Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

“ MELAKSANAKAN DAN MENEGAKKAN HAK DAN KEWAJIBAN


DALAM KEIKUT SERTAAN DALAM MEMAJUKAN PEREKONOMIAN
MASYARAKAT ”

Disusun Oleh :
Mutiara Rahmi ( 21032010178 )
Indah Yansi Nofianto ( 21032010186 )
Muhammad Alfin Sukma ( 21032010192 )
Ayunda Putri Anasya L ( 21032010197 )
Rizky Fatmawati Pudjo Wita ( 21032010204 )

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan YME karena atas
berkat, rahmat, serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ Melaksanakan Dan Menegakkan Gak Dan Kewajiban Dalam Keikut
Sertaan Dalam Memajukan Perekonomian Masyarakat ”
Tidak lupa kami ucapkan terima kash kepada Drs. Pailan, M. Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah umum kewarganegaraan G180 yang membimbing
kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan
yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan sara dari
teman-teman maupun dosen, demi tercapainya makalah yang sempurna.

Surabaya, 23 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB 1...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
I.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
II.1 Landasan Sistem Ekonomi Indonesia....................................................... 3
II.2 Ciri – Ciri Ekonomi Pancasila .................................................................. 7
II.3 Undang-Undang Dasar 1945 dan Pembangunan di Bidang Ekonomi ..... 7
II.4 Deskripsi Pemikiran Mohammad Hatta ................................................. 11
II.5 Tujuan Sistem Ekonomi ......................................................................... 12
II.6 Tujuan dan Sasaran Demokrasi Ekonomi Indonesia .............................. 13
II.7 Ciri-ciri Positif Demokrasi Ekonomi ..................................................... 14
II.8 Ciri-ciri negatif yang harus dihindari dalam demokrasi ekonomi .......... 14
II.9 Struktur Perekonomian Indonesia .......................................................... 15
II.10 Perubahan Struktur Ekonomi ................................................................. 16
II.11 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ............ 17
II.12 Evolusi Ekonomi Indonesia.................................................................... 18
BAB III ................................................................................................................. 21
PENUTUP ............................................................................................................ 21
III. 1 Kesimpulan............................................................................................. 21
III.2 Saran ....................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara
untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun
organisasi di negara tersebut. Sistem perekonomian juga dapat diartikan sebagai
cara suatu bangsa atau Negara untuk mengatur kehidupan ekonominya agar tercapai
kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi
lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengat faktor produksinya. Dalam
beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi.
Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah.
Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada di antara dua sistem ekstrim tersebut.
Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan dari cara
sistem tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian terencana
(planned economies) memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-
faktor produksi dan alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian pasar
(market economic), pasar lah yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi
barang dan jasa melalui penawaran dan pemerintah.
Tidak ada satu negarapun yang bisa menerapkan suatu sistem perekonomian
secara ekstrim. Di Indonesia, pemerintah mempunyai peran penting sebagai wasit
dalam megawasi jalannya perekonomian.
Pemerintah perlu mendukung dan melindungi para pelaku ekonomi atau
masyarakat ekonomi lemah demikian pula terhadap para pengusaha muda, dengan
berbagai kebijakan yang meringankan, sehingga pada akhirnya dapat tumbuh
mandiri.
Salah satu bentuk pembangunan sosial ekonomi menjadi dinamika tersendiri
dalam pembangunan nasional bangsa Indonesia karena dalam praktiknya masih
banyak mengalami tantangan dan tuntutan yang harus dipecahkan. Salah satunya
adalah penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial sebagaimana yang diamanatkan
oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, utamanya

1
seperti dimaksud dalam Pasal 28H ayat (3) yang menyatakan: “Setiap orang berhak
atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat” dan Pasal 34 ayat (2) yang menyatakan: “Negara
mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan matabat kemanusiaan”.
Lebih lanjut Sistem Jaminan Sosial juga diatur dan dijamin dalam deklarasi umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia yang dideklarasikan pada
tanggal 10 Desember 1948, dan juga ditegaskan dalam konvensi ILO (International
Labour Organization) Nomor 102 Tahun 1952 yang pada intinya menganjurkan
semua negara untuk memberikan perlindungan minimum kepada setiap tenaga
kerja.
I.2 Rumusan Masalah
Faktor mendasar apa yang menjadikan masyarakat banyak yang menjadi
pengangguran ?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan mengenai faktor faktor apa saja yang
mempengaruhi perekonomian Indonesia yang tidak begitu stabil
1. Untuk mengetahui Hak Dalam Keikut Sertaan Dalam Memajukan
Perekonomian Masyarakat.
2. Untuk mengetahui Kewajiban Dalam Keikut Sertaan Dalam Memajukan
Perekonomian Masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Landasan Sistem Ekonomi Indonesia


Secara normatif landasan idiil sistem ekonomi Indonesia adalah Pancasila
dan UUD 1945. Dengan demikian maka sistem ekonomi Indonesia adalah sistem
ekonomi yang berorientasi kepada Ketuhanan Yang Maha Esa (berlakunya etik dan
moral agama, bukan materialisme); Kemanusiaan yang adil dan beradab (tidak
mengenal pemerasan atau eksploitasi); Persatuan Indonesia (berlakunya
kebersamaan, asas kekeluargaan, sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi dalam
ekonomi); Kerakyatan (mengutamakan kehidupan ekonomi rakyuat dan hajat
hidup orang banyak); serta Keadilan Sosial (persamaan/emansipasi, kemakmuran
masyarakat yang utama – bukan kemakmuran orang-seorang).
Dari butir-butir di atas, keadilan menjadi sangat utama di dalam sistem
ekonomi Indonesia. Keadilan merupakan titik-tolak, proses dan tujuan sekaligus.
Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal utama bertumpunya sistem ekonomi
Indonesia yang berdasar Pancasila, dengan kelengkapannya, yaitu Pasal-pasal 18,
23, 27 (ayat 2) dan 34.
Berdasarkan TAP MPRS XXIII/1966, ditetapkanlah butir-butir Demokrasi
Ekonomi (kemudian menjadi ketentuan dalam GBHN 1973, 1978, 1983, 1988),
yang meliputi penegasan berlakunya Pasal-Pasal 33, 34, 27 (ayat 2), 23 dan butir-
butir yang berasal dari Pasal-Pasal UUDS tentang hak milik yuang berfungsi
sosial dan kebebasan memilih jenis pekerjaan. Dalam GBHN 1993 butir-butir
Demokrasi Ekonomi ditambah dengan unsur Pasal 18 UUD 1945. Dalam GBHN
1998 dan GBHN 1999, butir-butir Demokrasi Ekonomi tidak disebut lagi dan
diperkirakan “dikembalikan” ke dalam Pasal-Pasal asli UUD 1945.
Landasan normatif-imperatif ini mengandung tuntunan etik dan moral
luhur, yang menempatkan rakyat pada posisi mulianya, rakyat sebagai pemegang
kedaulatan, rakyat sebagai ummat yang dimuliakan Tuhan, yang hidup dalam
persaudaraan satu sama lain, saling tolong-menolong dan bergotong-royong.
Di dalam usaha-usaha membina sistem eonomi yang khas bagi Indonesia,
kiranya, sebaiknya kita berpegang pada pokok-pokok fikiran sebagaimana

3
tercantum dalam Pancasila, khususnya dokumen "Lahirnya Pancasila" dan UUD
45, khususnya pasal-pasal 23, 27, 33 dan 34.
Dari Pancasila adalah sila "Keadilan Sosial" yang paling relevan untuk
ekonomi. Sila ini mengandung dua makna, yakni sebagai prinsip pembagian
pendapatan yang adil dan prinsip demokrasi ekonomi.
Ditempatkan dalam persepketif sejarah maka hasrat ingin mengejar
pembagian pendapatan yang adil mudah difahami. Pembagian pendapatan di masa
penjajahan adalah sangat tidak adil. Kurang daripada 3% dari jumlah penduduk
[yang terutama adalah bangsa asing] menerima lebih dari 25% dari pendapatan
nasional Indonesia. Karenanya, maka pola pembagian pendapatan serupa ini perlu
dirombak secara drastis.
Akan tetapi yang dikejar bukan saja "masyarakat yang adil dalam
pembagian pendapatannya" tapi juga "masyarakat yang makmur". Ini berarti bahwa
tingkat pertumbuhan dari pendapatan nasional harus juga meningkat.
Di masa penjajahan, pertumbuhan eonomi berlangsung berdasarkan free
fight competition liberalism. Dalam pertarungan kompetisi ekonomi serupa ini,
bangsa Indonesia tertinggal oleh karena tidak memiliki alat-alat produksi
yang compatible. Maka sistem ekonomi liberal serupa ini menambahkan
ketidakadilan dalam pembagian pendapatan, karena yang ekonomi kuat, semakin
kuat, sedangkan yang lemah ketinggalan.
Guna menghindari pengalaman pahit serupa inilah, sila "Keadilan Sosial"
menekankan perlunya: demokrasi ekonomi. Hakekatnya adalah
suatu medezeggenschap di dalam unit ekonomi [pabrik, perusahaan, ekonomi
negara dan lain-lain].
Prinsip demokrasi ekonomi ini terjelma dalam UUD 45 pasal 23, 27, 33 dan
34. Di dalam pasal 23 yang menonjol adalah hak budget DPR-GR. Ini berarti bahwa
pemerintah boleh menginginkan rupa-rupa hal, rencana dan proyek, akan tetapi
pada instansi terakhir adalah rakyat sendiri yang memutuskan apakah rencana atau
proyek bakal dilaksanakan, oleh karena hak-budget, hal menetapkan sumber
penerimaan negara [pajak] dan macam-macam serta harga mata uang berada di
tangan DPR-GR.

4
Inilah prinsip medezeggenschap atau demokrasi ekonomi dalam sistem
ekonomi pancasila kita. Dan untuk mencek kemudian apakah pemerintah tidak
menyimpang dari kehendak DPR-GR, maka DPR-GR dapat menggunakan
pemeriksaan melalui Badan Pemeriksaan Keuangan.
Tentu semuanya ini di dalam iklim kehidupan kenegaraan di mana
rechtszekerheid terjamin. Oleh karena itu, pasal 27 mewajibkan semua kita [baik
penguasa tertinggi maupun warga negara biasa] menjunjung Hukum.
Di dalam sistem ekonomi yang menjamin demokasi-ekonomi maka tiap-
tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak [pasal 27].
Hak atas pekerjaan tidaklah melulu privilege suatu kliek atau golongan tertentu.
Semua berhak memperoleh equal opportunity. Akan tetapi manakala ia jatuh
terlantar menjadi fakir miskin, maka naluri kemanusiaan kita, sesuai jiwa Pancasila,
menugaskan kepada negara untuk memelihara mereka yang terlantar itu [pasal 34].
Prinsip demokrasi ekonomi juga menjelma dalam pasal 33 "Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluaragaan". Di sini [dalam
pengjelasan tentang UUD] menonjol tekanan pada "masyarakat": "Produksi
dikerjakan di bawah pimpinan atau pemilikan anggotanggota masyarakat."
Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang
seorang. "Masyarakat" tidak sama dengan "negara". Sehingga jelaslah bahwa
sistem ekonomi Pancasila tidak saja menolak free fight liberalism akan tetapi juga
etatisme [ekonomi komando], di mana negara beserta aparatur ekonomi negara
berdomisili penuh dan mematikan inisiatif masyarakat.
Tetapi ini tidak berarti bahwa negara lalu berpangku-tangan. Pasal 33 juga
menekankan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara. Sedangkan bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung dalam bumi dikuasai negara untuk digunakan bagi
kemakmuran rakyat.
Jadi negara menguasai sektor-sektor yang strategis. Maka dapatlah sistem
ekonomi pancasila ini diumpamakan seperti lalu-lintas di Jakarta. Masing-masing
anggota masyarakat bebas berjalan di jalan-jalan. Akan tetapi dalam kebebasan itu
terkandung pertanggungjawaban untuk mengutamakan kepentingan umum.

5
Kita tak bisa sesuka hati tancap gas dan membahayakan lalu-lintas. Karena
itu maka peraturan lalu-lintas harus dipatuhi. Untuk mengatur kelancaran lalu
lintas, polisi lalu lintas menguasai tempat-tempat strategis, seperti simpang empat,
lima dan sebagainya. Polisi lalu lintas tidak menguasai semua jalan, paling-paling
sewaktu ia mencek dan mengontrol. Jalan yang kita pijak, hawa yang kita hirup,
sungguh pun kita jalani, adalah bukan milik individu, tetapi milik negara.
Maka begitulah secara sederhana sistem ekonomi Pancasila. Ia tidak ketat
seperti sistem ekonomi etatisme ala Uni Sovyet, tidak pula liberal ala Amerika
Serikat. Ia adalah kebebasan dengan tanggungjawab, keteraturan tanpa mematikan
inisiatif rakyat, mengejar masyarakat yang adil dan makmur atas landasan
demokrasi ekonomi.
Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) merupakan sistem ekonomi yang digali
dan dibangun dari nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat Indonesia. Beberapa
prinsip dasar yang ada dalam SEP tersebut antara lain berkaitan dengan prinsip
kemanusiaan, nasionalisme ekonomi, demokrasi ekonomi yang diwujudkan dalam
ekonomi kerakyatan, dan keadilan
Sebagaimana teori ekonomi Neoklasik yang dibangun atas dasar faham
liberal dengan mengedepankan nilai individualisme dan kebebasan pasar
(Mubyarto, 2002: 68), SEP juga dibangun atas dasar nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat Indonesia, yang bisa berasal dari nlai-nilai agama, kebudayaan, adat-
istiadat, atau norma-norma, yang membentuk perilaku ekonomi masyarakat
Indonesia. Suatu perumusan lain mengatakan bahwa : “ Dalam Demokrasi
Ekonomi yang berdasarkan Pancasila harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut:
• Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap
manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan
dan mempertahankan kelemahan structural ekonomi nasional dan posisi Indonesia
dalam perekonomian dunia.
• Sistem etatisme dalam arti bahwa negara berserta aparatus ekonomi negara
bersifat dominan, mendesak dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit
ekonomi diluar sektor negara.
• Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu
kelompok dalam berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan

6
masyarakat dan cita-cita keadilan sosial.” (GBHN 1993).
Seorang pakar senior lain mengatakan bahwa terdapat 5 ciri pokok dari sistem
ekonomi Pancasila yaitu : (Mubyarto, 1981).
1. Pengembangan koperasi penggunaan insentif sosial dan moral.
2. Komitmen pada upaya pemerataan.
3. Kebijakan ekonomi nasionalis
4. Keseimbangan antara perencanaan terpusat
5. Pelaksanaan secara terdesentralisasi

II.2 Ciri – Ciri Ekonomi Pancasila


1. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah.
Contoh hajad hidup orang banyak yakni seperti air, bahan bakar minyak /
BBM, pertambangan / hasil bumi, dan lain sebagainya.
2. Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga dengan
peranan pihak swasta yang posisinya penting namun tidak mendominasi.
Sehingga tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem
ekonomi komando. Kedua pihak yakni pemerintah dan swasta hidup
beriringan, berdampingan secara damai dan saling mendukung.
3. Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi
dilakukan oleh semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota
masyarakat.
4. Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari
atas asas kekeluargaan antar sesama manusia.

II.3 Undang-Undang Dasar 1945 dan Pembangunan di Bidang Ekonomi


UUD 1945 menegaskan di dalam pembukaanya bahwa salah satu tujuan
negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Penegasab di atas
tidak terlepas dari pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan yaitu bahwa
negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Karena pembukaan UUD 1945 bserta seluruh pokok-pokok pikiran yang
terkandung di dalamnya menjiwai Batang Tubuh UUD, maka tujuan itupun

7
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal seperti dalam pasal 23, pasal 27 serta pasal
33 dan 34. namun demikian, diantara pasal-pasal yang paling pokok dan melandasi
usaha-usaha pembangunan di bidang ekonomi pasal 33.
Pasal 33 tersebut menyatakan sebagai berikut :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekelurgaan.
2. Cabang-Cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terjkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Mengenai pasal ini penjelasan UUD mengatakan : “ Dalam pasal 33
tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi di kerjakan oleh semua. Untuk
semua di bawah pimpinan atau pemikiran anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakatlah yang di utamakan, bukan kemakmuran orang-seorang,
sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi.
Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang.
Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang mengusai
hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tuympuk produksi jatuh
ketangan orang-orang yang banyak ditindasinya. Hanya perusaan yang tidak
mengusasi hajat hidup orang banyak boleh ada di tangan orang-orang.
Bumi dan air dan kekayaan alam terkandung dalam bumi adalah pokok-
pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pasal 33 UUD 1945 merupakan pasal yang amat penting karena pasal ini
menjadi landasan dan pangkal tolak bagi pembangunan ekonomi. Bahwa masalah
perekonomiandi cantumkan dalam suatu pasal di bawah Bab mengenai
Kesejahteraan Sosial, mempunyai makna yang dalam dan menunjukan dengan jelas
bahwa tujuan ekonomi nasional adalah untuk kesejahteraan sosial dan kemakmuran
bagi rakyat banyak dan bukan untuk orang perorangan atau suatu golongan. Dalam
pasal 33 UUD 1945 ini pula di tegaskan asas demokrasi ekonomi dalam dalam
perekonomian Indonesia.

8
Berdasarkan pasal 33 UUD 1945 tersebut, GBHN menggariskan bahwa
pembangunan di bidang ekonomi yang di dasarkan kepada Demokrasi Ekonomi
menentukan bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan
pembangunan. Sedangkan Pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan
bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi
perkembangan dunia usaha. Sebaliknya dunia usaha perlu memberikan tangggapan
terhadap pengarahan dan bimbingan serta penciptaan iklim tersebut dengan sigiat-
giatnya yang nyata. Demokrasi ekonomi sebagai dasar pelaksanaan pembangunan
memiliki ciri-ciri positif yang perlu terus menerus dipupuk dan dan di kembangkan.
Ciri-ciri positif tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak di kuasai oleh Negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh
Negara dan di pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Sumber-sumber Kekayaan dan keungan Negara digunakan dengan permufakatan
lembanga-lembaga Perwakilan Rakyat, serta pengawasan terhadap
kebijaksanaannya ada pada lembaga-lembaga Perwakilan Rakyat pula.
5. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilikh dalam memilih pekerjaan
yang dikehendaki serta mempunyai hak dan penghidupan yang layak.
6. Hak milik perorangan diakui dan dimanfaatjannya tidak boleh bertentangan
dengan kepentingan masyarakat.
7. Potensi, inisiatif dan daya kreasi warga Negara diperkembangkan sepenuhnya
dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
8. fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.
Sebaliknya, dalam Domokrasi Ekonomi harus dihindari timbulnya ciri-ciri negatif
sebagai berikut :
1. Sistem free Fight Liberalime yang membutuhkan eksploitasi terhadap manusia
dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan
mempertahankan kelemahan stuctural posisi Indonesia dalam ekonomi dunia.

9
2. Sistem etatisna dalam nama Negara beserta aparatur ekonomi Negara bersifat
dominant serta mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi
sector Negara.
3. Pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam bentuk monopoli yang
merugikan masyarakat.
Dalam mengembangkan kopresi, Presiden mengatakan dalam pidato
kenegaraan tanggal 16 Agustus 1983 : “Dalam rangka mendorong prakarsa dan
partisipasi rakyat itu, pengembangan koperasi merupakan usaha yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi dalam tanggung jawab kita bersama untuk melaksanakan
semangat dan kehendak pasal 33 UUD. Dalam Repelita IV koperasi harus semakin
l;uas dan berakar alam masyarakat, sehinga koperasi secara bertahap dapat menjadi
salah satu sokoguru perekonomian nasional kita. Untuk itu peranan dan usaha
koperasi perlu ditingkatkan dan diperluas bebagai sector. Seperti sector pertaniaan,
perindustrian, perdagangan, angkutan, kelistrikan, dan lain-lain. Dalam rangka
mempercepat pertumbuhan koperasi dibergaigai bidang tadi, maka akan di dorong
dan dikembangkan kerjasama anatara koperasi dengan usaha swasta dan usaha
Negara. Di samping itu juga kita akanlanjutkan penggunaan koperasi fungsional
seperti koperasi buruh dan kariawan perusahaan, koperasi pegawai negeri, koperasi
mahasiswa dan sebagainya sehingga koperasi makin memasyarakat dan makin
membudaya.
Dengan demikian terhadapt tiga unsur penting dalam tata perekonomian
yang di susun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dalam
Demokrasi Ekonomi yang sector Negara, sector swasta dan koperasi. Ketiga sector
ini harus dikembangkan secara serasi dan mantap.

10
II.4 Deskripsi Pemikiran Mohammad Hatta
Bung Hatta adalah salah satu the founding father dan tokoh proklator
republik indonesia bersama soekarno. Dalam sejarah percaturan politik dan
pemikiran politik diindonesia pada masa kolonialisme dan pendudukan jepang
sserta pada era kemerdekaan mereka menjadi aikon bangsa indonesia dalam
merancang indonesia yang merdeka dan beraulat, berkesejahteraan.
Sekilas menelusuri kehidupan pribadin Hatta (1902-1980), keluarganya,
serta pendidikan dan perjuangan politiknya sangat penting karena sangat
berpengaruh dalam bentuk cara berpikir. Hatta ketika kecil di Minagkabau terjaadi
gejolak dan peperangan akibat prilaku kolonial belanda banyak berbuat tidak adil
dan semena-mena pada rakyat.sehingga berakhir pada peperangan antara nagari
kamang bukittiggi dengan pmerintah kolonial belanda pada 1908. Hatta
disekolahkan oleh oran tuanya di Sekolah Rakyat, hanya tiga tahun ia pindah
kesekolah belanda,yakni Europese Lagere School (ELS). kemudian dia kuliah di
belanda di Handels Hoogere School, dengan mengambil jurusan ekonomi
perdaganga. Perjuangan Hatta pada pergulatan politik yang mempengaruhi
pembentukkan kepribadiannya adalah ikut terlibat dalam kegiatab Jon Sumatrane
Bon (JSB), serta pergaulannya dengan orang terkemuka dijakarta. Antara lain H
Agus Slamim, Abdoel Moeis. Dibelanda Hatta pernah memimpin Perhimpunan
Indonesia (PI), melalui organisasi ini dia menegaskan perlunya sikap
Nonkooperatif untuk mengusir imperialisme Belanda demi tercapainya indonesia
merdeka. Melalui semboyang “indonesia merdeka sekarang juga!” Hatta
menghadiri forum internasional atau kongres anti inperialisme. Pada kongres anti
imperialisme di Brussel pada 1927 dia berkenalan dengan tokoh dari belahan negara
lain seperti tokoh pergerakn India Pandit Jawarha Nehru.
Atas hasil pergulatannya dengan dunia luar dan dalam negri Bug Hatta
menjadi tokoh yang menakutkan bagi Belannda dengan ketajaman berpikirnya.
Memang menyelami pemikiran politik Hatta tentang politik keindonesia ibarat
menyelam samudra luas. Begitu luas pemmaham yang beliau sumbagkan tentang
konsep Negara yang ideal bagi tegaknya indosesia yang beradab, mandiri, dan
sejahterah. Ada beberapa hal penting pemikiran politik Bung Hatta yang tersohor
tentang “Demokrasi Ekonomi” yang mendampingi “demokrasi politik” antara lain:

11
Menurut Hatta kerakyatan dalam sistem ekonomi mengetengahkan
pentingnya pengutamaan kepentingan rakyat, khusunya hajat hidup orang
banyak,yang bersumber pada kedaulatan rakyat atau demokrasi. Oleh karena itu
tidak berlaku sisem “ortodoksi ekonomi” sebagaimana pula demokrasi politick
menolak “otokrasi politik”.
Dalam demokrasi ekonomi yang diajukan Bung Hatta berlaku “parisipasi
ekonomi”, dan “emansipasi ekonomi”. Denokrasi itulah yang dimaksudnnya yang
bermakna pada paham kerakyatan, bahwa rakyat adalah berdaulat.Bagaimana
menegakkan dan menciptakan suatu masyarakat yang baik dan sejahterah. Untuk
mencapai itu menurut Hatta, Pertama, harus ada jiwa dan semangat tolong
menolong antara anggota dan warga masyarakat. Kedua, negara (politik) harus
bersifat aktif dan tidak hanya menyerahkan sepenuhnya persoalan ekonomi kepada
mekanisme pasar swasta dan koperasi. Bagi Bung Hatta kondisi seperti itu bisa
menciptakan efisiensi yang tinggi sehingga mampu mengantarkan masyarakat pada
tingkat kesejahteraan yang diharapkan. Atas pemikiran itu Hatta di juluki sebaga
bapak kedaulatan, bapak koperasi (ekonomi) bangsa ini.
Atas pemikiran-politik tentang kedaulatan rakyat tersebut Bung Hatta
mengalami tudingan oleh kawan-kawan seperjuangannya dan para analisis tentang
pokok ajaran pikirannya tentang demokrasi politik dan demokrasi ekonomi
dikemudian hari. Misalnya dalam konteks pemikiran islam perannya dalam
menghapus tujuh (7) kata Piagam jakkarta menjelang proklamasi kemerdekaan,
telah menyebabkan dirinya tidak sebagai kelompk islam. Misalnya Ki Bagus
Hadikusumo, Abdul Khar Muzakkar, M. Natsir, Syafruddin Prawira Negara dan
lain-lain. Mengatakan sebagai “kelompok nasionalis” seperti Soekarno, dan
Sjahrir.Hatta juga dicap sebagai kelompok “Nasionalis Sekuler” sebagai antitesis
dari nasionalis islam. Demiian yang dikatakan TH. Sumartana dan MC Ricklefs.
Lain dari pada itu, Endang Saifunddi Anshari mengatakan Hatta adalah “nasionalis
muslim sekuler.

II.5 Tujuan Sistem Ekonomi


Tujuan sistem ekonomi suatu bangsa atau suatu negara pada umumnya
meliputi empat tugas pokok:

12
a. Menentukan apa, berapa banyak dan bagaimana produk-produk dan jasa-jasa
yang dibutuhkan akan dihasilkan.
b. Mengalokasikan produk nasional bruto (PNB) untuk konsumsi rumah tangga,
konsumsi masyarakat, penggantian stok modal, investasi.
c. Mendistribusikan pendapatan nasional (PN), diantara anggota masyarakat :
sebagai upah/ gaji, keuntungan perusahaan, bunga dan sewa.
d. Memelihara dan meningkatkann hubungan ekonomi dengan luar negeri.
(Grossman, Gregoary, 1967).

II.6 Tujuan dan Sasaran Demokrasi Ekonomi Indonesia


Menurut San Afri Awang Kepala Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM,
tujuan utama penyelenggaraan demokrasi ekonomi pada dasarnya adalah untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui peningkatan
kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian. Bila
tujuan utama ekonomi kerakyatan itu dijabarkan lebih lanjut, maka sasaran pokok
ekonomi kerakyatan dalam garis besarnya meliputi lima hal berikut:
a. Tersedianya peluang kerja dan penghidupan yang layak bagi seluruh anggota
masyarakat.
b. Terselenggaranya sistem jaminan sosial bagi anggota masyarakat yang
membutuhkan, terutama fakir miskin dan anak-anak terlantar.
c. Terdistribusikannya kepemilikan modal material secara relatif merata di antara
anggota masyarakat.
d. Terselenggaranya pendidikan nasional secara cuma-cuma bagi setiap anggota
masyarakat.
e. Terjaminnya kemerdekaan setiap anggota masyarakat untuk mendirikan dan
menjadi anggota serikat-serikat ekonomi.
Agar tetap bisa mengikuti perkembangan zaman, koperasi harus bisa memberikan
sumbangan nyata kepada pemberdayaan ekonomi rakyat. Jika hal ini tidak
dilakukan maka koperasi yang diharapkan akan menjadi sokoguru perekonomian
nasional tidak akan mampu untuk bersaing dengan pelaku ekonomi lain baik
pemerintah maupun swasta.
Tujuan yang diharapkan dari penerapan Sistem Demokrasi Ekonomi Indonesia

13
a. Membangun Indonesia yang berdikiari secara ekonomi, berdaulat secara politik,
dan berkepribadian yang berkebudayaan
b. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan
c. Mendorong pemerataan pendapatan rakyat
d. Meningkatkan efisiensi perekonomian secara nasional

II.7 Ciri-ciri Positif Demokrasi Ekonomi


a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan
b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hiduporang banyak dikuasai oleh negara
c. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
d. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara
e. Setiap warga negara diberi kebebasan untuk memilih dalam menentukan
pekerjaan dan penghidupan yang layak.
f. Hak milik perseorangan diakui, tetapi dalam batas pemanfaatannya tidak
bertentangan dengan kepentingan umum.
g. Penggunaan sumber-sumber keuangan dan kekayaan negara atas permufakatan
lembaga-lembaga perwakilan rakyat, sedangan pengawasan dan kebijakannya ada
pada lembaga-lembaga perwakilan rakyat, dan
h. Potensi inisiatif, serta daya kreasi setiap warga negara dikembangkan sepenuhnya
dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.

II.8 Ciri-ciri negatif yang harus dihindari dalam demokrasi ekonomi


a. Sistem persaiangan bebas (free fight liberalism) yang akan menyebabkan homo
homini lupus
b. Sistem etatisme yang memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk
mendominasi perekonomian sehingga akan mematikan potensi dan daya kreasi
masyarakat
c. Sistem monopoli yang memusatkan kekuasaan ekkonomi pada satu kelompok
yang akan merugikan masyarakat

14
II.9 Struktur Perekonomian Indonesia
Berdasarkan tinjauan makro-sektoral perekonomian suatu negara dapat
berstruktur agraris (agricultural), industri (industrial), niaga (commercial) hal ini
tergantung pada sector apa/mana yang dapat menjadi tulang punggung
perekonomian negara yang bersangkuatan.
Pergeseran struktur ekonomi secara makro-sektoral senada dengan
pergeserannya secara keuangan (spasial). Ditinjau dari sudut pandang keuangan
(spasial), struktur perekonomian telah bergeser dari struktur pedesaan menjadi
struktur perkotaan modern.
Struktur perekonomian indoensia sejak awal orde baru hingga pertengahan
dasa warsa 1980-an berstruktur etatis dimana pemerintah atau negara dengan
BUMN dan BUMD sebagai perpanjangan tangannya merupakan pelaku utama
perekonomian Indonesia. Baru mulai pertengahan dasa warsa 1990-an peran
pemerintah dalam perekonomian berangsur-angsur dikurangi, yaitu sesudah secara
eksplisit dituangkan melalui GBHN 1988/1989 mengundang kalangan swasta
untuk berperan lebih besar dalam perekonomian nasional.
Struktur ekonomi dapat pula dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi
pengambilan keputusan. Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya
dapat dikatakan bahwa struktur perekonomian selama era pembangunan jangka
panjang tahap pertama adalah sentralistis. Dalam struktur ekonomi yang
sentralistik, pembuatan keputusan (decision-making) lebih banyak ditetapkan
pemerintah pusat atau kalangan atas pemerintah (bottom-up).

15
II.10 Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi dalam jangka panjang, mengikuti pertumbuhan
pendapatan nasional, akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi,
dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sector utama ke ekonomi
modern yang didominasi sector non primer, khususnya industri manufaktur
dengan increasing return to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan
pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan
ekonomi (Weiss, 1988).
Meminjam istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi umum disebut
transformasi structural dan dapat didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang
saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintan agregat, perdagangan
luar negeri (ekspor dan impor), dan penawaran agregat (produksi dan penggunaan
factor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna
mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
(Chenery, 1979).
1. Teori
Teori perubahan structural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme
transformasi ekonomi yang dialami oleh negara-negara sedang berkembang, yang
semula bersifat subsisten (pertanian tradisional) dan menitikberatkan sector
pertanian menuju struktur perekonomian yang lebih modern yang didominasi sector
non primer, khususnya industri dan jasa. Ada 2 teori utama yang umum digunakan
dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi yakni dari Arthur Lewis (teori
migrasi) dan Hollis Chenery (teori transformasi structural).
Teori Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan
ekonomi yang terjadi di pedesaan dan perkotaan (urban). Dalam teorinya, Lewis
mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi
dua, yaitu perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sector
utama. Di pedesaan, karena pertumbuhan penduduknya tinggi, maka kelebihan
suplai tenaga kerja dan tingkat hidup masyarakatnya berada pada kondisi subsisten
akibat perekonomian yang sifatnya juga subsisten. Over supply tenaga kerja ini
ditandai dengan nilai produk marjinalnya nol dan tingkat upah riil yang rendah.

16
Di dalam kelompok negara-negara berkembang, banyak negara yang juga
mengalami transisi ekonomi yang pesat dalam tiga decade terakhir ini, walaupun
pola dan prosesnya berbeda antar negara. Hal ini disebabkan oleh perbedaan antar
negara dalam sejumlah factor-faktor internal berikut:
1) Kondisi dan struktur awal dalam negeri (economic base)
2) Besarnya pasar dalam negeri
3) Pola distribusi pendapatan
4) Karakteristik industrialisasi
5) Keberadaan SDA
6) Kebijakan perdagangan LN

II.11 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Subandi, dalam bukunya Sistem Ekonomi Indonesia, menulis bahwa factor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum, adalah:
1. factor produksi
2. factor investasi
3. factor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran
4. factor kebijakan moneter dan inflasi
5. factor keuangan negara
Sedangkan Tambunan, dalam bukunya Perekonomian Indonesia, menulis bahwa di
dalam teoti-teori konvensional, pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh
ketersediaan dan kualitas dari factor-faktor produksi seperti SDM, kapital,
teknologi, bahan baku, enterpreneurship dan energi. Akan tetapi, factor penentu
tersebut untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang, bukan pertumbuhan jangka
pendek.
Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan lebih baik, sama
atau lebih buruk dari tahun 2000 lebih ditentukan oleh factor-faktor yang sifatnya
lebih jangka pendek, yang dapat dikelompokkan ke dalam factor internal dan
eksternal.
Factor eksternal didominasi oleh factor-faktor ekonomi, seperti perdagangan
internasional dan pertumbuhan ekonomi kawasan atau dunia.

17
1. Faktor-faktor Internal
a. Factor ekonomi, antara lain:
• Buruknya fundamental ekonomi nasional
• Cadangan devisa
• Hutang luar negeri dan ketergantungan impor
• Sector perbankan dan riil
• Pengeluaran konsumsi
b. Faktor non ekonomi, antara lain:
o Kondisi politik, social dan keamanan
o PMA dan PMDN
o Pelarian modal ke luar negeri
o Nilai tukar rupiah
2. Faktor-faktor Eksternal
 Kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia

II.12 Evolusi Ekonomi Indonesia


Krisis ekonomi adalah proses penyesuaian suatu struktur perekonomian
dalam proses evolusinya. Krisis ekonomi mendorong adanya koreksi dari beberapa
ekonom sebagai mekanisme adaptasi alamiah untuk memperbaiki “kinerja”
perekonomian saat ini. Setiap koreksi merupakan bagian dari proses penyesuaian
perekonomian Indonesia terhadap perubahan lingkungan.
Serupa dengan evolusi alamiah mekanisme koreksi dapat berupa
proses anagenesis dan cladeogenesis. Pendekatan koreksi terhadap bagian-bagian
tertentu dalam suatu sistem perekonomian serupa dengan proses cladeogenesis. Hal
ini tampak jelas dalam perekonomian Indonesia pasca krisis 1998. Sementara,
pendekatan koreksi terhadap sistem sampai dengan landasan epistimologis ilmu
ekonomi merupakan proses koreksi yang serupa dengan proses anagenesis. Kondisi
ini pernah terjadi pada peralihan sistem ekonomi orde lama ke orde baru.
Umumnya para ekonom yang masih mempercayai prinsip-prinsip ekonomi
ortodoks yang menempatkan manusia sebagai makhluk ekonomi yang rasional
menggunakan pendekatan pertama dalam melakukan koreksi terhadap
perekonomian. Koreksi terhadap perekonomian dalam pendekatan ini

18
diprioritaskan untuk memperbaiki kinerja sistem perekonomian tanpa
meninggalkan prinsip-prinsip dasar homoeconomicus dalam implementasinya.
Perbaikan institusi perekonomian baik infrastruktur maupun suprastruktur
perekonomian menjadi jalan utama dalam mengkoreksi perekonomian dari krisis
ekonomi.
Pendekatan kedua dilakukan melalui pendekatan yang mengkoreksi prinsip-
prinsip dalam sistem perekonomian namun juga terhadap metodologi ilmu
ekonomi. Para ekonom dengan yang menggunakan pendekatan ini umumnya
menolak asumsi rasionalitas yang melekat secara inheren pada mazhab ekonomi
ortodoks. Contoh terkini bagaimana implementasi pendekatan kedua ini adalah
pembentukkan Grameen Bank di Bangladesh.
Apa yang terjadi di Grameen Bank serupa dengan yang pernah dirintis oleh
para ekonom seperti Mubyarto, Dawam Rahardjo dan Sri Edi Swasono. Para
ekonom tersebut memiliki perspektif berbeda tentang cara perekonomian Indonesia
bekerja dengan metode yang “sangat Indonesia” dan berbeda dengan metode
rasionalitas dalam ilmu ekonomi ortodoks. Pendekatan alternatif ini dalam
beberapa publikasi dikenal dengan ekonomi pancasila dan demokrasi ekonomi. Dua
pendekatan heteorodoks ini diperkenalkan oleh dua ekonom senior dari dua
Fakultas Ekonomi terpandang di negeri ini.
Berdasarkan konteks di atas pertanyaan tentang posisi ilmu ekonomi
ortodoks maupun heterodoks dalam proses keparipurnaan evolusi ekonomi
Indonesia menjadi relevan. Sebelum menjawabnya tidak ada salahnya jika kita
melihat kondisi saat ini perekonomian Indonesia. Kondisi saat ini perekonomian
Indonesia yang sering pula disebut oleh sebagai hadiah-hadiah masa lalu dari
seluruh proses evolusi baik secara anagenesis maupun cladeogenesis. Anagenesis
terjadi pada saat perubahan perekonomian orde lama ke orde baru, sementara
koreksi sistem perekonomian pasca krisis tahun 1998 menggambarkan
cladeogenesis pada perekonomian Indonesia. Selain kondisi saat ini, hal yang tidak
kalah pentingnya untuk dipertimbangkan adalah potensi dan lingkungan ekonomi
Indonesia di masa depan.
Pada situasi seperti inilah ada baiknya kita melihat bagaimana
perkembangan aplikasi ilmu ekonomi heteodoks yang digagas oleh Muhammad

19
Yunus di Bangladesh melalui Grameen Banknya. Dalam berbagai catatan
perkembangan Grameen Bank-nya terdapat salah satu simpulan penting yang dapat
diangkat yaitu Muhammad Yunus meskipun belum mampu mengembangkan ilmu
ekonomi heterodoks yang sesuai dengan negaranya namun beliau mampu
mengembangkan aplikasi ilmu ekonomi heterodoks di Bangladesh. Proses tersebut
tidak terlepas dari adaptasi baik yang dilakukan oleh Muhammad Yunus melalui
pengenalan terhadap kondisi internal masyarakatnya yang memiliki struktur asumsi
berbeda dengan struktur masyarakat dalam ilmu ekonomi heterodoks.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Ada baiknya para ekonom mulai lebih
jernih dalam melihat persoalan perekonomian Indonesia. Setiap ekonom harus
mampu keluar dari kotak mazhab mereka masing-masing dalam melihat karakter
pelaku ekonomi di Indonesia yang masih terdiri dari pelaku sektor modern dan
sektor tradisional yang saling diklaim oleh para ekonom ortodoks maupun
heterodoks terdapat dalam struktur ekonomi yang terpisah satu dengan yang lain.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh data statistik yang menunjukkan bahwa lebih dari
50% masyarakat Indonesia bekerja di sektor pertanian yang menyumbang tidak
lebih dari 30% dari produktivitas nasional saat ini.
Kondisi di atas secara gamblang menunjukkan bahwa anagenesis yang
terjadi dalam perekonomian Indonesia tidak terjadi secara sempurna. Proses
anagenesis perekonomian Indonesia terjadi secara sektoral atau dapat dianalogikan
terjadi hanya pada bagian kepala dan tenggorokan. Kondisi tersebut pasca tahun
1998 ternyata mengalami proses cladeogenesis yang cepat sehingga membentuk
kondisi perekonomian Indonesia seperti saat ini. Sementara bagian dada, perut dan
organ lain dalam perekonomian Indonesia tampak hanya mengalami cladeogenesis
dari struktur perekonomian Indonesia di awal kemerdekaan.
Sejauh ini solusi yang ditawarkan oleh para ekonom ortodoks belum optimal
mendorong proses anagenesis perekonomian Indonesia untuk serupa dengan
kondisi lingkungan ekonomi baik regional Asia maupun global. Sementara di sisi
lain para ekonom heterodoks masih berusaha mempertahankan bentuk struktur
tubuh perekonomian Indonesia sama seperti kondisi di awal kemerdekaan yang
diklaim sebagai kondisi ideal ekonomi Indonesia. Pencegahan terhadap proses
anagesis menjadi salah satu jalan dalam mempertahankan kondisi ideal ini.

20
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan
1. Penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial sebagaimana yang diamanatkan
oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
utamanya seperti dimaksud dalam Pasal 28H ayat (3) yang menyatakan:
“Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat” dan
Pasal 34 ayat (2) yang menyatakan: “Negara mengembangkan Sistem
Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu sesuai dengan matabat kemanusiaan”.
Lebih lanjut Sistem Jaminan Sosial juga diatur dan dijamin dalam deklarasi
umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia yang
dideklarasikan pada tanggal 10 Desember 1948, dan juga ditegaskan dalam
konvensi ILO (International Labour Organization) Nomor 102 Tahun 1952
yang pada intinya menganjurkan semua negara untuk memberikan
perlindungan minimum kepada setiap tenaga kerja.
2. Dengan demikian maka sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi
yang berorientasi kepada Ketuhanan Yang Maha Esa (berlakunya etik dan
moral agama, bukan materialisme); Kemanusiaan yang adil dan beradab
(tidak mengenal pemerasan atau eksploitasi); Persatuan Indonesia
(berlakunya kebersamaan, asas kekeluargaan, sosio-nasionalisme dan sosio-
demokrasi dalam ekonomi); Kerakyatan (mengutamakan kehidupan
ekonomi rakyuat dan hajat hidup orang banyak); serta Keadilan Sosial
(persamaan/emansipasi, kemakmuran masyarakat yang utama – bukan
kemakmuran orang-seorang).
3. Di dalam sistem ekonomi yang menjamin demokasi-ekonomi maka tiap-
tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak [pasal
27]. Sehingga jelaslah bahwa sistem ekonomi Pancasila tidak saja menolak
free fight liberalism akan tetapi juga etatisme [ekonomi komando], di mana
negara beserta aparatur ekonomi negara berdomisili penuh dan mematikan
inisiatif masyarakat. Pasal 33 juga menekankan bahwa cabang-cabang

21
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai negara.

III.2 Saran
1. Pemerintah harus lebih memberikan perhatian khusus terhadap kemajuan
perekonomian khususnya di daerah daerah tertinggal. Seperti memberikan
pelayanan yang optimal.
2. Pemerintah sebaiknya lebih berfokus pada kemandirian ekonomi dengan
mengurangi penambahan utang baru. Pengelolaan utang luar negeri (foreign
debt) dilaksanakan lebih transparan dan diawasi dalam penggunaan dan
pengelolaan utang sehingga akan lebih efektif dan efisien dalam
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
3. Pemerintah daerah harusnya membuka lapangan kerja yang padat karya
agar banyak masyarakat yang mendapatkan perkerjaan tetapi perlu melihat
sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan juga untuk mensejahterakan
masyarakatnya.

22
DAFTAR PUSTAKA
Affif, Faisal. 1994. Menuju Pemasaran Global. Bandung: Eresco
Jhingan. 1990. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Terjemahan D.Guritno,
S.H Pers. Jakarta
Juoro, Umar. 1990. Eknomi Pembangunan dan Perencanaan. Bandung: Blantika
Kusumaatmadja, Mochtar. 2002. Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan.
Bandung: Alumni
Lubis, T.Mulya. 1986. Peranan Hukum Dalam Perekonomian di Negara
Berkembang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Sudarsono, Juwono. 1990. Globalisasi Ekonomi dan Demokrasi Indonesia.
Yogyakarta: Prisma

23

Anda mungkin juga menyukai