Anda di halaman 1dari 106

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN


DENGAN GASTRITIS DI RSUD TAIS
TAHUN 2019

DISUSUN OLEH:

MEILENA
NIM. P05120218107 RPL

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN


DENGAN GASTRITIS DI RSUD TAIS
TAHUN 2019

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Diploma


III Keperawatan pada Prodi DIII Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu

DISUSUN OLEH:

MEILENA
NIM. P05120218107 RPL

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI D III KEPERAWATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Motto

“Hidup itu perjalanan yang harus dijalani dengan ikhlas”

Persembahan
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya Karya Tulis
Ilmiah ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa
syukur dan terima kasih saya kepada :

ALLAH SWT
Allah SWT, Karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka Karya Tulis
Ilmiah ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak
terhingga pada Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan
segala do’a.

Suamiku Tercinta
Untuk suamiku yang sangat kucintai dan ku hormati yang telah
memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti
untuk kesuksesan saya, terimaksih untuk dukungan yang diberikan
selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih saja
takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan yang sudah diberikan,
karena itu terimalah persembahan bukti perjuanganku untuk keluarga
kecil kita.

Anak-Anak
Untuk anak-anakku yang senantiasa memberikan dukungan, semangat,
senyum dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah
memberikan kobaran semangat yang menggebu, terima kasih dan
sayang ku untuk kalian.

ii
Sahabat dan Teman
Terima kasih teman-teman seperjuangan DIII Keperawatan, tanpa
semangat, dukungan dan bantuan kalian semua takkan mungkin aku
sampai disini. Terima kasih untuk canda tawa, tangis dan perjuangan
yang kita lewati bersama dan terima kasih untuk kenangan manis yang
telah mengukir selama ini dengan perjuangan dan kebersamaan.
Terimaksih juga ku ucapkan untuk teman seperjuangan yang berada
diluar kampus dan jurusanku, berkat bantuan dan dukungan dari kalian
aku bisa berada dititik ini.

Pembimbing
Terima kasih pembimbing mam Husni (Ns. Husni, S.Kep,. M.Pd) yang
telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dalam
membimbing saya dan jasa kalian akan selalu ku ingat.

Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata

saya persembahkan karya tulis ini untuk kalian semua, orang-orang

yang saya sayangi dan saya cintai. Dan semoga karya tulis ini dapat

bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa

yang akan datang, Aamiinn………

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuni-Nyalah
maka penulis dapat menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah yang merupakan tugas akhir
dalam menyelesaikan Program DIII Keperawatan di Politeknik Kesehatan
Bengkulu yang berjudul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien
Dengan Gastritis Di RSUD Tais.”

Dalam penyusunan Karya Tulis ini penulis masih banyak mendapat


bimbingan dan bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak, oleh karena itu
perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Darwis, S.Kp, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Bengkulu
2. Bapak Dahrizal, S.Kp, M.PH selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Bengkulu, yang telah memberikan kesempatan untuk menimbahilmu di
jurusan keperawatan.
3. Ibu Ns. Mardiani, S.kep, MM selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
4. Ibu Ns. Husni S.Kep.,M.Pd selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
5. Seluruh dosen dan staf Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
6. Kedua orang tua tercinta yang selalu membimbing, memberi semangat,
dan motivasi dan memberi segalanya kepada saya, menjadi penyemangat
dan alasan saya bisa tetap semangat, sehingga saya dapat menyelesaikan
pendidikan DIII keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
7. Kepada teman-teman saya atas doa dan dukungan yang luar biasa.

iv
Penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari berbagai pihak agar
penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama bagi penulis sendiri dan
mahasiswa-mahasiswi Prodi Keperawatan lainnya.

Bengkulu, Juni, 2019

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
MOTTO…............................................................................................................iv
PERSEMBAHAN.................................................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR BAGAN...............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Batasan Masalah............................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Gaster......................................................................7
B. Konsep teoritis Gastritis
1. Definisi...................................................................................................8
2. Etiologi...................................................................................................9
3. Klasifikasi............................................................................................10
4. Patofisiologi.........................................................................................14
5. WOC....................................................................................................16
6. Manifestasi Klinis................................................................................17
7. Pemeriksaan Penunjang…...................................................................17
8. Penatalaksanaan...................................................................................19
9. Komplikasi….......................................................................................20
vi
C. Konsep Asuhan Keperawatan dengan Gastritis
1. Pengkajian............................................................................................21
2. Diagnosa...............................................................................................25
3. Perencanaan..........................................................................................28
4. Implementasi........................................................................................41
5. Evaluasi................................................................................................41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian................................................................................42
B. Subyek Penelitian.......................................................................................42
C. Batasan Istilah............................................................................................42
D. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................42
E. Prosedur Penelitian.....................................................................................42
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data................................................43
G. Keabsahan Data..........................................................................................43
H. Analisis Data..............................................................................................44
BAB IV STUDI KASUS
A. Pengkajian..................................................................................................45
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................58
C. Perencanaan Keperawatan.........................................................................59
D. Implementasi dan Evaluasi........................................................................63
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian…..............................................................................................75
B. Diagnosa.....................................................................................................76
C. Perencanaan…...........................................................................................77
D. Implementasi…..........................................................................................79
E. Evaluasi…..................................................................................................80
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan…............................................................................................82
B. Saran…......................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

2.1 NIC NOC Gastritis........................................................................................26


4.1 Pemeriksaan Laboratorium Hari Pertama.....................................................54
4.2 Pemeriksaan Laboratorium Hari Kedua........................................................55
4.3 Terapi Obat....................................................................................................55
4.4 Analisa Data..................................................................................................56
4.5 Diagnosa Keperawatan..................................................................................58
4.6 Intervensi Keperawatan.................................................................................59
4.7 Implementasi Keperawatan...........................................................................63

viii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Anatomi Gaster (Lambung)..........................................................................7

4.1 Genogram 3 Generasi....................................................................................47

ix
DAFTAR BAGAN

2.1 WOC Gastritis...............................................................................................16

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi

Lampiran 2 Surat Izin Pra Penelitian

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Telah Selesai Penelitian

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu
pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
belum banyak tertangani, di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus
penyakit tidak menular (PTM) yang banyak disebabkan oleh gaya hidup
karena urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi. Gastritis merupakan salah satu
masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi (Gustin,
2012).
Gastritis adalah proses imflamasi pada mukosa lambung dan submukosa
lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan dimana pada umumnya
didiagnosa berdasarka gejala klinis bukan pemeriksaan yang dilakukan dari
jaringan tubuh (histopatologi) saja, gastritis erosive atau ulserasi lambung atau
duodenum yang telah mencapai sistem pembuluh darah ambung atau
duodenum dapat terjadi secara akut atau kronis, kekambuhan yang berulang
dapat menyebabka terjadi penyakit lambung seperti kanker lambung dan
perdarahan pada lambung (Saefani dkk, 2012).
Gastritis dibedakan menjadi 2 jenis yaitu gastritis akut dan gastritis
kronik. Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang
menyebabkan pengikisan (erosi) dan perdarahan mukosa lambung, setelah
terpapar zat iritan, erosi tidak mengenai lapisan otot lambung. Sedangkan
gastritis kronik, merupakan gastritis yang terkait dengan atropi atau penurunan
masa pada mukosa gastrik sehingga produksi asam lambung menurun dan
menimbulkan ulserasi peptik. Gastritis kronis dapat diklasifikasikan pada tipe
A atau tipe B. Tipe A merupakan gastritis autoimun adanya antibodi terhadap
sel parietal menimbulkan reaksi peradangan yang pada akhirnya dapat
menimbulkan atropi mukosa lambung, pada 95 % pasien dengan anemia
penisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropi kronik memiliki antibodi

1
2

terhadap sel parietal. Biasanya kondisi ini merupakan tendensi terjadinya


kanker lambung pada fundus atau korpus. Tipe B merupakan gastritis yang
terjadi akibat infeksi oleh helicobacter pylori. Terdapat inflamasi yang difuse
pada lapisan mukosa sampai muskularis, sehingga sering menyebabkan
perdarahan dan erosi (Suratun dan lusianah, 2010).
Gastritis merupakan salah satu masalah saluran pencernaan yang paling
sering ditemukan (Diyono & Mulyanti, 2013). Banyak faktor yang
menyebabkan gastritis akut. Seperti beberapa jenis obat, alkohol, bakteri,
virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau intoksikasi dari bahan makanan dan
minuman, garam empedu, iskemia dan trauma langsung. Garam empedu dari
usus kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan
mukosa. Iskemia berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung, trauma langsung lambung berhubungan dengan keseimbangan
antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa,
yang dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung. Gastritis
terjadi karena berbagai sebab. Paling umum akibat peningkatan produksi asam
lambung atau menurunnya daya tahan dinding lambung terhadap pengaruh
luar.
Menurut World Health Organization (WHO), insiden gastritis di dunia
sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya, di Inggris (22%),
China (31%), Jepang (14,5%), Kanada (35%), Perancis (29,5%), Amerika
Serikat, tercatat kematian yang disebabkan gastritis mencapai 8-10 % setiap
tahunnya dengan angka perbandingan 150 per 1000 populasi. Di Asia
Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Gastritis
biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan
awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan seseorang. Persentase dari
angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%, dan angka
kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan
prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk (Kurnia,2011).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan
salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien inap di rumah sakit
3

di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Depkes, 2012).Angka


kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan
prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk.Didapatkan data
bahwa di kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%, Denpasar
46%, sedangkan di Jawa Tengah angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar
79,6% (Riskesdas, 2013).
Nyeri merupakan salah satu manisfestasi klinis yang terjadi pada pasien
gastritis. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri adalah alasan
utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Smeltzer &
Bare, 2002). Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien
yang mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara
(menangis, merintih, menghembuskan nafas), ekspresi wajah (meringis,
menggigit bibir, dll), pergerakan tubuh (gelisah, otot tegang, mondar-mandir,
dll). Interaksi sosial (menghindari perakapan, disorientasi waktu) (Judha,
2012).
Secara garis besar nyeri dibagi menjadi 2 yaitu nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan
dengan cedera spesifik, waktunya kurang dari enam bulan dan biasanya
kurang dari satu bulan. Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang
menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronis berlangsung selama
enam bulan atau lebih (Potter & Perry, 2013). Hal ini berbeda dengan nyeri
yang dialami oleh penderita jantung, nyeri pada penderita jantung sangat khas
yang akan timbul ketika setelah melakukan aktivitas berat dan nyeri yang
dirasakan menjalar sampai ke punggung. Hasil data tersebut menunjukkan
bahwa nyeri merupakan masalah prioritas. Menurut Maslow nyeri harus
segera ditangani karena terhindar dari rasa nyeri merupakan kebutuhan dasar
manusia yang mencakup rasa nyaman (Potter & Perry, 2005).
Pada penderita gastritis sering mengeluhkan rasa sakit ulu hati, rasa
terbakar, mual, dan muntah. Hal ini sering mengganggu aktifitas pasien sehari-
4

hari yang pada akhirnya menyebabkan produktifitas dan kualitas hidup pasien
menurun. Komplikasi gastritis sering terjadi bila penyakit tidak ditangani
secara optimal. Terapi yang tidak optimal menyebabkan gastritis berkembang
menjadi ulkus peptikum yang pada akhirnya mengalami komplikasi
perdarahan, peritonitis, bahkan kematian.
Pengobatan gastritis bertujuan untuk menghilangkan nyeri,
menghilangkan inflamasi dan mencegah terjadinya ulkus lambung dan
komplikasi. Berdasarkan patofisiologinya terapi farmakologi gastritis
ditujukan untuk menekan faktor agresif dan memperkuat faktor defensif. Pada
saat ini pengobatan ditujukan untuk mengurangi asam lambung. Selain itu
pengobatan gastritis juga dilakukan dengan memperkuat mekanisme defensive
mukosa lambung dengan obat-obat sitoproteksi. Banyaknya pilihan obat yang
digunakan untuk mengobati gastritis maka dalam hal ini kajian penggunan
obat bertujuan untuk melihat golongan obat gastritis yang paling banyak
digunakan. Dalam pengobatan gastritis biasanya juga digunakan terapi
tunggal, namun ada beberapa yang menggunakan terapi kombinasi 2 jenis
obat. Biasanya obat yang digunakan dalam terapi kombinasi diberikan
berdasarkan derajat gastritisnya. Banyak penderita yang dapat disembuhkan
dengan pengobatan tersebut, tetapi banyak pula yang sukar disembuhkan
(Irawati, 2012). Hasil observasi yang dilakukan apabila nyeri yang dialami
oleh klien tidak segera diatasi maka akan mengganggu aktivitas lain klien,
seperti kebutuhan tidur dan istirahat.
Masalah keperawatan yang sering terjadi pada pasien dengan gastritis
adalah nyeri akut, hipovolemi, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
dan intoleransi aktivitas. Hal penting dalam menangani gastritis adalah
memberikan terapi spesifik yang berarti bahwa diagnosis spesifik harus
dapat dibuat. Respon terhadap terapi dapat memperkuat diagnosis. Manajemen
nyeri dan diit yang tepat dapat memperbaiki keadaan pada pasien gastritis.
Berdasarkan data register di RSUD Tais di dapatkan bahwa data
penderita gastritis tiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2018
berdasarkan data medical record terdapat jumlah penderita gastritis sebanyak
5

40 kasus dan yang menjalani rawat jalan dan rawat inap sebanyak 25 kasus.
Hal ini terjadi peningkatan dari tahun 2017 dimana terdapat 35 kasus dan yang
menjalani rawat inap hanya 20 orang. Dari studi pendahuluan yang dilakukan
di ruangan Melati melalui wawancara peneliti 2 dari 4 pasien gastritis
mengeluh nyeri ulu hati, mual, muntah, anorexia dan peningkatan asam
lambung. Hasil observasi yang dilakukan apabila nyeri yang dialami oleh
klien tidak segera diatasi maka akan mengganggu aktivitas lain klien, seperti
kebutuhan tidur dan istirahat.
Mengingat begitu bahayanya dan semakin bertambahnya penyakit
gastritis ini setiap tahunnya maka penulis akan membahas mengenai gastritis
dan asuhan keperawatan yang akan diberikan. Diharapkan perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sehingga rumusan masalah
dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada
pasien dengan gastritis”.

B. Batasan Masalah
Batasan masalah yang penulis angkat dalam kasus ini sebatas konsep
baik teoritis maupun asuhan keperawatan pada pasien gastritis di ruang
Melati di RSUD Tais tahun 2019.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien di ruang
Melati di RSUD Tais tahun 2019.

2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian secara tepat pada pasien dengan
gastritis.
b. Mendeskripsikan diagnosa dengan tepat pada pasien dengan
gastritis.
6

c. Mendeskripsikan rencana perawatan untuk pasien dengan


gastritis sesuai dengan diagnosa yang telah ditegakkan.
d. Mendeskripsikan implementasi rencana perawatan yang telah
dibuat.
e. Mendeskripsikan hasil evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman yang berharga bagi peneliti
khususnya dalam meningkatkan wawasan dan pengetahuan melalui
penelitian lapangan.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan/Rumah Sakit
Dapat memberikan informasi tentang penerapan asuhan keperawatan
pada pasien dengan anemia.
3. Bagi Akademik
Dapat mengevaluasi sejauh mana mahasiswa dalam menguasai asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah gastritis dan laporan studi kasus
ini memberikan sumbangan kepada mahasiswa keperawatan sebagai
referensi untuk menambah wawasan dan bahan masukan dalam kegiatan
belajar mengajar yang berkaitan dengan asuhan keperawatan dengan
penyakit gastritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Gaster

Gambar 2.1 Anatomi Gaster (Lambung)


(Sumber : Thibodeau, 2010)

Lambung atau gaster merupakan saluran makanan yang paling dapat


mengembang lebih besar terutama pada epigastrium.
Bagian gaster atau ventrikulum ini terdiri atas :
1. Osteum kardiak adalah bagian akhir esofagus yang masuk ke dalam
lambung.
2. Fundus fentrikuli adalah bagian yang menonjol ke atas terletak disebelah
kiri osteum kardiak biasanya terisi gas.
3. Korpus ventrikuli adalah badan lambung setinggi osteum kardiak lekukan
pada bagian bawah kurvatura minor.
4. Kurvatura minor terletak disebelah kanan lambung dari osteum kardiak
sampai pylorus.
5. Kurvatura mayor terletak disebelah kiri osteum kardiak melalui fundus
ventrikuli menuju kekanana sampai pilorus inferior.

7
8

6. Antrium pilorus adalah bagian lambung berbentuk seperti tabung


mempunyai otot tebal yang membentuk sfingter pylorus.

Fungsi gaster antara lain :


1. Tempat berkumpulnya makanan, menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung.
2. Mempersiapkan makanan untuk dicerna oleh usus dengan semua makan
dicairkan dan dicampurkan dengan asam hidroklorida.
3. Mengubah protein menjadi pepton oleh pepsin.
4. Membekukan susu dan kasein yang dikeluarkan oleh renin.

B. Konsep Teoritis Gastritis


1. Definisi
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak
dijumpai di klinik penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari. Gastritis
adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut (Hirlan, 2009). Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag
berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis
yang berarti inflamasi/peradangan.
Gejala gastritis atau maag antara lain: tidak nyaman sampai nyeri
pada saluran pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu
hati, lambung merasa penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut
keroncongan dan sering kentut serta timbulnya luka pada dinding
lambung. Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Disebut
kronis bila gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus dan
gstritis ini dapat ditangani sejak awal yaitu: mengkonsumsi makanan
lunak dalam porsi kecil, berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan
asam, berhenti merokok serta minuman beralkohol dan jika memang
9

diperlukan dapat minum antasida sekitar setengah jam sebelum makan


atau sewaktu makan (Misnadiarly, 2009).

2. Etiologi
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti beberapa
jenis bakteri, obat, alkohol, stress (Hirlan, 2009). Infeksi bakteri,
sebagian besar populasi didunia terinfeksi oleh bakteri H.Pylori yang
hidup dibagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut atau
akibat makan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
ini. Infeksi H.Pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan.
Infeksi H.Pylori sering diketahui sebagai penyebab utama
terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan
pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah
atrophicgastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil
asam lambung secara perlahan rusak.
Penelitian menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang
rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh racun tidak
dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung
sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi
sebagian besar orang yang terkena infeksi H.Pylori kronis tidak
mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis. Hal ini
mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian orang
rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak (Hirlan, 2009).
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus, obat
analgesik
10

anti inflamasi nonsteroi (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen


dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika
pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer (Hirlan, 2009).
Penggunaan alkohol secara berlebihan dapat mengiritasikan dan
mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung
lebih rentan terhadap asam lambung walapun pada kondisi normal
(Hirlan, 2009).
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta
pendarahan pada lambung (Hirlan, 2009).

3. Klasifikasi
a. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung
yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat
terpapar pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung.
Gastritis akut suatu penyakit yang sering ditemukan dan biasanya
bersifat jinak dan sembuh sempurna (Suratun, 2010). Inflamasi akut
mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang
ringan. Penyebab terberat dari gastritis akut adalah makanan yang
bersifat asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa
menjadi ganggren atau perforasi.
Pembentukan jaringan parut dapat terjadi akibat obstruksi
pylorus (Brunner, 2006). Salah satu bentuk gastritis akut yang
manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah
gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut gastritis hemoragik
karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung
11

dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya


kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai
inflamasi pada mukosa lambung tersebut (Suyono, 2006).
1) Gastritis Akut Erosif
Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan
mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi.
Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di klinik,
sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai
penyulit penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak
diketahui. Perjalanan penyakit ini biasanya ringan, walaupun
demikian kadang-kadang dapat menyebabkan kedaruratan medis,
yakni perdarahan saluran cerna bagian atas. Penderita gastritis
akut erosif yang tidak mengalami pendarahan sering diagnosisnya
tidak tercapai. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan
pemeriksaan khusus yang sering dirasakan tidak sesuai dengan
keluhan penderita yang ringan saja. Diagnosis gastritis akut
erosif, ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung
(Suyono, 2006).
Penderita gastritis erosif yang disebabkan oleh bahan
toksik atau korosif dengan etiologi yang dilakukan pada bahan
kimia dan bahan korosif antara lain HCL, H2SO4, HNO3, Alkali,
NaOH, KOH dan pemeriksaan klinis dapat ditemukan antara lain
mulut, lidah nampak edema, dyspagia dan nyeri epigastrium,
juga ditemukan tanda yaitu mual, muntah, hipersalivasi,
hiperhidrosis dan diare sampai dehidrasi. Penatalaksanaan secara
umum perhatikan tanda-tanda vital, respirasi, turgor dan produksi
urine serta tentukan jenis racun untuk mencari anekdote
(Misnadiarly, 2009).
12

2) Gastritis Akut Hemoragik


Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik.
Pertama diperkirakan karena minum alkohol atau obat lain yang
menimbulkan iritasi pada mukosa gastrik secara berlebihan
(aspirin atau NSAID lainnya). Meskipun pendarahan mungkin
cukup berat, tapi pendarahan pada kebanyakan pasien akan
berhenti sendiri secara spontan dan mortalitas cukup rendah.
Kedua adalah stress gastritis yang dialami pasien di Rumah
Sakit, stress gastritis dialami pasien yang mengalami trauma
berat berkepanjangan, sepsis terus menerus atau penyakit berat
lainnya (Suyono, 2006). Erosi stress merupakan lesi hemoragik
majemuk pada lambung proksimal yang timbul dalam keadaan
stress. Berbeda dengan ulserasi menahun yang biasa pada traktus
gastrointestinalis atas, jarang menembus profunda kedalam
mukosa dan tak disertai dengan infiltrasi sel radang menahun.
Tanpa profilaksis efektif, erosi stress akan berlanjut dan bersatu
dalam 20% kasus untuk membentuk beberapa ulserasi yang
menyebabkan perdarahan gastrointestinalis atas, yang bisa
menyebabkan keparahan dan mengancam nyawa.
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronik merupakan peradangan bagian mukosa lambung
yang menahun. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan ulkus
peptik dan karsinoma lambung tetapi hubungan sebab akibat antara
keduanya belum diketahui. Penyakit gastritis kronik menimpa kepada
orang yang mempunyai penyakit gastritis yang tidak disembuhkan.
Awalnya sudah mempunyai penyakit gastritis dan tidak disembuhkan,
maka penyakit gastritis menjadi kronik dan susah untuk disembuhkan.
Gastritis kronik terjadi infiltrasi sel-sel radang pada lamina propria
dan daerah intra epiteil terutama terdiri dari sel-sel radang kronik,
yaitu limfosit dan sel plasma.
13

Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai


peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung.
Derajat ringan pada gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis,
yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus
yang lebih parah juga mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang
lebih dalam, hal ini biasanya berhubungan dengan atrofi kelenjar
(gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal.
Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari
dua tipe, yaitu: tipe A yang merupakan gastritis autoimun adanya
antibody terhadap sel parietal yang pada akhirnya dapat menimbulkan
atrofi mukosa lambung (penipisan lapisan lambung), 95% pasien
dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropik
kronik. Biasanya kondisi ini merupakan tendensi terjadinya Ca
Lambung pada fundus atau korpus dan tipe B merupakan gastritis
yang terjadi akibat helicobacter pylory terdapat inflamasi yang difusi
pada lapisan mukosa sampai muskularis, sehingga sering
menyebabkan perdarahan dan erosi (Suratun, 2010). Klasifikasi
histologi yang sering digunakan pada gastritis kronik yaitu:
1) Gastritis kronik superficial
Gastritis kronik superfisial suatu inflamasi yang kronis
pada permukaan mukosa lambung.Pada pemeriksaan hispatologis
terlihat gambaran adanya penebalan mukosa sehingga terjadi
perubahan yang timbul yaitu infiltrasi limfosit dan sel plasma
dilamina propia juga ditemukan leukosit nukleir polimorf
dilamina profia. Gastritis kronik superfisialis ini merupakan
permulaan terjadinya gastritis kronik.
Seseorang diketahui menderita gastritis superficial setelah
diketahui melalui PA antara lain: hiperemia, eksudasi, edema,
penebalan mukosa, sel-sel limfosit, eosinofil dan sel plasma.
Pemeriksaan klinis tidak jelas tetapi pasien mengalami mual,
muntah, pain-foof-pain dan nafsu makan berkurang. Pasien
14

gastritis superficial disarankan untuk istirahat total,


mengkonsumsi makanan lunak dan simptomatis (Misnadiarly,
2009).
2) Gastritis kronik atrofik
Gastritik kronik atrofik yaitu sel-sel radang kronik yang
menyebar lebih dalam disertai dengan distorsi dan destruksi sel
kelenjar mukosa lebih nyata. Gastritis atrofik dianggap sebagai
kelanjutan gastritis kronik superfisialis. Seseorang menderita
atropi gastritis setelah menjalani PA dan diketahui, antara lain:
mukosa tipis, muskularis atropi, kelanjar-kelenjar menurun dan
adanya selsel limfosit. Pemeriksaan klinis, penderita mengalami
epigastrik diskomfort, dyspepsia, lambung rasanya penuh, nafsu
makan menurun, mual, muntah, anemia peniciosa, defisiensi Fe
dan pellagra. Pengobatan yang harus dijalani adalah istirahat total,
mengkonsumsi makan lunak dan mengkonsumsi vitamin B12, Fe
dan liver ekstrak (Misnadiarly, 2009).

4. Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat
merusak mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung berperan
penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin.
Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl
akan merusak mukosa. Kehadiran HCl di mukosa lambung menstimulasi
perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan
histamine dari sel mast. Histamine akan menyebabkan peningkatan
pemeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel ke
ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul
perdarahan pada lambung. Lambung dapat melakukan regenerasi mukosa
oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya.
Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan
terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan
15

fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi
sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa
lambung akan menurun atau hilang sehingga cobalamin (vitamin B12)
tidak dapat diserap diusus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan
penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Selain itu
dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan
perdarahan (Suratun, 2010).
16

5. WOC Gastritis

Obat-obatan Stress Alkohol

Korteks

HipotalamusMedula
Gangguan mobilitas Hipertensi /
gastrointestinal vasokontriksi
Sekresi asam lambung
Refluks gaster bikarbonat naik turun Radikal
duodenum Lambung flow bebas
Iritasi menurun
mukosa Mikrosirkulas
Anoreksia Mual Muntah menurun
Nyeri Akut Permeabilitas
naik
Defisit Nutrisi

Hipovolemia Aliran
darah asam
Nausea Mukus
menurun pH
proliferasi intramukal
Prostaglandin Bikromat opitel
impermeabilitas Keasaman
jaringan kritis

Erosi ulserasi/kerusakan jaringan

Hemoragik

Hematemesis / melena

Lemas

(Sumber : Hirlan, 2001)


Intoleransi Aktivitas
17

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga
muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa
pasien tidak menimbulkan gejala yang khas. Menifestasi gastritis akut dan
kronik hampir sama seperti; anoreksia,rasa penuh, nyeri pada epigastrium,
mual dan muntah, sendawa, hematemesis (Suratun, 2010).
Tanda dan gejala gastritis adalah :
a. Gastritis akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada
mukosa lambung.
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang
sering muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa
lambung sehingga terjadi peningkatan asam lambung yang
mengakibatkan mual hingga muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis dan
melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan seperti penurunan konsentrasi hemoglobin, lemas,
pengisian kapiler > 3 detik, nadi teraba lemah, turgor kulit
menurun.
4) Fr nadi meningkat, TD meningkat/menurun, nafsu makan
berubah, sulit tidur, membran mukosa kering, BB turun.
b. Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai
keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia,
nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah
kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak
18

menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat


juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat
perdarahan lambung karena gastritis.
b. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi.
c. Endeskopi dalam saluran cerna
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada
saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar X. Tes
ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam esofagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorakan akan terlebih dahulu
dianestesi sebelum endoskop dimasukan untuk memastikan pasien
merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran
cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit
sampel (biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa kelaboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit.
Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai,
tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang
dari 1 atau 2 jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat
menelan endoskop.
d. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran
cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dirontgen.
19

e. Analisis lambung
Tes ini megetahui sekresi asam dan merupakan tehnik penting
untuk menegakan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung
nasogastrik dimasukan kedalam lambung dan dilakukan aspirasi isi
lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (basal
acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk
menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison (suatu tumor
pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar selanjutnya
akan menyebabkan asiditas nyata).

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Pemberian obat-obat H2 blocking, antasida atau obat-obat ulkus
lambung lainnya (Inayah, 2004). Pada saat ini indikasi yang telah
disetujui secara universal untuk melakukan eradikasi adalah infeksi
kuman H. Pylori yang ada hubungannnya dengan tukak peptik.
Antibiotik yang dianjurkan adalah klaritomisin, amoksisilin,
metronodazole dan tetrasiklin (Hirlan, 2006).
Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa
dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran
gastrointestinal atas. Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesik,
sedatif, antasida dan cairan intravena. Endeskopi fiberoptik mungkin
diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk
mengangkat jaringan perforasi. (Smeltzer dkk, 2001).
b. Penalaksanaan Keperawatan
Penyakit gastritis dapat ditangani sejak awal, yaitu
mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti
mengkonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti merokok dan
minuman berakohol, mengkonsumsi antasida sebelum makan
(Misnadiarly, 2009).
20

Penilaian nyeri menggunakan skala angka atau numeric rating


scale ialah sebuah penilaian nyeri dengan menggunkana skala angka 0
sampai 10. Numeric Rating Scale atau yang lebih sering disingkat
NRS sangat mudah digunakan dan juga sangat efektif dalam
mendeteksi penyebab nyeri akut.

 skala nyeri 1 - 3 (nyeri ringan) nyeri masih dapat ditahan dan


tidak mengganggu pola aktivitas sipenderita.
 skala nyeri 4 - 6 (nyeri sedang) nyeri sedikit kuat sehingga dapat
mengganggu pola aktivitas penderita
 skala nyeri 7 - 10 (nyeri berat) nyeri yang sangat kuat sehingga
memerlukan therapy medis dan tidak dapat melakukan pola
aktivitas mandiri.

9. Komplikasi
a. Komplikasi yang timbul pada gastritis akut :
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan
kedaruratan medis, terkadang perdarahan yang terjadi cukup
banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
2) Ulkus, jika prosesnya hebat .
3) Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
b. Komplikasi yang timbul pada gastritis kronik :
Gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang penyerapan
B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan
penyempitan daerah antrum pylorus.
21

C. Konsep Asuhan Keperawatan dengan Gastritis


Asuhan keperawatan gastritis meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi. Adapun langkah
pertama yaitu pengkajian keperatawan, sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan salah satu komponen dari
proses keperawatan yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat
dalam menggali permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan
data tentang status kesehatan seseorang klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan (Potter dan Perry,
2010).
a. Identitas klien dan keluarga
Meliputi nama, umur, TTL, pekerjaan, agama, pendidikan, alamat,
dsb.
b. Keluhan utama
Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan atas.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu, meliputi : penyakit yang
berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit,
dan riwayat pemakaian obat.
d. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang yang mungkin didapatkan meliputi
nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan, perjalanan
penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul
dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya
untuk mengatasi masalah tersebut.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat gastritis dalam keluarga.
f. Riwayat psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi
masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien
22

menerima keadaannya. Pada pengkajian psikososial akan


didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya pemenuhan
informasi, intervensi keperawatan dan pengobatan.
g. Pengkajian fisik
a) Pemeriksaan fisik umum
i. Keadaan umum
Kelemahan dan tampak kesakitan pada pemeriksaan
fisik terdapat nyeri tekan di kuadran kiri atas.
Untuk pengkajian nyeri itu sendiri dapat dilakukan
dengan menggunakan metode P,Q,R,S,T yaitu :
 Provokes/Pilliates: nyeri akan terasa jika telat
makan atau ada penyebab lain.
 Quality: nyeri seperti diiris, tajam, ditekan,
ditusuk-tusuk, rasa terbakar, kram atau diremas -
remas? (biarkan sipenderita menggunakan kata-
katanya sendiri).
 Radiates: nyeri tidak menyebar, nyeri dikuadran
kiri atas.
 Severity : skala nyeri 0-10 (nyeri ringan-berat)
 Time : nyeri hilang timbul
ii. Tingkat
kesadaran
Compos mentis.
iii. Tanda-tanda vital
TD : TD menurun (N: 90-110/60-70mmHg)
Frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah (N: 60-
100x/menit)
Suhu bisa meningkat/menurun (N:36,5-37,2C)
Pernapasan: meningkat/menurun (16-24 x/m)
b) Sistem penglihatan
Posisi mata simetris kiri dan kanan, kelopak mata tidak ada
ptosis maupun exopthalamus, pergerakan bola mata simetris
23

kiri dan kanan, kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva


ananemis/anemis, sklera anikterik, pupil isokor, reflek cahaya
biasanya tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik dan tidak
ada tanda-tanda peradangan.
c) Sistem pendengaran
Tidak ada lesi dan tidak ada pembengkakan pada daun telinga,
kondisi telinga tengah utuh, tidak ada cairan dari telinga, tidak
ada perasaan penuh ditelinga, tidak ada tinnitus, fungsi
pendengaran baik, tidak ada gangguan keseimbangan dan tidak
ada pemakaian alat bantu pendengaran.
d) Sistem
pernapasan
Inspeksi :
Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada penggunaan
otot bantu pernapasan, tidak ada deviasi pada trakea, bentuk
dada normo chest, tidak ada retraksi dinding dada, frekuensi
pernapasan meningkat > 24 x/m, irama pernapasan tidak
teratur/teratur, ada atau tidak ada batuk, ada atau tidak ada
sputum, tidak ada sianosis.
Palpasi :
Ekspansi dada simetris kiri dan kanan, taktil fremitus semakin
kebawah semakin redup dan simetris kiri dan kanan.
Perkusi :
Paru – paru kanan IC 1-4 sonor, mulai IC 5 dullness
Paru – paru kiri IC 1-2 sonor, mulai IC 3 dullness
Auskultasi :
Bunyi napas vesikuler, area auskultasi lapang paru : kanan IC
1-4 dan kiri IC 1-2
e) Sistem kardiovaskuler
Sirkulasi peripher
Inspeksi :
24

Frekuensi nadi meningkat, irama teratur atau tidak teratur,


kekuatan melemah ataupun kuat, tekanan darah menurun,
tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit teraba
dingin pada ujung jari, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening/ tidak, warna kulit merata dengan warna kulit
lainnya, terdapat edema pada tungkai kaki pasien, CRT
kembali > 3 detik.
Sirkulasi jantung
Inspeksi :
Ictus cordis terlihat
Palpasi :
Ictus cordis teraba halus
Auskultasi :
BJ I bersih tanpa bunyi tambahan, BJ II bersih tanpa
bunyi tambahan, tidak ada BJ III, irama teratur/ tidak
teratur dan tidak ada nyeri dada.
f) Sistem hematologi
Pasien terlihat pucat, bisa ada perdarahan/ tidak ada
perdarahan.
g) Sistem syaraf pusat
Pasien mengeluh sakit kepala, compos mentis sampai, tidak
ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sistem
persyarafan.
h) Sistem pencernaan
Inspeksi :
Perdarahan pada gusi bisa ada atau tidak ada, tidak ada
penggunaan gigi palsu, terdapat stomatitis, terdapat mual dan
muntah, konstipasi dapat terjadi, membran mukosa kering.
Palpasi :
Terdapat nyeri ulu hati dan kuadran kanan atas, tidak ada
pembesaran pada hepar.
25

Perkusi :
Dullness pada hepar, hipertimpani pada lambung.
Auskultasi :
Bising usus hiperaktif > 20 x/m.
i) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bau napas
keton, tidak ada luka ganggren.
j) Sistem urogenital
Tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada keluhan sakit
pinggang, oliguria.
k) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, warna kulit merata dengan warna kulit
lainnya, tidak ada luka pada kulit, tidak ada gatal-gatal, tidak
ada kelainan pigmen.
l) Sistem muskuloskeletal
Tidak ada fraktur, tonus otot menurun, kekuatan otot menurun,
nyeri ekstremitas.

2. Diagnosa
Menurut SDKI (2016) diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan,
yaitu :
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia
dan neoplasma) ditandai dengan;
Data mayor :
- Pasien mengeluh nyeri
- Tampak meringis
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
Data minor :
- Tekanan darah meningkat
26

- Pola napas berubah


- Nafsu makan berubah
2. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme
regulasi, kekurangan intake cairan ditandai dengan;
Data mayor :
- Frekuensi nadi meningkat
- Nadi teraba lemah
- Tekanan darah menurun
- Tekanan nadi menyempit
- Turgor kulit menurun
- Membran mukosa kering
- Volume urin menurun
- Hematokrit meningkat
Data minor :
- Pasien mengeluh haus
- Lemas
- Status mental berubah
- Suhu tubuh meningkat
- Konsentrasi urin meningkat
- BB turun tiba – tiba
3. Nausea b/d distensi lambung, iritasi gastrointestinal, kehamilan
ditandai dengan;
Data mayor :

- Mual

- Sensasi muntah
Data minor :

- Keengganan terhadap makanan

- Rasa asam didalam mulut.


27

4. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan,


ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, peningkatan kebutuhan
metabolisme ditandai dengan;
Data mayor :
- BB menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Data minor :
- Pasien mengeluh cepat kenyang setelah makan
- Pasien mengeluh nyeri/kram abdomen
- Pasien mengeluh nafsu makan menurun
- Bising usus hiperaktif
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Diare
- Rambut rontok berlebihan
5. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan oksigen, kelemahan ditandai dengan;
Data mayor :
- Pasien mengeluh lelah
- Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi
istirahat Data minor :
- Pasien mengeluh sesak saat/setelah aktivitas
- Pasien mengeluh tidak nyaman setelah beraktivitas
- Pasien mengeluh lemah
- Tekanan darah berubah > 20% dari kondisi istirahat
- Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
- Gambaran EKG menunjukkan iskemia
- Sianosis
28

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang
akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang
ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi. Dalam teori ini
perencanaan keperawatan ditulis dengan rencana dan criteria hasil
berdasarkan Nursing Intervensions Classification (NIC) dan Nursing
Outcomes Classification (NOC) (Bulechek et al., 2013 ; Moorhead et
al., 2013).
29

NIC NOC Gastritis


NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
1. Nyeri akut (SDKI) Setelah dilakukan intervensi NIC :
(D.0077) keperawatan selama … x 24 jam Manajemen Nyeri
Diharapkan Aktivitas keperawatan :
Berhubungan dengan : NOC : 1. Gunakan laporan dari 1. Mengidentifikasi karakteristik
□ Agen pencedera Kontrol Nyeri pasien sendiri sebagai nyeri merupakan faktor yang
fisiologis (mis,
□ Dipertahankan dilevel … pilihan pertama untuk penting untuk menentukan terapi
inflamasi, iskemia □ Ditingkatkan kelevel … mengumpulkan informasi yang cocok serta mengevaluasi
dan neoplasma)
1. Tidak pernah pengkajian keefektifan dari terapi
menunjukkan 2. Minta pasien untuk menilai 2. Mengetahui respon pasien
Ditandai dengan :
2. Jarang menunjukkan nyeri atau ketidaknyamanan terhadap nyeri dari observasi
DS :
3. Kadang-kadang pada skala 0-10 ( 0 : tidak yang di dapatkan
□ Pasien mengeluh
menunjukkan nyeri atau
nyeri
4. Sering menunjukkan ketidaknyamanan,
5. Secara konsisten 10 : nyeri hebat)
DO :
menunjukkan 3. Gunakan bagan alir nyeri 3. Dukungan yang cukup dapat
□ Tampak meringis
□ Gelisah untuk memantau menurunkan reaksi nyeri pasien
Dengan Kriteria Hasil : peredaran nyeri oleh
□ Frekuensi nadi
meningkat □ Mengenali kapan nyeri analgesik dan
□ Sulit tidur terjadi (1 / 2 / 3 / 4 / 5) kemungkinan efek
□ Tekanan darah □ Melaporkan nyeri yang sampingnya 4. Menurukan rasa nyeri pasien
meningkat terkontrol (1 / 2 / 3 / 4 / 5) 4. Dalam mengkaji nyeri
□ Pola napas berubah □ Mengenali apa yang pasien gunakan kata kata
□ Nafsu makan terkait dengan gejala
berubah. yang sesuai usia dan
nyeri (1 / 2 / 3 / 4 / 5) tingkat perkembangan 5. Mengetahui perkembangan
pasien
5. Lakukan pengkajian nyeri
30

□ Menggambarkan faktor secara komprehensif nyeri dan tanda-tanda nyeri


penyebab (1 / 2 / 3 / 4 / 5) termasuk lokasi, kualitas sehingga dapat menentukan
□ Menggunakan sumber dan karakteristik intervensi selanjutnya
daya yang tersedia 6. Evaluasi pengalaman nyeri 6. Mengetahui respon nyeri
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) masa lampau
□ Menggunakan tindakan 7. Observasi reaksi nonverbal 7. Mengetahui respon klien
pencegahan dari ketidaknyamanan terhadap nyeri
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) 8. Gunakan teknik 8. Menumbuhkan sikap saling
□ Menggunakan tindakan komunikasi terapeutik percaya
pengurangan nyeri tanpa untuk mengetahui
analgesik (1 / 2 / 3 / 4 / 5) pengalaman nyeri
klien 9. Istirahat/tirah baring dapat
NOC : 9. Instruksikan pasien untuk mengurangi pemakaian oksigen
Tingkat Nyeri menginformasikan kepada jaringan dan menurunkan resiko
□ Dipertahankan dilevel … perawat jika peredaan meningkatnya TIK
□ Ditingkatkan kelevel … nyeri tidak dapat dicapai 10. Mengetahui perubahan status
1. Berat 10. Berikan informasi kesehatan setelah pemberian obat
2. Cukup berat tentang nyeri, seperti
3. Sedang penyebab nyeri, berapa
4. Ringan lama akan berlangsung,
5. Tidak ada dan antisipasi 11. Dibutuhkan untuk
11. Ajarkan penggunaan teknik menghilangkan spasme/nyeri otot
Dengan Kriteria Hasil : norfarmakologik ( misalnya atau untuk menghilangkan an-
□ Tampak meringis umpan balik biologi, sietas dan mening-katkan
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) relaksasi, terapi musik, istirahat.
□ Mondar-mandir distraksi, terapi bermain,
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) terapi aktivitas, kompres
hangat atau dingin, masase
31

□ Kehilangan nafsu makan sebelum atau setelah nyeri )


(1 / 2 / 3 / 4 / 5)
□ Tekanan darah meningkat Manajemen lingkungan :
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) Kenyamanan
□ Pola napas berubah 12. Lingkungan tenang dan 12. Lingkungan yang tenang akan
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) batasi pengunjung menurunkan stimulus nyeri
□ Frekuensi nadi meningkat eksternal dan pembatasan
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) pengunjung akan membantu
□ Sulit tidur meningkatkan kondisi O2
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada di ruangan
13. Kurangi faktor prepitasi 13. Dapat menurukan tingkat nyeri
nyeri klien
14. Ajarkan tentang teknik non 14. Pernapasan dalam meningkatkan
farmakologi dengan cara asupan O2 sehingga akan
relaksasi pernapasan dalam menurunkan nyeri sekunder dari
dan ajarkan teknik iskemia jaringan dan distraksi
distraksi pada saat nyeri (pengalihan pengelihatan) dapat
menurunkan stimulus internal
dengan mekanisme peningkatan
produksi endorfin dan enkefalin
yang dapat memblok reseptor
nyeri untuk tidak dikirimkan ke
korteks serebri, sehingga
menurunkan presepsi nyeri
15. Berikan informasi tentang 15. Klien tidak merasa cemas dan
32

nyeri seperti penyebab takut sebab-sebab nyeri


nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur

Pemberian Analgesik
16. Cek instruksi dokter 16. Sebagai acuan dalam pemberian
tentang jenis obat, dosis dosis obat yang tepat
dan frekuensi
17. Cek riwayat alergi 17. Menghindari adanya kemerahan,
gatal-gatal dan efek lain dari
konsumsi obat yang salah
18. Tentukan pilihan analgesik 18. Mengurangi nyeri yang dirasakan
tergantung tipe dan sehingga dapat menentukan
beratnya nyeri intervensi selanjutnya
19. Kolaborasi pemberian 19. Nitrat berguna untuk kontrol
terapi farmakologis nyeri dengan efek vasodilatasi
antiangina seperti koroner, morfin menurunkan
nitrogliserin, mmorfin dan nyeri hebat, memberikan sedasi
penyekat beta dan mengurangi kerja
miokardium, sedangkan
penyekat beta untuk pengontrol
nyeri melalui hambatan
rangsangan simpatis. Dengan
demikian, denyut jantung akan
33

berkurang. Obat ini menurunkan


kebutuhan pemakaian oksigen,
sehingga meredakan rasa nyeri
20. Monitor vital sign sebelum 20. Mengetahui perubahan status
dan sesudah pemberian kesehatan setelah pemberian
analgesik pertama kali obat
21. Evaluasi efektvitas
analgesik, tanda dan 21. Memberikan informasi untuk
gejala membantu dalam menentukan
pilihan/keefektifan intervensi
22. Dianjurkan diet tinggi serat 22. Efek penggunaan narkotik untuk
dan penggunaan pencahar menghilangkan nyeri sering
ringan seperti duoctyl mengakibatkan konstipasi
sodium sulfosuksinat
(200 mg/hari)
23. Ikuti lima benar obat 23. Menghindari kesalahan dalam
pemberian obat
24. Verifikasi resep obat 24. Memastikan tidak terjadi
sebelum memberikan kesalahan dalam pemberian
obat obat
25. Bantu pasien dalam 25. Memenuhi kebutuhan dengan
minum obat mendukung partisipasi dan
kemandirian pasien
2. Hipovolemia (SDKI) Setelah dilakukan intervensi NIC :
(D.0023) keperawatan selama … x 24 jam Manajemen Cairan
Diharapkan Aktivitas keperawatan :
Berhubungan dengan : NOC : 1. Penuhi kebutuhan 1. Intake cairan yang adekuat akan
□ Kehilangan cairan Hidrasi individual. Anjurkan klien mengurangi resiko dehidrasi
aktif □ Dipertahankan dilevel … untuk minum (dewasa : pasien
34

□ Kegagalan □ Ditingkatkan kelevel … 40- 60 cc/kg/jam)


mekanisme regulasi 1. Berat 2. Awasi tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital merupakan
□ Kekurangan intake 2. Cukup berat indikator kekuatan volume
cairan dan 3. Sedang sirkulasi
evaporasi 4. Ringan 3. Kaji turgor kulit, pengisian 3. Indikator dehidrasi atau
5. Tidak ada kapiler dan membran hipovolemia, keadekuatan
Ditandai dengan : mukosa penggantian cairan
DS : Dengan Kriteria Hasil : 4. Pertahankan tirah baring, 4. Aktivitas/muntah meningkatkan
□ Pasien mengeluh □ Turgor kulit menurun mencegah muntah dan tekanan intra abdominal dan
haus (1 / 2 / 3 / 4 / 5) tegangan pada defekasi dapat mencetuskan perdarahan
□ Pasien merasa □ Membran mukosa kering lanjut.
lemas (1 / 2 / 3 / 4 / 5) 5. Catat intake dan output 5. Mengganti cairan untuk masukan
DO : □ Intake cairan menurun cairan kalori yang berdampak pada
□ Frekuensi nadi (1 / 2 / 3 / 4 / 5) keseimbangan elektrolit
meningkat □ Output urin 6. Pertahankan intake oral 6. Mengurangi terjadinya dehidrasi
□ Nadi teraba lemah (1 / 2 / 3 / 4 / 5) dan tingkatkan sesuai
□ Tekanan darah □ Perfusi jaringan toleransi
menurun (1 / 2 / 3 / 4 / 5) 7. Hindari cairan yang 7. Makanan atau minuman yang
□ Tekanan nadi □ Haus (1 / 2 / 3 / 4 / 5) bersifat asam yang dapat dapat merangsang asam lambung
menyempit □ Warna urin keruh meningkatkan asam dapat mengakibatkan mual dan
□ Turgor kulit (1 / 2 / 3 / 4 / 5) lambung muntah
menurun □ Bola mata cekung dan 8. Berikan terapi IV line 8. Mengganti kehilangan cairan
□ Membran mukosa lunak (1 / 2 / 3 / 4 / 5) sesuai indikasi yang hilang dan memperbaiki
kering □ Penurunan tekanan darah keseimbanngan cairan segera.
□ Volume urin (1 / 2 / 3 / 4 / 5) 9. Kolaborasi pemberian 9. Cimetidine dan ranitidine
menurun □ Nadi cepat dan lemah cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat
□ Hematokrit (1 / 2 / 3 / 4 / 5) sekresi asam lambung
35

meningkat □ Peningkatan hematokrit 10. Kolaborasi dalam 10. Antiemetik dapat mengurangi
□ Status mental (1 / 2 / 3 / 4 / 5) pemberian antiemetik / mual dan muntah
berubah □ Kehilangan BB antimuntah.
□ Suhu tubuh (1 / 2 / 3 / 4 / 5)
meningkat □ Diare (1 / 2 / 3 / 4 / 5)
□ Konsentrasi urin □ Peningkatan suhu tubuh
meningkat (1 / 2 / 3 / 4 / 5)
□ BB turun tiba – tiba
3. Nausea (SDKI) (00134) Setelah dilakukan intervensi NIC
Berhubungan dengan : keperawatan selama 3 x 24 jam Manajemen Mual
□ Distensi lambung diharapkan tidak terjadi mual 1. Lakukan pengkajian 1. Mengidentifikasi keefektifan
□ Iritasi NOC : lengkap rasa mual termasuk intervensi yang diberikan
gastrointestinal Kontrol Mual dan Muntah frekuensi, durasi, tingkat
□ Kehamilan □ Ditingkatkan kelevel 4 mual, dan faktor yang
Ditandai dengan : 1. Tidak pernah menyebabkan pasien mual.
□ Mual ditunjukkan 2. Evaluasi efek mual 2. Mengidentifikasi pengaruh mual
□ Sensasi muntah 2. Jarang ditunjukkan terhadap nafsu makan terhadap kualitas hidup pasien.
□ Keengganan 3. Kadang-kadang pasien, aktivitas sehari-hari,
terhadap makanan ditunjukkan dan pola tidur pasien
□ Rasa asam didalam 4. Sering ditunjukkan 3. Ajnurkan makan sedikit 3. Memenuhi kebutuhan nutrisi
mulut 5. Secara konsisten tapi sering dan dalam pasien dan menegah mual
ditunjukkan keadaan hangat
4. Anjurkan pasien 4. Untuk menghindari terjadinya
Dengan Kriteria Hasil : mengurangi jumlah mual
□ Mengenali onset mual (1 makanan yang bisa
/ 2 / 3 / 4 / 5) menimbulkan mual.
□ Mendeskripsikan faktor- 5. Berikan istirahat dan tidur 5. Untuk menghindari efek mual
36

faktor penyebab (1 / 2 / 3 yang adekuat untuk


/ 4 / 5) mengurangi mual
□ Mengenali pencetus 6. Lakukan akupresure point 6. Membantu mengurangi efek mual
stimulus muntah (1 / 2 / P6 3 jari dibawah dan menegah muntah
3 / 4 / 5) pergelangan tangan pasien.
□ Menghindari bau yang Lakukan selama 2-3 menit
tidak menyenangkan (1 / setiap 2 jam selama
2 / 3 / 4 / 5) kemoterapi.
□ Menggunakan obat 7. Ajarkan teknik relaksasi 7. Untuk mengurangi stress dan
antiemetik seperti yang dan bantu pasien untuk mengalihkan perhatian dari mual,
direkomendasikan (1 / 2 menggunakan teknik sehingga dapat membantu pasien
/ 3 / 4 / 5) tersebut selama waktu untuk makan dan minum
makan
8. Pada saat pasien mual 8. Untuk membantu pasien
mereda, anjurkan pasien mengonsumsi zat gizi yang
untuk makan makanan adekuat dengan makanan
dalam jumlah yang lebih tambahan
besar
9. Observasi asupan cairan 9. Untuk mengkaji konsumsi zat
dan makanan pasien gizi dan perlunya pemberian
10. Anjurkan pasien untuk suplemen
membuat daftar makanan 10. Untuk membantunya memilih
yang paling dapat makanan secara lebih bijaksana
ditoleransi dan yang paling pada saat mual mereda
sedikit dapat ditoleransi
11. Kolaborasi pemberian 11. Menurangi mual dengan aksi
antiemetik : ondansentron 4 sentralnya pada hipotalamus
37

mg IV jika mual

4. Defisit nutrisi (SDKI) Setelah dilakukan intervensi NIC


(D.0019) keperawatan selama … x 24 jam Manajemen Nutrisi
Diharapkan 1. Timbang BB pasien 1. Mengawasi penurunan berat
Berhubungan dengan : NOC : pada interval yang tepat badan atau efektivitas intervensi
□ Ketidakmampuan Status Nutrisi nutrisi
mencerna makanan □ Dipertahankan dilevel … 2. Identifikasi faktor 2. Mengetahui secara akurat
□ Ketidakmampuan □ Ditingkatkan kelevel … pencentus mual dan penyebab dari anoreksia
mengabsorbsi 1. Sangat menyimpang muntah yang mempengaruhi
nutrien dari rentang normal 3. Mengidentifikasi kebutuhan
□ Peningkatan 2. Banyak menyimpang 3. Catat warna, jumlah nutrisi yang diperlukan
kebutuhan dari rentang normal dan frekuensi muntah tubuh
metabolisme 3. Cukup menyimpang 4. Identifikasi faktor yang 4. Membantu mempelancar proses
dari rentang normal mempengaruhi intervensi akan kebutuhan
Ditandai dengan : 4. Sedikit menyimpang kehilangan selera makan nutrisi
DS : dari rentang normal pasien (seperti obat dan
□ Pasien mengeluh 5. Tidak menyimpang masalah emosi )
cepat kenyang dari rentang normal 5. Tentukkan dengan
setelah makan koborasi bersama ahli gizi 5. Membantu membuat rencana
□ Pasien mengeluh Dengan Kriteria Hasil : jika diperlukan, untuk diet kebutuhan status gizi pasien
nyeri/kram □ Mengeluh cepat kenyang menentukan jumlah kalori
abdomen setelah makan dan jenis zat gizi yang
□ Pasien mengeluh (1 / 2 / 3 / 4 / 5) dibutuhkan untuk
nafsu makan □ Nyeri abdomen memenuhi kebutuhan
menurun (1 / 2 / 3 / 4 / 5) nutrisi
DO : □ Nafsu makan menurun 6. Berikan makanan sedikit
tapi sering 6. Makanan sedikit dapat
menurunkan kelemahan dan
38

□ BB menurun (1 / 2 / 3 / 4 / 5) meningkatkan pemasukan juga


minimal 10% □ Rasio BB (1 / 2 / 3 / 4 / 5) mencegah distensi gaster
dibawah rentang □ Asupan gizi 7. Berikan tablet Fe 7. Tablet fe membantu
ideal (1 / 2 / 3 / 4 / 5) jika diperlukan meningkatkan zt besi
□ Bising usus □ Asupan makanan dalam tubuh
hiperaktif (1 / 2 / 3 / 4 / 5) 8. Ubah posisi pasien semi 8. Mencegah terjadinya
□ Membran mukosa □ Asupan cairan atau fowler tinggi untuk aspirasi saat makan
pucat (1 / 2 / 3 / 4 / 5) memudahkan menelan ;
□ Sariawan □ Energi (1 / 2 / 3 / 4 / 5) biarkan pasien pada
□ Serum albumin □ Hidrasi (1 / 2 / 3 / 4 / 5) posisi selama 30 menit
turun □ Bising usus setelah makan untuk
□ Diare (1 / 2 / 3 / 4 / 5) mencegah aspirasi
□ Rambut rontok □ Membran mukosa pucat 9. Ajarkan metode 9. Mempermudah asupan makanan
berlebihan (1 / 2 / 3 / 4 / 5) untuk perencanaan yang dibutuhkan
□ Sariawan (1 / 2 / 3 / 4 / 5) makan 10. Menghemat biaya pemenuhan
□ Serum albumin turun 10. Ajarkan pasien/keluarga nutrisi dan mendapatkan
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) tentang makanan yang nutrisi yang dibutuhkan oleh
□ Diare (1 / 2 / 3 / 4 / 5) bergizi dan tidak mahal tubuh
□ Rambut rontok 11. Berikan informasi yang 11. Informasi yang tepat
berlebihan tepat tentang membantu keluarga untuk
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) kebutuhan nutrisi dan pemenuhan nutrisi pada pasien
bagaimana
memenuhinya 12. Teknik ini mengurangi
12. Instruksikan pasien untuk terjadinya mual dan
emnarik nafas dalam, muntah pada saat makan
perlahan dan menelan
secara sadar ntuk
mengurangi mual dan
muntah
39

13. Diskusikan dengan ahli gizi 13. Memperhitungkan ketepatan gizi


dalam menentukan yang dibutuhkan pasien
kebutuhan protein pasien
yang mengalami
ketidakadekuatan asupan
protein atau kehilangan
protein (misalnya pasien
anoreksia nervosa atau
passien penyakit
glomerular/dialysis)
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi NIC
(SDKI) (D.0056) keperawatan selama … x 24 jam Terapi Aktivitas
Berhubungan dengan : Diharapkan Aktivitas keperawatan :
□ Ketidakseimbangan NOC : 1. Observasi adanya 1. Mengetahui adanya aktivitas
antara suplai dan Toleransi Terhadap Aktifitas pembatasan klien dalam yang memperparah keadaan
kebutuhan oksigen □ Dipertahankan dilevel … melakukan aktivitas
□ Kelemahan □ Ditingkatkan kelevel … 2. Kaji adanya faktor yang 2. Menentukan intervensi
1. Sangat terganggu menyebabkan kelelahan selanjutnya
Ditandai dengan : 2. Banyak terganggu 3. Anjurkan keluarga untuk 3. Istirahat yang cukup dan
DS : 3. Cukup terganggu membantu pasien dalam lingkungan yang tenang
□ Pasien mengeluh 4. Sedikit terganggu tirah baring atau istirahat membantu pasien untuk
lelah 5. Tidak terganggu yang cukup serta memberikan rasa
□ Pasien mengeluh lingkungan yang tenang nyaman
sesak saat/setelah Dengan Kriteria Hasil : 4. Monitor respon fisik,
aktivitas □ Saturasi oksigen ketika emosi, sosial dan spiritual 4. Mengetahui tingkat istirahat
□ Pasien mengeluh beraktivitas 5. Bantu untuk mendapatkan pasien
tidak nyaman (1 / 2 / 3 / 4 / 5) alat bantuan aktivitas 5. Untuk mencegah aktivitas yang
terlalu berat
40

setelah beraktivitas □ Frekuensi nadi ketika seperti kursi roda krek


□ Pasien mengeluh beraktivitas 6. Ajarkan ROM aktif 6. Membantu untuk
lemah (1 / 2 / 3 / 4 / 5) pada pasien mempermudah menggerakkan
DO : □ Tekanan darah sistolik tubuh, meningkatkan
□ Frekuensi jantung ketika beraktivitas kekuatan otot
meningkat > 20% (1 / 2 / 3 / 4 / 5) 7. Monitor pola tidur dan 7. Membantu pasien agar mudah
dari kondisi □ Tekanan darah diastolik lamanya tidur / istirahat melakukan aktivitas harian yang
istirahat ketika beraktivitas pasien terkontrol
□ Tekanan darah (1 / 2 / 3 / 4 / 5) 8. Bantu klien untuk 8. Mengetahui respon pasien akibat
berubah > 20% dari □ Temuan / hasil EKG mengidentifikasi aktivitas latihan fisik yang dilakukan
kondisi istirahat (1 / 2 / 3 / 4 / 5) yang mampu dilakukan pasien
□ Gambaran EKG □ Kemudahan dalam 9. Mempertimbangkan 9. Pertimbangkan kemampuan
menunjukkan melakukan aktivitas kemampuan klien dalam pasien dalam melakukan
aritmia saat/setelah hidup harian berpartisipasi melalui aktivitas
aktivitas (1 / 2 / 3 / 4 / 5) aktivitas spesifik
□ Gambaran EKG 10. Pertimbangkan komitmen 10. Memberi kesempatan pasien
menunjukkan klien untuk meningkatkan untuk menentukan aktivitas apa
iskemia frekuensi dan jarak yang ingin ia lakukan
□ Sianosis aktivitas
11. Bantu klien untuk 11. Memberi kesempatan bagi klien
mengeksplorasi tujuan untuk menentukan aktivitas apa
personal dari aktivitas- yang ingin dilakukan
aktivitas yang bisa
dilakukan (misalnya :
bekerja) dan aktivitas yang
disukai
41

4. Implementasi
Implementasi adalah fase tindakan pada proses keperawatan.
Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, aktivitas
mandiri yang merupakan aktivitas saat perawat menentukan
keputusannya sendiri, serta aktivitas kolaboratif yang merupakan
aktivitas-aktivitas yang telah diprogramkan oleh dokter serta
dilaksanakan oleh perawat, contohnya pemberian obat (Potter dan
Perry, 2010).
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena
kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi
keperawatan harus diakhiri dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2011).
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai
berdasarkan tujuan yang telah dibuat dalam perencanaan keperawatan
(Potter dan Perry, 2010). Evaluasi yang digunakan berbentuk S
(Subjektif), O (Objektif), A (Analisis), P (Perencanaan terhadap
analisis).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus
untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien dengan gastritis di
ruang Melati RSUD Tais. Proses keperawatan melalui pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien
dengan gastritis di ruang Melati RSUD Tais. Adapun subyek penelitian yang
akan di teliti berjumlah satu orang dengan masalah kesehatan gastritis.

C. Batasan Istilah
1) Asuhan keperawatan adalah satu proses keperawatan yang dilakukan di
Rumah sakit dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien yang tepatnya
terdiri dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2) Pasien adalah orang yang menerima asuhan keperawatan yang dipenuhi
kebutuhannya dengan tahap asuhan keperawatan.
3) Gastritis adalah kondisi sakit / keadaan yang dialami pasien atas diagnosa
dokter.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini adalah di ruang Melati RSUD Tais. Penelitian
KTI dilakukan pada tanggal 05 – 08 Mei 2019.

E. Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan penyusunan usulan penelitian atau proposal
dengan menggunakan metode studi kasus sekilas dengan membuat surat
penelitian dari kampus yang ditujukan ke Kesbangpol Seluma dan dilanjutkan
ke RSUD Tais, setelah mendapatkan izin melapor kebidang keperawatan dan

42
43

kepala ruangan Melati untuk mendapatkan izin. Setelah disetujui oleh penguji
proposal maka penelitian dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data.
Data penelitian berupa hasil pengukuran, observasi dan wawancara terhadap
perawat dan keluarga pasien yang dijadikan subyek penelitian.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data


1) Teknik pengumpulan data
a. Wawancara (hasil anamnesis yang harus didapatkan berisi tentang
identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-
keluarga, riwayat psikologi, pola – pola fungsi kesehatan), sumber
data bisa dari dokter, perawat, keluarga dan catatan medis.
b. Observasi dan pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum,
pemeriksaan persistem (sistem penglihatan, pendengaran, pernapasan,
kardiovaskuler, hematologi, syarafpusat, pencernaan, endokrin,
urogenital, integument dan muskuloskeletal). Data fokus yang
diperoleh adalah sistem hematologi dan kardiovaskuler.
c. Studi dokumentasi dan instrumen dilakukan dengan melihat dari data
MR (Medical Record), status pasien, hasil laboratorium dan catatan
harian perawatan.
2) Instrumen pengumpulan data
Alat atau instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian
asuhan keperawatan sesuai kebutuhan yang ada dalam prodi DIII
keperawatan Bengkulu jurusan keperawatan.

G. Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan oleh peneliti dengan cara peneliti
mengumpulkan data secara langsung pada pasien dengan menggunakan
format pengkajian dari yang baku dari kampus, yang dilakukan selama 4 hari
berturut-turut dalam 7 jam perhari sesuai jadwal dinas di ruang Melati.
Pengumpulan data dilakukan dengan memperoleh sumber informasi dari
keluarga, dokter, perawat dan catatan medis. Disamping itu, untuk menjamin
44

validitas dan keabsahan data peneliti melakukan observasi dan pengukuran


ulang terhadap data – data pasien yang meragukan yang ditemukan melalui
data sekunder.

H. Analisis Data
Analisis data dimulai dengan menyajikan data yang diperoleh dengan
metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik. Hasil pengumpulan data
dianalisis dengan membandingkan dengan teori yang telah disusun pada bab
sebelumnya (bab 2) untuk mendapatkan masalah keperawatan yang
digunakan untuk menyusun tujuan dan intervensi. Selanjutnya intervensi
dilakukan kepada pasien sesuai rencana – rencana yang telah disusun
(intervensi). Hasil implementasi dianalisis untuk mengevaluasi kondisi pasien
apakah masalah sudah teratasi, teratasi sebagian, dimodifikasi atau diganti
dengan tindakan keperawatan yang lebih relevan. Hasil pengkajian, diagnosis,
intervensi, implementasi dan evaluasi dituangkan dalam bentuk narasi pada
bab pembahasan yang dibandingkan dengan teori – teori yang sudah disusun
sebelumnya untuk menjawab tujuan penelitian.
BAB IV
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan Gastritis diruang Melati RSUD Tais. Penulis melakukan penelitian
pada tanggal 01 Agustus 2019 saat pasien masuk ke IGD dan dilakukan tindakan
rawat inap di ruang Melati. Pada hari yang sama penulis mulai melakukan
pengkajian dan dilanjutkan dengan memberikan intervensi serta implementasi hari
pertama, berikut data hasil pengkajian yang di dapat dari pasien Ny. S
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Didapatkan hasil identitas pasien nama Ny S, jenis kelamin
Perempuan, umur 50 tahun, agama Islam, pendidikan terkakhir SMP,
Pekerjaan IRT, pasien sudah menikah dan sudah memiliki empat orang
anak, pasien beralamatkan di tais provinsi Bengkulu.
2. Keluhan Utama
Pasien masuk IGD RSUD Tais pada tanggal 31 Juli 2019 pukul 17.00
wib
a. Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Pasien mengeluh nyeri ulu hati sejak 4 hari yang lalu.
b. Kronologis keluhan utama
Pasien datang ke IGD RSUD Tais pada tanggal 31 Juli 2019 pukul
17.00 WIB, dengan keluhan pasien merasa nyeri ulu hati setelah
memakan makanan yang pedas dan banyak mengandung asam, pasien
mengatakan nyeri sejak 4 hari yang lalu disertai mual, badan lemas
dengan diagnosa medis Gastritis. Sebelumnya di rumah pasien dan
keluarga sudah melakukan penangan untuk mengurangi keluhan yang
dirasakan seperti mengoleskan perut dengan minyak kayu putih,
meminum air hangat-hangat kuku dan punya kebiasaan meminum
promaggh.

45
46

c. Penanganan yang telah dilakukan


Pada saat setelah dilakukan pemeriksaan di IGD dan pasien telah
di diagnosa Gastritis lalu segera di pasang IVFD RL, Inj Ranitidin dan
pemberian Domperidon 3x10 Mg.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian dilakukan diruangan pada tanggal 01 Agustus 2019
a. Keluhan saat dikaji
Pada saat pengakajian pasien mengeluh masih terasa nyeri pada ulu
hati,nyeri semakin hebat ketika terlambat makan dan memakan
makanan yang cukup pedas, terasa mual dan tidak nafsu makan. Nyeri
yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk denga skala 7, Nyeri terasa terus
menerus selama kurang lebih 10 menit dan pasien enggan terlalu
banyak bergarak karena badan terasa lemas.
Keadaan umum pasien terlihat lemah, tingkat kesadaran pasien
Compos mentis, pasien koperatif dan mampu merespon pertanyaan
yang diberikan, Tanda-tanda vital pasien yaitu tekanan darah 140/70
mmhg, Frekuensi nafas : 24x/m, frekuensi nadi : 93x/m, temperatur :
36,4 ֯ c.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya pasien mengatakan sering mengalami nyeri perut
sejak 1 tahun yang lalu, sakit perut kambuh ketika pasien telat makan dan
memakan makanan yang terlalu pedas ataupun terlalu asam. Pasien
mengatakan tidak ada menggunakan narkoba, minum alkohol dan tidak
ada riwayat alergi baik makanan minuman dan obat-obatan. Pasien
mengkonsumsi obat warung seperti promag untuk mengatasi nyeri perut
yang dialaminya sebelum masuk rumah sakit.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga
Pasien mengatakan di anggota keluarga tidak ada yang memiliki
penyakit menular dan menahun.
47

b. Genogram

Keterangan :

= Laki-laki = Tinggal serumah

= Perempuan = Pasien + = Meninggal

Gambar 4.1 Geonogram 3 generasi

6. Riwayat Pola Kebiasaan


a. Kebutuhan Oksigenisasi
Pada saat sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada keluhan
seperti batuk, produksi sputum yang berlebih, tidak ada kesulitan
bernafas dan nyeri dada serta tidak ada keluhan lainya dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenisasi. Pada saat dirumah sakit pasien
mengatakan tidak ada keluhan batuk, produksi sputum, tidak ada
48

kesulitan bernafas serta nyeri pada dada dan tidak ada keluhan lainya
dalam pemenuhan kebutuhan oksigenisasi.
b. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pada saat sebelum sakit frekuensi makan 3x/hari, nafsu makan
baik, porsi makan yang dihabiskan 1 porsi, tidak ada makanan yang
tidak disukai dan yang membuat alergi, pasien juga jarang memakan
makanan yang banyak mengandung santan dan yang asin, makan tidak
menggunakan alat bantu (seperti NGT) dan tidak ada keluhan dalam
pemenuhan nutrisi. Kebutuhan cairan sebelum sakit frekunsi minum
yaitu 7-10 gelas/hari, jenis minuman yaitu air mineral, jumlah minum
±1000 cc/hari dan tidak ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan
cairan.
Pada saat dirumah sakit frekuensi makan sebanyak 3x/hari, nafsu
makan menurun karena pasien tidak berselera untuk makan, makanan
hanya dihabiskan 4 sdm, tidak ada makanan yang tidak disukai dan
yang membuat alergi, makan tidak menggunakan alat bantu (NGT)
dan pasien mengeluh mual,mulut terasa asam, liur terasa lebih banyak
dan terkadang ada keinginan untk muntah yang membuat pasien tidak
nafsu makan. Kebutuhan cairan pada saat sakit menurun yaitu pasien
hanya mengahabiskan 4-5 gelas/hari, jenis minuman yaitu air mineral,
jumlah minum ±800 cc/hari dan tidak ada masalah dalam pemenuhan
kebutuhan cairan.
c. Kebutuhan Eliminasi
Pada saat sebelum sakit frekuensi BAK sebanyak 4-5-x/hari, warna
urine jernih, bau khas, jumlah urin sebanyak 1000 cc, tidak ada
keluhan nyeri dan kesulitan BAK serta tidak menggunakan alat bantu
(seperti kateter). Eliminasi BAB pada saat sebelum sakit frekuensi
sebanyak 2x/hari, warna feces normal, bau khas, konsistensi lembek
dan tidak ada gangguan pada saat BAB.
Pada saat dirumah sakit frekuensi BAK sebanyak 3 kali, warna
urine jernih, bau khas, jumlah urin sebanyak ±900 cc,tidak ada
49

kesulitan dalam BAK. Eliminasi BAB pasien mengatakan BAB hanya


1 kali selama di RS.
d. Kebutuhan istirahat dan tidur
Pada saat sebelum sakit pasien mengatakan sering tidur tidur siang
selama 30-45 menit, apabila malam hari pasien mengatakan tidur
selama 5-7 jam/hari, kebiasaan yang dilakukan sebelum tidur yaitu
berdoa dan menonton tv, pasien mengatakan segar saat bangun tidur
dan tidak ada keluhan pemenuhan kebutuhan tidur.
Pada saat dirumah sakit pasien mengatakan tidur siang sebanyak 1-
2 jam, apabila malam hari pasien mengatakan tidur selama 5-7
jam/hari, kebiasaan yang dilakukan sebelum tidur yaitu berdoa, pasien
mengatakan kurang segar saat bangun tidur, merasa kembung dan
pegal pada bahu dan tungkuk, pasien mengatakan kadang terbangun
dimalam hari 1-3 kali.
e. Kebutuhan Aktivitas/Mobilisasi
Pada saat sebelum sakit tidak ada keterbatasan pergerakan,
pemenuhan personal hygiene, makan dan eliminasi dapat dilakukan
secara mandiri, tidak ada sesak/pusing setelah melakukan aktivitas
.Kekuatan otot pasien sebelum sakit pada ektremitas kiri adalah 5
dimana pasien mampu memberikan gerakan normal menentang
gravitasi dengan penahanan penuh., sementara ekstermitas kanan juga
bernilai 5 dimana pasien mampu memberikan gerakan normal
menentang gravitasi dengan penahanan penuh Pada saat sakit pasien
mengatakan badannya terasa lemah, pemenuhan personal hygiene,
makan dan eliminasi dibantu oleh keluarga sebagian, setelah
melakukan aktivitas pasien mengatakan pusing dan pasien
mengatakan kesulitan untuk melakukan aktivitas dengan mandiri,
Kekuatan otot pasien saat sakit pada ektremitas kiri adalah 4 dimana
pasien mampu memberikan gerakan normal menentang gravitasi
dengan penahanan minimal dan pada ekstremitas kanan adalah 4
50

dimana pasien mampu memberikan gerakan normal menentang


gravitasi dengan penahanan minimal.
f. Kebutuhan Rasa Nyaman
Pada saat sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami rasa
nyeri atau keadaan yang membuat tidak nyaman. Pada saat sakit
pasien mengatakan mengeluh nyeri pada ulu hati. Nyeri yang
dirasakan seperti tertusuk-tusuk pada daerah ulu hati dengan skala 7,
nyeri semakin hebat ketika pasien telat makan dan memakanmakanan
yang cukup pedas dan asam, nyeri terus menerus selama kurang lebih
10 menit, pasien tampak mengelus pada bagian ulu hati untuk
menahan sakitnya.
g. Kebutuhan personal hygiene
Pada saat sebelum sakit pasien mengatakan mandi 2x/sehari waktu
mandi pagi dan sore, frekuensi oral hygiene 2x/hari pada saat pagi dan
sore menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, frekuensi cuci rambut
yaitu 1x/2hari mencuci rambut menggunakan sampo, frekunesi potong
kuku 1 minggu sekali, tidak ada keluhan dalam pemenuhan personal
hygiene dan dilakkukan dengan bantuan keluarga. Pada saat dirumah
sakit pasien mengatakan hanya dilap basah saja setiap pagi, frekuensi
oral hygiene 1x/hari, selama dirumah sakit pasien mengatakan belum
mencuci rambut dan memotong kuku, kebutuhan personal hygiene
dibantu oleh keluarga.
7. Pengkajian Fisik (Inspeks, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum klien tampak pucat, lemas dan berkeringat dingin,
tingkat kesadaran compos mentis (GCS E : 4 V : 5 M : 6), Berat badan
59 kg dan Tinggi Badan 165 cm sehingga didapatkan IMT 21,85, S :
36,4 ֯ c, TD : 140/70 mmhg, Frekuensi nafas : 24x/m, frekuensi nadi :
93x/m, temperatur : 36,4 ֯ c.
51

b. Sistem Pengelihatan
Pada saat dilakukan pengakajian hasil yang didapatkan posisi mata
berada pada tempatnya, kelopak mata menutup dengan sempurna,
pergerakan bola mata baik, konjungtiva ananemis, Sclera anikterik,
tidak ada dilatasi pupil, fungsi pengelihatan baik tidak ada tanda
peradangan, tidak ada penggunaan kaca mata dan lensa kontak dan
reaksi pupil mengecil pada saat terkena cahaya.
c. Sistem Pendengaran
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan adalah daun
telinga utuh, kondisi telinga tengah baik tidak ada perasaan penuh dan
pengeluaran cairan fungsi pendengaran baik, tidak ada gangguan
keseimbangan dan tidak ada pemakaian alat bantu.
d. Sistem Penafasan
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan adalah, tidak
ada sumbatan pada jalan nafas, tidak ada penggunaan otot bantu
pernfasan, retraksi dinding dada simteris, frekuensi 21x/m, jenis
pernafasan yaitu pernafasan dada, kedalaman pernafasan normal, tidak
ada batuk suara nafas vesikuler dan tidak ada bunyi nafas tambahan.
e. Sistem Kardiovaskuler
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan adalah pada
Sirkulasi perifer didapatkan tekanan darah 140/70 mmhg irama
teratur, tidak ada peningkatan vena jugularis, kulit teraba dingin,
warna kulit normal tidak ada sianosis, tidak ada edema dan kapilarry
refill < 3 detik. Pada Sirkulasi jantung didapatkan kecepatan denyut
apical 92x/m, Bj 1 > Bj 2 tidak ada bunyi tambahan, irama teratur dan
tidak ada nyeri pada dada.
f. Sistem Hematologi
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan pasien
tampak pucat namun tidak ada tanda perdarahan.
52

g. Sistem Syaraf Pusat


Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan pasien
mengatakan sedikit pusing, tingkat kesdaran compos mentis (Nilai
GCS E : 4 V : 5 M : 6) tidak ada tanda peningkatan TIK.
Pemeriksaan Nervus :
- Nervus Olfaktorius (N I) : Penciuman terhadap bau pasien baik,
pasien dapat membedakan bau kopi dan alkohol
- Nervus Optikus (N II) : Ketajaman pengelihatan dan lapang
pandang pasien baik, pasien dapat mengikuti arah tangan
pemeriksa
- Nervus Oculomotorius, Troklearis, Abdusen (N III IV V) :
Bentuk kelompak mata pasien normal dan dapat menutup
dengan sempurna, reaksi pupil terhadap cahaya mengecil dan
pergerakan bola mata paralel.
- Nervus Trigeminus (N VI) : Sensabilitas wajah pasien baik
dibuktikan dengan pemeriksaan rasa raba, nyeri, suhu sentuh
dan getar. Pada refleks cornea merespon dengan kedipan, otot
pengunyah baik dan observasi mulut pasien simetris.
- Nervus Fasialis (N VII) : Gerakan otot wajah normal, dan
pengecapan pada 2/3 lidah baik pasien dapat membedakan gula
dan garam.
- Nervus Austicus (N VIII) : tidak dilakukan karena pasien tidak
mampu berdiri sendiri.
- Nervus Glasofaringeus (N IX) : Pengecapan 1/3 lidah pasien
baik dan pasien dapat membedakan rasa.
- Nervus Vagus (N X) : Kontraksi faring pasien baik
- Nervus Akesesoris (N XI) : Gerakan otot pasien baik
- Nervus Hipoglosus (N XII) : Pasien dapat menggerakan
lidahnya kekanan dan ke kiri.
h. Sistem Pencernaan
53

Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan pada


keadaan mulut kondisi mukosa dan gusi baik tidak ada tanda
peradangan, kondisi gigi ada yang berlubang dan tidak ada
penggunaan gigi palsu, lidah sedikit kotor, kondisi tonsil baik tidak
ada pembengkakan keadaan uvula normal tidak ada deviasi dan
pembengkakan, mukosa bibir kering, turgor kulitelastis, saat menelan
tidak terasa nyeri, terdapat nyeri tekan pada region epigastrium,
terdapat distensi pada abdomen, terdengar suara hypertimpani pada
abdomen, bising usus 8x/menit,pada saat makan sering merasa mual,
pasien masih belum dapat BAB, dan terdapat distensi abdomen.
i. Sistem endokrin
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan pasien tidak
mengalami pembesaran kelenjar tiroid, pada saat olfaksi tidak ada bau
nafas keton dan tidak terdapat luka ganggren
j. Sistem Urogenital
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan pada saat
diinpeksi tidak ada penumpukan cairan, saat dipalpasi tidak ada nyeri
pada kandung kemih, pada saat diperkusitimpanidan tidak ada keluhan
saat berkemih.
k. Sistem integumen
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan adalah warna
kulit normal tidak ada tanda sianosis, tekstur kulit lembab, turgor kulit
baik tidak ada edema dan tidak ada kelainan pada kulit.
Inspeksi pada rambut distribusi rambut merata, warna rambut hitam
bercampur uban tekstur rambut halus dan tidak ada ketombe pada
rambut dan kulit kepala.
l. Sistem Muskuloskeletal
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan adalah
Ekstremitas atas dan bawah pasien lengkap, pada saat palpasi otot dan
tulang tidak terdapat kekakuan tulang dan kekakuan otot pada
ekstermitas kanan, tidak terdapat keterbatasan gerak, dan ROM aktif,
54

aktivitas dibantu oleh keluarga sebagian, tidak terdapat fraktur dan


pergerakan sendi pada ekstremitas kiri dan kanan baik.
8. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Pasien mengatakan orang yang terdekat dengan pasien adalah suami
dan anak-anaknya, komunikasi dalam keluarga terbuka, sopan,
mempunyai hubungan yang harmonis. Pengambil keputusan dengan cara
bermusyawarah dengan seluruh anggota keluarga komunikasi dalam
masyarakat. Pasien mengatakan tidak khawatir terhadap penyakitnya dan
berusaha untuk tetap tegar serta menganggap penyakitnya adalah salah
satu ujian dari yang maha kuasa. Keluarga pasien mengatakan khawatir
terhadap kesehatan pasien sekarang, namun keluarga tetap
mengupayakan yang terbaik untuk pasien. Pasein dan keluarga beragama
islam, pasien mengatakan tidak ada keyakinan yang bertantangan dengan
kesehatannya, selama dirumah sakit pasien yakin bisa sembuh, ibadah
yang dilakukan yaitu dengan shalat dan berdoa.
9. Data penunjang
Hasil
Laboratorium
Tanggal 31 Juli 2019 Pukul 17 : 30 WIB
NO JENIS HASIL NILAI
PEMERIKSAAN RUJUKAN
1. Hemoglobin 11,9 LK : 13-18 g/dL
2. Leukosit 9.000 4.000-10.000
3. Trombosit 342.000 150.000-400.000
4. Hematokrit 33% P : 37-47%
5. Gula Darah Sewaktu 91 70-129
Tabel 4.1 Pemeriksaan Laboratorium
55

NO JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

1. Ureum 27 20-40 m.g/dl


2. Creatinin 0,7 0.5-1,2 m.g/dl
3. Colestrol total 167 140-200m.g/dl
4. Trigliserida 68 <150 m.g/dl
5. Urin acid 5,4 LK= 3.4-7.6 ma/dl
6. HDL 37 LK= 30-60 ma/dl
7. LDL 112 <150 m.g/dl
Tabel 4.2 Pemeriksaan Laboratorium

10. Penatalaksanaan (Therapi/Pengobatan Termasuk diet)


NO NAMA OBAT DOSIS CARA PEMBERIAN
1. RL 20 tetes/menit IV
2. Domperidone 2x10Mg ORAL
3. Ranitidine 2x1 Amp IV
4. Paracetamol Syp 3x1 sdm PO
Tabel 4.3 Terapi Obat

Jenis Diet
Jenis Diet pasien adalah makanan dalam bentuk bubur (TKTP)
56

ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. S Umur : 50 tahun


Ruangan : Melati No.MR : 052031
NO Data Senjang (Symptom) Penyebab (Etiology) Masalah (Problem)
1. DS : Agen pencedera Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri di ulu hati fisiologis (Infeksi)
- Pasien mengatakan tidak nafsu
makan
- Pasien mengeluh nyeri pada
epigastrium. Nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk skala 7, Nyeri
akan terasa apabila pasien telat
makan dan memakan makanan
yang pedas dan asam, nyeri
berlangsung terus menerus selama
10 menit
DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak mengelus bagian ulu
hati
- Tekanan darah : 140/70 mmHg

2. DS : Distensi lambung Nausea


- Pasien mengeluh mual
- Pasien mengatakan nafsu
makan kurang
- Pasien mengatakan liur terasa
lebih banyak dan mulut terasa
asam
- Pasien mengeluh perut terasa
kembung
- Pasien mengatakan terkadang
ada keinginan untuk muntah

DO :
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak berkeringat
- Pasien tampak mual
- Pada saat di palpasi terdapat
distensi abdomen
- Pada saat di perkusi terdengar
hypertimpani
DS: Kelemahan Umum Intoleransi Aktivitas
3. - Pasien mengatakan sulit untuk
melakukan aktivitas secara
mandiri
- Pasien mengatakan cepat terasa
capek untuk melakukan aktivitas.
57

DO :
- Gerakan fisik terbatas
- Pasien tampak lemah
- Aktivitas pasien di bantu oleh
keluarga
- Pengkajian kekuatan otot pasien
saat sakit pada ekstermitas kiri
adalah 4 dimana pasien mampu
memberikan gerakan normal
menentang gravitasi dengan
penahanan minimal dan pada
ekstermitas kanan adalah juga 4
dimana pasien mampu
memberikan gerakan normal
menentang gravitasi dengan
penahanan minimal

Tabel 4.4 Analisa Data


58

B. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Muncul Paraf


Nyeri Akut Berhubungan dengan
1. 01 Agustus 2019 Meilena
Agen pencedera fisiologis
Nausea berhubungan dengan
2. 01 Agustus 2019 Meilena
Distensi lambung
Intoleransi Aktivitas berhubungan
3. 01 Agustus 2019 Meilena
dengan Kelemahan Umum
Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan
59

C. Perencanaan Keperawatan

Nama Pasien : Ny. S Umur : 50 tahun


Ruangan : Melati No.MR : 052031
Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
(NOC) (NIC)
1. Nyeri Akut (SDKI) Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri :
(D.0077) keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan pasien mampu menunjukan : 1. Kaji dan catat keluha nyeri, 1. Mengetahui tingkat nyeri
NOC: termasuk, lokasi, lamanya, dan yang timbul pada pasien
Berhubungan dengan : Kontrol Nyeri intensitasnya (dengan skala
 Agen pencedera  Ditingkatkan ke level 4 nyeri 0-10)
fisiologis 1. Tidak pernah menunjukan 2. Monitor vital sign 2. Mengetahui keadaan umum
2. Jarang menunjukan pasien
Ditandai dengan : 3. Kadang-kadang menunjukan 3. Jelaskan pada pasien untuk 3. Makanan yang mengiritasi
DS : 4. Sering menunjukan menghindari makanan lambung dapat merangsang
 Pasien mengatakan 5. Secara konsisten menunjukan yang dapat merangsang nyeri datang
nyeri di ulu hati nyeri (makanan pedas dan
 Pasien mengatakan Dengan Kriteria Hasil : asam) 4. Posisi yang nyaman mampu
tidak nafsu makan  [4] Mengenali kapan nyeri terjadi 4. Atur posisi yang nyaman membuat pasien dalam
 Pasien mengeluh nyeri  [4] Menggambarkan faktor bagi pasien keadaan rileks
pada epigastrium. penyebab 5. Relaksasi dan distraksi
Nyeri yang dirasakan  [4] Menggunakan tindakan 5. Ajarkan dan anjurkan pasien dapat mengalihkan
seperti tertusuk-tusuk pencegahan untuk melakukan tehnik perhatian pasien sehingga
skala 5, Nyeri akan  [4] Menggunakan tindakan relaksasi dan distraksi, dapat menurunkan nyeri
terasa apabila pasien pengurangan nyeri tanpa seperti menarik nafas dalam,
telat makan, nyeri analgesik mendengarkan musik,
berlangsung terus  [4] Menggunakan analgesik yang menonton TV, dan membaca 6. Kompres hangat dalam
menerus selama 10-15 direkomendasikan 6. Mengajurkan pada pasien menurunkan rasa nyeri pada
menit dan keluarga untuk pasien
melakukan kompres hangat
pada bagian

59
60

DO : NOC : epigastrium pasien yang nyeri


 Pasien tampak meringis Tingkat Nyeri 7. Observasi reaksi non-verbal 7. Mengetahui respons pasien
 Pasien tampak  Ditingkatkan ke level 4 dari ketidaknyamanan terhadap nyeri dan untuk
mengelus bagian ulu 1. Berat terhadap nyeri seperti adanya mendapakan skala nyeri
hati 2. Cukup berat tanda- tanda gelisah, ekspresi pada pasien
 Tekanan darah : 130/70 3. Sedang wajah yang meringis
4. Ringan 8. Evaluasi keefektifan 8. Indikator keberhasilan
5. Tidak ada kontrol nyeri tindakan penangan nyeri
9. Kolaborasi dengan dokter 9. Antibiotik berfungsi untuk
Dengan Kriteria Hasil : dalam pemberian analgetik menghentikan
 [4] Nyeri yang dilaporkan perkembangan bakteri yang
 [4] Panjangnya episode nyeri ada didalam tubuh.
 [4] Ekspresi nyeri wajah
 [4] Tidak bisa beristirahat
 [4] Kehilangan nafsu makan
2. Nausea (SDKI) (00134) Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Mual
Berhubungan dengan : selama 3x24 jam diharapkan 1. Dorong pasien untuk 1. Pasien mampu mengontrol
NOC : belajar strategi mengatasi jika terjadi mual
 Distensi lambung Kontrol Mual dan Muntah mual 2. Meningkatkan nafsu makan
□ Iritasi  Ditingkatkan kelevel 4 2. Berikan makanan dan pasien mampu
gastrointestinal 1. Tidak pernah menunjukkan kesukaan pada pasien membalikkan nafsu makan
□ Kehamilan 2. Jarang menunjukkan 3. Istirahat yang cukup dapat
3. Kadang-kadang menunjukkan 3. Tingkatkan istirahat dan membantu dalam
4. Sering menunjukkan tidur yang cukup untuk pengontrolan mual
Ditandai dengan :
5. Secara konsistem memfasilitasi pengurangan
DS :
menunjukkan mual 4. Meningkatkan nafsu makan
 Pasien mengeluh mual
4. Anjurkan pasien melalukan
 Pasien mengatakan
Dengan Kriteria hasil : oral hyigiene sebelum 5. Mencegah terjadinya
enggan untuk  [4]Nafsu makan membaik makan aspirasi pada saat pasien
makan
 [4]Dapat mengontrol mual 5. Berikan posisi nyaman makan
 Pasien mengatakan  [4]Pasien nyaman 6. Meningkatkan pemenuhan
mulut terasa pahit
 [4]Pasien dapat menghindari intake
dan asam
faktor penyebab mual dengan baik 6. Tingkatkan pemberian cairan
 Pasien mengatakan  [4]Pasien mengatakan tidak ada 7. Dapat menghindari mual
secara bertahap jika tidak
perut terasa
terjadi muntah selama 30
kembung
menit
7. Dorong pola makan yang
61

DO : mual & muntah sedikit tapi sering


 Pasien tampak pucat 8. Kolaborasi dengan dokter 8. Membantu dalam
 Pasien tampak dalam pemberian obat proses penyembuhan
berkeringat untuk mengurangi mual pasien
 Pasien tampak mual 9. Kolaborasi dengan ahli
 Terdapat distensi gizi dalam pemenuhan 9. Menghitung ketepatan
abdomen nutrisi status nutrisi yang
dibutuhnkan
3. Intoleransi Aktivitas (SDKI) Setelah dilakukan intervensi NIC : Terapi Aktivitas
(D.0056) keperawatan selama 3x24 jam, Aktivitas keperawatan :
Berhubungan dengan : diharapakan pasien mampu 1 Observasi adanya pembatasan 1 Mengetahui adanya
 Kelemahan umum menunjukan: NOC : klien dalam melakukan aktivitas yang
Toleransi Terhadap Aktifitas
Ditandai dengan : aktivitas memperparah keadaan
 Ditingkatkan kelevel 4
DS : 2 Menentukan intervensi
1. Sangat Terganggu
 Pasien mengatakan 2. Banyak Terganggu 2 Kaji adanya faktor yang selanjutnya
sulit untuk melakukan 3. Cukup Terganggu menyebabkan kelelahan 3 Istirahat yang cukup dan
aktivitas secara 4. Sedikit Terganggu 3 Anjurkan keluarga untuk lingkungan yang tenang
mandiri 5. Tidak Terganggu membantu pasien dalam tirah membantu pasien untuk
 Pasien mengatakan
baring atau istirahat yang cukup memberikan rasa nyaman
cepat terasa capek Dengan Kriteria Hasil :
untuk melakukan serta lingkungan yang tenang 4 Mengetahui tingkat
 [4]Saturasi oksigen
aktivitas. 4 Monitor respon fisik, emosi, istirahat pasien
ketika beraktivitas
 [4]Frekuensi nadi ketika sosial dan spiritual 5 Untuk mencegah aktivitas
DO : beraktivitas 5 Bantu untuk mendapatkan alat yang terlalu berat
 Gerakan fisik terbatas  [4]Tekanan darah sistolik bantuan aktivitas seperti kursi
 Pasien tampak lemah ketika beraktivitas roda krek 6 Membantu untuk
 Aktivitas pasien di  [4]Tekanan darah diastolik ketika 6 Ajarkan ROM aktif pada pasien mempermudah
bantu oleh beraktivitas
keluarga menggerakkan tubuh,
 [4]Temuan / hasil EKG
 Pengkajian kekuatan meningkatkan kekuatan otot
 [4]Kemudahan dalam
otot pasien saat sakit melakukan aktivitas hidup harian 7 Membantu pasien agar
pada ekstermitas 7 Monitor pola tidur dan lamanya mudah melakukan aktivitas
kiri adalah 4 dimana tidur / istirahat pasien harian yang terkontrol
pasien mampu
memberikan gerakan
62

normal menentang 8 Bantu klien untuk 8 Mengetahui respon pasien


gravitasi dengan mengidentifikasi aktivitas yang akibat latihan fisik yang
penahanan minimal mampu dilakukan dilakukan pasien
dan pada ekstermitas
9 Mempertimbangkan 9 Pertimbangkan kemampuan
kanan adalah juga 4
dimana pasien mampu kemampuan klien dalam pasien dalam melakukan
memberikan gerakan berpartisipasi melalui aktivitas
normal menentang aktivitas spesifik
gravitasi dengan 10 Pertimbangkan komitmen 10 Memberi kesempatan
penahanan minimal klien untuk meningkatkan pasien untuk menentukan
frekuensi dan jarak aktivitas aktivitas apa yang ingin
ia lakukan
11 Bantu klien untuk 11 Memberi kesempatan
mengeksplorasi tujuan personal bagi klien untuk
dari aktivitas-aktivitas yang bisa menentukan aktivitas apa
dilakukan (misalnya : bekerja) yang ingin dilakukan
dan aktivitas yang disukai

Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan


63

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Pasien : Ny. S Umur : 50 tahun


Ruangan : Melati No.MR : 052031
Hari/Tanggal : Jumat / 02 Agustus 2019 Hari Perawatan Ke :1

No Pengkajian Implementasi Evaluasi


Dx (SOAP) (Waktu dan Formatif (Respon Hasil) Sumatif (Respon Perkembangan)
Tindakan)
1. Nyeri akut berhubungan dengan 09.00-09.45 wib 13.00 Wib
agen pencedera fisiologis 1. Melakukan Pengkajian nyeri 1. Nyeri sudah sedikit berkurang,
yang dirasakan sejak pasien rasanya seperti tertusuk-tusuk Subjektif :
Subjektif : diruang rawat inap pada ulu hati dengan skala 5 dan - Pasien mengatakan nyeri
- Pasien mengatakan nyeri nyeri ilang timbul sudah mulai berkurang dan
kadang hilang timbul 2. Memonitor dan mengukur TTV 2. TD : 130/70 mmhg berada di skala 5
- Pasien mengatakan belum N: 91 x/m - Pasien mengatakan belum ada
nafsu makan P : 22 x/m nafsu makan dan hanya
S : 36,3 ֯c menghabiskan 3-4 sendok
Objektif : 3. Menjelaskan kepada pasien 3. Pasien mampu menghindari makan
- TTV : untuk menghindari makanan makanan yang dapat - Pasien mengatakan istirahat
TD : 130/70 mmhg yang dapat merangsang nyeri merangsang nyeri sedikit terganggu karena
N : 97 x/m (makanan pedas atau asam) rasa nyeri
P : 21 x/m 4. Mengatur posisi pasien 4. Posisi yang membuat pasien
S : 36,4 ֯c senyaman mungkin nyaman yaitu posisi supine Objektif :
- Pasien tampak meringis 5. Mengajarkan penggunaan 5. Pasien dapat mengikuti - Pasien masih tampak meringis
- Pasien tampak mengelus teknik nafas dalam instruksi untuk melakukan - Pasien tampak tidak
ulu hati teknik nafas dalam menghabiskan
6. Mengajarkan dan menganjurkan 6. Pasien dan keluarga dapat makanannya
Analisis : pada pasien dan keluarga untuk mengikuti instruksi untuk - TTV :
Tingkat nyeri berada pada level kompres hangat pada bagian ulu melakukan teknik kompres hangat TD : 120/70 mmhg
2 (Cukup Berat) hati pada bagian ulu hati N : 93x/m
P : 22 x/m
64

Planning : 7. Mengobservasi ekspresi wajah 7. Ekspresi pasien seperti menahan S : 36,5 ֯c


Lakukan NIC Manajemen Nyeri nyeri
yang telah disusun 8. Memantau pola makan pasien 8. Pasien mengatakan belum ada Analisis :
dan menganjurkan pasien makan nafsu makan dan hanya makan 2-3 Tingkat nyeri berada pada level
sedikit tapi sering sendok makan dari makanannya 3 (Sedang)

12.00 wib

9. Melanjutkan pemberian obat 9. Setelah dilakukan pemberian obat Planning :


yaitu : nyeri yang dirasakan pasien Lanjutkan NIC Manajemen
- PCT syr mulai berkurang nyeri
- Ranitidin
- Sucralfat

13.00 Wib

10. Mengevaluasi Keefektifan dari 10. Pada saat dievaluasi Nyeri


tindakan pengontrolan nyeri berkurang dengan skala 5
yang dirasakan
2. Nausea berhubungan dengan 10.00-10.30 Wib 14.00 Wib
distensi lambung
1 Mengajak pasien untuk 1 Strategi yang digunakan untuk Subjektif :
Subjektif : belajar strategi mengatasi mengatasi mual dengan minum - Pasien mengatakan mual
- Pasien mengeluh mual mual air hangat atau teh hangat sudah berkurang
- Pasien mengatakan 2 Pasien memilih makanan yang - Pasien mengatakan
enggan untuk makan 2 Memberikan makanan kesukaan berkuah bening belum mampu
- Pasien mengatakan liur pada pasien 3 Istirahat dan tidur pasien mengkontrol mual
terasa lebih banyak dan 3 Mengatur lingkungan terpenuhi tetapi terkadang di - Pasien mengatakan
mulut terasa pahit dan yang bersih, sejuk dan malam hari suka terbangun belum ada nafsu
asam nyaman 4 Pasien mampu mengikuti makan
- Pasien mengeluh perut instruksi membersihkan -
terasa kembung 4 Menganjurkan pasien mulut sebelum dan sesudah Objektif
kembung melalukan oral hyigiene makan - Pasien tampak
sebelum dan sesudah makan 5 Pasien nyaman dengan posisi kurang nyaman
5 Mengatur posisi yang nyaman
65

- Pasien mengatakan tidur terlentang - Pasien mash tampak


terkadang ada keinginan 6 Menganjurkan kepada pasien dan 6 Menganjurkan kepada pasien pucat
untuk muntah keluarga pemberian cairan secara untuk lebih banyak minum
bertahap jika tidak terjadi atau minum air hangat jika Analisis :
Objektif : muntah selama 30 menit mual Kontrol mual dan muntah berada
- Pasien tampak pucat 7 Mengajarkan pola makan yang pada level 2 (jarang
- Pasien tampak sedikit tapi sering 7 Menganjurkan kepada pasien menunjukan)
berkeringat 8 Melanjutkan pemberian obat untuk makan sedikit tapi sering
- Pasien tampak mual untuk mengurangi rasa mual 8 Pemberian obat, yaitu : Planning :
- Saat abdomen di perkusi 9 Membantu pasien dalam - Domperidon Lanjutkan NIC manajemen mual
terdengar suara tympani berkonsultasi dengan ahli gizi 9. Pasien memilih makanan yang
Analisis : dalam pemenuhan nutrisi sesuai memiliki rasa dengan kuah
Kontrol mual dan muntah dengan keinginan pasien bening dengan sayuran
berada pada level 2 (jarang
menunjukan)

Planning :
Lakukan NIC manajemen mual
yang telah disusun
3. Intoleransi Aktivitas 11.00-11.30 wib 15.0 wib
Berhubungan dengan 1 Mengobservasi adanya 1. Pasien telah membatasi dalam Subjektif :
kelemahan umum, ditandai pembatasan klien dalam beraktivitas - Pasien mengatakan
dengan melakukan aktivitas kelelahan saat
2 Mengkaji adanya faktor yang 2. Pasien mengatakan akibat nyeri beraktivitas karena
Subjektif : menyebabkan kelelahan perut ia merasa kelelahan nyeri pada perut
- Pasien mengatakan sulit 3 Memonitor respon fisik, emosi, 3. Pasien tampak lemah, mau diajak - Pasien mengatakan
untuk melakukan aktivitas sosial dan spiritual berinteraksi, pasien tidak aktivitas yang bisa
secara mandiri melakukan sholat dilakukan sendiri adalah
- Pasien mengatakan cepat 4 Membantu pasien untuk 4. Pasien duduk dikursi roda sambil makan, minum. BAB
terasa capek untuk mendapatkan alat bantuan makan siang dan BAK dibantu
melakukan aktivitas. aktivitas seperti kursi roda keluarga
5 Mengajarkan ROM aktif 5. Pasien melakukan ROM sesuai
Objektif : pada pasien anjuran perawat Objektif :
- Gerakan fisik terbatas 6 Memonitor pola tidur dan 6. Pola tidur pasien tidak teratur, - Pasien tampak lemah
66

- Pasien tampak lemah lamanya tidur / istirahat pasien tidur siang pasien paling lama - Gerakan fisik terbatas
- Aktivitas pasien di bantu satu jam - Aktivitas pasien di
oleh keluarga 7 Membantu klien untuk 7. Pasien mampu untuk makan dan bantu oleh keluarga
- Pengkajian kekuatan otot mengidentifikasi aktivitas yang minum sendiri, BAB dan BAK - Pengkajian kekuatan
pasien saat sakit pada mampu dilakukan dibantu keluarga otot pasien saat sakit
ekstermitas kiri adalah 4 8 Mengingatkan klien untuk 8. Pasien duduk dikursi roda pada ekstermitas kiri
dimana pasien mampu tidak duduk di kursi roda sekitar 15 menit adalah 4 dimana pasien
memberikan gerakan terlalu lama mampu memberikan
normal menentang gerakan normal
gravitasi dengan menentang gravitasi
penahanan minimal dan dengan penahanan
pada ekstermitas kanan minimal dan pada
adalah juga 4 dimana ekstermitas kanan
pasien mampu adalah juga 4 dimana
memberikan gerakan pasien mampu
normal menentang memberikan gerakan
gravitasi dengan normal menentang
penahanan minimal gravitasi dengan
penahanan minimal
Analisis :
Toleransi terhadap aktivitas Analisis :
berada pada level 2 (Banyak Toleransi terhadap aktivitas
terganggu) berada pada level 2 (banyak
terganggu)
Planning :
Lakukan NIC Terapi aktivitas Planning :
yang telah disusun Lanjutkan NIC Manajemen
terapi aktivitas

Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan


67

Nama Pasien : Ny. S Umur : 50 tahun


Ruangan : Melati No.MR : 052031
Hari/Tanggal : Sabtu / 03 Agustus 2019 Hari Perawatan Ke :2

No Pengkajian Implementasi Evaluasi


Dx (SOAP) (Waktu dan Tindakan) Formatif (Respon Hasil) Sumatif (Respon
Perkembangan)
1. Nyeri akut berhubungan dengan 09.00-09.45 wib 13.00 Wib
agen pencedera fisiologis 1 Melakukan Pengkajian nyeri hari ke 2 1. Nyeri sudah sedikit berkurang,
rasanya seperti tertusuk-tusuk Subjektif :
Subjektif : pada ulu hati dengan skala 4 - Pasien mengatakan nyeri
- Pasien mengatakan nyeri dan nyeri ilang timbul sudah mulai berkurang dan
sudah berkurang 2 Memonitor dan mengukur TTV 2. TD : 120/80 berada di skala 4
- Pasien mengatakan nafsu N: 90 x/m - Pasien mengatakan nafsu
makan sudah mulai P : 21 x/m makan sudah dan mampu
membaik S : 36,4 ֯c menghabiskan ½ porsi
- Nyeri muncul ketika telat 3 Mengatur posisi pasien 3. Posisi yang membuat pasien makanannya
makan, dengan kualitas senyaman mungkin nyaman yaitu posisi supine - Pasien mengatakan istirahat
nyeri seperti tertusuk-tusuk, 4 Memonitor cara pasian dalam 4. Pasien dan keluarga tampak terasa lebih enak dan
pada bagian ulu hati dengan pengendalian nyeri mampu melakukan nyaman dibanding hari
skala 5 pengendalian nyeri secara kemaren
Objektif : mandiri sesuai dengan
- Pasien tampak lebih rileks teknik yang telah diajarkan Objektif :
- TTV : 5 Mengobservasi kembali ekspresi 5. Ekspresi pasien tampak - Pasien tampak lebih rileks
TD : 120/70 mmhg wajah terhadap nyeri yang lebih rileks dari sebelumnya - TTV :
N : 88 x/m dirasakan 6. Pasien mengatakan nafsu TD : 120/80 mmhg
P : 22 x/m 6 Memantau pola makan dan porsi makan sudah ada dan N : 91x/m
S : 36,2 ֯c makanan yang mampu bisa menghabiskan ½ P : 21 x/m
dihabiskan pasien porsi makanannya S : 36,3 ֯c
Analisis : Tingkat nyeri berada 12.00 WIB Analisis :
pada level 3 (sedang) Tingkat nyeri berada pada
68

Planning : 7 Melanjutkan pemberian obat yaitu : 7. Setelah dilakukan pemberian level 3 (Sedang)
Lakukan NIC Manajemen Nyeri - PCT syr obat, nyeri pada pasien
yang telah disusun - Ranitidin mulai berkurang Planning :
- Sucralfat Lanjutkan NIC Manajemen
nyeri
13.00 WIB
8 Mengevaluasi Keefektifan dari 8. Pada saat dievaluasi Nyeri
tindakan pengontrolan nyeri berkurang dengan skala 4
yang dirasakan
2. Nausea berhubungan dengan 10.00-10.30 Wib 14.00 Wib
distensi lambung
1 Menganjurkan kepada keluarga untuk 1 Pasien tampak berisitirahat Subjektif :
Subjektif : membatasi pengunjung atau masuk dengan nyaman dan - Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan mual secara bergantian tenang mual sudah berkurang
sudah berkurang 2 Memantau kemampuan pasien dan - Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan keluarga dalam mengurangi mual 2 Pasien dan keluarga belum belum mampu
sudah ada keinginan mampu mengenali mengenali penyebab
untuk makan pencetus dan rasa ingin mual secara mandiri
- Pasien mengatakan rasa 3 Mengatur posisi supine mual secara mandiri - Pasien mengatakan
pahit dimulut sudah 3 Pasien nyaman dengan belum sepenuhnya
berkurang 4 Mengingatkan kepada keluarga untuk posisi supine mampu mengkontrol
- Pasien mengatakan memberikan cairan yang cukup 4 Keluarga tampak paham dan mual
keinginan untuk muntah kepada pasien selalu memberikan minum - Pasien mengatakan
sudah tidak ada 5 Menganjurkan kepada pasien dan yang cukup sudah ada nafsu
keluarga untuk memakan buah- 5 Pasien tampak memakan makan
Objektif : buahan( seperti apel, pepaya atau pepaya tanpa ada rasa -
- Pasien tampak rileks pisang) dan menghindari buah- mual Objektif
- Pasien tampak lemah buahan seperti jeruk - Pasien tampak nyaman
- Mual sudah berkurang
- 12.00 WIB Analisis :
Analisis : 6. Melanjutkan pemberian obat untuk Kontrol mual dan muntah
Kontrol mual dan muntah berada mengurangi rasa mual , yaitu : berada pada level 3 (sering
pada level 2 (jarang -. Domperidon 6 Obat telah diberikan menunjukan)
menunjukan)
69

Planning : Planning :
Lakukan NIC manajemen mual Lanjutkan NIC manajemen
yang telah disusun mual
3. Intoleransi Aktivitas 11.00-11.30 wib 15.0 wib
Berhubungan dengan kelemahan 1 Mengobservasi adanya pembatasan 1. Pasien telah membatasi dalam Subjektif :
umum, ditandai dengan klien dalam melakukan aktivitas beraktivitas sesuai anjuran - Pasien mengatakan
perawat kelelahan saat
Subjektif : 2 Mengkaji adanya faktor yang 2. Pasien mengatakan akibat nyeri beraktivitas karena
- Pasien mengatakan sulit menyebabkan kelelahan ulu hati ia merasa kelelahan nyeri pada perut
untuk melakukan aktivitas 3 Memonitor respon fisik, emosi, 3. Pasien tampak lemah, mau - Pasien mengatakan
secara mandiri sosial dan spiritual diajak berinteraksi, pasien aktivitas yang bisa
- Pasien mengatakan cepat tidak melakukan sholat dilakukan sendiri
terasa capek untuk 4 Membantu pasien untuk 4. Pasien duduk dikursi roda adalah makan,
melakukan aktivitas. mendapatkan alat bantuan aktivitas setelah makan siang minum. BAB dan
seperti kursi roda BAK dibantu keluarga
Objektif : 5 Mengajarkan ROM aktif pada pasien 5. Pasien melakukan ROM sesuai
- Gerakan fisik terbatas anjuran perawat Objektif :
- Pasien tampak lemah 6 Memonitor pola tidur dan lamanya 6. Pola tidur pasien tidak - Pasien tampak lemah
- Aktivitas pasien di bantu tidur / istirahat pasien teratur, tidur siang pasien - Gerakan fisik terbatas
oleh keluarga paling lama satu jam - Aktivitas pasien di
- Pengkajian kekuatan otot 7 Membantu klien untuk 7. Pasien mampu untuk makan bantu oleh keluarga
pasien saat sakit pada mengidentifikasi aktivitas yang dan minum sendiri, BAB - ROM dilakukan pasien
ekstermitas kiri adalah 4 mampu dilakukan dan BAK dibantu keluarga dengan benar
dimana pasien mampu 8 Mengingatkan klien untuk 8. Pasien duduk ditempat tidur
memberikan gerakan tidak beraktivitas yang pasien Analisis :
normal menentang berlebihan Toleransi terhadap aktivitas
gravitasi dengan berada pada level 3 (cukup
penahanan minimal dan terganggu)
pada ekstermitas kanan
adalah juga 4 dimana Planning :
pasien mampu Lanjutkan NIC Manajemen
memberikan gerakan terapi aktivitas
normal menentang
gravitasi dengan
70

penahanan minimal

Analisis :
Toleransi terhadap aktivitas
berada pada level 2 (Banyak
terganggu)

Planning :
Lakukan NIC Terapi
aktivitas yang telah disusun
71

Nama Pasien : Ny. S Umur : 50 tahun


Ruangan : Melati No.MR : 052031
Hari/Tanggal : Senin / 05 Agustus 2019 Hari Perawatan Ke :3
No Pengkajian Implementasi Evaluasi
Dx (SOAP) (Waktu dan Formatif (Respon Hasil) Sumatif (Respon
Tindakan) Perkembangan)
1. Nyeri akut berhubungan dengan 09.00-09.45 WIB 13.00 Wib
agen pencedera fisiiologis 1 Melakukan Pengkajian nyeri hari ke 3 1. Nyeri sudah sedikit berkurang, Subjektif :
Subjektif : rasanya seperti tertusuk-tusuk - Pasien mengatakan nyeri
- Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati dengan skala 3 sudah mulai berkurang dan
sudah berkurang dan nyeri ilang timbul berada di skala 3
- Pasien mengatakan nafsu 2 Memonitor dan mengukur TTV 2. TD : 120/80 mmhg - Pasien mengatakan sudah
makan sudah membaik N: 90 x/m sering makan dan mampu
- Nyeri muncul ketika telat P : 21 x/m menghabiskan 1 porsi
makan, dengan kualitas S : 36,4 ֯c makanannya
nyeri seperti tertusuk-tusuk, 3 Mengatur posisi pasien 3. Posisi yang membuat pasien - Pasien mengatakan
pada bagian ulu hati dengan senyaman mungkin nyaman yaitu posisi semifowler istirahat sudah enak dan
skala 4 4 Memantau kemampuan pasien dan 4. Pasien dan keluarga tampak nyaman
keluarga dalam mengatasi nyeri mampu melakukan
Objektif : pengendalian nyeri secara Objektif :
- Pasien tampak lebih rileks mandiri sesuai dengan teknik - Pasien tampak lebih rileks
- TTV : yang telah diajarkan - TTV :
TD : 120/70 mmhg 5 Memantau kemampuan pasien 5. Pasien mengatakan sudah TD : 120/70 mmhg
N : 88 x/m dalam menghabiskan makan sering makan dan mampu N : 93x/m
P : 22 x/m menghabiskan 1 porsi makanan P : 21 x/m
S : 36,2 ֯c 12.00 WIB S : 36,3 c֯
Analisis : Tingkat nyeri berada 6. Melanjutkan pemberian obat yaitu : 6. Setelah dilakukan pemberian
pada level 3 (sedang) - PCT syr obat, nyeri pada pasien Analisis :
Planning : - Ranitidin mulai berkurang Tingkat nyeri berada pada
Lakukan NIC Manajemen Nyeri - Sucralfat level 4 (ringan)
yang telah disusun
72

13.00IB Planning :
7. Mengevaluasi Keefektifan dari 7. Pada saat dievaluasi nyeri Pasien di rencanakan pulang
tindakan pengontrolan nyeri berkurang dengan skala 3 Lanjutkan NIC manajemen
yang dirasakan nyeri yang perlu dilakukan
dirumah

2. Nausea berhubungan dengan 10.00-10.30 Wib 13.30 Wib


distensi lambung 1. Mengatur lingkungan yang aman, 1. Pasien tampak nyaman dan Subjektif :
Subjektif : nyaman dan pencahayaan yang tenang dengan lingkungan - Pasien mengatakan mual
- Pasien mengatakan mual cukup yang nyaman sudah sangat berkurang
sudah berkurang 2. Pasien mampu merespon - Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan nafsu 2. Memantau kemampuan pasien terhadap sesuatu yang sudah mampu
makan sudah membaik dalam mengenal penyebal mual dan menyebabkan mualdan mengkontrol mual
- Pasien mengatakan rasa mengkontrol mual mampu mengkontrol mual tapi belum
pahit dimulut sudah sesuai dengan yang telah di keseluruhan
berkurang ajarkan - Pasien mengatakan
3. Pasien nyaman dengan posisi nafsu makan sudah baik
Objektif : 3. Mengatur posisi semi fowler semi fowler -
- Pasien tampak lebih 4. Keluarga mengatakan selalu Objektif
rileks 4. Mengingatkan kepada keluarga memberikan cairan yang - Pasien tampak nyaman
untuk memberikan cairan yang cukup - Pasien sudah dapat
Analisis : cukup kepada pasien 5. Pasien dan keluarga tampak mengenali penyebab
Kontrol mual dan muntah berada 5. Memberikan pendidikan semangat saat diberikan mual dan cara
pada level 3 (kadang-kadang kesehatan tentang maag kepada pengetahuan tentang maag mengatasinya
menunjukan) keluarga dan pasien
(menggunakan leaflet) Analisis :
Planning : 6. Obat telah diberikan Kontrol mual dan muntah
Lakukan NIC manajemen mual 12.00Wib berada pada level 4 (sering
yang telah disusun 6. Melanjutkan pemberian obat untuk menunjukan)
mengurangi rasa mual , yaitu :
-. Domperidon
Planning :
Pasien direncanakan pulang
Lanjutkan NIC manajemen
mual yang perlu dilakukan
dirumah
73

3. Intoleransi Aktivitas 11.00-11.30 Wib 1. Pasien telah membatasi dalam 15.0 wib
Berhubungan dengan kelemahan 1. Mengobservasi adanya pembatasan beraktivitas sesuai anjuran Subjektif :
umum, ditandai dengan klien dalam melakukan aktivitas perawat - Pasien mengatakan
2. Pasien mengatakan akibat kelelahan saat
Subjektif : 2. Mengkaji adanya faktor yang nyeri ulu hati ia merasa beraktivitas karena
- Pasien mengatakan sulit menyebabkan kelelahan kelelahan nyeri pada perut
untuk melakukan aktivitas 3. Pasien tampak lemah, - Pasien mengatakan
secara mandiri 3. Memonitor respon fisik, emosi, mau diajak berinteraksi, aktivitas yang bisa
- Pasien mengatakan cepat sosial dan spiritual pasien tidak melakukan dilakukan sendiri
terasa capek untuk sholat adalah makan,
melakukan aktivitas. 4. Membantu pasien untuk 4. Pasien duduk dikursi roda minum.
mendapatkan alat bantuan aktivitas setelah makan siang
Objektif : seperti kursi roda Objektif :
- Gerakan fisik terbatas 5. Mengajarkan ROM aktif pada pasien 5. Pasien melakukan ROM - Lemah berkurang
- Pasien tampak lemah sesuai anjuran perawat - Gerakan fisik terbatas
- Aktivitas pasien di bantu 6. Memonitor pola tidur dan lamanya 6. Pola tidur pasien tidak - Aktivitas pasien
oleh keluarga tidur / istirahat pasien teratur, tidur siang pasien sebagian dilakukan
- Pengkajian kekuatan otot paling lama satu jam mandiri
pasien saat sakit pada 7. Membantu klien untuk 7. Pasien mampu untuk makan - ROM dilakukan pasien
ekstermitas kiri adalah 4 mengidentifikasi aktivitas yang dan minum sendiri, BAB dan dengan benar
dimana pasien mampu mampu dilakukan BAK dibantu keluarga
memberikan gerakan 8. Mengingatkan klien untuk 8. Pasien tidur ditempat tidur Analisis :
normal menentang tidak beraktivitas yang Toleransi terhadap aktivitas
gravitasi dengan berlebihan berada pada level 4 (sedikit
penahanan minimal dan terganggu)
pada ekstermitas kanan
adalah juga 4 dimana Planning :
pasien mampu Lanjutkan NIC
memberikan gerakan Manajemen terapi aktivitas
normal menentang
gravitasi dengan
74

penahanan minimal

Analisis :
Toleransi terhadap aktivitas
berada pada level 2 (Banyak
terganggu)

Planning :
Lakukan NIC Terapi
aktivitas yang telah disusun
BAB V
PEMBAHASA
N

Pada bab ini penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada
Ny. S dengan Gastritis Di Ruang Melati RSUD Tais”. Dalam melakukan asuhan
keperawatan telah diterapkan proses keperawatan sesuai dengan teori yang ada,
dimana proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implemetasi, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan dasar utama atau langkah awal dari
proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau
informasi tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk
menentukan diagnosa keperawatan (Gaffar, 2007).
Pengkajian dilakukan pada tanggal 01 Agustus 2019 jam 17:00 Wib di
Ruang Melati RSUD Tais, dari hasil pengkajian pasien bernama Ny. S, umur
50 tahun, pasien seorang IRT ,tinggal di Tais dan sebelumnya memang
memiliki riwayat sakit perut yang biasa ditangani dengan minum promaggh
pasien masuk rumah sakit karena diagnosa medis Gastritis dengan keluhan
yang dirasakan pasien adalah nyeri pada ulu hati nyeri seperti tertusuk-tusuk
dengan skala 7, nyeri yang dirasakan terus-menerus, biasanya di sebabkan
karena telat makan dan memakan makanan yang pedas dan asam, pasien juga
mengeluh mual. Dari data objektif yang didapatkan meliputi keadaan umum
pasien tampak lemas, dari hasil pengkajian tanda-tanda vital didapatkan
tekanan darah 140/70 mmhg, frekuensi pernafasan 24 x/m, nadi 93 x/m dan
suhu tubuh 36,4 ֯c, pemeriksaan antropometri didapatkan berat badan 59 kg dan
tinggi badan 165 sehingga didapatkan IMT 21,85. Klien dengan Gastritis
sering mengalami nyeri dikarenakan produksi asam lambung yang berlebihan
atau bisa ketingkat nyeri yang lebih parah ketika terjadi perlukaan pada dinding
lambung.

75
76

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah mengidentifikasi masalah kesehatan klien
yang dapat diatasi (ditangani, dikurangi atau diubah) melalui intervensi dan
manajemen keperawatan. Diagnosis keperawatan memakai pengkajian data
sampai label pola respons pada masalah kesehatan. Diagnosis keperawatan itu
sendiri merupakan sebuah pernyataan singkat dalam pertimbangkan perawat
untk menggambarkan respons klien pada masalah kesehatan baiki aktual
maupun risiko (Nursalam,2011).
1. Diagnosa yang muncul
Berdasarkan manifestasi klinis dan data pengkajian yang ditemukan
pada Ny. S maka diagnosa keperawatan pertama penulis menegakkan Nyeri
Akut Berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis . Penulis mengangkat
diagnosa ini karena nyeri pada Ny. S penyebabnya pola makan yang tidak
teratur, sering mengkonsumsi makanan yang pedas dan kebiasaan
mengkonsumsi kopi sehingga ketika nutrisi sudah adekuat maka nyeri akan
berkurang.
Diagnosa yang kedua yaitu Nausea berhubungan dengan Distensi
lambung. Penulis mengangkat diagnosa ini karena mempertimbangankan
nutrisi yang akan masuk, klien tampak hanya menghabiskan ¼ porsi
makanan yang sudah disediakan dari rumah sakit, klien juga mengatakan
kurangnya keinginan untuk makan karena mual yang dirasakan dan perut
terasa kembung. Sehingga masalahini merupakan hal yang harus
diselesaikan agar dapat meningkatkan nafsu makan klien.
Diagnosa yang ketiga yaitu Intoleransi Aktivitas, penulis menegakan
diagnosa ini karena melihat kurang mampunya pasien dalam melakukan
aktivitas secara mandiri, tampak aktivitas pasien sangat terbatas karena
gangguan pada lambung pasien ditambah dengan kurangnya asupan nutrisi
membuat pasien menjadi semakin lemah dan aktivitas pasien dibantu
keluarga sepenuhnya.
77

2. Diagnosa yang tidak muncul


Pada kasus Gastritis ini penulis tidak bisa menegakkan semua
diagnosa sesuai dengan tinjauan teori dikarenakan data yang diperoleh tidak
menunjukan adanya tanda dan gejala yang mendukung diagnosa ditegakkan,
diagnosa yang tidak muncul pada kasus ini antara lain yaitu diagnosa
hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan seperti perdarahan,
pada kasus ini tidak bisa diangkat dikarenakan tidak adanya tanda-tanda
yang menunjukan pasien kekurangan akan cairan, terlihat konjungtiva
ananemis serta turgor kulit pasien baik dan terpasang infus dengan cairan Rl
20 tetes/menit.
Diagnosa terakhir yang tidak diangkat yaitu Defisit nutrisi
berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutisi tidak diangkat
dikarenakan kurangnya data-data yang bisa dijadikan sebagai bahan untuk
mengangkat diagnosa ini, klien juga tidak menunjukan penurunan berat
badan dan pasien masih mampu untuk mengkonsumsi makanan walaupun
dalam jumlah sedikit dan pasien mengatakan penyebab berkurangnya nafsu
makan karena rasa mual yang muncul oleh karena itu diagnosa nausea lebih
diutamakan dibandingkan dengan diagnosa defisit nutrisi.
Berdasarkan hal diatas ada lima diagnosa yang terdapat dalam teori
dan dua diantaranya tidak ditemukan dilapangan. Hal ini terjadi karena
respon fisiologis individu berbeda satu sama lain dalam merespon suatu
penyakit dan juga tidak ditemukan adanya data yang sesuai dan spesifik
sehingga diagnosa yang didapatkan di dalam teori tidak semuanya bisa
diangkat sebagai diagnosa yang akan dikaji.
C. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan
seacara mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi
kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah (Potter & Pery, 2005).
Pemecahan masalah yang dilakukan denagn membuat intervensi keperawatan
yang tujuanny adalah mencegah terjadinya komplikasi dan mengubah kondisi
klien menjadi lebih baik.
78

Pada kasus Ny.S penulis melakukan rencana tindakan keperawatan


selama 3x24 jam. Penulis merencanakan mengatasi masalah nyeri terlebih
dahulu karena nyeri yang dirasakan dengan skala 7 dan kriteria hasil yang
diharapkan adalah nyeri berkurang dengan skala 0-3.
Berdasarkan rencana tindakan yang dilakukan tidak terjadi kesenjangan
antara rencana tindakan yang ada diteori dan rencana tindakan yang dilakukan
pada kasus. Rencana tindakan yang dilakukan pada diagnosa nyeri yaitu
manajemen nyeri yang terdiri dari melakukan pengkajian secara komprehensip,
observasi adanya petunjuk non verbal, gali bersama pasien mengenai hal yang
memperberat dan menurunkan nyeri, mengatur posisi pasien senyaman
mungkin, kendali lingkungan sekitar pasien, ajarkan teknik nonfarmakologi,
dukung istirahat tidur yang adekuat, kolaborasi pemberian analgetik atau obat
yang menangani pencetus nyeri tersebut dan evaluasi tindakan pengontrolan
nyeri.
Pada intervensi untuk diagnosa kedua tidak terdapat kesejangan antara
teori dan rencana tindakan yang dilakukan pada kasus, rencana tindakan yang
dilakukan pada diagnosa nausea berhubungan dengan distensi lambung yaitu
manajemen mual yang terdiri dari Dorong pasien untuk belajar strategi
mengatasi mual, berikan makanan kesukaan pada pasien, tingkatkan istirahat
dan tidur yang cukup untuk memfasilitasi pengurangan mual, anjurkan pasien
melalukan oral hyigiene sebelum makan, berikan posisi nyaman, tingkatkan
pemberian cairan secara bertahap jika tidak terjadi muntah selama 30 menit,
dorong pola makan yang sedikit tapi sering, dolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat meredahkan rasa mual, kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemenuhan nutrisi.
Pada intervensi untuk diagnosa ketiga rencana tindakan yang dilakukan
pada diagnosa Intoleransi Aktivitas yaitu Manajemen energi yang terdiri dari
mengkaji status fisilogi pasien yang menyebabkan kelelahan, menganjurkan
pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal, menentukan aktivitas
yang pasien dapat lakukan, dorong keluarga untuk membantu aktivitas pasien,
memonitor asupan energi yang adekuat, memonitor waktu dan lama tidur
79

pasien, monitor adanya alat bantu dalam melakukan aktivitas, bantu pasien
untuk mengidentifikasi aktivitas yang bisa dilakukan secara mandiri, lakukan
latihan ROM aktif/pasif dan evaluasi secara bertahap kenaikan level aktivitas
pasien.
Perencanaan yang dibuat pada kasus Ny.S dibuat berdasarkan diagnosa
yang sudah dirumuskan sebelumnya dan sesuai dengan buku standar Diagnosa
Keperaatan Indonesia (SDKI), perencanaan keperawatan ditulis sesuai dengan
rencana dan kriteria hasil berdasarkan Nursing Outcomes Classification (NOC)
Nursing Intervension Classfication (NIC)
D. Implementasi
Implementasi keperawatan yang merupakan komponen dari proses
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tindakan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan. Beberapa
pelaksanaan tindakan bisa dilakukan sendiri oleh penulis dan ada juga yang
dibantu oleh tenaga kesehatan yaitu perawat yang ada diruangan secara
langsung maupun catatan perawatan karena keterbatasan waktu penulis untuk
bersama klien.
Tipe Implementasi berdasarkan tujuan dokumentasi adalah
implementasi terapeutik yaitu dimana implementasi ini ditujukan untuk
mengurangi atau meringankan masalah klien dan mempertahankan kesehatan
dengan tingkat yang paling tinggi yang mampu dicapai individu, terdiri atas
dua jenis yaitu yang pertama adalah tindakan keperawatan yang merupakan
wewenang perawat dan yang kedua adalah tindakan kolaborasi yaitu tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat yang berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan yang lain.
Tindakan perawatan yang dilakukan penulis secara umum merupakan
implementasi dari rencana keperawatan yang telah disusun, namun ada
beberapa tindakan yang telah di tentukan. Hal ini dilakukan karena tindakan
keperawatan sebagai tahap awal dalam menangani kasus Implementasi pada
80

Ny.S dapat dilakukan penulis sesuai rencana tindakan keperawatan.


Ditunjang dengan saat melakukan tindakan keperawatan, penulis tidak
mengalami kesulitan karena pasien kooperatif. Tidak ada implementasi
keperawatan yang dilakukan penulis diluar rencana tindakan keperawatan.
Penulis melakukan implementasi dengan rencana yang telah direncanakan
sebelumnya untuk memenuhi kriteria hasil. Setelah melakukan tindakan
keperawatan selama tiga hari, penulis melakukan implementasi dan
mengevaluasi keadaan klien setiap hari dan hasilnya nyeri yang dirasakan
terjadi berkurang.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan yang mengukur respon klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan kerarah pencapaian tujuan,
dengan menggunakan dua jenis evaluasi yaitu evaluasi proses atau formatif
yang dilakukan setiap kali selesai melakukan tindakan dan evaluasi hasil atau
sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon klien dengan tujuan
yang telah ditentukan.
Saat di evaluasi pada diagnosa Nyeri akut perencanaan evaluasi yang
di harapkan berhasil tercapai pada hari senin tanggal 05 Agustus 2019, hal ini
dibuktikan dengan nyeri berkurang dengan skala 3, nafsu makan pasien
membaik pasien mampu menghabiskan 1 porsi makanannya, tanda-tan vital
berada dalam batas normal, tekanan darah : 120/70 mmhg frekuensi nadi : 93
x/m frekuesi pernafasan : 21 x/m dan suhu tubuh pasien 36,3 dan tingkat
nyeri berada pada level 3(ringan). Sedangkan pada diagnosa Nausea telah
mencapai tujuan pada hari senin tanggal Senin 05 Agustus 2019 yang
dibuktikan dengan Ny.S mengatakan mual sudah jauh berkurang, pasien
mampu menghabiskan 1 porsi makananya, tidak ada rasa pahit dimulut dan
pada saat di perkusi perut sudah tidak kembung Tingkat pengendalian diri
terhadap mual berada pada level 2 (jarang menunjukan). Dan pada diagnosa
Gangguan mobilitas fisik telah mencapai tujuan pada hari Senin tanggal 05
Agustus 2019 yang dibuktikan dengan Ny. S sudah timbul keinginan untuk
81

melakukan aktivitas dengan bantuan minimal dari keluarga, dan nafsu makan
sudah ada.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Gastritis
yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada pengkajian Gastritis, tidak ada perbedaan atau kesenjangan antara
teori dengan kenyataan yang ada dilapangan. Hal ini karena data yang
terdapat pada lapangan juga ditemukan didalam teori.
2. Dari lima diagnosa keperawatan Gastritis ada dua diagnosa keperawatan
yang ditemukan pada pasien sama dengan taksonomi diagnosa
keperawatan, yaitu nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
3. Intervensi keperawatan dibuat sesuai keadaan, sarana dan prasarana yang
tersedia. Dalam merencanakan tindakan keperawatan penulis
mengkombinasikan tindakan mandiri, kolaborasi serta penyuluhan pada
keluarga dan dari ketiga gabungan tindakan keperawatan diharapkan dapat
efektif dalam menangani masalah klien dan mencegah komplikasi penyakit
maupun komplikasi tindakan yang dilakukan.
4. Pada saat pelaksanaan keperawatan semua intervensi keperawatan pada
kasus dapat di implementasikan. Hal ini disebabkan karena klien dan
keluarga kooperatif pada saat implementasi.
5. Pada evaluasi keperawatan Gastritis terhadap pasien yang ditemukan pada
kasus dapat teratasi dalam waktu tiga hari.
B. Saran
1. Bagi Pasien dan keluarga
Pasien hendaknya harus memahami tentang makan-makanan yang
menjadi sebagai pemicu sakit Gastritis, keluarga yang berperan dalam
mengingatkan serta membatasi makan-makanan agar penyakit yang
dialami pasien tidak kambuhdan mengenali tanda-tanda Gastritis, apabila
terjadi komplikasi atau nyeri yang tidak tertahankan hendaknya langsung

82
83

berobat ke pelayanan kesehatan sehingga masalah kesehatan dapat


langsung ditangani. Bagi keluarga juga harus ikut serta dalam
mendukung pengobatan pasien misalnya dalam memberikan dukungan
moral dan semangat pada pasien baik dalam pengobatan di rumah sakit
saat dirumah.
2. Bagi Perawat
Perawat harus memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif dan menyeluruh kepada klien Gastritis sesuai dengan
standar operasional prosedur pelaksanaan asuhan keperawatan. Jadi, bagi
semua perawat bekerjalah sesuai dengan tanggung jawab dan lakukanlah
implementasi keperawatan secara benar sesuai dengan kebutuhan klien
dengan Gastritis untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu
kesembuhan klien. Selain itu juga perawat hendaknya melakukan
perencanaan pulang pada pasien Gastritis dengan baik dan menyeluruh
sehingga angka pasien yang dirawat karena riwayat Gastritis dapat
diturunkan. Untuk mendukung perawatan yang baik hendaknya perawat
selalu memperbaharui ilmunya baik melalui pendidikan maupun
pelatihan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Selain di jadikan bahan acuan dalam penerapan asuhan
keperawatan langsung kepada klien, informasi dalam karya tulis ilmiah
ini juga dapat menambah dan melengkapi buku tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Gastritis untuk menunjang penulisan
dan penyusunan karya tulis ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Gustin, Rahmi Kurnia, (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian


gastritis. Jakarta : EGC

Sarutun (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta : EGC

John, K. 2006. Jantung Kuat Bernapas Lega. Indonesia Publishing House.


Bandung.

Uripi, V. 2001. Menu untuk Penderita Hepatitis dan Gangguan Saluraan


Pencernaan. Puspa Swara. Jakarta.

Depkes. (2012). Distribusi Penyakit sistem Cerna Pasien Rawat Inap Menurut
Golongan Sakit Indonesia Tahun 2006.

Potter & Perry, (2005).Buku Saku Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

, (2013).Buku Saku Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Sarutun (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta : EGC

Smeltzer, S., Bare, P. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah. Edisi 8


jilid 2.Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Irawati, U. 2012. Studi Terapi Pemberian Obat Pada Pasien Gastritis Di


Puskesmas Dulalowo Tahun 2012.

Yanti, M. 2010. Hubungan Rentang Stres Dan Kebiasaan Pemakaian Obat Anti
Inflamasi Non Steroid Dengan Kejadian Gastritis Di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUP Dr. Djamil Padang Tahun 2010. Penelitian Keperawatan
Medikal Bedah. Universitas Andalas. (http://www.penelitian-
yantimega.pdf). Diakses 17 Juli 2014.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai