Anda di halaman 1dari 45

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


EOQ (Economic Quantity of an Order) adalah cara pada proses dalam
melakukan perhitungan jumlah transaksi bahan mentah atau barang yang akan
diolah dengan menggunakan harga yang paling rendah. Dengan menggunakan
model dari EOQ semua pemesnan atau transaksi dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan terhadap jumlah kuantitas transaksi. semua kebutuhan
dalam persediaanmerupakan jumlah transaksi untuk melakukan persediaan. Pada
proses nya penggunakan persamaan pada bidang Matematika mempunyai
hubungan yang relevan, secara nyata sudah dibutkikan bahwa penyelesaiaan
masalah konsep dari rumus persamaan matematika sangat dibutuhkan. Tantangan
yang paling sering terjadi dalam melakukan pengelolaan barang ialah
mengonfigurasi pengiriman bahanyang optimal dengan dana yang diinvestasikan
di pabrik bahan baku tanpa gangguan produksi. Membeli, (1) apa yang harus dibeli,
(2) membeli atau membelibahan, (3) saat membeli bahan, (4) bahan perusahaan.
Setelah kembali ke rumah, Anda harus selalu aman dan minum cukup untuk
menghilangkan kemacetan. Apa yang disebut kebijakan perusahaan tentang
penimbunan bahan baku memungkinkan pengurangan persediaan secara maksimal.
Metode EOQ adalah skor serendah mungkin, pelatihanyang lebih baik dan pelatihan
yang lebih lama. Dengan perencanaan metode EOQ di sarufliar, gangguan
diminimalisir sehingga perusahaan tetap terkendali dan persediaan bahan baku
perusahaan kontra produktif. perusahaan yang berhubungan Penggunaan metode
EOQ di bawa oleh F.W Harris kemudian ini sering digunakan untuk melakukan
penelitian .Menurut Widyastika dan Nerli Khairani (2020), PT. Arc Inti Indo Panah
menyimpulkan bahwa model EOQ dapat mencapai beberapa tujuan, termasuk
memaksimalkan produksi, memaksimalkan keuntungan, dan meminimalkan biaya
produksi. Selain itu, penggunaan metode EOQ tidak hanya mengurangi biaya
penyimpanan di gudang dan menghemat baik penyimpanan maupun ruang kerja,
tetapi juga memecahkan masalah yang disebabkan oleh persediaan yang besar.
Dengan analisis EOQ ini, pembelian material dan pembelian grosir dapat
direncanakan dengan mudah dan nyaman. Selainmenentukan EOQ, perusahaan
memutuskan kapan bahan baku yang digunakan akan dipesan ulang ataureordered
(ROP).
Dalam mendapatkan transaksi untuk keuntungan yang tinggi sebuah
perusahaan harus melakukan pengolahan biaya transaksi serendah mungkin, agar
tidak mengalami kerugiaan saat melakukan transaksi pemesanan barang. Setiap
transaksi pada banyak perusahaan akan melakukan pemesanan pada produk yang
diinginkan dengan jumlah. sehingga penelitian ini akan menggunakan metode
EOQ. Menurut Vania & Hanni (2021) meneliti tentang analysis inventory cost jona
shop with EOQ model. Dalam penelitian ini dilakukan agar pemilik toko tidak
melakukan kesahalan yang sama dan mendapatkan hasil yang optimal pada
perusahaan nya. Dari latar belakang pada permasalahan ini penulis tertarik untuk
menggunakan topik ini dalam melakukan pengelolaan produksi di usaha tersebut
dengan judul “Implementasi Economic Order Quantity (EOQ) Untuk Efisiensi
Persediaan Bahan Baku Produksi Kain Bordir Songket UD. Niar Medan”.

1.2 Perumusan Masalah


Terdapat masalah yang terjadi pada UD. Niar adalah mempunyai jumlah yang
berlebih dan jumlah bahan baku yang kurang sehingga menyebabkan terjadinya
permasalahan saat melakukan produksi, dimana hal paling mencolok ialah
persediaan ini menambah beban transaksi penyimpanan, biaya kerusakan bahan,
dan biaya modal investasi.

1.3 Batasan Masalah


Pada penelitian ini terdapat batasan masalah yang dapat digunakan untuk pada
sebuah penelitian, batasan masalah pada penelitian ini sebgai berikut:
1. Kondisi Perusahaan dianggap dalam keadaan normal.
2. Harga bahan baku, harga jual dan volumen dari biaya untukmelakukan
produksi tidak perlu diolah lagi saat penelitian berlangsung.
3. Parameter yang digunakan dibatasi pada volume produksi, biaya produksi
dan keuntungan
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Pada UD. Niar memastikan pasokan bahan baku yang optimal
2. Bangun model EOQ dengan elemen yang berbeda untuk menentukan biaya
yang harus dibutuhkan oleh perusahaan dalam memnuhi kebutuhan
3. Menghasilkan model Economic Quantity of an Order (EOQ) dalam
melakukan analisa manajemen pengelolaan barang dan menampilkan
kehematan dalam melakukan transaksi pemesanan bahan baku di UD. Niar
di tahun 2020.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini terdapat manfaat sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan:
Hasil penelitian tersebut dimaksudkan untuk memberikan wawasan yang
bermanfaat bagi perusahaan dan secara khusus mendukung proses
pengambilan keputusan CEO terkait dengan manajemen persediaan.
2. Bagi peneliti
Penulisan ini hendaknya memberikan pengetahuan dan keterampilan
menulis serta penerapan ilmu yang diperoleh selama pembelajaran.
3. Untuk Pembaca
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi yang
bermanfaat dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Persediaan


2.1.1 Pengertian Persediaan
Menurut Farid Badruzzaman dan Erwin Harahap (2018), kajian tentang
pengendalian bahan baku di RAR Azkia Padalarang. Gudang merupakan faktor
penting dalam perusahaan. Persediaan didefinisikan sebagai barang yang disimpan
untuk digunakan pada musim mendatang. Aktiva lancar suatu unit usaha dapat
diklasifikasikan sebagai modal kerja dalam bentuk bahan baku. Tingkat persediaan
yang salah dapat merugikan bisnis. Terlalu banyak persediaan dapat meningkatkan
biaya penyimpanan. Di sisi lain, persediaan yang terlalu sedikit dapat meningkatkan
biaya kekurangan persediaan.
Persediaan adalah sumber daya tersimpan digunakan sebagai kebutuhan
transakssi pada masa sekarang atau akan datang. Inventaris sistem melayani tujuan
tertentu karena ada sumber daya tertentu yang tidak dapat diimpor jika diperlukan.
Oleh karena itu, untuk menjamin ketersediaan sumber daya, perlu dilakukan
perencanaan inventarisasi. Atas dasar itu, pengertian penawaran adalah sekumpulan
SDM yang berupa bahan baku mentah (Diana Khairani Sofyan, 2013).

Masalah manajemen persediaan adalah masalah yang paling sering terjadi


pada peruahaan yaitu terjadi pada jumlah bahan baku yang sedikit menghambat
proses produksi, sedangkan kelebihan pada pengelolaan bahan baku dapat
membuat tingkat risiko kerusakan akibat kelebihan stok barang. Oleh karena itu,
perusahaan membutuhkan manajemen persediaan yang efektif (Murdifin, Mahfud
2012). Dari sini dapat disimpulkan bahwa manajemen persediaan merupakan
upaya untuk menentukan komposisi material yang optimal untuk mendukung
kelancaran dan efisiensi operasi perusahaan. Pasokan yang ada karenanya harus
sesuai dengan permintaan. (Riston, 2009).
2.1.2 Fungsi Persediaan
Persediaan mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Jika durasi dalam pengiriman transaksi bahan baku menjadi lama , maka
perusahaan harus menyediakan bahan baku yang stabil dalam proses
pengendalian kebutuhan. Bisnis nirlaba harus memelihara persediaan stabil
dalam mencukupi kebutuhan bisnis sampai barang dikirim dari produsen
(pemasok).
2. Kuantitas yang dibeli atau diproduksi lebih dari yang diperlukan. Karena
biasanya lebih murah untuk membeli dan memproduksi secara massal.
Karena sebagian besar barang/bahan yang tidak terpakai disimpan sebagai
persediaan, perusahaan dapat menyesuaikan penawarannya dengan
fluktuasi permintaan dalam jangka waktu yang lebih lama dengan
permintaan barang musiman dan volume produksi konstan. persyaratan ini.
Biaya perekrutan dan pelatihan karyawan baru, lembur, dll. (karena tingkat
produksi berfluktuasi)
3. lebih besar daripada biaya pemeliharaan barang (karena persediaan
berfluktuasi), sehingga tingkat produksi yang konstan umumnya
diinginkan.
4. Diperlukan gudang, meskipun biaya pengadaan atau penyimpanan
bahan/bahan pengganti untuk memenuhi kebutuhan pelanggan relatif tinggi.

2.1.3 Tujuan Persediaan


Tujuan persediaan mempunyai beberapa tahapan seperti berikut ini:
a. Proses ini menghapuskan proses transaksi yang lama.
b. Menghapuskan kesalahan pada barang pesanan yang perlu dikembalikan.
c. Memastikan berfungsinya proses produksi perusahaan dengan benar.
d. Ini memastikan penggunaan mesin yang optimal.
e. memastikan ketersediaan produk akhir kepada konsumen;
f. Dapat diproduksi sesuai permintaan

2.1.4 Jenis-Jenis Persediaan


Adapaun jenis persediaan dikelompokan 4 jenis (Eddy Herjanto, 2010) yaitu:
1. Persediaan cadangan
Persediaan yang melindungi dari fluktuasi permintaan yang tidak terduga dan
bertahan jika terjadi human error pada proses persediaan.
2. Persediaan yang diperluas
Pasokan memenuhi proses transaksi yang diantisipasi, mis. B. mencukupi untuk
melengkapi kebutuhan. Tujuan daftar ini juga untuk melindungi dari
kemungkinan kesulitan ketersediaan produksi tidak terhenti.
3.Pertahankan ukuran penyimpanan Anda
Saat itu kami memiliki lebih banyak persediaan daripada yang kami butuhkan.
Saat membeli dalam jumlah besar, harga unit transportasi rendah, jadi
menggunakan harga produk (diskon volume) adalah salah satu caranya.
4. Persediaan pipeline
Barang diangkut dari tempat asal ke tempat penggunaan. Misalnya barang
dikirim dari pabrik ke toko yang bisa memakan waktu berhari-hari atau
berminggu-minggu

2.1.5 Biaya Persediaan


Menurut Rangkut (2007), sebagian besar modal kerja perusahaan berasal dari
persediaan, sehingga persediaan merupakan bagian yang cukup penting dari modal
kerja. Biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan di luar gudang. Biaya
ini didasarkan pada parameter ekonomi yang berkaitan dengan jenis biaya berikut:
a) Biaya pembelian
Harga beli adalah harga satuan jika produk dibeli secara eksternal, atau harga
produksi satuan jika produk diproduksi secara internal. Harga satuan selalu
menjadi bagian dari biaya penyimpanan. Dalam kasus pembelian eksternal,
harga satuan adalah harga pembelian ditambah ongkos kirim. Harga satuan
produk buatan sendiri, biaya material, dan biaya produksi.
b) Biaya pemesanan
biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemesanan dengan penyedia layanan
atau biaya pemasangan jika produk diproduksi sendiri. Biaya ini diyakini
bervariasi secara langsung dengan jumlah pesanan. Biaya pesanan meliputi
entri pesanan, analisis pemasok, entri pesanan, pemeriksaan bahan, dan biaya
pemrosesan transaksi. Biaya persiapan dapat timbul.

2.2 Pengendalian Persediaan


Manajemen inventaris adalah kegiatan yang tidak hanya memungkinkan Anda
memaksimalkan keuntungan, tetapi juga memastikan kelangsungan dan kelancaran
bisnis Anda. Perusahaan jasa, perusahaan perdagangan, dan perusahaan manufaktur
memiliki kebutuhan persediaan yang konstan. Gudang adalah beberapa keputusan
logistik paling berisiko. Terlalu banyak persediaan menyebabkan tingginya biaya
perawatan, yang memberi tekanan pada perusahaan. Ketidaksesuaian antara
penawaran dan permintaan dapat mempengaruhi kualitas barang yang telah lama
disimpan di gudang. Sebaliknya, jika persediaan rendah, kemungkinan kehabisan
stok meningkat. Hal ini membuat tidak mungkin untuk memuaskan keinginan
konsumen dan layanan konsumen memburuk. Manajemen persediaan juga dapat
mempengaruhi keberhasilan dan persaingan bisnis (Setiawan, 2014). Manajemen
persediaan adalah serangkaian kegiatan dalam serangkaian kegiatan yang dipantau
secara ketat selama operasi manufaktur perusahaan berdasarkan waktu, jumlah, dan
biaya yang telah direncanakan sebelumnya (Assauri 2004: 176).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa manajemen persediaan mengacu pada
penentuan tingkat persediaan, dengan mempertimbangkan keseimbangan antara
tingkat persediaan dan biaya yang dikeluarkan.

2.3 Uji Normalitas Liliefors


Manajemen persediaan menggunakan rumus statistik sehingga harus menggunaan
distribusi. Liliefor (Sudjana, 2005).
Untuk memvalidasi hipotesis, tindakan berikut harus diambil: Menghitung rata-rata
sampel pengamatan digunakan rumus:
∑ "
"!
𝑋" = !#$
#

(2.1)
bahan baku simpangan:

(2.2)
Maka, untuk menghitung nilai 𝑍 digunakan rumus :
"! %"&
𝑍$ = '
(2.3)

dengan :

1. Bilangan baku rumus

(2.4)

2. Menghitung selisih |F (𝑍$ ) – S (𝑍$ )| dan tentukan harga mutlaknya.


3. Cari nilai maksimum di antara |F (𝑍$ ) – S (𝑍$ )| yaitu:

𝐿)$*+#, = max {|F (𝑍$ ) – S (𝑍$ )|} (2.5)

4. Kriteria pengambilan keputusan adalah membandingkan 𝐿)$*+#, dengan


𝐿*-./0.

2.4 Economic Order Quantity (EOQ)


2.4.1 Definisi Economic Order Quantity (EOQ)
EOQ adalah bentuk dari manajemen persediaan dengan tujuannya adalah
menerapkan kuantitas pesanan termurah untuk barang atau bahan berdasarkan
kebutuhan bisnis. bentuk dari eoq ini dapat membuat tingkat efisiensi transaksi. Hal
ini memungkinkan untuk meminimalkan transaksi pengelolaan produksi. Metode
EOQ dikenal juga dengan jumlah pemesanan yang dapat mengurangi keseluruhan
biaya persediaan. Jika digunakan dengan benar, stok habis dalam jangka waktu
tertentu dan pesanan baru harus dilakukan saat stok hanya dibutuhkan selama masa
tenggang (Yamit, 2011). Menurut Mohamad Fadly dan Jaya Sahar (2016:28), EOQ
adalah bentuk dari transaksi perhitungan persediaan yang menghitung pesanan dari
kuantitas pesanan minimum dan biaya persediaan, yaitu H. jumlah pembelian atau
kuantitas ekonomis per pembelian.
Kelebihan EOQ adalah:
1. Proses EOQ mempertimbangkan fitur keselamatan untuk memastikan
pasokan bahan baku untuk proses produksi.
2. Metode EOQ mengurangi jumlah pesanan yang diamati dan mengurangi
biaya pesanan (atau biaya penyetelan).
Di sisi lain, kelemahan metode EOQ adalah:
1. Pada metode EOQ, beberapa bahan baku perlu disimpan beberapa periode
sebelum digunakan dalam proses produksi, sehingga mengakibatkan biaya
penyimpanan bahan baku menjadi lebih tinggi.
2. Penjualan bisa dinegosiasikan, bahan baku digunakan sepanjang tahun, dan
pengirimannya segera.

2.4.2 Economic Order Quantity (EOQ) multi item


Kuantitas pesanan multi-item ekonomi (EOQ) biasanya merupakan teknik gerakan-
untuk-gerakan atau variasi umum dari suatu produk dengan biaya persediaan yang
berpotensi lebih rendah. EOQ memiliki tujuan dalam menentukan jumlah minimum
per produk (𝑄). Untuk menghemat uang sebanyak mungkin dan membayar pesanan
Anda, kami telah membayar biaya total terendah pada saat kedatangan. Banyak
asumsi yang digunakan dalam metode EOQ (Yamit, 1999).
a) Keakraban dengan bahan-bahan utama dan kepentingan relatifnya sangat
penting untuk kesinambungan.
b) Adalah mungkin untuk melakukan hal-hal tertentu.
c) Seharusnya tidak ada hambatan dalam pengiriman. Akibatnya, persyaratan
untuk berbagai spesifikasi keselamatan yang mungkin dapat menyebabkan
konflik dengan silinder dalam perjalanan.
d) Akibatnya, pesanan Anda akan dengan cepat dan stok Anda akan diisi
ulang.
2.4.3 Klasifikasi Biaya Persedian
Biaya persediaan mempunyai kompnen sebagai berikut:

Gambar 2.1 Biaya-Biaya Persediaan

2.5 Biaya Penyimpanan (Carrying Cost/HoldingCost)


Biaya sebuah file (𝐻) biasanya adalah apa yang kita dengar dari waktu ke waktu
(walaupun terkadang kita mendengarnya sebagai probabilitas rata-rata zijn dari file
tersebut). Secara tradisional, biaya penyimpanan dikaitkan dengan biaya tahunan
(annual) yang terkait dengan jumlah penyimpanan pada gambar berikut

Gambar 2.2 Penggunaan Persediaan

Namun, biaya penyimpanan (𝐻) hanya mewakili harga satuan, Jika


kehabisan stok, silakan lakukan pemesanan baru. Gambar 2.2 menunjukkan jumlah
memori yang tersedia. Pada Gambar 2-2, Q mewakili jumlah pesanan yang
dibutuhkan untuk mengisi persediaan tertentu. Anda juga melihat bahwa pasokan
tidak pernah jatuh di bawah nol. Jika stoknya nol, pesanan akan tiba setelah
beberapa waktu. Gambar 2.2 juga menunjukkan bahwa kuantitas persediaan adalah
kuantitas pesanan terbatas waktu Q, karena persediaan selalu dikonsumsi sesuai
kebutuhan. Demikian juga, tidak akan ada stok sampai titik tertentu, sehingga
jumlah stok akan menjadi nol (𝑡) untuk sementara. Jadi inventaris yang tersedia
berada di antara dua ekstrem ini.

Gambar 2.3 Rata-Rata Persediaan

Q singkatan jumlah pesanan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2-3.


Misalnya, jika pesanan Anda berisi 500 kain, semua 500 kain akan dikirim
sekaligus (setelah menerima pesanan Anda). Kisarannya dapat bervariasi dari 0
hingga 500 kain atau dari 0 hingga Q potong. Pasokan berkurang dari waktu ke
waktu karena ada permintaan konstan dari waktu ke waktu. Setiap kali level stok
mencapai 0, pesanan baru diterima dan level stok kembali ke Q unit (diwakili oleh
garis vertikal). Proses ini terus menerus dan tidak memiliki batas waktu. Pernyataan
ini menunjukkan apa yang akan dicapai dengan menerapkan model EOQ ini di
perusahaan Anda.
Jika jumlah persediaan yang tersedia setiap tahun sama dengan jumlah rata-
rata persediaan (Q/2), maka total biaya persediaan tahunan dapat ditentukan dengan
mengalikan jumlah rata-rata persediaan dengan biaya persediaan tahunan (H),
menghasilkan jumlah biaya persediaan tahunan Hal ini dapat diperoleh. Biaya
persediaan (TH) dipertahankan.

dengan:
Rumus nya sebagai berikut

!"#$% '($)$ *+,)(-.$,$,


Biaya Penyimpanan =
/0-%$1 2+3+%0401$, *+43+5($$,
(2.9)

2.6 Biaya Pemesanan (Ordering Cost/Setup Cost)


Biaya pemesanan (S ) dinyatakan dalam dasar per pemesanan, nilai ini hanya
menggambarkan biaya per pemesanan dan bukan total biaya pemesanan.

!"#$% '($)$ *+4 .+-+3$,$,


Biaya Pemesanan =
64+20+,3( *+-+3$,$, 5$%$- 7+#$10,
(2.10)

Harga pesanan (S) ditampilkan dengan setiap pesanan. Nilai ini hanya
menunjukkan harga per pesanan, bukan total harga pesanan. Dimana sebelumnya
dihitung total biaya stock TH per tahun, maka total biaya pemesanan TS dihitung
dari jumlah pemesanan pada tahun tersebut.

2.7 Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)


Total cost of inventory (TIC) dapat diartikan sebagai total biaya persediaan, namun
dalam konteks metode EOQ (TIC) adalah penjumlahan dari total biaya pemesanan
dan total biaya persediaan. Nilai (TIC) mengikuti rumus (Heizer & Render, 2017):
Total Cost of Inventory (TIC) dihitung dengan menjumlahkan Order Cost (TS) dan
Inventory Cost (TH) sebagai berikut::
𝑇𝐼𝐶 =biaya pemesanan + biaya penyimpanan
8 9
𝑇𝐼𝐶 = 𝑆+ 𝐻 (2.13)
9 :

Total biaya persediaan, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan dapat


digambarkan pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 Model Biaya Persediaan
Gambar di atas menunjukkan bahwa dengan meningkatnya kuantitas pesanan,
biaya penyimpanan juga meningkat, tetapi biaya pemesanan menurun. Sebaliknya,
ketika jumlah pesanan berkurang, biaya penyimpanan juga turun, tetapi biaya
pemesanan (pekerjaan) meningkat. Perlu dicatat bahwa kuantitas pesanan yang
optimal terletak pada perpotongan antara kurva biaya pesanan dan kurva biaya
penyimpanan.

2.8 Menghitung 𝑸 (Persediaan) Optimal


Secara rumus perhitungan, nilai Q optimal (Q^*) (jumlah pesanan optimal) akan
dilakukan perhitungan sebagai berikut: Persamaan (2.13) memberikan total biaya
penyimpanan minimum (TIC) Untuk membuktikannya, persamaan turunan
pertama Persamaan
8 9
𝑇𝐼𝐶 = 𝑆 + 𝐻
9 :
87 9;
𝑇𝐼𝐶 = +
9 :
8 9
𝑇𝐼𝐶 =
9
𝑠 + :𝐻

𝐷𝑆 9;
𝑇𝐼𝐶 = 𝑄 +
:

𝑑 𝐷𝑆 𝑄𝐻
𝑇𝐼𝐶′ = 𝑑2𝑄3 < 𝑄 + 2 =
$ 𝐷𝑆 $ 𝑄𝐻
𝑇𝐼𝐶′ = " #+ " #
$(&) 𝑄 $(&) 2

$ 9#$# ;
𝑇𝐼𝐶′ = (𝐷𝑆𝑄−1 )+1$ %
$(&) :

;
𝑇𝐼𝐶′ = -1(𝐷𝑆𝑄%6%6 ) +
:

;
𝑇𝐼𝐶′ = −𝐷𝑆𝑄%7 +
:

A87 ;
𝑇𝐼𝐶′ = +
9² :

Untuk mencari nilai 𝑇𝐼𝐶 minimum, apabila :

𝑇𝐼𝐶 8 = 0 atau 𝑇𝐼𝐶 88 > 0

Untuk,

𝑇𝐼𝐶’ = 0

Maka:

A87 ;

+ :
=0

; 87
=
: 9²

𝑄²𝐻 = 2𝐷𝑆

:87
𝑄² =
;

:87
𝑄='
;

Karena 𝑄 merupakan nilai optimal maka, disimbolkan menjadi 𝑄∗ . Dan dapat


ditulis menjadi:
2𝐷𝑆
𝑄∗ = H 𝐻

(2.16)

dengan:

2.9 Penelitian Terdahulu


1. Michel (2014), Kajian pemantauan bahan baku ikan tuna CV. Golden Co.,
Ltd. telah membuktikan bahwa pemberian makan tuna dan pasokan bahan
baku yang sesuai dengan permintaan konsumen efektif.
2. Ahmad Taufiq (2014), Metodologi EOQ Jepara Salsa Bakery dalam Studi
Pengendalian Persediaan Hancur, Menghancurkan Metode Tradisional
yang Digunakan Perusahaan. Persediaan terigu pada triwulan terakhir tahun
2012 sebanyak 112 karung, frekuensi 7 kali, safety stock 19 karung, back
order (POR), saat persediaan dibagi 39 karung, total biaya Rp 2.308.133.
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah:
1. Penelitian terkait
memperoleh data dan melakukan analisa terhadap berbagai informasi tentang
Metode EOQ dalam bentuk buku atau jurnal
2. Pengumpulan data
eksekutif perusahaan secara tatap muka untuk memperoleh informasi sekunder
tentang perusahaan tersebut. Informasi yang diperoleh dari perusahaan tersebut
adalah:
1) Jumlah pemakaian kain, benang dan, payet pada periode Januari 2020-
Desember 2020.
2) Biaya pemesanan kain, benang, dan payet pada periode Januari
2020-Desember 2020.
3) Biaya penyimpanan kain, benang, dan payet pada periode Januari
2020-Desember 2020.

3.2 Lokasi Penelitian


Proses pada penelitian ini dilaksanakan pada UD. NIAR yang beralamat di JL.
Pancasila Gg. Panjang No. 10 Medan, Sumatera Utara.

3.3 Jenis Data dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Jenis Data

Jenis Jenis data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari:


1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif ialah data yang didapatkan dari perusahaan tempat penelitian dalam
format angka transaksi pemesanan dan penggunaan bahan baku kain dari tahun
2020, biaya pemesanan bahan baku kain tahun 2020, biaya penyimpanan bahan
baku kain tahun 2020.
2. Data Kualitatif
Data kualitatif ialah data yang didapatkan dari hasil wawan cara brupa data lisan
ataupun tulisan yang format nya bukan angka hanya tentang informasi perusahaan.

3.3.2 Sumber Data


Sumber data yang akan dipakai pada penelitian ini ialah data sekunder. Peneliti
kemudian mengutip data yang telah tersedia untuk penelitian tersebut, baik dalam
bentuk dokumen maupun laporan tertulis dan informasi lain yang berkaitan dengan
penelitian tersebut. Informasi jumlah pemesanan, penggunaan dan penyimpanan
bahan baku kain, benang dan payet tahun 2020.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi

Akan melakukan atau mengujungi langsung objek penelitian yakni pada UD. Niar
berada di kotaMedan untuk mendapatkan data yang diperlukan berupa jumlah
pemesanan dan pemakaian bahan baku kain, benang dan payet tahun 2020,biaya
pemesanan bahan baku kain, benang, dan payet tahun 2020, biaya penyimpanan
bahan baku kain, benang, dan payet tahun 2020.

2. Interview
wawancara ialah tahapan dalam mendapatkan informasi yang berkaitan dengan
penelitian. wawancara dilakukan terhadap sejarah UD. Niar

3.5 Teknik Analisis Data


tahapan ini merupakan proses dalam melakukan penyelesaiaan untuk
menginterpretasikan informasi yang berguna dari lapangan, mengolah informasi
yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam pengambilan keputusan. Berikut
ini tahapan yang digunakan:
1. Menguji normalitas informasi penggunaan bahan baku kain, benang dan
payet dengan uji normalitas Lilliefors.
2. Menentukan persediaan bahan baku yang optimal dan biaya pembelian
bahan baku yang minimum dengan menggunakan metode EOQ
3. Melakukan proses Perbandingan EOQ dan biaya persediaan manufaktur
perusahaan.
4. Membuat kesimpulan dan saran.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data


tahapan ini akan menggunakan data didapatkan dari observasi ke studi kasus yaitu
UD niar. Informasi informasi yang didapatkan dapat digunakan untuk penyelesaian
permasalahan sebagai berikut:
1. Jenis bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kain bordir songket yaitu:
kain, benang dan payet.
2. Jumlah persediaan dan jumlah penggunaan bahan baku pada tahun 2020
3. transaksi dalam mendapatkan bahan baku periode januari 2020 sampai
Desember 2020
4. transaksi dalam keperluan bahan baku periode januari 2020 sampai Desember
2020

4.1.1 Jumlah Persediaan Bahan Baku Tahun 2020


Penelitian ini akan menggunakan transaksi dari Jumlah stock dari bahan baku tahun
januari 2020 sampai Desember 2020 dapat dilihat pada berikut:
Tabel 4.1 Persediaan Bahan Baku di UD. Niar Tahun 2020
No Bulan Kain (buah) Benang (buah) Payet (bungkus)

1 Januari 210 840 210

2 Februari 160 640 160

3 Maret 160 640 160

4 April 170 680 170

5 Mei 150 600 150

6 Juni 180 720 180


7 Juli 200 800 200

8 Agustus 180 720 180

9 September 150 600 150

10 Oktober 150 600 150

11 November 190 760 190

12 Desember 200 800 200

Jumlah 2.100 8.400 2.100

Sumber: UD. Niar

4.1.2 Jumlah Penggunaan Bahan Baku Tahun 2020


Tabel 4.2 Penggunaan Bahan Baku UD. Niar Tahun 2020
No Bulan Kain (buah) Benang (buah) Payet (bungkusan)

1 Januari 180 720 180

2 Februari 140 560 140

3 Maret 150 600 150

4 April 160 640 160

5 Mei 140 560 140

6 Juni 170 680 170

7 Juli 190 760 190

8 Agustus 160 640 160

9 September 130 520 130

10 Oktober 140 560 140

11 November 180 720 180


12 Desember 180 720 180

Jumlah 1.920 7680 1.920

Rata-Rata 160 640 160

Sumber: UD. Niar

4.1.3 Biaya Pemesanan Bahan Baku


Adapun transaksi biaya pemesanan terdapat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Biaya Pemesanan Bahan Baku di UD. Niar Tahun 2020

Jenis Biaya Biaya (Rp)

Biaya Administrasi 300.000

Biaya Telepon dan Komunikasi 1.200.000

Biaya Transportasi 11.000.000

Jumlah 12.500.000

Sumber: UD. Niar

Semua persediaan di UD. sehingga kuantitas tidak terlepas dari nilai kuantitas atau
jumlah bahan yang dipesan. Niar membebankan biaya berlangganan yang sama. 12
pesanan per tahun. Dengan menggunakan rumus (2.10):

CDEFG HIFJF KLMLNFOFO


Biaya Pemesanan =
PQLRSLONI KLMLNFOFO TFGFM ULEFVSO
W:.YZZ.ZZZ
=
W:
= Rp 1.041.666,67 perpesan / perbulan
sehingga transaksi setiap pemesanan adalah sebanyak Rp 1.041.666,67.

4.1.4 Biaya Penyimpanan Bahan Baku


Pada Ud niar biaya penyimpanan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Biaya Penyimpanan Bahan Baku di UD. Niar Tahun 2020

Jenis Biaya Biaya (Rp)

Sewa Gudang 15.000.000

Biaya Listrik 25.000.000

Jumlah 40.000.000

Sumber : UD. Niar

Besarnya biaya penyimpanan bahan kain bordir songket adalah dengan


menggunakan rumus:
CDEFG HIFJF KLOJIM[FOFO
Biaya penyimpanan =
\SMGFV KLQMIOEFFO HFVFO
().))).)))
=
+,))
= Rp 19.047,62

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Uji Kenormalan Data dengan Uji Liliefors
Data persediaan bahan baku kain bordir songket pada tahun 2020 diuji
kenormalannya dengan menggunakan Uji Normalitas Liliefors.

4.2.2 Uji Normalitas Liliefors untuk Kain


tahapan pengujian
Hipotesis:
𝑋)=175
a. Standar deviasi persediaan bahan baku kain menggunakan persamaan (2.2):
Tabel 4.5 Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku kain
Bulan X 𝑋$ (X - 𝑋$) (X - 𝑋$)2

Januari 210 175 35 1225

Februari 160 175 -15 225

Maret 160 175 -15 225

April 170 175 -5 25

Mei 150 175 -25 625

Juni 180 175 5 25

Juli 200 175 25 625

Agustus 180 175 5 25

September 150 175 -25 625

Oktober 150 175 -25 625

November 190 175 15 225

Desember 200 175 25 625

Jumlah 2.100 5100

∑# 0 "
!$%( .! / . )
S=&
1/,

2.,))
S=&
,+ / ,

S = 21,53

b. Hitung 𝑍( menggunakan persamaan (2.3):


.! / .0
𝑍( =
3
210 − 175
𝑍6 = = 1,62
21,53
160 − 175
𝑍7 = = −0,70
21,53

160 − 175
𝑍: = = −0,70
21,53

170 − 175
𝑍; = = −0,23
21,53
150 − 175
𝑍< = = −1,16
21,53
180 − 175
𝑍= = = 0,23
21,53
200 − 175
𝑍> = = 1,16
21,53
180 − 175
𝑍? = = 0,23
21,53
150 − 175
𝑍@ = = −1,16
21,53
150 − 175
𝑍6A = = −1,16
21,53
190 − 175
𝑍66 = = 0,70
21,53
200 − 175
𝑍67 = = 1,16
21,53
c. Menentukan nilai 𝐹(𝑍$ ) dimana 𝑖 = 1, 2, 3, … , 12 dengan menggunakan
persamaan (2.4) daftar luas dibawah kurva normal 𝐹(𝑍$ ) = 𝑃(𝑍 ≤ 𝑍$ )
𝐹(𝑍6 ) = 𝑃(𝑍 ≤ 1,62) = 0,9474
𝐹(𝑍7 ) = 𝑃(𝑍 ≤ −0,70) = 0,2420
𝐹(𝑍: ) = 𝑃(𝑍 ≤ −0,70 ) = 0,2420
𝐹(𝑍; ) = 𝑃(𝑍 ≤ −0,23) = 0,4090
𝐹(𝑍< ) = 𝑃(𝑍 ≤ −1,16) = 0,1230
𝐹(𝑍= ) = 𝑃(𝑍 ≤ 0,23) = 0,5910
𝐹(𝑍> ) = 𝑃(𝑍 ≤ 1,16) = 0,8770
𝐹(𝑍? ) = 𝑃(𝑍 ≤ 0,23) = 0,5910
𝐹(𝑍@ ) = 𝑃(𝑍 ≤ −1,16 ) = 0,1230
𝐹(𝑍6A ) = 𝑃(𝑍 ≤ −1,16) = 0,1230
𝐹(𝑍66 ) = 𝑃(𝑍 ≤ 0,70) = 0,7580
𝐹(𝑍67 ) = 𝑃(𝑍 ≤ 1,16 ) = 0,8770

d. Melakukan proses dari proporsi

]FOJFROJF ^# ,^% ,^& ,…,^' a ^(


𝑆(𝑍( ) = O

^# ,^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ^, ,^- ,^. ,^#/ ,^## ,^#% W:
𝑆(𝑍W ) = W:
= W:
= 1

^% ,^& ,^* ,^. ,^#/ Y


𝑆(𝑍: ) = = = 0,42
W: W:

^% ,^& ,^* ,^. ,^#/ Y


𝑆(𝑍b ) = = = 0,42
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^. ,^#/ d


𝑆(𝑍c ) = = = 0,5
W: W:

^* ,^. ,^#/ b
𝑆(𝑍Y ) = = = 0,25
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ,^- ,^. ,^#/ e


𝑆(𝑍d ) = = = 0,67
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ^, ,^- ,^. ,^#/ ,^## ,^#% WW


𝑆(𝑍f ) = = = 0,92
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ,^- ,^. ,^#/ e


𝑆(𝑍e ) = = = 0,67
W: W:

^* ,^. ,^#/ b
𝑆(𝑍g ) = = = 0,25
W: W:

^* ,^. ,^#/ b
𝑆(𝑍WZ ) = = = 0,25
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ,^- ,^. ,^#/ ,^## g


𝑆(𝑍WW ) = W:
= W:
= 0,75
^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ^, ,^- ,^. ,^#/ ,^## ,^#% WW
𝑆(𝑍W: ) = = = 0,92
W: W:

e. Menghitung selisih |𝐹(𝑍$ ) − 𝑆(𝑍$ )| untuk 𝑖 = 1, 2, 3, . . . ,12, maka:


|𝐹(𝑍6 ) − 𝑆(𝑍6 )| = |(0,9474) − (1)| = 0,0526
|𝐹(𝑍7 ) − 𝑆(𝑍7 )| = |(0,2420) − (0,42)| = 0,178
|𝐹(𝑍: ) − 𝑆(𝑍: )| = |(0,2420) − (0,42)| = 0,178
|𝐹(𝑍; ) − 𝑆(𝑍; )| = |(0,4090) − (0,5)| = 0,091
|𝐹(𝑍< ) − 𝑆(𝑍< )| = |(0,1230) − (0,25)| = 0,127
|𝐹(𝑍= ) − 𝑆(𝑍= )| = |(0,5910) − (0,67)| = 0,079
|𝐹(𝑍> ) − 𝑆(𝑍> )| = |(0,8770) − (0,92)| = 0,043
|𝐹(𝑍? ) − 𝑆(𝑍? )| = |(0,5910) − (0,67)| = 0,079
|𝐹(𝑍@ ) − 𝑆(𝑍@ )| = |(0,1230) − (0,25)| = 0,127
|𝐹(𝑍6A ) − 𝑆(𝑍6A )| = |(0,1230) − (0,25)| = 0,127
|𝐹(𝑍66 ) − 𝑆(𝑍66 )| = |(0,7580) − (0,75)| = 0,008
|𝐹(𝑍67 ) − 𝑆(𝑍67 )| = |(0,8770) − (0,92)| = 0,043

Tabel 4.6 Uji Normalitas Liliefors Data Persediaan Bahan Baku Kain
No 𝑿𝒊 𝒁𝒊 𝑭(𝒁𝒊 ) 𝑺(𝒁𝒊 ) |𝑭(𝒁𝒊 ) − 𝑺(𝒁𝒊 )|

1 210 1,62 0,9474 1 0,0526

2 160 −0,70 0,2420 0,42 0,178

3 160 −0,70 0,2420 0,42 0,178

4 170 −0,23 0,4090 0,5 0,091

5 150 −1,16 0,1230 0,25 0,127

6 180 0,23 0,5910 0,67 0,079

7 200 1,16 0,8770 0,92 0,043

8 180 0,23 0,5910 0,67 0,079

9 150 −1,16 0,1230 0,25 0,127


10 150 −1,16 0,1230 0,25 0,127

11 190 0,70 0,7580 0,75 0,008

12 200 1,16 0,8770 0,92 0,043

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa:


𝐿)$*+#, = 𝑀𝑎𝑥[|𝐹(𝑍$ ) − 𝑆(𝑍$ )|] = 0,178
𝐿*-./0 = 𝐿C(#) , diperoleh dari tabel Uji Kenormalan Liliefors dengan taraf nyata
𝛼 = 0,05 dan 𝑛 = 12
𝐿C(#) = 𝐿A,A<(67) = 0,2420
Maka 𝐿)$*+#, < 𝐿*-./0 , sehingga 𝐻0 diterima. Dari Uji Kenormalan Liliefors dapat
disimpulkan bahwa data persediaan bahan baku kain pada UD. Niar periode
Januari-Desember tahun 2020 mengikuti distribusi normal.

4.2.3 Uji Normalitas Liliefors untuk Benang


Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
Hipotesis:

a. Standar deviasi persediaan bahan baku benang menggunakan persamaan (2.2):

Tabel 4.7 Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku Benang


Bulan X 𝑋$ (X - 𝑋$) (X - 𝑋$)2
Januari 840 700 140 19.600

Februari 640 700 -60 3.600

Maret 640 700 -60 3.600

April 680 700 -20 400

Mei 600 700 -100 10.000

Juni 720 700 20 400

Juli 800 700 100 10.000

Agustus 720 700 20 400

September 600 700 -100 10.000

Oktober 600 700 -100 10.000

November 760 700 60 3.600

Desember 800 700 100 10.000

Jumlah 8.400 81.600

∑# 0 "
!$%( .! / . )
S=&
1/,

4,.5))
S=&
,+ / ,

S = 86,13

b. Hitung 𝑍( menggunakan persamaan (2.3):

.! / .0
𝑍( =
3
840 − 700
𝑍6 = = 1,62
86,13
640 − 700
𝑍7 = = −0,70
86,13

640 − 700
𝑍: = = −0,70
86,13

680 − 700
𝑍; = = −0,23
86,13
600 − 700
𝑍< = = −1,16
86,13
720 − 700
𝑍= = = 0,23
86,13
800 − 700
𝑍> = = 1,16
86,13
720 − 700
𝑍? = = 0,23
86,13
600 − 700
𝑍@ = = −1,16
86,13
600 − 700
𝑍6A = = −1,16
86,13
760 − 700
𝑍66 = = 0,70
86,13
800 − 700
𝑍67 = = 1,16
86,13
c. Menentukan nilai 𝐹(𝑍$ ) dimana 𝑖 = 1, 2, 3, … , 12 dengan menggunakan
persamaan (2.4) daftar luas dibawah kurva normal 𝐹(𝑍$ ) = 𝑃(𝑍 ≤ 𝑍$ )
𝐹(𝑍6 ) = 𝑃(𝑍 ≤ 1,62) = 0,9474
𝐹(𝑍7 ) = 𝑃(𝑍 ≤ −0,70) = 0,2420
𝐹(𝑍: ) = 𝑃(𝑍 ≤ −0,70 ) = 0,2420
𝐹(𝑍; ) = 𝑃(𝑍 ≤ −0,23) = 0,4090
𝐹(𝑍< ) = 𝑃(𝑍 ≤ −1,16) = 0,1230
𝐹(𝑍= ) = 𝑃(𝑍 ≤ 0,23) = 0,5910
𝐹(𝑍> ) = 𝑃(𝑍 ≤ 1,16) = 0,8770
𝐹(𝑍? ) = 𝑃(𝑍 ≤ 0,23) = 0,5910
𝐹(𝑍@ ) = 𝑃(𝑍 ≤ −1,16 ) = 0,1230
𝐹(𝑍6A ) = 𝑃(𝑍 ≤ −1,16) = 0,1230
𝐹(𝑍66 ) = 𝑃(𝑍 ≤ 0,70) = 0,7580
𝐹(𝑍67 ) = 𝑃(𝑍 ≤ 1,16 ) = 0,8770

d. Tahapan perhitungan dari proporsi ):


]FOJFROJF ^# ,^% ,^& ,…,^' a ^(
𝑆(𝑍( ) =
O

^# ,^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ^, ,^- ,^. ,^#/ ,^## ,^#% W:
𝑆(𝑍W ) = = = 1
W: W:

^% ,^& ,^* ,^. ,^#/ Y


𝑆(𝑍: ) = W:
= W:
= 0,42

^% ,^& ,^* ,^. ,^#/ Y


𝑆(𝑍b ) = W:
= W:
= 0,42

^% ,^& ,^) ,^* ,^. ,^#/ d


𝑆(𝑍c ) = W:
= W:
= 0,5

^* ,^. ,^#/ b
𝑆(𝑍Y ) = = = 0,25
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ,^- ,^. ,^#/ e


𝑆(𝑍d ) = = = 0,67
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ^, ,^- ,^. ,^#/ ,^## ,^#% WW


𝑆(𝑍f ) = = = 0,92
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ,^- ,^. ,^#/ e


𝑆(𝑍e ) = = = 0,67
W: W:

^* ,^. ,^#/ b
𝑆(𝑍g ) = = = 0,25
W: W:

^* ,^. ,^#/ b
𝑆(𝑍WZ ) = = = 0,25
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ,^- ,^. ,^#/ ,^## g


𝑆(𝑍WW ) = = = 0,75
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ^, ,^- ,^. ,^#/ ,^## ,^#% WW


𝑆(𝑍W: ) = = = 0,92
W: W:

e. Menghitung selisih |𝐹(𝑍$ ) − 𝑆(𝑍$ )| untuk 𝑖 = 1, 2, 3, . . . ,12, maka:


|𝐹(𝑍6 ) − 𝑆(𝑍6 )| = |(0,9474) − (1)| = 0,0526
|𝐹(𝑍7 ) − 𝑆(𝑍7 )| = |(0,2420) − (0,42)| = 0,178
|𝐹(𝑍: ) − 𝑆(𝑍: )| = |(0,2420) − (0,42)| = 0,178
|𝐹(𝑍; ) − 𝑆(𝑍; )| = |(0,4090) − (0,5)| = 0,091
|𝐹(𝑍< ) − 𝑆(𝑍< )| = |(0,1230) − (0,25)| = 0,127
|𝐹(𝑍= ) − 𝑆(𝑍= )| = |(0,5910) − (0,67)| = 0,079
|𝐹(𝑍> ) − 𝑆(𝑍> )| = |(0,8770) − (0,92)| = 0,043
|𝐹(𝑍? ) − 𝑆(𝑍? )| = |(0,5910) − (0,67)| = 0,079
|𝐹(𝑍@ ) − 𝑆(𝑍@ )| = |(0,1230) − (0,25)| = 0,127
|𝐹(𝑍6A ) − 𝑆(𝑍6A )| = |(0,1230) − (0,25)| = 0,127
|𝐹(𝑍66 ) − 𝑆(𝑍66 )| = |(0,7580) − (0,75)| = 0,008
|𝐹(𝑍67 ) − 𝑆(𝑍67 )| = |(0,8770) − (0,92)| = 0,043

Tabel 4.8 Uji Normalitas Liliefors Data Persediaan Bahan Baku Benang
No 𝑿𝒊 𝒁𝒊 𝑭(𝒁𝒊 ) 𝑺(𝒁𝒊 ) |𝑭(𝒁𝒊 ) − 𝑺(𝒁𝒊 )|

1 840 1,62 0,9474 1 0,0526

2 640 −0,70 0,2420 0,42 0,178

3 640 −0,70 0,2420 0,42 0,178

4 680 −0,23 0,4090 0,5 0,091

5 600 −1,16 0,1230 0,25 0,127

6 720 0,23 0,5910 0,67 0,079

7 800 1,16 0,8770 0,92 0,043

8 720 0,23 0,5910 0,67 0,079

9 600 −1,16 0,1230 0,25 0,127

10 600 −1,16 0,1230 0,25 0,127

11 760 0,70 0,7580 0,75 0,008

12 800 1,16 0,8770 0,92 0,043


Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa:
𝐿)$*+#, = 𝑀𝑎𝑥[|𝐹(𝑍$ ) − 𝑆(𝑍$ )|] = 0,178
𝐿*-./0 = 𝐿C(#) , diperoleh dari tabel Uji Kenormalan Liliefors dengan taraf nyata
𝛼 = 0,05 dan 𝑛 = 12
𝐿C(#) = 𝐿A,A<(67) = 0,2420
Maka 𝐿)$*+#, < 𝐿*-./0 , sehingga 𝐻0 diterima. Dari Uji Kenormalan Liliefors dapat
disimpulkan bahwa data persediaan bahan baku benang pada UD. Niar periode
Januari-Desember tahun 2020 mengikuti distribusi normal.

4.2.4 Uji Normalitas Liliefors untuk Payet


tahapan uji adalah:
Hipotesis:

a. Standar deviasi persediaan bahan baku payet menggunakan persamaan (2.2):

Tabel 4.9 Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku Payet


Bulan X 𝑋$ (X - 𝑋$) (X - 𝑋$)2

Januari 210 175 35 1225

Februari 160 175 -15 225


Maret 160 175 -15 225

April 170 175 -5 25

Mei 150 175 -25 625

Juni 180 175 5 25

Juli 200 175 25 625

Agustus 180 175 5 25

September 150 175 -25 625

Oktober 150 175 -25 625

November 190 175 15 225

Desember 200 175 25 625

Jumlah 2.100 5100

∑# 0 "
!$%( .! / . )
S=&
1/,

2.,))
S=&
,+ / ,

S = 21,53

b. Hitung 𝑍( menggunakan persamaan (2.3):

.! / .0
𝑍( =
3
210 − 175
𝑍6 = = 1,62
21,53
160 − 175
𝑍7 = = −0,70
21,53
160 − 175
𝑍: = = −0,70
21,53

170 − 175
𝑍; = = −0,23
21,53
150 − 175
𝑍< = = −1,16
21,53
180 − 175
𝑍= = = 0,23
21,53
200 − 175
𝑍> = = 1,16
21,53
180 − 175
𝑍? = = 0,23
21,53
150 − 175
𝑍@ = = −1,16
21,53
150 − 175
𝑍6A = = −1,16
21,53
190 − 175
𝑍66 = = 0,70
21,53
200 − 175
𝑍67 = = 1,16
21,53
c. Menentukan nilai 𝐹(𝑍$ ) dimana 𝑖 = 1, 2, 3, … , 12 dengan menggunakan
persamaan (2.4) daftar luas dibawah kurva normal 𝐹(𝑍$ ) = 𝑃(𝑍 ≤ 𝑍$ )
𝐹(𝑍6 ) = 𝑃(𝑍 ≤ 1,62) = 0,9474
𝐹(𝑍7 ) = 𝑃(𝑍 ≤ −0,70) = 0,2420
𝐹(𝑍: ) = 𝑃(𝑍 ≤ −0,70 ) = 0,2420
𝐹(𝑍; ) = 𝑃(𝑍 ≤ −0,23) = 0,4090
𝐹(𝑍< ) = 𝑃(𝑍 ≤ −1,16) = 0,1230
𝐹(𝑍= ) = 𝑃(𝑍 ≤ 0,23) = 0,5910
𝐹(𝑍> ) = 𝑃(𝑍 ≤ 1,16) = 0,8770
𝐹(𝑍? ) = 𝑃(𝑍 ≤ 0,23) = 0,5910
𝐹(𝑍@ ) = 𝑃(𝑍 ≤ −1,16 ) = 0,1230
𝐹(𝑍6A ) = 𝑃(𝑍 ≤ −1,16) = 0,1230
𝐹(𝑍66 ) = 𝑃(𝑍 ≤ 0,70) = 0,7580
𝐹(𝑍67 ) = 𝑃(𝑍 ≤ 1,16 ) = 0,8770
d. Melakukan tahapan proses dari proporsi :
]FOJFROJF ^# ,^% ,^& ,…,^' a ^(
𝑆(𝑍( ) =
O

^# ,^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ^, ,^- ,^. ,^#/ ,^## ,^#% W:
𝑆(𝑍W ) = W:
= W:
= 1

^% ,^& ,^* ,^. ,^#/ Y


𝑆(𝑍: ) = W:
= W:
= 0,42

^% ,^& ,^* ,^. ,^#/ Y


𝑆(𝑍b ) = W:
= W:
= 0,42

^% ,^& ,^) ,^* ,^. ,^#/ d


𝑆(𝑍c ) = W:
= W:
= 0,5

^* ,^. ,^#/ b
𝑆(𝑍Y ) = = = 0,25
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ,^- ,^. ,^#/ e


𝑆(𝑍d ) = = = 0,67
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ^, ,^- ,^. ,^#/ ,^## ,^#% WW


𝑆(𝑍f ) = = = 0,92
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ,^- ,^. ,^#/ e


𝑆(𝑍e ) = W:
= W:
= 0,67

^* ,^. ,^#/ b
𝑆(𝑍g ) = = = 0,25
W: W:

^* ,^. ,^#/ b
𝑆(𝑍WZ ) = = = 0,25
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ,^- ,^. ,^#/ ,^## g


𝑆(𝑍WW ) = = = 0,75
W: W:

^% ,^& ,^) ,^* ,^+ ^, ,^- ,^. ,^#/ ,^## ,^#% WW


𝑆(𝑍W: ) = = = 0,92
W: W:

e. Menghitung selisih|𝐹(𝑍$ ) − 𝑆(𝑍$ )| untuk 𝑖 = 1, 2, 3, . . . ,12, maka:


|𝐹(𝑍6 ) − 𝑆(𝑍6 )| = |(0,9474) − (1)| = 0,0526
|𝐹(𝑍7 ) − 𝑆(𝑍7 )| = |(0,2420) − (0,42)| = 0,178
|𝐹(𝑍: ) − 𝑆(𝑍: )| = |(0,2420) − (0,42)| = 0,178
|𝐹(𝑍; ) − 𝑆(𝑍; )| = |(0,4090) − (0,5)| = 0,091
|𝐹(𝑍< ) − 𝑆(𝑍< )| = |(0,1230) − (0,25)| = 0,127
|𝐹(𝑍= ) − 𝑆(𝑍= )| = |(0,5910) − (0,67)| = 0,079
|𝐹(𝑍> ) − 𝑆(𝑍> )| = |(0,8770) − (0,92)| = 0,043
|𝐹(𝑍? ) − 𝑆(𝑍? )| = |(0,5910) − (0,67)| = 0,079
|𝐹(𝑍@ ) − 𝑆(𝑍@ )| = |(0,1230) − (0,25)| = 0,127
|𝐹(𝑍6A ) − 𝑆(𝑍6A )| = |(0,1230) − (0,25)| = 0,127
|𝐹(𝑍66 ) − 𝑆(𝑍66 )| = |(0,7580) − (0,75)| = 0,008
|𝐹(𝑍67 ) − 𝑆(𝑍67 )| = |(0,8770) − (0,92)| = 0,043

Tabel 4.10 Uji Normalitas Liliefors Data Persediaan Bahan Baku Payet
No 𝑿𝒊 𝒁𝒊 𝑭(𝒁𝒊 ) 𝑺(𝒁𝒊 ) |𝑭(𝒁𝒊 ) − 𝑺(𝒁𝒊 )|

1 210 1,62 0,9474 1 0,0526

2 160 −0,70 0,2420 0,42 0,178

3 160 −0,70 0,2420 0,42 0,178

4 170 −0,23 0,4090 0,5 0,091

5 150 −1,16 0,1230 0,25 0,127

6 180 0,23 0,5910 0,67 0,079

7 200 1,16 0,8770 0,92 0,043

8 180 0,23 0,5910 0,67 0,079

9 150 −1,16 0,1230 0,25 0,127

10 150 −1,16 0,1230 0,25 0,127

11 190 0,70 0,7580 0,75 0,008

12 200 1,16 0,8770 0,92 0,043


Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa:
𝐿)$*+#, = 𝑀𝑎𝑥[|𝐹(𝑍$ ) − 𝑆(𝑍$ )|] = 0,178
𝐿*-./0 = 𝐿C(#) , diperoleh dari tabel Uji Kenormalan Liliefors dengan taraf nyata
𝛼 = 0,05 dan 𝑛 = 12
𝐿C(#) = 𝐿A,A<(67) = 0,2420
Maka 𝐿)$*+#, < 𝐿*-./0 , sehingga 𝐻0 diterima. Dari Uji Kenormalan Liliefors dapat
disimpulkan bahwa data persediaan bahan baku payet pada UD. Niar periode
Januari-Desember tahun 2020 mengikuti distribusi normal.

4.2.5 Penentuan Pemesanan yang Optimal dengan Metode Economic Order


Quantity (EOQ).
EOQ adalah menyeimbangkan biaya membawa persediaan dengan biaya pesanan
untuk mendapatkan total biaya terendah. Kami juga menggunakan rumus untuk
menentukan tatanan ekonomi menggunakan metode EOQ (2.16):
7G'
𝑄∗ = H H

a. Untuk Kain
:87
𝑄∗ = ' ;
:(WYdZ)(W.ZcW.ddd,df)
𝑄∗ = '
Wg.Zcf,d:
= √170.624,99201

𝑄 = 413,07
Maka, hasil yang didapatkan untuk kain adalah 414 buah.
Dengan rumus lainnya adalah:
8
𝐹 =9
WYdZ
𝐹=
cWb,Zf

𝐹 = 3,78
𝐹 = 4 kali pemesanan
b. Untuk Benang
:87
𝑄∗ = ' ;
7(=7;A)(6.A;6.===,=>)
𝑄∗ = H 19.047,62
6:.AAA.AAA.A;7
= H 19.047,62
𝑄 ∗ = 826,14
hasilnya untuk benang adalah 826 buah.
Dengan rumus lain adalah:
8
𝐹 =9
d:cZ
𝐹=
e:d,Wc

𝐹 = 7,55
𝐹 = 8 kali pemesanan

c. Untuk Payet
:87
𝑄∗ = '
;
:(WYdZ)(W.ZcW.ddd,df)
𝑄∗ = '
Wg.Zcf,d:
= √170.624,99201
𝑄∗ = 413,07
hasil untuk payet adalah 414 bungkus.
Dengan rumus lain adalah:
8
𝐹 =9
WYdZ
𝐹=
cWb,Zf

𝐹 = 3,78
𝐹 = 4 kali pemesanan
Tabel 4.11 Pemesanan Optimal dan Frekuensi Pemesanan Untuk
Masing-Masing Bahan Baku
Bahan Baku 𝑸∗ (kg) F (kali pesan)

Kain 413,07 4

Benang 826,14 8

Payet 413,07 4

4.2.6 Penentuan Banyaknya Persediaan Pengaman (Safety Stock)


Safety stock berfungsi sebagai pengaman perlindungan terhadap kekurangan.
dalam menentukan safety stock digunakan standar deviasi konsumsi masing-
masing komoditi pada tahun 2020 dan safety factor (Z). Perusahaan memperkirakan
hanya ada lima di antaranya. Tabel distribusi normal (tabel-z terlampir)
memberikan nilai error yang diharapkan sebesar 5%, sehingga nilai faktor-z yang
digunakan adalah 1,65.

Maka, banyaknya persediaan pengaman untuk benang yaitu sebesar 142 buah.

Safety Stock = 35,52


Maka, banyaknya persediaan pengaman untuk payet yaitu sebesar 36 bungkus.
4.2.7 Penentuan Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Titik pemesanan ulang adalah titik waktu tertentu di mana perusahaan perlu
memesan ulang bahan mentah sebelum kehabisan stok. Saat menghitung poin
pemesanan ulang, perusahaan juga harus mempertimbangkan waktu pengiriman
atau waktu tunggu. Perusahaan membeli bahan baku untuk satu hari. Sebelum
membuat POR, kita perlu mengetahui konsumsi bahan baku per hari (d):

6
d=
7

a. ROP untuk Kain


6
d=
7
,25)
d=
8,5
= 4,93 buah
Untuk menentukan titik pemesanan kembali menggunakan rumus:
ROP = Safety Stock + (Lead Time x d)
=35,52+ (1 x 4,93)
=40,45 buah

b. ROP untuk Benang


6
d=
7
5+()
d=
8,5
= 19,75 buah

Untuk menentukan titik pemesanan kembali menggunakan rumus:

ROP = Safety Stock + (Lead Time x d)

=142,11+ (1 x 19,75)
=161,86 buah

c. ROP untuk Payet


6
d=
7
,25)
d=
8,5
= 4,93 bungkus

Untuk rumus:

ROP = Safety Stock + (Lead Time x d)

=35,52+ (1 x 4,93)
=40,45 bungkus
4.2.8 Penentuan Total Biaya Persediaan Bahan Baku
Economic Order Quantity, dapat dihitung tpada UD. Niar sebagai berikut:

8 9∗
TIC = 𝑆 + 𝐻
9∗ :

a. Untuk Kain
+,)) (,8,):
TIC = 1.041.666,67 + 19.047,62
(,8,): +
TIC = 15.463.480,78 + 7.868,000,39
TIC = 23.331.481,78
hasil untuk kain adalah Rp 23.331.481,78.
b. Untuk benang
4()) 4+5,,(
TIC = 1.041.666,67 + 19.047,62
4+5,,( +
TIC = 30.926.961,95 + 7.868.000,39
TIC = 38.794.961,95
Hasil untuk benang adalah Rp 38.794.961,95.
c. Untuk Payet
+,)) (,8,):
TIC = 1.041.666,67 + 19.047,62
(,8,): +
TIC = 15.463.480,78 + 7.868,000,39
TIC = 23.331.481,78
Hasil untuk payet adalah Rp 23.331.481,78.

4.2.9 Penentuan TIC Menurut Perusahaan


Total biaya persediaan = biaya pemesanan + biaya penyimpanan
8 9
TIC = 𝑆 + 𝐻
9 :

a. Untuk Kain
8 9
TIC = 𝑆 + 𝐻
9 :

,.25) +,))
= 1.041.666,67 + 19.047,62
+,)) +
= 773.809,526 + 20.000.001
TIC = 20.773.810,53
hasil untuk kain adalah Rp 20.773.810,53
b. Untuk Benang
8 9
TIC = 𝑆 + 𝐻
9 :
5.+() 4())
= 1.041.666,67 + 19.047,62
4()) +
= 773.809,526 + 80.000.004
TIC = 80.773.813,53
Hasil untuk benang adalah Rp 80.773.813,53
c. Untuk Payet
8 9
TIC =
9
𝑆 + :
𝐻
5.+() 4())
= 1.041.666,67 + 19.047,62
4()) +
= 773.809,526 + 80.000.004
TIC = 80.773.813,53
Hasil untuk payet adalah Rp 80.773.813,53

Tabel 4.12 Pemesanan Optimal Bahan Baku Menurut Metode Economic


Order Quantity (EOQ) Tahun 2020
Bahan Baku Q* Safety Stock Reorder Point Total Biaya
Persediaan (Rp)

Kain 413,07 35,52 40,45 23.331.481,17

Benang 826,14 142,11 162,86 38.794.961,95

Payet 413,07 35,52 40,45 23.331.481,17

Jumlah 𝟖𝟓. 𝟒𝟓𝟕. 𝟗𝟐𝟒, 𝟐𝟗


Proses perbandingan dari Total Inventory Cost dan persediaan dengan Total
Inventory Cost (TIC) menggunakan proses daari metode Economic Order Quantity
(EOQ) hasil nya sebagai berikut:

Tabel 4.13 Perbandingan Biaya Bahan Baku UD. Niar dengan Metode EOQ
Tahun 2020
TIC Perusahaan (Rp) TIC EOQ (Rp) Selisih (Rp)

122.321.434,59 85.457.924,29 36.863.510,3

Dari tabel di atas, didapat total biaya persediaan bahan baku menurut perusahaan
UD. Niar Rp 122.321.434,59. Sedangkan menurut EOQ sebesar Rp
85.457.924,29 . Dan terdapat selisih sebesar Rp 36.863.510,3 dari biaya
persediaan bahan baku.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penelitian ini akan menghasilkan Pembahasan dan hasil dari metode yang sudah
diterapkan, berdasarkan hal tersebut akan didapatkan adalah:
1. total dari transaksi pemesanan songket akan menggunakan model dari EOQ
yang menghasilkan 414 buah, pada kain menghasikjan 826 dan pada payet
menghasilkan 414
2. Total biaya persediaan bahan baku songket menghasilkan Rp20.773.810,53
untuk jenis kain, Rp80.773.813,53 untuk benang, Rp80.773.813,53 untuk
payet. Sedangkan total biaya persediaan dengan EOQ ialah
Rp23.331.481,17 untuk jenis kain, Rp38.794.961,95 untuk benang,
Rp23.331.481,17 untuk payet.
3. UD Niar dapat melakukan penghematan dengan jumlah biaya sebesar 0.9%
dengan rincian kain, 2% benang dan 3,4% jenis payet.
4. Dimana total biaya persediaan bahan baku menurut UD. Niar sebesar
Rp122.321.434,59, sedangkan menurut EOQ sebesar Rp85.457.924,29 dan
dilakukan penghematan sebesar 30,14% dari persediaan bahan baku
menurut UD. Niar Medan.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, perusahaan menggunakan metode
EOQ sebagai tolok ukur untuk menetapkan kebijakan persediaan perusahaan untuk
hasil yang optimal dan biaya terendah, serta untuk mengevaluasi tingkat dampak
yang ditentukan oleh keputusan. Produksi melalui pengelolaan gudang bahan baku

Anda mungkin juga menyukai