Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sudah lama dilakukan,


Peningkatan mutu pendidikan merupakan peningkatan sumber daya manusia. Namun,
sampai saat ini mutu pendidikan di Indonesia masih sangat rendah di banding dengan
negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam, dengan
demikian kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah. Oleh karena itu,
Indonesia kini menghadapi dua persoalan di dalam SDM, yaitu tantangan dari dalam
dan dari luar negeri. Dari dalam negeri, kondisi ekonomi Indonesia semakin hari
keadaannya semakin memprihatinkan sehingga banyak pengangguran di mana-mana.
Salah satu program untuk mengatasi hal tersebut ialah pendidikan yang berorientasi
pada kewirausahaan.
Melihat kondisi tersebut, maka dunia pendidikan harus mampu berperan aktif
menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi berbagai tantangan
kehidupan baik lokal, regional, nasional maupun internasional. Mereka tidak hanya
cukup menguasai teori-teori saja, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan sosial dan mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini
merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian
anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia
emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan
berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dari uraian diatas maka penulis mencoba menyusun makalah yang berkaitan
dengan pendidikan yang berorientasi pada kewirausahaan dalam hal ini Pendidikan
Anak Usia Dini dengan judul “Kewirausahaan Di Paud (TK)”. Sebagai berikut :

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dan konsep pendidikan kewirausahaan ?


2. Mengapa pendidikan kewirausahaan perlu dikenalkan sejak dini ?
3. Bagaimana menyusun program kewirausahaan untuk anak TK ?

C. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan konsep pendidikan


kewirausahaan.
2. Mahasiswa memahami tentang perlunya pengenalan pendidikan kewirausahaan
sejak usia dini.
3. Mahasiswa mampu menyusun program kewirausahaan untuk anak TK.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN KONSEP PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN

Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk


hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia
bebas merancang, menentukan, mengelola, dan mengendalikan semua usahanya.
Sedangkan kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain.
Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya,
bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam bekerja keras dalam rangka meningkatkan
pendapatan dalam kegiatan usahanya atau kiprahnya. Seseorang yang memiliki jiwa
dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu-ke
waktu, hari demi hari, minggu demi minggu selalu mencari peluang untuk
meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa
berhenti, karena dengan berkreasi dan berinovasi itulah semua peluang dapat
diperolehnya. Bahkan Allah SWT. mencintai orang yang berkarya/berusaha. Hal ini
dijelaskan dalam hadis sebagai berikut :

‫ { إن‬: ‫ قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬: ‫ قال‬، ‫ عن أبيه‬، ‫ عن سامل‬، ‫عن عاصم بن عبد اهلل‬
) ‫( أخرجه البيهقي‬ } ‫ { الشاب احملرتف‬: ‫اهلل حيب املؤمن احملرت } ويف رواية ابن عبدان‬

Dari Ashim bin Ubaidillah, dari Salim, dari bapaknya, dia berkata, Rasulullah
SAW. telah bersabda “sesungguhnya Allah mencintai seorang mukmin yang berkarya/
bekerja keras.” Dan di dalam riwayat Ibnu Abdan, “pemuda yang berkarya/ bekerja
keras.” (H.R. Baihaqy)

Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani


mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi
semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan
penciptaan organisasi usaha. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai
tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru
dan berbeda agar dapat bersaing.

3
Nilai tambah tersebut dapat diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut :
1) Pengembangan teknologi baru (developing new technology),
2) Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge),
3) Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing products
or services),
4) Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih
banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing
more goods and services with fewer resources).

Ada enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu :


1) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis.
2) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha
dan mengembangkan usaha.
3) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif)
dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
4) Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda.
5) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan
usaha.
6) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan.
Sejalan dengan hal tersebut, Meredith memberikan ciri-ciri seseorang yang memiliki
karakter wirausaha, yaitu sebagai orang yang :
a. Percaya diri
b. Berorientasi pada tugas dan hasil
c. Berani mengambil resiko
d. Berjiwa kepemimpinan
e. Berorientasi ke masa depan
f. Keorisinalan

4
Kewirausahaan tidak muncul secara mendadak, akan tetapi melalui proses
pembelajaran. Perlunya pendidikan kewirausahaan bagi setiap orang antara lain sebagai
berikut :
1. Tenaga-tenaga wirausaha mempunyai kemampuan luar biasa. Oleh karena itu,
sudah sewajarnya memberikan kesempatan kepada setiap manusia memiliki
kepribadian wirausaha. Ilmu kewirausahaan dapat dibentuk, dilatih, dididik,
dikembangkan dan ditingkatkan jumlahnya.
2. Seorang yang berjiwa wirausaha, diri sendirinyalah yang menjadikan seorang
manusia yang berkepribadian dan berwatak unggul, memberikan kemampuan
untuk membersihkan sikap mental negatif, serta meningkatkan daya saing dan daya
juang untuk mencapai kemajuan.
3. Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu bekal bagi seseorang dalam menjalani
kehidupan.
4. Kewirausahaan adalah sumber peningkatan mutu kepribadian dan kemampuan
usaha. Usaha penggalian kewirausahaan sangat mutlak diharapkan oleh setiap
orang.
5. Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk aplikasi kepedulian dunia
pendidikan terhadap kemajuan bangsanya. Di dalam pendidikan kewirausahaan
akan diperlihatkan beberapa hal mengenai kewirausahaan, diantaranya adalah nilai
dan bentuk kerja untuk mencapai kesuksesan. Dalam arti yang lebih luas bahwa
pendidikan kewirausahaan adalah pertolongan untuk membelajarkan manusia
Indonesia sehingga mereka memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila.

B. PERLUNYA PENGENALAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN SEJAK USIA


DINI

Karakter seorang anak dibangun melalui apa yang didengarkan, apa yang
dilihat dan apa yang dirasakan. Pendengaran dan penglihatan adalah pintu masuk
pelajaran sebelum masuk menempa hati nuraninya. Melalui seluruh indera yang
manusia miliki inilah, akan muncul pembelajaran yang kuat terkait dengan apa-apa
yang diterima oleh indera. Bila anak terbiasa dengan dunia wirausaha sejak kecil, maka
karakter inilah yang akan muncul kelak ketika anak dewasa.

5
Pembelajaran kewirausahaan (entrepreneurship) lebih mengarah pada
perubahan mental. Mien Uno berpendapat bahwa untuk menjadi wirausahawan handal
dibutuhkan karakter unggul yang meliputi ; pengenalan terhadap diri sendiri, kreatif,
mampu berpikir kritis, mampu memecahkan permasalahan, dapat berkomunikasi,
mampu membawa diri di berbagai lingkungan, menghargai waktu, mampu berbagi
dengan orang lain, mampu mengatasi stres, bisa mengendalikan emosi dan mampu
membuat keputusan.
Berwirausaha bukan hanya dunianya orang dewasa, tetapi juga bisa menjadi
bagian dari dunianya anak-anak. Bedanya, berwirausaha pada anak-anak tidak bisa
dijalankan sendirian, namun membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orang
dewasa, orangtua maupun guru. Anak-anak yang mengenal dunia wirausaha sejak dini,
akan mendapatkan manfaat yang besar untuk bekal masa depan kelak.
Pada tahapan usia dini, anak-anak yang belajar menumbuhkan pembelajaran
wirausaha akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif. Kreativitas yang terlatih sejak
dini, termasuk melalui berbagai kegiatan kewirausahaan menjadi modal utama
produktivitas dan kemandirian anak ketika dewasa nanti. Jiwa wirausaha
(entrepreneurship) harus ditanamkan oleh para orang tua dan sekolah ketika anak-anak
mereka dalam usia dini. Mengingat bahwa kewirausahaan ternyata lebih kepada
menggerakkan perubahan mental. Jadi tak perlu dipertentangkan apakah kemampuan
wirausaha itu berkat adanya bakat atau hasil dari proses pendidikan.
Pembelajaran kewirausahaan pada diri anak tidak serta merta ada, akan tetapi
memerlukan latihan secara bertahap. Bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam aktivitas
keseharian anak. Misalnya, membereskan mainan selesai bermain, rajin sikat gigi
sebelum tidur dan membereskan tempat tidur. Ini merupakan latihan berdisiplin,
bertanggung jawab dan awal pengajaran tentang kepemilikan. Latihan selanjutnya,
mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Latihan yang perlu
diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, tapi juga menabung, sedekah dan mencari
uang.
Hal lain yang juga penting adalah dukungan dari orang tua kepada anak.
Dukungan tidak hanya dapat berupa finansial tapi juga motivasi agar anak mau berpikir
kritis untuk mengeluarkan ide. Bentuk motivasi itu antara lain bisa berwujud ucapan
selamat ketika tanaman yang dipelihara anak dapat tumbuh dan anak dapat memetik
hasilnya atau dorongan semangat untuk pantang menyerah. Pengakuan dan dukungan
dari orang tua akan menentukan perkembangan minat dan percaya diri anak.

6
Sekolah sebagai wadah bagi anak mendapatkan ilmu dan menerapkan ilmunya
untuk mengembangkan pembelajaran kewirausahaan anak, sedangkan orang tua
sebagai motivator bagi anak dalam mewujudkan segala hal tersebut. Sekolah dan orang
tua merupakan kunci sukses dari program kewirausahaan pada anak usia dini.
Penumbuhan pembelajaran kewirausahaan perlu ditumbuhkan sejak dini,
bukan hanya dalam dataran pembentukan kognitif dengan memberitahu anak tentang
definisi kewirausahaan, manfaatnya dan caranya. Tetapi kewirausahaan dapat
diintegrasikan dalam tema pembelajaran melalui kurikulum yang telah ada. Hal ini
dapat dilakukan oleh guru secara kreatif pada saat pemberian materi pembelajaran yang
dilakukan seraya bermain.

Menanamkan jiwa kewirausahaan kepada anak sejak dini, akan membentuk


individu yang memiliki beberapa keterampilan, antara lain :
1. Managerial skill (ketrampilan manajerial),
2. Conceptual skill (merumuskan tujuan),
3. Human skill (keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi),
4. Decision making skill (keterampilan merumuskan masalah dan mengambil
keputusan),
5. Time managerial skill (keterampilan mengatur dan menggunakan waktu).
Jika anak sejak usia dini sudah diajarkan tentang kewirausahaan, anak akan
memiliki keterampilan-keterampilan tersebut. Sehingga hal ini akan membuat anak
menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi kehidupannya di masa depan.
Dalam INPRES No. 1 dan 6 Tahun 2010 terdapat 17 nilai kewirausahaan,
yang juga dijadikan sebagai landasan dasar sekaligus tujuan dalam mengenalkan dan
menanamkan jiwa wirausaha pada anak usia dini, yaitu :
Nilai Deskripsi
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
1. Mandiri
orang lain dalam menyelesaikan tugas
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil berbeda dari produk atau jasa yang telah
2. Kreatif
ada

3. Berani mengambil resiko Kemampuan seseorang untuk menyukai pekerjaan yang

7
menantang, berani dan mampu mengambil resiko kerja
Mengambil inisiatif untuk bertindak, dan bukan
4. Berorientasi pada tindakan menunggu, sebelum sebuah kejadian yang tidak
dikehendaki terjadi
Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka
5. Kepemimpinan terhadap saran dan kritik, mudah bergaul, bekerjasama
dan mengarahkan oranglain
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
6. Kerja keras dalam menyelesaikan tugas dan mengatasi berbagai
hambatan
Perilaku yang didasarkan atas upaya menjadikan dirinya
7. Jujur sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan dan tindakan
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
8 Disiplin
pada berbagai ketentuan dan peraturan
Kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam
9. Inovatif rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang
untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan
Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan mampu
10. Tanggung jawab
melaksanakan tugas dan kewajibannya
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
11. Kerjasama dirinya mampiu menjalin hubungan dengan orang lain
dalam melaksanakan tindakan dan pekerjaan
Sikap dan perilaku seseorang yang tidak mudah
12. Pantang menyerah (ulet) menyerah untuk mencapai suatu tujuan dengan berbagai
alternatif
Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat
13. Komitmen
seseorang, baik terhadap dirinya maupun orang lain
Kemampuan menggunakan fakta atau realita sebagai
14. Realistis landasan berpikir yang rasional dalam setiap
pengambilan keputusan maupun tindakan atau perbuatan
15. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui secara mendalam dan luas dari apa yang

8
dipelajari, dilihat, dan didengar
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
16. Komunikatif
bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain
17. Motivasi kuat untuk sukses Sikap dan tindakan selalu mencari solusi terbaik

C. MENYUSUN PROGRAM KEWIRAUSAHAAN DI TK

Berdasarkan dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak usia pra-
sekolah dasar (PAUD), bahwa sudah ada beberapa aktivitas yang dilakukan untuk
menanamkan sikap entrepreneurship sedari dini, baik yang diajarkan oleh orangtua di
rumah maupun oleh guru di sekolah. Diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penanaman jiwa wirausaha melalui metode bercerita


Menurut psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi, cara yang mudah untuk
dilakukan orangtua adalah dengan cara bercerita. Misalnya saja, orangtua bisa
menceritakan kisah tentang teman yang dulu sejak kecil sudah bisa mencari uang
dengan berbisnis kecil-kecilan. Selain itu, orang tua juga bisa bercerita soal kisah
sukses dan masa kecil para pengusaha ternama. Setelah bercerita, yakinkan pula
pada sang anak, bahwa dirinya juga bisa sukses seperti itu. Sehingga, anak akan
menjadi tertantang untuk mengikuti kisah sukses itu.

2. Pendidikan kewirausahaan diintegrasikan dalam mata pelajaran, muatan


lokal, kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan diri, kultur sekolah atau
aturan-aturan yang dibuat oleh sekolah
Kegiatan berwirausaha dapat dijadikan sebuah event kompetisi bagi peserta
didik, misalkan lomba karya seni, lomba memasak dan mengemas produk sehingga
memiliki nilai jual, lomba kerajinan tangan, dan sebagainya. Kemudian hasil karya
siswa tersebut dipasarkan dan di jual. Selanjutnya masing-masing individu atau
kelompok peserta lomba diberi nilai sesuai indikator penilaian yang telah
ditentukan dan diberi penghargaan atas keberhasilan yang peserta didik peroleh.

3. Mengajak siswa melakukan kegiatan dasar kewirausahaan, misalnya kegiatan


ekonomi di kelas, kebiasaan usaha, yaitu warung kelas

9
Warung kelas dapat dijadikan sebagai dasar penanaman jiwa
kewirausahaan. Sebab pada kegiatan ini, semua hal dari anak didik, untuk anak
didik dan oleh anak didik. Warung kelas ini adalah milik siswa sehingga setiap
anak mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang sama dalam upaya
peningkatan dan kelancaran penjualan jajanan yang ada. Setelah jajanan habis,
maka beberapa orang secara bergantian bertugas untuk belanja makanan dan
jajanan untuk periode jualan ke depan. Pada saat inilah, anak dapat mengetahui
apakah warung kelasnya mendapatkan untung ataukah tidak. Dan, nilai keuntungan
tersebut dapat ditambahkan untuk belanja sekaligus memperbanyak barang
dagangan.
Dengan cara ini, maka tumbuh kesadaran dalam jiwa anak didik bahwa
mereka dapat melakukan kegiatan usaha. Kesadaran ini diyakini dapat memicu
semangat kewirausahaan pada anak-anak. Dalam konteks ini yang paling
dibutuhkan adalah bimbingan guru agar kegiatan ini tidak mengganggu proses
pendidikan anak. Artinya, warung kelas hanya dibuka pada saat sebelum masuk
waktu pembelajaran dan pada saat jam istirahat saja. Di luar kedua jam tersebut,
maka secara tegas guru melarang adanya transaksi jual beli.

4. Membuat kue dan minuman ringan dan menjualnya dalam acara-acara


tertentu
Untuk dapat menanamkan jiwa berwirausaha kepada anak, guru dapat
memberikan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan orangtua dan
anak. Seperti misalnya acara Cooking Classes And Food Bazaar, dimana acara ini
merupakan acara memasak bersama antara anak dan orangtua, dengan dibimbing
oleh guru atau pendidik yang menu makanannya dapat disesuaikan dengan
kesukaan anak-anak. Setelah itu, makanan-makanan yang dibuat tersebut dijual ke
dalam acara Food Bazaar pada hari itu juga, dengan penjual adalah anak-anak itu
sendiri dan orangtua siswa sebagai pembelinya atau dapat juga melibatkan
masyarakat luar di sekitar lingkungan sekolah anak.
5. Membuat craft dan menjualnya dalam acara “Market Day”
Salah satu contoh aplikasi pendidikan terintegrasi mengenai kewirausahaan
adalah kegiatan “Market Day” dengan melibatkan semua siswa dalam proses
produksi, distribusi, dan konsumsi. Kegiatan produksi adalah dengan memberikan
tanggung jawab kepada siswa berdasakan kelas secara bergantian untuk membuat

10
produk yang memiliki nilai jual dan bermanfaat bagi selurus civitas academica
sekolah. Kemudian siswa diminta untuk menjual produknya (distribusi), sedangkan
siswa yang lainnya termasuk para guru bertanggung jawab sebagai konsumen
(pembeli). Kegiatan “Market Day” bisa dilakukan secara mandiri (memproduksi
barang secara individu) atau secara klasikal (memproduksi barang dengan
berkelompok) sesuai minat siswa dan produk yang akan diproduksikan.
Untuk satuan pendidikan TK dan SD kegiatan di atas tidak sepenuhnya
dibebankan kepada siswa. Peran orang tua dan guru juga diperlukan dan harus
disertakan. Para siswa dalam “Market Day” hanya sebatas distributor. Sedangkan
kegiatan produksinya bisa melibatkan orang tua maupun guru. Satu lagi yang perlu
ditambahkan adalah fungsi kontrol ketika kegiatan distribusi berlangsung, disini
dibutuhkan peran guru, karena “Market Day” biasanya dilaksanakan di area
sekolah. Fungsi kontrol bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa berjual beli
yang benar, mengajarkan siswa yang belum bisa bertransaksi dalam bentuk uang
dan barang. Sedangkan yang menjadi konsumennya adalah semua siswa dan guru.
Kegiatan “Market Day” bukan hanya mengajarkan tata cara bertransaksi
bagi siswa. Tetapi banyak nilai moril yang bisa ditanamkan kepada para siswa,
seperti kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, komunikasi
interpersonal, membantu siswa dalam memahami pelajaran yang berkaitan dengan
kegiatan “Market Day”, serta menanamkan nilai-nilai syari’at Islam yang benar
dalam kegiatan jual-beli kepada siswa yang berhubungan erat dengan Pendidikan
Agama Islam.

6. Kegiatan “Family Day”


Dalam membuat program “Family Day”, dimana ayah dan bunda terlibat
dalam kegiatan sekolah diantaranya menampilkan pentas, hasil karya yang di buat
anak serta berbagai makanan yang telah anak coba pada program masak-memasak.
Dalam program ini, diharapkan orang tua bertanya tentang proses pembuatannya
sehingga titik berat kegiatan ini adalah bagaimana anak bisa menjelaskan pada
orang dewasa karya yang telah mereka buat, dan juga mengajarkan pembelajaran
kewirausahaan bahwa apa yang telah mereka buat dapat mengahasilkan karya dan
uang. Dalam program “Family Day” ini juga, orang tua diminta untuk dapat ikut
berpartisipasi dalam kegiatan kewirausahaan yang anak lakukan, yaitu dengan

11
membeli hasil karya anak, dan seluruh hasil penjualannya ditabung sebagai kas
kelas.
Pada saat “Family Day” yang mengundang adalah anak, bukan pihak
sekolah, anak-anak membuat surat undangan dan ditandatangani kesanggupan
orang tua untuk hadir. Pada saat acara ini juga orang tua turut serta membantu
melancarkan program sekolah dalam kemampuan berkomunikasi dengan anak dan
memaparkan kepada orang dewasa mengenai proses pembuatan suatu karya. Pada
saat orang tua membeli beberapa makanan yang di jual oleh anak-anak, terjadilah
transaksi secara ekonomi. Setelah semua dagangan habis terjual, setiap kelompok
menghitung hasil usahanya, uang hasil tersebut disimpan dalam kas kelas dan
dapat digunakan dalam kegiatan bersama nantinya.

7. Anak-anak bisa diajak berkarya wisata atau mengunjungi tempat


perbelanjaan
Terlebih dahulu anak-anak dibekali oleh orangtua, antara lain uang
secukupnya dan catatan apa yang akan dibeli oleh anak. Peran orangtua dalam
kegiatan ini tidak lebih sebagai pengawas dan motivator, urusan membeli kita
serahkan pada anak-anak. Sebab dengan belanja sendiri anak-anak nantinya
mengerti arti dari belanja dan membelanjakan. Mereka akan belajar menghitung,
membayar, dan menerima kembaliannya. Selain itu, dalam kegiatan ini anak dapat
juga dilatih tentang kebutuhan-kebutuhan apa saja yang harus diutamakan untuk
dibeli dan kebutuhan apa saja yang dapat ditunda pembeliannya. Sehingga secara
tidak langsung, anak akan dapat mengerti tentang makna akan kebutuhan primer
dan sekunder.

8. Mengajak anak berkunjung ke produsen pembuatan kue pada saat libur


sekolah
Saat ini mulai banyak produsen kue bermunculan membuat progam trip di
dapur produksi mereka yang dikhususkan untuk anak-anak, seperti yang sering
dilakukan Pizza Hut. Anak-anak diajak ke dapur produksi, sehingga anak-anak
akan mengetahui proses pembuatan kue, mulai dari pengolahan kue sampai
pengemasan kue. Mereka akan mengetahui langsung proses pembuatan kue
tersebut. Hal ini merupakan pengalaman baru bagi mereka, sehingga anak akan
tertarik dan terkesan. Rasa tertarik dan terkesan ini akan terbawa ke alam bawah

12
sadar anak, sehingga kelak anak akan merasa tidak asing lagi dengan proses
produksi, dan bahkan dapat menumbuhkan minat dan motivasi anak dalam
membuka suatu lapangan kerja atau bentuk usaha baru pada saat anak dewasa
nanti. Kunjungan seperti ini diharapkan akan menumbuhkembangkan jiwa
kewirausahaan kepada anak-anak.

9. Memancing (stimulasi) anak untuk berfikir kreatif dan berani mengambil


resiko
Misalnya, orangtua mengajak anak berjalan-jalan, ke toko atau pedagang
stiker. Orang tua bisa menanyakan kepada anak, apakah anak tertarik untuk
membeli stiker, kemudian dijual lagi di sekolahnya, dengan harga yang lebih
tinggi. Beri pengertian juga kepada anak, jika dapat menjualnya, maka
keuntungannya bisa ditabung sebagai simpanan dana bagi kebutuhan pribadi anak
nantinya. Sampaikan tawaran itu dengan penuh keakraban. Namun, satu hal yang
perlu dicatat, dalam kegiatan ini orangtua tidak boleh membebani anak.

10. Berwirausaha dengan bermodalkan jasa pada orang lain yang membutuhkan
Menawarkan suatu jasa pun bisa menghasilkan uang. Misalnya ; jasa
menyapu halaman rumah, mencuci sepeda, menjaga adik, merawat binatang
kesayangan milik tetangga, membungkus kado dan lain sebagainya. Dalam hal ini,
anak tidak hanya belajar tentang bagaimana berwirausaha yang dapat
menghasilkan uang hanya dengan bermodalkan jasa saja, akan tetapi anak juga
dapat belajar mengenai kejujuran, tanggung jawab, saling menghargai, dan tolong-
menolong. Sehingga anak akan mendapatkan nilai lebih dari apa yang telah
dilakukannya.

11. Membantu usaha orangtua saat liburan atau akhir pekan


Menanamkan jiwa kewirausahaan pada diri anak tidak hanya dilakukan di
lingkungan sekolah saja, akan tetapi dapat pula dilakukan di rumah dengan bantuan
dan dukungan dari orangtua. Terutama jika orangtua memiliki usaha sendiri.
Dalam hal ini misalnya, orangtua dapat meminta anak untuk dapat melayani
pembeli dengan baik dan ramah, memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat
membantu dalam mengurusi administrasi usaha tersebut, atau dapat pula
memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat mengurusi bagian pengemasan

13
atau penataan setting usaha. Sehingga melalui kegiatan ini, anak dapat belajar
tentang bagaimana cara berwirausaha yang baik, agar usaha yang diciptakannya
dapat berkembang dengan pesat tentunya dengan penataan administrasi dan setting
usaha yang menarik bagi konsumen. Kegiatan ini juga dapat melatih dan
mengembangkan kejujuran, ketekunan, dan kedisplinan pada diri anak dalam
menjalankan suatu usaha maupun dalam kehidupan bermasyarakatanantinya.
12. Membuat buku cerita bergambar atau buku catatan kecil dan menjualnya
kepada teman-teman bermain atau teman-teman sekolah
Menanamkan jiwa berwirausaha pada anak dapat pula dilakukan dari hal
yang paling kecil dan sedrhana yang dekat dengan kehidupan anak. Dengan
mengandalkan hobi, kreativitas, imajinasi dan ketekunan anak, anak dapat
membuat suatu buku bergambar atau buku catatan kecil dengan bahan-bahan yang
sederhana, yang kemudian dijual kepada teman-teman bermainnya. Kegiatan ini
tentunya memerlukan dukungan dan bimbingan dari orangtua, agar anak dapat
lebih terarah dalam menciptakan suatu hal yang dapat bermanfaat bagi oranglain
dan menguntungkan bagi dirinya sendiri. Uang hasil berjualan buku cergam atau
buku catatan kecil ini kemudian ditabung untuk membeli kebutuhan pribadi anak
sendiri nantinya.

BAB III
PENUTUP

14
A. KESIMPULAN

 Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup
mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia
bebas merancang, menentukan, mengelola, dan mengendalikan semua usahanya.
Sedangkan kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan
orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif
atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam bekerja keras dalam
rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya atau kiprahnya.

 Ada enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu :


1) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan
hasil bisnis.
2) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah
usaha dan mengembangkan usaha.
3) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai
lebih.
4) Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda.
5) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan usaha.
6) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda
untuk memenangkan persaingan.

 Menanamkan jiwa kewirausahaan kepada anak sejak dini, akan membentuk


individu yang memiliki beberapa keterampilan, antara lain :
1) Managerial skill (ketrampilan manajerial),
2) Conceptual skill (merumuskan tujuan),

15
3) Human skill (keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan
berelasi),
4) Decision making skill (keterampilan merumuskan masalah dan mengambil
keputusan),
5) Time managerial skill (keterampilan mengatur dan menggunakan waktu).

 Macam-macam program kegiatan kewirausahaan di TK


1. Penanaman jiwa wirausaha melalui metode bercerita
2. Pendidikan kewirausahaan diintegrasikan dalam mata pelajaran, muatan
lokal, kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan diri, kultur sekolah atau
aturan-aturan yang dibuat oleh sekolah
3. Mengajak siswa melakukan kegiatan dasar kewirausahaan, misalnya kegiatan
ekonomi di kelas, kebiasaan usaha, yaitu warung kelas
4. Membuat kue dan minuman ringan dan menjualnya dalam acara-acara
tertentu
5. Membuat craft dan menjualnya dalam acara “Market Day”
6. Kegiatan “Family Day”
7. Anak-anak bisa diajak berkarya wisata atau mengunjungi tempat
perbelanjaan
8. Mengajak anak berkunjung ke produsen pembuatan kue pada saat libur
sekolah
9. Memancing (stimulasi) anak untuk berfikir kreatif dan berani mengambil
resiko
10. Berwirausaha dengan bermodalkan jasa pada orang lain yang membutuhkan
11. Membantu usaha orangtua saat liburan atau akhir pekan
12. Membuat buku cerita bergambar atau buku catatan kecil dan menjualnya
kepada teman-teman bermain atau teman-teman sekolah

B. SARAN

Masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini. Olehnya itu
sebagai saran dari penulis sebaiknya pembaca menambah referensi setelah membaca
makala ini untuk melengkapi kekurangan dari makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

17
Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: 2005.

Patmonodewo, Soemiarti. (2003) Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Siti Aisyah dkk. (2007) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Muhammad bin Allan, Dalilul Falihin Juz 2 (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 1995

Kasmir, Kewirausahaan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2009.

http://zulfahsmile.blogspot.co.id/2016/01/tujuan-program-kewirausahaan-untuk-anak.html

https://armainirahman1977.wordpress.com/2015/03/12/pembelajaran-penumbuhan-jiwa-
kewirausahaan-pada-anak-usia-dini-apakah-dibutuhkan/

18

Anda mungkin juga menyukai