Anda di halaman 1dari 22

GRAMATIKAL AL-QUR`AN: MENJAWAB TUDUHAN

KESALAHAN GRAMATIKAL DALAM AL-QUR`AN

Buhori
Dosen Bahasa Arab Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir IAIN Pontianak
Email: kanghari32@yahoo.co.id

Diterima tanggal: 7 September 2020 Selesai tanggal: 31 Desember 2020

ABSTRACT
Al-Qur'an is a holy book that is mu'jiz in nature, not only in terms of its content but also in
terms of the language's beauty and its grammatical fluency. Al-Qur'an challenges those who
still doubt it to write letters such as those in the al-Qur'an. Since the time of Prophet
Muhammad PBUH. There is already a group that has envy and does not accept the holiness
of the Qur'an. Nowadays, non-Muslims are again trying to find weaknesses and mistakes in
the Qur'an. One of the errors they accuse is an error in the grammatical aspect of the Koran.
This weakness will later be used as their argument, which states that the al-Qur'an is not a
holy book that is ma'shum (protected from error). It is not a revelation but merely the
creation of the prophet Muhammad. Therefore, in this paper, the author will answer the
accusations of grammatical errors addressed in the holy book of the Koran.

Keywords: grammatical, al-Qur`an, accusations, errors

Al-Qur`an merupakan kitab suci yang bersifat mu`jiz, tidak hanya dari segi kandungannya,
akan tetapi juga dari segi keindahan bahasa yang digunakan dan kefasihan tata bahasanya.
Al-Qur`an memberikan tantangan kepada orang-orang yang masih meragukannya untuk
membuat surat semisal yang ada dalam al-Qur`an.Sejak masa nabi Muhammad saw. sudah
ada kelompok yang memiliki kedengkian dan tidak menerima atas kesucian al-Qur`an.
Dewasa ini, kalangan non muslim kembali mencoba mencari kelemahan dan kesalahan dalam
al-Qur`an. Salah satu kesalahan yang mereka tuduhkan adalah kesalahan dalam aspek
gramatikal al-Qur`an. Kelemahan ini nantinya dijadikan sebagai argumentasi mereka yang
menyatakan bahwa al-Qur`an bukanlah kitab suci yang ma`shum (terjaga dari kesalahan), ia
bukan wahyu, namun semata hasil kreasi dari nabi Muhammad saw. Oleh sebab itu, dalam
tulisan ini, penulis akan menjawab tuduhan-tuduhan kesalahan gramatikal yang dialamatkan
pada kitab suci al-Qur`an.

Kata Kunci: Gramatikal, al-Qur`an, Tuduhan, Kesalahan

PENDAHULUAN jutaan penduduk yang tersebar di sejumlah


Bahasa Arab sebagai salah satu negara memiliki berbagai karakteristik
bahasa tertua di dunia dan digunakan oleh khusus yang tidak dapat ditemui pada

~ 231 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 14, Nomor 2, Tahun 2020 [P231-252]
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat & Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121

bahasa-bahasa lainnya. Karaktertistik khas dipertegas lagi dengan QS.as-Syu`ara` (26)


yang dimiliki bahasa Arab di antaranya 192-195:
berupa fonem, derivasi (isytiqaq), tarkib
ۙ ُ ْ ِ‫وْح ا ْ َ ﻣ‬
ُ ‫اﻟﺮ‬
‫ﻧَﺰَ َل ﺑِﻪِ ﱡ‬ َۗ ْ ‫وَ اِﱠﻧ ٗﻪ َﻟ َﺘ ْ ِ ﻳْ ُﻞ َر ِّب ا ْﻟ ٰﻌ َﻠ ِﻤ‬
(kedudukan kata dalam kalimat), dan
‫ﺎن‬
ٍ ‫ِﺑﻠِ َﺴ‬ ۙ‫ِﻚ ِ َ ﻜُ ﻮْ َن ﻣِ َﻦ ا ْﻟﻤُ ﻨْ ِﺬ ِرﻳ َْﻦ‬
َ ‫ﻗَ ْﻠﺒ‬ ٰ َ
i`rab.Dari empat karakteristik tersebut
sebagian besar terkait dengan ilmu ٍۗ ْ ‫َﻋ َﺮ ِ ّ ٍ ﻣﱡ ِﺒ‬
gramatikal bahasa Arab yang saat ini lebih
dikenal dengan sebutan ilmu Nahwu Artinya: “Dan sungguh, (Al-Qur'an) ini
benar-benar diturunkan oleh Tuhan
(sintaksis) dan Sharraf (morfologis). seluruh alam, Yang dibawa turun oleh ar-
Ilmu Nahwu dan Sharraf merupakan Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu
(Muhammad) agar engkau termasuk orang
dua disiplin ilmu tata bahasa Arab yang yang memberi peringatan, dengan bahasa
memiliki peranan penting dalam Arab yang jelas. (QS. as-Syu`ara` (26)
192-195)
perkembangan dan pemeliharaan
keotentikan bahasa Arab Fushah di tengah Selain itu, al-Qur`an juga
“serbuan” dialek-dialek luar yang memberikan tantangan kepada orang-
mempengaruhinya. Melihat besarnya peran orang yang masih meragukannya untuk
yang dimiliki ilmu ini, sehingga keduanya membuat surat semisal yang ada dalam al-
sering dijuluki sebagai pasangan bapak Qur`an3. Tantangan ini di antaranya untuk
ilmu (abu al-`ilmi) untuk ilmu Nahwu dan membuktikan betapa agungnya kandungan
ibu ilmu (ummu al-`ilmi) untuk cabang al-Qur`an serta tata bahasa yang dimiliki
1
ilmu Sharraf . al-Qur`an, yang pada akhirnya menjadi
Al-Qur`an merupakan kitab suci bukti tidak adanya kesalahan dalam kitab
yang memiliki segudang kemu`jizatan, suci ini4.
tidak hanya dari segi kandungannya, akan Upaya memahami al-Qur`an dengan
tetapi juga dari segi keindahan bahasa baik tidak dapat dipisahkan dari ilmu-ilmu
yang digunakan dan kefasihan tata yang terkait dengan al-Qur`an. Ketika al-
bahasanya. Al-Qur`an diturunkan dengan Qur`an dipahami secara bebas dengan
menggunakan bahasa Arab agar manusia mengabaikan perangkat keilmuan yang
2
berfikir dan mengerti. Ayat ini juga melingkupinya, maka cenderung akan
menghasilkan penafsiran yang jauh dari

1 3
Ahmad bin Umar al-Hazimi, Syarh Nadzm QS. Al-Baqarah (2): 23
4
al-Maqsud, (almaktabah as-Syamilah, al-Isdhor as- Muhammad Husen Salamah, al-I`jaz al-
Tsani), hlm. 4 Balaghi fi al-Quran al-Karim, (Kairo: Dar al-Afaq
2
QS. Yusuf (12): 2 al-`Arabi, Cet. I, 1423H/2002 M), hlm. 9.

~ 232 ~
Buhori
Gramatikal Al-Qur’an: Menjawab Tuduhan Kesalahan Gramatikal Dalam al-Qur`an

nilai kebenaran al-Qur`an. Salah satu tidak sempurna tanpanya maka hukum
rumpun keilmuan yang melekat erat dan perkara tersebut adalah wajib6.
tidak dipisahkan dalam upaya memahami Sejarah mencatat, sejak zaman nabi
al-Qur`an adalah keilmuan tentang Muhammad saw. sudah ada kelompok
gramatikal atau tata bahasa Arab. Oleh yang memiliki kedengkian dan tidak setuju
karna itu, kaum muslimin yang ingin terhadap kitab al-Qur`an. Namun, sejarah
memahami kitab Al-Qur`an secara integral juga membuktikan bahwa apapun upaya
dan mendalam maka diharuskan untuk yang telah dilakukan oleh mereka tidak
memahami perangkat-perangkat keilmuan, ada satupun yang mampu menggoyahkan
termasuk mempelajari bahasa Arab dan kesempurnaan al-Qur`an sebagai kitab
gramatikalnya dengan benar. suci.
Melihat urgensitas kemampuan Dewasa ini, kalangan non muslim
bahasa Arab dalam upaya memahami kitab kembali mencoba mencari titik-titik
Al-Qur`an, Muhammad bin Idris as-Syafi`i kelemahan yang terdapat dalam kitab al-
atau yang lebih dikenal dengan nama Qur`an. Salah satu titik kelemahan yang
Imam Syafi`i (w. 204 H), pendiri madzhab menjadi fokus kajian mereka adalah
Syafi`i dalam bidang fiqh, menyatakan mencari kesalahan gramatikal bahasa yang
bahwa hendaknya seorang muslim terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur`an.
mempelajari bahasa Arab semaksimal Kelemahan ini nantinya dijadikan sebagai
mungkin hingga batas usaha keras yang argumentasi mereka yang menyatakan
5
bisa mereka lakukan . Pernyataan lebih bahwa al-Qur`an bukanlah kitab suci yang
tegas lagi disampaikan oleh Ibnu Taimiyah ma`shum (terjaga dari kesalahan), ia
(w.728 H). Beliau menegaskan bahwa bukan wahyu, namun semata hasil kreasi
bahasa Arab itu adalah bagian dari agama, dari nabi Muhammad saw. sendiri.
dan mengetahuinya adalah keharusan yang Perbincangan terkait adanya
wajib dipenuhi, (karena) memahami kitab kesalahan gramatikal dalam sebagian ayat-
Al-Qur’an dan Hadits adalah fardhu, yang ayat Al-qura`n banyak terjadi, baik di
tidak dapat dipahami kecuali dengan ruang diskusi formal, seperti seminar,
memahami bahasa Arab terlebih dahulu, debat lintas agama, maupun di kelompok
dan setiap perkara yang suatu kewajiban disukusi non-formal yang tersebar di
berbagai media sosial, seperti facebook,
6
Ibnu Taimiyah, Iqtidhā as-Shirātha al-
Mustaqîm li Mukhālafati Ashhābi al-Jahîm,
5
Muhammad bin Idris as-Syafi`i, Ar- (almaktabah as-Syamilah, al-Isdhor as-Tsani), hlm.
Risālah, (Beirut: Dār al-Kitab, tt), hlm. 48 207

~ 233 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 14, Nomor 2, Tahun 2020 [P231-252]
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat & Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121

whatsApp dan sebagainya. Peneliti pernah dibagikan ratusan kali7. Menurut si


melihat tayangan video di sebuah forum penulis, ia akan membuktikan adanya
lintas agama yang diisi oleh Zakir Naik kesalahan-kesalahan gramatikal dalam
(pakar kristologi), pada saat itu ada salah ayat al-Qur`an yang selama ini diyakini
seorang peserta dari kalangan Kristiani oleh kaum muslimin sebagai kitab suci
yang menyatakan bahwa ia menemukan yang tiada noda dan kesalahan. Dengan
lebih dari 20 (dua puluh) kesalahan adanya bukti-bukti kesalahan yang ia
gramatikal di dalam al-Qur`an. Kemudian temukan, maka menurutnya al-Qur`an
ia menampilkan beberapa ayat yang tidak lagi dapat disebut sebagai kitab suci,
menurutnya salah dari aspek gramatikal bahkan tidak dapat disejajarkan dengan
bahasa Arab. Menanggapi hal ini, Zakir karya-karya sastra hasil budayawan Arab
Naik menjawab tidak mungkin al-Qur`an yang handal.
menyalahi tata bahasa Arab sebab tata Salah satu ayat yang dianggap
mengalami kesalahan gramatikal bahasa
bahasa Arab itu sendiri bersumber dari al-
Arab adalah QS. Al-Maidah (5): 69.
Qur`an. Logika sederhananya, tidak
mungkin sumber menyalahi dari produk َ‫إِنﱠ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا وَ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ھَﺎدُوا وَ اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬
‫وَ اﻟﻨﱠﺼَ ﺎرَى ﻣَﻦْ آﻣَﻦَ ﺑِﺎ ﱠ ِ وَ ا ْﻟﯿَﻮْ مِ ْاﻵﺧِ ِﺮ َو َﻋ ِﻤ َﻞ‬
yang dihasilkan.
. َ‫ﺻَ ﺎﻟِﺤًﺎ ﻓ ََﻼ ﺧَ ﻮْ فٌ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮭ ْﻢ وَ َﻻ ھُ ْﻢ ﯾَﺤْ َﺰﻧُﻮن‬
Argumentasi yang disampaikan ini, ٠(69 :‫)اﻟﻤﺎﺋﺪة‬
menurut peneliti, kurang memberikan
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang
kepuasan dan kejelasan secara ilmiah beriman, orang-orang Yahudi, Sabi`in dan
terhadap persoalan yang dituduhkan. orang-orang Nasrani, barang siapa yang
beriman kepada Allah, kepada hari
Kritikan terhadap gramatikal bahasa kemudian, dan beruat kebajikan, maka
(khususnya pada aspek i`rob), akan lebih tidak ada rasa khawatir padanya dan
mereka tidak bersedih hati.
tepat apabila dijawab dengan penjelasan
secara mendetail, kata-perkata, tentang Kata waas-Shābiûna dalam ayat di

gramatikal juga. atas merupakan bentuk Jamak Mudzakkar

Selain itu, peneliti juga menemukan Salim yang ditandai dengan tanda

postingan di facebook berbahasa Arab i`rabrofa` berupa huruf wau dan nun.

yang memuat tentang tuduhan banyaknya Berdasaarkan kaedah bahasa Arab, kata

kesalahan gramatikal dalam ayat-ayat Al- tersebut kurang tepat, sebab ia di`athof-kan

Qur`an. Postingan dengan judul “al-akhta` 7


Uraian lengkap dapat dilihat pada
www.facebook.com/notes/tunisiens-irréligieux-
al-lughāwiyyah fi al-Qur`an”diunggah -‫ﻓﻲ‬
-ҒljDŽ
ƤƶƵǚ-ơǛƖ һǝǚ/ƼNJ
NJ
ƾljəǠ-ҒƄƽǚDŽ
җ
oleh akun Tunisiens Irréligieux dan telah 472006359523925/ƻǎ ƬƵǚ/, diakses pada tanggal 5
Agutus 2019

~ 234 ~
Buhori
Gramatikal Al-Qur’an: Menjawab Tuduhan Kesalahan Gramatikal Dalam al-Qur`an

kepada kata al-ladzina sebagai isim dari Markaz al-Qānun al-`Arabiy wa al-Islāmiy
inna yang manshûb (dalam keadaan i`rab dan dimuat juga di https://sami-
nashab).Seyogyanya, kata yang ma`thûf aldeeb.com/livres/Coran-fautes.pdf.
pada al-manshûb (kata dalam keadaan Melihat banyaknya syubhat dan
nashab) juga Nashab. Menurutnya, kesalahan persepsi serta
pengungkapan yang benar dalam ayat al- kesalahpemahaman tentang ayat-ayat al-
Qur`an di atas adalah waas-Shābiîna Qur`an, khususnya pada aspek gramatikal
(tanda i`rabnya berupa huruf ya` dan nun). bahasa Arab seperti yang dipaparkan di
Ia juga membandingkan dengan dua ayat atas, maka peneliti melihat perlu dilakukan
semisal lainnya yang menurutnya sudah kajian yang mendalam tentang analisis
ditulis dengan benar, yaitu QS. Al-Baqarah terhadap ayat-ayat al-Qur`an yang
(2): 62, dan QS. Al-hajj (22): 17. disalahpahami oleh beberapa kalangan
Tuduhan akan banyaknya tersebut. Kajian ini selain akan menjawab
kesalahan dalam Al-Qur`an, baik pada berbagai tuduhan yang dilontarkan oleh
aspek sintaksis dan morfologis, ataupun kalangan di luar Islam, juga diharapkan
kesalahan penggunaan kata yang ambigu, mampu memberikan penjelasan yang
kesalahan imlāiyah dan kontradiksi antar lengkap terhadap umat Islam sendiri
ayat, tidak hanya termuat dalam tulisan- tentang kemu`jizatan dan keindahan yang
tulisan yang diunggah di media sosial. dimiliki oleh al-Qur`an, sebagai kitab suci
Tulisan lain dalam tampilan yang lebih umat Islam.
sistematis dan terkesan lebih ilmiah juga
sudah banyak beredar. Abdullah Abdul al- Gramatikal Al-Qur`an (Ilmu Nahwu
dan Sharraf)
Fadi, nama samaran yang digunakan oleh
Pengertian dan Cakupan Ilmu Nahwu
seorang non-muslim, telah menulis buku (sintaksis)
yang berjudul Is The Qur`an Dalam Kamus Besar Bahasa
Infallible?.Buku ini telah diterjemahkan ke Indonesia sintaksis diartikan sebagai
dalam beberapa bahasa di dunia.Sami pengaturan dan hubungan kata dengan kata
A.Aldeeb Abu Sahlieh, doktor dalam atau dengan satuan lain yang lebih besar.
bidang hukum di Universitas Fribourg Sintaksis juga merupakan ilmu tata kalimat
Swiss, kelahiran Palestina yang menetap atau cabang linguistik tentang susunan
di Swiss yang beragama Kristen, juga kalimat dan bagiannya8. Sedangkan
menulis sebuah artikel dengan judul “al- Taufiqurrochman (2008: 13) mengartikan
Akhtha` al-lughowiyyah fi al-Qur`an al- 8
(http://www.kbbi.web.id/sintaksis), diakses
Karîm”. Tulisan ini diterbitkan oleh pada tanggal 27 September 2018

~ 235 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 14, Nomor 2, Tahun 2020 [P231-252]
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat & Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121

sintaksis dalam bahasa Arab sebagai cara meng-i`rabnya9. Sedangkan Musthofa


cabang ilmu yang membahas seputar al-Ghulāyaynî mendefinisikan ilmu nahwu
hukum dan kedudukan kata yang terdapat (yang dulu dikenal dengan istilah i`rob)
dalam kalimat atau teks, pembagian sebagai cabang ilmu dasar untuk
kalimat dan sebaganya. megetahui kedudukan kata dalam bahasa

Dalam kaedah bahasa Arab, cabang Arab dari segi i`rob dan mabni, yaitu pada

ilmu yang membahas tentang tata kalimat saat kata-kata tersebut sudah tersusun

dikenal dengan sebutan ilmu Nahwu. dalam bentuk kalimat10.

Secara bahasa, kata Nahwu memiliki enam Berdasarkan beberapa pengertian di


makna, yaitu: al-qashdu (menyengaja), al- atas, secara garis besar tidak terdapat
jihhah (arah), al-mitslu (seperti), al- perbedaan di kalangan ahli bahasa dalam
miqdar (kira-kira), al-qismu (bagian), dan memandang dan mendefinisikan ilmu
al-ba`du (sebagian) (Hasyiyah Hudhori, tt: Nahwu.Nahwu merupakan salah satu
10). cabang ilmu bahasa yang memiliki posisi

Adapun Nahwu dari sisi terminologi, penting. Dengan disiplin ilmu inilah kita

al-Hudhori (tt:10) mendefinisikannya dapat mengetahui cara membaca huruf

sebagai berikut: akhir pada tiap kata dalam bahasa Arab.


Apakah berharkat dhommah (rofa`), fathah
ُ‫ب ﯾُﻌْﺮَ ف‬
ِ َ‫ِﻋ ْﻠ ٌﻢ ﺑِﺎُﺻُﻮْ لِ ُﻣ ْﺴﺘَ ْﻤﺒَﻄَ ٍﺔ ﻣِﻦ َﻛﻼَمِ ا ْﻟﻌَﺮ‬ (nasab), kasroh (jir), atau sukun (jazm)
‫ت ا ْﻟﻌَﺮَ ﺑِﯿَ ِﺔ ﺣَ ﺎلَ اِﻓْﺮَ ِدھَﺎ وَ ﺣَ ﺎ َل‬
ِ ‫ﺑِﮭَﺎ اَﺣْ ﻜَﺎ ُم ا ْﻟ َﻜﻠِﻤَﺎ‬ untuk kalimat fi`il / kata kerja, atau akhir
‫ﺗَﺮْ ِﻛﺒِﮭَﺎ‬ huruf tersebut tidak pernah berubah,
namun tetap dalam satu keadaan, yang
Nahwu adalah ilmu tentang Qoidah-qoidah
(pokok-pokok) yang diambil dari dalam ilmu Nahwu disebut sebagai kata
perkataan orang Arab, untuk mengetahui mabni.
hukum kalimat arab yang tidak disusun
dengan kalimat lain (seperti panggilan, Kesalahan sintaksis adalah kesalahan
idghom, membuang dan mengganti huruf)
atau penyimpangan struktur frasa, klausa
dan keadaan kalimat ketika ditarkib
(seperti i’rob dan mabni). atau kalimat serta ketidaktepatan
Fu`ad Ni`mah dengan ungkapan pemakaian partikel kata.Sedangkan dalam
yang sedikit berbeda, mengartikan nahwu
9
sebagai kaidah-kaidah untuk mengetahui Fuad Ni`mah. 1998. Mulakkhos Qawa`id
al-Lughoh al-`Arabiyyah, Dar al-Tsaqofah al-
kedudukan kata dalam kalimat dan cara- Islamiyah: Beirut, hlm. 17
10
Musthafa al-Ghulāyaynî, 1994, Jãmi’u al-
Durus al-Arabiyyah, cet.VI, Beirut: Kutub al-
Ilmiyah, hlm. 9

~ 236 ~
Buhori
Gramatikal Al-Qur’an: Menjawab Tuduhan Kesalahan Gramatikal Dalam al-Qur`an

lingkup bahasa Arab, kesalahan sintaksis Dengan ungkapan yang lebih rinci
yang disebut akhta` nahwiyyah yang disertai dengan penjelasan objek kajian
sering terjadi adalah kesalahan dalam i`rob ilmu Sharraf,12 menjelaskan:
atau pemberian harkat huruf akhir dari
‫أو ھﻮ اﻟﻌﻠﻢ اﻟﺬي ﯾﺪرس اﻟﻜﻠﻤﺔ اﻟﻤﻔﺮدة وﻣﺎ‬
setiap kalimat. ‫ وﻣﻦ ﺻﺤﺔ أو‬،‫ﻟﺤﺮوﻓﮭﺎ ﻣﻦ أﺻﺎﻟﺔ أو زﯾﺎدة‬
،‫ وﻣﻦ إﺑﺪال أو ﺣﺬف أو إدﻏﺎم أو إﻣﺎﻟﺔ‬،‫إﻋﻼل‬
Sharraf (morfologi) ‫وﻣﺎ ﯾﻌﺘﺮض ﻵﺧﺮ اﻟﻜﻠﻤﺔ ﻣﻤﺎ ھﻮ ﻟﯿﺲ ﺑﺈﻋﺮاب‬
‫وﻻ ﺑﻨﺎء ﻛﻮﻗﻒ أو ﻏﯿﺮه‬
Morfologi bahasa Arab atau yang
Berdasarkan pengertian di atas, al-
dikenal dengan ilmu Sharrf, menurut
Ghulāyaynî mengutarakan bahwa Ilmu
Musthofa al-Ghulāyaynî adalah ilmu
Sharraf dapat disebut juga sebagai ilmu
tentang asal usul kata dengannya dapat
yang mengkaji kata-kata mufrod, yaitu
diketahui bentuk-bentuk dari kata-kata
kata yang tidak digabung dengan kata yang
bahasa Arab dan keadaannya, bukan i`rab
lain, dan belum membentuk sebuah
bukan juga bina`. Dalam bahasa Arab,
kalimat, yang mencakup pada huruf-huruf
disiplin ilmu yang membahas tentang
yang asli dan tambahan, huruf-huruf sohih
aspek morfologis disebut dengan ilmu
dan huruf `illat, ibdal, membuang huruf
Sharraf.Secara bahasa, kata sharraf dapat
(hadzfu), idgham, imalah, dan terkait
berarti taghyiir (perubahan) dan taqlib
dengan akhir kata, selain i`rob dan mabni,
(membalikkan).
seperti waqaf dan lainnya.
Sedangkan secara istilah, Musthofa
Pandangan Ulama terkait Fenomena
al-Ghulāyaynî11 mengartikan Sharraf
Kesalahan Gramatikal dalam Al-Qur`an
sebagai berikut:
Perbincangan seputar ayat-ayat al-
‫اﻟﺼﺮف ھﻮ اﻟﻌِﻠﻢ اﻟﺬي ﯾﺒﺤﺚ ﻓﻲ اﻟﻠﻔﻆ اﻟﻤﻔﺮد‬
‫ و ﻣﺎ طﺮأ ﻋﻠﻰ ھﯿﻜﻠﮫ‬،‫ﻣﻦ ﺣﯿﺚ ﺑﻨﺎؤه و وزﻧﮫ‬ Qur`an yang secara lahirnya nampak
.‫ﻣﻦ ﻧﻘﺼﺎن أو زﯾﺎدة‬ menyalahi kaedah gramatikal bahasa Arab
Sharraf adalah bidang ilmu yang yang lazim digunakan saat itu, sejatinya
membahas tentang lafadz-lafadz yang telah berlangsung sejak masa sahabat nabi.
mufrod (tidak diisnadkan dengan kalimat
yang lain) dari segi mabninya, wazannya, Banyak para ulama yang menjadikan hal
dan perubahan-perubahan yang terjadi di ini sebagai tema pembahasan dalam
dalamnya, seperti adanya pengurangan
beberapa karyanya, serta banyak pula
(huruf) dan penambahan.
ulama-ulama tafsir yang telah memberikan
pandangannya akan hal ini.

11 12
Musthafa al-Ghulāyaynî, op.cit., hlm. 16 Musthafa al-Ghulāyaynî, op.cit, hlm. 17

~ 237 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 14, Nomor 2, Tahun 2020 [P231-252]
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat & Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121

Imam Suyuthi dalam kitab al-Ithqan fi menemukan fakta historis yang cukup
Ulumi al-Qur’an13, dengan mengutip menarik bahwasannya ‘Aisyah binti Abu
perkataan Abu `Ubaid dalam Bakar sendiri memang mengakui adanya
kitab Fadhaili al-Qur’an, menceritakan “kesalahan” gramatik dalam kitab suci al-
bahwa ‘Urwah bin Zubair pernah bertanya Qur`an yang penyebabnya adalah para
kepada ‘Aisyah tentang “penyimpangan penyalin yang telah keliru menuliskan
gramatikal” (lahn) dalam Qur’an. Kitab Suci al-Qur’an.
Pertanyaan `Urwah bin Zubair pada Lebih lanjut, as- Suyûthi dengan
Aisyah kala itu difokuskan pada tiga ayat mengutip riwayat dari Ibnu al-Anbãri
yang secara gramatikal “keliru”, di dalam kitab ar-Raddu `alã Man Khãlafa
antaranya: Thaha (20): 63, QS.an-Nisa (4): Mushafa Utsman dan riwayat Ibnu Asytah
162, dan QS. al-Maidah (5): 69. dalam kitab al-Mashãhifmenjelaskan
Menanggapi pertanyaan `Urwah bahwa setelah proyek penulisan mushaf al-
tersebut, Sayyidah `Aisyah ra memberikan Qur`an rampung dikerjakan, maka mushaf
jawaban cukup mencengangkan. Dalam tersebut disampaikan kepada Utsman bin
kitab tersebut dikisahkan, bahwa `Aisyah `Affan, maka beliau menemukan beberapa
menjawab: (penulisan) huruf yang mengalami lahn
‫ اﺧﻄﺆوا ﻓﻲ‬،‫ ھﺬا ﻋﻤﻞ اﻟﻜﺘﺎب‬،‫ﯾﺎ ﺑﻦ أﺧﻲ‬ (kesalahan), namun beliau menegaskan;

.‫اﻟﻜﺘﺎب‬ “biarkan jangan rubah tulisan ini, nanti


orang-orang Arab yang akan merubahnya
Wahai anak laki-laki pamanku, hal ini
sendiri, atau orang-orang Arab nanti yang
(kesalahan gramatikal/lahn dalam
akan mengi`rabnya dengan bahasa
Qur’an) tersebut terjadi karena perbuatan
mereka”14.
para penulis atau penyalin (Kuttab) yang
Hanya saja, atsãr di atas dinilai oleh
salah dalam menuliskannya.
as-Suyûthi sebagai riwayat yang sangat
Pertanyaan dari ‘Urwah dan jawaban
bermasalah dan tidak logis. Menurutnya,
dari ‘Aisyah yang terekam dalam kitab
berdasarkan logika sederhana, bagaimana
yang ditulis Jalalu ad-Din as-Suyuthi ini mungkin para sahabat yang bertugas menyalin
secara jalur periwayatan (isnad) dianggap al-Qur`an mengalami kesalahan gramatikal
valid menurut kriteria Bukhari dan (lahn), terlebih dalam teks al-Qur`an,
Muslim. Mengacu pada riwayat ini, kita sementara mereka dikenal sebagai para

13 14
Jalaluddin as-Suyûthi, al-Itqãn fĭ Ulûmi Lebih jelas lihat Jalaluddin as-Suyûthi, al-
al-Qur’an (Beirut: Risalah Publisher, 2008), hal Itqãn fĭ Ulûmi al-Qur’an (Beirut: Risalah
390-391 Publisher, 2008), hal 391

~ 238 ~
Buhori
Gramatikal Al-Qur’an: Menjawab Tuduhan Kesalahan Gramatikal Dalam al-Qur`an

fushahã (ahli bahasa Arab fushah) yang sangat diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab
kuat ?. Bagaimana bisa mereka dianggap salah dengan judul; al-Akhtha` al-lughowiyyah fi
dalam pelafalan al-Qur`an, sementara mereka al-Qur`an al-Karîm. Artikel ini ditulis
menerimanya secara langsung (talaqqi) dari
oleh Sami A.Aldeeb Abu Sahlieh, dan
nabi Muhammad saw. dan mereka telah
Ketiga, artikel dengan judul “al-akhta` al-
menghafal, dan mengingatnya secara kuat ?
lughāwiyyah fi al-Qur`an”.Tulisanini
Bagaimana juga mereka dianggap melakukan
diunggah oleh akun Tunisiens Irréligieux
kesalahan kolektif dalam pelafalan dan
penyalinan al-Qur`an ?serta bagaimana pula
di akun facebooknya dan hingga saat ini

Sayyidina Utsman bin `Affan dianggap tercatat telah dibagikan ratusan kali oleh
melarang untuk dilakukannya revisi perbaikan akun-akun lainnya.
penulisan mushaf ? dan bagaimana bisa timbul Dengan mengacu pada tiga sumber di
persangkaan bahwa qira`at al-Qur`an yang atas, maka peneliti menemukan puluhan
beredar selama ini mengalami kesalahan ? ayat-ayat Al-Qur`an yang diklaim
padahal qira`at tersebut diriwayatkan secara mengandung unsur kesalahan linguistik,
mutawatir pada setiap masanya. Tentu hal ini
khususnya dalam aspek sintaksis
merupakan sesuatu yang mustahil, tak dapat
(nahwiyyah) dan morfologis (sharfiyyah).
diterima nalar sehat, baik secara syari`at
Ayat-ayat tersebut di antaranya adalah:
maupun kebiasaan manusia pada umumnya.
1. QS. Al-Mã`idah (5): 69
Jawaban Atas Tuduhan adanya
Kesalahan Gramatikal dalam al-Qur`an ‫اﻟﻨ ٰ ٰ ى‬
‫اﻟﺼﺎﺑِـ ﻮْ َنوَ ﱠ‬
ّ َ‫اِ ﱠن اﱠ ِ ْ َ اٰﻣَ ُﻮْ ا وَ اﱠ ِ ْ َ َﻫﺎدُ وْ ا و‬
Untuk memperoleh data terkait ‫ﻣَ ْﻦ اٰﻣَ َﻦ ﺑِﺎﷲ ِ وَ اﻟْﻴَ ﻮْ مِ ا ْ ٰ ِﺧ ِﺮ وَ َﻋ ِﻤ َﻞ َﺻﺎ ِ ًﺎ ﻓَ َ َﺧﻮْ ٌف‬
keberadaan teks-teks kitab suci Al-Qur`an
‫َ ْ ﺰَ ُﻧ ْﻮ َن‬ ْ‫َ ﻠَﻴْ ِﻬﻢْ وَ َ ُﻫﻢ‬
yang dianggap menyalahi kaedah bahasa
Arab oleh beberapa kalangan non-muslim, Jenis kesalahan yang dituduhkan
peneliti mengambil dari tiga sumber pada ayat ini masuk dalam kategori
tertulis, baik yang telah dibukukan sintaksis (nahwiyyah).Letak kesalahan
maupun yang diterbitkan dalam bentuk yang dimaksudkan terletak pada kata
artikel. Pertama, buku karya Abdullah َ‫اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬yangditulis dalam bentuk mahal
Abdul Fadhi (nama samaran), yang rafa`, dengan tanda rafa`nya berupa huruf
berjudul Is The Qur`an Infallible? Yang wawu (‫)واو‬.Kata ini dalam gramatikal
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab bahasa Arab merupakan
dengan judul; Hal al-Qurãnu makshûm ?. ma`thuf(diikutkan) terhadap kata ‫ اﻟﺬﯾﻦ‬yang
Kedua, artikel dengan judul Linguistic ber-mahal nashab.Oleh sebab itu,
Errors in the Holy Koran yang juga telah seharusnya kata َ‫اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬juga harus

~ 239 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 14, Nomor 2, Tahun 2020 [P231-252]
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat & Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121

bermahal nashab.Kata َ‫اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬yang ar-Rãzi, dan Kitab I`rãbul Qur`an al-


merupakan bentuk jamak mudzakkar salim Karĭm wa Bayãnuhu karya Muhyiddin ad-
ketika ber-mahal nashab maka tanda Darwisy.
nashabnya menggunakan huruf ya` Para ulama Qurra` berbeda pendapat
(‫)ي‬.Sehingga redaksi yang benar dalam cara membaca ayat ini. Ubay bin
seharusnya adalah ‫إِنﱠ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا َواﻟﱠﺬِﯾﻦَ ھَﺎدُوا‬ Ka`ab, Ibnu Mas`ud dan Ibnu Katsĭr
َ ‫َواﻟﺼﱠﺎﺑِﺌﯿﻦَ َواﻟﻨﱠ‬
.‫ﺼﺎ َرى‬ membaca ayat ini dengan kata َ‫(اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌِﯿﻦ‬as-
Redaksi yang hampir sama dengan Shabi`ĭna). Sedangkan dalam qira`ah yang
ayat ini dapat ditemui pada dua ayat yang masyhur dibaca َ‫(اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬as-
berbeda, yaitu pada QS. al-Baqarah (2): Shabi`ûna).Kalangan ulama ahli Nahwu
62, dan dan QS.al-Haj (22): 17. yang mengikuti qira`ah masyhur memiliki
beberapa argumen. Imam Khalĭl dan
َ ْ ‫اﻟﺼﺎﺑِــ‬
ّ َ‫اﻟﻨ ٰ ٰ ى و‬
‫اِ ﱠن اﱠ ِ ْ َ اٰﻣَ ُﻮْ ا وَ اﱠ ِ ْ َ َﻫﺎدُ وْ ا وَ ﱠ‬
Syibawaih berpendapat bahwa kata
‫ﻣَ ْﻦ اٰﻣَ َﻦ ِﺑﺎﷲ ِ وَ اﻟْﻴَ ﻮْ مِ ا ْ ٰ ِﺧ ِﺮ وَ َﻋ ِﻤ َﻞ َﺻﺎ ِ ًﺎ ﻓَ َﻠﻬُ ْﻢ‬
َ‫اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬dibaca rafa` dengan tanda huruf
‫َ ْ ﺰَ ُﻧ ْﻮ َن‬ ْ‫ا َْﺟ ُﺮ ُﻫﻢْ ِﻋﻨْ َﺪ َر ِّ ِ ْ ۚ وَ َ َﺧﻮْ ٌف َ ﻠَﻴْ ِﻬﻢْ وَ َ ُﻫﻢ‬ wawu dan nûn disebabkan tarkibnya
sebagai mubtada` yang diniatkan di akhir.
‫اﻟﻨ ٰ ٰ ى‬
‫اﻟﺼﺎﺑِـ ْ َ وَ ﱠ‬
ّ َ‫اِ ﱠن اﱠ ِ ْ َ اٰﻣَ ُﻮْ ا وَ اﱠ ِ ْ َ َﻫﺎدُ وْ ا و‬ Sementara khabar-nya makhdzûf
‫وَ ا ْﻟﻤَ ُﺠﻮْ َس وَ اﱠ ِ ْ َ اَ ْ َﻛُ ﻮْ ٓاۖاِ ﱠن اﷲ َ ﻳَ ﻔْ ِﺼ ُﻞ َﺑ ْﻨَ ﻬُ ﻢْ ﻳَ ﻮْ َم‬ (dihilangkan). Sehingga redaksi ayat di
atas jika ditulis secara lengkap dapat
‫َ ْ ءٍ َﺷ ِﻬﻴْ ٌﺪ‬ ِّ ُ ٰ َ َ ‫ا ْﻟ ِﻘﻴٰ ﻤَ ﺔِۗاِ ﱠن اﷲ‬
seperti berikut:

Pada dua ayat tersebut di atas, ‫إن اﻟﺬﯾﻦ آﻣﻨﻮا واﻟﺬﯾﻦ ھﺎدوا واﻟﻨﺼﺎرى ﻣﻦ آﻣﻦ‬
penulisan kata َ‫اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬sudah dianggap ‫ﺑﺎ واﻟﯿﻮم اﻵﺧﺮ وﻋﻤﻞ ﺻﺎﻟﺤﺎ ً ﻓﻼ ﺧﻮف ﻋﻠﯿﮭﻢ‬
tepat, sebab ditulis dalam bentuk nashab 15
‫ واﻟﺼﺎﺋﺒﻮن ﻛﺬﻟﻚ‬، ‫وﻻ ھﻢ ﯾﺤﺰﻧﻮن‬
dengan tanda i`rabnya berupa huruf ya` Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
( َ‫) َواﻟﺼﱠﺎﺑِﺌﯿﻦ‬bukan ditulis dalam bentuk rafa` orang-orang Yahudi, dan orang-orang
Nasrani, barangsiapa beriman kepada
seperti pada QS.Al-Mã`idah (5): 69. Allah, kepada hari kemudian, dan berbuat
Untuk menjawab persoalan ini, kebajikan, maka tidak ada rasa khawatir
padanya dan mereka tidak bersedih hati,
peneliti merujuk kepada beberapa kitab Sedangkan para kaum Shãbi`in juga
tafsir terkemuka, seperti Tafsir Anwãr at- seperti itu.
Tanzĭl wa Asrãru at-Ta`wĭl karya
Nashiruddin Abu al-Khair Abdullah bin
15
Umar bin Muhammad al- Baidhãwi, Kitab Lebih jelas lihat di Tafsir Mafãtih al-
Ghaib karya Fakhruddin ar-Rãzi, (al-Maktabah as-
Tafsir Mafãtih al-Ghaib karya Fakhruddin Syãmilah: al-Isdhãr as-Tsãni), Juz 6 hlm.116

~ 240 ~
Buhori
Gramatikal Al-Qur’an: Menjawab Tuduhan Kesalahan Gramatikal Dalam al-Qur`an

Ar-Rãzi menambahkan bahwa kata َ‫واﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬merupakan wawu isti`nãf


faedah dari tidak di`athafkannya kata (permulaan kalimat) sementara kata
َ‫اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬terhadap kalimat sebelumnya َ‫ﺼﺎﺑِﺌُﻮن‬
‫اﻟ ﱠ‬nya sendiri berkedudukan sebagai
seperti halnya kata yang lain, ialah ayat di mubtada` dari khabar yang dihilangkan.
atas memberi penegasan bahwa Shãbi`ĭn Peng`athafan yang terjadi pada ayat ini
sebagai kelompok yang lebih tersesat merupakan bagian dari `athfu al-Jumal
dibandingkan dengan kelompok-kelompok (peng-`athaf-an kalimat)17. Pendapat ini
lainnya yang disebutkan pada ayat ini. merupakan pendapat yang dikuatkan pula
16
Al-Baidhãwi dalam tafsirnya juga oleh pakar Nahwu dari kalangan ulama
meberikan penegasan yang hampir sama. salaf, yaitu Sibawaeh dan Imam Khalil
Menurutnya, kata َ‫اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬yang terdapat serta ulama Nahwu dari Bashrah.
pada ayat di atas tidak di`thafkan kepada Pandangan yang berbeda dikemukakan
kata sebelumnya, melainkan oleh al-Kisãi. Pakar ilmu Nahwu dari
kedudukannya sebagai mubtada`, sehingga Kufah yang bernama lengkap Ali bin
status i`rabnya adalah rafa` dengan Hamzah bin Abdullah bin Utsman ini
menggunakan tanda huruf wawu (‫ )واو‬dan berpendepata bahwa kata َ‫اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬pada ayat
nûn (‫)ن‬ disebabkan kata tersebut di atas dalam mahal rafa` bukan
merupakan Jamak Mudzakar Salim, dikarnakan menjadi mubtada`. Melainkan
sedangkan khabarnya mahdzûf sebab di `athaf-kan kepada isim marfu`
(dihilangkan), yang apabila dikeluarkan berupa dhomir rafa` yang tersimpan pada
berupa kata ‫ﻛﺬﻟﻚ‬. lafadz ‫ ھﺎدوا‬yang terletak sebelumnya18.
Penjelesan gramatikal yang lebih
2. QS. al-Baqarah (2): 17
rinci juga dapat dilihat pada kitab I`rãbul
Qur`an al-Karĭm wa Bayãnuhu karya ‫َﺿﺎۤءَ ْت ﻣَ ﺎ‬
َ ‫َﺎراۚ ﻓَ َﻠﱠﻤﺎٓ ا‬
ً ‫ﻣَ َﺜ ُﻠﻬُ ﻢْ ﻛَ ﻤَ ﺜ َِﻞ اﱠ ِ ى ْاﺳﺘَﻮْ ﻗَ َﺪ ﻧ‬
Muhyiddin ad-Darwisy. Beliau ‫َﺣﻮْ َ ٗ ذَ َﻫ َﺐ اﷲ ُ ﺑِﻨُ ﻮْ ِر ِﻫﻢْ وَ ﺗَﺮَﻛَ ﻬُ ﻢْ ِ ْ ُﻇ ُﻠﻤٰ ٍﺖ ﱠ‬
menjelaskan bahwa kata َ‫اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬berasal
‫ِ ُ وْ َن‬ ْ‫ﻳُ ﺒ‬
dari kata ‫ ﺻﺒﺄ‬yang berarti keluar dari
agamanya dan mereka merupaka kaum Jenis kesalahan yang diklaim
penyembah bintang.Terkait dengan ayat di terdapat pada ayat ini adalah kesalahan
atas, huruf wawu yang terdapat di awal sintaksis.Bentuk kesalahan yang terdapat

16 17
Nashiruddin Abu al-Khair Abdullah bin Muhyiddin ad-Darwisy, I`rãbul Qur`an
Umar bin Muhammad al- Baidhãwi, Anwãr at- al-Karĭm wa Bayãnuhu, (Beirut: Dãr Ibn Katsĭr,
Tanzĭl wa Asrãru at-Ta`wĭl, (al-Maktabah as- 1980) Juz 6 hlm. 526-527
18
Syãmilah: al-Isdhãr as-Tsãni), Juz 2 hlm. 97 Ibid. hlm. 528

~ 241 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 14, Nomor 2, Tahun 2020 [P231-252]
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat & Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121

pada ayat di atas adalah penggunaan Beliau membaca dengan


dhamĭr (kata ganti) dalam bentuk jama` menggunakan bentuk kata kerja transitif
(plural) yang seharusnya berbentuk mufrad (muta`addi) pada lafadz ‫أذھﺐ‬ dan
(tunggal). Kesalahan penggunaan dhamĭr menghilangkan huruf jar ba` pada kata
20
‫ﺑﻨﻮرھﻢ‬.
pada ayat ini terdapat pada kata ْ‫ ﺑِﻨُ ﻮْ ِر ِﻫﻢ‬,
Selain versi qira`ah tersebut, terdapat
juga ragam qira`ah (cara baca) yang
ْ‫وَ ﺗَﺮَﻛَ ﻬُ ﻢ‬dan dhamir mustatir pada kata kerja
terletak pada lafadz ‫ت‬
ٍ ‫ ظُﻠُﻤَﺎا‬dari ayat di atas.
Imam A`masy membacanya dengan ‫ت‬
ٍ ‫ظُ ْﻠﻤَﺎ‬
‫ون‬ ‫ ﻳﺒ‬.
(dengan mensukunkan huruf lam).
Bentuk dhamĭr yang terdapat pada Sedangkan Asyhab al-`Uqaili
dua kata tersebut berbentuk jama` dan membacanya ‫ت‬
ٍ ‫( ظُﻠًﻤَﺎ‬dengan mem-fathah-
dianggap kurang tepat.Sebab, rangkaian kan huruf lam)21.
kata-kata sebelumnya pada ayat ini Terkait dengan adanya
menceritakan atau mencontohkan satu ketidaksesuaian penggunaan dhamir pada
orang (dalam bentuk mufrad).Sehingga ayat di atas, yaitu antara penggunaan isim
penggunaan dhamĭr yang tepat pada kata- maushul ‫ اﻟﺬي‬yang berbentuk mufrad
kata berikutnya juga harus mufrad. dengan dhomir ‫ ھﻢ‬dalam bentuk jamak, al-
Sehingga redaksi yang dianggap lebih Baidhawi menjelaskan bahwa kata ‫اﻟﺬي‬
tepat pada ayat tersebut adalah: secara lafadz memang berbentuk mufrad,
‫ﻓﻠﲈ ٔﺿﺎءت ﻣﺎ ﺣﻮ ذﻫﺐ ﷲ ﺑﻨﻮرﻩ و ﺮﻛﻪ ﰲ ﻇﻠﲈت ﻻ‬ akan tetapi secara makna kata tersebut

‫ﯾﺒﴫ‬ dapat berarti jamak. Sehingga penggunaan


dhomir yang kembali (`ãid) pada kata ‫اﻟﺬي‬
Dalam menjawab tuduhan adanya
tersebut digunakan dalam bentuk jamak
kesalahan gramatik pada ayat di atas.
karna dimaksudkan pada aspek
Terlebih dahulu peneliti akan memaparkan
beberapa varian qira`ah yang ditemukan.
Kata ‫ أذھﺐ‬merupakan bentuk fi`il Tsulãtsĭ
20

19 Maz ĭd (kata kerja yang sudah mendapat tambahan


Al-Yamãni dalam al-Kassyãf membaca
huruf) dari lafadz ‫ذھﺐ‬. Penghilangan huruf Jar pada
ayat di atas dengan redaksi: lafadz ‫ ﺑﻨﻮرھﻢ‬yang terletak sesudahnya disebabkan
kata kerja ‫ أذھﺐ‬merupakan bentuk kata kerja
ْ‫َﺿﺎۤءَ ْت ﻣَ ﺎ َﺣﻮْ َ ٗ أَ ذْ َﻫ َﺐاﷲ ُ ُﻧ ْﻮ َر ِﻫﻢْ وَ ﺗَﺮَﻛَ ﻬُ ﻢ‬
َ ‫ﻓَ َﻠﱠﻤﺎٓ ا‬ Transitif yang memerlukan objek (maf`ûl bih)
secara langsung dan tidak membutuhkan imbuhan
huruf jar. Sehingga kata ‫ ﻧﻮرھﻢ‬pada ayat versi
qira`ah ini berkedudukan sebagai maf`ûl bih dari
19
Abu al-Qãsim Mahmûd bin `Amr bin kata ‫أذھﺐ‬
21
Ahmad az-Zamakhsyari, al-Kassyãf (al-Maktabah As-Syaukãni, Fath al-Qãdir, (al-Maktabah
as-Syãmilah: al-Isdhãr as-Tsãni), Juz 1 hlm. 45 as-Syãmilah: al-Isdhãr as-Tsãni), Juz 1 hlm. 42

~ 242 ~
Buhori
Gramatikal Al-Qur’an: Menjawab Tuduhan Kesalahan Gramatikal Dalam al-Qur`an

maknanya22. Ibnu Athiyyah al-Mahãribiy penggunaan dhamir pada ayat di atas.Pada


juga memiliki pandangan yang sama. lafadz ‫اﺳﺘﻮﻗﺪ‬dan‫ﺣﻮﻟﮫ‬dhomir yang
Menurutnya, kata ‫ اﻟﺬي‬yang terdapat pada digunakan dalam bentuk mufrad,
ayat di atas tidak dimaksudkan pada satu disebabkan merujuk pada kata ‫ اﻟﺬي‬yang
orang (mufrad), melainkan merujuk pada secara lafadz berbentuk mufrad (murã`ati
perbuatan yang dapat dilakukan oleh satu al-lafdzi). Sementara pada tiga lafadz
orang ataupun kelompok berikutnya, yaitu kata ،‫ وﺗﺮﻛﮭﻢ‬،‫ ﺑﻨﻮرھﻢ‬dan ‫ﻻ‬
tertentu.Menurutnya, ulama ahli Nahwu ‫ﯾﺒﺼﺮون‬ dhamir yang digunakan dalam
juga berpandangan bahwa kata ‫اﻟﺬي‬ bentuk jama` (plural) disebabkan merujuk
merupakan bagian dari isim mubham pada aspek maknanya (ri`ãyatu jãnibi al-
(abstrak) yang dapat digunakan untuk satu makna). Alasan lain dikarnakan kalimat
23
orang atau lebih (jamak) . tersebut berfungsi untuk menjelaskan
Penggunaan kata ‫ اﻟﺬي‬dalam arti jamak keburukan serta kesesatan orang-orang
serta adanya dhamir dalam bentuk jamak munafik. Sehingga penetapan hukum
yang rujuk kepadanya juga sering ditemui (itsbãt al-hukmi) berlaku untuk
dalam uslub Arab, termasuk dalam kesemuanya.
gubahan syair-syair Arab yang lazim Sejatinya, pengalihan kata dari bentuk
dijadikan rujukan dalam kaedah Nahwu. mufrad ke bentuk jama` seperti yang
Di antaranya syair yang digubah oleh terdapat dalam QS.al-Baqarah (2): 17 ini
Asyhab bin Rumailah dalam bentuk bahar lazim ditemui dalam ungkapan-ungkapan
Thawĭl berikut: Arab yang bernilai sastra. Dalam disiplin
‫ ھ ُﻢ اﻟﻘﻮ ُم‬... ‫ﺞ دﻣﺎؤھﻢ‬
ٍ ‫وإنّ اﻟﺬي ﺣﺎﻧﺖْ ﺑﻔﻠ‬ Ilmu Balaghah, pola semacam ini disebut

‫ﻛﻞﱡ اﻟﻘﻮمِ ﯾﺎ أ ّم ﺧﺎﻟ ِﺪ‬ dengan iltifãt. Jalĭl Rasyĭd Fãlih


mengartikan iltifãt sebagai berukut:
Muhyiddin ad-Darwisy24 memberikan
‫اﻻﻧﺘﻘﺎل ﻣﻦ أﺳﻠﻮب إﻟﻰ أﺳﻠﻮب آﺧﺮ أو أﻧﮫ‬
ulasan yang sedikit lebih
komplit.Menurutnya, terdapat perbedaan ‫اﻻﻧﺼﺮاف ﻋﻨﮫ إﻟﻰ آﺧﺮ‬
Perpindahan dari satu uslub kepada
22
Nashiruddin Abu al-Khair Abdullah bin uslub yang lain, atau bentuk pemalingan
Umar bin Muhammad al- Baidhãwi, Anwãr at-
kata dari satu bentuk ke bentuk yang
Tanzĭl wa Asrãru at-Ta`wĭl, (al-Maktabah as-
Syãmilah: al-Isdhãr as-Tsãni), Juz 1 hlm. 37 lain25.
23
Ibnu Athiyyah al-Mahãribiy, al-Muharrar
al-Wajĭz, (al-Maktabah as-Syãmilah: al-Isdhãr as-
Tsãni), Juz 1 hlm. 34-35
24 25
Muhyiddin ad-Darwisy, I`rãbul Qur`an Jalĭl Rasyĭd Fãlih, Fan al-Iltifãt fĭ
al-Karĭm wa Bayãnuhu, (Beirut: Dãr Ibn Katsĭr, Mabãhitsi al-Balãghiyyĭn, (Baghdad: Majallah
1980) Juz 1 hlm. 45 Adab al-Muntashirah, 1984), hlm. 66

~ 243 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 14, Nomor 2, Tahun 2020 [P231-252]
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat & Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121

Bentuk-bentuk iltifãt dalam bahasa Kata ‫ رﺣﻤﺔ‬dalam al-Qur`an terulang


Arab bisa terjadi dalam tiga hal, yaitu sebanyak tujuh puluh sembilan (79) kali26.
iltifãt fi`liy (pengalihan yang terjadi pada Dari jumlah tersebut, penulisan huruf ta`
fi`il), iltifãt `adadiy (pengalihan bentuk yang terdapat di akhir kata‫ رﺣﻤﺔ‬hampir
kata dari mufrad ke jamak, atau semua ditulis dengan menggunakan ta`
sebaliknya, dan dari tatsniyah ke jamak, marbûthah (‫)ة‬, kecuali di tujuh (7) tempat
atau sebaliknya), dan iltifãt naw`iy yang ditulis menggunakan huruf ta`
(pengalihan kata yang tejadi pada dhomir). panjang (‫)ت‬, yaitu pada ayat-ayat berikut:
a. QS. al-Baqarah (2): 218
3. QS.al-A`rãf (7): 56
‫ﺎﻫ ُﺪوْ ا ِ ْ َﺳ ِﻴْ ِﻞ‬
َ َ َ‫ﺎﺟ ُﺮوْ ا و‬
َ ‫اِ ﱠن اﱠ ِ ْ َ اٰﻣَ ُﻮْ ا وَ اﱠ ِ ْ َ َﻫ‬
‫وَ َ ﺗُﻔْ ِﺴ ُﺪوْ ا ِ ا ْ َ ْر ِض ﺑ َْﻌ َﺪ اِ ْﺻ َ ِﺣﻬَ ﺎ وَ ادْ ُﻋﻮْ هُ َﺧﻮْ ﻓً ﺎ‬
ٌ‫اﷲ ِۗوَ اﷲ ُ َﻏﻔُ ﻮْ ٌر ﱠر ِﺣﻴْ ﻢ‬
‫ﻚ ﻳ َْﺮ ُﺟﻮْ َن َر ْ َ َﺖ‬
َ ‫اﷲ ِ ۙ اُو‬
َ ْ ِ‫ﱠو َﻃﻤَ ًﻌﺎۗ اِ ﱠن َر ْ َ َﺖاﷲ ِ ﻗَ ِﺮﻳْ ٌﺐ ِّﻣ َﻦ ا ْﻟﻤُ ْﺤ ِﺴﻨ‬
b. QS. al-A`rãf (7): 56

Jenis kesalahan yang dituduhkan ‫وَ َ ﺗُﻔْ ِﺴ ُﺪوْ ا ِ ا ْ َ ْر ِض ﺑ َْﻌ َﺪ اِ ْﺻ َ ِﺣﻬَ ﺎ وَ ادْ ُﻋﻮْ هُ َﺧﻮْ ﻓً ﺎ‬
pada ayat ini adalah kesalahan pengejaan
َ ْ ِ‫ﱠو َﻃﻤَ ًﻌﺎۗ اِ ﱠن َر ْ َ َﺖاﷲ ِ ﻗَ ِﺮﻳْ ٌﺐ ِّﻣ َﻦ ا ْﻟﻤُ ْﺤ ِﺴﻨ‬
(imlãiyyah) atau kesalahan
c. QS.Hûd (11): 73
penulisan.Bentuk kesalahannya terdapat
pada penulisan kata ‫رﺣْ ﻤﺖ‬yang ditulis ‫ﻗَ ﺎﻟُﻮْ ٓا َاﺗ َْﻌ َﺠ ِﺒ ْ َ ﻣِ ْﻦ اَﻣْ ِﺮ اﷲ ِ َر ْ َ ُﺖ اﷲ ِ وَ ﺑَﺮَﻛٰ ُﺘ ٗﻪ‬

menggunakan huruf ta` (‫ )ت‬biasa yang ‫َ َ ْ ﻜُ ﻢْ ا َْﻫ َﻞ ا ْﻟ َﻴْ ﺖِۗ اِﱠﻧ ٗﻪ َ ِ ﻴْ ٌﺪ ﱠ ِ ﻴْ ٌﺪ‬
bukan pada tempatnya.Menurut mereka,
d. QS. Maryam (19): 2
seharusnya kata tersebut ditulis dengan
menggunakan huruf ta` marbûthah (‫)ة‬. ۚ‫ِﻚ َﻋﺒْ َﺪهٗ زَﻛَ ِﺮﻳﱠﺎ‬
َ ‫ذِﻛْ ُﺮ َر ْ َ ِﺖ َر ّﺑ‬
Oleh sebab itu, penulisan ayat yang benar
e. QS. ar-Rûm (30): 50
menurut mereka adalah ِ‫إِنﱠ رﺣْ ﻤﺔ ﷲ‬
‫ض ﺑ َْﻌ َﺪ‬
َ ‫ُ ْ ِ ا ْ َ ْر‬ ‫ٰاﺛ ِٰﺮ َر ْ َ ِﺖاﷲﻛَ ِ ﻴْ َﻒ‬ ِ‫ﻓَ ﺎﻧ ُْﻈ ْﺮ ا‬
Kata ‫ ﻗﺮﯾﺐ‬yang terdapat pada ayat ini
juga dianggap menyalahi kaedah bahasa ‫َ ْ ءٍ ﻗَ ِﺪﻳ ٌْﺮ‬ ِّ ُ ٰ َ َ‫ِﻚ َﻟﻤُ ْ ِ ا ْﻟﻤَ ﻮْ ٰ ۚوَ ُﻫﻮ‬
َ ٰ‫ﻣَ ﻮْ ِﺗﻬَ ﺎۗ اِ ﱠن ذ‬
Arab, dikarnakan kata tersebut berbentuk f. Dua kata dalam QS. az-Zukhruf (43):
mudzakkar yang menjadi khabar dari 32
kalimat isim yang muannats. Kata yang
tepat seharusnya adalah ‫ﻗﺮﯾﺒﺔ‬ bentuk
muannats dari kata ‫ ﻗﺮﯾﺐ‬.
26
Lihat Muhammad Fu`ad Adbul Bãqi, Al-
Mu`jam al-Mufahras li Alfãdzi al-Qur`ani al-
Karĭm, (Kairo: Dãr al-Hadĭts, 2007), hlm. 374

~ 244 ~
Buhori
Gramatikal Al-Qur’an: Menjawab Tuduhan Kesalahan Gramatikal Dalam al-Qur`an

menyatakan bahwa penulisan kata rahmat


ْ‫َ ْ ُﻦ ﻗَ َﺴﻤْ ﻨَ ﺎ َﺑ ْﻨَ ﻬُ ﻢ‬ َۗ‫ا َُﻫﻢْ ﻳَ ﻘْ ِﺴﻤُ ﻮْ َن َر ْ َ َﺖ َر ّﺑِﻚ‬
dengan menggunakan huruf ta` panjang
‫ﻀﻬُ ﻢْ ﻓَ ﻮْ َق‬
َ ‫ا ْ َﻴٰ ﻮةِ ا ﱡ ْ َ ﺎۙ وَ َرﻓَ ْﻌﻨَ ﺎ ﺑ َْﻌ‬ ِ ْ‫ﱠﻣ ِﻌ َْﺸ َﺘﻬُ ﻢ‬
yang terdapat dalam 7 ayat dalam al-
‫ﻀﺎ ُﺳ ْﺨ ِﺮﻳﺎۗوَ َر ْ َ ُﺖ‬
ً ‫ﻀﻬُ ﻢْ ﺑ َْﻌ‬
ُ ‫ﱠﺨ َﺬ ﺑ َْﻌ‬
ِ ‫ﺑ َْﻌ ٍﺾ دَ َر ٰﺟ ٍﺖ ِّﻟ َﺘ‬ Qur`an memiliki rahasia tersendiri.
Menurutnya, kata rahma yang ditulis
‫ِﻚ َ ْ ٌ ِﳑّﱠﺎ َ ْ ﻤَ ُﻌﻮْ َن‬
َ ‫َر ّﺑ‬
menggunakan huruf ta` marbuthoh (‫)رﺣﻤﺔ‬

Penulisan kata ‫رﺣﻤﺖ‬ dengan memiliki makna umum, yaitu rahmat

menggunakan huruf ta` panjang (‫ )ت‬pada Allah swt.yang mencakup secara umum,

beberapa bagian ayat Al-Qur`an ini baik yang dirasakan oleh umat manusia

merupakan bagian dari kaedah penulisan saat ini ketika hidup di dunia, maupun

dalam rasm Utsmani.Rasm Utsmani ini rahmat atau kasih sayang Allah swt. yang

memiliki kaedah sendiri yang ditulis akan diterimanya sampai kelak di akhirat.

berdasarkan arahan dari nabi Muhammad Sedangkan kata rahmat yang ditulis

saw. secara langsung. Imam Zarkasyi menggunakan huruf ta` panjang (‫)رﺣﻤﺖ‬

menjelaskan bahwa ada dua jenis tulisan memiliki cakupan makna yang lebih

yang tidak bisa diqiyaskan atau sempit dan spesifik, yaitu dikhsuskan pada

diberlakukan secara umum, yaitu rahmat Allah swt.yang dirasakan oleh

penulisan mushaf Al-Qur`an dan penulisan manusia saat ia hidup di dunia ini. Seperti

Taqthĭ` al-`Arûdh (cara pemenggalan rahmat Allah swt berupa air untuk

penulisan kata dalam bait-bait sya`ir diminum, makanan untuk dikonsumsi,

arab)27. kesehatan jasmani dan rohani.Bentuk-

Jumhur ulama dari kalangan ulama salaf bentuk rahmat ini merupakan bagian dari

dan khalaf berpendapat bahwa sistem kata rahmat yang ditulis menggunakan

penulisan dalam rasm Utsmani bersifat huruf ta` panjang28.

Tauqĭfi (giving) yang langsung berasal dari 4. QS. al-Hajj (22): 19

arahan nabi Muhammad saw, sehingga ْ ِ ِّ ‫اﺧ َﺘ َﺼﻤُ ﻮْ ا ِ ْ َر‬


ْ ‫ان َﺧ ْﺼﻤٰ ِﻦ‬
ِ ‫۞ ٰﻫ َﺬ‬
dalam kaedah penulisannya tidak boleh
menyalahi penulisan awal yang telah
ditulis oleh para sahabat. Abdul Adzim al-
28
Abdul Adzim al-Muth`ini, menguraikan
Muth`ini, seorang guru besar dalam bidang beberapa rahasia yang tersembunyi (lathãif) di
bahasa Arab di Universitas Al-Azhar balik penulisan mushaf Utsmani ini dalam
artikelnya yang berjudul : ‫ﻟﻄﺎﺋﻒ وأﺳﺮار ﺧﺼﻮﺻﯿﺎت‬
‫اﻟﺮﺳﻢ اﻟﻌﺜﻤﺎﻧﻲ ﻟﻠﻤﺼﺤﻒ اﻟﺸﺮﯾﻒ‬. Artikel ini diterbitkan
pada Buletin Islam bulanan yang diterbitkan oleh
27
Az-Zarkasyi, Al-Burhãn fĭ Ulumil al- Majma` al-Buhûts al-Islãmiyah (www.azhar.eg).
Qur`an (Kairo: Dar al-Hadits, 1994), hlm. 258 hlm. 8-9

~ 245 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 14, Nomor 2, Tahun 2020 [P231-252]
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat & Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121

Jenis kesalahan yang dituduhkan orang-orang kafir dan orang-orang


pada ayat ini adalah kesalahan sintaksis mukmin.Kata golongan pastilah secara
dan morfologis.Bentuk kesalahannya makna terdiri dari banyak orang yang
adalah kembalinya dhamir dalam bentuk dalam kaedah Arab diistilahkan dengan
jama` kepada kata yang mutsannã (ganda). bentuk jamak.

Letak kesalahan terdapat pada kata ‫اﺧﺘَ َﺼﻤُ ْﻮا‬


ْ Dalam gramatikal bahasa Arab,
penggunaan semacam ini sudah lazim
yaitu penggunaan kata kerja lampau (fi`il
digunakan. Ketika sebuah kata secara
mãdhi) yang dituliskan dalam bentuk
sighatnya berbentuk mufrad atau tasniyah,
jama` (plural) dan pada kata‫ رﺑﮭﻢ‬, yaitu sementara dari aspek makna berarti jamak,
penggunaan dhamir jama`. Penyebutan maka dalam penggunaan fi`il dan dhomir
fi`il madhi dan dhamir pada ayat tersebut boleh mengacu pada aspek lafadz
seyogyanya sama-sama dalam bentuk (murã`ati al-lafdzi) dan boleh juga
mutsannã (ganda) dikarnakan fa`il (subjek mengacu pada aspek makna (murã`ati al-
atau pelaku) dan dhamir tersebut kembali makna).
pada bentuk mutsannã (sesuai dengan
rangkaian kata sebelumnya). Oleh sebab 5. QS. Yusuf (12): 15

itu, menurut mereka, redaksi yang tepat ۚ‫ُﺐ‬


ّ ِ ْ ‫ﻓَ َﻠﱠﻤﺎ ذَ َﻫﺒُ ﻮْ ا ﺑِﻪٖ وَ اَ ْ َ ُﻌﻮْ ٓا ا َْن ﱠ ْ َﻌﻠُﻮْ هُ ِ ْ َﻏ ٰﺒَ ِﺖ ا‬
pada ayat tersebut seharusnya adalah:
‫وَ اَوْ َﺣ ْﻨَ ﺎٓ اِ َ ْ ﻪِ َﻟ ُﻨَ ّﺒِﺌَﱠﻨﻬُ ﻢْ ِﺑﺎَﻣْ ِﺮ ِﻫﻢْ ٰﻫ َﺬا وَ ُﻫﻢْ َ َ ْ ُﻌ ُﺮوْ َن‬
‫ھﺬا ِن َﺧﺼْ ﻤَﺎ ِن اﺧْ ﺘَﺼَﻤﺎ ﻓِﻲ رﺑﱢﮭِﻤﺎ‬
Dalam menjelaskan ayat ini, Al- Jenis kesalahan ini juga masuk pada
Baidhãwi, Anwãr at-Tanzĭl wa Asrãru at- aspek sintaksis.Bentuk kesalahan yang
Ta`wĭl berpendapat bahwa penggunaan dituduhkan berupa tidak adanya jawab
kalimat fi`il dan isim dhamir dalam bentuk syarath pada jumlah (frase) yang
jamak (plural) pada ayat tersebut menghendaki adanya jawab.Ayat tersebut
dikarnakan memperhatikan pada aspek diawali oleh kata ‫ﻓﻠﻤّﺎ‬ yang dalam
makna (hamlan `ala al-makna)29. Sebab gramatikal bahasa Arab merupakan bagian
secara makna, orang yang berseteru dari adãt syarath (perangkat menjadikan
(seperti yang ditunjuk pada ayat di atas) frase syarthiyyah).Dalam kaedah bahasa
merupakan dua golongan dari golongan Arab, setiap jumlah syarthiyyah harus
mencantumkan jumlah yang menjadi
29
Nashiruddin Abu al-Khair Abdullah bin jawab nya, sementara, menurut mereka,
Umar bin Muhammad al- Baidhãwi, Anwãr at-
Tanzĭl wa Asrãru at-Ta`wĭl, (al-Maktabah as- dalam ayat ini tidak ditemukan jumlah
Syãmilah: al-Isdhãr as-Tsãni), Juz 2 hlm. 257

~ 246 ~
Buhori
Gramatikal Al-Qur’an: Menjawab Tuduhan Kesalahan Gramatikal Dalam al-Qur`an

yang menjadi jawab syarath. Oleh sebab Jenis kesalahan yang disematkan
itu, menurut mereka, redaksi yang benar pada potongan ayat ini juga pada aspek
berdasarkan kaedah bahasa Arab sintaksis, yaitu tentang kesalahan
seharusnya adalah: penggunaan isim maushul‫اﻟﺬي‬ yang
‫ﻓَﻠَﻤﱠﺎ َذ َھﺒُﻮا ﺑِ ِﮫ َوأَﺟْ َﻤﻌُﻮا أَنْ ﯾَﺠْ َﻌﻠُﻮهُ ﻓِﻲ َﻏﯿَﺎﺑَ ِﺔ اﻟﺠُ ﺐﱢ‬
dituliskan dalam bentuk mufrad (tunggal),
‫أَوْ ﺣَ ْﯿﻨَﺎ إِﻟَ ْﯿ ِﮫ‬
sementara shilah maushul (jumlah
Dengan menghilangkan huruf wawu
penghubung) dan ã`id (dhomir yang
(‫)واو‬ yang mengawali kata ‫أَوْ ﺣَ ْﯿﻨَﺎ‬dan
kembali) berupa jamak.Menurut mereka,
menjadikannya sebagai kata yang
seyogyanya penggunaan isim maushul
berfungsi menjadi jawab syarath.
juga harus disesuaikan dengan bentuk
Abu al-Qãsim Mahmûd bin `Amr bin
shilah dan ã`id nya. Oleh sebab itu, redaksi
Ahmad az-Zamakhsyari dalam mengomentari
yang tepat sesuai kaedah bahasa Arab yang
ayat ini menyebutkan bahwa jawab syarat dari
benar adalah:
kata ‫ ﻓﻠﻤﺎ‬pada ayat di atas memang sengaja
dihilangkan (mahdzûf). Jawab syaratnya ۗ‫ﺎﺿﻮْ ا‬
ُ َ ْ ِ ‫ﻀ ُﺘﻢْ َﱠ‬
ْ ‫وَ ُﺧ‬
berupa jumlah fi`liyah yaitu : ‫ﻓﻌﻠﻮا ﺑﮫ ﻣﺎ ﻓﻌﻠﻮا ﻣﻦ‬ 30

‫اﻷذى‬. Ar-Rãzi juga menegaskan bahwa pada Dalam menjelaskan ayat ini,
ayat ini jawab syarat dari kata ‫ ﻓﻠﻤﺎ‬tidak Fakhruddin ar-Rãzi32 menyatakan bahwa
disebutkan dan bisa saja dikira-kirakan dengan isim maushul ‫ اﻟﺬي‬yang terdapat pada ayat
menggunakan kalimat ‫ﻓﺠﻌﻠﻮه ﻓﯿﮭﺎ‬. ar-Rãzi di atas menjadi sifat dari mashdar yang
kembali menegaskan bahwa penghilangan dihilangkan yang ditunjukkan oleh oleh
jawab (hadzfu al-jawãb) dalam uslûb Arab, fi`ilnya. Sehingga menurutnya, dengan
termasuk juga dalam kitab Al-Qur`an sudah
mengutip pendapat imam al-Farra`,
sering dilakukan, dengan syarat pada kalimat
maksud dari ayat di atas adalah ‫ﻛﺨﻮﺿﮭﻢ‬
tersebut terdapat kata yang menjadi penunjuk
‫ اﻟﺬي ﺧﺎﺿﻮا‬. Dengan demikian, maka
terhadap keberadaan jawab syarat yang tidak
penggunaan isim maushul dalam bentuk
dinampakkan31.
mufrad pada ayat ini tidak menyalahi
6. QS. at-Taubah (9): 69
kaedah bahasa Arab, sebab `aid nya
ۗ‫ﺎﺿﻮْ ا‬
ُ َ ‫ﻀ ُﺘﻢْ َ ﱠ ِ ْي‬
ْ ‫وَ ُﺧ‬ berupa isim Mufrad berupa mashdar.
Pendapat yang sedikit berbeda
dikemukakan oleh al-Alûsi. Beliau
30
Abu al-Qãsim Mahmûd bin `Amr bin
berpandangan bahwa kata ‫ اﻟﺬي‬yang
Ahmad az-Zamakhsyari, al-Kassyãf (al-Maktabah
as-Syãmilah: al-Isdhãr as-Tsãni), Juz 3 hlm.151 terdapat pada ayat di atas pada dasarnya
31
Fakhruddin ar-Rãzi,Mafãtih al-Ghaib, (al-
Maktabah as-Syãmilah: al-Isdhãr as-Tsãni), Juz 9
32
hlm.6 Fakhruddin ar-Rãzi, ibid, Juz 8, hlm. 91

~ 247 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 14, Nomor 2, Tahun 2020 [P231-252]
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat & Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121

berasal dari kata ‫( اﻟﺬﯾﻦ‬isim maushul dalam


‫وَ َاﻧْﻔِ ﻘُ ﻮْ ا ﻣِ ْﻦ ﱠﻣﺎ َرزَ ﻗْ ﻨٰ ﻜُ ﻢْ ِّﻣ ْﻦ ﻗَ ﺒْ ِﻞ ا َْن ﻳﱠﺄْ ِ َ َا َ ﺪَﻛُ ُﻢ‬
bentuk jamak), namun dilakukan takhfĭf
ۚ‫َا َ ٍﻞ ﻗَ ِﺮﻳْ ٍﺐ‬ ِ‫ا ْﻟﻤَ ﻮْ ُت ﻓَ ﻴَ ﻘُ ﻮْ َل َر ِّب ﻟَﻮْ َ ٓ اﱠَﺧ ْﺮ َﺗ ِ ْ ٓ ا‬
(meringankan bacaan) dengan cara
dihilangkan huruf nun (‫ )ن‬nya, sehingga َ ْ ‫ﻓَ ﺎﱠَﺻﱠﺪ َق وَ اَﻛُ ْﻦ ِّﻣ َﻦ اﻟﺼ ﻠِ ِﺤ‬
menjadi ‫ اﻟﺬي‬yang identik dengan bentuk Jenis kesalahan yang disangkakan
mufrad33. Dalam penjelasan lebih lanjut, pada ayat ini ialah kesalahan sintaksis.
al-Alûsi juga beranggapan bahwa kata ‫اﻟﺬي‬ Bentuk kesalahannya berupa kalimat fi`il
pada ayat tersebut juga dapat menjadi sifat yang dituliskan dalam bentuk jazam,
dari kata yang berbentuk mufrad (tunggal) sementara fi`il tersebut di`athafkan pada
secara lafadz, namun berbentuk jamak dari kata yang mahal nashab. Letak kesalahan
sisi maknanya.Selain itu, kata ‫ اﻟﺬي‬tersebut
terlatak pada kata ‫وَ اَﻛُ ْﻦ‬.Kata ini merupakan
juga dapat menjadi sifat dari mashdar
mufrad yang dihilangkan. Pandangan yang fi`il Mudhari` yang ber-mahaljazm. Kata
ketiga ini, sama seperti pandangan ar-Rãzi ini, menurut mereka di`athafkan pada kata
yang telah dikemukakan sebelumnya. ‫ﻓَ ﺎﱠَﺻﱠﺪ َق‬yang ber-mahal nashab. Maka,
Peneliti melihat, dari beberapa
kemungkinan i`rab yang dapat dilakukan sesuai dengan kaedah bahasa Arab yang
pada ayat di atas, pandangan yang ketiga, benar, kata ‫وَ اَﻛُ ْﻦ‬juga harus dalam bentuk
yang disokong oleh ar-Rãzi dengan
mengtip pandangan imam al-Farra` nashab. Sehingga redaksi yang lebih tepat
merupakan pendapat yang lebih kuat, pada ayat di atas adalah: َ‫ق وأﻛﻮنَ ﻣِﻦ‬
َ ‫ﺻ ﱠﺪ‬
‫ﻓَﺄَ ﱠ‬
disebabkan ihtimãl al-i`rãb dalam bentuk ‫اﻟﺼﱠﺎﻟِﺤِﯿﻦ‬
ini memiliki qorinah yang ditunjukkan Terdapat perbedaan qira`at dalam
oleh kalimat fi`il sebelumnya, berupa kata ayat ini. Abu `Amr, Ibnu Jubair, Abu Raja`
‫ﺧﻀﺘﻢ‬. Masdhar dari fi`il ini berupa kata dan beberapa ulama lainnya membacanya
‫ ﺧﻮض‬yang selanjutnya dapat dita`wil ‫ﻮن‬
َ ُ‫وَ اَﻛ‬dengan menashabkan kata َ‫وأَﻛُﻮْ ن‬.
dengan dimudhafkan pada isim dhomir
Sedangkan dalam qira`ah yang masyhur
jamak berupa ‫ھﻢ‬.
dibaca dalam bentuk jazam
7. QS. al-Munãfiqûn (63): 10 ( ْ‫)وأﻛﻦ‬.Sedangkan Ubaid bin Umair
membacanya dalam bentuk rafa` ( ُ‫) َوأَﻛُﻮْ ن‬.
33
Syihabuddin Mahmud bin Abdillah al-
Tiga pola pembacaan pada ayat di
Husaini al-Alûsi, Rûh al-Ma`ã ni fi Tafsĭri al-
Qur`an al-`Adzĭm wa as-Sab`i al-Matsãni, (al- atas sejatinya tidak ada yang bertentangan
Maktabah as-Syãmilah: al-Isdhãr as-Tsãni), Juz 7
hlm.287 dengan kaedah gramatikal bahasa Arab.

~ 248 ~
Buhori
Gramatikal Al-Qur’an: Menjawab Tuduhan Kesalahan Gramatikal Dalam al-Qur`an

Apabila kata ْ‫ وأﻛﻦ‬dibaca jazam dengan Qur`an yang dianggap menyalahi tata
tandanya berupa sukun, maka disebabkan bahasa Arab oleh kalangan non-muslim,
ia di`athafkan pada tempat fa` jawab para ulama memiliki beberapa argumentasi
(mahal/maudi`u al-fa`) yang pada asalnya yang secara garis besar menyatakan bahwa
adalah jazm sebagai jawab. Sedangkan kata-kata tersebut sudah sesuai
apabila dibaca nashab ( َ‫) َوأَﻛُﻮْ ن‬ lebih berdasarkan kaedah gramatikal bahasa
disebakna kata itu di`athafkan kepada kata Arab yang berlaku. Selain itu, ayat-ayat
‫ ﻓﺄﺻﺪق‬yang mahal nashab sebagai jawab yang dipersepsikan mengandung kesalahan
dari tamanni, dan tanda nashabnya linguistik ternyata banyak berkorelasi
memakai harkat fathah. Sementara jika dengan perbedaan qira`ah (cara baca)
dibaca rafa` ( ُ‫) َوأَﻛُﻮْ ن‬, maka disebabkan kata yang terjadi di kalangan ulama ahli qurra`
tersebut diposisikan sebagai jumlah ibtida` sendiri. Jenis qira`ah tersebut sama-sama
(permulaan) dan huruf wawu (‫ )واو‬yang dianggap sebagai qira`ah yang mu`tabarah.
mengawalinya disebut dengan wawu Penyebab terjadinya perbedaan cara baca
isti`nãf (permulaan)34. itu sendiri sebagian besar disebabkan oleh
Imam Syibawaih, seorang ahli dalam perbedaan para ulama dalam menentukan
bidang ilmu Nahwu dari Irak, kedudukan i`rab pada masing-masing kata
menceritakan riwayat dari gurunya yang (al-mauqi` min al-i`rāb).
bernama Imam Khalil bahwa bentuk pen- Seperti cara baca pada lafadz َ‫اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬
jazman dari kata ْ‫أﻛﻦ‬ pada ayat di atas yang terdapat dalam QS. Al-Mã`idah (5):
sebagai bentuk menghadir jumlah 69 yang oleh kalangan non-muslim
syartihyah yang tidak nampak secara jelas, dituduh mengandung usnru kesalahan
namun tergambar dari bentuk tamanni gramatik. Ubay bin Ka`ab, Ibnu Mas`ud
yang terdapat pada kata yang dan Ibnu Katsĭr membaca ayat ini dengan
mengawalinya35. kata َ‫( اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌِﯿﻦ‬as-Shabi`ĭna), karna beliau
menganggap kata tersebut mahal nashab
KESIMPULAN sebab di`athafkan kepada kalimat
Berdasarkan paparan data dan sebelumnya yang nashab. Sedangkan
pembahasan di atas dapat disimpulkan dalam qira`ah yang masyhur dibaca
bahwa dalam menjelaskan ayat-ayat Al- َ‫( اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬as-Shabi`ûna).Kalangan ulama
ahli Nahwu seperti Imam Khalĭl dan
34
Nashiruddin Abu al-Khair Abdullah bin
Umar bin Muhammad al- Baidhãwi, op.cit, Juz 5 Syibawaih yang mengikuti qira`ah
hlm. 296 masyhur berpendapat bahwa kata َ‫اﻟﺼﱠﺎﺑِﺌُﻮن‬
35
Syihabuddin Mahmud bin Abdillah al-
Husaini al-Alûsi, op.cit. Juz 21 hlm. 34 dibaca rafa` dengan tanda huruf wawu dan

~ 249 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 14, Nomor 2, Tahun 2020 [P231-252]
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat & Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121

nûn disebabkan tarkibnya sebagai Ahmad bin Umar al-Hazimi, Syarh Nadzm
mubtada` yang diniatkan di al-Maqsud, (Al-Maktabah as-
Syamilah, al-Isdhor as-Tsani).
akhir.Sementara khabar-nya makhdzûf
Al-Hudhori, Hasyiyah al-Hudhori, (Al-
(dihilangkan).Hal yang sama juga terjadi Maktabah as-Syamilah, al-Isdhor as-
pada beberapa ayat lainnya. Sehingga Tsani).
dapat disimpulkan bahwa sejatinya, ayat- al-Zarkasyi, Al-Burhãn fĭ ‘Ulûm al-Qur’an
(Kairo: Dãr Ihyã` al-‘Ulûm al-
ayat yang dianggap menyalahi kaedah
‘Arabiyah, 1957).
gramatikal bahasa Arab tersebut tidaklah
As-Syaukãni, Fath al-Qãdir, (al-Maktabah
benar, dan semuanya sudah sesuai dengan as-Syãmilah: al-Isdhãr as-Tsãni).
gramatikal yang berlaku. Bahauddin Abdullah bin `Aqĭl al-
Hamdãni, Syarah Ibnu `Aqĭl
(Damsyiq: Dãr al-Fikr, 1985).
DAFTAR PUSTAKA
Fakhruddin ar-Rãzi,Mafãtih al-Ghaib, (al-
Abdul Adzim al-Muth`ini, ‫ﻟﻄﺎﺋﻒ وأﺳﺮار‬ Maktabah as-Syãmilah: al-Isdhãr as-
‫ﺧﺼﻮﺻﯿﺎت اﻟﺮﺳﻢ اﻟﻌﺜﻤﺎﻧﻲ ﻟﻠﻤﺼﺤﻒ اﻟﺸﺮﯾﻒ‬. Tsãni)
Buletin Islam bulanan yang Fuad Ni`mah.Mulakkhos Qawa`id al-
diterbitkan oleh Majma` al-Buhûts Lughoh al-`Arabiyyah, (Beirut: Dar
al-Islãmiyah (www.azhar.eg). al-Tsaqofah al-Islamiyah, 1998).
Abdullah Abdul Fadi, Hal al- Ibnu Athiyyah al-Mahãribiy, al-Muharrar
Qur`anMakshumun ?. al-Wajĭz, (al-Maktabah as-Syãmilah:
(http://www.alkalema.net/koran/inde al-Isdhãr as-Tsãni).
x.html)
Ibnu Taimiyah, Iqtidhā as-Shirātha al-
Abdurrahman Abd Hamid Ali, al-Adab Mustaqîm li Mukhālafati Ashhābi al-
al-`Arabiy (al-`Ashr al-Islamiy wa Jahîm, (Al-Maktabah as-Syamilah,
al-Umawiy), Kairo: Dār al-Kitab al- al-Isdhor as-Tsani).
Hadits, 2005).
Jalaluddin as-Suyûthi, al-Itqãn fĭ Ulûmi al-
Abdurrahman Dimsyaqiyyah, Ar-raddu Qur’an (Beirut: Risalah Publisher,
`ala Syubûhat hawla Akhthã` 2008).
Imlãiyyah fĭ al-Qur`an al-Karĭm,
(Riyad: Dãr al-Muslim, 2003) Jalĭl Rasyĭd Fãlih, Fan al-Iltifãt fĭ
Mabãhitsi al-Balãghiyyĭn, (Baghdad:
Abu al-Qãsim Mahmûd bin `Amr bin Majallah Adab al-Muntashirah,
Ahmad az-Zamakhsyari, al-Kassyãf 1984).
(al-Maktabah as-Syãmilah: al-Isdhãr
as-Tsãni). Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat
Bahasa, Departemen Pendidikan
Abu Muhammad al-Husainbin Mas`ud al- Nasional, 2008).
Baghãwi, Ma`ãlimu at-Tanzĭl (al-
Maktabah as-Syãmilah: al-Isdhãr as- Mahmud Sulaiman Yāqût, An-Nahwu al-
Tsãni). `Araby, Tārikhuhu i`lāmuhu,
Nushûshuhu, Mashôdruhu,

~ 250 ~
Buhori
Gramatikal Al-Qur’an: Menjawab Tuduhan Kesalahan Gramatikal Dalam al-Qur`an

(Iskandariyah: Dārul Ma`rifat al-


Jāmi`iyyah, 1994).
AKNOWLEDGEMENT
Muhammad as- Sãmiriy, as-Sharfu al- Proof Reader : Elmansyah, MSI, sebagai
reviewer mandiri yang
`Arabiy, Ahkãm wa Ma`ãn, (Bairut: memberikan saran-saran.
Dãr Ibn Katsĭr, 2013), cetakan I. Reviewer 1 : Dr. Wajidi Sayadi
Reviewer 2 : Dr. Cucu Nurjamilah
Muhammad bin Idris as-Syafi`i, Ar- Editor : Muhammad Habibi, M.Ikom.
Risālah, (Beirut: Dār al-Kitab, tt). Author’s Contribution : Semua isi artikel ini
dikembangkan oleh penulis.
Muhammad Fu`ad Adbul Bãqi, Al-Mu`jam
al-Mufahras li Alfãdzi al-Qur`ani al-
Karĭm, (Kairo: Dãr al-Hadĭts, 2007).
Muhammad Husen Salamah, al-I`jaz al-
Balaghi fi al-Quran al-Karim,
(Kairo: Dar al-Afaq al-`Arabi, Cet. I,
1423H/2002 M).
Muhyiddin ad-Darwisy, I`rãbul Qur`an al-
Karĭm wa Bayãnuhu, (Beirut: Dãr
Ibn Katsĭr, 1980).
Musthafa al-Galayiyaini, Jãmi’u al-Durus
al-Arabiyyah, cet.VI, (Beirut: Kutub
al-Ilmiyah,1994).
Nashiruddin Abu al-Khair Abdullah bin
Umar bin Muhammad al- Baidhãwi,
Anwãr at-Tanzĭl wa Asrãru at-
Ta`wĭl, (al-Maktabah as-Syãmilah:
al-Isdhãr as-Tsãni).
Syihabuddin Mahmud bin Abdillah al-
Husaini al-Alûsi, Rûh al-Ma`ã ni fi
Tafsĭri al-Qur`an al-`Adzĭm wa as-
Sab`i al-Matsãni, (al-Maktabah as-
Syãmilah: al-Isdhãr as-Tsãni).
Wahbah az-Zuhaili, al-Tafsir al-Munir
(Kairo: Dār al-Afkār, 2003).
www.facebook.com/notes/tunisiens-
irréligieux--‫اﻟﻠﻐﻮﯾﺔ‬-‫اﻷﺧﻄﺎء‬/‫ﻻدﯾﻨﯿّﯿﻦ‬-‫ﺗﻮاﻧﺴﺔ‬
472006359523925/‫اﻟﻘﺮآن‬-‫ﻓﻲ‬/, diakses
pada tanggal 5 Agutus 2019
www.kbbi.web.id/sintaksis), diakses pada
tanggal 5 Agustus 2019

~ 251 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 14, Nomor 2, Tahun 2020 [P231-252]
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat & Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121

~ 252 ~

Anda mungkin juga menyukai