Anda di halaman 1dari 6

Salah satu peran pendidikan nonformal adalah sebagai pengganti pendidikan

formal, sehingga Kejar Paket bisa ditempuh oleh siapapun yang


membutuhkannya, tanpa dibatasi oleh kondisi ekonomi, status sosial, ataupun
usia.

Hal ini berkenaan dengan salah satu asas pendidikan nonformal yaitu pendidikan
sepanjang hayat. Asas tersebut menjelaskan bahwa peran pendidikan akan selalu
ada dan memiliki peran besar di dalam diri manusia mulai dari lahir sampai
meninggal dunia. Sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak menempuh
pendidikan.

Polemik yang ada dalam masyarakat adalah pemahaman mengenai peran


pendidikan nonformal di sekitarnya. Minimnya informasi mengenai pendidikan
nonformal membuat masyarakat ragu dengan kredibilitas lembaga pendidikan
nonformal, sehingga tidak sedikit masyarakat yang akhirnya meragukan
manajemen suatu lembaga pendidikan nonformal dikuatkan dengan tidak
melihat adanya Aktivitas belajar dan mengajar pada lembaga pendidikan
Nonformal tersebut , seperti pengakuan dari warga sekitar , Kepala lingkungan
/RT yang sama sekali tidak melihat adanya aktivitas belajar dan mengajar bahkan
pernyataan dari peserta didik yang menunggu Ijazah dan yang telah menerima
Ijazah Pakaet Kesetaraan

Mereka menganggap bahwa lembaga pendidikan nonformal (contohnya PKBM)


tidak bisa menggantikan peran pendidikan formal seutuhnya, baik dari sisi proses
pembelajarannya sampai manajemen kelembagaannya.Hingga kelayakan gedung
dan ketersediaan sarana dan prasarana seperti ruang kelas dan lainya

Masyarakat berpikir bahwa pendidikan nonformal hanyalah lembaga pelengkap


dari pendidikan formal dan tidak bisa menjadi pengganti. Inilah yang menjadi
catatan bagi setiap lembaga pendidikan nonformal untuk bisa lebih merangkul
masyarakat dan memberi pengertian mengenai apa itu pendidikan nonformal dan
bagaimana lembaga-lembaga dan program-program yang terdapat di pendidikan
nonformal bisa berjalan beriringan dengan meperlihatkan kepada masyarakat
adanya proses belajar dan mengajar seperti pendidikan formal tanpa adanya
perbedaan yang dapat menimbulkan disintegrasi.

Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam


meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan juga pengetahuan bagi setiap
individu.utamanya melalui proses belajar dan mengajar . hal tersebut yang sama
sekali tidak dilihat oleh masyarakat sehingga munculnya keraguan besar terkait
apa yang disampaikan diatas

Peran pendidikan di Indonesia sangatlah besar, mengingat setiap individu yang


menempuh tingkatan pendidikan dengan pencapaian tertentu dapat
mencerminkan kemajuan bangsa dan juga kesiapan suatu negara dalam bersaing
dengan negara-negara lain. Pemerintah Indonesia memberlakukan program wajib
belajar 12 tahun bagi setiap warga negaranya.

Pemerintah menjamin keberlangsungan pendidikan yang memadai karena ini


merupakan salah satu cara menyiapkan generasi bangsa yang lebih baik. Wajib
belajar 12 tahun dimulai jenjang Sekolah Dasar (SD) selama 6 tahun, kemudian
dilanjut dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 3 tahun, dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) 3 tahun.

Masyarakat rasanya sudah percaya dengan program wajib belajar 12 tahun ini,
mengingat pendidikan formal adalah jalur yang selalu ditempuh oleh setiap
orang.

Dengan diwajibkannya menempuh pendidikan formal selama 12 tahun membuat


orang tua dan juga masyarakat tidak repot-repot dalam memilih jenis pendidikan
yang cocok untuk anak-anaknya.

Tetapi tidak semua anak bisa menempuh pendidikan sesuai dengan program
yang sudah ditentukan. Program wajib belajar 12 tahun harus dimulai di angka
usia tertentu dan pendidikan formal memiliki syarat dan ketentuan dalam
penerimaan warga belajar dengan umur tertentu.

Hal ini tentu menjadi masalah bagi anak yang mengalami putus sekolah ataupun
berkebutuhan khusus sehingga tidak dapat menempuh pendidikan formal di usia
yang seharusnya.

Di sinilah peran pendidikan nonformal menjadi penting. Pelaksanaan pendidikan


nonformal tidaklah jauh berbeda dengan pendidikan formal, dengan adanya
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang menjadi salah satu program dari
pendidikan nonformal, wajib belajar 12 tahun bisa digantikan dengan
pelaksanaan pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan di lembaga PKBM.
Setiap orang yang membutuhkan pendidikan bisa mengikuti pendidikan
kesetaraan dengan capaian lulusan berupa ijazah Paket A (setara SD), Paket B
(setara SMP), dan Paket C (setara SMA). Hal ini sejalan dengan peran pendidikan
nonformal sebagai pelengkap dan pengganti pendidikan formal.

Tetapi nampaknya pengetahuan masyarakat mengenai pendidikan nonformal


bisa dikatakan sangat minim. Banyak masyarakat yang belum mengenal apa itu
pendidikan nonformal dan meremehkan proses pendidikan di dalamnya.akibat
tidak adanya warga belajar dari lembaga pendidikan nonformal tersebut bahkan
dari informasi yang akurat justru peserta didik pada lembaga –lembaga
pendidikan nonformal tersebut berasal dari luar kota dan luar provinsi lembaga
pendidikan tersebut sehingga bagaimana dengan proses pembelajarannya , hal
tersebut yang selalu menjadi pertanyaan masyarakat yang juga dapat menjadi isu
buruk terhadap keberadaan lembaga pendidikan nonformal ditengah
masyarakat

Sedikit masyarakat yang mengenal istilah ‘Kejar Paket’ dan pandangannya


mengenai program tersebut tidaklah baik. Mereka berpikir bahwa Kejar Paket
hanya ditempuh oleh anak-anak yang putus sekolah ataupun ekonominya
terbatas saja bahkan keraguan tersebut diakibatkan dengan proses untuk
memiliki ijazah yang sangat terselubung

Padahal salah satu peran pendidikan nonformal adalah sebagai pengganti


pendidikan formal, sehingga Kejar Paket bisa ditempuh oleh siapapun yang
membutuhkannya, tanpa dibatasi oleh kondisi ekonomi, status sosial, ataupun
usia.

Hal ini berkenaan dengan salah satu asas pendidikan nonformal yaitu pendidikan
sepanjang hayat. Asas tersebut menjelaskan bahwa peran pendidikan akan selalu
ada dan memiliki peran besar di dalam diri manusia mulai dari lahir sampai
meninggal dunia. Sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak menempuh
pendidikan.
Dalam setahun terkhir kami banyak mendapatkan pertanyaan dari masyarakat
baik secara langsung maupun melalui chat WhatApps dengan konten dan
rangkaian kata yang nyaris sama. Bunyinya seperti ini “Per tahun 2021, UN
dihapus dan diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.
Dihapuskannya UN maka termasuk PKBM tidak bisa lagi dari kelas 4 apalagi 1 th
sebelum kelas 6 karena penentuan kelulusan ada di kelas 2, 4 dan 6. Mau tidak
mau suka tidak suka, harus masuk PKBM sejak kelas 1 untuk Paket A.” Dari
Pertanyaan dan chat tersebut dapat disimpulkan bahwa selama ini ada praktek
masuk Paket A langsung mulai kelas IV. Benarkah demikian?
Ada beberapa hal yang perlu diluruskan terkait dengan Pertanyaan dan chat di
atas.

Pertama, bahwa sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013


tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan maka pada jenjang pendidikan
dasar ujian nasional dikecualikan untuk SD/MI/SDLB atau bentuk lain sederajat
(pasal 67 ayat 1a). Adapun yang dimaksud bentuk lain sederajat adalah Paket A.
Dengan demikian pernyataan pada kalimat di atas dalam konteks Paket A ujian
nasional dihapus sejak tahun 2021 kurang tepat pernyataannya. Pada
SD/MI/SDLB dan Paket A ujian nasional dihapus sejak lama. Ujian nasional yang
dihapus sejak tahun 2021 adalah untuk SMP/MTs dan SMA/MA serta SMK/MAK.
Walaupun sejatinya ujian nasional dipercepat sejak 2020 karena adanya wabah
pandemi Covid-19.Benarkah demikian ?
Kedua, asesmen kompetensi minimal dan survei karakter tidak menentukan
kelulusan. Bahkan sejak berlakunya peraturan pemerintah sebagaimana
disebutkan di atas kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan tidak lagi
ditentukan oleh hasil ujian nasional. Kelulusan peserta didik ditentukan oleh hasil
penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan. Jadi sepenuhnya hasil dari belajar
dan mengajar , benarkah demikian ?
Ketiga, adanya anggapan yang salah bahwa masuk Paket A di PKBM bisa langsung
kelas IV. Orang tua beranggapan bahwa pembelajaran pada kelas 1 sampai
dengan kelas 3 dilakukan dengan pola sekolah rumah tidak perlu mencatatkan di
PKBM. Kewajiban mencatatkan diri di PKBM bukan karena ujian nasional dihapus.
Tapi karena aturan dan prosedur memang peserta didik harus mulai belajar sejak
kelas 1 di PKBM, walau orang tua melaksanakan sekolah rumah. Peserta didik
harus masuk di PKBM sejak kelas 1 agar sejak awal memiliki dokumen rapor dan
jejak digital terdaftar di DAPODIK. Benarkah demikian juga ?

Keempat , Jika peserta didik masuk kelas IV di PKBM hanya ada dua pintu masuk,
yaitu lulusan pendidikan keaksaraan lanjutan dan pindahan dari sekolah. Di luar
jalur itu tidak ada pintu masuk langsung kelas IV. Sehingga sebenarnya (sejak
dulu) jika peserta didik dimasukkan kelas IV di luar dua pintu masuk itu tidak
tepat.Benarkah Demikian ?
Kelima , Saat ini sangat gampang melihat jejak digital peserta didik apakah
melakukan pembelajaran dari kelas 1 dilakukan secara sah atau tidak. Orang tua
tidak bisa menyatakan diri sudah melakukan pembelajaran sekolah rumah selama
tiga tahun belajar baca tulis hitung tanpa didukung dokumen yang sah. Barangkali
orang tua menyusun laporan hasil belajar, namun laporan hasil belajar yang tidak
diunggah di DAPODIK secara berkala sejak kelas 1 adalah tidak sah. Pihak yang
bisa mengunggah laporan hasil belajar adalah satuan pendidikan yang dalam hal
ini adalah PKBM atau SKB. Jika laporan hasil belajar tidak diunggah di DAPODIK
serta peserta didik tidak tercatat sejak kelas I sampai dengan kelas III, maka tidak
bisa langsung ke kelas IV. Pada ketentuan kelulusan dari satuan pendidikan dasar
dan menengah sebagaimana diatur dalam pasal 72 ayat (1) Peraturan Pemerintah
nomor 32 Tahun 2013 disebutkan bahwa “Peserta didik dinyatakan lulus dari
satuan pendidikan dasar dan menengah setelah (a) menyelesaikan seluruh
program pembelajaran…” Jika peserta didik langsung masuk kelas IV dan tidak
memiliki dokumen rapor kelas 1 sampai dengan kelas 3 tidak bisa disebut sebagai
menyelesaikan seluruh program. Karena penyelesaian seluruh program harus bisa
dibuktikan dengan laporan hasil belajar (buku rapor) yang dikeluarkan satuan
pendidikan yang sah yaitu yang memiliki Nomor Pokok Satuan Pendidikan dan
DAPODIK. Benarkah demikian ?
Pada Pedoman Penilaian Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan halaman 29 terdapat
ketentuan pada angka 7, yaitu “Satuan pendidikan menentukan kriteria kelulusan ujian
pendidikan kesetaraan dan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan melalui rapat tutor
pendidikan kesetaraan.” Berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
dua buah kriteria yatu kelulusan ujian pendidikan kesetaraan (UPK) dan kriteria
kelulusan dari satuan pendidikan. Apa bedanya? Kemudian ada ketentuan bahwa
kriteria dan penetapan kelulusan dilaksanakan melalui rapat tutor pendidikan
kesetaraan.

Kriteria kelulusan UPK ditetapkan oleh satuan pendidikan penyelenggara UPK, yaitu
satuan pendidikan yang terakreditasi. Kriteria kelulusan UPK adalah kriteria ketuntasan
minimal UPK dalam skala 100 dan ditetapkan berdasarkan rapat tutor. Setiap satuan
pendidikan menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) setiap mata pelajaran yang
diujikan. Kriteria kelulusan UPK tersebut dituangkan dalam Pedoman Operasional
Standar (POS) Ujian Pendidikan Kesetaraan penyelenggara UPK. Dengan demikian
yang menetapkan kriteria kelulusan dan menyusun POS UPK adalah satuan
pendidikan penyelenggara UPK (satuan pendidikan terakreditasi).

Contoh kriteria kelulusan UPK adalah sebagai berikut (1) Telah mengikuti seluruh ujian
pendidikan kesetaraan; (2) jumlah mata pelajaran yang nilainya di bawah KKM tidak
boleh lebih dari dua mata pelajaran; dan (3) nilai mata pelajaran Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti serta Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan tidak boleh di
bawah KKM.

Setelah melalui rapat dewan tutor, satuan pendidikan menuangkan hasil kelulusan UPK
ke dalam berita acara. Berita acara tersebut disebut berita acara kelulusan UPK.
Selanjutnya jika satuan pendidikan penyelenggara UPK diinduki oleh satuan pendidikan
lainnya maka wajib mengirimkan berita acara hasil kelulusan UPK.
Berita acara kelulusan UPK dijadikan dasar untuk menetapkan kelulusan dari satuan
pendidikan. Kelulusan dari satuan pendidikan ditetapkan oleh masing-masing satuan
pendidikan di mana peserta didik tercantum dalam DAPODIK. Untuk menetapkan
kelulusan dari satuan pendidikan maka satuan pendidikan menyusun kriteria kelulusan
dari satuan pendidikan. Contoh kriteria kelulusan dari satuan pendidikan dapat
diperiksa pada angka 9 halaman 29 Pedoman Penilaian Pembelajaran Pendidikan
Kesetaraan, yaitu (1) menyelesaikan seluruh program pembelajaran; (2) memperoleh
nilai sikap/perilaku minimal baik; (3) lulus ujian pendidikan kesetaraan.

Berdasarkan kriteria di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam kriteria kelulusan dari
satuan pendidikan ada ketentuan lulus ujian pendidikan kesetaraan. Ketentuan lulus
UPK sudah barang tentu juga memiliki kriteria lulus UPK. Semoga menjadi jelas
kenapa ada dua buah kriteria kelulusan.

Selanjutnya bagaimana dengan ketentuan nilai UPK?

Dalam Pedoman Penilaian Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan halaman 29 terdapat


ketentuan pada angka 10, disebutkan adanya istilah nilai akhir. Nilai ahir dimaksud
adalah nilai gabungan yang dicantumkan pada kolom nilai UPK pada ijazah. Jadi kolom
nilai ijazah pada tahun pelajaran 2020/2021 hanya terdiri dari satu kolom itu merupakan
nilai gabungan, walaupun ditulis nilai UPK namun yang dimaksud adalah nilai akhir
atau nilai gabungan.

Satuan pendidikan menetapkan nilai ujian pendidikan kesetaraan dengan ketentuan


sebagai berikut (a) nilai akhir ujian pendidikan kesetaraan merupakan gabungan dari
nilai rata-rata rapor dan nilai hasil ujian pendidikan kesetaraan; (b) Nilai rata-rata rapor
adalah nilai rata-rata rapor 6 semester atau paket kompetensi terakhir, yaitu Paket A
nilai rapor setara kelas IV sampai dengan VI, Paket B nilai rapor setara kelas VII
sampai dengan kelas IX, dan Paket C nilai rapor setara kelas X sampai dengan kelas
XII; (c) Bobot nilai rata-rata rapor dan nilai ujian pendidikan kesetaraan ditetapkan oleh
satuan pendidikan. Misalnya bobot nilai rata-rata rapor 60% dan nilai ujian pendidikan
kesetaraan 40%; (d) Nilai akhir ujian pendidikan kesetaraan ditetapkan oleh rapat tutor
dan diunggah di DAPODIK.

Anda mungkin juga menyukai