Anda di halaman 1dari 31

KONTEN UTAMA PERADABAN SOSIAL ISLAM

PADA MASA DINASTI SALJUQ

Dosen pengampu¬:

Prof. Dr. H. Samsul Nizar. M.Ag

Dr. Drs. ARBI. M.Si

Disusun oleh :

Toni Irawan (NIM : 22290115780)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2023M / 1444H


KATA PENGANTAR

Segala puji kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Konten Utama

Peradaban Sosial Islam Pada Masa Dinasti Saljuq ” ini dengan baik dan sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan

adanya penyusunan makalah ini dapat tercatat dengan baik dan dapat kita

pelajari kembali padakesempatan yang lain untuk kepentingan proses belajar

kita.

Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala

keritikan dan saran sangat saya harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini

dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan makalah yang lain di masa

mendatang. Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat sama-sama belajar demi

kemajuan kita.

Pekanbaru, Maret 2023

Penyusun

i
A. PENDAHULUAN

Dalam studi sejarah, Dinasti Saljuq merupakan salah satu periode penting

yang membawa dampak besar pada peradaban manusia. Dinasti ini muncul pada

masa pergeseran besar dalam tata politik, ekonomi, sosial, dan budaya, dan

wilayahnya mencakup sebagian besar wilayah penting dunia Islam pada abad

pertengahan.

Pengenalan singkat tentang Dinasti Saljuq dan konteks sejarahnya: Dinasti

Saljuq, berpusat di Asia Barat Daya, memerintah selama periode abad ke-11

hingga awal abad ke-13 Masehi. Dinasti ini meliputi wilayah yang membentang

dari Anatolia hingga Persia dan wilayah Timur Tengah. Mereka memiliki peran

penting dalam sejarah perkembangan Islam dan memegang peran utama dalam

menjaga kekudusan kota Mekkah dan Madinah.

Pernyataan tujuan dan relevansi penelitian: Tujuan dari makalah ini adalah

untuk menggali lebih dalam tentang konten utama peradaban sosial pada masa

Dinasti Saljuq. Kami akan membahas aspek-aspek kunci yang membentuk

peradaban ini, termasuk struktur pemerintahan, perkembangan budaya dan seni,

peran agama, ekonomi, dan hubungan antarbangsa. Penelitian ini memiliki

relevansi penting karena membantu memahami pengaruh masa lalu terhadap

perkembangan peradaban saat ini, serta bagaimana faktor-faktor sosial, budaya,

ekonomi, dan politik membentuk peradaban yang berkelanjutan.

Melalui makalah ini, kita akan menjelajahi berbagai aspek peradaban

Dinasti Saljuq mulai dari struktur pemerintahan hingga pencapaian seni dan

1
budaya yang mencolok. Ini akan memberikan wawasan yang berharga bagi

mereka yang tertarik dalam studi sejarah, peradaban, dan pengaruh peradaban

masa lalu pada dunia saat ini. Dengan demikian, kita dapat memahami esensi dari

peradaban yang telah berlalu ini dan nilai-nilai yang dapat kita petik darinya.

Dinasti Saljuk merupakan kelompok bangsa Turki yang berasal dari suku

Ghuzz. Dinasti Saljukdinisbatkankepadanenekmoyangmer- eka yang bernama

Saljuk ibn Tuqaq (Dukak). Ia merupakan salah seorang anggota suku Ghuzz yang

berada di Klinik, dan akhirnya menjadi kepala suku Ghuzz yang dihormati dan

dipatuhi perintahnya.1

Negeri asal mereka terletak di kawasan utara laut Kaspia dan laut Aral dan

mereka memeluk agama Islam pada akhir abad ke 4 H/10M dan lebih kepada

mazhab sunni. Pada mulanya Saljuk ibn Tuqaq mengabdi kepada Bequ, raja

daerah Turkoman yang melipu- ti wilayah sekitar laut Arab dan laut kaspia.

Saljuk diangkat sebagai pemimpin tentara. Pengaruh Saljuk sangat besar sehingga

Raja Bequ khawatir kedudukannya terancam. Raja Bequ bermaksud

menyingkirkan Saljuk, na- mun sebelum rencana itu terlaksana Saljuk

mengetahuinya. Ia tidak mengambil sikap melawan atau memberontak tetapi

bersama dengan para pengikutnya ia berimigrasi ke daerah Jand atau disebut juga

daerah muslim di wilayah Transoxiana antara sungai Ummu Driya dan Syrdarya

atau Jihun.

1
Syafiq A Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam diKawasan Turki, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1997), hal. 13

2
Bangsa Turki Saljuk adalah pemeluk Is- lam yang militan. Masyarakat

Turki Saljuk memeluk Islam diperkirakan jauh sebelum mereka memasuki daerah

Jand, tetapi kemu- ngkinan besar mereka memeluk agama Islam setelah terjadinya

interaksi sosial dengan

Bangsa Turki Saljuk adalah pemeluk Is- lam yang militan. Masyarakat

Turki Saljuk memeluk Islam diperkirakan jauh sebelum mereka memasuki daerah

Jand, tetapi kemu- ngkinan besar mereka memeluk agama Islam setelah terjadinya

interaksi sosial dengan masyarakat Islam di Jand itu sendiri. Bebera- pa sarjana

berkebangsaan Rusia mengatakan bahwa masyarakat Turki Saljuk memeluk Is-

lam setelah mereka memeluk agama Kristen, dengan melihat nama anak-anak

Saljuk yang memiliki kemiripan dengan nama-nama yang ada di dalam kitab Injil,

yaitu Mikail, Musa, Is- rail, dan Yunus. Akan tetapi kemungkinan ini sulit

diterima, terutama setelah melihat dan mempelajari tradisi yang ada pada mereka. 2

Perkembangan Dinasti Saljuk dibantu oleh situasi politik di wilayah

Transoksania. Pada saat itu terjadi persaingan politik antara dinasti Samaniyah

dengan dinasti Khaniyyah, dalam persaingan ini Saljuk cenderung untuk

membantu dinasti Samaniyah.3 Ketika dinasti Samaniyah dikalahkan oleh dinasti

Ghaznaw- iyah, Saljuk menyatakan memerdekakan diri. Ia berhasil mengusai

wilayah yang tadi diku- sai oleh Samaniyyah. 4 Setelah Saljuk bin Tuqaq

meninggal, kepemimpinan bani Saljuk dipimp- in oleh Israil ibn Saljuk yang juga

2
Mughni, Syafiq A., Sejarah Kebudayaan, hal.14
3
Ibid., hal. 14
4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban, hal. 73.

3
dikenal dengan nama Arslan. Setelah itu diteruskan oleh Mikail,

sedangkanketikaitudinasti Ghaznaw- iyah dipimpin oleh Sultan Mahmud. Kareana

kelicikan penguasa Ghaznawiyah, kedua pemi- mpin dinasti Saljuk ini ditangkap

dan dibunuh sehingga mengakibatkan lemahnya kekuasaan Saljuk.

berhasilan tersebut, Thugrul memproklamir- kan berdirinya dinasti Saljuk.

Pada tahun 432 H/1040 M dinasti ini mendapat pengakuan dari khalifah

Abbasiyah di Baghdad. Disaat kepemimpinan Thugrul Bek inilah, pada ta- hun

1055 M dinasti Saljuk memasuki Baghdad menggantikan dinasti Buwaihi. 5

Sebelumnya Thugrul berhasil merebut daerah Marwa dan Naisabur dari

kekuasaan Ghaznawi, Balkh, Jurjan, Tabaristan, Khawarizm, Ray dan Isfah- an. 6

Pada tahun ini juga Thugrul Bek mendapat gelar dari khalifah Abbasiyah dengan

Rukh al- Daulah Yamin Amir al-Muminin. Meskipun Bagdad dapat dikuasai,

namun tidak dijadikan pusat pemerintahan. Thugrul Bek memilih kota Naisabur

dan kemudian kota Ray sebagai pusat pemerintahan. Dinasti-dinasti ini sebel-

umnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan dinasti Saljuk kembali mengakui

kedudukan Bagdad. Bahkan mereka menjalin keutuhan dan keamanan Abbasiyah.

Setelah pemerintahan Thugrul Bek (455 H), Daulah Saljuk berturut-turut

diperintah oleh:

1. Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M)

2. Maliksyah (465-485 H/1072-1092 M)

5
Mahmud Yunus,Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990),
hal. 85.

4
3. Mahmud al-Ghazy (485-487 H/1092-1094 M)

4. Barkiyaruq (487-498 H/1094-1103 M)

5. Maliksyah II (498 H)

6. Abu Syuja’ Muhammad (498-511H/ 1103-1117 M)

7. Abu Harits Sanjar (511-522 H/1117- 1128 M)

Pemerintahan Saljuk ini dikenal dengan nama al-Salajiqah al-Kubra

(Saljuk Raya). Pada masa pemerintahan Alp Arselan, ia mencoba melakukan

konsolidasi dan ekspansi wilayah kekuatan politik Saljuk. Ia menjadikan kota Ray

sebagai ibu kota kesultanan Saljuk, se- bagaimana pada masa pemerintahan

Thugrul Bek.7 Alp-Arselan melakukan ekspedisi mi- liter sampai ke pusat

kebudayaan Romawi di Asia Kecil, yaitu Bizantium. Peristiwa penting dalam

gerakan ekspansi ini adalah apa yang dikenal dengan peristiwa Manzikart (1071

M). Tentara Alp-Arselan berhasil mengalah- kan tentara Romawi yang besar yang

terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akhraj, al-Hajar, Perancis dan Armenia.

Dengan dikuasainya ini maka kekuasaannya telah meluas sampai ke Asia Kecil. 8

Di samping itu Alp-Arselan juga berjaya melawan kerajaan Fathimiyah hingga ke

Damsyik. Maka dipandanglah Dinasti Sal- juk sebagai dinasti pertama yang

memperoleh kekuasaan permanen kekaisaran Romawi. Dengan kemenangan itu

Ramailus Diogenus (pemimpin pasukan Byzantium) selama 50 ta- hun harus

membayar jizyah kepada kesultan- an Saljuk.

7
Mughni, Syafiq A., Sejarah Kebudayaan …, hal.19
8
Badri Yatim, Sejarah Peradaban…, hal. 74

5
Setelah Alp Arselan meninggal kemudian tampuk kekuasaan dipegang

oleh Maliksyah, ia dibantu oleh wazir Nizam al-Mulk yang su- dah berhubungan

dengan ayahnya ketika dia masih menjabat sebagai Gubernur Khurasan dan juga

pemprakarsa berdirinya Madrasah Nizamiyah (1065 H). Pada awalnya ia menja-

dikan Naisabur sebagai ibukota Saljuk, tetapi kemudian memindahkannya ke Ray,

ibukota yang lama. Setelah ia naik tahta, ia melaku- kan tiga hal: pertama,

melakukan sentralisa- si kekuasaan politik, kedua, menjaga wilayah yang

diwariskan oleh ayah dan kakeknya, dan ketiga, memperluas wilayah politik

kesul- tanan Saljuk ke hampir seluruh wilayah Islam.

Pada masa Maliksyah wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk ini sangat luas,

membentang dari Kashgor sebuah daerah di ujung daerah Turki sampai ke

Yerussalem. Wilayah yang luas itu dibagi menjadi lima bagian.9 Yaitu :

1. Saljuk Besar, yang menguasai Khu- rasan, Ray, Jabal, Irak, Persia dan

Ah- waz. Ia merupakan induk dari yang lain.

2. Saljuk Kirman, beradadibawahkekua- saan keluarga Qowurt Bek ibn

Dawud ibn Mikail, ibn Saljuk.

3. Saljuk Irak dan Kurdistan, Pemimp- in pertamanya adalah Mughirs al-

Din Mahmud.

4. Saljuk Siria, diperintah oleh keluarga Tutush ibn Alp Arselan ibn Daud

ibn Mikail ibn Saljuk.

9
Badri Yatim, SejarahPeradaban…,hal.75

6
5. Saljuk Rum, diperintah oleh keluarga Quthlumish ibn Israil ibn Saljuk.

Di samping membagi wilayah menja- di lima bagian, yang dipimpin

oleh gubernur yang bergelar Syaikh, penguasa Saljuk juga mengembalikan

jabatan perdana menteri yang sebelumnya dihapus oleh penguasa Bani Buwaih.

Jabatan ini membawahi beberapa

departemen. Keberhasilan Bani Saljuq dalam mempertahankan

kekuasaannya, tak lepas dari para wazir (menteri) yang senantiasa loy- al dan

patuh terhadap sultan serta kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan. Di

antara mereka yang telah berjasa dalam membangun dan mempertahankan dinasti

Bani saljuq ada- lah:

1. Abu Nasr Muhammad bin Manshur al-Kundari, wazir pada masa Sultan

Tughrul Bek dan Alp Arselan.

2. Tajuddin Abu al-Ghanayim, wazir pada masa Sultan Sanjar.

3. Ali bin al-Hasan al-Tughra, wazir pada masa Sultan Sanjar.

4. Sa’ad bin Ali bin Isa, wazir pada masa Sultan Mahmud.

5. Al-Ustadz al-Tughra’i, wazir pada masa Sultan Mas’ud bin Muhammad

di Irak.

6. Nizam al-Mulk, wazir pada masa Sul- tan Malik Syah

Setelah Maliksyah dan juga Nizam al-Mulk wafat, pemerintahan Saljuk

mengalami ke- munduran. Dinasti Saljuk dilanda konflik in- ternal, perebutan

7
kekuasaan di antara anggota keluarga timbul. Dan akhirnya wilayah kekua- saan

dibagi-bagi menjadi kesultanan-kesul- tanan.10 Setiap propinsi berusaha

melepaskan diri dari pusat. Konflik-konflik dan peperangan antar anggota

keluarga melemahkan pemer- intahan Saljuk. Kelemahan Saljuk diperparah

dengan adanya gerakan Dinasti Khawarizm yang berusaha merebut Daulat

Abasiah dari tangan Saljuk.

B. PEMBAHASAN

1. Pengenalan Dinasti Saljuq dan Konteks Sejarah

a. Latar Belakang Sejarah Dinasti Saljuq

Dinasti Saljuq muncul pada abad ke-11 Masehi sebagai sebuah

dinasti Turki yang berasal dari daerah Khorasan di wilayah Persia. Dinasti

ini didirikan oleh Tughril Beg pada tahun 1037 Masehi. Tughril Beg

berhasil mempersatukan banyak klan Turki di bawah pemerintahannya dan

mendirikan Dinasti Saljuq sebagai sebuah kekaisaran yang kuat.11

Masa kekuasaan Dinasti Saljuq sangat penting dalam

perkembangan modernisasi beragama. Hal ini disebabkan oleh peran

mereka dalam mendukung dan memfasilitasi perubahan signifikan dalam

masyarakat Islam pada saat itu. Salah satu faktor penting adalah

keterbukaan mereka terhadap ilmu pengetahuan, seni, dan budaya.

10
Jaih Mubarak, Sejarah Peradaban Islam Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal.
98
11
Bosworth, C. E. (1968). "The Ghaznavids: Their empire in Afghanistan and eastern
Iran 994-1040." Edinburgh University Press.

8
Dalam konteks modernisasi beragama, Dinasti Saljuq mempromosikan

pemikiran ilmiah dan pendidikan yang inklusif. Mereka mendirikan

berbagai institusi pendidikan dan perpustakaan yang menjadi pusat

penyebaran pengetahuan, termasuk di dalamnya pengetahuan agama.

Selain itu, mereka memfasilitasi pertukaran budaya dan intelektual antara

dunia Islam, Yunani, dan Persia.12

b. Ekspansi dan Wilayah Kekuasaan

Dinasti Saljuq dengan cepat berkembang dan menguasai wilayah

yang sangat luas. Salah satu puncak kejayaannya adalah ketika Alp Arslan,

salah satu penguasa terkenal dari Dinasti Saljuq, mengalahkan Kekaisaran

Bizantium dalam Pertempuran Manzikert pada tahun 1071 Masehi.

Kemenangan ini membuka jalan bagi Dinasti Saljuq untuk menguasai

Anatolia dan mengawali periode Saljuq Anatolia. Selain itu, Dinasti Saljuq

juga memegang kendali atas Persia, wilayah Arab, dan sebagian besar

wilayah Timur Tengah.13

c. Budaya dan Peninggalan

Selama masa pemerintahan Dinasti Saljuq, terjadi perkembangan

signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk seni, arsitektur, dan

ilmu pengetahuan. Banyak masjid megah dan bangunan-bangunan

monumental dibangun, menciptakan warisan arsitektur yang

12
Gutas, D. (1998). "Greek Thought, Arabic Culture: The Graeco-Arabic Translation
Movement in Baghdad and Early 'Abbasid Society (2nd-4th/8th-10th centuries)." Routledge
13
Peacock, A. C. S., & Yılmaz, Y. (2015). "The Seljuks of Anatolia: Court and society in
the medieval Middle East." I.B. Tauris.

9
mengesankan. Selain itu, masa ini juga menyaksikan kemajuan dalam ilmu

pengetahuan, khususnya dalam bidang matematika dan astronomi.14

2. Modernisasi Beragama pada Masa Dinasti Saljuq

Modernisasi beragama adalah salah satu aspek penting dalam sejarah

Dinasti Saljuq yang telah membentuk peradaban sosial dan beragama di masa itu.

a. Pendahuluan Modernisasi Beragama

Modernisasi beragama pada masa Dinasti Saljuq merujuk pada

serangkaian reformasi dan perubahan dalam praktik dan pemahaman

agama dalam masyarakat Islam. Ini mencakup upaya untuk membawa

agama lebih dekat kepada masyarakat umum dan memperbarui

pemahaman terhadap ajaran Islam.15

b. Peran Utama Modernisasi Beragama

Modernisasi beragama diperkuat oleh peran penting pemikir dan

ulama pada masa Dinasti Saljuq. Mereka memainkan peran kunci dalam

merumuskan pemikiran modernisasi beragama, menafsirkan ulang teks-

teks agama, dan mendukung pendidikan yang lebih luas tentang Islam.

Salah satu tokoh terkenal pada masa ini adalah al-Ghazali, yang karyanya

14
Peacock, A. C. S., & Yılmaz, Y. (2015). "The Seljuks of Anatolia: Court and society in
the medieval Middle East." I.B. Tauris.)
15
al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. "Ihya' 'Ulum al-Din" (The Revival of Religious
Sciences).

10
seperti "Ihya' 'Ulum al-Din" mempromosikan pemahaman yang lebih

dalam tentang agama.16

c. Reformasi Sosial dan Kultural

Modernisasi beragama juga mencakup reformasi sosial dan

kultural. Dinasti Saljuq mendukung pendidikan agama dan ilmiah,

membangun madrasah (sekolah Islam) dan pusat-pusat pembelajaran. Ini

memungkinkan penyebaran pemikiran modernisasi beragama kepada

generasi muda dan menciptakan masyarakat yang lebih terdidik.17

d. Pengaruh pada Peradaban Sosial

Modernisasi beragama pada masa Dinasti Saljuq membawa

perubahan signifikan dalam peradaban sosial. Masyarakat mulai

memahami agama dalam konteks yang lebih luas, menggabungkan nilai-

nilai agama dengan perkembangan ilmiah dan intelektual. Ini menciptakan

landasan bagi perkembangan budaya dan peradaban Islam yang kaya pada

masa berikutnya.18

e. Pengaruh Modernisasi Beragama Terhadap Masyarakat

Modernisasi beragama pada masa Dinasti Saljuq memengaruhi

perilaku dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Hal ini tercermin dalam

praktik ibadah, moralitas, dan etika sosial. Masyarakat mulai lebih aktif
16
al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. "Ihya' 'Ulum al-Din" (The Revival of Religious
Sciences).)

17
Hourani, Albert. "A History of the Arab Peoples." Harvard University Press, 1991.)
18
Hourani, Albert. "A History of the Arab Peoples." Harvard University Press, 1991.)

11
dalam memahami ajaran agama dan menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari.19

f. Bagaimana Dinasti Saljuq Mendorong Modernisasi Beragama dalam

Masyarakat

Dinasti Saljuq mendukung modernisasi beragama dengan berbagai

cara. Mereka mendirikan madrasah (sekolah Islam) dan membiayai ulama

untuk mengembangkan pemahaman agama yang lebih mendalam. Ini

menciptakan lingkungan yang mendukung perubahan dan pembaruan

dalam pemikiran agama.20

g. Langkah-langkah Konkret yang Diambil oleh Pemerintahan

Dinasti Saljuq

Pemerintah Dinasti Saljuq mengambil langkah-langkah konkret

dalam mendukung modernisasi beragama. Mereka mempromosikan

penyelidikan ilmiah dalam agama, menyusun aturan yang mendukung

kebebasan berpikir, dan mengorganisasi perdebatan intelektual tentang

agama. Hal ini menciptakan atmosfer yang memungkinkan pemikiran

kritis dan pembaruan.21

H. Bagaimana Modernisasi Beragama Memengaruhi Gaya Hidup dan

Nilai-nilai Masyarakat?
19
al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. "Ihya' 'Ulum al-Din" (The Revival of Religious
Sciences
20
Bosworth, C. E. "The Islamic Dynasties: A Chronological and Genealogical
Handbook." Edinburgh University Press, 1967
21
Kennedy, Hugh. "The Prophet and the Age of the Caliphates: The Islamic Near East
from the 6th to the 11th Century." Pearson, 2004

12
Modernisasi beragama pada masa Dinasti Saljuq berdampak pada

gaya hidup dan nilai-nilai masyarakat. Masyarakat mulai lebih aktif dalam

memahami dan menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai seperti toleransi, inklusivitas, dan pendidikan menjadi bagian

penting dalam budaya masyarakat.22

3. Peran Pemikiran dan Ilmuwan Agama

Pada masa Dinasti Saljuq, pemikiran dan ilmuwan agama memainkan

peran penting dalam merumuskan konsep-konsep modernisasi beragama. Mereka

adalah intelektual yang berperan dalam menyelidiki dan menafsirkan ajaran Islam

untuk menghadapi perubahan sosial dan keagamaan yang sedang terjadi.

a. Menelusuri Peran Pemikiran dan Ilmuwan Agama pada Masa

Dinasti Saljuq

Para ilmuwan agama pada masa Dinasti Saljuq, seperti al-Ghazali,

Ibnu Sina, dan al-Farabi, memiliki peran yang signifikan dalam

pengembangan pemikiran modernisasi beragama. Al-Ghazali, misalnya,

dengan karyanya "Ihya' 'Ulum al-Din" (The Revival of Religious

Sciences), menekankan pentingnya pemahaman dan pengamalan agama

dalam kehidupan sehari-hari.23

b. Bagaimana Pemikiran Mereka Memengaruhi Perubahan Sosial

dan Keagamaan

22
Hourani, Albert. "A History of the Arab Peoples." Belknap Press, 1991,
23
al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. "Ihya' 'Ulum al-Din" (The Revival of Religious
Sciences

13
Pemikiran ilmuwan agama pada masa Dinasti Saljuq memengaruhi

perubahan sosial dan keagamaan dengan mengedepankan pendekatan yang

lebih inklusif terhadap agama. Mereka mendorong dialog antaragama dan

menekankan pentingnya toleransi dan pemahaman antarumat beragama.

Pemikiran ini menciptakan landasan bagi inklusivitas dan keberagaman

dalam masyarakat.24

4. Dampak Modernisasi Beragama pada Sosial dan Budaya

Modernisasi beragama pada masa Dinasti Saljuq berdampak signifikan

pada perubahan sosial dan budaya masyarakat.

a. Menjelaskan Dampak Modernisasi Beragama Terhadap Perubahan

Sosial

Modernisasi beragama membawa perubahan sosial yang mencakup

aspek-aspek seperti peran gender, struktur sosial, dan interaksi

antarindividu. Misalnya, pendidikan agama yang lebih terbuka

memungkinkan perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih

baik, sehingga berkontribusi pada perubahan peran gender dalam

masyarakat.25

b. Bagaimana Modernisasi Beragama Memengaruhi Gaya Hidup dan

Nilai-nilai Masyarakat

24
Ibn Sina. "Kitab al-Shifa'.
25
El-Katiri, Mohammed, et al. "Gender and Education in the Arab Region: The
Advancement of Women in the Arab World." UNESCO, 2003

14
Modernisasi beragama juga memengaruhi gaya hidup dan nilai-

nilai masyarakat. Peningkatan pemahaman agama dan pemikiran kritis

memengaruhi cara individu menghadapi isu-isu sosial, politik, dan

ekonomi. Hal ini menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan hak asasi

manusia, keadilan, dan keberagaman.26

5. Peran Masjid dan Institusi Keagamaan

Pada masa Dinasti Saljuq, masjid dan institusi keagamaan memiliki peran yang

sangat signifikan dalam penyebaran dan pelaksanaan modernisasi beragama.

Peran ini tidak hanya terbatas pada aspek keagamaan tetapi juga membentuk

dinamika sosial, budaya, dan politik di dalam masyarakat.

a. Menganalisis Peran Masjid sebagai Pusat Pendidikan dan

Penyebaran Pemikiran Modernisasi

Masjid menjadi pusat pendidikan dan penyebaran pemikiran

modernisasi beragama. Pemikiran modernisasi beragama mencakup

interpretasi ulang terhadap ajaran-ajaran agama yang lebih sesuai dengan

perkembangan zaman. Para ulama, cendekiawan agama, dan pemikir

agama menggunakan masjid sebagai tempat untuk mengajar, berdiskusi,

dan menyampaikan pemikiran-pemikiran baru ini kepada umat Islam.

Dalam lingkungan masjid, mereka dapat mengkomunikasikan gagasan-

26
Nasr, Seyyed Hossein. "Islamic Life and Thought." State University of New York
Press, 1981

15
gagasan modernisasi yang mencakup pembaruan dalam pemahaman

tentang hukum agama, praktik ibadah, dan tafsir Quran.27

b. Bagaimana Institusi Keagamaan Berperan dalam Penyebaran

Modernisasi Beragama

Selain masjid, institusi keagamaan seperti madrasah dan pondok

pesantren juga memainkan peran yang penting dalam penyebaran

modernisasi beragama. Madrasah adalah sekolah agama Islam yang

mendalami aspek-aspek ajaran Islam, termasuk tafsir Quran, hadis, fiqh

(hukum Islam), dan akidah (keyakinan). Pondok pesantren, yang biasanya

ditemukan di wilayah Nusantara, memiliki peran serupa dalam

pendalaman ilmu agama Islam.28

Institusi-institusi ini membentuk intelektualitas Islam pada masa Dinasti

Saljuq, yang pada gilirannya memengaruhi pemahaman agama dan praktik

umat Islam. Para siswa yang belajar di madrasah dan pondok pesantren

mendapatkan pendidikan agama yang lebih modern dan terstruktur, yang

membantu menyebarkan pemikiran modernisasi.

Keberadaan masjid dan institusi keagamaan ini tidak hanya berdampak

pada masyarakat lokal, tetapi juga membantu menyebarkan pembaruan

dalam pemahaman agama ke berbagai wilayah. Ini mengubah paradigma

27
Makdisi, George. "The Rise of Colleges: Institutions of Learning in Islam and the
West." Edinburgh University Press, 1981,
28
Schimmel, Annemarie. "Islamic Names." Edinburgh University Press, 1989

16
tradisional dan membuka pintu untuk pemikiran yang lebih inklusif dan

terbuka terhadap perubahan sosial dan budaya.

6. Pengaruh Modernisasi Beragama Terhadap Pemerintahan

Pada masa Dinasti Saljuq, modernisasi beragama tidak hanya

memengaruhi aspek-aspek agama semata, tetapi juga melibatkan perubahan

signifikan dalam pemerintahan dan administrasi negara. Hal ini mengingatkan kita

pada kompleksitas hubungan antara agama dan politik dalam sejarah Islam.

Pengaruh modernisasi beragama terhadap pemerintahan dapat dipahami melalui

beberapa dimensi yang mencakup modernisasi hukum dan administrasi serta

dinamika hubungan antara pemerintah dan ulama.

a. Modernisasi Hukum dan Administrasi

Modernisasi hukum dan administrasi adalah salah satu wujud nyata

dari transformasi yang terjadi pada masa Dinasti Saljuq. Pemerintahan

Saljuq merasa perlu memperbarui sistem hukum dan administrasi negara

agar lebih relevan dan sesuai dengan perkembangan masyarakat. Ini

mencakup penggunaan hukum Islam yang lebih modern dalam

pengelolaan negara.

Salah satu langkah konkret yang diambil oleh pemerintahan Saljuq adalah

mengadopsi hukum Islam yang lebih inklusif dan lebih fleksibel. Hukum

Islam diadaptasi agar bisa mengatasi perkara-perkara seperti warisan,

pernikahan, dan peradilan dengan lebih adil dan sesuai dengan kebutuhan

17
sosial saat itu. Hal ini mencerminkan upaya untuk memodernisasi hukum

Islam agar lebih relevan dengan realitas sosial yang berkembang.29

Selain itu, modernisasi juga mencakup perbaikan dalam

administrasi negara. Pemerintahan Saljuq memperkenalkan sistem

administrasi yang lebih terstruktur dan efisien. Ini mencakup pengelolaan

pajak yang lebih efektif, organisasi militer yang lebih baik, dan

pemerintahan lokal yang lebih efisien. Modernisasi administrasi

menciptakan landasan yang kuat bagi pemerintahan yang efektif dan

pembangunan negara.

b. Hubungan Antara Pemerintah dan Ulama

Pengaruh modernisasi beragama juga dapat diamati dalam

hubungan yang kompleks antara pemerintah dan ulama pada masa Dinasti

Saljuq. Pemerintah Saljuq berusaha menjaga kendali mereka atas masalah

keagamaan, dan hal ini seringkali melibatkan negosiasi dengan ulama.

Hubungan ini mencerminkan dinamika politik dan sosial yang unik pada

masa itu.

Sebagian ulama mendukung modernisasi beragama karena

melihatnya sebagai upaya untuk menyebarkan ajaran Islam yang lebih

inklusif dan relevan dengan keadaan saat itu. Mereka percaya bahwa

modernisasi agama bisa menjadi sarana untuk mendekatkan masyarakat

29
Hallaq, Wael B. "The Origins and Evolution of Islamic Law." Cambridge University
Press, 2005

18
kepada nilai-nilai agama. Namun, tidak semua ulama mendukung

modernisasi ini, dan ada yang merasa terancam oleh perubahan ini.30

Hubungan yang rumit antara pemerintah dan ulama mencerminkan

dinamika politik yang melibatkan kekuasaan dan otoritas dalam

masyarakat Islam. Meskipun terdapat ketegangan dalam hubungan ini,

modernisasi beragama pada akhirnya membantu mengubah cara

pemerintah dan ulama berinteraksi dalam kerangka yang lebih inklusif.

7. Peninggalan Modernisasi Beragama

Pada bagian ini, kita akan merinci lebih dalam tentang dampak

modernisasi beragama pada masa Dinasti Saljuq dan bagaimana dampak-dampak

ini masih relevan hingga saat ini.

a. Pencapaian dalam Pemikiran Keagamaan

Modernisasi beragama pada masa Dinasti Saljuq tidak hanya

merangsang perkembangan pemikiran keagamaan yang inklusif tetapi juga

menciptakan karya-karya monumental dalam tradisi Islam. Salah satu

tokoh terkemuka yang muncul pada periode ini adalah Abu Hamid al-

Ghazali, yang menulis "Ihya' 'Ulum al-Din" (The Revival of Religious

Sciences). Karya monumental ini menggabungkan berbagai aspek

kehidupan keagamaan dan etika Islam. Al-Ghazali merumuskan konsep-

30
Hourani, Albert. "Arabic Thought in the Liberal Age 1798-1939." Oxford University
Press, 1962

19
konsep yang mendalam tentang akhlak, ibadah, dan hubungan individu

dengan Allah.

Karya al-Ghazali ini menjadi landasan bagi banyak generasi pemikir Islam

selanjutnya dan tetap relevan dalam pembahasan etika dan keagamaan di

dunia Islam hingga saat ini.31

b. Peninggalan dalam Pendidikan

Pada masa Dinasti Saljuq, masjid dan institusi keagamaan menjadi

pusat pendidikan utama. Pendidikan Islam berkembang pesat dan

mencakup berbagai mata pelajaran seperti ilmu pengetahuan, sastra,

hukum, filsafat, dan lainnya. Ilmuwan Muslim, seperti Al-Farabi dan Ibn

Sina, membuat terjemahan dan komentar terhadap karya-karya klasik

Yunani kuno, seperti karya-karya Aristoteles dan Plato. Mereka juga

membuat penemuan signifikan dalam berbagai bidang, termasuk

kedokteran, matematika, dan astronomi.

Peningkatan pendidikan ini menciptakan fondasi yang kuat untuk

perkembangan ilmu pengetahuan dan seni dalam budaya Islam. Buku-

buku yang ditulis dan diterjemahkan pada masa Dinasti Saljuq menjadi inti

dari warisan intelektual Islam yang terus berkembang hingga saat ini.32

31
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. "Ihya' 'Ulum al-Din" (The Revival of Religious
Sciences),
32
Makdisi, George. "Scholasticism and Humanism in Classical Islam and the Christian
West." Journal of the American Oriental Society, Vol. 109, No. 2, 1989

20
c. Dampak pada Kehidupan Sosial dan Budaya

Modernisasi beragama juga memengaruhi secara signifikan

kehidupan sosial dan budaya dalam masyarakat Saljuq. Selama periode

ini, seni dan arsitektur berkembang pesat. Masjid-masjid megah, istana,

dan monumen-monumen dibangun dengan desain yang indah dan inovatif.

Contohnya adalah Masjid Kubah Batu di Isfahan, yang tetap menjadi salah

satu contoh terbaik arsitektur Islam hingga saat ini.

Periode ini juga dikenal sebagai Zaman Keemasan Islam, di mana

seni, sastra, dan ilmu pengetahuan mencapai puncaknya. Penyair seperti

Omar Khayyam dan filosof seperti Avicenna (Ibn Sina) menciptakan

karya-karya yang masih dihargai dalam sejarah sastra dan pemikiran

manusia.33

d. Dampak pada Kehidupan Keagamaan

Modernisasi beragama menciptakan dasar bagi pengembangan

kehidupan keagamaan yang lebih inklusif dan terbuka terhadap

perkembangan zaman. Peran masjid dalam masyarakat Muslim tetap

menjadi penting sebagai pusat ibadah, pendidikan, dan interaksi sosial.

Kehadiran institusi keagamaan yang kuat memungkinkan masyarakat

untuk menjalani ajaran Islam dengan lebih baik.

Selain itu, pemikiran pemikir agama seperti Al-Ghazali terus

mempengaruhi bagaimana Islam dipahami dan diterapkan. Pemikiran


33
Grabar, Oleg. "The Formation of Islamic Art." Yale University Press, 1987

21
mereka mengenai akhlak, etika, dan hubungan individu dengan Allah tetap

menjadi topik utama dalam diskusi keagamaan Islam.

8. Perkembangan Pengetahuan Pada Masa Dinasti Saljuk

Ilmu pengetahuan mulai berkembang dan mengalami kemajuan pada masa

pemerintah- an Maliksyahbersamaperdana menterinya Ni- zam al-Mulk. Nizam

al-Mulk inilah yang mem- prakarsai berdirinya Madrasah (Universitas)

Nizamiyah (1065 M) dan Madrasah Hanafiyah di Baghdad. Nizam al-Mulkini

adalah seorang yang ahli dalam berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu agama,

pemerintahan dan ilmu pasti.

Pada masa Maliksyah inilah lahir ilmuan- ilmuan muslim seperti Abu Hamid al-

Ghazali dalam bidang theology, Farid al-Din al-Aththar dan Umar Kayam dalam

bidang sastra dan matematika.34

a. Pendirian Madrasah Nizamiyah

Madrasah Nizamiyah adalah sebuah lem- baga pendidikan yang

didirikan tahun 457- 459 H/1065-1067 M (abad VI) oleh Nizam al- Mulk

dari dinasti Saljuk. Nizam al-Mulk adalah pelopor berdirinya Madrasah

Nizamiyah dan juga madrasah-madrasah yang lain di bawah kekuasaan

Dinasti Saljuk. Madrasah Nizami- yah di Baghdad merupakan madrasah

yang pertama kali didirikan oleh Nizam al-Mulk pada bulan Dzulhijjah

tahun 457 H yang diar- siteki oleh Abu Said al-Shafi.

Madrasah Nizamiyah di Bagdad adalah madrasah yang paling

34
Badri Yatim, SejarahPeradaban ,hal.76.

22
terpenting dan terkenal di antara madrasah-madrasah lainnya (selain

madrasah di Balkh, Naisabur, Jarat, Ashfahan, Basrah, Marw, Mausul, dan

lain-lainnya). Madrasah-madrasah itu dapat di samakan dengan fakultas-

fakultas atau perguruan tinggi masa sekarang, mengingat gurunya adalah

ulama besar yang termashur.35 Ma- drasah Nizamiyyah didirikan dengan

tu- juan: Pertama, menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi

pemikiran Syiah. Kedua, menyediakan guru-guru Sunni yang cukup untuk

mengajarkan mazhab Sunni dan menyebarkan ke tempat-tempat lain. Ke-

tiga, Membentuk kelompok pekerja Sunni untuk berpartisipasi dalam

menjalankan pe- merintah, memimpin kantornya, khususnya di bidang

peradilan dan manajemennya.

Madrasah Nizamiyah merupakan lemba- ga pendidikan resmi dan

pemerintah terlibat dalam menetapkan tujuan-tujuannya, mengg- ariskan

kurikulum, memilih guru, dan mem- berikan dana yang teratur kepada

madrasah. Motif didirikannya madrasah ini karena dua hal, pertama motif

politik. Dengan adanya madrasah ini, dinasti Saljuq bisa mengontrol

semua daerah dengan mudah, karena sistem yang dipakai Nizhamiyyah

adalah sentralistik dari pusat ke daerah atau dari atas ke bawah. Motif

kedua adalah agama (ideologi). Bahwa Dinasti Buwaihi yang menganut

Syi’ah ser- ta sisa-sisa aliran Mu’tazilah telah ada sebe- lum Bani saljuq

berdiri, pendirian madrasah Nizhamiyyah juga karena motif untuk menye-

barkan aliran Sunni dan juga untuk melawan Syi’ah.

35
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Jakarta: Kencana Pranada Media),
hal. 159

23
Madrasah Nizamiyah yang didirikan oleh Nizam al-Mulk di

Bagdad dan madrasah-ma- drasah lainnya dibawah kekuasaan bani Sal-

juk sudah mempunyai sistem manajemen yang cukup baik. Dengan sistem

sentralis- tik, semua kurikulum, metode pembelajaran, sistem belajar,

pengangkatan guru dan semua keperluan madrasah diatur oleh Pusat. Para

pelajar Madrasah Nizhamiyyah diberikan berbagai fasilitas dan

kemudahan, terlebih bagi mereka yang berprestasi. Aliran beasiswa sangat

besar dari pemerintah siap menjamin kesejahteraannya.

Diantarafasilitasyangdise- diakan di Nizhamiyyah adalah perpustakaan

yang menyediakan buku sebanyak 6000 jud- ul Para guru (Syekh)pun

mendapat perhatian khusus. Di Madrasah Nizamiyah ini muncul sejumlah

ulama besar, di antaranya:36 Imam al-Haramain al-Juwaini, Imam al-

Ghazali, Imam Fakhr al-razi (ahli tafsir), Zamakhsyari, dan juga Imam al-

Qusyairi. Dalam bidang ilmu eksaskta, muncul sejumlah ulama. Di antara

mereka adalah Umar ibn Khayam (ahli as- tronomi dan ilmu pasti), Ali

Yahya al-Haslah (ahliilmukedokteran), Abu Hasan al-Mukhtar (ahli ilmu

kedokteran), Muhammad Ali al-Sa- marqandi (ahli ilmukedokteran).

b. Pengaruh Madrasah Nizamiyah

Madrasah Nizamiyah telah banyak memberikan pengaruh

terhadap masyarakat, baik bidang politik, ekonomi maupun bidang

so- sial keagamaan. Nizam al-Mulk sebagai peja- bat pemerintah

memiliki andil besar dalam pendirian dan penyebaran madrasah,

36
Jaih Mubarak, Sejarah, hal. 96

24
kedudu- kan dan kepentingannya dalam pemerintah merupakan

sesuatu yang sangat menentukan. Dalam batas ini madrasah

merupakan kebi- jakan religio-politik penguasa. Dalam bidang

ekonomi madrasah Nizhamiyah memang di- maksudkan untuk

mempersiapkan pegawai pemerintah, khususnya dilapangan

hukumdan adminstrasi di samping lembaga untuk mengajarkan syari’ah

dalam rangka mengem- bangkan ajaran sunni. Madrasah Nizamiyah

diterima oleh masyarakat karena sesuai den- gan lingkungan dan

keyakinannya dilihat dari segi sosial keagamaan, hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain :

1) Ajaran yang diberikan di Madrasah Ni- zamiyah adalah ajaran sunni,

sesuai dengan ajaran yang dianut oleh seba- gian besar masyarakat pada

saat itu.

2) Madarasah Nizamiyah diajar oleh ula- ma yang terkemuka.

3) Madrasah ini memfokuskan pada aja- ran fiqh yang dianggap sesuai

dengan kebutuhan masyarakat umumnya da- lam rangka hidup dan

kehidupan yang sesuai dengan ajaran dan kehidupan mereka

9. Kesimpulan

Bagian ini mengevaluasi temuan utama dan implikasi modernisasi

beragama pada masa Dinasti Saljuq serta bagaimana peradaban sosial dan

beragama berkembang sebagai akibat dari periode ini yang sangat penting dalam

sejarah Islam.

25
Modernisasi beragama pada masa Dinasti Saljuq memainkan peran sentral

dalam perubahan sosial dan beragama. Ini adalah periode ketika pemikiran agama

dan ilmu pengetahuan berkembang pesat, menciptakan dasar bagi pemahaman

Islam yang lebih dalam dan inklusif. Pemikiran ilmuwan agama seperti Al-

Ghazali membantu merumuskan konsep-konsep modernisasi beragama yang

masih menjadi landasan dalam praktik Islam kontemporer.

Perubahan sosial dan budaya yang dipicu oleh modernisasi beragama juga

sangat signifikan. Seni, sastra, dan arsitektur Islam mencapai puncaknya,

menciptakan peninggalan budaya yang kaya dan indah. Pendidikan Islam

berkembang pesat, menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan dan penyebaran

pemikiran modernisasi.

Pemerintahan dan ulama juga dipengaruhi oleh modernisasi beragama.

Pemerintah Saljuq mengadopsi beberapa langkah konkret untuk mempromosikan

modernisasi ini dan memengaruhi hubungan antara pemerintah dan ulama.

Peninggalan modernisasi beragama Dinasti Saljuq tetap mempengaruhi

perkembangan peradaban dan pemikiran keagamaan di masa berikutnya. Karya-

karya seperti "Ihya' 'Ulum al-Din" oleh Al-Ghazali tetap relevan, dan fondasi

pendidikan dan kebudayaan yang dibangun selama periode ini memengaruhi

perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan agama di dunia Islam dan lebih luas

lagi.

Kesimpulannya, modernisasi beragama pada masa Dinasti Saljuq membentuk

landasan peradaban sosial dan beragama yang lebih modern dan inklusif dalam

26
sejarah Islam. Ini adalah periode yang penting dalam perjalanan pemikiran dan

peradaban Islam yang teyrus berlanjut hingga saat ini. Melalui pemahaman yang

lebih mendalam tentang periode ini, kita dapat menghargai kontribusi signifikan

yang telah dibuat oleh Dinasti Saljuq terhadap dunia Islam dan peradaban manusia

secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

27
Al-Futuh, Abd al-Majid, Tarikh al-Siyasi wa al-Fikri, (Al- Mansur: Mathabi’ al-

Wafa, 1988).

Al-Usairy, Ahmad, al-Tarikh al-Islami, Terj. Samson rahman, (Jakarta: Akbar,

2003).

Boswort, C. E, Dinasti-Dinasti Islam, (Band- ung: Mizan, 1980).

Mahayudin, Sejarah Islam, (Kuala Lumpur: Fajar Bakti, 1993).

Mubarak, Jaih, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,

2004).

Mughni, Syafiq A., Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, (Jakarta: Logos

Wacana Ilmu, 1997).

Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, (Ja- karta: Kencana Pranada Media).

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Ja- karta: RajaGrafindo Persada,

1997).

Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya

Agung, 1990).

Abu Su’ud, Islamologi, (Jakarta:PT. Rineka Cip- ta, 2003)., cet.I.

Ahmad al-Usyairy, at-Tarikh al-Islami, Terj. Samson Rahman, (Jakarta:

Akbar, 2003).

28
Ahmad Amin, Dhuha al-Islam, Jil. I, (Kairo: La- jnah al-Ta’lifwa al-

Nasyr)

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakar- ta: PT. Raja Grafindo:

2006).

Philip K. Hitti, History of the Arabs, Terj. R. Cecep Lukman Yasin,

(Jakarta: Seram- bi, 2008).

Sir William Muir, The Caliphat, (New York: AMS Inc, 1975).

W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam:Kajian Kritis Orientalis, alih

bahasa oleh Hartono Hadikusumo (Yogyakarta: PT. Tiara Wa- cana

Yogya, 1990).

Yusuf al-Isy, Tarikh ‘Ashy al-Khilafah al-Abbasi- yyah, Terj. Arif Munandar,

(Jakarta Pusta- ka Al-Kautsar, 2007).

Jaih Mubarak, Sejarah Peradaban Islam Bandung: Pustaka Bani Quraisy,

2004)

Gutas, D. (1998). "Greek Thought, Arabic Culture: The Graeco-Arabic

Translation Movement in Baghdad and Early 'Abbasid Society

(2nd-4th/8th-10th centuries)." Routledge

Peacock, A. C. S., & Yılmaz, Y. (2015). "The Seljuks of Anatolia:

Court and society in the medieval Middle East." I.B. Tauris

29

Anda mungkin juga menyukai