Anda di halaman 1dari 10

Peristiwa Jumat Kelabu Banjarmasin 1997

( Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan )

Anggota :
1. Al Rizka Nur Anfani (02)

2. Desta Rafi Herawan (06)

3. Devina Layla Putri (07)

4. Metha Putri (17)

5. Syara Nuraeni (33)

6. Zahwa Khairunisa (36)

SMA NEGERI 1 KARAWANG

2023

XI BAHASA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmatnya
kepada kita sekalian. Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang selalu
melimpahkan rahmatnya kepada kita sekalian. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada junjungan tauladan kita, nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya,
pengikutnya dan mudah-mudahan kita termasuk sebagai pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman.

Penulis Makalah ini di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh nilai
semester 1 untuk mata pelajaran PPKN. Dalam penyusunan dan penulisan Makalah ini tidak
terlepas dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati
menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Ibu Putri Utami Ningrum. S. Pd. selaku guru mata pelajaran PPkn yang telah membimbing
kami selama mata pelajaran diselenggarakan.
2. Orang tua kami yang telah mendoakan dan membantu kami selama pengerjaan Makalah
ini.
3. Saudara-saudara tercinta yang telah banyak memberi semangat, kasih sayang dan bantuan
baik secara moral dan materi demi lancarnya penyusunan Makalah ini.
4. Berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Makalah ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Dengan
demikian, selesainya Makalah ini penulis dengan bangga dan mempersembahkannya untuk
orang-orang tersayang. Semoga ini semua bermanfaat khususnya bagi saya sendiri selaku penulis
dan umumnya bagi pembaca.

Karawang, 4 September 2023

Kelompok 3

DAFTAR ISI

1
COVER…………………………………………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………...

1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………………………

1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..

1.4 Manfaat………………………………………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………….

2.1 ……………………………………………………………….

BAB III ANALISA MASALAH………………………………………………………………..

3.1 Indikasi Kapan Terjadinya Peristiwa Jumat Kelabu…………………….

3.2 Pemicu Terjadinya Peristiwa Jumat Kelabu……………………………….

3.3 Apakah Ada Indikasi Kapan Terjadinya Peristiwa Jumat Kelabu? Adakah Pihak yang
Menetralisir Kejadian
Tersebut?...................................................................................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………

4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..

4.2 Saran…………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

2
Kerusuhan merupakan gejala sosial yang normal terjadi di lingkungan masyarakat sosial
secara umum. kerusuhan dan konflik sosial merupakan suatu hal yang didasarkan atas perbedaan
pendapat atau keyakinan akan suatu hal yang tidak dapat disepakati secara bersama. Konflik ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi.

Di Indonesia sendiri terdiri dari banyaknya suku bangsa dengan segala


keanekaragamannya, agama dan kelompok tersebut memilik potensi akan terjadinya konflik
sosial yang dapat dilatar belakangi oleh agama, politik, budaya dan etnik. Karena Indonesia
merupakan masyarakat majemuk yang dimana kita dihadapkan oleh keberagaman sehingga
berbagai pertikaianpun akan dapat terjadi dan sering terjadi.

Hal ini menunjukan bahwa kita tidak hanya berda pada persoalan antar dua etnik, namun
lebih rumit dari itu berdasarkan struktur masyarakat Indonesia mencerminkan sistem sosial
budaya yang majemuk, baik secara horizontal maupun vertikal. Secara horizontal yaitu dengan
kenyataan bahwa adanya kesatuan-kesatuan entitas yang didasari perbedaan suku bangsa, adat,
agama, bahasa, dan ciri-ciri kedaerahan lainnya. Sedangkan secara vertikal ditandai dengan
perbedaan-perbedaan sosial yang cukup tajam. Peran pemerintah sebagai jembatan dimana
pemerintah daerah setempat dapat melakukan pengawasan dan kontrol terhadap mayarakat
sehingga dapat mencegah atau bahkan mengatasi konflik.

Kerusuhan yang terjadi di Banjarmasin memiliki kronologi yang panjang, yang menjadi
penyebabnya dari kerusuhan ini adalah rute kampanye yang tidak jelas, basis partai yang
menguasai Banjarmasin, karena masa salah satu OPP yang menganggu ibadah jamaah sholat
jumat, dan adanya agresivitas masa peserta kampanye. Bentuk dari Peace Building yang
dilakukan elemen – elemen masyarakat adalah dengan melakukan aksi damai turun ke jalan,
diskusi atau dialog, dan nonton bareng. Eelemn – elemen masyarakat berpendapat bahwa
menghadirkan kembali memori kerusuhan memiliki dua dampak negatif dan positif bagi
masyarakat. Namun, upaya tersebut perlu dibangun untuk menciptakan kesadaran bahwa konflik
itu menyakitkan, tidak menyenangkan sehingga jangan sampai terulang kembali.

Banjarmasin merupakan salah satu kota di Indonesia yang terkenal dengan masyarakat
yang harmoni, rukun religious ini pun tidak luput dari yang namanya konflik/kerusuhan. Selain
terkenal dengan julukan kota seribu sungai, kota banjarmasin ini juga terkenal dengan sebutan
kota langgar dengan banyaknya bangunan ibadah.

Pada waktu menjelang pemilu pada tahun 1997 bermula dari reaksi terhadap “gangguan”
Sholat jumat’ di Masjid Noor dari para simpatisan Golkar yang sedang berkampanye ketika itu,
tampak nya terjadi “pemicu” peristiwa kericuhan di Banjarmasin. Kemarahan massa di beberapa
tempat yang merasa Sholat jum’at terganggu geram dengan tingkah laku beberapa simpatisan
Golkar. Kejengkelan merata ini lah yang mereka rasakan dan membuat massa kemudian datang

3
secara begelombang. Jika diaamati dari satu sisi kejadian ini lah yang menjadi salah satu faktor
penyebab pecahnya konflik pada 23 Mei 1997 yang dikenal dengan sebutan Jum’at kelabu.

Banyak korban tewas pada kerusuhan dan banyak pula yang menderita luka parah. Dalam
konflik ini, kerugian materi juga tidak kalah banyak seperti ratusan rumah dibakar, gedung-
gedung pemerintah seperti gedung PLN cabang Banjarmasin, kantor Kanwil, Depsos Kalimantan
Selatan, kantor PDAM, kantor Pegadaian, BDN, Bank BRI, Bank Lippo, Bank Danamon, Panti,
Gereja Protestan, Sekolah, Gereja Katholik, Hotel, Swalayan, Apotek, Rumah jompo, Sarana
hiburan, mobil dan sepeda motor yang dibakar dan hancur-hancur dirusak massa.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dan untuk lebih terfokusnya
pembahasan yang akan dilakukan maka penulis merumuskan batasan-batasan masalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana kronologi peristiwa ‘jumat kelabu’ di Kota Banjarmasin tahun 1997?

2. Bagaimana bentuk memori kerusuhan yang dibangun elemen-elemen masyarakat sebagai alat
untuk menjaga peace building pasca kerusuhan di Kota Banjarmasin?

1.3 Tujuan

Tujuan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas PPKN, untuk mengetahui peristiwa dan
kronologi kerusuhan ‘jumat kelabu’ di Kota Banjarmasin dan untuk berbagi informasi tentang
pelanggaran HAM ‘jumat kelabu’ di Kota Banjarmasin.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diberikan melalui Makalah ini adalah dari segi teoris dan praktis yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Kerusuhan Banjarmasin terjadi pada tanggal 23 Mei 1997. Saat itu Banjarmasin dilanda
kerusuhan massal, menyusul kampanye Golkar pada hari terakhir putaran kampanye Partai
Persatuan Pembangunan menjelang pemilihan umum legislatif Indonesia 1997. Dilihat dari skala
kerusuhan dan jumlah korban serta kerugiannya, peristiwa yang kemudian disebut sebagai Jumat
Membara atau Jumat Kelabu itu termasuk salah satu yang terbesar dalam sejarah Orde Baru.
Namun, akibat ketertutupan pemerintah, tidak ada laporan yang akurasinya bisa dipercaya penuh
mengenai apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan pada waktu itu.

BAB III

ANALISA MAKALAH

3.1. Indikasi Kapan Terjadinya Peristiwa Jumat Kelabu

Kerusuhan besar pernah terjadi di Banjarmasin 23 Mei 1997 silam. Warga Banjarmasin
mengenalnya dengan tragedi 'Jumat Kelabu'. Banjarmasin luluh lantak kala itu. Akibatnya,
perekonomian kota babak belur. Perusakan, pembakaran hingga penjarahan terjadi di pusat kota.

5
Salah satu yang terparah di swalayan Mitra Plaza. Di situ pula ratusan nyawa melayang sia-sia.
Tak terkecuali yang luka-luka.

Ada yang hilang dan hingga sekarang tanpa kabar. Investigasi Tim Pencari Fakta
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menemukan sebanyak 123 korban
tewas, 118 orang luka-luka, dan 179 lain hilang. Tragedi kerusuhan itu menjadi catatan kelam
sejarah Banjarmasin. Parahnya, pemerintah tak bisa mengungkap dalang, serta siapa yang harus
bertanggung jawab hingga sekarang. Sebagian besar korban meninggal dimakamkan dalam satu
liang lahat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) milik Pemko Banjarmasin, di Gang PDI Jalan
A Yani Km 22 Landasan Ulin, Banjarbaru.

3.2. Pemicu Terjadinya Peristiwa Jumat Kelabu

Peristiwa kerusuhan 23 Mei 1997 atau yang lebih dikenal dengan sebutan Jumat Kelabu
yang terjadi di Kota Banjarmasin 21 tahun silam menyisakan berbagai persepsi dan prespektif
dari berbagai kalangan hingga kini. Lazimnya, banyak pendapat mengatakan Tragedi Jumat
Kelabu disebabkan adanya rasa ketersinggungan dan kemarahan atas terganggunya para jamaah
Masjid Noor di Jalan Samudera yang sedang melakukan shalat Jumat karena euporia dari
simpatisan Partai Golkar yang sedang konvoi melewati Masjid Noor.

Namun, menurut kaca mata salah satu dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) Program Studi (Prodi) Ilmu Pemerintahan Universitas Lambung Mangkurat (ULM)
Banjarmasin saat ditemui koranbanjar.net di ruang dosen Kampus FISIP ULM Banjarmasin,
Jumat (25/5), Pathurrahman Kurnain, mengatakan Tragedi Jumat Kelabu memang sangat kental
dibumbui unsur politis, namun, akar permasalahannya lebih dilatarbelakangi persoalan ekonomi.
Menurutnya, Tragedi Jumat Kelabu merupakan buntut dari yang namanya pemiskinan struktural,
dimana negara pada saat itu tidak berpihak kepada masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
“Bisa terlihat pada saat itu dari kebijakan pemerintah yang memberikan izin pembangunan Mitra
Plaza yang tempatnya sangat berdekatan sekali dengan pedagang kecil menengah di pasar
Sudimampir dan Pasar Lima Banjarmasin,” ungkapnya. Master of Arts (MA) jebolan Universitas
Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini menyatakan berdasarkan analisisnya, terjadinya Tragedi
Jumat Kelabu di Banjarmasin diakibatkan oleh faktor kecemburuan ekonomi. “Pedagang kecil
menengah memang sudah gelisah dengan adanya pasar modern di Mitra Plaza pada saat itu.
Dengan adanya Mitra Plaza, masyarakat justru banyak berbelanja ke situ, sehingga omset
pendapatan pedagang kecil menengah mengalami penurunan karena kalah bersaing,” terangnya.

Dosen muda kelahiran Kota Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) ini menilai,
Pemerintah Orde Baru pada saat itu kurang melakukan kajian. “Artinya, boleh saja membangun
Mitra Plaza tetapi jangan sampai menghancurkan usaha para pedagang kecil. Seharusnya,
kebijakannya plaza dibangun jauh dari pusat ekonomi kecil, sedangkan ini kan bersebalahan.
Makanya pada saat itupun jemaah di Masjid Noor terdiri dari pedagang-pedagang,” jelasnya.

6
Jadi, dikatakan dosen yang akrab disapa Pathur ini, Tragedi Jumat Kelabu merupakan wujud atau
manifestasi dari kekecewaan dan frustasi para pedagang kecil menengah tehadap pemerintah dan
para kaum kapitalis. ”Secara ekonomi, para pedagang kecil menengah tidak bisa bersaing karena
kuatnya kepemilikkan modal para kaum kapitalis,” ujarnya.

Lebih lanjut dijelaskan Pathur, terkait isu perkelahian antara oknum preman salah satu
partai poltik beberapa hari sebelum terjadinya kerusuhan seperti diceritakan dulu, dan ada para
simpatisan partai atau peserta kampanye Partai Golkar berkonvoi menggunakan motor dengan
suara yang nyaring sebagai euporia di hari terakhir masa kampanye Pemilu saat itu, dan lalu
dinilai menggangu oleh para jamaah Masjid Noor yang sedang melakukan shalat Jumat, itu
hanyalah pemicu terjadinya kerusuhan saja, sedangkan akar permasalahannya adalah lebih
dikarenakan adanya kesenjangan ekonomi pada saa itu.

“Menurut saya, akar permasalahanya bukan soal antara Partai Golkar dan PPP pada saat
itu, tetapi perspektifnya adalah lebih dikarenakan faktor kesenjangan ekonomi. Orang kalau
sudah berurusan soal perut dan hidup mati ekonomi, orang bisa berbuat nekat apa saja. Ini sudah
disajikan dari beberapa peneliti, bukunya juga ada. Dan mengenai analisa Tragedi Jumat Kelabu
ini, pernah saya kerjakan dalam tugas saya waktu saya kuliah S2 di UGM dulu,” paparnya.
Sedangkan terkait dengan isu sentimen oleh masyarakat setempat terhadap keberadaan etnis Cina
yang dimana pada saat kerusuhan terjadi, toko-toko dan bangunan milik orang Cina juga menjadi
sasaran amukan massa, Pathur berpendapat, itupun hanya sebagai salah satu pemicu terjadinya
kerusuhan saja. “Masyarakat Banjarmasin adalah masyarakat yang toleran terhadap berbagai
suku,” pungkasnya.

Menanggapi terkait dugaan pelanggaran HAM yang terjadi pada peristiwa Jumat Kelabu
hingga meyebabkan banyak korban tewas dan hilang, menurut Pathur, sangat perlu untuk
mengusutnya, sepanjang kita masih bisa menemukan fakta-fakta itu. “Dari situ kita dapat melihat
bahwa sejauh mana pemerintah pusat benar-benar serius dalam menegakkan HAM termasuk
korban-korban pada Tragedi Jumat Kelabu yang hingga kini masih menjadi misteri. Siapa yang
bertanggung jawab?” katanya.

Hingga sampai saat ini, peristiwa Jumat Kelabu 23 Mei 1997 di Banjarmasin masih
menjadi bahan perbincangan di masyarakat, karena dalam tragedi tersebut banyak sekali korabn
tewas dan hilang tak ditemukan hingga kini. Tidak adanya tindakan hukum dari pemerintah
kepada pihak yang bertanggung jawab atas peristiwa kelam itu membuat Tragedi Jumat Kelabu
sebagai salah satu kerusuhan terbesar di Indonesia semakin membuat luka yang mendalam di
hati masyarakat Banjarmasin, khususnya bagi para keluarga korban kerusuhan Tragedi Jumat
Kelabu.

3.3. Apakah Ada Indikasi Kapan Terjadinya Peristiwa Jumat Kelabu? Adakah Pihak yang
Menetralisir Kejadian Tersebut?

7
Kerusuhan dengan ratusan korban jiwa mewarnai perjalanan demokrasi di Indonesia.
Pada 23 Mei 1997 terjadi kerusuhan berdarah saat putaran akhir kampanye Pemilu 1997.
Peristiwa ini dikenal dengan tragedi Jumat Kelabu Banjarmasin. Tragedi tersebut terjadi di
Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 23 Mei 1997 yang merupakan hari terakir masa
kampanye Pemilu 1997. Peristiwa yang menyebabkan 123 korban tewas, 118 orang luka-luka
dan 179 lainnya hilang ini dipicu dari konvoi sepeda motor dari massa Golkar yang melintas di
Masjid Noor di Jalan Pangeran Samudera. Kebetulan, saat itu hari Jumat dan masyarakat
menggelar shalat Jumat. Banyak di antara sepeda motor itu knalpotnya dicopoti, dan suara
raungan mesin motor dirasakan sangat mengusik ketenangan mereka yang sedang
bersembahyang. Massa marah.

Selepas Jumatan, massa menyerang Kantor DPD Golkar Kalimantan Selatan. Dikutip
dari Tempo Interaktif, massa terlibat bentrok dengan Satgas Golkar dari Pemuda Pancasila dan
Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI). Kerusuhan akhirnya melebar,
ratusan ratusan rumah, toko, gedung, dan bangunan lain, hancur luluh lantak. Yang hancur lebur
termasuk gedung PLN Cabang Banjarmasin, Kantor Kanwil Depsos Kalsel, Kantor PDAM
Banjarmasin, Kantor Pegadaian Banjarmasin, BDN, BRI, Bank Lippo, Bank Danamon, Bank
Utama, BDNI, enam restoran, dua bioskop, tiga hotel (Hotel Kalimantan, Hotel Banjarmasin,
Hotel Barito Palace). Selain Plaza Mitra, pusat-pusat pertokoan lain yang dihancurkan serta
dijarah ialah Plaza Junjung Buih, Siolatama, Toserba Barata, Plaza Arjuna, Edwin Haouse,
Toserba Lima Cahaya, dan pusat perbelanjaan Sudimampir. Sebagian besar korban meninggal
dimakamkan dalam satu liang lahat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) milik Pemko
Banjarmasin, di Gang PDI Jalan A Yani Km 22 Landasan Ulin, Banjarbaru

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4. 1 Kesimpulan

Kami dapat mengetahui sifat asli manusia dan kesenjangan sosial

8
9

Anda mungkin juga menyukai