Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN

INSPEKSI INDUSTRI RUMAH TANGGA JASA BOGA


KATERING FONG-FONG OLEH DINKES
KABUPATEN PASURUAN

Dosen Pembimbing :

Kusuma Scorpia Lestari, dr., M.KM.

Disusun Oleh :

Nurul Izzah Ramadhani 101911133198

PEMINATAN KESEHATAN
LINGKUNGAN PRODI S1 KESEHATAN
MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS
AIRLANGGA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR SINGKATAN.........................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Tujuan...........................................................................................................2
1.3. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1. Definisi Sanitasi Lingkungan........................................................................4
2.2. Definisi Sanitasi Instansi dan Tempat-Tempat Umum (TTU)......................5
2.3. Definisi Industri Jasa Boga............................................................................5
2.4. Dasar Hukum Pengambilan Instrumen.........................................................6
2.5. Penyakit Akibat Pangan (foodborne disease)..............................................7
2.6. Standar Kesehatan Jasa Boga........................................................................8
BAB III..................................................................................................................16
METODE...............................................................................................................16
3.1. Rancangan Inspeksi Kesehatan Lingkungan...............................................16
3.2. Lokasi dan Waktu Inspeksi Sanitasi...........................................................16
3.3. Teknik Pengambilan Data...........................................................................17
BAB IV..................................................................................................................21
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................21
4.1. Lokasi..........................................................................................................21
4.2. Bangunan dan fasilitas................................................................................29
4.3. Peralatan Produksi.......................................................................................33
4.4. Higiene dan Sanitasi....................................................................................41
4.5. Penilaian Sanitasi Rumah Susun.................................................................45

i
BAB V....................................................................................................................47
PENUTUP..............................................................................................................47
5.1. Kesimpulan.................................................................................................47
5.2. Saran............................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................50
LAMPIRAN...........................................................................................................52

ii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman


4.5 Penilaian Sanitasi Katering………………………... 45

iii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman


3. 3 Rumus Penilaian Skor………………………………… 19

iv
DAFTAR SINGKATAN

WHO = World Health Organization


MS = Memenuhi Syarat
TMS = Tidak Memenuhi Syarat
KBBI = Kamus Besar Bahasa Indonesia
TTU = Tempat-Tempat Umum
IRTP = Industri Rumah Tangga Pangan

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Katering merupakan istilah umum untuk usaha yang melayani
pemesanan berbagai macam makanan dan minuman siap saji untuk pesta
maupun kebutuhan dalam suatu instansi dengan skala yang besar. Industri
jasa boga atau usaha katering saat ini telah berkembang sangat pesat. Hal
ini dikarenakan keinginan setiap individu untuk memenuhi kebutuhan
pangannya dalam kondisi yang sangat sibuk, sehingga mereka
membutuhkan makanan yang praktis dan siap dikonsumsi. Selain itu
industri jasa boga dapat juga melayani berbagai kebutuhan seperti di
restaurant fast food, hotel, penyajian makan di suatu pesta, untuk
karyawan pabrik dan perkantoran, dan lain-lain. Pesanan akan di antar ke
tempat pesta, tempat seminar dan sebagainya beserta pramusaji yang akan
melayani tamu-tamu pada acara tersebut. Namun dengan adanya makanan
yang siap saji ini mempunyai risiko yang dapat menyebabkan terjadinya
penyakit yang ditularkan melalui pangan (foodborne disease) apabila tidak
dilakukan penanganan pangan dengan baik. Selain itu kontaminasi yang
terjadi pada pangan yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
keracunan bagi yang mengonsumsi. Hal ini mengindikasikan bahwa
pengelola jasa boga kurang memperhatikan sanitasi dan higiene pada saat
pengolahan pangan tersebut.

Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI)


sejak didirikan pada 1987 silam, hingga kini APJI telah beranggotakan
sekitar 30.000 pengusaha yang terdiri atas pengusaha katering
(Masharyono, 2016). Perkembangan jasa boga di Indonesia berkembang
cukup pesat. Hal ini dikarenakan pergeseran pola hidup yang menyukai
kepraktisan dalam hal makanan. Terutama bagi orang-orang yang sibuk
bekerja dan tidak memiliki banyak waktu untuk mengolah makanan
sendiri, sehingga mereka memilih memanfaatkan jasa penyajian makan
siap saji / pelayan jasa boga.
Penerapan higiene sanitasi pada industri jasa boga sangat penting
untuk dilakukan guna meminimalisir risiko terkontaminasinya makanan.
6
Selain itu, penerapan higiene sanitasi di industri jasa boga dapat
meningkatkan kepercayaan konsumen akan keamanan makanan yang
disajikan (Suryansyah, 2015). Menurut (Yunus, S.P., Umboh, J. M.L, &
Odi, 2015). menerapkan higiene sanitasi dalam proses pengolahan
makanan hingga makanan itu disajikan secara benar dapat mencegah
terjadinya kontaminasi makanan yang disebabkan oleh bakteri patogen,
debu, dll. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan
higiene sanitasi pada jasa boga seperti kondisi fisik bangunan tempat
memproduksi makanan, fasilitas yang ada di tempat produksi, peralatan
untuk mengolah makanan, kondisi karyawan, kondisi sanitasi untuk
karyawan, tempat istirahat karyawan, dan alat untuk mengangkut makanan
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Identifikasi kondisi sanitasi lingkungan di Katering Fong-Fong
Pandaan, Pasuruan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi aspek lokasi dan lingkungan Katering Fong-
Fong Pandaan, Pasuruan
2. Mengidentifikasi aspek bangunan dan fasilitas Katering Fong-
Fong Pandaan, Pasuruan
3. Mengidentifikasi aspek peralatan produksi Katering Fong-
Fong Pandaan, Pasuruan
4. Mengidentifikasi aspek suplai air Katering Fong-Fong
Pandaan, Pasuruan
5. Mengidentifikasi aspek higiene dan sanitasi Katering Fong-
Fong Pandaan, Pasuruan
1.3. Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana pembelajaran dan pelatihan dalam .
membuat lembar dan melaksanakan inspeksi sanitasi lingkungan
di industri rumah tangga jasaboga yaitu katering.
1.3.2 Bagi Pemilik Katering
1. Mengetahui nilai sanitasi lingkungan di Katering Fong-Fong
Pandaan Pasuruan sehingga dapat dilakukan tindak lanjut
7
untuk memperbaiki kualitas sanitasi lingkungan katering.

2. Memberi rekomendasi mengenai sanitasi lingkungan yang baik


untuk diperbaiki kedepannya.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Sanitasi Lingkungan
Sanitasi merupakan prinsip, praktik, ketentuan atau layanan yang
berkaitan dengan kebersihan dan hygiene dalam kehidupan pribadi dan
masyarakat untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan manusia serta memutus siklus penyakit atau penyakit itu
sendiri. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sanitasi
umumnya mengacu pada penyediaan fasilitas dan layanan untuk
pembuangan urin dan feses manusia secara aman. Sanitasi yang tidak
memadai menjadi penyebab utama penyakit di seluruh dunia (Hartog et al.,
1967). Dapat dikatakan bahwa sanitasi adalah sebuah usaha kesehatan
masyarakat yang menitikberatkan terhadap pengawasan berbagai faktor
lingkungan yang sedemikian rupa sehingga dapat terhindar dari timbulnya
penyakit dan derajat kesehatan masyarakat dapat optimal (Vinet &
Zhedanov, 2011).
Sanitasi lingkungan mengutamakan pencegahan terhadap faktor
lingkungan sehingga dapat meminimalisasi timbulnya penyakit. Menurut
Entjang (2000), higiene dan sanitasi lingkungan merupakan pengawasan
terhadap lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang
mempengaruhi kesehatan manusia, lingkungan yang bermanfaat
ditingkatkan sedangkan yang merugikan harus diperbaiki atau dihilangkan
(Munandar & Mulasari, 2019). Sanitasi lingkungan meliputi pengendalian
kotoran manusia, pengelolaan limbah padat dan air limbah, serta
pengendalian hama dan vektor (Onyango & Uwase, 2016). Dapat
disimpulkan bahwa sanitasi lingkungan merupakan kegiatan yang
ditujukan untuk meningkatkan serta mempertahankan kondisi lingkungan
mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia, kondisi tersebut
mencakup air yang bersih dan aman, pembuangan limbah dari manusia,
perlindungan makanan dari kontaminasi, udara yang bersih dan aman,
serta rumah yang bersih dan aman.

9
2.2. Definisi Sanitasi Instansi dan Tempat-Tempat Umum (TTU)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Instansi
merupakan berupa badan pemerintah umum (seperti jawatan atau kantor).
Dapat dijelaskan bahwa instansi merupakan sebuah organisasi milik
pemerintah dan bekerja untuk pemerintah dengan dasar hukum yang
berlaku. Selain itu, instansi merupakan sebuah organisasi pemerintah yang
memberikan layanan kepada masyarakat.
Tempat-tempat umum merupakan tempat yang sering dikunjungi
oleh banyak orang. Menurut Soebagio R (1978), tempat-tempat umum
atau public places adalah suatu tempat yang dimana masyarakat ramai
berkumpul untuk melakukan sebuah aktivitas tertentu. Tempat-tempat
umum memiliki kriteria yang dimana tempat tersebut diperuntukan untuk
masyarakat umum, ada tempat atau kegiatan yang permanen, di dalam
tempat tersebut bisa menimbulkan penularan penyakit, dan di tempat
tersebut terdapat fasilitas yang bisa menimbulkan kecelakaan (Vinet &
Zhedanov, 2011).
Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU) merupakan suatu usaha
untuk mengawasi serta mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya
tempat-tempat umum yang mengakibatkan timbul dan menularnya
berbagai jenis penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan
kesehatan lainnya (Marinda & Ardillah, 2019). Selain itu, sanitasi tempat-
tempat umum ialah usaha untuk memonitoring atau mengawasi suatu
kejadian yang sedang berlangsung di tempat-tempat umum, terutama
terkait timbulnya atau menularnya suatu penyakit sehingga kerugian yang
ditimbulkan oleh kegiatan tersebut bisa dicegah
Sanitasi pada tempat-tempat umum merupakan sebuah masalah
kesehatan masyarakat yang bisa dibilang cukup mendesak karena tempat
umum merupakan tempat bertemunya masyarakat dan segala penyakit
yang dimiliki oleh masyarakat. Maka dari itu, tempat-tempat umum
merupakan tempat penyebaran segala penyakit terutama penyakit-penyakit
yang medianya berupa makanan, minuman, udara, dan air (Chandra
Budiman, 2006).

10
2.3. Definisi Industri Jasa Boga Katering
Semakin maju teknologi dan bertambahnya aktivitas pada masa
sekarang membuat masyarakat lebih memilih cara yang praktis dalam
pemenuhan makanan bagi individu, keluarga maupun acara atau kegiatan.
Hal inilah yang mendorong pertumbuhan jasa boga seperti katering, rumah
makan bahkan pedagang kaki lima. Menurut peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 1096/Menkes/PER/VI/2011 mendefinisikan industri jasa boga
atau katering adalah perusahaan perorangan yang melakukan kegiatan
pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atau berdasarkan
pesanan. Usaha jasa boga meliputi usaha penjualan makanan jadi (siap
dikonsumsi) yang dibuat berdasarkan pesanan-pesanan untuk perayaan,
pesta, seminar, rapat, dan sebagainya.

Berkembangnya industri jasa boga di Indonesia sangatlah pesat,


namun pengetahuan akan keamanan pangan yang memadahi kurang
dimengerti oleh para produsen pangan. Banyak sekali industri jasa boga
yang belum menerapakan sistem keamanan pangan seperti sanitasi dan
higientitas. Dalam industri jasa boga atau katering, higienitas dan sanitasi
sangatlah penting. Oleh karena itu perlu adanya pemantauan khusus dari
pemerintah terkait tentang pengetahuan bahan pangan, peralatan dan
bangunan terutama pengendalian proses untuk dapat menghasilkan pangan
yang aman saat dikonsumsi sehingga dapat mengurangi terjadinya kasus
keracunan makanan (BPOM, 2015). Penjaminan keamanan pangan dapat
diciptakan dengan sistem manajemen yang kontinyu termasuk higienitas,
good manufacturing practices (GMP) dan standard sanitation operation
procedures (SSOP) sehingga dapat menciptakan pangan yang sehat dan
aman (Douieb & Benlemlih, 2010).

Usaha jasa boga dibagi menjadi tiga golongan, yakni golongan A, B,


dan C dimana golongan tersebut didasarkan pada luasnya jangkauan
pelayanan dan kemungkinan besarnya risiko yang dilayani. Jasa boga
golongan A adalah usaha yang melayani kebutuhan masyarakat umum, yang
terdiri dari A1, A2, dan A3. Sedangkan golongan B yakni jasa boga yang
melayani kebutuhan khusus seperti asrama penampungan Jemaah haji,
perusahaan, pengeboran lepas pantai, angkutan umum dalam negeri, dan

11
sarana pelayanan rumah sakit. Untuk golongan C yakni jasa boga yang
melayani kebutuhan untuk alat angkutan umum internasional dan pesawat
udara (Handayani, 2012)

Industri jasa boga pada katering A termasuk golongan A3. Menurut


peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096/Menkes/PER/VI/2011 industri
jasa boga golongan A3 merupakan jasa pelayanan masyarakat umum dengan
menggunakan dapur khusus dan mempekerjakan tenaga kerja (karyawan)
dan kapasitas pengolahan yang lebih dari 500 porsi dengan sistem makanan
buffe atau prasmanan. Dengan sistem penyediaan makanan berupa
prasmanan membuat kegiatan produksi semakin padat dan memungkinkan
terjadinya kontaminasi silang pada produk antara pekerja dengan alat yang
digunakan.
2.4. Dasar Hukum Pengambilan Instrumen
Dasar Hukum Pengambilan Instrumen Pengambilan instrument
inspeksi sanitasi rumah susun didasarkan pada beberapa peraturan yaitu :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga
2. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 Tentang Tata
Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
3. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 Tentang Cara
Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga.

12
2.5. Penyakit Akibat Pangan (foodborne disease)
Perkembangan industri yang bergerak dalam pengolahan dan
penyajian makanan siap santap yang disebut industri jasa boga atau
katering telah berkembang dengan pesat pada saat ini. Namun, usaha jasa
boga yang menyediakan pangan siap saji mempunyai risiko kemungkinan
kontaminasi penyakit yang ditularkan melalui pangan (foodborne disease)
apabila penanganan yang dilakukan tidak baik. Menurut laporan dari
media masa diketahui bahwa pangan yang berasal dari katering sering
menimbulkan masalah keracunan dengan korban cukup banyak. Kasus ini
umumnya menyerang sekelompok orang dalam jumlah besar, misal
menyerang karyawan-karyawan di suatu pabrik yang mengonsumsi
pangan yang dipesan dari pengusaha jasa ataupun katering (Handayani,
2012).
Umumnya foodborne bersifat toksis maupun infeksius. Bakteri
yang menyebabkan foodborne dapat menginvasi saluran pencernaan
sehingga menyebabkan terjadinya infeksi pada mukosa usus. Pada
beberapa bakteri bahkan dapat mengeluarkan toksin yang dapat masuk ke
dalam darah dan menyebabkan kerusakan pada jaringan lain yang ada
dalam tubuh. Bahan pangan merupakan agen perantara yang baik bagi
bakteri tersebut untuk berkembang karena memiliki substrat yang cukup
bagi bakteri tersebut untuk tumbuh dan berkembang. Beberpa bakteri yang
dapat menyebabkan foodborne disease seperti :
a. Staphylococcus aureus
Sumber dari bakteri ini biasanya ada dari kulit manusia.
Makanan yang telah terkontaminasi aureus dapat menyebabkan
penyakit karena toksin Staphylotoxin yang dapat menyebabkan
diare, kram perut dan muntah-muntah.
b. Salmonella typhi dan paratyphi
Bakteri ini dapat menyebabkan demam tipes. Kontaminasi
bakteri ini dapat terjadi pada makanan maupun antar manusia.
c. Eschericia coli
Bakteri yang paling umum menyebabkan diare. Beberapa
memang tidak terlalu berbahaya namun beberapa dapat
menyebabkan gastroentitis. Enterotoxigenic coli merupakan
13
yang paling umum menyebabkan penyakit dan biasanya terjadi
karena kontaminasi air maupun makanan.
d. Listeria monocytogenes
Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu yang rendah. Bersifat sangat
fatal dan dapat menyebabkan penyakit Septicemia dan
meningitis.
e. Shigella
Bakteri ini memiliki rate infeksi yang rendah, dan umumnya
menginfeksi melalui kontak langsung maupun kontaminasi air
maupun makanan. Beberapa gejala yang ditimbulkan karena
kontaminasi shigella adalah demam, nyeri perut dan kadang
sampai feses yang berdarah disertai lender.
f. Clostridium botulinum
Sumber dari bakteri ini biasanya dari saluran pencernaan ikan,
burung ataupun hewan mamalia. Bakteri ini bersifat anaerobe
sehingga akan tumbuh pada kondisi tanpa oksigen. Toxin yang
dihasilkan yaitu Botulinin yang dapat menyebabkan gangguan
system saraf yang sangat berbahaya. Biasanya bakteri ini
ditemukan pada makanan kaleng yang tidak dilakukan proses
sterilisasi yang baik.
g. Campylobacter jejuni
Bakteri yang umum menyebabkan diare pada manusia maupun
beberapa hewan. Dapat tumbuh pada makanan maupun air yang
terkontaminasi dan dapat menyebabkan demam hingga feses
berdarah disertai lendir.
Foodborne disease dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan air dan
sanitasi lingkungan yang baik. Kebersihan dari peralatan juga sangat berperan
penting dalam menjaga dari kontaminasi bakteri. Selain itu penjamah makanan
yang terlibat dalam proses pengolahan pangan juga perlu menjaga kebersihan dari
kebersihan diri seperti pakaian, peralatan serta lingkungan yang digunakan dalam
proses pengolahan sehingga tidak terjadi adanya kontaminasi silang (cross
contamination).

14
2.6. Standar Kesehatan Jasaboga
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga adalah
sebagai berikut :
1. Lokasi
a) Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran
seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber
pencemaran lainnya..
b) Letaknya berlawanan dengan arah angin sumber debu dan kotoran.
c) Lokasi Katering bersih, bebas dari asap, debu, dan kotoran
2. Bangunan
a) Konstruksi bangunan untuk kegiatan jasaboga harus kokoh dan
aman. Konstruksi selain kuat juga selalu dalam keadaan bersih
secara fisik dan bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang
ditempatkan sembarangan
b) Lantai kedap air, rata, tidak retak, tidak licin,
kemiringan/kelandaian cukup dan mudah dibersihkan.
c) Permukaan dinding sebelah dalam rata, tidak lembab, mudah
dibersihkan dan berwarna terang. Permukaan dinding yang selalu
kena percikan air, dilapisi bahan kedap air setinggi 2 (dua) meter
dari lantai dengan permukaan halus, tidak menahan debu dan
berwarna terang. Sudut dinding dengan lantai berbentuk lengkung
(conus) agar mudah dibersihkan dan tidak menyimpan
debu/kotoran
d) Langit-langit harus menutupi seluruh atap bangunan, terbuat dari
bahan yang permukaannya rata, mudah dibersihkan, tidak
menyerap air dan berwarna terang dengan tinggi minimal 2,4 meter
dari atas lantai.
e) Pintu dan jendela ruang tempat pengolahan makanan dibuat
membuka ke arah luar dan dapat menutup sendiri (self closing),
dilengkapi peralatan anti serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu
rangkap dan lain-lain.

15
f) Setiap ruang tempat pengolahan makanan dan tempat cuci tangan
intensitas pencahayaan sedikitnya 20 foot candle/fc (200 lux) pada
titik 90 cm dari lantai
g) Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus
dilengkapi dengan ventilasi sehingga terjadi sirkulasi/peredaran
udara dengan luas 20% dari luas lantai.
h) Luas tempat pengolahan makanan harus sesuai dengan jumlah
karyawan yang bekerja dan peralatan yang ada di ruang
pengolahan.
i) Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung
dengan toilet/jamban, peturasan dan kamar mandi.

3. Peralatan Produksi
a) Tersedia tempat pencucian peralatan, jika memungkinkan terpisah
dari tempat pencucian bahan pangan.

b) Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen.

c) Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak atau dimakan


mentah harus dicuci dengan menggunakan larutan Kalium
Permanganat (KMnO4) dengan konsentrasi 0,02% selama 2 menit
atau larutan kaporit dengan konsentrasi 70% selama 2 menit atau
dicelupkan ke dalam air mendidih (suhu 80°C - 100°C) selama 1 –
5 detik.

d) Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan


dalam tempat yang terlindung dari pencemaran serangga, tikus dan
hewan lainnya.
4. Suplai Air
a) Air bersih tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
seluruh kebutuhan produksi.
b) Air berasal dari sumber yang bersih (tidak berbau, tidak berasa, dan
tidak berwarna.
5. Higiene dan Sanitasi
a) Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dari tempat cuci
peralatan maupun bahan makanan dilengkapi dengan air mengalir
dan sabun, saluran pembuangan tertutup, bak penampungan air dan
16
alat pengering.
b) Fasilitas kamar mandi yang dilengkapi dengan air mengalir dan
saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
c) Tempat sampah harus terpisah antara sampah basah (organik) dan
sampah kering (anorganik)
d) Tempat sampah harus bertutup, tersedia dalam jumlah yang cukup
dan diletakkan sedekat mungkin dengan sumber produksi sampah,
namun dapat menghindari kemungkinan tercemarnya makanan oleh
sampah.
e) Karyawan memiliki sertifikat kursus higiene sanitasi makanan.
f) Melakukan pemeriksaan higiene sanitasi untuk menilai kelaikan
persyaratan teknis fisik yaitu bangunan, peralatan dan ketenagaan
serta persyaratan makanan dari cemaran kimia dan bakteriologis.
Nilai pemeriksaan ini dituangkan di dalam berita acara kelaikan
fisik dan berita acara pemeriksaansampel/specimen.
g) Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari
kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan
hewan lainnya maupun bahan berbahaya.
h) Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan
makanan contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan
dalam lemari pendingin dan bahan makanan kering disimpan
ditempat yang kering dan tidak lembab.

17
BAB III
METODE

3.1. Rancangan Inspeksi Kesehatan Lingkungan


Metode pengambilan data untuk menjawab pertanyaan dalam instrumen
inspeksi sanitasi lingkungan di tempat katering dilakukan melalui dua cara
yaitu wawancara dan observasi kepada pihak Katering Fong-Fong
Pandaan, Pasuruan bersamaan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
Pasuruan guna keperluan akreditasi. Data yang diambil pada inspeksi
sanitasi adalah data primer.
1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan untuk memperoleh informasi lebih dalam
tentang kondisi sanitasi lingkungan yang ada pada Katering Fong-Fong
Pandaan Pasuruan yang tidak bisa didapatkan melalui kegiatan
observasi. Wawancara yang dilakukan untuk memperoleh data lebih
lengkap dari Katering Fong-Fong Pandaan, Pasuruan. Informasi yang
didapat dari hasil wawancara digunakan untuk mendukung hasil
observasi.
2. Observasi
Pengumpulan data inspeksi sanitasi lingkungan pada katering dilaksanakan
di Katering Fong-Fong Pandaan, Pasuruan bersamaan dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten Pasuruan guna keperluan akreditasi yang
dilakukan melalui pengumpulan data primer. Metode yang digunakan
untuk memperoleh data primer dengan secara langsung melakukan
observasi di tempat tersebut. Selama observasi dilengkapi juga dengan
kamera untuk mendokumentasi keadaan kondisi sanitasi lingkungan di
tempat tersebut. Dalam metode observasi penilaian menggunakan
instrumen inspeksi sanitasi di Katering Fong-Fong Pandaan, Pasuruan
digunakan sebagai acuan dalam menilai kondisi sanitasi lingkungan
yang ada di di Katering Fong-Fong Pandaan, Pasuruan.

3.2. Lokasi dan Waktu Inspeksi Sanitasi

Kegiatan inspeksi dilakukan pada :


18
Tempat : Katering Fong-Fong Pandaan, Pasuruan
Alamat : Jl. Rambutan, Jabon, Jogosari, Kec. Pandaan,
Pasuruan
Telepon :-
Tanggal : 22 November 2022
Waktu : 10.00 WIB-Selesai
Inspektor : Nurul Izzah Ramadhani

3.3. Teknik Pengambilan Data


3.3.1 Prosedur Inspeksi Sanitasi
Prosedur inspeksi sanitasi yang dilakukan yakni :
1. Mencari dan mengumpulkan kebijakan yang terkait dengan
sanitasi Katering Fong-Fong Pandaan, Pasuruan dan
peraturan terkait syarat-syarat sanitasi dasar
2. Penyusunan instrumen inspeksi sanitasi IRTP Jasaboga
katering yaitu Katering Fong-Fong Pandaan, Pasuruan
3. Membuat proposal kegiatan inspeksi sanitasi yang akan
dilakukan di Katering Fong-Fong Pandaan, Pasuruan untuk
memperoleh persetujuan dari pihak Fakultas Kesehatan
Masyarakat bagian Departemen Kesehatan Lingkungan
4. Pengajuan izin observasi sanitasi jasaboga kepada Dinkes
Kabupaten Pasuruan dan Katering Fong-Fong Pandaan,
Pasuruan.
5. Mendapatkan izin dari Dinkes Kabupaten Pasuruan dan
Katering Fong-Fong Pandaan, Pasuruan.
6. Melakukan inspeksi sanitasi di Katering Fong-Fong
Pandaan, Pasuruan
7. Hasil observasi yang telah dituliskan dalam lembar
observasi kemudian dikalkulasi sesuai ketentuan penilaian
pada instrumen penilaian untuk mengetahui nilai rata-rata
tiap komponen dan nilai total dari seluruh komponen yang
dinilai
8. Selanjutnya dilakukan analisis hasil penilaian sesuai kriteria
hasil penilaian pada instrumen untuk mengetahui kondisi
komponen yang dinilai apakah telah memenuhi persyaratan
19
minimum higiene dan sanitasi IRTP Jasaboga Katering
9. Penyusunan laporan inspeksi sanitasi di Katering Fong-
Fong Pandaan, Pasuruan berdasarkan penilaian yang
diberikan sesuai instrumen yang telah disusun
10. Pengumpulan laporan dan membuat dokumentasi berupa
video hasil inspeksi sanitasi di Katering Fong-Fong
Pandaan, Pasuruan
3.3.2 Variabel dan Pembobotan Variabel
Variabel yang dipakai dalam instrumen ini meliputi Lokasi
dan Lingkungan Produksi, Bangunan dan Fasilitas, Peralatan
Produksi, Higiene dan Sanitasi. Skor bobot ditentukan berdasarkan
perkalian antara bobot memenuhi syarat (MS) yaitu 2 dan bobot
tidak memenuhi syarat (TMS) yaitu 1.
3.3.3 Instrumen Inspeksi Sanitasi Lingkungan
Dalam melakukan inspeksi sanitasi lingkungan di Katering
Fong-Fong Pandaan Pasuruan, inspektor menggunakan beberapa
alat antara lain :
1. Alat tulis dan kertas
Digunakan untuk mencatat hasil wawancara dan penilaian sanitasi
lingkungan pada katering.
2. Kalkulator
Untuk menghitung hasil penilaian sanitasi lingkungan di katering.
3. Handphone
Untuk mendokumentasikan segala hal yang dinilai pada saat
inspeksi sanitasi lingkungan di rumah susun.

3.3.4 Kategori Hasil Penilaian


Cara Penilaian :
1. Setiap kategori diberi nilai sesuai pilihan yang tersedia
2. Nilai dijumlah dalam sebuah kategori
3. Total nilai dalam satu kategori dikalikan dengan bobot
yang telah ditentukan
4. Diperoleh skor tiap kategori dengan rumus :

Skor = Bobot × Nilai


20
Gambar 3. 1 Rumus Penilaian Skor
Keterangan
- Nilai : Sesuai pada pilihan Jawaban
- Bobot : MS = 2 ; TMS = 1
- Total Skor Maksimal : 286
- Total Bobot : 143
5. Skor tiap kategori dijumlah dan dapat digunakan untuk
menentukan kriteria sanitasi, kriterianya adalah :
- Skor 222-286 terkategori memiliki sanitasi yang sangat baik
- Skor 146-221 kategori memiliki sanitasi yang baik
- Skor <146 terkategori memiliki sanitasi yang buruk

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Lokasi
Hasil observasi dan wawancara dengan Katering Fong-Fong Pandaan
Pasuruan bersamaan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan guna
keperluan akreditasi pada variabel lokasi dan lingkungan produksi terdapat 3
(tiga) komponen. Berikut adalah hasil inspeksi penilaian sanitasi lingkungan
pada variabel lokasi di Katering Fong-Fong Pandaan Pasuruan.
4.1.1 Letak Geografi Katering
Katering yang diamati dan diobservasi adalah Katering Fong-Fong
Pandaan Pasuruan yang beralamat di Jl. Rambutan, Jabon, Jogosari, Kec.
Pandaan, Pasuruan. Katering tersebut terletak di perumahan layaknya industri
rumah tangga jasa boga pada umumnya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bersama Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasuruan terhadap Katering Fong-Fong, Lokasi katering bersih,
bebas dari asap, debu, dan kotoran. Letaknya berlawanan dengan arah angin
sumber debu dan kotoran serta tidak ada sumber pencemaran seperti tempat
sampah umum, WC umum, pabrik cat, dan sumber pencemaran lainnya.

Total keseluruhan nilai pada variabel lokasi yaitu sebesar 8. Terdapat


3 kategori yang memenuhi syarat. Total skor yang didapat dari variabel lokasi
yaitu sebesar 18. Skor tersebut didapatkan dari hasil perkalian antara bobot
memenuhi syarat (MS) yaitu 2 dan bobot tidak memenuhi syarat (TMS) yaitu
1.
4.2. Bangunan dan Fasilitas
Hasil observasi pada variabel sarana sosial dan lingkungan terdapat 9
komponen yang dinilai yang terdiri dari ruang produksi, lantai, dinding, langit-
langit, pintu ruangan, jendela, ventilasi, permukaan tempat kerja, dan tempat
penyimpanan. Berikut ini merupakan hasil observasi :
4.2.1 Ruang Produksi
Ruangan produksi Katering Fong-Fong luas dan memadai bagi
pekerja untuk bergerak serta mudah dibersihkan. Ruangan juga khusus untuk
pengolahan pangan dan tidak ada produksi lain selain pangan. Namun

22
penerangan Katering Fong-Fong masih kurang dan tidak semua ruangan
memiliki tirai plastik untuk memisahkan setiap ruangan.
4.2.2 Lantai
Lantai katering Fong-Fong terbuat dari bahan yang kedap air, mudah
dibersihkan namun ada beberapa lantai yang rusak sehingga tidak rata dan
harus diperbaiki.
4.2.3 Dinding
Dinding Katering Fong-Fong terbuat dari bahan kedap air dan kuat ,
namun banyak cat yang sudah mengelupas sehingga harus melakukan
renovasi atau pengecatan ulang.
4.2.4 Langit-Langit
Langit-langit Katering Fong-Fong terbuat dari bahan yang tahan lama
yaitu spandek, kedap air, transparan dan terang serta menutup seluruh
bangunan. Namun masih terdapat debu dan sarang laba-laba sehingga
membutuhkan jadwal pembersihan yang rutin.
4.2.5 Pintu Ruangan
Pintu ruangan Katering Fong-Fong terbuat dari bahan yang kuat
kokoh, serta dilengkapi dengan pintu kasa dan tirai plastik.

4.2.6 Jendela
Jendela Katering Fong-Fong terbuat dari bahan tahan lama. Kuat,
tidak mudah rusak, rata, halus serta dilengkapi kain kasa penghalang hama
dan serangga yang mudah dilepas. Akan tetapi jendela Katering Fong-Fong
tidak mudah dibersihkan karena lokasi yang sangat tinggi sehingga sulit
dijangkau.
4.2.7 Lubang angina tau ventilasi
Ventilasi Katering Fong-Fong memiliki jumlah yang cukup memadai
dan memiliki alat pembuangan asap. Akan tetapi ada beberapa ventilasi yang
tidak memiliki kain kasa dan kondisinya kotor.

4.2.8 Permukaan Tempat Kerja


Permukaan Katering Fong-Fong yang kontak langsung dengan bahan
pangan dalam keadaan baik, tahan lama, mudah dipelihara, dibersihkan, dan
disanitasi. Permukaannya juga kedap air serta tidak bereaksi dengan bahan
kimia.

23
4.2.9 Tempat Penyimpanan
Katering Fong-Fong memiliki penyimpanan yang luas, mudah
dibersihkan, terdapat sirkulasi udara serta memiliki lokasi lemari es khusus,
namun masih ada beberapa hama. Wadah bahan pangan yang disimpan masih
menggunakan plastic bekas belanja dan tidak diganti dengan wadah baru.
Bahan pembersih juga tidak dipisahkan.
Total nilai yang didapatkan dalam variabel bangunan dan fasilitas
adalah penjumlahan dari 9 komponen yang terdiri dari ruang produksi, lantai,
dinding, langit-langit, pintu ruangan, jendela, ventilasi, permukaan tempat
kerja, dan tempat penyimpanan. yaitu 21 (dua puluh satu). Terdapat 27
kategori yang memenuhi syarat (MS) dan 12 kategori tidak memenuhi syarat
(TMS). Skor tersebut didapatkan dari hasil perkalian antara bobot memenuhi
syarat (MS) yaitu 2 dan bobot tidak memenuhi syarat (TMS) yaitu 1.
4.3. Peralatan Produksi
Peralatan Produksi Katering Fong-Fong terbuat dari bahan yang
kokoh, mudah dibersihkan, permukaan halus mudah dibersihkan, tidak
berlubang/mengelupas, tidak berkarat, letaknya sesuai urutan produksi,
terpelihara kebersihannya namun masih disimpan sembarangan. Terdapat 6
kategori yang memenuhi syarat (MS) dan 1 kategori tidak memenuhi syarat
(TMS). Total skor yang didapatkan yaitu 31. Skor tersebut didapatkan dari
hasil perkalian antara bobot memenuhi syarat (MS) yaitu 2 dan bobot tidak
memenuhi syarat (TMS) yaitu 1.
4.4. Higiene dan Sanitasi
Hasil observasi pada variabel higieni dan sanitasi memiliki bobot
penilaian sebesar 40%. Berikut adalah hasil penilaian pada variabel hygiene
dan sanitasi :

4.4.1 Suplai Air


Suplai air Katering Fong-Fongmemiliki jumlah yang sesuai untuk
memenuhi seluruh kebutuhan produksi. Air juga berasal dari sumber yang
bersih dan memenuhi syarat yang berlaku.

4.4.2 Sarana pembersihan dan Pencucian


Sarana pembersihan dan pencucian Katering Fong-Fong terawat dengan
baik dan dilengkapi sumber air bersih.

24
4.4.3 Sarana Cuci Tangan
Sarana cuci tangan Katering Fong-Fong memadai karena dilengkapi
air mengalir, sabun, alat pengering tangan, dan dekat dengan ruang produksi.
Namun tidak terpisah dari alat cuci peralatan pangan dan tidak dilengkapi
tempat sampah.

4.4.4 Toilet/Jamban
Jumlah toilet/jamban di Katering Fong-Fong mencukupi untuk seluruh
karyawan, dilengkapi air mengalir dan saluran pembuangan. Terdapat juga
tanda peringatan untuk mencuci tangan setelah menggunakan toilet. Letaknya
juga terpisah dari ruang produksi. Namun untuk kebersihannya perlu
ditingkatkan.
4.4.5 Sarana Pembuangan Air dan Limbah
Tersedia saluran IPAL untuk pembuangan air dan limbah akan tetapi
sampah masih menumpuk dan tidak rutin diangkut. Tempat sampah juga
bukan tipe injak dan tidak tertutup serta terbuat dari bahan yang
kokoh/plastik.
4.4.6 Kegiatan higiene dan sanitasi
Pembersihan, penyucian, dan penyucihamaan peralatan produksi
dilakukan secra rutin. Serta terdapat karyawan yang bertanggung jawab
terhadap kegiatan pembersihan, dan penyucian,
4.4.7 Kesehatan dan Higiene Karyawan
Karyawan mengendakan pakaian kerja dan tidak mengenakan perhiasan
selama berada di tempat kerja. Karyawan juga mencuci tangan dengan dengan
bersih sewaktu memulai mengolah pangan, sesudah menangani bahan mentah,
atau bahan/ alat yang kotor, dan sesudah ke luar dari toilet/jamban. Akan tetapi
hanya terdapat dua karyawan yang memiliki sertifikat penjamah pangan dan
tidak ada penanggung jawab khusus untuk hygiene karyawan.
4.4.8 Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi

Bahan kimia pencuci ditangani dan digunakan sesuai prosedur,


disimpan dalam wadah tanpa label atau dilabeli sesuai dengan peruntukannya.
Namun perlu diadakan program hygiene dan sanitasi secara berkala. Alat
insect killer milik Katering Fong-fong juga perlu diperbaiki.

Total nilai yang didapatkan dalam variabel hygiene dan sanitasi


25
adalah penjumlahan dari 8 komponen dan didapatkan total skor yaitu 96.
Terdapat 16 kategori yang memenuhi syarat (MS) dan 10 kategori tidak
memenuhi syarat (TMS). Skor tersebut didapatkan dari hasil perkalian antara
bobot memenuhi syarat (MS) yaitu 2 dan bobot tidak memenuhi syarat (TMS)
yaitu 1.
4.5. Penilaian Sanitasi Katering
Penilaian dalam sanitasi lingkungan di Katering Fong-Fong dilakukan
dengan menjumlahkan seluruh variabel yang masing-masing sudah dikalikan
oleh bobot Memenuhi Syarat (MS) yaitu 2 dan Tidak Memenuhi Syarat yaitu
1. Terdapat 3 kriteria di dalamnya yaitu :
- Skor 222-286 terkategori memiliki sanitasi yang sangat baik
- Skor 146-221 kategori memiliki sanitasi yang baik
- Skor <146 terkategori memiliki sanitasi yang buruk

Tabel 4.5 Penilaian Sanitasi Katering

Penilaian
MS TMS Skor
Lokasi dan Lingkungan 3 1 18
Bangunan dan Fasilitas 27 12 94
Peralatan Produksi 6 1 31
Higiene dan Sanitasi 16 10 96
Total 52 24 234

Dari hasil penilaian di Katering Fong-Fong didapatkan total skor sebesar 234
yang artinya adalah Katering Fong-Fong termasuk dalam kriteria sangat baik.

26
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Melalui kegiatan inspeksi sanitasi lingkungan di Katering Fong-Fong
Pandaan Pasuruan didapatkan bahwa terdapat 4 variabel yang dinilai dalam
inspeksi sanitasi ini yaitu Lokasi dan Lingkungan Produksi, Bangunan dan
Fasilitas, Peralatan Produksi, Higiene dan Sanitasi. Total skor yang didapat dari
variabel lokasi yaitu sebesar 18. Total nilai yang didapatkan dalam variabel
bangunan dan fasilitas adalah 21 (dua puluh satu). Terdapat 27 kategori yang
memenuhi syarat (MS) dan 12 kategori tidak memenuhi syarat (TMS). Total skor
yang didapatkan variabel peralatan produksi yaitu 31.Terdapat 6 kategori yang
memenuhi syarat (MS) dan 1 kategori tidak memenuhi syarat (TMS). Total skor
yang didapatkan variabel hygiene dan sanitasi yaitu 96. Terdapat 16 kategori yang
memenuhi syarat (MS) dan 10 kategori tidak memenuhi syarat (TMS). Dari hasil
penilaian di Katering Fong-Fong didapatkan total skor sebesar 234 yang artinya
adalah Katering Fong-Fong termasuk dalam kriteria sangat baik.
5.2. Saran
1. Mengganti tempat sampah dengan tempat sampah injak dan tertutup. Serta
memisahkan sampah organic dan anorganik

2. Mengganti lantai dan dinding yang rusak

3. Mengadakan pelatihan penjamah pangan pada karyawan

4. Menambah penerangan dan juga insect killer

5. Lebih rutin mengadakan jadwal pembersihan dan hygiene sanitasi

6. Memberi sekat setiap ruang produksi dengan tirai plastic

27
DAFTAR PUSTAKA

Chane, S., Sebsibe, I. and Adibaru, B. (2022) ‘Determinants of sanitation and


hygiene status among food and drink establishments in Fiche town, Oromia,
Ethiopia’, Journal of Water, Sanitation and Hygiene for Development, 12(5),
pp. 454–462. doi: 10.2166/WASHDEV.2022.166.
Chandra Budiman. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. In Egc (Issue 907).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/ handle/123456789/30773/Chapter
II.pdf/?sequence=4
Hartog, F., Kim, S., Woo, M., Steele, J. L., Murnane, R. J., Willett, J. B., & F.

Keifer GEffenberger. (1967). 済 無 No Title No Title No Title. In

Angewandte

Chemie International Edition, 6(11), 951–952. (Vol. 3, Issue 2).


Kumari, V. and Kapur, D. (2018) ‘Evaluating Compliance to Food Safety and
Hygiene Standards in Selected Delhi Based Catering Establishments as per
Schedule IV of Food Safety and Standard Regulation, 2011 under FSS Act,
2006’, International Journal of Scientific Research in Science and
Technology, 4(11), pp. 176–195. doi: 10.32628/ijsrst18401136.
Kusumawati, T. Y. and Yudhastuti, R. (2013) ‘Higiene dan Sanitasi Makanan
Nasi Krawu di Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik’, Kesehatan
Lingkungan, 7(1), pp. 38–44.
Manayang, Y., Joseph, W. B. S. and Sumampouw, O. J. (2019) ‘Higiene Da
Sanitasi Industri Pangan Rumah Tangga Di Wilayah Kerja Puskesmas Paniki
Bawah’, Kesmas, 7(5).
Marinda, D., & Ardillah, Y. (2019). Implementasi Penerapan Sanitasi Tempat-
tempat Umum Pada Rekreasi Benteng Kuto Besak Kota Palembang. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 18(2), 89.
https://doi.org/10.14710/jkli.18.2.89-97
Menteri Kesehatan RI (2011) PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011
TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA.

Munandar, J., & Mulasari, S. A. (2019). Environmental Sanitation and Hygiene


on Waste Collector in TPA Piyungan Bantul Yogyakarta. Jurnal Kesehatan
28
Masyarakat, 15(2), 171–178. https://doi.org/10.15294/kemas.v15i2.13801

Nugroho, M. D. . and Yudhastuti, R. (2014) ‘Kondisi Higiene Penjamah Makanan


dan Sanitasi Kantin di SMAN 15 Surabaya’, Jurnal Kesehatan Lingkungan,
7(2), pp. 166–170.

Purnawita, W., Rahayu, W. P. and Nurjanah, S. (2020) ‘Praktik Higiene Sanitasi


dalam Pengelolaan Pangan di Sepuluh Industri Jasa Boga di Kota Bogor’,
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 25(3), pp. 424–431. doi:
10.18343/jipi.25.3.424.

Sawong, K. S. A., Andrias, D. R. and Muniroh, L. (2016) ‘Penerapan Higiene


Sanitasi Jasa Boga Pada Katering Golongan a2 Dan Golongan a3 Di Kota
Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah’, Media Gizi Indonesia, 11(1),
p. 1. doi: 10.20473/mgi.v11i1.1-10

Suryansyah, Y. (2015) Evaluasi Tempat Pengolahan, Higiene Makanan dan


Kesehatan Penjamah Makanan Jasaboga di Jalan Gayungsari Surabaya
Repository - UNAIR REPOSITORY. Universitas Airlangga. Available at:
https://repository.unair.ac.id/22800/ (Accessed: 4 January 2022)

Wasilatul Jannah, S. et al. (2021) ‘Sanitasi Tempat-Tempat Umum dan Makanan


Gambaran Sanitasi Jasa Boga Di Wien’s Catering Lembengan Ledokombo’,
Jurnal Sosial Sains, 1(8), pp. 930–942. doi:10.36418/sosains.v1i8.186.

Yuniatun, T., Martini., Purwantisari, S.,& Yuliawati, S. (2017) ‘Hubungan


Higiene Sanitasi Dengan Kualitas Mikrobiologis Pada Makanan Gado-Gado
Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang’, Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal), 5(4), pp. 491–499.

Yunus, S.P., Umboh, J. M.L, & Odi, P. (2015) ‘Hubungan Personal Higiene dan
Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi Escherichia Coli Pada Makanan di
Rumah Makan Padang Kota Manado Dan Kota Bitung’, JIKMU, 5(2), pp.
210–220. doi: 10.1016/j.biotechadv.2010.08.010.

29
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Lembar Observasi Inspeksi Sanitasi Rumah Susun

30
31
32
33
34
LAMPIRAN 3. Gambar atau Foto Saat Inspeksi

35
36
LAMPIRAN 4. Video Hasil Inspeksi

Bisa diakses maupun dilihat pada link berikut

https://tiny.url/

37

Anda mungkin juga menyukai