Nurul Izzah Ramadhani - 101911133198 - Proposal - Sanitasi Lingkungan
Nurul Izzah Ramadhani - 101911133198 - Proposal - Sanitasi Lingkungan
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
PEMINATAN KESEHATAN
LINGKUNGAN PRODI S1 KESEHATAN
MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS
AIRLANGGA
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR SINGKATAN.........................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Tujuan...........................................................................................................2
1.3. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1. Definisi Sanitasi Lingkungan........................................................................4
2.2. Definisi Sanitasi Instansi dan Tempat-Tempat Umum (TTU)......................5
2.3. Definisi Industri Jasa Boga............................................................................5
2.4. Dasar Hukum Pengambilan Instrumen.........................................................6
2.5. Penyakit Akibat Pangan (foodborne disease)..............................................7
2.6. Standar Kesehatan Jasa Boga........................................................................8
BAB III..................................................................................................................16
METODE...............................................................................................................16
3.1. Rancangan Inspeksi Kesehatan Lingkungan...............................................16
3.2. Lokasi dan Waktu Inspeksi Sanitasi...........................................................16
3.3. Teknik Pengambilan Data...........................................................................17
BAB IV..................................................................................................................21
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................21
4.1. Lokasi..........................................................................................................21
4.2. Bangunan dan fasilitas................................................................................29
4.3. Peralatan Produksi.......................................................................................33
4.4. Higiene dan Sanitasi....................................................................................41
4.5. Penilaian Sanitasi Rumah Susun.................................................................45
i
BAB V....................................................................................................................47
PENUTUP..............................................................................................................47
5.1. Kesimpulan.................................................................................................47
5.2. Saran............................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................50
LAMPIRAN...........................................................................................................52
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR SINGKATAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Sanitasi Lingkungan
Sanitasi merupakan prinsip, praktik, ketentuan atau layanan yang
berkaitan dengan kebersihan dan hygiene dalam kehidupan pribadi dan
masyarakat untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan manusia serta memutus siklus penyakit atau penyakit itu
sendiri. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sanitasi
umumnya mengacu pada penyediaan fasilitas dan layanan untuk
pembuangan urin dan feses manusia secara aman. Sanitasi yang tidak
memadai menjadi penyebab utama penyakit di seluruh dunia (Hartog et al.,
1967). Dapat dikatakan bahwa sanitasi adalah sebuah usaha kesehatan
masyarakat yang menitikberatkan terhadap pengawasan berbagai faktor
lingkungan yang sedemikian rupa sehingga dapat terhindar dari timbulnya
penyakit dan derajat kesehatan masyarakat dapat optimal (Vinet &
Zhedanov, 2011).
Sanitasi lingkungan mengutamakan pencegahan terhadap faktor
lingkungan sehingga dapat meminimalisasi timbulnya penyakit. Menurut
Entjang (2000), higiene dan sanitasi lingkungan merupakan pengawasan
terhadap lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang
mempengaruhi kesehatan manusia, lingkungan yang bermanfaat
ditingkatkan sedangkan yang merugikan harus diperbaiki atau dihilangkan
(Munandar & Mulasari, 2019). Sanitasi lingkungan meliputi pengendalian
kotoran manusia, pengelolaan limbah padat dan air limbah, serta
pengendalian hama dan vektor (Onyango & Uwase, 2016). Dapat
disimpulkan bahwa sanitasi lingkungan merupakan kegiatan yang
ditujukan untuk meningkatkan serta mempertahankan kondisi lingkungan
mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia, kondisi tersebut
mencakup air yang bersih dan aman, pembuangan limbah dari manusia,
perlindungan makanan dari kontaminasi, udara yang bersih dan aman,
serta rumah yang bersih dan aman.
9
2.2. Definisi Sanitasi Instansi dan Tempat-Tempat Umum (TTU)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Instansi
merupakan berupa badan pemerintah umum (seperti jawatan atau kantor).
Dapat dijelaskan bahwa instansi merupakan sebuah organisasi milik
pemerintah dan bekerja untuk pemerintah dengan dasar hukum yang
berlaku. Selain itu, instansi merupakan sebuah organisasi pemerintah yang
memberikan layanan kepada masyarakat.
Tempat-tempat umum merupakan tempat yang sering dikunjungi
oleh banyak orang. Menurut Soebagio R (1978), tempat-tempat umum
atau public places adalah suatu tempat yang dimana masyarakat ramai
berkumpul untuk melakukan sebuah aktivitas tertentu. Tempat-tempat
umum memiliki kriteria yang dimana tempat tersebut diperuntukan untuk
masyarakat umum, ada tempat atau kegiatan yang permanen, di dalam
tempat tersebut bisa menimbulkan penularan penyakit, dan di tempat
tersebut terdapat fasilitas yang bisa menimbulkan kecelakaan (Vinet &
Zhedanov, 2011).
Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU) merupakan suatu usaha
untuk mengawasi serta mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya
tempat-tempat umum yang mengakibatkan timbul dan menularnya
berbagai jenis penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan
kesehatan lainnya (Marinda & Ardillah, 2019). Selain itu, sanitasi tempat-
tempat umum ialah usaha untuk memonitoring atau mengawasi suatu
kejadian yang sedang berlangsung di tempat-tempat umum, terutama
terkait timbulnya atau menularnya suatu penyakit sehingga kerugian yang
ditimbulkan oleh kegiatan tersebut bisa dicegah
Sanitasi pada tempat-tempat umum merupakan sebuah masalah
kesehatan masyarakat yang bisa dibilang cukup mendesak karena tempat
umum merupakan tempat bertemunya masyarakat dan segala penyakit
yang dimiliki oleh masyarakat. Maka dari itu, tempat-tempat umum
merupakan tempat penyebaran segala penyakit terutama penyakit-penyakit
yang medianya berupa makanan, minuman, udara, dan air (Chandra
Budiman, 2006).
10
2.3. Definisi Industri Jasa Boga Katering
Semakin maju teknologi dan bertambahnya aktivitas pada masa
sekarang membuat masyarakat lebih memilih cara yang praktis dalam
pemenuhan makanan bagi individu, keluarga maupun acara atau kegiatan.
Hal inilah yang mendorong pertumbuhan jasa boga seperti katering, rumah
makan bahkan pedagang kaki lima. Menurut peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 1096/Menkes/PER/VI/2011 mendefinisikan industri jasa boga
atau katering adalah perusahaan perorangan yang melakukan kegiatan
pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atau berdasarkan
pesanan. Usaha jasa boga meliputi usaha penjualan makanan jadi (siap
dikonsumsi) yang dibuat berdasarkan pesanan-pesanan untuk perayaan,
pesta, seminar, rapat, dan sebagainya.
11
sarana pelayanan rumah sakit. Untuk golongan C yakni jasa boga yang
melayani kebutuhan untuk alat angkutan umum internasional dan pesawat
udara (Handayani, 2012)
12
2.5. Penyakit Akibat Pangan (foodborne disease)
Perkembangan industri yang bergerak dalam pengolahan dan
penyajian makanan siap santap yang disebut industri jasa boga atau
katering telah berkembang dengan pesat pada saat ini. Namun, usaha jasa
boga yang menyediakan pangan siap saji mempunyai risiko kemungkinan
kontaminasi penyakit yang ditularkan melalui pangan (foodborne disease)
apabila penanganan yang dilakukan tidak baik. Menurut laporan dari
media masa diketahui bahwa pangan yang berasal dari katering sering
menimbulkan masalah keracunan dengan korban cukup banyak. Kasus ini
umumnya menyerang sekelompok orang dalam jumlah besar, misal
menyerang karyawan-karyawan di suatu pabrik yang mengonsumsi
pangan yang dipesan dari pengusaha jasa ataupun katering (Handayani,
2012).
Umumnya foodborne bersifat toksis maupun infeksius. Bakteri
yang menyebabkan foodborne dapat menginvasi saluran pencernaan
sehingga menyebabkan terjadinya infeksi pada mukosa usus. Pada
beberapa bakteri bahkan dapat mengeluarkan toksin yang dapat masuk ke
dalam darah dan menyebabkan kerusakan pada jaringan lain yang ada
dalam tubuh. Bahan pangan merupakan agen perantara yang baik bagi
bakteri tersebut untuk berkembang karena memiliki substrat yang cukup
bagi bakteri tersebut untuk tumbuh dan berkembang. Beberpa bakteri yang
dapat menyebabkan foodborne disease seperti :
a. Staphylococcus aureus
Sumber dari bakteri ini biasanya ada dari kulit manusia.
Makanan yang telah terkontaminasi aureus dapat menyebabkan
penyakit karena toksin Staphylotoxin yang dapat menyebabkan
diare, kram perut dan muntah-muntah.
b. Salmonella typhi dan paratyphi
Bakteri ini dapat menyebabkan demam tipes. Kontaminasi
bakteri ini dapat terjadi pada makanan maupun antar manusia.
c. Eschericia coli
Bakteri yang paling umum menyebabkan diare. Beberapa
memang tidak terlalu berbahaya namun beberapa dapat
menyebabkan gastroentitis. Enterotoxigenic coli merupakan
13
yang paling umum menyebabkan penyakit dan biasanya terjadi
karena kontaminasi air maupun makanan.
d. Listeria monocytogenes
Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu yang rendah. Bersifat sangat
fatal dan dapat menyebabkan penyakit Septicemia dan
meningitis.
e. Shigella
Bakteri ini memiliki rate infeksi yang rendah, dan umumnya
menginfeksi melalui kontak langsung maupun kontaminasi air
maupun makanan. Beberapa gejala yang ditimbulkan karena
kontaminasi shigella adalah demam, nyeri perut dan kadang
sampai feses yang berdarah disertai lender.
f. Clostridium botulinum
Sumber dari bakteri ini biasanya dari saluran pencernaan ikan,
burung ataupun hewan mamalia. Bakteri ini bersifat anaerobe
sehingga akan tumbuh pada kondisi tanpa oksigen. Toxin yang
dihasilkan yaitu Botulinin yang dapat menyebabkan gangguan
system saraf yang sangat berbahaya. Biasanya bakteri ini
ditemukan pada makanan kaleng yang tidak dilakukan proses
sterilisasi yang baik.
g. Campylobacter jejuni
Bakteri yang umum menyebabkan diare pada manusia maupun
beberapa hewan. Dapat tumbuh pada makanan maupun air yang
terkontaminasi dan dapat menyebabkan demam hingga feses
berdarah disertai lendir.
Foodborne disease dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan air dan
sanitasi lingkungan yang baik. Kebersihan dari peralatan juga sangat berperan
penting dalam menjaga dari kontaminasi bakteri. Selain itu penjamah makanan
yang terlibat dalam proses pengolahan pangan juga perlu menjaga kebersihan dari
kebersihan diri seperti pakaian, peralatan serta lingkungan yang digunakan dalam
proses pengolahan sehingga tidak terjadi adanya kontaminasi silang (cross
contamination).
14
2.6. Standar Kesehatan Jasaboga
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga adalah
sebagai berikut :
1. Lokasi
a) Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran
seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber
pencemaran lainnya..
b) Letaknya berlawanan dengan arah angin sumber debu dan kotoran.
c) Lokasi Katering bersih, bebas dari asap, debu, dan kotoran
2. Bangunan
a) Konstruksi bangunan untuk kegiatan jasaboga harus kokoh dan
aman. Konstruksi selain kuat juga selalu dalam keadaan bersih
secara fisik dan bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang
ditempatkan sembarangan
b) Lantai kedap air, rata, tidak retak, tidak licin,
kemiringan/kelandaian cukup dan mudah dibersihkan.
c) Permukaan dinding sebelah dalam rata, tidak lembab, mudah
dibersihkan dan berwarna terang. Permukaan dinding yang selalu
kena percikan air, dilapisi bahan kedap air setinggi 2 (dua) meter
dari lantai dengan permukaan halus, tidak menahan debu dan
berwarna terang. Sudut dinding dengan lantai berbentuk lengkung
(conus) agar mudah dibersihkan dan tidak menyimpan
debu/kotoran
d) Langit-langit harus menutupi seluruh atap bangunan, terbuat dari
bahan yang permukaannya rata, mudah dibersihkan, tidak
menyerap air dan berwarna terang dengan tinggi minimal 2,4 meter
dari atas lantai.
e) Pintu dan jendela ruang tempat pengolahan makanan dibuat
membuka ke arah luar dan dapat menutup sendiri (self closing),
dilengkapi peralatan anti serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu
rangkap dan lain-lain.
15
f) Setiap ruang tempat pengolahan makanan dan tempat cuci tangan
intensitas pencahayaan sedikitnya 20 foot candle/fc (200 lux) pada
titik 90 cm dari lantai
g) Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus
dilengkapi dengan ventilasi sehingga terjadi sirkulasi/peredaran
udara dengan luas 20% dari luas lantai.
h) Luas tempat pengolahan makanan harus sesuai dengan jumlah
karyawan yang bekerja dan peralatan yang ada di ruang
pengolahan.
i) Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung
dengan toilet/jamban, peturasan dan kamar mandi.
3. Peralatan Produksi
a) Tersedia tempat pencucian peralatan, jika memungkinkan terpisah
dari tempat pencucian bahan pangan.
17
BAB III
METODE
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Lokasi
Hasil observasi dan wawancara dengan Katering Fong-Fong Pandaan
Pasuruan bersamaan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan guna
keperluan akreditasi pada variabel lokasi dan lingkungan produksi terdapat 3
(tiga) komponen. Berikut adalah hasil inspeksi penilaian sanitasi lingkungan
pada variabel lokasi di Katering Fong-Fong Pandaan Pasuruan.
4.1.1 Letak Geografi Katering
Katering yang diamati dan diobservasi adalah Katering Fong-Fong
Pandaan Pasuruan yang beralamat di Jl. Rambutan, Jabon, Jogosari, Kec.
Pandaan, Pasuruan. Katering tersebut terletak di perumahan layaknya industri
rumah tangga jasa boga pada umumnya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bersama Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasuruan terhadap Katering Fong-Fong, Lokasi katering bersih,
bebas dari asap, debu, dan kotoran. Letaknya berlawanan dengan arah angin
sumber debu dan kotoran serta tidak ada sumber pencemaran seperti tempat
sampah umum, WC umum, pabrik cat, dan sumber pencemaran lainnya.
22
penerangan Katering Fong-Fong masih kurang dan tidak semua ruangan
memiliki tirai plastik untuk memisahkan setiap ruangan.
4.2.2 Lantai
Lantai katering Fong-Fong terbuat dari bahan yang kedap air, mudah
dibersihkan namun ada beberapa lantai yang rusak sehingga tidak rata dan
harus diperbaiki.
4.2.3 Dinding
Dinding Katering Fong-Fong terbuat dari bahan kedap air dan kuat ,
namun banyak cat yang sudah mengelupas sehingga harus melakukan
renovasi atau pengecatan ulang.
4.2.4 Langit-Langit
Langit-langit Katering Fong-Fong terbuat dari bahan yang tahan lama
yaitu spandek, kedap air, transparan dan terang serta menutup seluruh
bangunan. Namun masih terdapat debu dan sarang laba-laba sehingga
membutuhkan jadwal pembersihan yang rutin.
4.2.5 Pintu Ruangan
Pintu ruangan Katering Fong-Fong terbuat dari bahan yang kuat
kokoh, serta dilengkapi dengan pintu kasa dan tirai plastik.
4.2.6 Jendela
Jendela Katering Fong-Fong terbuat dari bahan tahan lama. Kuat,
tidak mudah rusak, rata, halus serta dilengkapi kain kasa penghalang hama
dan serangga yang mudah dilepas. Akan tetapi jendela Katering Fong-Fong
tidak mudah dibersihkan karena lokasi yang sangat tinggi sehingga sulit
dijangkau.
4.2.7 Lubang angina tau ventilasi
Ventilasi Katering Fong-Fong memiliki jumlah yang cukup memadai
dan memiliki alat pembuangan asap. Akan tetapi ada beberapa ventilasi yang
tidak memiliki kain kasa dan kondisinya kotor.
23
4.2.9 Tempat Penyimpanan
Katering Fong-Fong memiliki penyimpanan yang luas, mudah
dibersihkan, terdapat sirkulasi udara serta memiliki lokasi lemari es khusus,
namun masih ada beberapa hama. Wadah bahan pangan yang disimpan masih
menggunakan plastic bekas belanja dan tidak diganti dengan wadah baru.
Bahan pembersih juga tidak dipisahkan.
Total nilai yang didapatkan dalam variabel bangunan dan fasilitas
adalah penjumlahan dari 9 komponen yang terdiri dari ruang produksi, lantai,
dinding, langit-langit, pintu ruangan, jendela, ventilasi, permukaan tempat
kerja, dan tempat penyimpanan. yaitu 21 (dua puluh satu). Terdapat 27
kategori yang memenuhi syarat (MS) dan 12 kategori tidak memenuhi syarat
(TMS). Skor tersebut didapatkan dari hasil perkalian antara bobot memenuhi
syarat (MS) yaitu 2 dan bobot tidak memenuhi syarat (TMS) yaitu 1.
4.3. Peralatan Produksi
Peralatan Produksi Katering Fong-Fong terbuat dari bahan yang
kokoh, mudah dibersihkan, permukaan halus mudah dibersihkan, tidak
berlubang/mengelupas, tidak berkarat, letaknya sesuai urutan produksi,
terpelihara kebersihannya namun masih disimpan sembarangan. Terdapat 6
kategori yang memenuhi syarat (MS) dan 1 kategori tidak memenuhi syarat
(TMS). Total skor yang didapatkan yaitu 31. Skor tersebut didapatkan dari
hasil perkalian antara bobot memenuhi syarat (MS) yaitu 2 dan bobot tidak
memenuhi syarat (TMS) yaitu 1.
4.4. Higiene dan Sanitasi
Hasil observasi pada variabel higieni dan sanitasi memiliki bobot
penilaian sebesar 40%. Berikut adalah hasil penilaian pada variabel hygiene
dan sanitasi :
24
4.4.3 Sarana Cuci Tangan
Sarana cuci tangan Katering Fong-Fong memadai karena dilengkapi
air mengalir, sabun, alat pengering tangan, dan dekat dengan ruang produksi.
Namun tidak terpisah dari alat cuci peralatan pangan dan tidak dilengkapi
tempat sampah.
4.4.4 Toilet/Jamban
Jumlah toilet/jamban di Katering Fong-Fong mencukupi untuk seluruh
karyawan, dilengkapi air mengalir dan saluran pembuangan. Terdapat juga
tanda peringatan untuk mencuci tangan setelah menggunakan toilet. Letaknya
juga terpisah dari ruang produksi. Namun untuk kebersihannya perlu
ditingkatkan.
4.4.5 Sarana Pembuangan Air dan Limbah
Tersedia saluran IPAL untuk pembuangan air dan limbah akan tetapi
sampah masih menumpuk dan tidak rutin diangkut. Tempat sampah juga
bukan tipe injak dan tidak tertutup serta terbuat dari bahan yang
kokoh/plastik.
4.4.6 Kegiatan higiene dan sanitasi
Pembersihan, penyucian, dan penyucihamaan peralatan produksi
dilakukan secra rutin. Serta terdapat karyawan yang bertanggung jawab
terhadap kegiatan pembersihan, dan penyucian,
4.4.7 Kesehatan dan Higiene Karyawan
Karyawan mengendakan pakaian kerja dan tidak mengenakan perhiasan
selama berada di tempat kerja. Karyawan juga mencuci tangan dengan dengan
bersih sewaktu memulai mengolah pangan, sesudah menangani bahan mentah,
atau bahan/ alat yang kotor, dan sesudah ke luar dari toilet/jamban. Akan tetapi
hanya terdapat dua karyawan yang memiliki sertifikat penjamah pangan dan
tidak ada penanggung jawab khusus untuk hygiene karyawan.
4.4.8 Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi
Penilaian
MS TMS Skor
Lokasi dan Lingkungan 3 1 18
Bangunan dan Fasilitas 27 12 94
Peralatan Produksi 6 1 31
Higiene dan Sanitasi 16 10 96
Total 52 24 234
Dari hasil penilaian di Katering Fong-Fong didapatkan total skor sebesar 234
yang artinya adalah Katering Fong-Fong termasuk dalam kriteria sangat baik.
26
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Melalui kegiatan inspeksi sanitasi lingkungan di Katering Fong-Fong
Pandaan Pasuruan didapatkan bahwa terdapat 4 variabel yang dinilai dalam
inspeksi sanitasi ini yaitu Lokasi dan Lingkungan Produksi, Bangunan dan
Fasilitas, Peralatan Produksi, Higiene dan Sanitasi. Total skor yang didapat dari
variabel lokasi yaitu sebesar 18. Total nilai yang didapatkan dalam variabel
bangunan dan fasilitas adalah 21 (dua puluh satu). Terdapat 27 kategori yang
memenuhi syarat (MS) dan 12 kategori tidak memenuhi syarat (TMS). Total skor
yang didapatkan variabel peralatan produksi yaitu 31.Terdapat 6 kategori yang
memenuhi syarat (MS) dan 1 kategori tidak memenuhi syarat (TMS). Total skor
yang didapatkan variabel hygiene dan sanitasi yaitu 96. Terdapat 16 kategori yang
memenuhi syarat (MS) dan 10 kategori tidak memenuhi syarat (TMS). Dari hasil
penilaian di Katering Fong-Fong didapatkan total skor sebesar 234 yang artinya
adalah Katering Fong-Fong termasuk dalam kriteria sangat baik.
5.2. Saran
1. Mengganti tempat sampah dengan tempat sampah injak dan tertutup. Serta
memisahkan sampah organic dan anorganik
27
DAFTAR PUSTAKA
Angewandte
Yunus, S.P., Umboh, J. M.L, & Odi, P. (2015) ‘Hubungan Personal Higiene dan
Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi Escherichia Coli Pada Makanan di
Rumah Makan Padang Kota Manado Dan Kota Bitung’, JIKMU, 5(2), pp.
210–220. doi: 10.1016/j.biotechadv.2010.08.010.
29
LAMPIRAN
30
31
32
33
34
LAMPIRAN 3. Gambar atau Foto Saat Inspeksi
35
36
LAMPIRAN 4. Video Hasil Inspeksi
https://tiny.url/
37