persetujuan dari direksi, maka dilakukanlah pengecoran beton sesuai
dengan jenis beton yang diinginkan. Untuk hasil pengecoran merata harus dibantu
dengan menggunakan alat concreate vibrator.
D. Kebutuhan bahan, alat dan Bahan:
tenaga
1. Beton K-300
2. Baja Tulangan Beton Ø 10 / D16.
3. Kawat Beton.
4. Bekisting.
5. Minyak Bekisting.
6. Paku.
Peralatan:
1. Bor sekrup.
2. Palu.
3. Gegep Besi.
4. Bar Cutter.
5. Bar Bender.
6. Theodolit.
7. Concreate Vibrator.
8. Waterpass.
9. Alat bantu pertukangan.
Tenaga:
1. Pekerja.
2. Tukang.
3. Kepala tukang.
4. Mandor.

E. Analisa K3 (Kesehatan Personil:


Keselamatan Kerja)
1. Pelaksana.
2. Petugas K3.
3. Tenaga Kerja.
Aspek K3 Memasang peringatan area wajib menggunakan “Pergunakan Alat Pelindung Diri
(APD)”

Pasal 6 Pekerjaan Balok Beton

A. Lingkup Pekerjaan
Melakukan Perakitan besi, Pemasangan Bekisting dan Pengecoran Beton.
B. Persiapan Pekerjaan
1. Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja, schedule, perlatan,
personil kerja dan gambar kerja yang akan digunakan, untuk memperoleh
persetujuan dari Konsultan sebelum pekerjaan.
2. Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
dilakukannya pelaksanaan pekerjaan.
3. Pekerjaan pabrikasi Besi.
4. Pekerjaan bekesting.
5. Pekerjaan Instalasi besi Tulangan.
6. Cor Beton K-300
C. Metode Pelaksanaan
Berikut langkah-langkah 1. Menyiapkan Papan Bekisting, Besi Beton, dan Job Mix Design dan Job Mix Formula
dalam pekerjaan balok untuk pekerjaan balok beton.
beton.
2. Menyiapkan sepatu kolom yang ditarik garis lurusnya dari sloof. Fungsinya agar
bekisting tepat berada pada titik koordinatnya sesuai dengan gambar perencanaan.
Sepatu kolom biasanya menggunakan besi stek yang dibor pada lantai.

3. Melakukan perakitan besi sesuai dengan soft drawing.

4. Memasang sabuk sloof pada bekisting kolom untuk memperkuat. Ukuran balok
yang digunakan relative sesuai dengan Soft Drawing. Untuk mengunci balok
tersebut harus menggunakan tie rod. Tie rod bisa buat sendiri atau membeli jadi.
Jika ingin membuat sendiri menggunakan as drat ukuran 10 mm, besi ulir 10 mm
dan plat besi tebal 3-5 mm. Jarak balok sangat tergantung dari jarak pasangan
kolom. Apabila jarak kolom sekitar 3-4 m maka jumlah sabuk balok 4 dengan jarak
dibagi rata. Namun jika jarak kolom lebih dari 4 m maka menyesuaikan dengan
prinsip semakin ke bawah jarak sabuk semakin pendek karena bebannya lebih
besar di bawah.
5. Memasang pipa support Untuk menjaga horizontal dari sloof terhadap kolom.Untuk
mendapatkan sloof struktur yang sempurna, bekisting tidak boleh miring ataupun
goyang saat pengecoran Oleh karena itu pemasangan pipa support dinilai sangat
penting.
6. Setelah kompenen bekisting dan besi serta celah bekisting dirapatkan dan
mendapatkan persetujuan dari direksi, maka dilakukanlah pengecoran beton sesuai
dengan jenis beton yang diinginkan. Untuk hasil pengecoran merata harus dibantu
dengan menggunakan alat concreate vibrator.
D. Kebutuhan bahan, alat dan Bahan:
tenaga
1. Beton K-300
2. Baja Tulangan Beton Ø 10 / D16.
3. Kawat Beton.
4. Bekisting.
5. Minyak Bekisting.
6. Paku.
Peralatan:
1. Bor Sekrup.
2. Palu.
3. Gegep Besi.
4. Bar Cutter.
5. Bar Bender.
6. Concreate Vibrator.
7. Waterpass.
8. Alat bantu pertukangan.
Tenaga:
1. Pekerja.
2. Tukang.
3. Kepala tukang.
4. Mandor.

E. Analisa K3 (Kesehatan Personil:


Keselamatan Kerja)
1. Pelaksana.
2. Petugas K3.
3. Tenaga Kerja.
Aspek K3 Memasang peringatan area wajib menggunakan “Pergunakan Alat Pelindung Diri
(APD)”

Pasal 7 Pekerjaan Dak Beton

A. LINGKUP PEKERJAAN
1. Meliputi pekerjaan kupas dan pembersihan lumut dan kotoran, water profing
atap dag baton dengan polymer mortar – seal, dan screed pelindung ad. 1pc:2ps
berdasarkan dimensi ukuran dalam gambar kerja.

B. PERSIAPAN PEKERJAAN
1. Pengangkatan bahan atau material ke atas sehingga memudahkan pemasangan.

2. Menyiapkan peralatan kerja seperti scaffolding, meteran waterpass selang air bor
listrik dan alat pemotong lainnya.
3. Persiapan lahan kerja.
4. Persiapan dan pengajuan desain gambar atau shop drawing.

C. METODE PELAKSANAAN
1. Bersihkan lokasi struktur beton yang akan dilapisi waterproofing membrane dengan
alat- alat kerja yang sudah disiapkan sebelumnya, pastikan setiap bidang dan
permukaan sudah benar-benar bersih.
2. Pemasangan water profing atap dag beton dengan polymer mortar seal.
3. Memasang screed Pelindung dengan komposisi campuran 1pc:1ps.

4. Pekerjaan dak beton konvensional diawali dengan pembuatan cetakan (bekisting)


dan pembesian balok serta pelat beton. Selain untuk menopang pembesian dan
menampung adonan beton yang akan dituang atau cor, bekisting juga memberi
bentuk. Bekisting bisa dibuat dari papan, multipleks, atau bahan lain yang sesuai,
dan ditopang oleh perancah (scaffolding) sebagai penyangga sementara.

5. Setelah pekerjaan persiapan selesai harus dilakukan pemeriksaan ulang pada


bekisting, meliputi dimensi, elevasi, kelurusan, kerapatan sambungan), dan juga
pemeriksaan tulangan (dimensi, jumlah dan jarak besi tulangan, kekuatan bendrat).
Untuk memeriksa elevasi bisa dibantu theodolit dan waterpass.

6. Pipa-pipa yang memuat jaringan elektrikal ataupu sebagai jaringan utilitas juga
harus dipastikan telah terpasang dengan baik. Selanjutnya bekisting harus
dibersihkan dari segala jenis kotoran. Jika perlu, bisa digunakan kompresor udara.
7. Adukan beton yang akan dicor, bisa dibuat secara konvensional, menggunakan
mesin molen kecil, ataupun dipesan adonan siap cor “ready mix”, yang biasanya
didatangkan oleh truk molen besar. Jika telah siap bisa dilakukan pengecoran pelat
lantai dan balok (bisa juga sekaligus dengan kolom).

8. Pastikan adonan beton telah melalui pengujian slump. Beton yang telah dituang
diratakan dengan penggaruk (papan perata) dan dipadatkan dengan mesin vibrator.
Sebagai acuan bisa digunakan tinggi peil lantai.

9. Jeda waktu untuk pengecoran satu bidang sebaiknya dihindari, karena berpotensi
memicu terjadinya retak/kebocoran. Jika terpaksa menghentikan pengecoran,
sebaiknya pada posisi ¼ bentang (dihitung dari tumpuan). Jika mungkin,
pengecoran baik dilakukan malam hari untuk mengantisipasi sinar matahari yang
ekstrem. Pengecoran siang hari akan baik bila dilakukan di bawah terpal pelindung.

D. KEBUTUHAN BAHAN, ALAT DAN


- Bahan
1. Bahan primer coating.
2. Waterproofing membrane.
3. Screed beton.
4. Acian halus.
5. Kawat ayam.
6. Dan alat-alat bantu pekerjaan waterproofing lainya menyesuaikan kebutuhan kerja
dan kondisi lapangan.
- Alat
1. Sikat kawat.
2. Pahat beton.
3. Kape / Scrabe.
4. Kuas.
5. Roll.
6. Ember air.
- Tenaga
1. Pekerja.
2. Tukang.
3. Kepala tukang.
4. Mandor.
E. ANALISA K3 ( KESEHATAN
- Personil
1. Pelaksana.
2. Petugas K3.
3. Tenaga Kerja.

Pasal 8 Pekerjaan Plat Lantai dan Balok

A. TAHAPAN PERSIAPAN
1. Pekerjaan Pengukuran a. Pengukuran ini bertujuan untuk mengatur/ memastikan kerataan ketinggian balok
dan pelat. Pada pekerjaan ini digunakan pesawat ukur theodolithe.

2. Pembuatan Bekisting a. Pekerjaan bekisting balok dan pelat merupakan satu kesatuan pekerjaan, kerena
dilaksanakan secara bersamaan. Pembuatan panel bekisting balok harus sesuai
dengan gambar kerja. Dalam pemotongan plywood harus cermat dan teliti sehingga
hasil akhirnya sesuai dengan luasan pelat atau balok yang akan dibuat. Pekerjaan
balok dilakukan langsung di lokasi dengan mempersiapkan material utama antara
lain: kaso 5/7, balok kayu 6/12, papan plywood.

3. Pabrikasi besi a. Untuk balok, pemotongan dan pembengkokan besi dilakukan sesuai kebutuhan
dengan bar cutter dan bar bending. Pembesian balok ada dilakukan dengan sistem
pabrikasi di los besi dan ada yang dirakit diatas bekisting yang sudah jadi.
Sedangkan pembesian plat dilakukan dilakukan di atas bekisting yang sudah jadi.

B. TAHAP PEKERJAAN BALOK DAN PLAT


1. Pembekistingan balok a. Scaffolding dengan masing-masing jarak 100 cm disusun berjajar sesuai dengan
kebutuhan di lapangan, baik untuk bekisting balok maupun pelat.

b. Memperhitungkan ketinggian scaffolding balok dengan mengatur base jack atau U-


head jack nya.

c. Pada U-head dipasang balok kayu ( girder ) 6/12 sejajar dengan arah cross brace
dan diatas girder dipasang balok suri tiap jarak 50 cm (kayu 5/7) dengan arah
melintangnya, kemudian dipasang pasangan plywood sebagai alas balok.

d. Setelah itu, dipasang dinding bekisting balok dan dikunci dengan siku yang
dipasang di atas suri-suri.
2. Pembekistingan pelat a. Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding untuk balok. Karena
posisi pelat lebih tinggi daripada balok maka Scaffolding untuk pelat lebih tinggi
daripada balok dan diperlukan main frame tambahan dengan menggunakan Joint
pin. Perhitungkan ketinggian scaffolding pelat dengan mengatur base jack dan U-
head jacknya.
b. Pada U-head dipasang balok kayu ( girder ) 6/12 sejajar dengan arah cross brace
dan diatas girder dipasang suri-suri dengan arah melintangnya.

c. Kemudian dipasang plywood sebagai alas pelat. Pasang juga dinding untuk tepi
pada pelat dan dijepit menggunakan siku.. Plywood dipasang serapat mungkin,
sehingga tidak terdapat rongga yang dapat menyebabkan kebocoran pada saat
pengecoran.
d. Semua bekisting rapat terpasang, sebaiknya diolesi dengan solar sebagai pelumas
agar beton tidak menempel pada bekisting, sehingga dapat mempermudah dalam
pekerjaan pembongkaran dan bekisting masih dalam kondisi layak pakai untuk
pekerjaan berikutnya.

3. Pengecekan a. Setelah pemasangan bekisting balok dan pelat dianggap selesai selanjutnya
pengecekan tinggi level pada bekisting balok dan pelat dengan waterpass, jika
sudah selesai maka bekisting untuk balok dan pelat sudah siap.

4. Pembesian balok a. Untuk Pembesian balok pada awalnya dilakukan pabrikasi di los besi kemudian
diangkat menggunakan tower crane ke lokasi yang akan dipasang.

b. Besi tulangan balok yang sudah diangkat lalu diletakkan diatas bekisting balok dan
ujung besi balok dimasukkan ke kolom.

c. Pasang beton decking umtuk jarak selimut beton pada alas dan samping balok lalu
diikat.

5. Pembesian pelat a. Pembesian pelat dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang sudah siap. Besi
tulangan diangkat menggunakan tower crane dan dipasang diatas bekisting pelat.

b. Rakit pembesian dengan tulangan bawah terlebih dahulu. Kemudian pasang


tulangan ukuran tulangan D10-200.

c. Selanjutnya secara menyilang dan diikat menggunakan kawat ikat.


d. Letakkan beton deking antara tulangan bawah pelat dan bekisting alas pelat.
Pasang juga tulangan kaki ayam antara untuk tulangan atas dan bawah pelat.

6. Pengecekan a. Setelah pembesian balok dan pelat dianggap selesai, lalu diadakan checklist/
pemeriksaan untuk tulangan. Adapun yang diperiksa untuk pembesian balok adalah
diameter dan jumlah tulangan utama, diameter, jarak, dan jumlah sengkang, ikatan
kawat, dan beton decking. Untuk pembesian pelat lantai yang diperiksa adalah,
penyaluran pembesian pelat terhadap balok, jumlah dan jarak tulangan ekstra,
perkuatan (sparing) pada lubang-lubang di pelat lantai, beton decking, kaki ayam,
dan kebersihannya.

7. Pembongkaran Bekisting a. Pembongkaran bekisting pelat dilakukan setelah 4 hari pengecoran sedangkan
untuk balok pembongkaran bekisting dilakukan 7 hari setelah pengecoran. Setelah
bekisting di bongkar kemudian dipasang sapot sebagai penunjang pelat dan beban
diatasnya.

C. TAHAP PENGECORAN PELAT DAN BALOK


1. Administrasi a. Setelah bekisting dan pembesian siap engineer mengecek ke lokasi atau zona yang
pengecoran akan dicor.
b. Setelah semua OK, engineer membuat izin cor dan mengajukan surat izin ke
konsultan pengawas.
c. Kemudian tim pengawas melakukan survey ke lokasi yang diajukan dalam surat.

d. Setelah OK konsultan pengawas menandatangani surat izn cor tersebut.


e. Surat izin cor dikembalikan kepada engineer dan pengecoran boleh dilaksanakan.

2. Proses Pengecoran Pelat a. Pengecoran pelat dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran balok.. Peralatan
lantai dan Balok pendukung untuk pekerjaan pengecoran balok diantaranya yaitu : bucket, truck
mixer, vibrator, lampu kerja, papan perata. Adapun proses pengecoran pelat
sebagai contoh pengamatan yaitu adalah sebagai berikut :
1. Setelah mendapatkan Ijin pengecoran disetujui, engineer menghubungi pihak
beaching plan untuk mengecor sesuai dengan mutu dan volume yang
dibutuhkan di lapangan.
2. Pembersihan ulang area yang akan dicor dengan menggunakan air
compressor sampai benar-benar bersih.
3. Bucket dipersiapkan sebelumnya kemudian di siram air untuk membersihkan
bucket dari debu-debu atau sisa pengecoran sebelumnya. Selanjutnya
mempersiapkan satu keranjang dorong untuk mengambil sampel dan test
slump yang diawasi olah engineer dan pihak pengawas.
4. Sampel benda uji diambil bersamaan selama pengecoran berlangsung, diambil
Beton yang keluar dari truk kemudian dituang ke bucket lalu bucket diangkut
dengan TC.
5. Setelah bucket sampai pada tempat yang akan dicor, petugas bucket
membuka katup bucket untuk mengeluarkan beton segar ke area pengecoran.

6. Kemudian pekerja cor meratakan beton segar tersebut ke bagian balok terlebih
dahulu selanjutnya untuk plat diratakn oleh scrub secara manual lalu check
level dengan waterpass.1 pekerja vibrator memasukan alat. kedalam adukan
kurang lebih 5-10 menit di setiap bagian yang dicor. Pemadatan tersebut
bertujuan untuk mencegah terjadinya rongga udara pada beton yang akan
mengurangi kualitas beton.
7. Setelah dipastikan balok dan pelat telah terisi beton semua, permukaan beton
segar tersebut diratakan dengan menggunakan balok kayu yang panjang
dengan memperhatikan batas ketebalan pelat yang telah ditentukan
sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.

8. Pekerjaan ini dilakukan berulang sampai beton memenuhi area cor yang telah
ditentukan, idealnya waktu pengecoran dilakukan 6 sampai 8 jam.

D. PELAKSANAAN
1. Pengecoran Balok Nilai slump pada pelat 122cm (10 cm s/d 14 cm) sedangkan pada balok 122cm (10 cm
s/d 14 cm). Pengecoran balok dan pelat dengan menggunakn concrete pump dengan
menggunakan beton readymix. Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu
dilakukan pemeriksaan bekisting meliputi: Posisi bekisting harus dicek lagi apakah
sudah sesuai dengan yang direncanakan. Bekisting harus lurus, tegak, tidak bocor, dan
kuat. Selain mengenai hal tersebut, sebelum dilaksanakan pengecoran, bekisting
dibersihkan dulu dengan menggunakan compressor.

a. Untuk pelaksanaan pengecoran balok dan pelat lantai, digunakan concrete pump
yang menyalurkan beton readymix dari truck mixer ke lokasi pengecoran, dengan
menggunakan pipa pengecoran yang di sambung-sambung.

b. Alirkan beton readymix sampai ke lokasi pengecoran, lalu padatkan dengan


menggunakan vibrator.

c. Setelah beton dipadatkan, maka dilakukan petrataan permukaan coran dengan


menggunakan alat-alat manual.
d. Setelah proses pengecoran selesai ampai batas pengecoran, maka dilakukan
finishing.
2. Pembongkaran Bekisting a. Untuk pelat pembongkaran besting dilakukan setelah 4 hari pengecoran sedangkan
untuk balok pembongkaran bekisting dilakukan 7 hari setelah pengecoran. Sebagai
penunjang sampai pelat benar-benar mengeras.

3. Perawatan (Curing) a. Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap
terjaga dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang dilakukan adalah dengan
menyiram/membasahi beton 2 kali sehari selama 1 minggu.

Pasal 9 Pekerjaan Lantai

A. PENJELASAN UMUM
1. Meliputi pemasangan Lantai selasar, titik peil mengikuti gambar rencana. Warna
dan motif berdasarkan petunjuk Direksi/Konsultan pengawas.

B. RUANG LINGKUP
1. Lantai yang dipergunakan berkualitas baik sesuai gambar rencana atau petunjuk
direksi / konsultan pengawas.

C. Ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan seperti yang dijelaskan sebagai berikut :


1. Pemasangan Lantai sesuai dengan petunjuk Direksi Pelaksana.
Pekerjaan pemasangan ubin lantai baru diperkenankan untuk dipasang setelah
semua Pekerjaan-pekerjaan dinding/plesteran dan plafond telah selesai dikerjakan.
Sebelum pemasangan keramik lantai, harus direndam dalam air sampah jenuh.

2. Lantai keramik yang dipasang tidak boleh ada cat berupa :


retak-retak, gelombang-gelombang, berlubang, noda, permukaan cembung atau
cekung. Sisi ubin keramik harus siku, penyimpangan kesikuan ubin tidak boleh lebih
besar dari 0,5 cm setiap jarak 10 cm ke kanan dan ke kiri.
3. Pemasangan ubin keramik harus dikerjakan oleh tukang kayu yang benar-benar ahli
dan harus menghasilkan penyelesaian yang rapih dan naad yang lurus. Naad harus
didisi dengan bahan grouting / pasta semen / okker yang warnanya disesuiakan
dengan warna ubin yang dipakai. Pengisian naad dilakukan paling cepat 24 jam
setelah tegel/ubin keramik dipasang serta celah-celah keramik atau satu sama lain
harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menghambat masuknya cairan
bahan pengisi. Segera setelah pengisian naad dengan semen, permukaan lantai
harus segera dibersihkan agar tidak terdapat noda bekas semen.

4. Pemasangan keramik yang tidak rapih, bergelombang, naad tidak lurus dan
sebagainya akibat dari pemasangan yang tidak baik harus dibongkar/diganti
sehingga memuaskan Direksi.

5. Pemasangan water profing atap dag beton dengan polymer mortar seal.

6. Memasang screed Pelindung dengan komposisi campuran 1pc:1ps.

7. Pekerjaan dak beton konvensional diawali dengan pembuatan cetakan (bekisting)


dan pembesian balok serta pelat beton. Selain untuk menopang pembesian dan
menampung adonan beton yang akan dituang atau cor, bekisting juga memberi
bentuk. Bekisting bisa dibuat dari papan, multipleks, atau bahan lain yang sesuai,
dan ditopang oleh perancah (scaffolding) sebagai penyangga sementara.

8. Setelah pekerjaan persiapan selesai harus dilakukan pemeriksaan ulang pada


bekisting, meliputi dimensi, elevasi, kelurusan, kerapatan sambungan), dan juga
pemeriksaan tulangan (dimensi, jumlah dan jarak besi tulangan, kekuatan bendrat).
Untuk memeriksa elevasi bisa dibantu theodolit dan waterpass.

9. Pipa-pipa yang memuat jaringan elektrikal ataupu sebagai jaringan utilitas juga
harus dipastikan telah terpasang dengan baik. Selanjutnya bekisting harus
dibersihkan dari segala jenis kotoran. Jika perlu, bisa digunakan kompresor udara.

10. Adukan beton yang akan dicor, bisa dibuat secara konvensional, menggunakan
mesin molen kecil, ataupun dipesan adonan siap cor “ready mix”, yang biasanya
didatangkan oleh truk molen besar. Jika telah siap bisa dilakukan pengecoran pelat
lantai dan balok (bisa juga sekaligus dengan kolom).

11. Pastikan adonan beton telah melalui pengujian slump. Beton yang telah dituang
diratakan dengan penggaruk (papan perata) dan dipadatkan dengan mesin vibrator.
Sebagai acuan bisa digunakan tinggi peil lantai.

12. Jeda waktu untuk pengecoran satu bidang sebaiknya dihindari, karena berpotensi
memicu terjadinya retak/kebocoran. Jika terpaksa menghentikan pengecoran,
sebaiknya pada posisi ¼ bentang (dihitung dari tumpuan). Jika mungkin,
pengecoran baik dilakukan malam hari untuk mengantisipasi sinar matahari yang
ekstrem. Pengecoran siang hari akan baik bila dilakukan di bawah terpal pelindung.

D. KEBUTUHAN BAHAN, ALAT DAN


- Bahan
1. Bahan primer coating.
2. Waterproofing membrane.
3. Screed beton.
4. Acian halus.
5. Kawat ayam.
6. Dan alat-alat bantu pekerjaan waterproofing lainya menyesuaikan kebutuhan kerja
dan kondisi lapangan.
- Alat
1. Sikat kawat.
2. Pahat beton.
3. Kape / Scrabe.
4. Kuas.
5. Roll.
6. Ember air.
- Tenaga
1. Pekerja.
2. Tukang.
3. Kepala tukang.
4. Mandor.
E. ANALISA K3 ( KESEHATAN KESELAMATAN KERJA )
- Personil
1. Pelaksana.
2. Petugas K3.
3. Tenaga Kerja.
Pasal 10 Pekerjaan Konstruksi Baja

A. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan kontruksi baja seperti tercantum dalam
gambar, termasuk penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan baja dan alat-alat
bantu lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.

B. PERATURAN - PERATURAN
1. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1984.
2. Persyratan Umum Bahan Bangunan Indonesia ( PUBI-1982 ).
3. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
C. Perhitungan Volume
(berat) Kontruksi Baja Perhitungan Volume (berat) dari Kontruksi Baja harus dihitung berdasarkan volume
(berat) netto sesuai gambar struktur.
D. Material Baja
1. Semua materil untuk Kontruksi Baja harus menggunakan baja yang baru dan
merupakan “Hot Rolled Struktural Steel” dan memenuhi mutu Baja ST 37 (PPBBI-
83) dan ex Krakatau Steel (fy = 240 Mpa ).

2. Pemborong harus menyerahkan sertifikat test dari pabrik pembuat Baja tersebut
sebelum pengambilan contoh, guna dilakukan test atas biaya Pemborong.

3. Pada prinsipnya diambil 3 (tiga) buah contoh untuk masing-masing ukuran profil
guna diadakan test.
4. Pemasangan Baja hanya boleh dilakukan setelah mendapat bahwa hasil test
memenuhi persyaratan.
5. Walaupun test sudah memenuhi syarat, namun apabila Direksi/Pengawas
mempunyai keraguan terhadap hasil test tersebut dan atau keraguan terhadap mutu
profil-profil yang dipakai dilapangan/diworkshop, maka Direksi/Pengawas
mempunyai hak untuk meminta diadakan test tambahan/ulang dengan ketentuan
jumlah test maksimum 3 (tiga) buah untuk masing-masing ukuran profil.

6. Biaya test tersebut tetap menjadi beban Pemborong.


7. Semua material baja harus baru, bebas/bersih dari karat, lobang-lobang dan
kerusakan lainnya.
8. Semua material baja tersebut juga harus lurus, tidak terpuntir, tidak ada tekukan-
tekukan, serta memenuhi syarat-syarat toleransi seperti pada butir dibawah ini.

9. Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan diatas papan atau balok-balok
kayu untuk menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah, sehingga tidak
merusak material. Dalam penumpukan material harus dijaga agar tidak rusak, dan
bengkok

10. Direksi/Pengawas akan menolak material-material baja yang tidak memenuhi syarat-
syarat tersebut diatas dan tidak diperkenankan untuk di fabrikasi.

E. Penggantian Profil /
Penampang.
a. Pada prinsipnya dalam tahap desain, profil-profil penampang yang digunakan adalah
profil-profil / penampang yang ada dipasaran.

b. Apabila ternyata salah satu atau beberapa profil yang tergambar dalam gambar
struktur tidak ada dipasaran, maka Pemborong dapat menggantikan profil tersebut
dengan profil lain dengan mengajukan secara tertulis kepada Direksi/Pengawas
lengkap dengan perhitungan yang menunjukkan bahwa profil pengganti tersebut
sama atau lebih kuat dari profil yang digantikan.

c. Selain segi kekuatan tersebut, maka perlu diperhatikan juga masalah-masalah


apakah profil pengganti tersebut mengganggu design Arsitektur, Mekanikal dan
elektrikal sehubungan dengan tinggi/lebar profil pengganti. Dengan adanya
perubahan profil, maka tidak ada perubahan dalam biaya maupun Time Schedulle.

F. Toleransi
a. Pada prinsipnya toleransi material yang belum di fabrikasi maupun yang sudah
difabrikasi dan terpasang.

b. Pemborong harus membaca persyaratan tersebut sebagai bagian dari spesifikasi


Teknis Kontruksi Baja ini.

c. Direksi/Pengawas dengan tegas akan menolak setiap profil-profil dan pekerjaan


yang tidak memenuhi persyaratan toleransi tersebut.
G. Testing Material.
1. Direksi/Pengawas harus memerintahkan Pemborong untuk menyediakan contoh
material Baja dan Baut untuk diadakan testing material. Instansi/tempat testing
material harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas. Segala biaya
yang timbul guna keperluan testing material tersebut menjadi tanggung jawab
Pemborong.

2. Apabila dianggap perlu oleh Direksi/Pengawas, maka akan dilakukan testing pada
hasil pengelasan.

3. Type dan jumlah test untuk pengelasan disesuaikan dengan kebutuhan sesuai
AWS serta dilakukan atas biaya Pemborong.
4. Apabila terdapat material yang tidak memenuhi persyaratan seperti yang
dikehendaki dalam butir 3 tentang “Material Baja” diatas, maka Direksi/Pengawas
berhak untuk menolak.

5. Biaya-biaya yang mungkin timbul akibat hal tersebut diatas menjadi tanggung jawab
Pemborong.

H. Perubahan System a. Apabila Pemborong berpendapat untuk lebih memudahkan pelaksanaan atau
Sambungan erection atau alasan lainnya, maka Pemborong dimungkinkan untuk mengajukan
system sambungan lain yang tidak sama dengan Gambar rencana.

b. Usulan system sambungan tersebut harus diajukan lengkap dengan gambar dan
perhitungan system sambungan pengganti untuk diperiksa dan disetujui oleh
Konsultan Perencana Struktur.

c. Tidak ada perubahan biaya apapun akibat perubahan system sambungan yang
diusulkan Pemborong dan Pemborong tetap mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Time Schedulle semula.
I. Syarat-Syarat
Pelaksanaan.
1. Gambar Kerja (shop a. Sebelum fabrikasi dimulai, Pemborong harus membuat gambar-gambar kerja yang
drawing) diperlukan dan mengirim sebanyak 4 ( empat ) copy gambar kerja untuk diperiksa
dan disetujui oleh Direksi/Pengawas, bilamana disetujui, 2 (dua) set gambar akan
dikembalikan kepada Pemborong untuk dapat dimulai pekerjaan fabrikasinya, satu
set gambar disimpan oleh Direksi/Pengawas dan Perencana Struktur mendapat
satu set gambar sebagai informasi.

b. Pemeriksaan dan persetujuan Direksi/Pengawas atas gambar kerja tersebut


hanyalah menyangkut segi kekuatan struktur saja seperti : Ukuran-ukuran/dimensi-
dimensi profil, ketebalan pelat-pelat, ukuran/jumlah baut/las, tebal
pengelasan,Ketepatan ukuran-ukuran panjang, lebar,tinggi atau posisi dari elemen-
elemen Kontruksi Baja yang berhubungan dengan erection menjadi tanggung jawab
Pemborong. Dengan kata lain walaupun semua gambar kerja telah disetujui
Direksi/Pengawas, tidaklah mengurangi atau membebaskan Pemborong dari
tanggung jawab ketidak tepatan serta kemudahan dalam erection elemen-elemen
Kontruksi Baja.
c. Pengukuran dengan skala dalam gambar sama sekali tidak diperkenankan.
d. Pada gambar kerja harus sudah terlihat bagian-bagian tambahan yang diperlukan
untuk keperluan montase serta cara-cara montase yang direncanakan.

2. Fabrikasi a. Selama proses fabrikasi Direksi/Pengawas harus menempatkan beberapa stafnya


yang berpengalaman dalam fabrikasi Baja secara full time untuk mengawasi
pelaksanaan fabrikasi di Work Shop Pemborong.
b. Pemborong harus memberikan fabrication Manual procedure termasuk Prosedure
Quality control kepada Direksi/Pengawas untuk disetujui.
c. Fabrikasi dari element-element kontruksi Baja harus dilaksanakan oleh tukang-
tukang yang berpengalaman dan diawasi oleh mandor-mandor yang ahli dalam
Kontruksi Baja.
d. Semua dari element-element harus difabrikasi sesuai dengan ukuran-ukuran dan
atau bentuk yang diinginkan tanpa menimbulkan distorsi-distorsi atau kerusakan-
kerusakan lainnya dengan memperhatikan persyaratan untuk handling
sambungan–sambungan dilapangan, las-las dilapangan dan sebagainya.

e. Pemotongan element-element harus dilaksanakan dengan rapi dan pemotongan


besi harus dilakukan dengan alat pemotong (brender) atau gergaji besi.
Pemotongan dengan mesin las sama sekali tidak diperbolehkan.
3. Tanda – tanda pada
kontruksi Baja.
a. Pemborong harus memberikan Marking Procedure yang akan dipakai kepada
Direksi/Pengawas untuk disetujui.
b. Semua kontruksi Baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan diberi
kode dengan jelas sesuai dengan masing-masing agar dapat dipasang dengan
mudah. Kode-kode tersebut ditulis dengan cat/kapur agar mudah terhapus.

c. Pelat-pelat sambungan dan lain-lain bagian element yang diperlukan untuk


sambungan-sambungan dilapangan, harus disatukan/diikat sementara dulu pada
masing-masing element dengan tetap diberi tanda-tanda.

J. Pengelasan
1. Umum. a. Secara prinsip semua yang berhubungan dengan pekerjaan pengelasan antara lain
cara pelaksanaan, teknik pengelasan, kualifikasi tukang las, operator las/ tack
welder, inspection/testing, toleransi, perbaikan las.

2. Kawat Las. a. Kawat las atau electrode yang digunakan adalah Kobesteel RB 26 atau E70XX low
hydrogen electrode dengan minimum yield strength sebesar 4150 Kgr/cm2,
sedangkan Tensile Strength minimum 4950 Kgr/cm2.

b. Sebelum pengunaan kawat las, pemborong diharuskan untuk memberikan contoh


kawat las berikut brosur teknisnya untuk disetujui secara tertulis oleh
Direksi/Pengawas.
c. Kawat las harus dikirim ke Worshop dalam bungkusan yang tertutup/tersegel
dengan baik.
d. Kawat las yang sudah dibuka dari bungkusnya harus dilindungi atau disimpan
sedemikian rupa sehingga karakteristik atau sifatnya tidak berubah.

e. Setelah bungkus dibuka, kawat las tidak diperbolehkan dibiarkan diudara terbuka
melebihi max. 4 (empat) jam.

f. Kawat las yang dibiarkan diudara terbuka melebihi 4 (empat) jam tidak boleh
digunakan untuk pengelasan.

g. Kawat las yang berada diudara terbuka yang belum melampaui batasan 4 (empat)
jam tersebut dapat dipanaskan kembali didalam “holding oven” pada temperatur 120
derajat C selama minimal 4 (empat) jam sebelum dapat digunakan kembali.

h. Pemanasan kembali tersebut diperbolehkan dilakukan 1 (satu) kali saja.


i. Kawat las yang basah/terkena air sama sekali tidak boleh digunakan walaupun
lewat pemanasan oven ulang.
j. Ukuran max. diameter kawat las adalah sebagai berikut :
1. 8 mm untuk semua pengelasan yang dilakukan pada posisi horizontal kecuali
untuk “ root passes” (pengelasan pada root).

2. 6 mm untuk pengelasan las sudut horizontal.


3. 6 mm untuk root passes yang dilakukan pada posisi horizontal dengan backing
plate dengan root opening 6 mm atau lebih.
4. 4 mm untuk pengelasan vertical dan everhead.

3. Mesin Las a. Mesin las yang digunakan harus masih berfungsi dengan baik antara lain
menghasilkan arus yang kontinyu dan stabil.
b. Tenaga listrik mesin las harus berasal dari Genset yang dilengkapi dengan panel
pembagi dan travo las sehingga besarnya arus/ampere dapat dikontrol/diatur sesuai
kebutuhan.
c. Besarnya KVA Genset disesuaikan dengan jumlah unit Travo Las yang hendak
digunakan.

4. Kualifikasdi Tukang Las a. Pekerjaan pengelasan harus dilaksanakan welder-welder yang mempunyai sertifikat
min. 3 G yang masih berlaku dan mempunyai pengalaman mengerjakan proyek
yang sejenis.
b. Pemborong harus memberikan daftar welder-welder berikut copy sertifikatnya
kepada Direksi/Pengawas sebelum memulai pekerjaan pengelasan.

c. Direksi/Pengawas akan menyeleksi welder-welder bersetifikat tersebut dengan


mengadakan test pengelasan las tumpul dengan disaksikan oleh Direksi/
pengawas.
d. Hanya welder-welder yang disetujui oleh Direksi/Pengawas saja yang boleh
mengerjakan pekerjaan pengelasan.
5. Pelaksanaan Pengelasan a. Pengelasan tidak boleh dilakukan pada keadaan dimana permukaan /bagian yang
hendak dilas basah atau ter-expose terhadap hujan, salju atau angin kencang atau
keadaan dimana tukang-tukang las/welder bekerja pada kondisi cuaca buruk.

b. Ukuran kawat las, panjang lengkungan, voltage dan ampere mesin las harus
disesuaikan dengan type groove, posisi pengelasan dan keadaan lain yang
berhubungan dengan pekerjaan pengelasan.
c. Besar arus harus sesuai dengan range yang diperbolehkan oleh pembuata
electrode/kawat las yang bersangkutan.

d. Bidang-bidang permukaan yang akan dilas harus rata, uniform, bebas dari sirip-
sirip/fins, bebas dari retakan dan ketidak sempurnaan lainnya yang akan
mempengaruhi kualitas las.
e. Bidang-bidang permukaan yang akan dilas juga harus bebas dari mill scale tebal
atau mill scale yang lepas, slag, karat, kelembaban, lemak, dan materia-material
lainnya yang akan mengganggu proses pengelasan dan atau menghasilkan asap
pengelasan yang mengganggu kesehatan.

f. Dalam melakukan Thermal Cutting, peralatan harus diatur sedemikian rupa


sehingga dapat dihindarkan pemotongan yang seharusnya.

g. Bagian-bagian yang akan dilas dengan las sudut harus diletakkan sedekat mungkin,
sedangkan untuk bagian-bagian yang akan dilas dengan las Tumpul/Butt joints
harus diatur sesuai dengan ketentuan “ Root Opening “

h. Tack Weld/Las Titik harus dilaksakan sedemikian sehingga mempunyai kualitas


yang sama dengan las akhir yang sebenarnya.

i. Dalam assembling dan penyambungan bagian-bagian yang dilas maka harus


dilakukan prosedure dan urutan sedemikian sehingga dapat dihindarkan
semaksimal mungkin terjadinya distorsi dan penyusutan/shrinkage dari bagian-
bagian yang dilas.

j. Pemborong harus mengajukan kepada Direksi/Pengawas urutan pengelasan dan


pengontrolan yang diperkirakan akan menimbulkan distorsi dan penyusutan bagian-
bagian yang akan dilas.
k. Toleransi dimensi dari bagian-bagian yang sudah dilas harus memenuhi.
l. Profil penampang las/weld profile dapat sedikit cekung/cembung.
m. Pengelasan-pengelasan yang tidak memenuhi syarat-syarat toleransi harus
diperbaiki dengan cara Mechining, Grinding, Chipping atau Gouging seperti diatur.

n. Bagian-bagian yang mengalami distorsi harus diluruskan dengan cara mekanis atau
cara pemanasan local. Temperatur pemanasan local tersebut tidak boleh melebihi
temperatur 65o C.
o. Pendempulan/chaulking terhadap pengelasan sama sekali tidak diperbolehkan.

p. Percikan-percikan las yang merusak permukaan pelat atau bagian-bagian lainnya


harus dicegah, cacat atau noda akibat percikan las harus digerinda / dihaluskan
kembali.
q. Sebelum melakukan pengelasan layer berikutnya, Kerak/ ”slag” harus serta bagian
pelat disekitarnya harus disikat sampai bersih. Kerak juga harus dibersihkan dari
permukaan las yang sudah selesai. Las dan bagian sekitarnya harus dibersihkan
dengan cara disikat atau cara lain yang disetujui Direksi/Pengawas. Permukaan las
yang sudah dibersihkan tidak boleh dicat sebelum mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi/Pengawas.
r. Untuk memudahkan pelaksanaan serta mendapatkan mutu pengelasan yang baik,
maka pada dasarnya semua pekerjaan las harus dilakukan di workshop.
s. Pada keadaan-keadaan khusus, pengelasan dilapangan hanya diperbolehkan
setelah mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas.
t. Type, tebal, panjang dan lokasi pengelasan harus mengikuti gambar rencana.
u. Ketebalan max. dari setiap layer root passes dari groove dan las sudut adalah
sebagai berikut :
1. 3 mm untuk setiap layer yang dilakukan pada posisi datar.
2. 5 mm untuk setiap layer yang dilakukan dalam posisi vertical, overhead atau
horizontal.
v. Ukuran max. dari single pass sudut dan root passes dari multiplepass las sudut
adalah sebagai berikut :

1. 10 mm untuk pengelasan posisi datar.


2. 8 mm untuk posisi horizontal dan overhead.
3. 13 mm untuk posisi vertical.
6. Kualifikasi Welding a. Pemborong dan juga Direksi/Pengawas harus menempatkan tenaga-tenaga Wilding
Inspector Inspector yang berkualitas dan berpengalaman untuk mengawasi pekerjaan
pengelasan untuk pekerjaan sejenis.
b. Welding Inspector tersebut harus memenuhi persyaratan atau orang yang
mempunyai kualitas baik karena training khusus atau pengalaman dalam fabrikasi,
insepsi dan testing pekerjaan pengelasan Kontruksi Baja.

7. T e s t/Pengetesan a. Semua pengelasan, tanpa kecuali, harus mengalami “visual inspection” yang
dilakukan oleh welding-welding inspector dari Direksi/Pengawas.
b. Visual inspection tersebut harus dilakukan pada seluruh proses pengelasan, tidak
hanya pada tahap akhir pengelasan saja.

c. Visual inspection minimum harus antara lain :


1. Persiapan permukaan yang akan dilas (kebersihan, root face, root opening,
groove angle, groove radius dan lain-lain).

2. Assembling bagian-bagian yang akan dilas.

3. Pemeriksaan weld profile atau penampang las termasuk pemeriksaan apakah


terjadi porosit, undercut, kelengkungan/kecembungan yang berlebihan,
overlap, crack, inclusion dan lain-lain.
d. Terhadap pengelasan yang diragukan pengelasannya maka Direksi/pengawas akan
meminta Pemborong untuk melakukan Radiograhic Test (X-Ray Test).
e. X-Ray Test akan dilakukan pada sejumlah A buah Spoot Test sepanjang 200 mm
pada las-las tumpul, dimana A adalah 20% dari jumlah balok-balok induk.

f. X-Ray Test harus dilakukan oleh instansi/laboratorium yang disetujui secara tertulis
oleh Direksi/Pengawas.
h. Semua biaya-biaya yang berhubungan dengan test tersebut diatas menjadi
tanggung jawab Pemborong.

K. Baut Pengikat
a. Kecuali lain ditentukan dalam gambar Mutu baut penyambung.
b. Baut penyambung harus berkualitas baik dan baru, diameter baut, panjang ulir
harus sesuai dengan yang diperlukan.

c. Baut harus dilengkapi dengan ring, masing-masing 1 buah pada setiap kedua
sisinya.
d. Mutu pelat ring sesuai dengan mutu baut.
1. Mutu angkur adalah ST .37(fy=240 mpa)
2. Direksi/Pengawas harus meminta Pemborong untuk melakukan Test Baut
pada laboratorium yang disetujui oleh Direksi/Pengawas, sebelum Pemborong
memesan baut yang akan dipakai.
e. Jumlah baut yang ditest untuk masing-masing ukuran adalah minimum 3 (tiga)
buah.

f. Walaupun test baut tersebut memenuhi syarat, Direksi/Pengawas berhak untuk


meminta diadakan test baut lainnya dengan jumlah 1 (satu) baut dari setiap 250
baut yang digunakan. Biaya pengetasan baut tersebut ditanggung oleh Pemborong.

g. Posisi lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameternya.
Pemborong tidak boleh merubah atau membuat lubang baru dilapangan tanpa seizin
Direksi/Pengawas.
h. Pembuatan lubang baut harus memakai bor untuk kontruksi yang tipis, maksimum
10 mm, boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan api sama sekali
tidak diperkenankan.
i. Lubang baut dibuat maksimum 2 mm lebih besar dari diameter baut.
j. Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan dengan kunci momon torsi
yang sebelumnya sudah dikalibirasi, sebagai berikut :
TORSI

LBS.FT ( KG. M )
UKURAN BAUT

1/2 (0 12 ) 90 12,454
5/8 (0 16 ) 180 24,908
3/4 (0 19 ) 320 44,287
7/8 (0 22 ) 470 65,038
1 (0 25 ) 710 98,249
1 1/8 (0 16 ) 960 132,844
1 1/4 (0 32 ) 1,350 186,872
1 1/2 (0 38 ) 2,580 357,018
1. Setiap pengencangan baut harus diawasi dan disaksikan secara langsung oleh
Direksi/Pengawas.
2. Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih
dapat paling sedikit 3 (tiga) ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa
menimbulkan kerusakan pada ulir baut tersebut.
3. Panjang baut yang tidak memenuhi syarat ini harus diganti dan tidak boleh
digunakan.
4. Untuk menghindarkan adanya baut yang belum dikencangkan maka baut-baut
yang sudah dikencangkan harus diberi tanda dengan cat.

L. Erection di Pabrik /
Workshop
a. Untuk memudahkan erection Kontruksi Baja dilapangan, maka disyaratkan agar
dilakukan percobaan Erection di Pabrik (Workshop assembly) sehingga dapat
diketahui dengan jelas mengenai ketepatan/keakuratan elemen-elemen kontruksi
baja yang terpasang berikut sambungan-sambungan.

b. Apabila akan diadakan “Workshop Assembly” tersebut, maka Direksi/Pengawas


harus diberitahukan untuk turut serta menyaksikan Erection Achedule/Method.

c. Pemborong selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan Erection


dimulai, harus mengajukan secara tertulis dan jelas Erection Schdulle/Method untuk
diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Pengawas.

d. Erection Schdulle harus mencakup antara lain :


1. Rencana Pengiriman dari Workshop/Pabrik.
2. Penyimpanan elemen Baja yang hendak dierection.
3. Alat-alat yang digunakan.
4. Langkah pengamanan terhadap pekerja.
5. Sistim “Temporary Bracing” untuk pengamanan kontruksi selama erection.
6. Time Schedulle erection elemen-elemen Kontruksi Baja.
7. Dan lain-lain yang dianggap perlu.
e. Pemborong harus memberitahukan dahulu setiap akan ada pengiriman dari pabrik
kelapangan guna pengecekan Direksi/Pengawas.

f. Diworkshop apabila pengiriman tersebut belum dicek dan mendapat persetujuan


dari Direksi/Pengawas tidak boleh dikirim.
g. Penempatan elemen kontruksi Baja dilapangan harus ditempat yang kering/cukup
terlindung sehingga tidak merusak elemen-elemen kontruksi Baja, yang rusak
karena salah penempatan atau rusak.
h. Erection elemen-elemen kontruksi Baja hanya boleh dilaksanakan setelah,
Pemborong mengajukan Erection SchedulleMethod untuk disetujui oleh
Direksi/Pengawas.

i. Sebelum erection dimulai, Pemborong harus memeriksa kembali kedudukan angkur-


angkur Baja dan memberitahukan kepada Direksi/Pengawas metode dan urutan
pelaksanaan erection.
j. Perhatian khusus dalam pemasangan angkur-angkur untuk rangka Baja dimana
jarak-jarak/kedudukan angkur-angkur harus tetap dan akurat untuk mencegah
ketidak cocokan dalam erection, untuk ini harus dijaga agar selama pengecoran
angkur-angkur tersebut tidak bergeser, misalnya dengan mengelas pada tulangan
kolom/balok atap.
k. Pemborong harus bertanggung jawab atas keselamatan pekerja-pekerjanya
dilapangan. Untuk ini Pemboromg harus menyediakan ikat pinggang pengaman,
safety helmet, sarung tangan dan pemadam kebakaran.
l. Kegagalan dalam erection ini menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya,
oleh sebab itu Pemborong diminta untuk memberi perhatian khusus pada masalah
erection ini.
m. Untuk pekerjaan erection dilapangan, Pemborong harus menyediakan tenaga ahli
dalam bidang Kontruksi Baja yang senantiasa mangawasi dan bertanggung jawab
atas pekerjaan erection. Tenaga ahli untuk mengawasi pekerjaan erection tersebut
harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas.

n. Apabila disetujui oleh Direksi/Pengawas maka pengelasan-pengelasan dilakukan


dilapangan harus diawasi betul-betul oleh mandor dari Pemborong agar pengelasan
sesuai dengan gambar rencana baik ukuran panjang maupun ketebalannya.
M. Pengecatan
1. Persiapan Pengecatan a. Lapisan Mill yaitu lapisan tipis mengkilap yang berasal dari Rolling Mill.
b. Karet.
c. Minyak Oli.
d. Dan lain-lain kotoran yang akan mengganggu melekatnya cat pada permukaan
Baja.
e. Pembersihan harus dilakukan menggunakan “Machanecal Wire Brush” ( Sikat Baja
yang digerakkan secara mekanis ) dan tidak boleh menggunakan sikat Baja
manual, kecuali hanya untuk permukaan-permukaan yang betul-betul tidak dapat
dijangkau oleh “Machanecal Wire Brush” tersebut.
f. Direksi/Pengawas akan memerintahkan untuk mengupas dengan cara
mekanis/manual (bukan dengan api) lapisan cat yang sudah dikerjakan pada
kontruksi Baja yang tidak memenuhi persyaratan persiapan pengecatan tersebut
diatas, atas beban Pemborong dan tanggung Jawab Pemborong.

2. Pengecatan Primer/dasar. Setelah diadakan persiapan pengecatan seperti tersebut diatas, maka setelah
difabrikasi, elemen kontrulsi Baja dicat dasar I dilakukan sebagai berikut :
Type Cat : Zincromate.
Merk : Dulux Quick Crying Universal Premier green Nomor A.540-49524.
Ketebalan : 35 Micron.
Cat dasar I tersebut harus dilakukan di Workshop / Pabrik, minimal 1 lapis atau sampai
memperoleh hasil pengecatan yang rata sama tebalnya.
Cat dasar II dilakukan secara erection dengan ketentuan sebagai berikut:
Type Cat : Zincromate.
Merk : Duluk Undercoat A 543-101 Ex ICI Paint Indonesia.
Ketebalan : 35 Micron.
Cat dasar II baru boleh dilakukan sebelum cat dasar I mongering dengan baik sehingga
timbul bentolan-bentolan pada permukaan cat, maka Direksi/Pengawas akan
memerintahkan pengawas agar cat dasar II tersebut diamplas dan dilakukan lagi
pengecatan Cat dasar II atas beban Pemborong.

3. Pengecatan Finish. Cat finish dilakukan 2 (dua) kali dengan ketentuan sebagai berikut :
Jenis Cat : Marine 084-2543.
Produk : Danapaints.
Ketebalan : 30 Micron.
Cat Finish II :
Jenis Cat : Marine 084-2543.
Produk : Danapaints.
Ketebalan : 30 Micron.
Sama seperti Cat Dasar I dan II maka Cat Finish I maupun Cat Finish II baru boleh
dilaksankan setelah lapisan cat-cat sebelumnya betul-betul kering dan diamplas.
Direksi/Pengawas akan memerintahkan pengecatan ulang pada setiap lapisan Cat yang
tidak memenuhi persyaratan tersebut atas biaya pemborong.
a. Untuk mengecek ketebalan-ketebalan pengecatan maka Pemborong diharuskan
menyediakan alat ukur khusus guna keperluan tersebut.
b. Khusus untuk bagian permukaan baja yang akan dibungkus beton (kalau ada)
maka bagian permukaan tersebut tidak perlu di cat dasar maupun finish.
c. Pengecatan primer maupun finish harus dilakukan dengan cara spray, bukan
dengan cara kuas.
N. Anti Lendut
a. Secara umum Kontruksi Baja harus di fabrikasi dengan memperhatika anti lendut
khususnya untuk kuda-kuda dan overstek. Besarnya anti lendut adalah minimum
sama dengan besarnya ledutan akibat beban mati dan hidup.
b. Besarnya anti lendut tersebut dapat dilihat pada gambar atau dinyatakan kepada
Perencana Struktur.
Pasal 11 Pekerjaan Baja

A. UMUM
1. Umum a. Lingkup Pekerjaan
a) Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelayanan yang
diperlukan untuk melaksanakan dan membuat konstruksi baja.
b) Spesifikasi ini meliputi syarat-syarat perencanaan, pabrikasi dan pemasangan
tentang konstruksi baja untuk atap, penyokong (support), dan sebagainya,
sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar kerja.

c) Meliputi pekerjaan atap bangunan pendopo, bangunan utama rumah tinggal,


canopy drop off, dan bangunan penunjang lainnya atau seperti ditunjukkan
dalam gambar.

b. Pekerjaan yang berhubungan.


a) Pasal 0302 Beton Bertulang.
b) Pasal 0505 Pekerjaan Kayu Kasar.
c) Pasal 0506 Insulasi Atap.

c. Standard
Bahan struktur/konstruksi :
a) Instalasi listrik dan Penerangan
• Kecuali kalau diatur secara tersendiri, bentuk profil, pelat dan kisi-kisi
untuk tujuan semua konstruksi dibuat atau di las harus baja karbon yang
memenuhi persyaratan yang setara dan harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.

• Kecuali kalau diatur secara tersendiri pipa-pipa untuk konstruksi dengan


las harus dari baja karbon.

• Kecuali kalau diatur secara tersendiri bahan-bahan harus memenuhi


spesifikasi PPBBI Mei 1984.

b) Pengikat-pengikat : baut-baut, mur-mur/sekerup-sekerup dan ring-ring harus


sebagai berikut :
• Untuk sambungan bukan baja ke baja : Pengikat-pengikat harus dari baja
karbon yang memenuhi persyaratan dan harus digalvanis.
• Untuk sambungan baja ke baja : Pengikat-pengikat harus baja karbon
yang memenuhi persyaratan dan harus terlapis Cadmium.
• Untuk sambungan logam yang berlainan (tidak sama) pengikat-pengikat
harus baja tahan korosi memenuhi persyaratan atau type lainnya dari baja
tahan korosi.
c) Bahan-bahan las : bahan-bahan las harus memenuhi persyaratan.
• Baut angkur dan sekrup-sekrup/mur-mur harus memenuhi persyaratan.

• Baut dan mur yang tidak terlapis (unfinished) harus memenuhi, biasanya
type segi enam (hexagon-bolt type).
d) Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan baru, yaitu
bahan yang belum pernah dipergunakan untuk konstruksi lain sebelumnya dan
harus disertai sertifikat dari pabrik.
e) Peraturan-peraturan dan standar publikasi yang dipakai :
• Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) Mei 1983.
• Tempat penyimpanan bahan harus cukup dan bahan ditempatkan dan
dilindungi sesuai jenisnya.

d. Contoh Bahan :
a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh
material, baja profil, kawat las, cat dasar/akhir dan lain-lain untuk mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.
b) Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai
sebagai standar/pedoman untuk pemeriksaan/penerimaan material yang dikirim
oleh Kontraktor ke site.
c) Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh material
yang telah disetujui di bengkel, untuk dapat dengan mudah diperiksa kembali
oleh Konsultan Pengawas.
e. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan
a) Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kotak/kemasan
aslinya yang masih bersegel dan berlebel pabriknya.
b) Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak
lembab dan bersih, sesuai dengan persyaratan pabrik.
c) Tempat penyimpanan bahan harus cukup dan bahan ditempatkan dan
dilindungi sesuai jenisnya.
d) Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan. Bila ada kerusakan Kontraktor wajib mengganti atas beban
Kontraktor.
f. Perencanaan dan Pengawasan :
a) Gambar kerja.
b) Ukuran-ukuran.
c) Kelurusan.
d) Pemeriksaan dan lain-lain.
B. PELAKSANAAN
1. Pengelasan a. Pengelasan konstruksi baja harus sesuai dengan gambar konstruksi dan harus
mengikuti prosedur yang berlaku seperti AWS atau AISC Specification.
b. Pekerjaan pengelasan harus dibawah pengawasan personil yang memiliki persiapan
teknis untuk pekerjaan tersebut.
c. Penyambungan bagian-bagian konstruksi baja harus dilakukan dengan las listrik
serta tukang lasnya sudah melalui ujian (test) dan harus memiliki ijazah yang
menetapkan kualifikasi serta jenis pengelasan yang diperkenankan kepadanya.

d. Bagian konstruksi yang segera akan di las harus dibersihkan dari bekas-bekas cat,
karat, lemak dan kotoran-kotoran lainnya.
e. Pengelasan konstruksi baja, hanya boleh dilakukan setelah diperiksa bahwa
hubungan-hubungan yang akan dilas sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang berlaku untuk konstruksi itu.
f. Kedudukan konstruksi baja yang segera akan di las harus menjamin situasi yang
paling aman bagi pengelas dan kualitas hasil pengelasan yang dilakukan.

g. Pada pekerjaan las, maka sebelum mengadakan las ulangan, baik bekas lapisan
pertama, maupun bidang-bidang benda kerja harus dibersihkan dari kerak (slag)
dan kotoran lainnya.
h. Pada pekerjaan, dimana akan terjadi banyak lapisan las, maka lapisan yang
terdahulu harus dibersihkan dari kerak (slag) dan percikan-percikan logam sebelum
memulai dengan lapisan las yang baru. Lapisan las yang berpori-pori, rusak atau
retak harus dibuang sama sekali.
i. Tempat pengelasan dan juga bidang konstruksi yang di las, harus terlindung dari
hujan dan angin kencang.

2. Lubang-lubang baut Lubang baut untuk baut harus dilaksanakan dengan bor. Lubang baut harus lebih besar
2.0 mm daripada diameter luar baut.
Pembuatan lubang baut harus dilaksanakan di pabrik dan harus dikerjakan dengan alat
3. Sambungan Untuk sambungan komponen konstruksi baja yang tidak dapat dihindarkan berlaku
ketentuan sebagai berikut :
a. Hanya diperkenankan satu sambungan.
b. Semua penyambungan profil baja harus dilaksanakan dengan las tumpul/full
penetration butt weld.

4. Pemasangan percobaan / Bila dipandang perlu oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor wajib melaksanakan
Trial erection pemasangan percobaan dari sebagian atau seluruh pekerjaan konstruksi. Komponen

5. Pengecatan a. Semua bahan konstruksi baja harus di cat.


b. Cat dasar adalah cat zink chromate buatan Dulux ICI, Danapaints atau setara, dan
pengecatan dilakukan satu kali di pabrik dan satu kali di lapangan. Baja yang akan
ditanam di dalam beton tidak boleh di cat.
c. Untuk lubang baut kekuatan tinggi/high strenghbolt permukaan baja tidak boleh di
cat.

d. Cat akhir adalah enamel paint buatan Dulux ICI, Danapaint atau setara dan
pengecatan dilakukan 2 kali di lapangan, kecuali bila dinyatakan lain dalam gambar
atau spesifikasi arsitektur.
e. Dibagian bawah dari base plate dan/atau seperti yang tertera pada gambar harus di
grout dengan bahan setara “Master Flow 713 Grout”, dengan tebal minimum 2,5
cm. Cara pemakaian harus sesuai spesifikasi pabrik.

6. Pemasangan akhir/final a. Alat-alat untuk pemasangan harus sesuai untuk pekerjaannya dan harus dalam
erection keadaan baik. Bila dijumpai bagian-bagian konstruksi yang tidak dapat dipasang
atau ditempatkan sebagaimana mestinya sebagai akibat dari kesalahan pabrikasi
atau perubahan bentuk yang disebabkan penanganan, maka keadaan itu harus
segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas disertai usulan cara perbaikannya.
Cara perbaikan tersebut harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas
sebelum dimulainya pekerjaan tersebut. Perbaikan harus dilakukan dihadapan
Konsultan Pengawas.

Biaya tambahan yang timbul akibat pekerjaan perbaikan tersebut adalah menjadi
tanggungan kontraktor.
Meluruskan pelat dan besi siku atas bentuk lainnya harus dilaksanakan dengan
cara yang disetujui. Pekerjaan baja harus kering sebagaimana mestinya, kantong
air pada konstruksi yang tidak terlindung dari cuaca harus diisi dengan bahan
“Waterproofing” yang disetujui. Sabuk pengaman dan tali-tali harus digunakan oleh
para pekerja pada saat bekerja ditempat yang tinggi, disamping pengaman yang
berupa “platform” atau jaringan (“net”).
b. Setiap komponen diberi kode/marking sesuai dengan gambar pemasangan
sedemikian rupa sehingga memudahkan pemasangan.
c. Bagian profil baja harus diangkat dengan baik dan ikatan-ikatan sementara harus
digunakan untuk mencegah tegangan-tegangan yang melewati tegangan izin. Ikatan-
ikatan itu dibiarkan sampai konstruksi selesai. Sambungan-sambungan sementara
dari baut harus diberikan kepada bagian konstruksi untuk menahan beban mati,
angin dan tegangan-tegangan selama pembangunan.

d. Baut-baut, baut angkar, baut hitam, baut kekuatan tinggi dan lain-lain harus
disediakan dan harus dipasang sebagaimana mestinya sesuai dengan gambar
detail. Baut kekuatan tinggi harus dikencangkan dengan kunci momen (torque
wrench).
e. Pelat dasar kolom untuk kolom penunjang dan pelat perletakan untuk balok, balok
penunjang dan yang sejenis harus dipasang dengan luas perletakan penuh setelah
bagian pendukung ditempatkan secara baik dan tegak. Daerah dibawah pelat harus
diberi adukan lambab/kerung yang tidak susut dan disetujui Konsultan Pengawas.

f. Toleransi
Penyimpanan kolom dari sumber vertical tidak boleh lebih dari 1/1500 dari tinggi
vertical kolom.

7. Pengujian Mutu Pekerjaan a. Sebelum dilaksanakan pabrikasi/pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan


pada MK “Certificate Test” bahan baja profil, baut-baut, kawat las, cat dari
produsen/pabrik.
b. Bila tidak ada “Certificate test”, maka Kontraktor harus melakukan pengujian atas
baja profil, baut, kawat las di laboratorium.

c. Pengujian contoh harus disiapkan untuk tiap type dari pengelasan dan tiap type dari
bahan yang akan di las. Pengujian bersifat merusak contoh dari prosedur dan
kualitas pengelasan harus diadakan sesuai dengan persyaratan.

d. Pengujian pengelasan yang tidak bersifat merusak.


(1). Pengujian secara “Radiographic” harus sesuai dengan lampiran. Pengelasan
dan operator pengelasan harus memberi tanda pengenal pada baja seperti
ditentukan dengan tanda-tanda yang lengkap dan sempurna.
- Fasilitas
Kontraktor sebaiknya menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan
pengujian secara “Radiographic” termasuk sumber tenaga dan utilitas
lainnya tanpa adanya tambahan biaya pada Pemberi Tugas.

- Perbaikan bagian las yang rusak : Daerah las yang diketahui rusak
melebihi standar yang ditentukandan dinyatakan oleh “Radiographic”
harus diperbaiki dibawah pengawasan MK dan tambahan
“Radiographic” dari daerah yang diperbaiki harus dibuat atas biaya
Kontraktor.

(2). Pemeriksaan dengan “Ultrasonic” untuk las dan teknik serta standar
yang dipakai harus sesuai dengan lampiran atau Ultrasonic contact
Examination or Weldments : E273-68 : Ultrasonic Inspection of
Longitudinal and Spiral Welds or welded Pipe and Tubing (1974).

(3). Cara pemeriksaan dengan “Partikel Magnetic” harus sesuai dengan


ASTM E109.

(4). Cara pemeriksaan dengan “Liquid penetrant” harus sesuai dengan


F109.
(5). Semua lokasi pengujian harus dipilih oleh Konsultan Pengawas.

e. Jumlah pengujian : jumlah pengujian yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor harus
seperti yang ditentukan di lapangan oleh Konsultan Pengawas.
f. Pemeriksaan visuil pengelasan harus dilakukan ketika operator membuat las dan
setelah pekerjaan diselesaikan. Setelah pengelasan diselesaikan, las harus disikat
dengan sikat kawat dan dibersihkan merata sebelum Konsultan Pengawas
membuat pemeriksaannya. Konsultan Pengawas akan memberikan perhatian
khusus pada permukaan yang pecah-pecah, permukaan yang porous, masuknya
kerak-kerak las pada permukaan, potongan bawah, lewatan/everlap, kantong udara
dan ukuran lasnya. Pengelasan yang rusak harus diperbaiki sesuai dengan
persyaratan.
g. Hasil pengujian dari laboratorium/lapangan diserahkan pada MK secepatnya.

h. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan/las dan sebagainya,


menjadi tanggung jawab Kontraktor.

8. Syarat-syarat a. Bahan-bahan baja profil dihindarkan/dilindungi dari hujan dan lain-lain


Pengamanan Pekerjaan
b. Baja yang sudah terpasang dilindungi dari kemungkinan cacat/rusak yang
diakibatkan oleh pekerjaan-pekerjaan lain.

c. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak


mengurangi mutu pekerjaan.

Pasal 12 Pekerjaan Penutup Atap

A. LINGKUP PEKERJAAN
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang baik dan
sempurna.

B. PERSYARATAN BAHAN
1. Bahan atap yang digunakan adalah dbahan membran dengan mutu baik dan
disetujui oleh Direksi/Pengawas.

2. Aksesoris dan alat bantu lainnya yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan
dari pabrik yang bersangkutan.

C. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. Sebelum pelaksanaan dimulai, kontraktor diwajibkan menerima gambar-gambar
pelaksanaan termasuk lapisan lapisan isolasi seperti yang dinyatakan dalam
gambar, serta melakukan pengukuran-pengukuran setempat.

2. Kontraktor atas dasar gambar pelaksanaan diwajibkan menyediakan shop drawing


yang memperlihatkan sambungan antara bahan yang satu dengan yang lain,
pengakhiran-pengakhiran dan lain-lain yang belum tercakup di dalam gambar kerja,
namun memenuhi persyaratan pabrik
3. Penyimpanan genteng harus dalam keadaan tetap kering, tidak boleh berhubungan
dengan tanah lantai dan sebaiknya di simpan di dalam gudang beratap. Apabila
penyimpanan dilakukan di ruang terbuka, genteng harus diselimuti dengan terpal
atau plastik untuk mencegah air hujan/embun tidak masuk ke dalam celah-celah
tumpukan lembaran genteng. Air yang sempat masuk ke dalam celah tersebut
dapat memberikan cacat terhadap permukaan genteng akibat kondensasi.

4. Sebelum dimulai pemasangan, permukaan semua gording atau rangka diperiksa


terlebih dahulu apakah sudah berada pada satu bidang, jika perlu dengan
mengganjal atau menyetel bagian-bagian ini terhadap rangka penumpunya.

5. Dalam keadaan apapun juga ganjal tidak boleh dipasang langsung di bawah gording
untuk mengatur kemiringan atap.

6. Untuk mendapatkan kekuatan penyangga maximum, jarak antara penyangga


pertama dan terakhir serta pelat kait terhadap ujung-ujung lembaran paling sedikit
75 mm.
7. Pada waktu pelaksanaan harus selalu diperiksa dengan seksama, untuk
menghindarkan penggeseran pada pemasangan.

8. Semua sisa-sisa pekerjaan (serbuk gergaji, sisa potongan dan lain-lain yang berupa
kotoran), harus dibersihkan dari atas permukaan atap, agar tidak terjadi
pengaratan.
9. Membersihkan seluruh permukaan atap dengan sapu, lalu memberikan perhatian
khusus pada daerah-daerah penggergajian yang telah dilakukan. Juga dilakukan
pembersihan pada talang-talang (jika ada).
10. Hasil pemasangan harus datar dengan kemiringan yang cukup agar tidak terjadi
kebocoran.

11. Pelaksanaan pemasangan penutup atap ini, harus sesuai dan mengikuti
persyaratan dari pabrik bahan yang bersangkutan berikut kelengkapannya serta
petunjuk-petunjuk konsultan pengawas.
BAB V
PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasal 1 Keterangan Umum

1.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN


Bagian ini mencakup segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan arsitektur sesuai dengan gambar dan spesifikasi.
Pekerjaan yang tercakup dalam bagian ini adalah :
a. Pekerjaan Pasangan Dinding Bata Ringan
b. Pekerjaan Plesteran Mortar dan Acian
c. Pekerjaan Pasangan Lantai dan Dinding
d. Pekerjaan Kaca dan cermin.
e. Pekerjaan Kusen Alumanium
f. Pekerjaan Alumanium Komposit Panel
g. Pekerjaan Atap
h. Pekerjaan langit-langit / plafond
i. Pekerjaan alat-alat gantung dan kunci.
j. Pekerjaan sanitair.

1.2 REFERENSI
Dalam melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus mematuhi peraturan-peraturan
yang berlaku didalam Negara Republik Indonesia. Pada khususnya peraturan-
peraturan ini berkenaan dengan pasal-pasal diatas, meliputi :

· Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan.

1. NI 3 (PUBB) / 1960
2. NI 3 (PUBB) / 1963
3. NI 3 1970
· Peraturan Perburuhan di Indonesia (tentang Penggunaan Tenaga Kerja,
Harian, Mingguan, dan Bulanan/Borongan)
· Peraturan AVWI
Tata cara pelaksanaan atau peraturan-peraturan pembangunan dari pemerintah
setempat harus ditaati, hanya bila ketentuan-ketentuannya lebih keras dari pada
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat.

Pasal 2 Pekerjan Pasangan

2.1 PASANGAN DINDING BATA RINGAN


A. Ruang Lingkup
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini
untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

2. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi seluruh detail yang


disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk
Perencana/Pengawas Lapangan.

B. Spesifikasi Bahan
a. Semen portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu produk untuk
seluruh pekerjaan).

b. Batu bata harus berkualitas (tidak mudah pecah) serta berukuran sama.

c. Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2


d. Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9.
e. Penggunaan adukan :
Ø Adukan 1 PC : 3 Ps, dipakai pasangan kedap air/trasraam.
Ø Adukan 1 PC : 4 Ps, dipakai untuk seluruh pasangan dinding
lainnya.
Ø Adukan 1 PC : 6 Ps, dipakai pasangan rollag batu bata.
C. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Seluruh dinding kecuali dinyatakan lain dalam gambar menggunakan
pasangan setengah batu bata aduk campuran 1 PC : 4 Pasir pasang.
Untuk semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof sampai
ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai dasar, dinding didaerah
basah setinggi 150 cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang
ada pada gambar yang menggunakan simbol aduk trasram/kedap air
digunakan adukan rapat air dengan campuran 1 PC : 3 Pasir pasang
serta untuk pasangan rolag batu bata menggunakan adukan 1 PC : 6
Pasir pasang.

b. Untuk pasangan dinding bata ringan digunakan perekat yang baik


dengan kualitas SNI.
c. Batu tela yang digunakan dengan kualitas baik yang disetujui Direksi
dan Pengawas Lapangan, siku dan sama ukurannya.

d. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum
hingga jenuh.
e. Setelah batu bata terpasang dengan baik, nad/siar harus dikerok
sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram.

f. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan


air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.

g. Tidak diperkenankan memasang batu bata yang patah melebihi dari 5%.
Batu tela yang patah lebih dari 2 tidak boleh dipergunakan.

h. Siar/spasi pasangan dibuat dengan tebal 2 cm untuk spasi datar dan


1,5 CHI untuk spasi tegak kecuali jika ditentukan lain.
i. Mortar untuk spasi datar dan tegak harus penuh dan padat. Melakukan
koordinasi lainnya yang belum dilaksanakan.
j. Rangka kayu/kusen harus dipasang terlebih dahulu untuk dapat
melanjutkan pekerjaan pasangan.
k. Rangka kayu/kusen, pemasangannya harus diperkuat dengan angkur
besi berbentuk L, yang ujungnya disekrup kedalam kusen, sedangkan
ujung bengkoknya ditanamkan kedalam pasangan dinding/kolom
praktis.
l. Panjang angkur terpasang tidak lebih dari 22,50 cm.
m. Tiap-tiap angkur dipasang dengan jarak 60 cm satu sama lainnya.
n. Pekerjaan pemasangan pipa dan/atau alat-alat yang ditanam di dalam
dinding, maka harus dibuat pahatan dengan kedalaman yang cukup
pada pasangan dinding sebelum diplester. Pahatan tersebut setelah
dipasangnya pipa/alat-alat, harus ditutup dengan adukan plesteran yang
dilaksanakan secara sempurna, yang dikerjakan bersama-sama dengan
plesteran seluruh dinding.

o. Sesudah pasangan batu tela selesai dikerjakan, dan sudah kering baru
pekerjaan plesteran dimulai.
p. Tera/leveling. Lapisan bata harus ditera datar dan tegaknya agar didapat
kekuatan pasangan yang sama dan merata di setiap tempat.

D. Perlindungan dan Pembersihan


a. Sesuai jam kerja, seluruh lajur pasangan batu bata yang belum selesai,
harus ditutup (dilindungi) dengan kertas semen atau dengan cara-cara
lain yang disetujui oleh pengawas Lapangan.

b. Bersihkan bagian-bagian yang terkena adukan dengan segera,


kemudian betikan perlindungan atau hindari pasangan dari benturan-
benturan keras selama sekurang-kurangnya 3 hari setelah seluruh
sebuah bidang kerja selesai terpasang.

2.2 PLESTERAN DAN ACIAN


A. Ruang Lingkup
1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu
untuk melaksanakan pekerjaan ini sehingga didapat hasil pekerjaan
yang baik dan sempurna.

2. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan plesteran, penyiapan


dinding/tempat yang akan diplester, serta pelaksanaan pekerjaan
plesteran itu sendiri pada dinding yang akan diselesaikan dengan cat,
satu dan lain hal sesuai dengan yang tertera dalam gambar denah dan
notasi penyelesaian dinding.

B. Spesifikasi Bahan
1. Semen yang dapat dipergunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi
persyaratan seperti pada semen untuk konstruksi beton, satu dan lain
hal sesuai dengan NI-8. Merk/hasil produksi pabrik dari semen untuk
pekerjaan ini akan ditentukan kemudian.

2. Pasir yang harus digunakan ini harus halus dengan warna asli. Satu
dan lain hal sesuai dengan persyaratan yang tersebut dalam NI-3 pasal
14 dan setelah mendapatkan persetujuan dari Pengawas Lapangan.
3. Air untuk mengaduk kedua bahan tersebut diatas satu dan lain hal
dengan pasal 10 dari NI-3.

C. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume.
Cara pembuatannya menggunakan Mixer selama 3 menit.

2. Beraben adalah plesteran kasar dengan campuran adukan kedap air


yaitu 1 PC : 2 Pasir. Dipakai untuk menutup permukaan dinding
pasangan batu bata yang tertanam dalam tanah hingga ke permukaan
tanah dan/atau lantai.

3. Plesteran biasa adalah campuran 1 PC : 3 Pasir. Adukan plesteran ini


untuk menutup semua permukaan dinding pasangan batu bata bagian
dalam bangunan terkecuali dinyatakan kedap air seperti tercantum
dalam Gambar Kerja.

4. Plesteran kedap air adalah campuran 1 PC : 2 Pasir. Adukan plester ini


untuk menutup semua permukaan dinding pasangan batu bata bagian
luar/tepi bangunan, semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding
pasangan batu bata seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

5. Plesteran halus/aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat


sedemikian rupa sehingga mendapatkan campuran yang homogen.
Plesteran halus ini adalah pekerjaan finishing yang dilaksanakan
setelah aduk plesteran sebagai lapisan dasar berumur 7 (tujuh)
hari/sudah kering benar.

6. Semua jenis aduk plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian


rupa sehingga selalu segar, belum mengering pada waktu pelaksanaan
pemasangan.

7. Terkecuali untuk braben, permukaan semua aduk plesteran harus


diratakan. Permukaan plesteran tersebut, khususnya plesteran halus,
harus rata, tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga serta
berlobang, tidak mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang
membuat cacat.
8. Sebelum pelaksanaan plesteran pada permukaan pasangan batu bata
dan beton, permukaan beton harus dibersihkan dari sisa-sisa begisting
kemudian diketrek/scratched. Semua lubang-lubang bekas pengikat
begisting atau formtie harus tertutup aduk plesteran.

9. Pekerjaan plesteran halus adalah untuk semua permukaan pasangan


batu bata dan beton yang akan difinish dengan cat.
10. Semua permukaan yang akan menerima bahan finishing, misalnya ubin
keramik dan lainnya, maka permukaan plesterannya harus diberi alur-
alur garis horizontal untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap
bahan/material finishing tersebut. Pekerjaan ini tidak berlaku apabila
bahan finishing tersebut cat.

11. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan


dinding/kolom/lantai yang dinyatakan dalam Gambar Kerja dan/atau
sesuai peil-peil yang diminta dalam Gambar Kerja. Tebal plesteran
minimal 10 mm, maksimal 25 mm. Jika ketebalan melebihi 30 mm,
maka diharuskan menggunakan kawat strimin yang diikatkan ke
pemukaan pasangan batu bata atau beton yang bersangkutan untuk
memperkuat daya lekat plesteran.

12. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau


pencembungan bidang tidak boleh melebihi 2 mm untuk setiap jarak 2
m.

13. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung


dengan wajar, tidak secara tiba-tiba. Hal ini dilaksanakan dengan
membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan
melindunginya dari terik matahari langsung dengan bahan penutup
yang dapat mencegah penguapan air secara cepat. Pembasahan
tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai,
Penyedia jasa harus selalu menyiram dengan air sekurang-kurangnya 2
(dua) kali sehari sampai jenuh. Jika terjadi keretakan, Penyedia jasa
harus membongkar dan memperbaiki sampai hasilnya dinyatakan
diterima Pengawas lapangan.

14. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan plesteran dilakukan


sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

Pasal 3 Pekerjan Lantai

3.1 HOMOGENNEUS TILE


A. Lingkup Pekerjaan
1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan ini.

2. Pekerjaan yang dimaksud meliputi pemasangan keramik untuk


pekerjaan finishing lantai, dinding dan / atau seperti tercantum dalam
gambar kerja.
B. Spesifikasi Bahan
Homogeneus Tile
Sesuai gambar perencanaan
Ditentukan kemudian Owner
Roman Granite, Granito, setara.

C. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Sebelum memulai pelaksanaan pemasangan, kontraktor agar meneliti
gambar- gambar dan kondisi di lapangan.

2. Kontraktor agar terlebih dahulu membuat shop drawing lengkap dengan


petunjuk dari Pengawas Lapangan meliputi gambar denah lokasi,
ukuran, bentuk dan kualitas.
3. Pengisian siar keramik harus dengan cara kering. Tidak dibenarkan
menyiram air semen kepermukaannya. Seluruh rongga pada
permukaan bagian belakang harus terisi dengan adukan sewaktu
keramik dipasang.

4. Pola pemasangan keramik harus sesuai dengan gambar kerja atau


sesuai dengan petunjuk Pengawas/Perencana
5. Bila diperlukan pemotongan Homogeneus tilek, maka harus
dipergunakan alat pemotong khusus sesuai dengan petunjuk pabrik.

6. Garis-garis tepi keramik yang berbentuk maupun siar-siar harus lurus.


Lebar siar harus sama yaitu maksimum 0,5 mm dengan kedalaman 2
mm.
7. Persyaratan pelaksanaan aduk pengisi dan aduk perekat harus
sesuai dengan spesifikasi pabrik agar didapatkan hasil yang baik.
8. Selama 3 x 24 jam setelah pemasangan, Homogeneus tile harus
dihindarkan dari injakan / benturan atau pemberian beban.

Pasal 4 Pekerjan Kusen Pintu, Jendela dan Ventilasi Alumunium

4.1 Lingkup Pekerjaan


a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu
dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat
dicapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.

b. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen jendela dan ventilasi
seperti yang dinyatakan/ ditunjukkan dalam gambar serta shop drawing dari
Kontraktor.

4.2 Pengendalian Pekerjaan


Semua pekerjaan yang disebutkan dalam bab ini harus dikerjakan menurut
instruksi pabrik/produsen dan standar-standar antara lain :

a. The Alumuniun Association (AA).


b. Architectural Alumunium Manufactures Association (AAMA).
4.3 Persyaratan Bahan
a. Kusen dan Pelat Alumunium
Kusen dari bahan aluminium framing system, aluminium extrusi sesuai SII
extrusi 0695-82 atau Extrusi Standard YKK, tidak terbuat dari bahan bekas,
dari produk setara ALEXINDO atau produk lain yang disetujui Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas, Konsultan perencana.

· Aluminium : 4 x 1,75 “, tebal 18 micron.


· Nilai deformasi : diijinkan maksimal 2 mm.
· Warna profil : warna coklat.
1). Kadar campur.
Architectural Billet 45 (AB45) atau setara dengan karakteristik kekuatan
sebagai berikut :

· Ultimate Strength : 28.000 p.s.i.

· Yang Strength : 22.000 p.s.i.

· Shear Strength : 17.000 p.s.i.


2). Anoldizing
Ketebalan lapisan diseluruh permukaan aluminium adalah 18 Mikro
dengan warna dark brown

· Hadware (perlengkapan).

· Lihat bab perlengkapan pintu.

· Acesories.

Lihat bab perlengkapan pintu.

3). Jaminan
Harus diberikan jaminan tertulis selama 5 (lima) tahun dari type
campuran (“alloy”) dan ketebalan “anolizing”

b. Sealant
“sealant” sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya digunakan untuk
jendela Alumunium dan kaca yang berhubungan langsung dengan udara
luar.
c. Joint
Baker : Polyuretchane Foam tidak menyerap air, kepadatan 65 -95 kg/m3.

d. Neoprene
Jenis exlusion, tahan terhadap matahari oksidasi dangan kekerasan 60
Durometer.

e. Angkur Tanam
Bagian yang berhubungan dengan Aluminium di beri lapisan galvanished s/d
25 micron. Bagian lain diberi lapisan anti karat, Zincchromete, tipe Alkyd.

f. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian syarat-syarat


dan spesifikasi dari pihak pabrik pembuatnya.

g. Konstruksi kusen alluminium mengikuti spesifikasi teknis yang dikeluarkan


oleh pabrik pembuatnya termasuk accessories yang akan dipergunakan.

h. Seluruh bagian aluminium berwarna harus datang di tapak dilengkapi dengan


pelindung dan baru diperkenankan dibuka sesudah mendapat persetujuan
dari Pengawas Lapangan dan Perencana.
i. Untuk keseragaman warna, diisyaratkan sebelum proses fabrikasi warna
profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi unit-
unit jendela, pintu dan lain-lain, profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga
dalam setiap unit didapatkan warna yang sama. Pemotongan profil aluminium
menggunakan mesin potong, mesin punch, drill sedemikian rupa sehingga
diperoleh hasil yang telah dirangkai untuk jendela bukaan dan pintu
mempunyai toleransi ukuran tinggi dan lebar 1 mm dan untuk diagonal 2mm.

j. Accesories
Sekrup dari galvanized seel mutu Hotdeep kepala tertanam, weather strip
dari vinyl, pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium
harus ditutup caulking dan sealant. Ankur untuk rangka/kusen aluminium
terbuat dari steel plate tebal minimal 2 mm, dengan lapisan zinc tidak kurang
dari 13 mikron sehingga tidak dapat bergeser.
4.4 Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pengerjaan
1) Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang terbaik
dengan standar pengerjaan yang disetujui Pengawas Lapangan .

2) Pemasangan sambungan harus tepat tanpa cela sedikitpun.


3) Semua detail pertemuan harus runcing (adu manis), halus dan rata,
bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang mempengaruhi
permukaan Alumunium.

4) Pemasangan harus sesuai dengan gambar-gambar dan pesyaratan dan


persyaratan teknis ini.

5) Setiap sambungan dengan dinding atau beda yang berlainan sifatnya


harus diberi “sealant”
6) Tanda-tanda dan cacat akibat proses anoldizing, yaitu “Rack” atau
“Gripper” yang timbul dipermukaan aluminium harus dihilangkan.

b. Toleransi Fabrikasi
1) Sudut/siku
Maksimal membuat penggesekan 3 mm terhadap titik tangkap dari sisi
horizontal / vertical sejauh 3 m.

2) Gap/Celah
Sambungan : Maksimum 0,5 mm.
3) Perbedaan tinggi.
Perbedaan tinggi untuk sisi vertical dan horizontal maksimum 1,5 mm
(plus minus).

4) Pengelasan
Tidak terlihat pada bagian yang akan terlihat mata langsung.
5) Sealant
Tidak terlihat pada bagian yang akan terlihat mata langsung.
c. Perlindungan
1) Semua alumunium harus dilindungi dengan “ Lacquer Film” atau bahan
yang lain yang disetujui pengawas ketika dibawa kelapangan.

2) Pelindung tersebut harus dibuka pada bagian-bagian tertentu dimana


diperlukan, ketika alumunium akan dikerjakan dan ditutup kembali
setelah pekerjaan selesai.
3) Kusen harus dilindungi dengan plastic tape atau (Zine Chroritate
primer permis Transparant) ketika pengerjaan plester dilakssanakan.
Bagian-bagian lain dapat dilindungi dengan : “Lacquer Film” sampai
pekerjaan selesai.
4) Penggunaan permis palo permukaan yang akan diberikan caulking atau
sealant tidak diperkenankan.

d. Weather Seal
Pemasangan kosen harus dilengkapi dengn weather seal jenis
polkyurenthene sealant dan backing strip dari busa didalam dan diluar
sebagai lapisan pengisi sebelum sealant dipasang.

4.5 Bahan Finishing


Treatment untuk permukaan kusen pintu, jendela dan ventilasi diberi lapisan
finishing dengan cat khusus untuk alluminium sebanyak 2 kali.

Pasal 5 Pekerjan Daun Pintu, Jendela dan Ventilasi

5.1 Ketentuan Umum


Sebelum pekerjaan pembuatan dan pemasangan daun pintu dilakukan, maka :

1). Pemborong wajib mengadakan pemeriksaan pengukuran di lapangan agar


ukuran daun pintu, jendela dan ventilasi yang akan dipasang sesuai dengan
keadaan di lapangan.

2). Pemborong harus mengajukan terlebih dahulu contoh-contoh bahan yang


akan digunakan dan membuatkan shop drawing dan mock-up untuk
mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas,
Konsultan perencana.
3). Bahan yang cacat tidak boleh digunakan. Bahan yang harus dipasang harus
sesuai contoh yang sudah disetujui Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas,
Konsultan perencana.

5.2 Lingkup Pekerjaan


a. Bagian ini mencakup ketentuan/syarat-syarat (pembayaran, pengiriman,
penyimpanan, pemasangan) untuk pekerja, material, dan peralatan.

b. Meliputi penyediaan seluruh daun pintu, jendela dan ventilasi sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar dan spesifikasi ini, aksesori yang diperlukan untuk
pemasangan dan kelengkapannya, penyimpanan dan perawatan, serta
pembangunannya sesuai yang telah ditunjukkan dalam gambar.
Bagian ini menjelaskan “Commercial Quality” pintu-pintu kayu untuk pintu
dan bukaan-bukaan yang berhubungan dengan pekerjaan interior. Bagian
yang terkait :
· Pekerjaan Pengecatan.
· Pekerjaan Dinding Bata/Plesteran.
· Pekerjaan Lantai.
· Pekerjaan Alat Penggantung dan Pengunci.

5.3 Persyaratan Bahan


a. Bahan rangka
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, seluruh bahan rangka menggunakan
alluminium 4” setara Alexsindo warna coklat dengan persyaratan sesuai
dengan spesifikasi yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya, dengan
ukuran disesuiakan dengan gambar rencana.

b. Bahan panel daun pintu terdiri dari :

· Panel pintu kaca dipergunakan kaca rayben tebal 5mm dan panel pintu
utama menggunakan kaca tempered tebal 8 mm.

· Panel pintu double teakwood dipergunakan teakwood tebal 4 mm, tidak


cacat pada sisi luarnya.

· Seluruh persyaratan kaca mengikuti persyaratan teknis pada pasal


pekerjaan kaca dalam RKS ini.

c. Bahan panel daun jendela terdiri dari :


· Jendela panel kaca dan jendela kaca mati menggunakan kaca rayben
tebal 5 mm.

· Ventilasi panel kaca dan ventilasi kaca mati menggunakan kaca rayben
tebal 5mm kecuali bouvenlight untuk KM/WC menggunakan kaca
es/buram tebal 5 mm.
· Seluruh persyaratan kaca mengikuti persyaratan teknis pada pasal
pekerjaan kaca dalam RKS ini.

5.4 Syarat-syarat Pelaksanaan


a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan untuk meneliti
gambar-gambar yang ada dan kondisi dilapangan (ukuran dan lubang-
lubang), termasuk mempelajari bentuk, pola, lay out/penempatan, cara
pemasangan, mekanisme dan detail-detail gambar.

b. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan pintu ditempat pekerjaan


harus ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik,
tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan
kelembaban.
c. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
d. Daun pintu panel kaca :
· Dibuat dengan sistim penyambungan sesuai dengan yang
dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
· Accesoris lain disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan seperti
yang dipersyatkan oleh pabrik pembuatnya.

· Untuk daun pintu panel kaca setelah dipasang harus rata dan tidak
bergelombang dan tidak melintir dan tidak meninggalkan bekas-bekas
penyambungan.
e. Daun pintu doubel teakwood :

· Daun pintu teakwood yang dipasang pada rangka alluminum adalah


dengan cara yang lazim digunakan atas persetujuan Pengawas
Lapangan dan Perencana tanpa meninggalkan bekas cacat pada
permukaan yang tampak.

· Pada bagian daun pintu teakwood harus dipasang rata, tidak


bergelombang dan merekat dengan sempurna.
· Permukaan teakwood tidak boleh didempul.
f. Daun jendela kaca :

· Dibuat dengan sistim penyambungan sesuai dengan yang


dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.

· Accesoris lain disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan seperti


yang dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.

· Untuk daun jendela kaca setelah dipasang harus rata dan tidak
bergelombang dan tidak melintir dan tidak meninggalkan bekas-bekas
penyambungan.

g. Daun ventilasi :
· Dibuat dengan sistim penyambungan sesuai dengan yang
dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
· Accesoris lain disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan seperti
yang dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.

· Untuk daun ventilasi kaca setelah dipasang harus rata dan tidak
bergelombang dan tidak melintir dan tidak meninggalkan bekas-bekas
penyambungan.

5.5 Bahan Finishing


a. Daun pintu dan jendela kaca; permukaan rangka diberi lapisan finishing
seperti yang digunakan pada rangka kusen alluminium.

b. Daun pintu teakwood; permukaan rangka daun pintu diberi lapisan finishing
seperti yang digunakan pada rangka kusen alluminium sedangkan
permukaan teakwood diberi lapisan finishing politur sebanyak 3 kali.

Pasal 6 Pekerjan Kaca

6.1 Pekerjaan Kaca


a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan kaca meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
detail gambar.

6.2 Persyaratan Bahan


a. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih, pada umumnya
mempunyai ketebalan sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat
diperoleh dari proses-proses tarik, gilas dan pengambangan (float glass).

b. Toleransi lebar dan panjang


Ukuran lebar dan panjang tidak boleh melampaui toleransi seperti yang
ditentukan oleh pabrik.

c. Kesikuan
Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta
tepi potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maksimum yang
diperkenankan adalah 1,5 mm per meter.
d. Cacat-cacat
1). Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai
ketentuan dari pabrik.
2). Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang
berisi gelembung gas yang terdapat dalam kaca).

3). Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada kaca, baik
sebagian atau seluruh tebal kaca).
4). Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan goresan
(scratch).
5). Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok).
6). Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui
toleransi yang ditentukan oleh pabrik. Untuk ketebalan 5 mm kira-kira
0,3 mm.
e. Bahan Kaca
1). Bahan kaca harus sesuai SII 0189/78 dan PBVI 1982.

2). Bahan kaca yang dipergunakan menggunakan kaca rayben tebal 5 mm,
kaca bening tebal 5 mm dan kaca es/buram tebal 5mm serta kaca
tempered tebal 12mm.

3). Kaca harus dalam keadaan rata dan tidak bergelombang serta dapat
menahan angin 122 Kg/m2 atau sesuai persyaratan pabrik (sesuai
masing-masing penggunaan kaca-nya )

4). Penggunaan jenis dan ketebalan masing-masing kaca sesuai dengan


yang ditunjukkan dalam detail gambar rencana.

f. Semua bahan kaca sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat


persetujuan Pengawas Lapangan dan Perencana.

g. Sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan, harus
digurinda/dihaluskan.

6.2.2 Persyaratan Bahan


a. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian
dan syarat pekerjaan dalam buku ini.

b. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian.


c. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Pengawas
Lapangan dan Perencana.
d. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan,
dan diberi tanda untuk mudah diketahui. Tanda-tanda tidak boleh
menggunakan kapur. Tanda-tanda dibuat dari potongan kertas yang
direkatkan dengan menggunakan lem.
e. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat
pemotongan kaca khusus.

f. Pemotongan harus disesuaikan ukuran rangka, minimal 10 mm masuk


kedalam alur kaca pada kosen.

g. Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak
dengan menggunakan cairan pembersih kaca.

h. Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa
melakukan kosen, harus diisi dengan lem silikon warna transparan cara
pemasangan dan persiapan-persiapan pemasangan harus mengikuti
petunjuk yang dikeluarkan pabrik.

i. Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak
diperkenankan retak dan pecah pada sealant/tepinya, bebas dari segala
noda dan goresan.
Pasal 7 Pekerjan Alat Penggantung dan Pengunci

7.1 Lingkup Pekerjaan


a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan
daun pintu/jendela dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.

b. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh


pemasangan pada daun pintu dan jendela serta ventilasi seperti yang
ditunjukkan/ disyaratkan dalam detail gambar.

7.2 Persyaratan Bahan


a. Semua ‘hardware’ yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam buku spesifikai teknis. Bila terjadi perubahan atau
penggantian ‘hardware’ akibat dari pemilihan merk, kontraktor wajib
melaporkan hal tersebut kepada Pengawas Lapangan dan Perencana untuk
mendapatkan persetujuan.

b. Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal.

7.3 Perlengkapan Pintu dan Jendela


a. Perlengkapan kunci dan pegangan kunci
1). Untuk semua pintu dilengkapi dengan kunci 2x putaran dengan kualitas
baik dan handel pintu. Khusus untuk pintu utama dipakai handle pintu
yang agak besar pada masing-masing daun pintu.

2). Untuk daun jendela kaca dipakai handle pengunci.


3). Semua kunci-kunci terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu.
Dipasang setinggi 90 cm dari lantai, atau sesuai petunjuk Pengawas
Lapangan dan Perencana.
b. Pekerjaan engsel
1). Untuk seluruh daun pintu menggunakan engsel pintu type kupu-kupu
dengan ring nylon ukuran 4” dipasang sekurang-kurangnya 3 (tiga)
buah untuk setiap daun pintu dengan menggunakan sekrup kembang
dengan warna yang sama dengan warna engsel. Jumlah engsel yang
dipasang harus diperhitungkan beban berat daun pintu, tiap engsel
memikul maksimal 20 Kg.

2). Untuk jendela menggunakan engsel type kupu-kupu dengan ring nylon
ukuran 3” dipasang sekurang-kurangnya 2 (dua) buah untuk setiap
daun jendela.
c. Pekerjaan Hak Angin/Kait Angin

1). Setiap daun jendela ungkit diberi 2 buah hak angin/kait angin, dipasang
pada bagian kanan dan kiri atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan
dan Perencana.

2). Hak angin/kait angin yang dipergunakan adalah hak angin/kait angin
biasa merk dalam negeri.

d. Pekerjaan grendel
1). Setiap daun pintu dan jendela ungkit diberi masing-masing 1 buah
grendel.

2). Untuk daun pintu menggunakan grendel besar, sedang daun jendela
menggunakan grendel kecil/pengunci jendela.
e. Pekerjaan Door Closer
1). Khusus untuk pintu-pintu tertentu yang diharuskan selalu tertutup,
maka pada masing-masing daun pintu dipasang 1 buah door closer.

2). Door clooser dipasang pada sisi bagian atas daun pintu, yang berfungsi
supaya daun pintu setelah dibuka dapat menutup kembali dengan
sendirinya.

3). Teknik dan cara pemasangan mengikuti spesifikasi teknis yang


dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.

4). Penempatan dan pemasangan door clooser ini sesuai dengan gambar
atau atas petunjuk dari Pengawas Lapangan dan Perencana.

Pasal 8 Pekerjan Atap

8.1 Lingkup Pekerjaan


a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan
dan penutup atap dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan
hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.

b. Pekerjaan atap ini meliputi rangka atap, penutup atap, talang air dan lain
sebagainya yang termasuk pekerjaan atap seperti yang
ditunjukkan/dinyatakan dalam detail gambar.

8.2 Persyaratan Bahan


a. Rangka atap
Kecuali ditentukan lain dalam gambar rencana, rangka atap menggunakan
bahan baja dengan persyaratan sesuai dalam Pasal Pekerjaan Baja dalam
b. RKS ini. atap
Penutup
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, penutup atap terdiri dari :
§ Bahan penutup atap dipakai bahan Membran
8.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Rangka Atap
1). Rangka atap baja konvensional
Untuk persyaratan pelaksanaan pekerjaan atap baja konvensional,
mengikuti persyaratan dalam Pasal Pekerjaan Baja dalam RKS ini.

b. Penutup Atap
1). Sebelum mendatangkan bahan ke lokasi pekerjaan, Kontraktor harus
menyerahkan contoh bahan beserta spesifikasinya kepada Direksi dan
Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
Pasal 9 Pekerjan Langit-langit (Plafond)

9.1 Lingkup Pekerjaan


a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan
dan penutup atap dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan
hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.

b. Pekerjaan langit-langit ini meliputi seluruh pemasangan langit-langit (plafond)


seperti yang ditunjukkan/dinyatakan dalam detail gambar.

9.2 Persyaratan Bahan


a. Rangka plafond
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, rangka langit-langit/plafond terbuat
dari bahan metal furing dengan spesifikasi sesuai dengan yang
dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
§ Rangka plafond memakai bahan yang terdiri dari besi HOLLOW
dengan ukuran 4x4x0,05cm untuk hanger (Main Runner White ) ukuran
2x4x0,05cm untuk rangka pembagi (Cross Tee White ).
§ Kawat penggantung rangka Ø 3mm dilengkapi dengan Suspension
hanger Spring Adjusted.

b. Rangka plafond
1). Penutup Plafond Exterior dan Interior Termasuk Toilet menggunakan
bahan Kalsiboard dengan merk setara Calsi dengan ketebalan 4 mm.

2). Sambungan antar papan gypsum (naat) diberi bahan gypsum (cornice)
yang kemudian diratakan sampai halus sehingga berbentuk permukaan
yang halus dan rata
3). Pada bagian tepi plafond Kalsiboard list tepi yang dipasang dari bahan
kayu profil ukuran 5cm dan difinish cat.

9.3 Syarat Pelaksanaan


a. Rangka Langit-langit
1). Kecuali pada gambar rencana tertulis lain, rangka langit-langit terbuat
dari dari bahan metal furing ukuran sesuai ketentuan yang
dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
2). Semua batang profil untuk rangka langit-langit telah diseleksi dengan
baik, lurus dan rata.

3). Seluruh rangka langit-langit digantung pada plat beton dikaitkan pada
plat besi yang dipaku ramset ke plat beton/balok beton.
4). Setelah seluruh rangka langit-langit terpasang, seluruh permukaan
harus rata, lurus dan waterpass. Tidak ada bagian yang bergelombang
dan batang-batang rangka harus saling tegak lurus.

b. Pemasangan Penutup Langit-Langit


1). Bahan penutup langit-langit terbuat dari gybsum board tebal 9 mm dan
calsyboard tebal 4mm, produksi dalam negeri yang ada dipasaran
dengan ukuran 60x120cm atau ukuran lain, sesuai dengan detail
gambar.
2). Bahan gybsum board dan calsyboard yang dipasang adalah yang telah
dipilih dengan baik, bentuk dan ukuran tiap unit harus sama dan tidak
cacat-cacat dan telah mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan
dan Perencana.
3). Pemasangan dengan cara yang diperbolehkan oleh pabrik pembuatnya
dan sambungan antar unit-unit harus merupakan garis-garis lurus yang
beraturan dan membentuk bidang permukaan yang rata.

4). Setelah terpasang, gybsum board dan calsyboard terpasang harus


lurus, waterpass atau tidak bergelombang.
Pasal 10 Pekerjan Baja Profil dan Besi Pipa

10.1 Lingkup Pekerjaan


a. Yang termasuk pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan.

b. Pekerjaan ini meliputi kontruksi baja konvensional (baja profil) dan


konstruksi pipa besi bulat seperti yang dinyatakan/ditunjukan dalam gambar.

10.2 Persyaratan Bahan


a. Bahan besi pipa yang dipergunakan diameter 2” dan 1” atau seperti yang
tertera pada detail gambar.
b. Bahan baja yang dipergunakan jenis baja Canel serta baja siku-siku sama
kaki serta baja plat pendes digunakan sebagai penguat sambungan. Ukuran
baja mengikuti yang tertera dalam gambar rencana untuk masing-masing
pekerjaan.
c. Bahan baja yang dipergunakan untuk kerangka kuda-kuda, baja jenis BJ-37
t = 1600 kg/cm², ukurannya sesuai dengan yang tertera pada detail gambar.

d. Sebagai kawat las dipakai setara produksi “KOBE” atau “NIPPON STEEL”.
Jenis kawat las yang akan digunakan harus sesuai dengan petunjuk dari
pabrik pembuat dan Direksi/Pengawas.
e. Elektroda las harus diambil dari GRADE-A (Best Heave Coated Type)
batang-batang elektroda yang dipakai diamternya lebih besar atau sama
dengan 6mm (1/4 inch), dan batang-batang elektroda harus dijaga agar
selalu dalam keadaan kering.
f. Baut-baut yang digunakan harus baut hitam ulir tak penuh dengan tegangan
baut dan tegangan las minimum adalah 1.400 kg/cm2 atau minimal sama
dengan mutu baja yang digunakan (SNI 1729:2015).

g. Bahan-bahan yang digunakan untuk pekerjaan baja harus diperoleh dari


leveransir-leveransir yang dikenal dan disetujui dan yang tidak ada karatnya,
bagian-bagian dan lembaran-lembarannya tidak bengkok atau cacad, dan
telah mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan dan Perencana.

10.3 Pelaksanaan dan Sistim Pemasangan


a. Fabrikasi
1). Sebelum memulai dengan pemotongan, penyambungan dan
pemasangan, kontraktor harus memberitahukan secara tertulis tentang
tempat, sistim pengerjaan dan pemasangan kepada Pengawas
Lapangan dan Perencana untuk mendapat persetujuan.

2). Kontraktor harus terlebih dahulu menunjukkan kualitas pengelasan dan


penghalusan untuk dijadikan standart dalam pekerjaan tersebut.

3). Pekerjaan pengelasan konstruksi baja harus sesuai dengan gambar


rencana dan harus mengikuti prosedur yang berlaku seperti AWC atau
AISC Spesification.
4). Kecuali ditunjukkan sistim lain, maka dalam hal menghubungkan propil-
propil, plat-plat pengaku digunakan las listrik dengan alat pembakar
yang standart dengan ketentuan sebagai berikut :
· Batang las (bahan untuk las) harus dibuat dari bahan yang
campurannya sama dengan bahan yang akan disambung.

· Kekuatan sambungan dengan las (hasil pengelasan) harus sama


kuat dengan batang yang disambung.

· Pemeriksaan kekuatan las harus dilakukan dengan persetujuan


pengawas bila dianggap perlu dan dapat dilakukan di laboratorium.

· Kedudukan konstruksi baja yang segera akan di las harus


menjamin situasi yang paling aman bagi pengelas dan kualitas
hasil pengelasan yang dilakukan.
· Pada pekerjaan las, maka sebelum mengadakan las ulangan, baik
bekas lapisan pertama, maupun bidang-bidang benda kerja harus
dibersihkan dari kerak (slag) dan kotoran lainnya.
· Pada pekerjaan, dimana akan terjadi banyak lapisan las, maka
lapisan yang terdahulu harus dibersihkan dari kerak (slag) dan
percikan-percikan logam sebelum memulai dengan lapisan as yang
baru. Lapisan las yang berpori-berpori, rusak atau retak harus
dibuang sama sekali.

· Tempat pengelasan dan juga bidang konstruksi yang dilas, harus


terlindung dari hujan dan angin kencang.

5). Lubang-lubang baut


Lubang baut untuk baut harus dilaksanakan dengan bor. Lubang baut
harus lebih besar 2 mm dari pada diameter luar baut. Pembuatan lubang
baut harus dilaksanakan di pabrik dan harus dikerjakan dengan alat bor.

6). Sambungan
Untuk sambungan komponen konstruksi baja yang tidak dapat
dihindarkan berlaku ketentuan sebagai berikut :

· Hanya diperkenankan satu sambungan


· Semua penyambungan profil baja harus dilaksanakan dengan las
tumpul/full penetration butt weld.

7). Pemasangan percobaan/Trial erection.


Bila dipandang perlu oleh Pengawas Lapangan dan Perencana,
Kontraktor wajib melaksanakan pemasangan percobaan dari sebagian
atau seluruh pekerjaan kontruksi. Komponen yang tidak cocok atau
yang tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi dapat ditolak oleh
Pengawas Lapangan dan Perencana dan pemasangan percobaan tidak
boleh dibongkar tanpa persetujuan Pengawas Lapangan dan
Perencana.

b. Pemasangan/Erection
Baja dipasangkan, kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Pengawas 28 hari
setelah pengecoran.

1). Penguat sementara


· Baja harus dipasang mati setelah sebagian besar struktur baja
terpasang dan disetujui ketepatan garis, vertikal dan horisontal.

· Kontraktor supaya menyediakan penunjang-penunjang sementara


(pembautan-pembautan) bilamana diperlukan sampai pemasangan
mati sesuai keputusan Pengawas Lapangan dan Perencana.

2). Pembautan
· Ulir harus bebas setidak-tidaknya dua setengah putaran dari muka
mur dalam keadaan terpasang mati.
· Kontraktor supaya menggunakan setidak-tidaknya satu cincin pada
setiap mur dan menyiapkan daftar mur, baut dan cincin.
·
Kontraktor supaya menggunakan cincin baja keras untuk baut
tegangan tinggi (HBS).
3). Adukan Pengisi (Grouting)
Kontraktor supaya memasang adukan pengisi dibawah plat-plat kolom
dan lain-lain tempat sesuai dengan gambar-gambar.
Penawaran harus sudah termasuk pekerjaan ini, bahan grouting yang
digunakan setaraf Tricosal VGM Superfluid.

c. Pengecatan
1). Semua bahan kontruksi baja harus di cat.

2). Cat dasar adalah cat zink chromate buatan Danapaints atau setara, dan
pengecatan dilakukan satu kali di pabrik dan satu kali dilapangan. Baja
yang akan ditanam didalam beton tidak boleh dicat.

3). Untuk lubang baut kekuatan tinggi/high strenghbolt permukaan baja


tidak boleh di cat.

4). Cat akhir adalah enamel paint buatan Danapaints atau setaraf dan
pengecatan dilakukan 2 kali dilapangan, kecuali bila dinyatakan lain
dalam gambar atau spesifikasi arsitektur.
5). Dibagian bawah dari base plate dan/atau seperti yang tertera pada
gambar harus di grout dengan bahan setara “Master Flow 713 Grout”,
dengan tebal minimum 2,5 cm. Cara pemakaian harus sesuai dengan
spesifikasi pabrik.
d. Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan
1). Bahan-bahan baja profil dihindarkan/dilindungi dari hujan dan lain-lain.

2). Baja yang sudah terpasang dilindungi dari kemungkinan cacat/rusak


yang diakibatkan oleh pekerjaan-pekerjaan lain.

3). Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya


dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 11 Pekerjan Pengecatan

11.1 Lingkup Pekerjaan


a. Persiapan permukaan yang akan dicat, untuk pengecatan ulang permukaan
discrat/digosok lalu dibersihkan dari sisa-sisa kotoran.
b. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan.
c. Pengecatan semua permukaan dan area yang ada dalam gambar yang tidak
disebutkan secara khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan
petunjuk Pengawas Lapangan dan Perencana.

11.2 Standar Pengerjaan (Mock Up)


a. Sebelum pengecatan dimulai, pemborong harus melakukan pengecatan
pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-
bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan
cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mockup ini akan
ditentukan oleh Pengawas Lapangan dan Perencana.

b. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Pemberi Tugas ,


Pengawas Lapangan dan Perencana, bidang-bidang ini akan dipakai sebagai
standar minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.

11.3 Contoh dan Bahan


a. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat
pada bidang transparan ukuran 30x30 cm². Dan pada bidang-bidang tersebut
harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis
lapisan (dari cat dasar s/d lapisan akhir).
b. Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Pemberi tugas
Pengawas Lapangan dan Perencana. Jika contoh-contoh tersebut telah
disetujui secara tertulis oleh Pengawas Lapangan dan Perencana, barulah
kontraktor melanjutkan dengan pembuatan mock up.

c. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi dan Pengawas Lapangan,


untuk kemudian diserahkan kepada Pemberi Tugas, minimal 5 galon tiap
warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup
rapat dan mencantumkan dengan jelas identitas cat yang ada didalamnya.
Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan oleh Pemberi
Tugas.

11.4 Pekerjaan Cat Dinding


a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh permukaan
plesteran bangunan dan/atau bagian-bagian yang lain ditentukan gambar.

b. Untuk semua dinding dalam bangunan digunakan cat jenis setara/sekualitas


Mowilex dan Dulux atau Vinilex Apabila di setujui Perencana, dengan lapisan
dasar wall sealer, warna ditentukan kemudian.

c. Untuk semua dinding luar bangunan digunakan cat jenis Weathershield


setara/sekualitas Dullux dan Mowilex, Kemtone dan Dulux, dengan lapisan
dasar wall sealer/Alkali Sealer, warna ditentukan kemudian dan sebagai
dinding depan menggunakan lapisan komposit panel.

d. Wall sealer yang digunakan adalah wall sealer tembok.


e. Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering, tidak
ada retak-retak dan pemborong meminta persetujuan kepada Pengawas
Lapangan dan Perencana.
f. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan menggunakan pisau plamur dari plat
baja tipis dan lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk
bidang yang rata.
g. Sesudah 7 (tujuh) hari plamur terpasang, kemudian dibersihkan sampai betul-
betul bersih. Selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan roller.
h. Lapisan pengecatan dinding dilakukan sebanyak 3x (tiga kali) dengan
kekentalan cat sebagai berikut :
* Lapisan I encer (tambahan 20 % air)
* Lapisan II kental
* Lapisan III encer
i. Untuk warna-warna yang sejenis, kontraktor diharuskan menggunakan
kaleng-kaleng dengan nomor pencampuran (batch number) yang sama.

j. Setelah pengerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh,
rata, licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap
pengotoran-pengotoran.

11.5 Pekerjaan Cat Langit-langit (Plafond)


a. Yang termasuk pekerjaan cat langit-langit adalah langit-langit qybsum dan
langit-langit calsyboard atau bagian lain yang ditentukan gambar.
b. Cat yang digunakan cat tembok, warna ditentukan Pengawas Lapangan dan
Perencana setelah melakukan percobaan pengecatan.
c. Selanjutnya semua metode/prosedur sama dengan pengecatan dinding
dalam pasal ini.

11.6 Pekerjaan Cat Kayu


a. Yang termasuk dalam pekerjaan cat kayu adalah listplank kayu dan/atau
bagian pekerjaan kayu lainnya.
b. Cat yang digunakan adalah cat kilat kayu jenis Syntetic Enamel, warna
ditentukan Pengawas Lapangan dan Perencana setelah melakukan
percobaan pengecatan.
c. Bidang yang akan dicat diberi menie kayu warna merah 2 (dua) lapis,
kemudian diplamur dengan plamur kayu sampai lubang-lubang/pori-pori terisi
campuran.
d. Setelah 7 (tujuh) hari, bidang plamur diamplas halus dan dibersihkan dari
debu kemudian dicat sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali dengan menggunakan
kuas.
e. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk utuh, rata, tidak ada
bintik-bintik atau gelembung udara dan bidang cat dijaga terhadap
pengotoran.

11.7 Pekerjaan Menie Kayu


a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah adalah pengecatan seluruh permukaan
yang akan dicat kayu.
b. Menie yang digunakan adalah menie kayu merk patna warna merah.
c. Semua kayu hanya boleh dimenie ditapak proyek dan mendapat persetujuan
dari Pengawas Lapangan dan Perencana Sebelum pekerjaan menie
dilakukan, bidang kayu kasar harus diamplas kayu kasar dan dilanjutkan
dengan amplas kayu halus sampai permukaan bidang licin dan rata.

d. Pekerjaan menie dilakukan dengan menggunakan kuas, dilakukan 2 lapis,


sedemikian rupa sehingga bidang kayu tertutup sempurna dengan lapisan
menie.

11.8 Pekerjaan Cat Besi


a. Yang termasuk dalam pekerjaan cat besi adalah pengecatan permukaan
konstruksi baja konvensional dan/atau bagian pekerjaan besi lainnya atas
petunjuk Pengawas Lapangan dan Perencana.
b. Cat yang digunakan adalah cat kilat besi jenis Syntetic Enamel, warna
ditentukan Pengawas Lapangan dan Perencana setelah melakukan
percobaan pengecatan.
c. Bidang yang akan dicat diberi menie besi warna hijau 2 (dua) lapis, kemudian
amplas halus dengan amplas besi untuk mendapatkan bidang yang halus
dan rata sehingga bidang siap untuk diberi finishing cat besi.

d. Sebelum dilakukan pengecatan, seluruh permukaan bidang yang akan dicat


dibersihkan dari debu kemudian dicat sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali
dengan menggunakan kuas atau cat semprot.
e. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk utuh, rata, tidak ada
bintik-bintik atau gelembung udara dan bidang cat dijaga terhadap
pengotoran.
11.9 Pekerjaan Menie Besi
a. Menie yang digunakan adalah menie besi warna hijau.
b. Semua besi/baja hanya boleh dimenie ditapak proyek dan mendapat
persetujuan dari Pengawas Lapangan dan Perencana.
c. Pekerjaan menie dilakukan dengan menggunakan kuas, dilakukan lapis demi
lapis, sedemikian rupa sehingga bidang besi/baja tertutup sempurna dengan
lapisan menie.

Pasal 12 Pekerjan Sanitair

12.1 Lingkup Pekerjaan


a. Sebelum pekerjaan ini dimulai maka Kontraktor diwajibkan meneliti
dan memeriksa kembali pekerjaan-pekerjaan yang ada hubungannya dengan
pekerjaan sanitair, misalnya : tentang seluruh pembuangan dan lain-lain.

b. Pemasangan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana dan petunjuk


Pengawas Lapangan dan Perencana dan dilakukan dengan baik sehingga
menghasilkan pekerjaan yang rapi. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor
harus menyerahkan contoh-contoh barang yang dipergunakan untuk
mendapatkan persetujuan dari Pengawas Lapangan dan Perencana.

c. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan, bahan


pengganti harus mendapat persetujuan Pemberi Tugas dan Konsultan
Perencana berdasarkan contoh yang diberikan Kontraktor.
d. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar
yang ada dan kondisi di Lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola,
penempatan, pemasangan sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-
detail sesuai gambar dan dikoordinasikan dengan Konsultan Perencana.

e. Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan gambar,
gambar dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera
melaporkannya kepada Pemberi Tugas.
f. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada
kelainan/perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.

g. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/


pemeriksaan untuk kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya.

h. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan


yang terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya
Kontraktor, selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik.

i. Sanitair yang digunakan merk American Standart, TOTO atau setara.

12.2 Pekerjaan sealent


a. Pekerjaan meliputi pemasangan sealent pada alat sanitair dan bagian
lain seperti yang tercantum pada gambar.

b. Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh bahan yang akan dipakai.


c. Semua permukaan sebelum dipasang sealent harus dibersihkan dengan
bahan pembersih khusus (primer) yang juga mempunyai fungsi untuk
menambah daya lekat sealent.

d. Pemasangan sealent harus rapih, padat, tidak bercelah, tidak bocor, dengan
ketebalan maksimum sesuai dengan petunjuk Pabrik.
e. Untuk back up material dapat dipakai bahan-bahan karet khusus digunakan
back up.

12.3 Pekerjaan Wastafel& Urinal


a. Wastafel& Urinal yang digunakan adalah lengkap dengan segala
accesorinya seperti tercantum dalam brosurnya. Type - type yang dipakai
adalah Lihat Gambar detail warna akan dipilih oleh Perencana.

b. Wastafel/ urinal dan perlengkapannya yang dipasang adalah yang telah


diseleksi baik tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya
dan telah disetujui oleh Pemberi Tugas, Pengawas Lapangan dan
Perencana.
c. Ketinggian dan konstruksi pemasangan harus disesuaikan dengan gambar
untuk itu serta petunjuk-petunjuk dari produsennya dalam brosur.
Pemasangan harus baik, rapi, waterpass dan dibersihkan dari semua kotoran
dan noda dan penyambungan instalasi plumbingnya tidak boleh ada
kebocoran-kebocoran.

12.4 Perlengkapan Toilet


a. Perlengkapan toilet yang dipasang adalah sesuai dengan gambar dan / atau
sesuai dengan Gambar detail.

b. Perlengkapan-perlengkapan tersebut harus dalam keadaan baik tanpa ada


cacat-cacat, sudah mendapat persetujuan Pemberi Tugas, Pengawas
Lapangan dan Perencana Letak pemasangan disesuaikan gambar-gambar
untuk itu, dan cara-cara pemasangan mengikuti petunjuk-petunjuk dari
produsen seperti diterangkan dalam brosur-brosur yang bersangkutan.
BAB VI
PEKERJAAN MEKANIKAL-ELEKTRIKAL

A. PEKERJAAN MEKANIKAL

Mekanikal adalah sebuah prinsip ilmu yang mencangkup tentang hal-hal mekanis yang itinya memerlukan prinsip
mekanis dalam penerapannya.

Pasal 1 Peraturan Umum Pekerjaan Plumbing

1.1. PERATURAN PEMASANGAN


Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan-peraturan
sebagai berikut :

INSTALASI PLAMBING & DRAINASE

a. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan yang dinyatakan berlaku secara


nasional.

b. Standard Nasional Indonesia, pedoman teknik dan rekomendasi dari instansi


yang berwenang mengenai jenis-jenis instalasi yang dirancang.

c. Ketentuan Perusahaan Daerah Air Minum Daerah setempat.


d. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan yang dinyatakan berlaku secara
nasional.

1.2. GAMBAR-GAMBAR
1. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu
kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya.
2. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan,
sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari
bangunan yang ada dan mempertimbangkan juga kemudian service maintenance
jika peralatan sudah dioperasikan.

3. Gambar-gambar Arsitek dan Struktur/Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk


pelaksanaan dan detail finishing instalasi.

4. Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar kerja dan


detail kepada Owner/Pemberi Tugas untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih
dahulu. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut, Pemborong dianggap
telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi
ini.

5. Pemborong instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang yang


disertai dilampirkan shopdrawing dan surat izin pelaksanaan.

1.3. KOORDINASI
1. Pemborong instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan pemborong instalasi
lainnya, agar seluruh keperluan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan.
2. Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi
kemajuan instalasi yang lain.
3. Apabila pelaksanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang lain, maka semua
akibatnya menjadi tanggung jawab Pemborong.

1.4. PELAKSANAAN PEMASANGAN


1. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Pemborong harus
menyerahkan gambar kerja dan detailnya kepada Direksi/Pengawas untuk
disetujui.
2. Pemborong harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan
kapasitas peralatan yang akan dipasang. Apabila ada sesuatu yang diragukan,
Pemborong harus segera menghubungi Owner/Pemberi Tugas. Pengambilan
ukuran dan/atau pemilihan kapasitas peralatan yang salah akan menjadi
tanggung jawab Pemborong.
1.5. TESTING DAN COMMISSIONING
1. Sebelum Testing dan Commissioning dilaksanakan pemborong wajib
mengajukan terlebih dahulu program Testing dan Commissioning.
2. Pemborong instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran yang
dianggap perlu dan atau yang diminta oleh Owner/Pemberi Tugas untuk
mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat
memenuhi semua persyaratan yang diminta.

3. Semua bahan, perlengkapan dan instalasi lain yang diperlukan untuk


mengadakan testing tersebut merupakan tanggung jawab Pemborong.

1.6. MASA PEMELIHARAAN DAN SERAH TERIMA PEKERJAAN


1. Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini diwajibkan mengatasi
segala kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.

2. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan
masih merupakan tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.

3. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Pemborong instalasi ini tidak


melaksanakan teguran dari Owner/Pemberi Tugas atas
perbaikan/penggantian/penyetelan yang diperlukan, maka Owner/ Pemberi
Tugas berhak penyerahan perbaikan/penggantian/penyetelan tersebut kepada
pihak lain atas biaya Pemborong instalasi ini.

4. Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini memberikan petunjuk


pengoperasian kepada petugas-petugas yang ditunjuk oleh Pemilik sehingga
dapat mengenali sistem instalasi dan dapat melaksanakan pemeliharaannya

5. Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti
pemeriksaan dengan hasil yang baik yang ditanda tangani bersama oleh
Pemborong dan Owner/Pemberi Tugas.
6. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan
setelah :
a) Berita Acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam
keadaan baik, ditandatangani bersama Pemborong dan Owner/Pemberi
Tugas.
b) Semua gambar terpasang atau As Build Drawing diserahkan kepada
Owner/Pemberi Tugas.

1.7. LAPORAN-LAPORAN
Laporan Pengetesan
Pemborong instalasi ini harus menyerahkan kepada Owner/Pemberi Tugas mengenai
hal-hal sebagai berikut :
· Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi.
· Hasil pengetesan peralatan.

Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan oleh
pihak Owner/Pemberi Tugas.

1.8. PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN


Pemborong instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab
pelaksanaan yang ahli dan berpengalaman yang harus selalu berada di lapangan,
yang bertindak sebagai wakil dari Pemborong dan mempunyai kemampuan untuk
memberikan keputusan teknis yang bertanggung jawab penuh dalam menerima
segala instruksi yang akan diberikan oleh pihak Owner/Pemberi Tugas.

Penanggung jawab tersebut di atas juga harus berada ditempat pekerjaan pada saat
diperlukan/dikehendaki oleh pihak Owner/Pemberi Tugas.

1.9. PENAMBAHAN / PENGURANGAN / PERUBAHAN INSTALASI


1. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak
konsultan Perencana dan Owner/Pemberi Tugas.

2. Pemborong instalasi ini harus menyerahkan gambar perubahan yang ada kepada
pihak Owner/Pemberi Tugas.
3. Perubahan material, dan lain-lainnya, harus diajukan oleh pemborong kepada
Direksi/Pengawas, secara tertulis dan pekerjaan tambah/kurang/perubahan yang
ada harus disetujui oleh Owner/Pemberi Tugas secara tertulis.

1.10. IJIN-IJIN
Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh
biaya yang diperlukannya menjadi tanggung jawab Pemborong.
Pasal 2 Spesifikasi Teknis Pekerjan Plumbing

2.1. UMUM
Lingkup pekerjaan sistem perpipaan meliputi:
1. Pipa.
2. Sambungan.

2.1.1. Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter minimal dari pipa dan letak serta arah
dari masing-masing sistem pipa.
2.1.2. Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan atau spesifikasi dipasang terintegrasi
dengan kondisi bangunan dan menghindari gangguan dengan bagian lainnya.

2.1.3. Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air karet dan stress
sebelum, selama dan sesudah pemasangan.

2.2. PERSYARATAN PEMASANGAN


2.2.1. UMUM
1. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan
dan kerapihan, serta memperkecil banyaknya penyilangan.
2. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum
dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/runcing serta
penghalang lainnya.
3. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan Fitting Assesories dan
sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan dalam gambar.

4. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-sambungan


cabang pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.

5. Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus 1% - 2 %,


kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar.
6. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun ke arah titik
buangan. Pipa pembuangan dan vent harus disediakan guna mempermudah
pengisian maupun pengurasan.
7. Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan
dan penggantian. Pegangan katup (valve handled) tidak boleh menukik.

8. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah
pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan. Katup-
katup dan fitting pada pemipaan demikian harus ukuran jalur penuh.

9. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipe sleeves harus disediakan
dimana pipa-pipa menembus dinding, lantai, balok, kolom atau langit-langit.

10. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam
pekerjaan perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup
dengan menggunakan caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda-benda
lain.
11. Semua galian, harus juga termasuk pengurugan serta pemadatan kembali
sehingga kembali seperti kondisi semula.
Untuk pia-pipa yang menyeberangi jalan harus diberi pipa pengaman (selubung)
baja, beton atau Bahan PVC dengan diameter minimum 2 kali diameter pipa
tersebut.
12. Setiap belokan pipa harus diberi penguat agar sambungan tidak mudah lepas

13. Katup-katup dan fitting pada pemipaan sedemikian rupa harus ukuran jalur
penuh.

2.2.2. Penggantungan dan Pemumpu Pipa


Cara pemasangan pipa dalam tanah
1. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup, tertanam
aman di bawah tanah
2. Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda keras/tajam

3. Membuat tanda letak dasar pipa interval 2 meter pada besar galian
4. Untuk pipa yang menyebrangi jalan harus diberi pipa pengaman (selubung) baja,
beton atau bahan PVC dengan diameter minimum 2 x diameter pipa tersebut.
2.2.3. Sambungan Lem PVC
1. Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem yang sesuai
dengan jenis pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa dan harus melalui
persetujuan dan sepengetahuan Direksi.
2. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting. Selain itu pemotongan pipa harus
menggunakan alat pemotong pipa dapat tegak lurus terhadap batang pipa.

3. Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti spesifikasi dari
pabrik pipa dan tidak boleh dibakar.

2.3. PENGUJIAN
2.3.1. Sistem Air Bersih
1. Kebocoran-kebocoran harus diperbaiki dan pekerjaan pemipaan harus diuji
kembali.

2. Peralatan-peralatan yang rusak akibat uji tekanan harus dilepas (diputus) dari
hubungan-hubungannya selama uji tekanan berlangsung.

2.3.2. Sistem Air Kotor dan Air Bekas


1. Pipa-pipa harus diuji dengan cara di glontor air.

2. Kebocoran-kebocoran harus diperbaiki dan pekerjaan pemipaan harus diuji


kembali.

2.3.3. Sistem Air Hujan


1. Pipa-pipa harus diuji dengan cara di glontor air.
2. Kebocoran-kebocoran harus diperbaiki dan pekerjaan pemipaan harus diuji
kembali.

Pasal 3 Sistem Pemipaan Air Kotor dan Air Bersih

3.1 LINGKUP PEKERJAAN


Uraian singkat lingkup pekerjaan dalam sistem air kotor dan air bekas disini antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Perpipaan.
2. Penyambungan dengan peralatan Plambing.

3.2 PERPIPAAN DAN PENYAMBUNGAN


1. Umum
Macam perpipaan air limbah adalah pemipaan untuk Air Hujan, Air Limbah
Saniter, dan vent.
2. Limbah Air Hujan
Perpipaan air hujan mulai dari Roof Drain diatap sampai selokan halaman.

3. Limbah Saniter
Perpipaan Limbah Saniter mulai dari Alat Saniter antara lain Kloset, Urinal
Lavatory, Shower dan Floor Drain, disalurkan ke Saluran Muapun ke Septik Tank
Untuk lokasi toilet yang memungkinkan air limbah secara grafitasi maka
pengaliran air limbah secara grafitasi.
3.3 PERPIPAAN DAN PENYAMBUNGAN
REFERENSI PRODUK
PRODUK INSTALASI PLAMBING
URAIAIAN MERK/PEMBUAT
PUMMP
- Pompa Distribusi (Packaged) Booster
Pump)
- Pompa Pemindah Ebara, Grundfos, Sanyo, Shimizu
- Pompa SWP, SPP Ebara, Grundfos, Sanyo, Shimizu

Pipa-Pipa
Pipa uPVC Class AW Jis Standard Rucika, Vinilon, Wavin, Sinar Luckey

Fitting Pipa PVC TSK, Rucika, PPI, Vinilon

Kabel Supreme, KabelIndo, Kabelmetal, Tranka

B. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
Elektrikal adalah sebuah prinsip ilmu yang mencangkup tentang hal-hal yang memerlukan tenaga listrik dalam
penerapannya.

Pasal 1 Ketentuan Umum

1.1. UMUM
Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis ini. Apabila ada klausul dari
persyaratan ini yang dituliskan kembali dalam persyaratan teknis ini, berarti menuntut
perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut dan bukan berarti menghilangkan
klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat umum.

1.2. PERATURAN DAN ACUAN


Peraturan Yang Berkaitan Dengan Pelaksanaan
Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu kepada
peraturan daerah maupun nasional, keputusan menteri, standar nasional yang
terkait. Adapun standar atau acuan yang dipakai, tetapi tidak terbatas, antara lain
seperti dibawah ini :

1. Elektrikal dan Elektronik


Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti PLN,
PT Telkom, PDAM, DPU, Depnaker yang sesuai dengan pekerjaan ini.
2. Elektrikal dan Elektronik
Persyaratan Umum Instalasi Listrik Indonesia (PUIL 2000).

3. Pelaksanaan
Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh :
. Perusahaan yang bergerak di bidang instalasi listrik dan telah biasa
mengerjakannya.

. Khusus untuk instalasi peralatan utama, harus sebagai agen resmi dari merek
yang ditawarkan, atau bekerja sama dengan pemegang merk yang ditawarkan.

. Khusus untuk ijin dari Instansi PLN, Telepon, PDAM diperkenankan bekerja
sama dengan perusahaan lain yang sesuai dengan kelas pekerjaan tersebut.

1.3. GAMBAR-GAMBAR
. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu
kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya
. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan,
sedangkan pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi
dari bangunan yang ada, petunjuk instalasi dari pabrik pembuat dan
mempertimbangkan juga kemudahan pengoperasian dan pemeliharaan jika
peralatan-peralatan sudah dioperasikan

. Gambar-gambar Arsitek, Struktur dan Interior serta Specialist lainnya (bila ada)
harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail finishing instalasi.

. Sebelum pekerjaan dimulai, Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan gambar


kerja dan detail, “shop drowing” kepada Pengawas Lapangan untuk dapat
diperiksa dan disetujui terlebih dahulu . Dengan mengajukan gambar-gambar
tersebut, Pelaksana Pekerjaan dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi
lain yang berhubungan dengan instalasi ini. Persetujuan tersebut tidak berarti
membebaskan Pelaksana Pekerjaan dari kesalahan yang mungkin terjadi dan
dari tanggung jawab atas pemenuhan kontrak.

. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus membuat gambar-gambar terinstalasi,


“As-built Drawings” disertai dengan Operating Instruction, Technical and
Maintenance Manual, harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan pada saat
penyerahan pertama.

1.4. KOORDINASI
. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Pelaksana
Pekerjaan lainnya, agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan

. Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi
kemajuan instalasi lain

. Apabila dalam pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi dari


Pengawas Lapangan, sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka semua
akibat menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan ini

1.5. DAFTAR BAHAN DAN CONTOH


. Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan
dipasang kepada Pengawas Lapangan paling lama 2 (dua) minggu setelah daftar
material disetujui. Semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan
pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi tanggungan Pelaksana
Pekerjaan.

. Bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud didalam spesifikasi
teknis ini dan harus dalam keadaan baru. Pekerjaan haruslah dilakukan oleh
orang-orang yang ahli.
. Pelaksana Pekerjaan diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala
ukuran/kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila terdapat
keraguan-keraguan, Pelaksana Pekerjaan harus segera menghubungi Pengawas
Lapangan untuk berkonsultasi.

. Pengambilam ukuran atau pemilihan kapasitas peralatan yang sebelumnya tidak


dikonsultasikan dengan Pengawas Lapangan, apabila terjadi kekeliruan maka hal
tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan. Untuk itu pemeliharaan
peralatan dan material harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas Lapangan
atas rekomendasi Konsultan Perencana.
1.6. PENAMBAHAN/PENGURANGAN/PERUBAHAN INSTALASI
. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak
Konsultan Perencana dan Pengawas Lapangan.

. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan


yang ada kepada Pengawas Lapangan yang akan dikirim oleh Pengawas
Lapangan kepada Konsultan Perencana.

. Perubahan material dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Pelaksana Pekerjaan


kepada Pengawas Lapangan secara tertulis dan jika terjadi pekerjaan
tambah/kurang/perubahan yang ada harus disetujui oleh Konsultan Perencana
dan Pengawas Lapangan secara tertulis.

1.7. PEMBOBOKAN, PENGELASAN DAN PENGEBORAN


. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam
pelaksanaan instalasi ini serta mengembalikannya ke kondisi semula, menjadi
lingkup pekerjaan Pelaksana Pekerjaan instalasi ini

. Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada


persetujuan dari Pengawas Lapangan secara tertulis

1.8. PEMERIKSAAN RUTIN DAN KHUSUS


. Pemeriksaan rutin dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Pelaksana
Pekerjaan instalasi ini secara periodik dan tidak kurang dari tiap 2 (dua) minggu,
atau ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan.

. Pemeriksaan khusus dalam masa pemeliharaan dilaksanakan oleh Pelaksana


Pekerjaan instalasi ini, apabila ada permintaan dari pihak Pengawas Lapangan
dan atau bila ada gangguan dalam instalasi ini.
1.9. PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN
Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus menetapkan seorang penanggung jawab
pelaksanaan yang ahli dan berpengalaman yang harus selalu berada dilapangan,
yang bertindak sebagai wakil dari Pelaksana Pekerjaan dan mempunyai kemampuan
untuk memberikan keputusan teknis dan yang bertanggung jawab penuh dalam
menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh pihak Pengawas Lapangan.
Penanggung jawab tersebut diatas juga harus berada ditempat pekerjaan pada saat
diperlukan/dikehendaki oleh pihak Pengawas Lapangan.

1.10. TESTING DAN COMMISSIONING


. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan
commissioning yang dianggap perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan
instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua persyaratan
yang diminta, sesuai dengan prosedur testing dan commissioning dari pabrik
pembuat dan instansi yang berwenang.

. Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing


tersebut merupakan tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan termasuk daya listrik
untuk testing.

1.11. MASA PEMELIHARAAN DAN SERAH TERIMA PEKERJAAN


. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi ini diwajibkan mengatasi segala
kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.

. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan
masih merupakan tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan sepenuhnya.

. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Pelaksana Pekerjaan instalasi ini tidak
melaksanakan teguran dari Pengawas Lapangan atas
perbaikan/penggantian/penyetelan yang diperlukan, maka emberi tugas berhak
menyerahkan perbaikan/penggantian/penyetelan tersebut kepada pihak lain atas
biaya Pelaksana Pekerjaan instalasi ini.

. Selama masa pemeliharaan ini, Pelaksana Pekerjaan instalasi ini memberikan


petunjuk petugas-petugas yang ditunjuk oleh Pemilik dalam teori dan praktek
sehingga dapat mengenali sistem instalasi dan dapat melaksanakan
pengoperasian dan pemeliharaannya.

. Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti
pemeriksaan dengan hasil yang baik yang ditandatangani bersama oleh
Pelaksana Pekerjaan dan Pengawas Lapangan.
. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan
setelah :
* Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam
keadaan baik, ditandatangani bersama oleh Pelaksana Pekerjaan dan Pengawas
Lapangan.
* Pelaksana Pekerjaan telah menyerahkan semua Surat ijin Pemakaian dari
Instansi Pemerintah yang berwenang, sehingga instalasi yang telah terpasang
dapat dipakai tanpa menyalahi peraturan dari instansi yang bersangkutan.

* Semua gambar instalasi terpasang diserahkan kepada Pengawas Lapangan.

1.12. IJIN-IJIN
Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh
biaya yang diperlukannya menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.

1.13. TRAINING
Sebelum penyerahan kedua pekerjaan, pelaksan pekerjaan memberikan petunjuk
pengoperasian kepada petugas-petugas yang ditunjuk oleh pemberi tugas tentang
operasi dan perawatan dan as-build drawing, segala sesuatunya atas biaya
pelaksana pekerjaan.

Pasal 2 Ketentuan Bahan Peralatan

2.1. Panel Tegangan Rendah


Panel tegangan rendah harus mengikuti peraturan PUIL.
1. Panel-panel (Free Standing atau Wall Mounting) harus dibuat dari plat besi
seluruhnya harus dizinchromat dan di duco 2 kali Pintu dari panel-panel
tersebut harus dilengkapi dengan master key.

2. Konstruksi dalam panel-panel serta letak dari komponen-komponen dan


sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga bila perlu dilaksanakan
perbaikan-perbaikan, penyambungan-penyambungan pada komponen-komponen
dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen-komponen lainnya.

3. Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan
keperluan sesuai dengan yang telah disetujui oleh Direksi/MK.
4. Komponen - komponen pengaman yang dapat dipakai adalah :
a. MCCB.
b. MCB.

2.2. Kabel Tegangan Rendah


1. Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan min.0,6 kV
dan 0,5 KV untuk kabel NYM.
2. Pada prinsipnya kabel - kabel daya yang dipergunakan adalah : Jenis NYY,
untuk kabel penerangan dipergunakan kabel NYM dan NYFGbY atau NYY,
NYA.
3. Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan
persetujuan terlebih dahulu pada MK.

4. Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 2,5 mm2.

2.3. Penangkal Petir


1. Untuk spit (penangkal petir) Batang peninggi terbuat dari pipa GS diameter 25
mm dan dilengkapi dengan isolator berkwalitas isolasi tinggi dan
menghubungkan kepada penangkal petir dengan batang penyambung yang
terbuat dari metal (t = 1,50 m).

2. Terdiri dari kabel BC atau NYY dengan luas penampang penghantar bagian
tidak kurang dari 50 mm2 yang menghubungkan secara listrik dengan sempurna
antara “Air Terminator” tersebut diatas dengan sistem pentanahan penangkal
petir.

3. Sistem pentanahan
Sistem pentanahan terdiri dari :
a. Terminal pengukur pentanahan.
b. Elektoda pentanahan yang terbuat dari batang tembaga massif panjang 6
meter dan dia. 25 mm.

c. Tahan/ hambatan/ resistansi tanah tidak boleh lebih dari 1 ohm pada musim
kemarau. Bila tahanan tersebut dapat dicapai dengan 1(satu) elektroda maka
harus dibuatkan elektroda lain yang dipasang secara paralel sampai tahanan
tanah yang dipersyaratkan terpenuhi.
Pasal 3 Persyaratan Teknis Pemasangan

3.1. Panel-Panel
1. Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya
dan harus rata (horizontal).

2. Setiap kabel yang masuk/keluar dari panel harus dilengkapi dengan gland dari
karet atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang tajam.

3. Semua panel harus ditanahkan.

3.2. Kabel-Kabel
1. Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang diklem dan disusun yang
rapi.
2. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada
kabel penerangan.
3. Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman yang cukup, tertanam
aman di dalam tanah, Lebar galian disesuaikan dengan jumlah kabel.

4. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi lainnya
harus ditanam lebih dalam dari 50 cm dan diberikan pelindung pipa galvanis
atau pipa bahan PVC dengan diameter minimum 2,5 kali penampang kabel.

5. Kabel penerangan didalam konduit.

6. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus
dibuatkan sleeve dari pipa dengan diameter minimum 2,5 kali penampang
kabel.

7. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam


kotak terminal yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan
konduitnya dan dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal kotak
terminal tadi minimum 4 cm.
8. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1m
disetiap ujungnya.

9. Penyusunan konduit diatas trunking kabel harus rapi dan tidak saling
menyilang.
10. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam kotak
penyambungan dan memakai alat penyambung berupa las-dop.

3.3. Kotak Kontak Dan Saklar


1. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipakai adalah type pemasangan masuk dan
dipasang pada ketinggian 300 mm dari level lantai untuk kotak-kontak dan 1.500
mm untuk saklar atau sesuai gambar detail.

2. Kotak-kontak yang khusus dipasang pada kolom beton harus terlebih dahulu
dipersiapkan sparing untuk pengkabelannya, disamping metal doos tang harus
terpasang pada saat pengecoran kolom tersebut.

3.4. Lampu Penerangan


1. Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafond
dari Arsitek dan disetujui oleh Direksi/MK.

2. Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond, dimana


lampu yang terpasang harus mempunyai gantungan tersendiri.

3.5. Pembumian / Grounding pentanahan


1. Semua bagian dari sistim listrik harus dibumikan.

2. Elektrode pembumian harus ditanam sedalam 12 m minimum untuk mencapai


permukaan air tanah.
3. Tahanan pembumian maximun adalah 2 ohm.

4. Jenis pembumian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana, dimana


untuk peralatan listrik bertegangan menengah harus dipisahkan dari
pembumian untuk tegangan rendah dan electronic.
Pasal 4 Pengujian

4.1. Umum
Sebelum semua peralatan utama dari sistim dipasang, harus diadakan pengujian
secara individual. Setelah peralatan tersebut dipasang, harus diadakan
pengujian secara menyeluruh dari sistim, untuk menjamin bahwa sistem berfungsi
dengan baik. Semua biaya pengujian dan peralatan untuk pengujian yang perlu
disediakan oleh Pemborong menjadi tanggung jawab Pemborong sendiri.

4.2. PRODUK
Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Pemborong dimungkinkan untuk
mengajukan alternatif lain yang setara dengan yang dispesifikasikan. Pemborong
baru bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis.

Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sebagai berikut :


NO Bahan/ Perlatan Merk/ Pembuat
1 Panel Tegangan Menengah :
Komponen Panel MG, Floukit (Alsthom ), ABB atau setara
Pembuat Panel Schneider, floukit (Alstom), ABB atau setara

2 Kabel Tegangan Menengah Kabelindo,Supreme,Kabelmetal, tranka

3 Panel Tegangan Rendah


Komponen Panel :
Circuit Breaker MG, Schneider, Broco

4 Kabel Tegangan Rendah Supreme, Kabelindo, Kabelmetal, Eterna

5 Konduit High Impact Double-H, Ega, Clipsal


6 Lampu :
- Dalam Ruang Lampu TL LED
- Koridor Lampu Down Light LED
- Kamar Mandi Lampu Down Light LED
7 Stop Kontak, Saklar Clipsal, Panasonic, Broco
8 Armature Interlite, Visilite, Industira
C. PEKERJAAN SANITAIR

Pasal 1 Umum

1.1. Lingkup Pekerjaan


a. Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair ini adalah penyediaan tenaga
kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan dalam
pekerjaan ini hingga tercapai hasil pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam
pemakaiannya/ operasinya.

b. Pekerjaan pemasangan wastafel, urinal, klosed, keran, perlengkapan kloset, floor


drain, clean out dan metal sink.

1.2. Pekerjaan yang berhubungan


a. Pekerjaan Waterproofing.
b. Pekerjaan Plumbing.

1.3. Persetujuan
a. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Perencana/MK
beserta persyaratan/ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan
yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.

b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/ penggantian bahan, pengganti harus


disetujui Perencana/MK berdasarkan contoh yang dilakukan Kontraktor.

Pasal 2 Bahan/Produk

2.1. Untuk wastafel, urinal, kloset dan keran merk, TOTO, American Standard atau
setara.

2.2. Floor drain dan clean out : TOTO atau setara.

2.3. Metal Sink : Merk Radiant/Blanco atau setara

Pasal 3 Pelaksanaan

3.1. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang ada
dan kondisi dilapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan,
pemasangan sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.

3.2. Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan gambar, gambar
dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkannya
kepada Perencana/MK.

3.3. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada
kelainan/berbedaan ditempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.

3.4. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk


kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya.

3.5. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/ mengganti bila ada kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor, selama
kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik.
3.6. Pekerjaan Wastafel

a. Wastafel yang digunakan adalah merk TOTO, American Standard atau setara
lengkap dengan segala accessoriesnya seperti tercantum dalam brosurnya. Type-
type yang dipakai dapat dilihat pada skedul sanitair terlampir.

b. Wastafel dan perlengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi baik
tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya dan telah disetujui
oleh Konsultan MK.

c. Ketinggian dan konstruksi pemasangan harus disesuaikan gambar untuk itu


serta petunjuk-petunjuk dari produksennya dalam brosur. Pemasangan harus
baik, rapi, waterpass dan dibersihkan dari semua kotoran dan noda dan
penyambungan instalasi plumbingnya tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.
3.7. Pekerjaan Urinal

a. Urinal berikut kelengkapannya yang digunakan adalah merk TOTO, American


Standard type atau setara yang dipakai adalah : dengan fitting standard.

b. Urinal yang dipasang adalah urinal yang telah diseleksi dengan baik, tidak ada
bagian-bagian yang gombal, retak dan cacat lainnya dan telah disetujui
konsultan MK.

c. Pemasangan urinal pada tembok menggunakan Baut Ficher atau stainless steel
dengan ukuran yang cukup untuk menahan beban seberat 20 kg tiap baut.

d. Setelah urinal terpasang, letak dan ketinggian pemasangan harus sesuai gambar
untuk itu, baik waterpassnya. Semua celah-celah yang mungkin ada antara
dinding dengan urinal ditutup dengan semen berwarna sama dengan urinal
sempurna.

Sambungan instalasi plumbingnya harus baik tidak ada kebocoran-kebocoran air.

3.8. Pekerjaan Kloset


a. Kloset duduk berikut segala kelengkapannya yang dipakai adalah TOTO,
American Standard atau setara dengan fitting standard.

b. Kloset jongkok berikut kelengkapannya dipakai merk KIA atau setara ex dalam
negeri. Warna akan ditentukan Perencana.

c. Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi


dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya dan
telah disetujui Konsultan MK.

d. Untuk dudukan dasar kloset dipakai papan atau setara tebal 3 cm, dibentuk
seperti dasar kloset. Kloset disekrupkan pada papan tersebut dengan sekrup
kuningan.

e. Kloset harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai gambar,
waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan, sambungan-sambungan pipa
tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.

3.9. Pekerjaan Keran

a. Semua keran yang dipakai, kecuali kran dinding adalah merk TOTO, American
Standard atau setara, dengan chromed finish. Ukuran disesuaikan keperluan
masing-masing sesuai gambar plumbing dan brosur alat-alat sanitair. Keran-
keran tembok dipakai yang berleher panjang dan mempunyai ring dudukan yang
harus dipasang menempel pada dinding. Keran-keran yang dipasang dihalaman
harus mempunyai ulir sink di ruang saji dan dapat disambung dengan pipa leher
angsa (extention).

b. Stop keran yang dapat digunakan merk Kitazawa bahan kuningan dengan
putaran berwarna hijau, diameter dan penempatan sesuai gambar untuk itu.

c. Keran-keran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku,
penempatannya harus sesuai dengan gambar-gambar untuk itu.

10. Floor Drain dan Clean Out


a. Floor drain dan Clean out yang digunakan adalah metal verchroom, lobang dia. 2”
dilengkapi dengan siphon dan penutup berengsel untuk floor drain dan
depverchron dengan draad untuk clean out.

b. Floor drain dipasang ditempat-tempat sesuai gambar untuk itu.

c. Floor drain yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan disetujui
Konsultan MK.

d. Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai harus
dilobangi dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan ukuran
sesuai ukuran floor drain tersebut.

e. Hubungan pipa metal dengan beton/lantai menggunakan perekat beton kedap air
Embeco ex. MTC dan pada lapis teratas setebal 5 mm diisi dengan lem Araldit
ex. Ciba.

f. Setelah floor drain dan clean out terpasang, pasangan harus rapih waterpass,
dibersihkan dari noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, PENETAPAN PENGENDALIAN RISIKO K3

JUDUL KEGIATAN : Lanjutan Rehabilitasi Gedung Bapenda


ANGGARAN : APBD Th. 2023
LOKASI : Kab. Tangerang

RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI

NO. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA

A PEKERJAAN PENDAHULUAN
1 Papan Nama Proyek Terkena peralatan kerja, seperti , Palu dll
2 Penyelenggaraan K3
3 Air dan Listrik kerja
4 Mobilisasi dan Demobilisasi
5 Bongkaran Untuk Akses Lift
6 Alat Bantu Scafolding
7 Los Kerja / Gudang Bahan Material dan Peralatan Tersayat/Terpotong peralatan kerja, Tertimpa material

B PEKERJAAN PONDASI DAN STRUKTUR LIFT LANTAI 1


1 Pekerjaan Bouwplank Terkena peralatan kerja, Tertimpa material
2 Pekerjaan Bored Pile
a. Pek. Galian Tanah Bor Pile Terkena peralatan kerja,cangkul,sekop dll,Tertimbun material galian,Terjatuh
b. Tul. Pokok (Besi Ulir) tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
c. Sengkang Spiral (Besi Polos) tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
d. Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
3 Pondasi Pile Cap Type (PC. 1) 100 x 100 cm
a. Galian Tanah Terkena peralatan kerja,cangkul,sekop dll,Tertimbun material galian,Terjatuh
b. Pasir Urug Pile Cap (PC. 1) tbl = 10 cm Terkena Peralatan kerja,
c. Lantai Kerja Ad. 1 : 3 : 5, Pile Cap (PC. 1) tbl = 5 cm tertimpa material,terkena peralatan kerja
d. Pile Cap (PC. 1)
- Bekisting Bata Terjatuh,Tertimpa material,terkena peralatan kerja
- Pembesian tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
- Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
4 Tiebeam Type (TB 1) Uk. 30 x 50 cm
Bekisting Multiplek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Pembesian Tul. Utama tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Pembesian Sengkang tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
5 Pekerjaan Kolom (K1) Uk. 50 x 50 cm
Bekisting Multiplek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Pembesian Tul. Utama tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Pembesian Sengkang tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
6 Pekerjaan Plat Lantai Beton , t = 12 cm
Bekisting Multiplek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Wiremesh M-10, 2 lapis Tertusuk,tersayat material,terkena peralatan kerja,terjatuh,tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
7 Pekerjaan Dinding Beton , t = 12 cm
Bekisting Multiplek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Pembesian tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
8 Pas. Dinding Frame Lift
a. Pas. Plester + Aci Terjatuh,Terkena alat kerja,tertimpa material
b. Pek. Pengecatan Terjatuh,Iritasi,Sesak napas,Terimpa material dan alat bantu
c. Pas. Dinding Keramik Marmer, 60 x 60 cm Terpotong,Tersayat,terkena peralatan kerja,Terjatuh,Tertimpa material

C PEKERJAAN STRUKTUR LIFT LANTAI 2


1 Pekerjaan Kolom (K1) Uk. 50 x 50 x 20 cm
Bekisting Multiplek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Pembesian Tul. Utama tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Pembesian Sengkang tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
2 Pekerjaan Balok (B1) Uk. 25 x 45 cm
Bekisting Multiplek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Pembesian Tul. Utama tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Pembesian Sengkang tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
3 Pekerjaan Dinding Beton , t = 12 cm
Bekisting Multiplek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Pembesian tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
4 Pas. Dinding Frame Lift
a. Pas. Plester + Aci Terjatuh,Terkena alat kerja,tertimpa material
b. Pek. Pengecatan Terjatuh,Iritasi,Sesak napas,Terimpa material dan alat bantu
c. Pas. Dinding Keramik Marmer, 60 x 60 cm Terpotong,Tersayat,terkena peralatan kerja,Terjatuh,Tertimpa material

D PEKERJAAN STRUKTUR LIFT LANTAI 3


1 Pekerjaan Kolom (K1) Uk. 50 x 50 x 20 cm
Bekisting Multiplek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Pembesian Tul. Utama tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Pembesian Sengkang tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
2 Pekerjaan Balok (B1) Uk. 25 x 45 cm
Bekisting Multiplek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Pembesian Tul. Utama tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Pembesian Sengkang tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
3 Pekerjaan Dinding Beton , t = 12 cm
Bekisting Multiplek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Pembesian tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
4 Pas. Dinding Frame Lift
a. Pas. Plester + Aci Terjatuh,Terkena alat kerja,tertimpa material
b. Pek. Pengecatan Terjatuh,Iritasi,Sesak napas,Terimpa material dan alat bantu
c. Pas. Dinding Keramik Marmer, 60 x 60 cm Terpotong,Tersayat,terkena peralatan kerja,Terjatuh,Tertimpa material

E PEKERJAAN STRUKTUR RUMAH LIFT Elev. + 15.00


1 Pekerjaan Kolom
a. Kolom (K1) Uk. 50 x 50 x 20 cm
Bekisting Multiplek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Pembesian Tul. Utama tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Pembesian Sengkang tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
b. Kolom (K2) Uk. 20 x 30 cm
Bekisting Multiplek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Pembesian Tul. Utama tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Pembesian Sengkang tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
2 Pekerjaan Balok (B2) Uk. 20 x 30 cm
Bekisting Multiplek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Pembesian Tul. Utama tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Pembesian Sengkang tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
3 Pekerjaan Plat Dak Beton , t = 12 cm
Bekisting Plat Bondek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Wiremesh M-10, 2 lapis Tertusuk,tersayat material,terkena peralatan kerja,terjatuh,tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
4 Pemasangan Peralatan Utama Lift
LIFT - MACHINE ROOMESS ( Pass/Fire.Elev ) setara Fuji Atlas
Kap : 1000 Kg
Speed : 1,0 m/s
Person : 13 Orang
Include Panel Control
5 Pemasangan WF Dudukan Rangka Lift
6 Pekerjaan Dinding Beton , t = 12 cm
Bekisting Multiplek Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
Pembesian tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
Beton f'c = 24,90 Mpa, (K-300) tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh

7 Pas. Dinding Rumah Lift


a. Pas. Bata Hebel Terjatuh,Tertimpa material,terkena peralatan kerja
b. Pas. Plester + Aci Terjatuh,Terkena alat kerja,tertimpa material
c. Pek. Pengecatan Terjatuh,Iritasi,Sesak napas,Terimpa material dan alat bantu
d. Pas. Pintu Plat Bordes + Rangka, finish terpasang

F PEKERJAAN FASAD GEDUNG


1 Pas. Alumunium Composite Panel ( ACP ) Eksterior, Polos, Terjatuh, tertimpa material,terkena peralatan kerja,tersengat arus
2 Pek. Perforasi/Cutting ACP Terjatuh, tertimpa material,terkena peralatan kerja,
3 Pek. Conwood ACP Terpotong,Tersayat,terkena peralatan kerja,Terjatuh,Tertimpa material
4 Pas. Stainless Logo Kabupaten Tangerang , t = 70 cm Tertimpa material,terjatuh,Terkena peralatan kerja
5 Pas. Stainless Huruf, t= 25 cm " BAPENDA Kabupaten Tangerang Tertimpa material,terjatuh,Terkena peralatan kerja
6 Perbaikan Atap + Talang

G PEKERJAAN REHAB TOILET ( 3 LANTAI )


1 Pas. Plester + Aci Terjatuh,Terkena alat kerja,tertimpa material
2 Pas. Lantai Keramik 60 x 60 Terpotong,Tersayat,terkena peralatan kerja,Terjatuh,Tertimpa material
3 Pas. Dinding Keramik 60 x 60 Terpotong,Tersayat,terkena peralatan kerja,Terjatuh,Tertimpa material
4 Pemasangan Rangka Besi Hollow Terjatuh, tertimpa material,terkena peralatan kerja,
5 Pemasangan Plafond Gypsum Terjatuh,tertimpa Material,Terkena peralatan kerja
6 Pemasangan Cat Plafond Terjatuh,Iritasi,Sesak napas,Terimpa material dan alat bantu
7 Pemasangan Kloset Duduk Tertimpa material,terjatuh
8 Pemasanagn Wastafel, LW 240 CJ ex Toto, Komplit kran & acc Terkena peralatan kerja,Tertimpa material
9 Pemasangan Jet Washer Tertimpa material,terjatuh
10 Pemasangan Meja Washtafell di Toilet Tertimpa material,terjepit/tertabrak alat berat,terjatuh,tertusuk/tersayat material besi/material
11 Pemipaan
12 Pemasangan Urinoir Tertimpa material,terjatuh
13 Pemasangan Kran Dinding Tersayat alat kerja,tertimpa material,terjatuh,iritasi
14 Pemasangan Floor Drain Luka terkena peralatan kerja
15 Pemasangan Kaca KM/WC
16 Pemasangan 1 titik Instalasi Penerangan NYM 2x1.5mm2 Teriris,terjepit ,Terpotong peralatan kerja,Tersengat arus listrik,terjatuh,Tertimpa alat bantu
17 Pas. Lampu downlight LED Flat 7 Watt, setara phillips Teriris,terjepit ,Terpotong peralatan kerja,Tersengat arus listrik,terjatuh,Tertimpa alat bantu
18 Saklar Double Teriris,terjepit ,Terpotong peralatan kerja,Tersengat arus listrik,terjatuh,Tertimpa alat bantu
19 Saklar Single Teriris,terjepit ,Terpotong peralatan kerja,Tersengat arus listrik,terjatuh,Tertimpa alat bantu
20 Pas. Pintu Rangka Kayu. Type 1
21 Pas. Pintu Alumunium

H PEKERJAAN KANOPI (4 SEGMEN - 3 LOKASI PASANG)


1 Pek. Bouplank Terkena peralatan kerja, Tertimpa material
2 Pek. Pondasi Plat Beton Setempat 120x100 cm
- Pek. Galian Pondasi Terkena peralatan kerja,cangkul,sekop dll
- Pek. Pembesian Pondasi Plat Setempat tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
- Pek. Pondasi Beton f'c = 19,3 Mpa, K-225 tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
3 Pek. Kolom Pedestal 40x40
- Bekisting Multiplek 9 mm Terjatuh,tertimpa /tertusuk/tersayat material,terkena peralatan kerja
- Tul. Sudut (Besi Ulir) tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
- Tul. Tengah (Besi Ulir) tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
- Sengkang (Besi Polos) tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
- Pek. Beton f'c = 19,3 Mpa, K-225 tertimpa material,terkena peralatan kerja,Terjatuh
4 Pas. Plat dudukan dan pengaku, tebal 10 mm tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja /alat berat,terjatuh,Tertimpa
5 Pas. Baut Mur Ø 16 mm
6 Pas. Angkur Ø 16 mm
7 Pek. Tiang Utama, Besi Pipa Galvanis Ø 6" tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja /alat berat,terjatuh,Tertimpa
8 Pek. Besi Pipa Galvanis Ø 4" tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja /alat berat,terjatuh,Tertimpa
9 Pek. Bending Lengkung
10 Pek. Gording Besi Pipa Galvanis Ø 2" tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja /alat berat,terjatuh,Tertimpa
11 Pek. Pengelasan tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja /alat berat,terjatuh,Tertimpa
12 Pek. Pengecatan Sincromate Besi, Warna Putih Terjatuh,Iritasi,Sesak napas,Terimpa material dan alat bantu
13 Pek. Skoor/Sling, Besi Ø 19 mm tertusuk/tersayat material,Terkena peralatan kerja,terjatuh,Tertimpa material
14 Pasang Atap Kanopi Kain Membran, Warna Putih
Pek. Cutting Metal Ekterior Fasade (Batik Tangerang) 3 mm
15
Berikut Rangka dan Acsesori
16 Pek. Pasang Car Stopper dari Rubber/Karet

I PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pekerjaan Pembersihan + Buang Puing Sisa Pekerjaan

Anda mungkin juga menyukai