Anda di halaman 1dari 2

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

1. Respon terapi baik klinis maupun parasitologis kelompok terapi DHP lebih baik

daripada kelompok terapi klorokuin meskipun secara statistik tidak berbeda

bermakna.

2. Angka kesembuhan penderita malaria vivax uncomplicated yang diterapi dengan

DHP lebih besar dibandingkan dengan angka kesembuhan yang diterapi dengan

klorokuin.

3. Angka kegagalan terapi penderita malaria vivax uncomplicated yang diterapi

dengan dengan klorokuin lebih besar dibandingkan dengan yang diterapi dengan

DHP.

4. Besarnya angka kegagalan terapi baik pada kelompok DHP maupun pada

kelompok CQ, tidak sesuai dengan standar WHO 2010 mengenai penggunaan

antimalaria disuatu wilayah yakni lebih dari 10%.

V.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lain seperti PCR, tes in vitro dan pengukuran kadar obat

untuk mendukung dan mengoreksi hasil penelitian ini dan membuktikan bahwa

kegagalan pengobatan yang terjadi baik pada kelompok DHP maupun pada

kelompok CQ adalah suatu proses resistensi.

91
92

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak

dan kriteria umur yang sesuai dengan protokol uji efikasi antimalaria WHO 2009.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membedakan apakah gejala

sampingan yang muncul selama pengamatan adalah akibat efek samping obat atau

akibat infeksi parasit malaria itu sendiri.

4. Bagi pemerintah perlu dilakukan monitoring dan evaluasi pemakaian DHP di NTT

khususnya di Kabupaten Kupang agar laporan adanya resistensi penggunaan obat

ini dapat diketahui dan ditindaklanjuti

5. Bagi pemerintah perlu ada kebijakan untuk penggunaan CQ terutama di daerah-

daerah yang mengalami kesulitan dalam pendistribusian obat ACT, mengingat

angka kegagalan terapi yang cukup tinggi dan laporan adanya resistensi terhadap

obat ini.

V.3. Ringkasan

I. Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi parasit yang masih menjadi

masalah kesehatan dunia, terutama di negara-negara beriklim tropis termasuk

Indonesia. Indonesia termasuk salah satu dari 10 negara di Asia Tenggara yang

tergolong daerah endemis tinggi (WHOa, 2010). Penyakit malaria masih ditemukan di

seluruh propinsi di Indonesia. Berdasarkan Annual Parasite Incidence (API),

Indonesia bagian Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi. Bila dilihat per

Anda mungkin juga menyukai