Tanggapan Masyarakat PKBM
Tanggapan Masyarakat PKBM
Hal ini berkenaan dengan salah satu asas pendidikan nonformal yaitu pendidikan
sepanjang hayat. Asas tersebut menjelaskan bahwa peran pendidikan akan selalu
ada dan memiliki peran besar di dalam diri manusia mulai dari lahir sampai
meninggal dunia. Sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak menempuh
pendidikan.
Masyarakat rasanya sudah percaya dengan program wajib belajar 12 tahun ini,
mengingat pendidikan formal adalah jalur yang selalu ditempuh oleh setiap
orang.
Tetapi tidak semua anak bisa menempuh pendidikan sesuai dengan program
yang sudah ditentukan. Program wajib belajar 12 tahun harus dimulai di angka
usia tertentu dan pendidikan formal memiliki syarat dan ketentuan dalam
penerimaan warga belajar dengan umur tertentu.
Hal ini tentu menjadi masalah bagi anak yang mengalami putus sekolah ataupun
berkebutuhan khusus sehingga tidak dapat menempuh pendidikan formal di usia
yang seharusnya.
Hal ini berkenaan dengan salah satu asas pendidikan nonformal yaitu pendidikan
sepanjang hayat. Asas tersebut menjelaskan bahwa peran pendidikan akan selalu
ada dan memiliki peran besar di dalam diri manusia mulai dari lahir sampai
meninggal dunia. Sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak menempuh
pendidikan.
Dalam setahun terkhir kami banyak mendapatkan pertanyaan dari masyarakat
baik secara langsung maupun melalui chat WhatApps dengan konten dan
rangkaian kata yang nyaris sama. Bunyinya seperti ini “Per tahun 2021, UN
dihapus dan diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.
Dihapuskannya UN maka termasuk PKBM tidak bisa lagi dari kelas 4 apalagi 1 th
sebelum kelas 6 karena penentuan kelulusan ada di kelas 2, 4 dan 6. Mau tidak
mau suka tidak suka, harus masuk PKBM sejak kelas 1 untuk Paket A.” Dari
Pertanyaan dan chat tersebut dapat disimpulkan bahwa selama ini ada praktek
masuk Paket A langsung mulai kelas IV. Benarkah demikian?
Ada beberapa hal yang perlu diluruskan terkait dengan Pertanyaan dan chat di
atas.
Keempat , Jika peserta didik masuk kelas IV di PKBM hanya ada dua pintu masuk,
yaitu lulusan pendidikan keaksaraan lanjutan dan pindahan dari sekolah. Di luar
jalur itu tidak ada pintu masuk langsung kelas IV. Sehingga sebenarnya (sejak
dulu) jika peserta didik dimasukkan kelas IV di luar dua pintu masuk itu tidak
tepat.Benarkah Demikian ?
Kelima , Saat ini sangat gampang melihat jejak digital peserta didik apakah
melakukan pembelajaran dari kelas 1 dilakukan secara sah atau tidak. Orang tua
tidak bisa menyatakan diri sudah melakukan pembelajaran sekolah rumah selama
tiga tahun belajar baca tulis hitung tanpa didukung dokumen yang sah. Barangkali
orang tua menyusun laporan hasil belajar, namun laporan hasil belajar yang tidak
diunggah di DAPODIK secara berkala sejak kelas 1 adalah tidak sah. Pihak yang
bisa mengunggah laporan hasil belajar adalah satuan pendidikan yang dalam hal
ini adalah PKBM atau SKB. Jika laporan hasil belajar tidak diunggah di DAPODIK
serta peserta didik tidak tercatat sejak kelas I sampai dengan kelas III, maka tidak
bisa langsung ke kelas IV. Pada ketentuan kelulusan dari satuan pendidikan dasar
dan menengah sebagaimana diatur dalam pasal 72 ayat (1) Peraturan Pemerintah
nomor 32 Tahun 2013 disebutkan bahwa “Peserta didik dinyatakan lulus dari
satuan pendidikan dasar dan menengah setelah (a) menyelesaikan seluruh
program pembelajaran…” Jika peserta didik langsung masuk kelas IV dan tidak
memiliki dokumen rapor kelas 1 sampai dengan kelas 3 tidak bisa disebut sebagai
menyelesaikan seluruh program. Karena penyelesaian seluruh program harus bisa
dibuktikan dengan laporan hasil belajar (buku rapor) yang dikeluarkan satuan
pendidikan yang sah yaitu yang memiliki Nomor Pokok Satuan Pendidikan dan
DAPODIK. Benarkah demikian ?
Pada Pedoman Penilaian Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan halaman 29 terdapat
ketentuan pada angka 7, yaitu “Satuan pendidikan menentukan kriteria kelulusan ujian
pendidikan kesetaraan dan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan melalui rapat tutor
pendidikan kesetaraan.” Berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
dua buah kriteria yatu kelulusan ujian pendidikan kesetaraan (UPK) dan kriteria
kelulusan dari satuan pendidikan. Apa bedanya? Kemudian ada ketentuan bahwa
kriteria dan penetapan kelulusan dilaksanakan melalui rapat tutor pendidikan
kesetaraan.
Kriteria kelulusan UPK ditetapkan oleh satuan pendidikan penyelenggara UPK, yaitu
satuan pendidikan yang terakreditasi. Kriteria kelulusan UPK adalah kriteria ketuntasan
minimal UPK dalam skala 100 dan ditetapkan berdasarkan rapat tutor. Setiap satuan
pendidikan menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) setiap mata pelajaran yang
diujikan. Kriteria kelulusan UPK tersebut dituangkan dalam Pedoman Operasional
Standar (POS) Ujian Pendidikan Kesetaraan penyelenggara UPK. Dengan demikian
yang menetapkan kriteria kelulusan dan menyusun POS UPK adalah satuan
pendidikan penyelenggara UPK (satuan pendidikan terakreditasi).
Contoh kriteria kelulusan UPK adalah sebagai berikut (1) Telah mengikuti seluruh ujian
pendidikan kesetaraan; (2) jumlah mata pelajaran yang nilainya di bawah KKM tidak
boleh lebih dari dua mata pelajaran; dan (3) nilai mata pelajaran Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti serta Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan tidak boleh di
bawah KKM.
Setelah melalui rapat dewan tutor, satuan pendidikan menuangkan hasil kelulusan UPK
ke dalam berita acara. Berita acara tersebut disebut berita acara kelulusan UPK.
Selanjutnya jika satuan pendidikan penyelenggara UPK diinduki oleh satuan pendidikan
lainnya maka wajib mengirimkan berita acara hasil kelulusan UPK.
Berita acara kelulusan UPK dijadikan dasar untuk menetapkan kelulusan dari satuan
pendidikan. Kelulusan dari satuan pendidikan ditetapkan oleh masing-masing satuan
pendidikan di mana peserta didik tercantum dalam DAPODIK. Untuk menetapkan
kelulusan dari satuan pendidikan maka satuan pendidikan menyusun kriteria kelulusan
dari satuan pendidikan. Contoh kriteria kelulusan dari satuan pendidikan dapat
diperiksa pada angka 9 halaman 29 Pedoman Penilaian Pembelajaran Pendidikan
Kesetaraan, yaitu (1) menyelesaikan seluruh program pembelajaran; (2) memperoleh
nilai sikap/perilaku minimal baik; (3) lulus ujian pendidikan kesetaraan.
Berdasarkan kriteria di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam kriteria kelulusan dari
satuan pendidikan ada ketentuan lulus ujian pendidikan kesetaraan. Ketentuan lulus
UPK sudah barang tentu juga memiliki kriteria lulus UPK. Semoga menjadi jelas
kenapa ada dua buah kriteria kelulusan.