Bab II
Bab II
id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Kondisi kerusakan perkerasan jalan raya dapat dilakukan dengan perhitungan PCI
(Pavement Condition Index). Metode PCI ini memiliki rentang nilai 0 sampai 100
dimana nilai 0 menandakan perkerasan sudah sangat rusak dan nilai 100
menandakan perkerasan masih sangat baik. Sistem perangkingan ini
dikembangkan oleh US Army Corps of Engineer (Shahin 1976-1994).
5
library.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
Metode PCI dalam evaluasi juga bisa menjadi indikator untuk menentukan
prioritas penangan dalam perbaikan jalan seperti yang dilakukan Wijaya (2016).
Penelitian ini dilakukan pada ruas jalan Solo – Yogyakarta Km 43,8 – 44,8 dan
kondisi berdasarkan hasil evaluasi PCI berupa fair pada angka 51. Perhitungan
overlay dilakukan dengan metode Bina Marga dan mendapatkan hasil berupa
perlunya menambah overlay setebal 2,5 cm untuk umur rencana selama 10 tahun
(2015 – 2025)
Boyapati dan Kumar (2015) pada penelitiannya juga mencari nilai PCI pada ruas
jalan Thanjavur – Ayyampetai dan Sathamagalam – Keelapur untuk menenetukan
tingkatan prioritas untuk perbaikan jalan. Nilai PCI yang didapat pada ruas jalan
Thanjavur – Ayyampetai dan Sathamagalam – Keelapur tiap section berkisar dari 45 –
60 yang dikategorikan sebagai “ fair” , kerusakannya terdiri dari 25% retak , 20%
tambalan , dan 15% berlubang. Nilai tersebut digunakan untuk mengurutkan prioritas
library.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
mana yang harus mendapatkan penangan terlebih dahulu. Berdasarkan strategi penangan
dan perbaikan pada metode PCI dianjurkan pada posisi nilai antara 45 - 60 untuk
melakukan penanganan yaitu overlay.
sebagai data sekunder. Pada hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa berdasarkan
hasil analisis didapatkan nilai PCI untuk ruas Gedek-Kesamben sebesar 71,14,
nilai tersebut masuk dalam kategori baik (satisfactory). Untuk ruas jalan Batas
Kabupaten Mojokerto-Ploso adalah 63,79, nilai PCI tersebut menunjukkan ruas
tersebut termasuk dalam klasifikasi sedang (fair). Jenis kerusakan yang dominan
terjadi adalah alligator cracking, rutting, bumps and sags, Corrugation, block
cracking, Patching and utility cut patching, depression, potholes, shoving. Data
IRI yang didapatkan dari Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Timur menunjukkan
nilai IRI untuk ruas Gedek Kesamben adalah 4,13 sedangkan nilai IRI untuk ruas
jalan Batas Kabupaten Mojokerto-Ploso adalah 5,52. Kedua nilai tersebut masuk
dalam kategori baik.
𝑁𝑥𝑠
𝑛 , 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 1
𝑒
𝑁 1 𝑠
4
Disarankan bahwa unit sampel yang akan diperiksa spasi harus sama di seluruh
bagian, dan yang pertama dipilih secara acak. Teknik ini dikenal sebagai
“Sistematis acak" :
1. Interval sampling (i) ditentukan oleh i = N/n, di mana N sama total jumlah unit
sampel yang tersedia dan n sama dengan jumlah minimal sampel unit yang
akan disurvei. Interval sampling (i) dibulatkan ke yang lebih kecil (misalnya,
3,6 dibulatkan ke 3,0).
2. Start acak (s) yaitu dipilih secara acak antara unit sampel 1 dan sampling
Interval (i). Misalnya, jika i = 3, dimulai acak akan menjadi nomor satu dari 1
sampai 3.
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
3. Unit sampel yang akan disurvei diidentifikasi sebagai s, s + i, s + 2i, dll. Jika
awal yang dipilih adalah 3, dan interval sampling 3, maka unit sampel untuk
menjadi disurvei 6,9,12, dll
Tabel 2.2. Tingkat dan Identifikasi Alligator Cracking (Retak Kulit Buaya)
Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan
L Halus, retak rambut/halus memanjang sejajar satu dengan
yang lain, dengan atau tanpa berhubungan satu sama lain.
Retakan tidak mengalami gompal
M Retak kulit buaya ringan terus berkembang ke dalam pola
atau jaringan retakan yang diikuti dengan gompal ringan
H Jaringan dan pola retak berlanjut, sehingga pecahan –
pecahan dapat diketahui dengan mudah, dan dapat terjadi
gompal dipinggir. Beberapa pecahan mengalami rocking
akibat lalu lintas
Sumber : Shahin, 1994
Cara Pengukuran :
Retak kulit buaya diukur dalam meter persegi (m2). Kesulitan utama
dalam mengukur jenis kerusakan ini adalah jika terdapat dua atau tiga tingkat
keparahan ada dalam lokasi. Jika bagian ini dapat mudah dibedakan dari satu
sama lain, mereka harus diukur dan dicatat secara terpisah. Namun, jika tingkat
keparahan berbeda tidak dapat mudah dibagi, seluruh kawasan harus dinilai pada
saat ini tingkat keparahan tertinggi. Jika retak buaya dan alur terjadi di daerah
yang sama, masing-masing dicatat secara terpisah di masing-masing tingkatannya.
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
b. Bleeding (Kegemukan)
Cacat permukaan ini berupa terjadinya konsentrasi aspal pada suatu tempat
tertentu di permukaan jalan. Bentuk fisik dari kerusakan ini dapat dikenali
dengan terlihatnya lapisan tipis aspal (tanpa agregat halus) pada permukaan
perkerasan dan jika pada kondisi temperatur permukaan perkerasan yang tinggi
(terik matahari) atau pada lalu lintas yang berat, akan terlihat jejak bekas
‘bunga ban’ kendaraan yang melewatinya. Hal ini juga akan membahayakan
keselamatan lalu lintas karena jalan akan menjadi licin.
Cara Pengukuran :
Cacat permukaan ini diukur dalam meter persegi (m2).
Tabel 2.4. Tingkat dan Identifikasi Kerusakan Block Cracking (Retak Blok)
Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan
L Blok didefinisikan oleh retak dengan tingkat kerusakan
rendah.
M Blok didefinisikan oleh retak dengan tingkat kerusakan
sedang.
H Blok didefinisikan oleh retak dengan tingkat kerusakan
tinggi.
Sumber : Shahin, 1994
Cara Pengukuran :
Blok cracking diukur dalam meter persegi (m2). Setiap bidang bagian
perkerasan memiliki tingkat keparahan yang jelas berbeda harus diukur dan
dicatat secara terpisah.
Cara Pengukuran :
Benjolan dan turun diukur dalam meter. Jika benjolan muncul dalam pola
tegaklurus dengan arus lalu lintas dan berjarak < 10 ft (3 m), kerusakan disebut
kerut/keriting. Jika benjolan terjadi dalam kombinasi dengan retak,retak juga
dicatat.
e. Corrugation (Keriting)
Kerusakan ini dikenal juga dengan istilah lain, yaitu: Ripples. Bentuk
kerusakan ini berupa gelombang pada lapis permukaan, atau dapat dikatakan
alur yangg terjadi yang arahnya melintang jalan, dan sering disebut juga
dengan Plastic Movement. Kerusakan ini umumnya terjadi pada tempat
berhentinya kendaraan, akibat pengereman kendaraan.
Cara Pengukuran :
Keriting (corrugation) diukur dalam meter persegi (m2). Perbedaan
ketinggian rata-rata antara pegunungan dan lembah lipatan menunjukkan tingkat
keparahan. Untuk menentukan perbedaan ketinggian rata-rata, alat ukur (3m)
harus ditempatkan tegak lurus terhadap lipatannya sehingga kedalaman lembah-
lembah bisa diukur dalam inci (mm). Kedalaman rata-rata dihitung dari
pengukuran tersebut.
library.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
f. Depression (Amblas)
Bentuk kerusakan yang terjadi ini berupa amblas/turunnya permukaan lapisan
permukaan perkerasan pada lokasi-lokasi tertentu (setempat) dengan atau tanpa
retak. Kedalaman kerusakan ini umumnya lebih dari 2 cm dan akan
menampung/meresapkan air.
Cara Pengukuran :
Depresi diukur dalam meter persegi (m2) dari permukaan daerah.
Kedalaman maksimum depresi menentukan tingkat keparahan. kedalaman ini
dapat diukur dengan menempatkan alat ukur (3 m) sejajar di daerah depresi dan
pengukuran.
Tabel 2.8. Tingkat dan Identifikasi Kerusakan Edge Cracking (Cacat Tepi
Perkerasan)
Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan
L Retak sedikit sampai sedang dengan tanpa pecahan atau
butiran lepas
M Retak sedang dengan beberapa pecahan dan butiran lepas
H Banyak pecahan atau butiran lepas disepanjang tepi
perkerasan
Sumber : Shahin, 1994
Cara Pengukuran :
Edge Cracking (Cacat Tepi Perkerasan) diukur dalam meter, Retak tepi
sejajar dan biasanya antara 1 sampai 2 ft (0,3-0,6 m) dari tepi luar perkerasan.
Cara Pengukuran :
Diukur dalam meter panjang (m’), panjang dan tingkat keparahan retak
masing-masing harus diidentifikasi dan dicatat. Jika tidak retak memiliki tingkat
keparahan yang sama sepanjang seluruh panjang, setiap bagian harus dicatat
secara terpisah. Sebagai contoh, retak yang adalah 50 kaki (15 meter) panjang
akan ada 10 kaki (3 meter) tinggi keparahan, 20 kaki (6 meter) keparahan sedang,
dan 20 kaki (6 meter) dari keparahan ringan; ini semua akan dicatat secara
terpisah.
Tabel 2.10. Tingkat dan Identifikasi Kerusakan Lane / Shoulder drop off
(penurunan pada bahu jalan)
Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan
L Beda elevasiantar pinggir perkerasan dan bahu jalan 1 – 2
in. (25 – 51 mm)
M Beda elevasi >2 – 4 in. (51 – 102 mm)
H Beda elevasi > 4 in. (102 mm)
Sumber : Shahin, 1994
library.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
Cara Pengukuran :
Lane / Shoulder drop off (penurunan pada bahu jalan) diukur dalam meter.
Cara Pengukuran :
Memanjang dan retak melintang diukur di dalam meter panjang (m’).
Panjang dan tingkat keparahan masing-masing retak harus diidentifikasi dan
dicatat. Jika retak tidak memiliki tingkat keparahan yang sama sepanjang seluruh
library.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
panjang, setiap bagian retak memiliki tingkat keparahan berbeda harus dicatat
secara terpisah.
k. Patching and Utility Cut Patching (tambalan dan tambalan pada galian
utilitas)
Tambalan dapat dikelompokkan kedalam cacat permukaan, karena pada tingkat
tertentu (jika jumlah/luas tambalan besar) akan mengganggu kenyamanan
berkendaraan. Berdasarkan sifatnya, tambalan dikelompokan menjadi dua,
yaitu tambalan sementara; berbentuk tidak beraturan mengikuti bentuk
kerusakan lubang, dan tambalan permanen, berbentuk segi empat sesuai
rekonstruksi yang dilaksanakan.
Tabel 2.12. Tingkat dan Identifikasi Kerusakan Patching and Utility Cut Patching
Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan
L Tambalan dalam kondisi baik dan memuaskan.
Kenyamanan kendaraan dinilai terganggu sedikit atau lebih
baik.
M Tambalan sedikit rusak. Kenyamanan kendaraan agak
terganggu
H Tambalan sangat rusak. Kenyamanan kendaraan sangat
terganggu
Sumber : Shahin, 1994
Cara Pengukuran :
Patching diukur dalam satuan meter persegi (m2) dari permukaan. Namun,
jika petak satu memiliki wilayah yang berbeda-beda tingkat keparahan, bidang-
bidang ini harus diukur dan dicatat secara terpisah. Sebagai contoh, patch (2,3
meter persegi) 25 kaki persegi mungkin memiliki 10 persegi kaki (1,0 meter
persegi) keparahan menengah dan 15 kaki persegi (1.4-square-meter) dari tingkat
keparahan. Daerah ini akan dicatat secara terpisah.
library.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Cara Pengukuran :
Diukur dalam satuan meter persegi (m2) luas permukaan.
m. Potholes (lobang)
Kerusakan ini berbentuk seperti mangkok yang dapat menampung dan
meresapkan air pada badan jalan. Kerusakan ini terkadang terjadi di dekat
retakan, atau di daerah yang drainasenya kurang baik (sehingga perkerasan
tergenang oleh air).
>1 – 2 in. L M H
(25,4 – 50,8 mm)
>2 in. M M H
(> 50,8 mm)
Sumber : Shahin, 1994
Cara Pengukuran :
Lubang diukur dengan menghitung jumlah yang rendah, menengah, dan
tingkat keparahan tinggi dan mencatatnya secara terpisah.
Cara Pengukuran :
Daerah persimpangan diukur dalam meter persegi luas permukaan. Jika
persimpangan tidak mempengaruhi kualitas berkendara, seharusnya tidak
dihitung. Setiap benjolan besar yang diciptakan oleh lintasan harus dihitung
sebagai bagian dari persimpangan.
library.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
o. Rutting (alur)
Istilah lain yang digunakan untuk menyebutkan jenis kerusakan ini adalah
longitudinal ruts, atau channels/rutting. Bentuk kerusakan ini terjadi pada
lintasan roda sejajar dengan as jalan dan berbentuk alur.
p. Shoving (sungkur)
Kerusakan ini membentuk jembulan pada lapisan aspal. Kerusakan biasanya
terjadi pada lokasi tertentu dimana kendaraan berhenti pada kelandaian yang
curam atau tikungan tajam. Kerusakan umumnya timbul di salah satu sisi jejak
roda. Terjadinya kerusakan ini dapat diikuti atau tanpa diikuti oleh retak.
Cara Pengukuran :
Sungkur diukur dalam meter persegi pada area yang terjadi sungkuran.
library.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
Cara Pengukuran :
Diukur dalam meter persegi pada area yang terjadi retak bulan sabit.
r. Swell (mengembang)
Gerakan keatas lokal dari perkerasan akibat pengembangan (atau pembekuan
air) dari tanah dasar atau dari bagian struktur perkerasan. Perkerasan yang naik
akibat tanah dasar yang mengembang ini dapat menyebabkan retak permukaan
aspal. Pengembangan dapat dikarakteristikan dengan gerakan perkerasan aspal,
dengan panjang > 3mm.
library.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
H
Pengembangan menyebabkan gangguan besar kenyamanan kendaraan
Cara Pengukuran :
Luas permukaan pembengkakan diukur dalam kaki persegi meter persegi
(m2).
Cara Pengukuran :
Pelepasan butir diukur dalam meter persegi atau luas permukaan.
a. Kerapatan (Density)
Kerapatan atau kadar kerusakan adalah persentase luasan dari suatu jenis
kerusakan terhadap luasan suatu unit segmen yang diukur dalam meter persegi
atau meter panjang. Nilai kerapatan jenis kerusakan dibedakan juga
berdasarkan tingkat kerusakannya. Nilai kerpatan dapat ditentukan dengan
persamaan berikut :
atau
keterangan :
m = nilai izin deduct value (DV) per segmen
HDV = nilai deduct value terbesar pada segmen tersebut.
Dengan :
PCI : Nilai PCI perkerasan keseluruhan.
𝑃𝐶𝐼 : Pavement Condition Index untuk tiap unit.
N : Jumlah unit.