Karya Tulis Ilmiah Sosiologi
Karya Tulis Ilmiah Sosiologi
-SOSIOLOGI-
Hubungan Jaringan Kepranataan Sosial dengan Penguatan
Ketahanan Sosial Masyarakat
OLEH :
1. Khairil Arifin
Nosis : 871
2. Nike Wahyuni
Nosis : 876
GURU PEMBIMBING :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya kami dapat menyelesaiakan karya ilmiah yang berjudul “Hubungan Jaringan
Kepranataan Sosial dengan Penguatan Ketahanan Sosial Masyarakat”. Meskipun banyak
hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil
menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada guru pembimbing yang telah
membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman kelas XII IPS yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil karya
ilmiah ini. Karena itu kami berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... 2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................4
BAB V : PENUTUP.................................................................................................. 14
5.1 Kesimpulan......................................................................................................... 14
5.2 Saran.................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
kontrol sosial, pedoman dalam bertingkah laku masyarakat dan pemelihara integrasi
masyarakat.
Pada saat ini diasumsikan bahwa komponen pranata sosial yaitu kelembagaan
sosial lokal dan tokph masyarakat semakin menghadapi masalah kekurang
percayanan masyarakat terhadap kiprahnya dilain pihak nilai-nilai lokal yang
mengatur tata kehidupan juga mengalami perubahan dan kurang mengikut lagi
terhadap sistem ketahanan sosial masyarakat. (Muttaqin : 2005, 2)
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pranata sosial diartikan sebagai sistem
tingkah laku yang bersifat resmi serta adat istiadat dan norma yang mengatur tingkah
laku itu, dan seluruh perlengkapannya, guna memenuhi berbagai komplek kebutuhan
manusia dalam masyarakatnya.
Pranata sosial adalah sistem nilai dan norma yang terwadahi dalam suatu
lembaga yang berfungsi memberikan acuan, pedoman dan sarana integrasi sosial
dalam kehidupan masyarakat. (Muttaqin : 2004, 3)
Secara garis besar jaringan pranata sosial yang ditemukan dilapangan dapat
dikategorikan menjadi tiga besaran pokok, yaitu:
1) Jaringan pranata sosial dengan pola yang sederhana, tidak terstruktur dengan baik,
insidensial, tidak permanen serta kurang mendapat sentuhan dari pihak-pihak luar
terutama pihak pemerintah.
2) Jaringan pranata sosial yang mencerminkan pola yang sudah sistematis,
terstruktur tetapi kurang mendapat dukungan dari masyarakat (tokoh) karena
terlalu dalamnya intervensi pemerintah.
3) Jaringan pranata sosial yang terbbangun atas inisiatif dan prakarsa masyarakat
walaupun terkadang kurang sistematis dan kurang terstruktur namun memiliki
makna yang signifikan terhadap penanganan masalah kesejahteraan sosial di
lingkungannya. (Nugroho, Bambang : 2005, 39)
Paradigma pranata sosial memahami pranata sosial dari dua sudut pandang
pendekatan yaitu; (1) pranata sosial yang dipahami sebagai non materiel seperti
nilai dan norma serta (2) pranata sosial yang dipahami sebagai materiel seperti
6
lembaga (institusi). Namun keduanya dapat dipahami sebagai bentuk materiel
yang utuh dan kompleks (materiel entities). (George Ritzer, 23, 1986)
Pranata sosial sebagai media kontraktual sosial dalam kerangka pemahaman
ini juga salah satunya dapat diarahkan kepada keberfungsiannya pada penanganan
untuk mengatasi permasalahan sosial (kesejahteraan sosial) dalam kehidupan
masyarakat. Keberfungsian pranata sosial juga diarahkan kepada berbagai upaya
dalam usaha kesejahteraan sosial. (Syawie, M : 2005, 41)
Usaha kesejahteraan sosial mengacu kepada program, pelayanan dan berbagai
kegiatan yang secara konkrit (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun
masalah sosial yang dohadapi oleh anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan
sosial dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok ataupun komunitas.
Usaha kesejahteraan sosial merupakan upaya yang konkrit baik yang bersifat
langsung (direct services) maupun tidak langsung (indirect services), sehingga pa
yang dilakukan dapat dirasakan sebagi upaya yang benar-benar untuk menangani
masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi warga masyarakat. (Isbandi R, 1994).
7
1) Kesesuaian jenis pelayanan sosial dasar, dengan parameter dalam suatu
masyarakat tersedia jenis-jenis pelayanan sosial dasar (pendidikan,
kesehatan, sarana ekonomi, sarana agama, pelayan kesejahteraan sosial)
yang sesuai dengan kebutuhan dasar kelompok rentan, miskin dan
penyandang masalah sosial.
2) Kemampuan jangkauan pelayanan sosial dasar, dengan parameter pelayan
sosial dasar dapat diakses dengan mudah, dekat dengan lingkungan sosial
warga dan cukup tersedia sesuai dengan kebutuhan kelompok rentan, miskin
dan penyandang masalah sosial.
3) Keberlangsungan pelayanan sosial dasar, dengan parameter
kapasitas/kemampuan pelayan sosial dasar meningkat dan terus menerus
tersedia seiring dengan peningkatan kebutuhan dasar kelompok rentan,
miskin dan penyandangan masalah sosial. Kesesuaian, kecukupan dan
keberlangsungan pelayanan sosial dasar bagi kelompok rentan, miskin dan
penyandang masalah sosial lainnya menunjukkan adanya mekanisme
perlindungan sosial dalam masyarakat dan merefleksikan ketahana sosial
masyarakat.
b. Partisipasi masyarakat dalam organisasi sosial
Kriteria yang daoat diidentifikasi yaitu keikutsertaan warga masyarakat dalam
organiasi sosial lokal dan berbasis institusi trasisi, dengan parameter terpelihara
peran dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Semakin aktif warga
masyarakat dalam organisasi sosial lokal, maka semakin meningkat relasi sosial
antar warga, mendorong kerukunan sosial dan terpenuhi kebutuhannya dalam
situasi sulit. Hal ini merefleksikan ketahanan sosial masyarakat.
c. Pengendalian terhadap konflik sosial
Kriteria pentinga yang dapat diidentifikasi yaitu peran aktif tokoh masyarakat
dan warga masyarakat dalam mencegah, menanggapi dan mengatasi konflik
sosial antar warga masyarakat. Parameter yang dapat diidentifikasi, yaitu
semakin cepat respon dalam menghadapi situasi konflik sosial, semakin dapat
dicegah meluasnya masalah atau dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Hal ini
merefleksikan tingkat ketahanan sosial masyarakat.
d. Kearifan dalam memelihara sumber daya alam dan sosial
8
Sumber daya alam yang tersedia di sekitar manusia merupakan satu kesatuan
dengan kehidupan manusia. Terpeliharanya kearifan lokal dalam memelihara
sumber daya alam dan sosial merefleksikan ketahanan sosial masyarakat.
(Puspasari, Anna : 2005, 5 – 6)
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis ddokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik.
10
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Identifikasi Jaringan
a. Konstruksi Jaringan
Terkait dengan konstruksi jaringan Ronarld Burt (1982) dalam teori
jaringannya mencoba mndeskripsikan jaringan dari perspektif aktor
sebagai berikut :
1) Jaringan yang bersifat “atomistis” yaitu jaringan yang dibentuk
atau terbangun karena semata-mata adanya kehendak aktor, dengan
suatu pengertian aktor memiliki kemampuan yang otonom didalam
menentukan mekanisme jaringan.
2) Jaringan yang bersifat “normatif” adalah jarinagn yang terbentuk
karena adanya saling ketergantungan antar aktor, dengan perkataan
lain terbangunnya jaringan karena terjadinya sosialisasi diri antar
aktor.
3) Jaringan yang bersifat “strukturalis” yaitu jarinagn yang terbentuk
oleh adanya struktur sosial yang mempersatukan para aktor dalam
kesamaan sosial dalam kepentingan bersama.
b. Efektifitas Jaringan
Secara umum jaringan sangat efektif jika jaringan dapat
dikembangkan pada pola yang kondusif bagi upaya untuk meningkatkan
kebersamaan, persatuan dan penanganan masalah yang dihadapi warga.
11
Oleh karena itu, peran pemerintah dipandang masih diperlukan, paling
tidak dalam memberikan motivasi dan fasilitas bagi terbnagunnya jaringan
yang lebih menguntungkan baik pada keberadaan lembaga itu sendiri
maupun masyarakat secara umum.
Jaringan sangat berkepentingan dengan upaya pembesaran modal
sosial. Pada sati sisi, dengan kesadaran dan keterbatasan yang dimiliki
oleh masing pranata sosial, kultur jaringan mendorong upaya untuk
menyatukan keterbatasan-keterbatasan kedalam suatu ikatan kohesifitas
yang kuat untuk terciptanya solidaritas internal yang tangguh. Dengan
ikatan tersebut, keterbatasan-keterbatasan dimaksud berubah menjadi
sebuah kekuatan berupa jaringan.
Efektifitas jaringan memang tidak hanya tergantung dari peran
pemerintah semata, tetapi yang paling penting adalah kesadaran kolektif
masyarakat terhadap pemahaman dan sikap yang mendukung terhadap
pentingnya jaringan tersebut didalam membantu memperkuat peran-peran
kepranataan secara kolektif terkoordinasi dalam keidupan sosial
masyarakat.
c. Elemen dan Pola Jaringan
Terbangun dan efektif sebuah jaringan ditentukan oleh banyak hal yang
saling terkait diantaranya adalah elemen jaringan. Pertama, kesadaran
kolektif masyarakat akan pentingnya jaringan pranata sosial dalam
kehidupan sosial masyarakat. Kedua, peran aktor atau tokoh (masyarakat,
adat ataupun agama) sebagai representasi pranata sosial yang terdapat
dalam suatu komunitas. Ketiga, kesamaan pandangan masyarakat atau
tokoh terhadap permasalahan kehidupan masyarakat termasuk pada
permasalahaan kesejahteraan sosial dalam lingkup kehidupannya.
2. Keterkaitan dengan Ketahanan Sosial
Penguatan ketahan sosial masyarakat harus diletakkan pada pemahaman,
sejauh manakah modal sosial dapat memberikan kekuatan sosial bagi
terbangunnya ketahanan sosial masyarakat. Pemahaman yang sederhana tentang
modal sosial (social capital) dapat diartikan dengan mengurai beberapa unsur
yang terdapat didalamnya yaitu (a) kepercayaan (trust), (b) nilai (value), (c)
komitmen dan (d) jaringan (networking).
12
Penguatan jaringan adalahsuatu proses upaya yang sistematis menjadikan
ketahanan sosial suatu komunitas menjadi lebih baik, dinamis, berdaya dan kuat
dalam menghadapi berbagai pemenuhan kebutuhan sosial, tantangan dan
hambatan yang mempengaruhi eksistensi atau keberadaan kehidupan masyarakat.
Antara jaringan, modal sosial dan penguatan ketahanan sosial memiliki
keterkaitan yang saling terkait. Apalagi jika dikaitkan secara langsung dengan
ketahanan sosial masyarakat yang sejak awal mendefinisikan ketahanan sosial
masyarakat sebagai kemampuan dari komunitas dalam mengatasi berbagai resiko
perubahan sosial, ekonomi, politik yang mengelilinginya. Suatu
komunitas/masyarakat dipandang memiliki ketahanan sosial bila : (a) mampu
melindungi secara efektifanggotanya termasuk individu dan keluarga rentan dari
gelombang perubahan yang mempengaruhinya. (b) mampu melakukan investasi
sosial dalam jaringan sosial yang meguntungkan, dan (c) mampu menembangkan
mekanisme yang efektif dalam mengelola konflik dan kekerasan.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pranata sosial yang berfugsi secara baik dalam komunitas menjadi sarana
yang produktif untuk membantu mengatasi permasalahan sosial, sehingga masyarakat
dapat terbebas dari lilitan permasalahan dan kemungkinan daya tahan sosial menguat.
(Puspasari, Ana : 2005, 41)
5.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Mulia. 2004. Dimensi Indikator Ketahanan Sosial Masyarakat. Jakarta: Pusat
Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat.
Santoso, Umi Ratih. 2005. Menuju Masyarakat Berketahanan Sosial. Jakarta: Pusat
Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat.
15