Anda di halaman 1dari 3

Development of a Rapid Immunodiagnostic Test for Pork

Components in Raw Beef and Chicken Meats : a Preliminary


Study

Jurnal : Media Peternakan


Institusi : Institut Pertanian Bogor
Issued on: Agustus 2011, hlm. 83-87
Penulis : S.N. Depamede

Introduction
Metode efektif dalam mendeteksi cemaran babi dalam produk makanan
merupakan hal yang sangat penting, terutama bagi sebagian penganut kepercayaan
yang secara ketat melarang kandungan cemaran babi di dalam berbagai produk yang
hendak digunakan atau dikonsumsi. Di beberapa negara, harga daging babi relatif
lebih murah daripada daging sapi maupun daging ayam. Hal ini dimanfaatkan oleh
para pedagang daging yang ‘nakal’ untuk mencampur produk olahan daging babi
dengan daging sapi maupun ayam. Tentu hal ini menjadi maslah tersendiri. Berbagai
metode deteksi kandungan cemaran babi yang sudah ada selama ini memiliki
berbagi kekurangan, mulai dari diperlukannya orang berkeahlian khusus untuk
mengerjakannya, waktu yang cenderung lama, rumit, hingga harga yang mahal. Oleh
karena itu, pada penelitian ini dikembangkan anti-Swine IgG berafinitas tinggi
sebagai teknik analisis berbasis rapid immunochromatography (IC) yang memiliki
senstivitas tinggi dalam mendeteksi cemaran babi dalam kadar rendah pada berbagai
macam produk.

Materials and Methods


Materials
Disiapkan bahan-bahan meliputi sampel daging (daging sapi, ayam dan babi
digunakna dalam penelitian ini), NaCl, Na2HPO4, NaH2PO4, asam sitrat, brij 35, Emas
klorida, Tris-HCl, Sodium Azida, Sample Pad, Conjugate Release Pad, absorbent pad,
membran nitroselulosa, antibodi swine IgG, dan antibodi Goat antimouse IgG.

Methods
Persiapan
Dilakukan pembuatan larutan koloidal emas dengan cara mencampurkan 5 ml
larutan stok hidrogren tetrakloroaurat trihidrat 1% (w/v) dengan 500 ml air suling
hingga mencapai titik didih. Hasil dari larutan yang dibuat ini kemudian ditambahkan
ke dalam larutan emas kemudian direbus dalam kondisi pengadukan konstan,
setelah itu, tunggu larutan koloidal mendingin, dan kemudian disimpan dalam
temperatur 4℃. Koloid emas ini kemudian akan digunakan sebagai konjugat dari
IgG. Setelah itu, dilakukan pembuatan coloidal probe yang nantinya dari proses ini
akan dihasilkan pellet-pellet emas dan kemudian akan dilarutkan 50mM buffer Tris-
HCl.
Kemudian dilakukan preparasi immunographic test strips. Immunographic test
strips ini merupakan gabungan dari membran nitroselulosa, absorption pad, glass
fiber membrane, dan penetrated sample pad. Ukuran dari strip ini adalah kurang
lebih 6 cm dengan ketebalan 4mm. Strip yang sudah jadi kemudian disimpan dalam
kaset plastik.
Dilakukan penyiapan sampel daging dengan cara ekstraksi menggunakan buffer
fosfat 0,01 M (1:5 w/v). Terlebih dahulu dicacah dan diblender 100 gram daging
mentah (ayam, sapi, dan babi). Diambil masing-masing 10 gram daging dan dicampur
masing-masing daging dengan 50 ml buffer fosfat 0,01 M (1:5 w/v). Kemudian
dilakukan homogenasi dan sentrifugasi ekstrak yang telah diperoleh. Diambil
supernatan yang diperoleh, kemudian dicampur dengan sodium azida, diambil dan
dibagi masing-masing esktrak 1ml, dimasukkan ke dalam tube dan disimpan dalam
temperatur -20℃. Selian itu dilakukan pula pembuatan sampel yang tercemar oleh
daging babi, dengan cara mencampur sedikit bagian sampel ekstrak daging ayam dan
daging sapi, dengan sedikit bagian esktrak daging babi. Dibuat 6 macam seri
konsentrasi dari sampel tercemar, yaitu 1/0; 1/100; 1/1000; 1/5000; dan 1/10000 ;
dan 0/1 (w/w). Sampel ekstrak yang tidak tercemar daging babi digunakan sebagai
kontrol negatif.

Tahap Analisis
Sebanyak 5µL sampel dimasukkan ke dalam masing-masing baris yang ada di
dalam kaset, khususnya di zona 1. Dalam percobaan ini, masing-masing konsentrasi
dimasukkan ke dalam masing-masing sau baris dalam kaset. Kemudian ditambahkan
running buffer dan ditunggu hingga sampel bergerak ke arah zona 2 dan zona 3.
Sampel yang menunjukkan hanya satu garis, yaitu pada zona 3 saja, menandakan
bahwa sampel tersebut tidak mengandung cemaran babi. Sampel yang menunjukkan
satu garis pada zona 2 dan satu garis pada zona 3 menunjukkan bahwa sampel
tersebut mengandung babi. Sedangkan bila tidak menunjukkan satu garis pun, hal ini
menandakan uji tidak valid, dan harus diulang. Dilakukan langkah yang sama baik
pada sampel ekstrak daging ayam yang tercemar babi, maupun ektrak daging sapi
yang tercemar babi. Setiap sampel yang diuji sudah jenuh dengan anti-swine IgG dan
antibodi Goat antimouse.

Results
Berdasar langkah analisis yang telah dilakukan, diperoleh bahwa metode rapid IC
dengan anti-swine IgG ini mampu mendeteksi kandungan cemaran babi dengan jelas
hingga konsentrasi 1/5000 (w/w). Bahkan, deteksi cemaran pada konsentrasi
1/10000 (w/w) pun masih memberikan hasil yang samar-samar antara positif dan
negatif. Hasil ini diperoleh baik pada sampel ekstrak daging ayam yang tercemar
babi, maupun ektrak daging sapi yang tercemar babi. Bila dibandingkan dengan
metode ELISA yang sudah ada, metode ELISA hanya mampu mendeteksi hingga
ketelitian 0,05% (w/w) untuk sampel ekstrak daging ayam tercemar daging babi, dan
0,1% untuk sampel ekstrak daging sapi tercemar daging babi. Sedangkan cemaran
babi yang biasa dilakukan oleh para pedagang daging biasanya hanya mencapai 1/5
atau bahkan 1/10 (w/w). Ini tentu menunjukkan bahwa metode rapid IC dengan anti-
swine IgG lebih baik dan lebih teliti dibanding ELISA.

Conclusion
Metode rapid IC ini mampu digunakan untuk mendeteksi cemaran babi hingga
ketelitian 1/5000 (w/w) dalam sampel. Anti-swine IgG pun dapat digunakan dalam
metode ini.

Anda mungkin juga menyukai