Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

POLA DAN FAKTOR INTERAKSI DESA KOTA

DISUSUN OLEH :

1. PIKA PUSPITA SARI


2. NOVITAYANTI
3. HARDIANSYAH
4. M. FAUZAN
5. M. ALVIN
6. UJANG SAHRUL

SMA NEGERI 1 PAMIJAHAN

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai
menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik
dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami
dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan
apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang
lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari
judul ini ( Interaksi antara Desa-Kota ) sebagai tambahan dalam menambah referensi
yang telah ada.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2

C. Tujuan........................................................................................ 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi Interaksi Desa Kota...................................................... 3

B. Prinsip Interaksi Desa Kota........................................................ 4

C. Zona Interaksi Desa Kota........................................................... 5

D. Bentuk Interaksi Desa Kota....................................................... 8

E. Faktor-Faktor yang Mendasari Interaksi Desa Kota.................. 10

F. Beberapa Aspek Interaksi Desa Kota......................................... 14

G. Pola Interaksi Desa Kota............................................................ 15

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................ 18

B. Saran........................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Modernisasi telah banyak membawa perubahan cara hidup warga desa
dan kota khususnya, dan warga Negara Indonesia umumnya. Perubahan dalam
cara hidup di kota mendapat pengaruh dari keterbukaan hubungan Indonesia
dengan luar negeri ; selain itu juga karena perkembangan yang terjadi di dalam
negeri. Demikian pula cara hidup penduduk di daerah pedesaan telah menjadi
lebih maju karena adanya interksi desa – kota.
Kemajuan di bidang pendidikan, teknologi, social – ekonomi – budaya
dalam beberapa Pelita yang dilalui dengan selamat dan sukses telah ikut
meningkatkan interaksi desa – kota, dan secara bertahap telah pula meningkatkan
tingkat hidup warga desa dan warga kota.
Desa kita sejak revolusi kemerdekaan hingga sekarang telah mengalami
perubahan, baik dari fungsinya maupun peranannya terhadap berbagai aspek
pembangunan. Sifat dan ciri desa – desa di Indonesia ini sudah pula banyak
berubah sebagai akibat dari terbukanya desa – desa kita dengan dunia di luarnya
yang lebih maju materi dan teknologinya. Modernisasi dalam arti luas dan dalam
arti sempit telah ikut member corak lain pada desa kita yang dulunya serba
monoton dan tradisional.
Interaksi yang timbul antara desa dan kota itu telah menimbulkan
beberapa gejala social, ekonomi, budaya dan politik di desa, di kota dan di
sepanjang jalur hubungan antara desa – kota. Beberapa aspek mengenai
kehidupan keluarga, pendidikan keluarga, pemukiman desa dan kota,
limgkumgam pedesaan dan kota, mata pencaharian warga desa dan warga kota
menunjukkan corak yang berbeda. Berbagai keserasian, tetapi juga berbagai
kesenjangan timbul. Oleh karena itu, desa dan kota kita masih harus dapat
mencari jalan ke arah keserasian hidup.

1
Secara umum masih banyak hal yang harus diselesaikan antara lain :
masalah lingkungan hidup, masalah kependudukan, masalah pemukiman, masalah
pengangguran, dan kini terutama masalah energy.
Dalam menangani masalah – masalah tersebut di atas kerja sama yang
tepat dan cepat antara warga kota dengan desa harus dapat dibina dan dikelola
secara baik dilandasi dengan disiplin pembangunan yang tertib.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Interaksi Desa Kota ?
2. Bagaimana Prinsip Interaksi Desa Kota ?
3. Apa saja Zona Interaksi Desa Kota ?
4. Seperti Apa Bentuk Interaksi Desa Kota ?
5. Faktor Apa Saja Yang mendasari Interaksi Desa Kota ?
6. Apa Asepk dari interaksi Desa Kota ?
7. Bagaimana Pola Interaksi Desa Kota ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi interaksi desa kota
2. Untuk mengetahui prinsip interaksi desa kota
3. Untuk mengetahui zona interaksi desa kota
4. Untuk mengetahui bentuk interaksi desa kota
5. Untuk mengetahui factor yang mendasari interaksi desa kota
6. Untuk mengetahui aspek dari interaksi desa kota
7. Untuk mengetahui pola interaksi desa kota

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Interaksi Desa - Kota


Interaksi ialah hubungan imbal balik antara pihak-pihak tertentu, antara
orang perseorangan dengan orang perseorangan, antara perseorangan dengan
kelompok, atau dari tanggapan antarmanusia. Berinteraksi merupakan kebutuhan
setiap manusia dan juga merupakan kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa
adanya interaksi, tidak mungkin ada kehidupan bersama.
Bentuk interaksi kota merupakan hubungan timbal balik keruangan yang di
dalamnya tidak hanya antara manusia saja, melainkan terjadi pula proses
pergerakan materi yang berupa barang dan peralihan immateri, misalnya
informasi, tradisi, atau pandangan hidup. Interaksi kota dapat terjadi karena
berbagai faktor, antara lain :
1. Adanya kemampuan masyarakat kota,
2. Perluasan jaringan jalan antara kota-kota itu,
3. Kebutuhan imbal balik antara kota-kota itu, atau
4. Adanya pengaruh dari satu kota terhadap kota lainnya.
Kontak atau hubungan antara dua wilayah atau lebih dan hasil kontak
tersebut dapat menimbulkan suatu kenyataan yang baru dalam wujud tertentu.
Atau Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai
pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak
langsung melalui berita yang didengar atau melalui surat kabar
Interaksi antara desa dan kota dapat terjadi karena pelbagai faktor atau unsur yang
ada dalam desa, dalam kota dan diantara desa dan kota. Adanya kemajuan-
kemajuan di bidang perhubungan dan lalu lintas daerah, maka sifast isolasi desa
berangsur-angsur berkurang. Desa-desa dekat kota banyak mendapat pengaruh
kota sehingga persentase penduduk desa yang bertani berkurang dan menjadi
pekerja non-agraris. Daerah-daerah perdesaan di perbatasan kota yang dipengaruhi

3
oleh tata kehidupan kota disebut dengan “rur-ban areas” (rural urban areas).
Petani-petani di daerah “urban”umumnya lebih maju dari petani di daerah “rural”,
karena:
 Jarak yang dekat dengan kota menyebabkan frekuensi pergaulan antara warga
kota dan warga desa agak tinggi.
 Kemungkinan bersekolah bagi anak-anak-anak desa di daerah rurban lebih
besar daripada daerah desa.
 Kesempatan memperoleh mata pencaharian tambahan di kota .
 Daerah-daerah rurban makin lama dapat berkembang dengan suatu fungsi yang
baru sebagai desa dagang atau “trade or merchandising village”. Hasil bumi
dari desa dan hasil industri dari kota diperdagangkan di daerah rurban.
 Bertambahnya penduduk dan jaringan lalu lintas didaerah rurban akan
mempercepat terjadi suatu kota kecil yang baru.
Mungkin kalian sekarang sudah mulai paham isi dari sinopsis yang
menyatakan kalau desa dan kota itu ada hubungan. Hubungan ini dinamakan
dengan interaksi wilayah yaitu wilayah desa dan Kota.
Interkasi desa – kota adalah proses hubungan yang bersifat timbal balik
antar unsur-unsur yang ada dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari
pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, berita yang didengar atau
surat kabar sehingga melahirkan sebuah gejala baru, baik berupa fisik maupun non
fisik.

B. Prinsip Interaksi Desa Kota


Interaksi wilayah (Spatial Interaction) adalah hubungan timbal balik yang
saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih, yang dapat melahirkan
gejala, kenampakkan dan permasalahan baru, secara langsung maupun tidak
langsung, sebagai contoh antara kota dan desa.

4
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi antar wilayah
memiliki tiga prinsip pokok sebagai berikut :
1. Hubungan timbal – balik terjadi antara dua wilayah atau lebih
2. Hubungan timbal balik mengakibatkan proses pengerakan yaitu :
 Pergerakan manusia (Mobilitas Penduduk)
 Pergerakan informasi atau gagasan, misalnya : informasi IPTEK, kondisi
suatu wilayah
 Pergerakan materi / benda, misalnya distribusi bahan pangan, pakaian,
bahan bangunan dan sebagainya
3. Hubungan timbal balik menimbulkan gejala, kenampakkan dan permasalahan
baru yang bersifat positif dan negatif, sebagai contoh :
 Kota menjadi sasaran urbanisasi
 Terjadinya perkawinan antar suku dengan budaya yang berbeda
Terbentuknya wilayah/ tempat menjadi sebuah desa pedasaan atau perkotaan
merupakan hasil hubungan antar unsur-unsur di desa dengan unsur-unsur yang ada
di kota, istilah lain disebut dengan interaksi desa – kota.

C. Zona Interaksi Desa Dan Kota


Zona-zona kota-desa yang dapat menimbulkan berbagai wujud interaksi
desa-kota :
a) City diidentikkan dengan kota
b) Suburban adalah suatu area yang lokasinya dekat pada pusat kota
dengan luas yang mencakup daerah penglaju (subdaerah perkotaan).
c) Suburban fringe adalah suatu area yang melingkari suburban dan
merupakan daerah peralihan antara kota dan desa (jalur tepi subdaerah
perkotaan).
d) Urban fringe adalah semua daerah batas luar kota yang mempunyai
sifat-sifat mirip kota kecuali inti kota (jalur tepi daerah perkotaan aling
luar).

5
e) Rural-urban fringe adalah jalur daerah yang terletak antara kota dan
desa yang ditandai dengan penggunaan tanah campuran (jalur batas
desa-kota).
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah
sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya
terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka
saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya
akan bahan-bahan pangan seperti beras sayur-mayur , daging dan ikan. Desa juga
merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis pekerjaan tertentu di kota. Misalnya
saja buruh bangunan dalam proyek-proyek perumahan. Proyek pembangunan atau
perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah
pekerja-pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah.
Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa
panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang
tersedia.
Sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh
orang desa seperti bahan-bahan pakaian, alat dan obat pembasmi hama pertanian,
minyak tanah, obat-obatn untuk memelihara kesehatan dan transportasi. Dalam
kenyataannya hal ideal tersebut kadang-kadang tidak terwujud karena adanya
beberapa pembatas. Jumlah penduduk semakin meningkat, tidak terkecuali di
pedesaan. Padahal luas lahan pertanian dan tanah sulit bertambah, terutama
didaerah yang seudah lama berkembang seperti pulau jawa. Peningkatan jumlah
penduduk tanpa diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja ini pada akhirnya
berakibat bahwa di pedesaan terdapat banyak orang yang tidak mempunyai mata
pencaharian tetap. Mereka merupakan pengangguran, baik sebagai pengangguran
penuh maupun setengah penuh.
“Interface”, dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang-tindih
dengan kawasan perdesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah
telah ada alat transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan

6
rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat
kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan
menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin
berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui
beberapa cara, seperti:
a. Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan
dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua
kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;
b. Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota
baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan
lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan;
c. Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa.
Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi;
d. Ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang
bersifat kedesaan ke kota.
Dari keempat hubungan kota – desa tersebut kesemuanya diprakarsai pihak
dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah
berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan
dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Jadi, dari berbagai literature di atas maka dapat diasumsikan bahwa orang
kota sangat mempengaruhi kehidupan orang desa. Tujuan orang kota ke desa tidak
lain hanyalah bagaimana mereka mampu mengeksploitasi atau memanfaatkan
sumber daya alam yang ada di daerah pedesaan guna memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat kota. Namun demikian, masyarakat desa juga sangat bergantung pada
masyarakat kota karena di kota memiliki berbagai industry untuk mengolah barang
mentah yang mereka hasilkan, kemudian dari hasil olahan tersebut dapat

7
dipasarkan kembali di daerah pedesaan. Sehinga masyarakat desa mampu
merasakan hasi jeri payahnya dengan baik dan memuaskan.
Suatu wilayah kota yang berinteraksi dengan wilayah pedesaan
Secara tradisional hubungan desa-kota diindikasikan dengan adanya aliran
produk/jasa perkotaan yang harus “dibayar” oleh masyarakat perdesaan melalui
aliran dana/kapital dari desa ke kota. Kondisi ini secara umum dikenal dengan
rendahnya nilai tukar (terms of trade) produk/jasa (dalam bentuk dana/kapital)
masyarakat perdesaan terhadap produk/jasa perkotaan. Pendekatan KDK
diharapkan dapat menaikkan nilai tukar produk/jasa masyarakat perdesaan melalui
: (1) upaya memindahkan proses produksi dari kota ke desa untuk meningkatkan
produktivitas dan nilai tambah produk/jasa yang dihasilkan oleh masyarakat
perdesaan melalui bantuan modal, sarana produksi dan pelatihan; (2)
memperpendek jalur produksi, distribusi, dan pemasaran produk/jasa masyarakat
perdesaan untuk mengurangi biaya ekonomi tinggi melalui pembentukan satuan
partisipatif bagi pengembangan produk/jasa secara spesifik. Jasa ini dibangun di
perkotaan; (3) memberikan akses yang lebih besar bagi masyarakat perdesaan
terhadap faktor-faktor produksi barang/jasa seperti modal, bahan baku, teknologi,
sarana dan prasarana. Hal ini akan merangsang SDM di perdesaan untuk lebih
produktif dalam mengembangkan usahanya, sehingga desa memiliki daya tarik
untuk investasi produksi dan tenaga kerja. Disamping itu adanya dukungan
informasi khususnya informasi pasar.

D. Bentuk interaksi desa – kota :


Interaksi antara desa – kota melahirkan suatu perkembangan baru bagi desa
maupun bagi kota. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang
dimiliki desa maupun kota, dan adanya persamaan kepentingan.
a. Kerjasama antar penduduk
b. Penyesuaian terhadap lingkungan
c. Persaingan fasilitas hidup

8
d. Asimilasi.
Ada 2 macam hubungan imbal daya antara desa-kota,yaitu:
1. Interaksi Umum (general interaction)
Dalam interaksi ini desa maupun kota dianggap sebagai satu
kesatuan yang utuh yang berbeda satu sama lain tapi bersifat
komplementer kaaaarena saling tergantung satu sama lain. Dalam interaksi
ini ada 2 bentuk hubungan
 Hubungan interdependend (saling tergantung).
Ex : Desa menyediakan bahan-bahan pokok untuk produksi. Desa
menyediakan bahan bangunan untuk kota-dan desa. Kota menyediakan
hasil-hasil produksi. Kota membutuhkan bahan bangunan.
 Hubungan Interaksi saling mempengaruhi.
Ex : Desa : merupakan sumber tenaga kerja. Alam dengan topografi
untuk rekreasi. Kota : memerlukan tenaga kerja untuk produksi.
Memerlukan rekreasi
2. Interaksi khusus (Special interaction )
Perwujudan geografis kota dan desa diangggap terdiri ata beberapa
komponen yang saling terkait, dalam bentuk mempengaruhi (aktial) dan
tergantung (dependential). Interaksi terjadi karena adanya hubungan
fungsional, kota sebagai stimulant dan desa sebagai responses.
Ex :
a. Kota Sebagai Stimuli
Kota sebagai stimuli → Desa sebagai responses
Permintaan untuk produksi Hasil pertanian.
Permintaan (lahan, industri, Tenaga musiman, Perdagangan pasar)
Permintaan rekreasi Alam budaya

9
b. Desa sebagai stimuli
Desa sebagai stimuli → Kota sebagai responses.
Permintaan hasil (non agraris) industri-industri.
Permintaan tenaga ahli tekhnologi sarana tekhnis
Permintaan sarana transportasi sarana transportasi
Permintaan rumah sakit dan pusat kesehatan pusat kesehatan

E. Faktor-Faktor Yang Mendasari Interaksi Desa Kota


Terjadinya interaksi antarwilayah, menurut Edward Ullman (dalam
Nurmala Dewi, 1997), didasari oleh tiga faktor, yaitu sebagai berikut.
1) Adanya wilayah yang Saling Melengkapi (Komplementaritas Regional)
Menurut teori ini, hubungan imbal balik antarwilayah akan terjadi bila di
antara keduanya memiliki potensi yang saling melengkapi atau saling
membutuhkan. Wilayah A memiliki surplus potensi yang tidak dimiliki wilayah
B. Sebaliknya, wilayah B memiliki surplus potensi yang tidak dimiliki wilayah
A. Maka, dengan kondisi seperti itu, antara keduanya akan timbul
interaksi,hubungan imbal balik antara A dan B .
Dari gambar di bawah menjelaskan bahwa, misalnya wilayah A memiliki
surplus sumber daya X tetapi minus sumber daya Y dan Z wilayah B memiliki
surplus sumber daya Y tetapi minus sumber daya X dan Z kondisi tersebut akan
memicu terjadinya interaksi antara kedua wilayah dalam bentuk saling
melengkapi.

10
WILAYAH A WILAYAH B
Surplus Sumber Daya X Surplus Sumber daya Y
Minus Sumber Daya Y Minus Sumber daya X
Minus Sumber daya Z Minus Sumber Daya Z

WILAYAH C
Minus Sumber daya C
Minus Sumber Daya C
Surplus Sumber daya C

Skema 1 : Wlilayah-wilayah yang paling Melengkapi

11
2) Adanya Kesempatan Berintervensi
Pada contoh di atas,antara wilayah A dan B akan terjadi hubungan saling
melengkapi karena keduanya memiliki surplus untuk sumber daya tertentu yang
dibutuhkan. Kondisi tersebut akan berubah jika terdapat wilayah lain, sebut saja
wilayah C, yang juga menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh Adan B.
interaksi antara A dan B menjadi terlambat atau menjadi lemah karena ada
wilayah C yang menjadi alternatif pengganti.

Wilayah A Wilayah B
Surplus Sumber daya X Surplus Sumber daya Y

Wilayah C
Surplus sumber daya x
Surplus sumber daya Y

Keterangan : Skema 2
= Jaringan interaksi menjadi lemah
= Pemasaran alternatif

12
Skema 2 : melemahnya interaksi wilayah karena adanya kesempatan untuk
berintervensi
Kesempatan berintervensi diartikan sebagai suatu kemungkinan adanya
perantara yang menghambat interaksi antarwilayah. Walaupun wilayah A
memiliki surplus potensial yang dibutuhkan wilayah B misalnya, kemungkinan
untuk tidak terjalin interaksi antarkeduanya bisa saja terjadi. Hal ini karena:
 Kebutuhan wilayah A atau B dipasok wilayah lain, atau
 surplus potensi yang dimiliki wilayah A atau wilayah B dipasok ke wilayah
lain
Seperti yang terlihat pada gambar, bila meninjau potensi yang dimiliki
wilayah A dan wilayah B, sangat mungkin antara keduanya terjadi interaksi.
Namun, karena kebutuhan kedua wilayah itu secara langsung dipasok oleh
wilayah C, maka interaksi antara A dan B melemah.

3) Interaksi karena Adanya Kemudahan Perpindahan dalam Ruang (Spatial


Transfer Ability)
Pola interaksi antarwilayah juga ditentukan oleh tingkat kenujdian dalam
pemindahan sumber daya dalam ruang, baik berupa barang, manusia, maupun
informasi. Kemudahan tersebut dipengaruhi antara lain oleh;
1. Jarak antar wilayah, baik jarak mutlak maupun jarak relative,
2. Biaya angkut atau transpor untuk keperluan transfer atau pemindahan
sumber daya,
3. Kelancaran transportasi antar wilayah yang mencakup antara lain jumlah
kendaraan dan kondisi jalan.
Faktor lain yang mendasari jalinan interaksi antarwilayah adalah adanya
kemudahan, yaitu:
a. Lengkapnya fasilitas komunikasi,
b. Jarak yang relatif dekat,

13
c. Biaya transportasi yang murah, atau
d. Kelancaran arus transportasi.
F. Beberapa Aspek Interaksi Kota
1. Interaksi Kota Aspek Ekonomi
Interaksi kota aspek ekonomi ditandai dengan adanya pergerakan (baca:
pertukaran) barang dan jasa, seperti: hasil-hasil industri, pertanian atau hasil
bumi, hasil-hasil pertambangan, tenaga kerja, dan sebagainya.

Gambar : Aspek Ekonomi


2. Interaksi Kota Aspek Sosial
Interaksi kota aspek sosial ditandai dengan bertambahnya jumlah penduduk,
perkembangan lembaga-lembaga sosial, dan sebagainya.

Gambar : Aspek Sosial

14
3. Interaksi Kota Aspek Budaya
Interaksi kota aspek budaya ditandai dengan masuknya tradisi baru atau
berubahnya tradisi lama, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin
kompleksnya keperluan hidup, perkembangan bahasa dan kesenian, dan
sebagainya.

G. Pola Interaksi Desa Kota


Tahukah kalian bahwa ada beberapa teori yang mendukung tentang
terjadinya interaksi desa- kota. Salah satunya adalah teori yang dikemukakan oleh
William J. Reilly yaitu teori titik henti (breaking point theory)
Inti dari teori titik henti ini adalah “jarak titik henti atau titik pisah dari pusat
perdagangan yang lebih kecil ukurannya adalah berbanding lurus dengan jarak
antara kedua pusat perdagangan itu, dan berbanding terbalik dengan satu di
tambah akar kuadrat jumlah penduduk dari kota atau wilayah yang penduduknya
lebih besar dibagi dengan jumlah penduduk kota atau wilayah yang lebih sedikit
penduduknya.
Jakarta ( Berita ) : Lembaga kajian ekonomi International Center for Applied
Finance and Economics (Intercafe) menyatakan, bahwa wilayah pedesaan
menerima dampak krisis ekonomi global lebih berat daripada wilayah perkotaan di
Indonesia.
Saat krisis tahun 1997/1998, pertanian di desa terutama di luar Jawa justru
mengalami “booming” karena membaiknya harga produk ekspor akibat pengaruh
harga dunia yang meningkat dan nilai tukar rupiah yang melemah.
Dampak krisis global menyebabkan turunnya harga komoditas pertanian dan
penurunan harga paling tajam ditanggung oleh petani. Eksportir dan perusahaan
inti akan menekan kerugian dengan cara membebankannya kepada petani yang

15
tidak memiliki daya tawar. Ini mengakibatkan memburuknya pendapatan sekaligus
menurunkan nilai tukar petani (NTP).
Mengatasi penurunan permintaan ekspor, perusahaan inti akan lebih
mendahulukan untuk menyelamatkan usaha sendiri (perkebunan miliknya sendiri),
sehingga pembelian dari petani akan dihentikan. Akibatnya, petani memutuskan
tidak memelihara kebun dan memberhentikan buruh tani yang diperkerjakan atau
terjadi PHK secara informal.
Akibat lebih jauh adalah petani kehilangan produktivitas dalam jangka
panjang, antara lain karena tidak ada perawatan kebun, dan petani kehilangan
potensi pendapatan jangka panjang.
Iman menyatakan wilayah pedesaan akan menerima beban dampak krisis
global yang lebih berat, karena pekerja kena PHK akan kembali ke desa dan
menjadi penganggur atau setengah menganggur. PHK TKI dan TKW di luar
negeri yang kembali ke desa juga akan menjadi beban tambahan untuk wilayah
pedesaan.
Walaupun desa menjadi penyelamat dan sektor pertanian tumbuh dengan
baik, tetapi karena ada beban tambahan dari kota maka produktivitas pertanian
menjadi turun dan kesejahteraan juga turun.
Jadi keadaan bertambah berat manakala desa harus menanggung dua beban,
yaitu terimbas secara langsung oleh krisis dan menerima limpahan beban
pengangguran dari kota dan luar negeri.
Intercafe memetakan, dari 33 propinsi, 8 propinsi sudah terkena dampak
krisis, 6 propinsi berpotensi terkena dampak krisis, dan propinsi lainnya relatif
aman dari dampak krisis global.
Delapan propinsi itu adalah Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu,
Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Tengah, dan Kalimantan
Barat. Sementara 6 yang berpotensi terkena dampak krisis global adalah DI
Yogyakarta, NAD, Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan Timur, dan Kalimantan
Selatan.

16
Ekonom Intercafe lainnya, Nunung Nuryantono mengatakan bahwa dalam
empat tahun terakhir tingkat inflasi di wilayah pedesaan lebih tinggi dari perkotaan
karena adanya arus barang dari kota kembali ke desa. Komoditas pertanian yang
semula berasal dari desa dalam beberapa waktu kemudian harus kembali ke desa
dan petani membeli kembali dengan harga yang lebih mahal.
“Kondisi infrastruktur di wilayah pedesaan juga sangat memprihatinkan
sehingga tidak mendukung perekonomian pedesaan,” kata Nunung. Ekonom
International Center for Applied Finance and Economics (Intercafe), Iman
Sugema, menyatakan krisis finansial global telah memasuki babak ketiga, yaitu
memasuki krisis yang lebih dalam dan memiliki daya sebar kuat (propagation).
“Ciri krisis babak ketiga ini bisa dilihat dari mewabahnya kebangkrutan
perusahaan sektor riil maupun finansial,” kata Iman Sugema ketika menyampaikan
hasil kajian Intercafe di Jakarta, Minggu. Menurut dia, babak ketiga krisis juga
ditandai dengan resesi ekonomi dan negara-negara maju dan angka pemutusan
hubungan kerja (PHK) yang makin membesar.
Dana Moneter Internasional (IMF) pada Januari lalu memprediksi tingkat
pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju pada 2009 ini akan turun drastis
menjadi minus dua persen. Sementara untuk angka PHK, Organisasi Buruh
Internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (ILO) memperkirakan jumlah
orang yang terkena PHK di seluruh dunia meningkat hingga 50 juta orang.
“Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibanding perkiraan sebelumnya yang hanya
20 – 25 juta orang,” kata Iman Sugema.
Menurut dia, dunia sudah melalui dua tahap sebelumnya, yaitu trigger
(adanya pemicu), crash (adanya benturan), dan propagation. “Krisis telah melewati
pemicu, yang kemudian diikuti dengan crash, dan propagation. Indonesia menjadi
salah satu negara yang terimbas dampak krisis global,” katanya.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Interaksi ialah hubungan imbal balik antara pihak-pihak tertentu,
antara orang perseorangan dengan orang perseorangan, antara perseorangan
dengan kelompok, atau dari tanggapan antarmanusia.
Interkasi desa – kota adalah proses hubungan yang bersifat timbal
balik antar unsur-unsur yang ada dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku
dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, berita yang
didengar atau surat kabar sehingga melahirkan sebuah gejala baru, baik
berupa fisik maupun non fisik.
Interaksi wilayah (Spatial Interaction) adalah hubungan timbal balik
yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih, yang dapat
melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru, secara langsung
maupun tidak langsung, sebagai contoh antara kota dan desa.
B. Saran
1. Dalam pembangunan nasional untuk mensejahterakan rakyak perlu adanya
pembangunan secara merata baik itu di desa maupun kota
2. Dalam segala hal sebaiknya pembangunan yang di lakukan baik di desa
maupun kota harus memperatikan lingkungan sebagai tempat manusia
tinggalnya.

18

Anda mungkin juga menyukai