MAKALAH Bersalin Satu
MAKALAH Bersalin Satu
PENDAHULUAN
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama
disebabkan oleh perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran.
Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat
dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif. Persalinan yang bersih dan aman serta
pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan
tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian.
Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelumnya, selama dan setelah persalinan. Dalam
upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan
kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu.
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu selama
persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan, membuat ibu
lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta untuk mendeteksi komplikasi yang
mungkin terjadi selama persalinan dan ketidaknormalan dalam proses persalinan.
1
B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini memiliki dua tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
Adapun uraian dari masing-masing tujuan terseut adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penulisan ini adalah membantu mahasiswa dalam memahami secara
umum konsep dari Asuhan Persalinan Normal.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
C. Sistematika Penulisan
1. Bab I terdiri dari pendahulan, latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan
2. Bab II terdiri dari tinjauan teoritis, konsep dasar persalinan, proses terjadinya
persalinan, tanda – tanda persalian, penatalaksanaan persalinan, konsep asuhan
keperawatan persalinan, pengkajian persalinan, diagnosa persalinan, intervensi
keperawatan persalinan, dan evaluasi.
3. Bab III terdiri dari tinjauan kasus, pengkajian, diagnosa, intrvensi, implementasi, dan
evaluasi.
TINJAUAN TEORITIS
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi( janin dan uri ) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan
atau tanpa bantuan. Mitayani (2009).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan ( 37 – 42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Wiknjosostro.
(2002)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, servik mulai
membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler,
kanalisservikalis.
Kala I pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
1) Fase laten
3
c) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina menjadi saluran yang
continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk
setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin telah turun dan
masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB
dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka
dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh
seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5 jam.
Mekanisme persalinan:
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95 % dari semua
kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala
diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada
kebanakan kasus, presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi
belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-ukuran kepala bayi
hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah
panggul dan pada pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura
sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan mempersulit
persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas
panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang
yang menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter
antero posterior.
4
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah :
1) Penurunan Kepala.
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah
terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru
terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan
sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati
pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis
terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang
menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang
bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan
dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir.
Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan
mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak.
2) Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan majunya
kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke
arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini
disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis.
Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan
diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin
berada dalam keadaan fleksi maksimal.
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada
presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan
bagian inilah yang akan memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting untuk
menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk
5
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan
pintu bawah panggul.
4) Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah
simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala
harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada
waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan
pada perineum dan dapat menembusnya.
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran
(hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun
besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi
karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam
rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya,
sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam
dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga
melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum
sepihak.
6) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir ,
selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan ukuran
yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera
setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu bertambah panjang.
6
Tetapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi.
Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya,
rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya
kalau janin besar.
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri
sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his,
dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir
secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc.
d. Kala IV
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu terutama
terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi
uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat
oksitosin.
1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida.
3. Perasaan sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari
uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
7
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercamput
darah (bloody show).
Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan. Tanda-tanda inpartu
adalah:
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks.
4. Penatalaksanaan Persalinan
a. Kala I
a) Pada kasus persalinan resiko rendah, pada kala I DJJ diperiksa setiap 30
menit dan pada kala II setiap 15 menit setelah berakhirnya kontraksi uterus
(his ).
b) Pada kasus persalinan resiko tinggi, pada kala I DJJ diperiksa dengan
frekuensi sering (setiap 15 menit ) dan pada kala II setiap 5 menit.
8
5) Tanda vital ibu
a) Suhu tubuh, nadi dan tekanan darah dinilai setiap 4 jam.
b) Bila selaput ketuban sudah pecah dan suhu tubuh sekitar 37.50 C maka
pemeriksaan suhu tubuh dilakukan setiap jam.
6) Pemeriksaan VT
a) Pada kala I keperluan dalam menilai status servik, stasion dan posisi bagian
terendah janin sangat bervariasi.
7) Makanan oral
8) Cairan intravena
9
c) Pemberian cairan glukosa, natrium dan air dengan jumlah 60–120 ml per jam
dapat mencegah terjadinya dehidrasi dan asidosis pada ibu.
10) Analgesia
11) partogram
d) Pemberian obat-obatan
12) Amniotomi
Distensi kandung kemih selama persalinan harus dihindari oleh karena dapat:
10
a) Menghambat penurunan kepala janin
b) Menyebabkan hipotonia dan infeksi kandung kemih
b. Kala II
3) Mencegah agar tidak terjadi kerusakan otot dasar panggul secara berlebihan.
Penentuan kala II ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan vaginal toucher yang acapkali
dilakukan atas indikasi :
1) Kontraksi uterus sangat kuat dan disertai ibu yang merasa sangat ingin meneran.
2) Pecahnya ketuban secara tiba-tiba.
Pada kala II sangat diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan penolong
persalinan.
1. Persiapan :
a) Persiapan set “pertolongan persalinan” lengkap.
11
e) Penolong persalinan mengenakan peralatan untuk pengamanan diri ( sepatu
boot, apron, kacamata pelindung dan penutup hidung & mulut).
2. Pertolongan persalinan :
a) Posisi pasien sebaiknya dalam keadaan datar diatas tempat tidur persalinan.
b) Untuk pemaparan yang baik, digunakan penahan regio poplitea yang tidak
terlampau renggang dengan kedudukan yang sama tinggi.
3. Persalinan kepala
a) Setelah dilatasi servik lengkap, pada setiap his vulva semakin terbuka akibat
dorongan kepala dan terjadi “crowning”.
d) Episotomi tidak perlu dilakukan secara rutin dan hendaknya dilakukan secara
individual atas sepengetahuan dan seijin pasien.
4. Membersihkan nasopharynx:
Perlu dilakukan tindakan pembersihan muka , hidung dan mulut anak setelah dada
lahir dan anak mulai mengadakan inspirasi, seperti yang terlihat pada untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya aspirasi cairan amnion, bahan tertentu
didalam cairan amnion serta darah.
5. Lilitan talipusat
12
Setelah bahu depan lahir, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat dileher
anak dengan menggunakan jari telunjuk. Lilitan talipusat terjadi pada 25%
persalinan dan bukan merupakan keadaan yang berbahaya.
Bila terdapat lilitan talipusat, maka lilitan tersebut dapat dikendorkan melewati
bagian atas kepala dan bila lilitan terlampau erat atau berganda maka dapat
dilakukan pemotongan talipusat terlebih dulu setelah dilakukan pemasangan dua
buah klem penjepit talipusat.
6. Menjepit talipusat:
Klem penjepit talipusat dipasang 4–5 cm didepan abdomen anak dan penjepit
talipusat (plastik) dipasang dengan jarak 2–3 cm dari klem penjepit. Pemotongan
dilakukan diantara klem dan penjepit talipusat.
c. Kala III
Persalinan Kala III adalah periode setelah lahirnya anak sampai plasenta lahir.Segera setelah
anak lahir dilakukan penilaian atas ukuran besar dan konsistensi uterus dan ditentukan apakah
ini aalah persalinan pada kehamilan tunggal atau kembar. Bila kontraksi uterus berlangsung
dengan baik dan tidak terdapat perdarahan maka dapat dilakukan pengamatan atas lancarnya
proses persalinan kala III.
c) Fundus uteri naik oleh karena plasenta yang lepas berjalan kebawah kedalam
segmen bawah uterus.
13
d) Talipusat di depan menjadi semakin panjang yang menunjukkan bahwa plasenta
sudah turun.
Tanda-tanda diatas kadang-kadang dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 menit setelah anak
lahir dan umumnya berlangsung dalam waktu 5 menit. Bila plasenta sudah lepas, harus
ditentukan apakah terdapat kontraksi uterus yang baik. Pasien diminta untuk mengedan dan
kekuatan tekanan intrabdominal tersebut biasanya sudah cukup untuk melahirkan plasenta.
Bila dengan cara diatas plasenta belum dapat dilahirkan, maka pada saat terdapat kontraksi
uterus dilakukan tekanan ringan pada fundus uteri dan talipusat sedikit ditarik keluar untuk
mengeluarkan plasenta.
a) tidak robek dan lahir secara lengkap oleh karena sisa selaput ketuban dalam
uterus dapat menyebabkan terjadinya perdarahan pasca persalinan Tangan kiri
melakukan elevasi uterus, tangan kanan mempertahankan posisi talipusat.
b) Pasien dapat diminta untuk membantu lahirnya plasenta dengan mengedan.
Penatalaksanaan aktif kala III ( pengeluaran plasenta secara aktif ) dapat menurunkan angka
kejadian perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan aktif kala III terdiri dari :
14
b) Bila ini adalah persalinan janin tunggal, segera berikan oksitosin 10 U i.m (atau
methergin 0.2 mg i.m bila tidak ada kontra indikasi)
Telapak tangan kanan diletakkan diatas simfisis pubis. Bila sudah terdapat kontraksi,
lakukan dorongan bagian bawah uterus kearah dorsokranial.Tangan kiri memegang
klem talipusat , 5–6 cm didepan vulva.Pertahankan traksi ringan pada talipusat dan
tunggu adanya kontraksi uterus yang kuat.Setelah kontraksi uterus terjadi, lakukan
tarikan terkendali pada talipusat sambil melakukan gerakan mendorong bagian bawah
uterus kearah dorsokranial.
d. Kala IV
1) Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua.
2) Periksa tekanan darah – nadi – kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada
jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
3) Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang dia inginkan.
4) Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
7) Berikan kesempatan agar ibu mulai memberikan ASI, hal ini juga dapat membantu
kontraksi uterus .
8) Bila ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar mandi untuk buang air kecil. Pastikan
bahwa ibu sudah dapat buang air kecil dalam waktu 3 jam pasca persalinan.
9) Berikan petunjuk kepada ibu atau anggota keluarga mengenai cara mengamati
kontraksi uterus dan tanda-tanda bahaya bagi ibu dan neonatus.
a) Nama, umur, dan alamat, gravida atau para, hari pertama haid terakhir
(HPHT),riwayat alergi obat.
e) Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau nyeri
epigastrium)
i) Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk akurasi
lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
b. Diagnosa
c. Intervensi
Intervensi:
17
Rasional: tidak menambah nyeri klien
e) Jelaskan metode pereda nyeri yang ada seperti relaksasi, massage, pola
pernafasan, pemberian posisi, obat – obatan
Rasional: memungkinkan lebih banyak alternative yang dimiliki oleh ibu, oleh
karena dukungan kepada ibu untuk mengendalikan rasa nyerinya.
f) Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi ingin di tempat
tidur anjurkan untuk miring ke kiri
Rasional: nyeri persalinan bersifat sangat individual sehingga posisi nyaman tiap
individu akan berbeda, miring kiri dianjurkan karena memaksimalkan curah
jantung ibu.
Intervensi:
18
d) Sarankan keluarga untuk menawarkan dan memberikan minuman atau makanan
kepada ibu
Rasional: makanan dan asupan cairan yang cukup akan memberi lebih banyak
energy dan mencegah dehidrasi yang memperlambat kontraksi atau kontraksi
tidak teratur.
Intervensi :
a) Kaji pengetahuan yang telah dimiliki ibu serta kesiapan ibu menerima informasi
Rasional: untuk mengefektifkan penjelasan yang akan diberikan
b) Menjelaskan tentang proses persalinan serta apa yang mesti dilakukan oleh ibu
Rasional: untuk memberikan informasi kepada ibu dengan harapan terjadi
perubahan tingkat pengetahuan dan psikomotor dari ibu sehingga ibu kooperatif
19
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan berkurang
dengan kriteria evaluasi : tampak rileks, ibu kooperatif dalam teknik relaksasi dan
napas dalam, ibu melaporkan cemas berkurang, TD stabil.
Intervensi:
a) hipertonik atau hipotonik dapat terjadi bila stres menetap dan memperpanjang
pelepasan katekolamin Berikan informasi tentang perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan sesuai kebutuhan
R/ pendidikan dapat menurunkan stres dan ansietas dan meningkatkan kemajuan
persalinan
b) Kaji tingkat dan penyebab ansietas, kesiapan untuk melahirkan anak, latar
belakang budaya dan peran orang terdekat
R/ memberikan informasi dasar, ansietas memperberat persepsi nyeri,
mempengaruhi penggunaan teknik koping dan menstimulasi pelepasan
aldosteron yang dapat meningkatkan resospsi natrium dan air.
d. Evaluasi
2. Kala II
a. Pengkajian
1) Aktivitas /istirahat
b) Letargi.
3) Integritas Ego
b) Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti saat ini klien terlibat
mengejan secara aktif.
4) Eleminasi.
a) Keinginan untuk defikasi, disertai tekanan intra abdominal dan tekanan uterus.
e) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5-2 menit masing-masing dan berakhir 60-90
detik
7) Keamanan
8) Sexualitas
b. Diagnosa
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi, dilatasi/
peregangan jaringan , kompresi saraf, pola kontraksi semakin intense lama,
hiperventilasi maternal.
22
c. Intervensi
1) Nyeri b/d tekanan mekanik pada presentasi, dilatasi/ peregangan jaringan, kompresi
saraf, pola kontraksi semakin intensif
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
R/ Upaya mengejan spontan yang tidak terus menerus menghindari efek negatif
berkenaan dengan penurunan kadar oksigen ibu dan janin.
23
R/ Meningkatkan kenyamanan, memudahkan turunnya janin, menurunkan
resiko trauma kandung kencing.
2). Risiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan, persalinan
lama atau pecah ketuban
Intervensi :
R/ Peningkatan suhu atau nadi > 100 dpm dapat menandakan infeksi.
d. Evaluasi
24
1). Nyeri berkurang
3. Kala III
a. Pengkajian
2) Sirkulasi
5) Seksualitas :
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat
memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk
globular.
6) Pemeriksaan fisik
a) Kondisi umum ibu : tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh),
status mental klien.
25
b. Diagnosa
c. Intervensi
Kriteria evaluasi:
Intervensi :
R/ Pada pelepasan plasenta. Bahaya ada berupa emboli cairan amnion dapat
masuk ke sirkulasi maternal, menyebabkan emboli paru.
d) Bersihkan vulva dan perineum dengan air larutan antiseptik, berikan pembalut
perineal steril.
26
R/ Membantu menghindari regangan otot.
R/ Bila bayi Rh-positif dan klien Rh-negatif, klien akan menerima imunisasi
dengan imun globulin Rh (Rh-Ig) pada pasca partum.
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
27
R/ Meningkatkan kenyamanan, hangat, dan kebersihan.
d. Evaluasi
4. Kala IV
a. pengkajian
1). Aktivitas / Istirahat, Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan atau
mengantuk.
2) Sirkulasi
28
c) Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas bawah), atau
dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum (tanda
hipertensi pada kehamilan)
d) Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 – 500 ml untuk
kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria
3) Integritas Ego
4) Eliminasi
b) Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau kateter urinarius
mungkin dipasang
6) Neurosensori:
7) Nyeri / Ketidaknyamanan.
9) Seksualitas
a) Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilicus
b. Diagnosa
1) Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis,
ansietas
c. Intervensi
1) Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis,
ansietas
30
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat mengontrol
nyeri, nyeri berkurang
Kriteria Evaluasi :
Intervensi :
b) Berikan informasi yang tepat tentang perawatan rutin selama periode pascapartum
d) Berikan kompres es
31
f) Masase uterus dengan perlahan sesuai indikasi. Catat adanya faktor-faktor yang
memperberat hebatnya dan frekuensi afterpain
Tujuan : diharapkan keluarga dapat menerima kehadiran anggota keluarga yang baru
Kriteria Evaluasi :
Intervensi :
32
R/ Jam-jam pertama setelah kelahiran memberikan kesemaptan untuk terjadinya
ikatan keluarga, karena ibu dan bayi secara emosional saling menerima isyarat
yang menimbulkan kedekatan dan penerimaan
b) Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi dan membantu dalam
perawatan bayi, sesuai kondisi
R/ Kontak awal mempunyai efek positif pada durasi pemberian ASI, kontak kulit
dengan kulit, dan mulainya tugas ibu meningkatkan ikatan
d. Evaluasi
1. Nyeri berkurang
TINJAUAN KASUS
Ruang/kelas : Bersalin
34
Jam : 15.50 Wib
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama pasien : Safrina, umur 38 tahun, suku Aceh, Agama Islam, Pekerjaan Ibu
Rumah Tangga, Alamat Desa Tanjung Mesjid, Samudra.
Nama suami : Jafaruddin, umur 58 tahun, suku Aceh, Agama Islam, Pekerjaan
Petani, Alamat Desa Tanjung Mesjid, Samudra.
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien masuk Rumah Sakit, dengan keluhan demam sudah 3 hari yang lalu, Pasien
datang ke UGD diantar keluarganya, setiba di ugd pasien mengeluh sakit bagian
perut, pasien tidak tau sakit perut yang dirasakan merupakan tanda-tanda persalinan
sudah dekat.
3. Riwayat haid
Pasien mendapat haid pertama pada umur 9 tahaun, atau kelas 4 SD, siklus haid 28
hari, dan teratur, tidak merasakan nyeri setiap haid, pasien juga tidak mengalami
keputihan.
4. Riwayat kehamilan sebelumnya
Umur kehamilan pasien cukup bulan, dengan persalinan normal dibantu oleh bidan,
tidak ada penyulit persalinan dan tidak ada perdarahan.
5. Riwayat kehamilan sekarang
Pasien hamil ke 2, partus 2 kali, abortus tidak ada. Selama kehamilan pasien pernah
ketempat bidan 2 kali untuk pemeriksaan, tapi pasien tidak mendapatkan imunisasi
TT, pasien tidak merasakan pusing / mual selama kehamilan.
35
Keadaan umum bayi baik, dengan jumlah Apgar skore 7-8, panjang badan 40 cm,
berat badan 2100 gram, jenis kelamin laki – laki, dan tidak ada kelainan bawaan.
7. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien baik. Tanda – tanda vital ; tekanan darah 120/80 mmhg,
denyut nadi 100 x/menit, pernafasan 22 x/menit,dan suhu tubuh 37 c. Wajah tidak
pucat, rambut kelihatan bersih, distribusi rambut merata, konjungtiva merah muda,
sklera mata nampak putih tidak icterus, tidak ada sariawan atau perdarahan gusi,
lidah nampak bersih.
Bentuk mamae simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran mamae, tidak ada
benjolan, puting susu menonjol, sekitar ariola mamae kotor, kolostrum belum ada.
Bentuk abdomen simetris, terdapat linea nigra, striae tidak ada, tidak ada luka bekas
operasi, bayi bergerak aktif.
Dari hasil palpasi didapatkan TFU 25 cm, usia kehamilan 28-30 minggu, punggung
bayi terletak di sebelah kanan ibu, presentasi kepala janin, kepala sudah memasuki
pintu atas panggul. Frekuensi 5 x/menit, durasi 2 menit dengan kekuatan yang
adekuat, kontraksi 4 x/menit, denyut jantung janin teratur.
Pasien tidak ada masalah dengan sistem urinaria.
Pemeriksaan vagina tidak ada keputihan, bersih tidak terdapat udema, tidak ada
pembengkakan kelenjar bartholini, terdapat robekan perineum, dengan 4x jumlah
jahitan. Pemeriksaan dalam pembukaan sudah 10 cm, keadaan porsio lunak,
perdarahan tidak ada, ketuban utuh. Anus tidak terdapat hemoroid.
Ektremitas atas dan bawah tidak terdapat edema, reflek patella ada. Data penunjang
laboratorium Hb .10,6 mg.
8. Data psikososial
Pasien merasa khawatir dengan proses persalinan yang akan dihadapi, pasien selalu
Berdoa kepada Allah agar proses p ersalinan cepat, ibu dan bayi selamat.
B. Analisa Data
C. Diagnosa
D. Rencana keperawatan
37
HR/ DIAGNOSA TUJUAN DAN
IMPLEMENTAS
TGL/ KEPERAWATA KRITERIA INTERVENSI EVALUASI
I
JAM N HASIL
Rabu/ a. Nyeri Tujuan : 1. Monitor 1. memonitor S: pasien
06-04- berhubungan - ibu dapat tanda-tanda tanda-tanda vital, mengatak
2016 dengan mengontrol rasa vital TD 120/90 nadi an tambah
16.00 s/d peningkatan nyeri 2. Monitor 100 x/mnt,R/R sakit perut
18.00 his KH : DJJ dan His 23 x/mnt dan
Wib - mengungkapka 3. Ajarkan 2. memonitor DJJ pinggang
n penurunan teknik dan his, DJJ 154 O : pasien
nyeri relaksasi x/ mnt tambah
- menggunakan 4. Atur posisi 3. mengajarkan berkering
teknik yang klien tehnik relaksasi at, VT
tepat untuk 5. Awasi dengan menarik ulang
mempertahanka tanda-tanda nafas dalam pembukaa
n kontrol nyeri persalinan 4. mengatur posisi n lengkap
- istirahat lengkap yang nyaman (10cm)
diantara 6. Lakukan 5. mengawasi tanda dibagian
kontraksi pemeriksaa tanda persalinan atas, his
n dalam lengkap tambah
7. Kolaborasi 6. melakukan kuat,
dengan pemeriksaan A : inpartu kala
DSOG dalam, II,masalah
dalam pembukaan 10 belum
pemberian cm reatasi
terapi 7. mengkolaborasi P : lanjutkan
8. Ajarkan ibu dengan DSOG intervensi
cara dalam pemberian
mengedan terapi
yang benar 8. mengajarkan
9. Pimpin cara mengedan
persalinan yang benar
9. meminpin
persalinan
BAB IV
PENUTUP
39
A. Kesimpulan
Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan
bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
B. Saran
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa namun makalah ini
masih banyak kekurangan.Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan guna
40