Anda di halaman 1dari 11

Mempelajari [H+] larutan asam, khususnya

pengaruh pengenceran terhadap [H+]


tersebut
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum


Laporan Praktikum Kimia. Pengaruh Pengenceran Terhadap [H+]
1.2 Tujuan Praktikum
Mempelajari [H+] larutan asam, khususnya pengaruh pengenceran terhadap [H+]
tersebut.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Asam Klorida
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Dia adalah asam
kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga
digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan mewanti
keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif.
Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam
awal sejarahnya. Dia ditemukan oleh alkimdiawan Persdia Abu Musa Jabir bin Hayyan
sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan sepanjang abad pertengahan oleh alkimdiawan
dalam pencardiannya mencari batu filsuf, dan kemuddian digunakan juga oleh ilmuwan
Eropa termasuk Glauber, Priestley, and Davy dalam rangka membangun pengetahuan
kimdia modern.
Sejak Revolusi Industri, senyawa ini menjadi sangat penting dan digunakan untuk
berbagai tujuan, meliputi sebagai pereaksi dalam produksi massal senyawa kimdia
organik seperti vinil klorida untuk plastik PVC dan MDI/TDI untuk poliuretana.
Kegunaan kecil lainnya meliputi penggunaan dalam pembersih rumah, produksi gelatin,
aditif makanan, dan pengolahan kulit. Sekitar 20 juta ton gas HCl diproduksi setdiap
tahun. pada abad ke-20 proses Leblanc digantikan dengan proses Slovay yang tidak
menghasilkan asam klorida sebagai produk sampingan.
Asam klorida dikenal oleh alkemdiawan Eropa sebagai roh garam atau acidum salis
(asam garam). Kedua nama tersebut yang masih digunakan, terutama dalam bahasa lain,
seperti Jerman: Salzsäure, Belanda: Zoutzuur, Sweddia: Saltsyra, dan Polanddia: kwas
solny. Gas HCl disebut udara asam laut. Nama sebelumnya (pra-sistematis) adalah asam
murdiatat (bahasa Inggris: murdiatic acid) (murdiatic berarti "yang berkaitan dengan air
garam atau garam", dan dari situ murdiat berarti hidroklorida), dan nama ini masih
kadang-kadang digunakan. Nama "asam klorida" diciptakan oleh kimdiawan Prancis
Joseph Louis Gay-Lussac pada tahun 1814.
Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa dia dapat
terdisosdiasi (terionisasi) melepaskan satu H+ (sebuah proton tunggal) hanya sekali.
Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion
hidronium, H:

HCl + H → H + Cl
Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida oleh karenanya dapat
digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adalah
asam kuat karena dia terdisosdiasi penuh dalam air.
Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosdiasi asam, Ka, yang mengindikasikan
tingkat disosdiasi zat tersebut dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, nilai Ka cukup
besar. Beberapa usaha perhitungan teoretis telah dilakukan untuk menghitung nilai Ka
HCl. Ketika garam klorida seperti NaCl ditambahkan ke dalam larutan HCl, dia tidak
akan mengubah pH larutan secara signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa Cl − adalah
basa konjugat yang sangat lemah dan HCl secara penuh berdisosdiasi dalam larutan
tersebut. Untuk larutan asam klorida sedang hingga pekat, asumsi bahwa molaritas H +
sama dengan molaritas (satuan konsentrasi) HCl cukuplah baik, dengan ketepatan
mencapai empat digit angka bermakna.
Dari enam asam mineral kuat dalam kimdia, asam klorida merupakan asam
monoprotik yang paling sulit mengalami reaksi redoks. Dia juga merupakan asam kuat
yang paling tidak berbahaya untuk ditangani dibandingkan dengan asam kuat lainnya.
Walaupun asam, dia mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan tidak beracun. Asam
klorida dalam konsentrasi menengah cukup stabil untuk disimpan dan terus
mempertahankan konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, ditambah kenyataan bahwa
asam ini terseddia dalam bentuk pereaksi murni, asam klorida merupakan reagen
pengasam yang sangat baik.
Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan jumlah basa.
Asam yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh karena titik akhir
yang jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat digunakan sebagai standar
primer dalam analisis kuantitatif, walaupun konsentrasinya bergantung pada tekanan
atmosfernya ketika dibuat.
Asam klorida sering digunakan dalam analisis kimdia untuk "mencerna" sampel-
sampel analisis. Asam klorida pekat melarutkan banyak jenis logam dan menghasilkan
logam klorida dan gas hidrogen. Dia juga bereaksi dengan senyawa dasar semacam
kalsium karbonat dan tembaga(II) oksida, menghasilkan klorida terlarut yang dapat
ddianalisis.
Asam lambung merupakan salah satu sekresi utama lambung. Dia utamanya terdiri
dari asam klorida dan mengasamkan kandungan perut hingga mencapai pH sekitar 1
sampai dengan 2. Ion klorida (Cl−) dan hidrogen (H+) disekresikan secara terpisah di
bagdian fundus perut yang berada di bagdian teratas lambung oleh sel parietal mukosa
lambung ke dalam jaringan sekretori kanalikulus sebelum memasuki lumen perut.
Asam lambung berfungsi untuk membantu pencernaan makanan dan mencegah
mikroorganisme masuk lebih jauh ke dalam usus. pH asam lambung yang rendah akan
mendenaturasi protein, sehingga akan lebih mudah dicerna oleh enzim pepsin. pH yang
rendah ini juga akan mengaktivasi prekursor enzim pepsinogen. Setelah meninggalkan
lambung, asam klorida dalam kim akan dinetralkan oleh natrium bikarbonat dalam usus
dua belas jari.
Lambung itu sendiri terlindung dari asam kuat oleh sekresi lapisan mukosa yang tebal
dan penyanggaan oleh natrium bikarbonat yang diinduksi oleh sekretin. Nyeri ulu hati
dan sakit maag dapat berkembang apabila mekanisme perlindungan ini gagal bekerja.
Obat-obat antagonis H2 dan penghambat pompa proton dapat menghambat produksi
asam dalam lambung, dan antasid digunakan untuk menetralkan asam yang ada.

2.2 Asam Asetat


Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah salah satu senyawa organik yang
berada dalam golongan asam alkanoat. Asam asetat pekat (disebut asam asetat glasdial)
adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C. Asam asetat
adalah komponen utama cuka (3–9%) selain air. Asam asetat berasa asam dan berbau
menyengat. Selain diproduksi untuk cuka konsumsi rumah tangga, asam asetat juga
diproduksi sebagai prekursor untuk senyawa lain seperti polivinil asetat dan selulosa
asetat. Meskipun digolongkan sebagai asam lemah, asam asetat pekat bersifat korosif dan
dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosdiasi sebagdian menjadi ion H+ dan CH–. Asam asetat merupakan pereaksi kimdia
dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer
seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai
macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat, dengan kode aditif
makanan E260, digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat
encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Sebagai aditif makanan, asam asetat
disetujui penggunaannya di banyak negara, termasuk Kanada, Uni Eropa, Amerika
Serikat, Australdia dan Selanddia Baru.
Dalam setahun, kebutuhan dundia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun.
1,5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri
petrokimdia, terutama dengan bahan baku metanol. Cuka adalah asam asetat encer,
sering kali diproduksi melalui fermentasi dan oksidasi lanjutan etanol.
Atom hidrogen (H) yang menjadi pusat pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H + (proton). Karena ion H+
yang telah dilepaskan hanya satu , maka asam asetat merupakan asam lemah monoprotik
yang bila berada dalam larutan air memiliki nilai pKa=4,76. Basa konjugasinya adalah
asetat (CH3COO−). Basa konjugatnya adalah asetat (CH3COO−). 1 M asam asetat (kira-
kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4 yang
menandakan bahwa hanya sekitar 0.4% molekul asam asetat saja yang terdisosdiasi.

Asam asetat dalam bentuk padat menunjukkan bahwa molekul-molekul pada asam
asetat membentuk rantai yang disatukan oleh ikatan hidrogen. Pada saat asam asetat
berada dalam bentuk gas, senyawa ini diketahui terdiri dari dimer siklik yang mengikat
dua atom hidrogen. Bentuk dimer ini juga dapat dideteksi hanya ketika dilarutkan oleh
pelarut yang tidak memiliki ikatan hidrogen dalam konsentrasi yang kecil. Karena
keberadaan dimer dapat dideteksi ketika dilarutkan dalam pelarut berikatan hidrogen
(misalnya air). Entalpi disosdiasi standar dimer tersebut diperkirakan 65,0–66,0 kJ/mol,
entropi disosdiasi sekitar 154–157 J mol−1 K−1. Sifat dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam
karboksilat sederhana lainnya.
Asam asetat merupakan pelarut protik hidrofilik (polar) seperti air dan etanol. Asam
asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2 sehingga dia bisa melarutkan
baik senyawa polar seperti garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti
minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercampur dengan mudah
dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Ketika
larut dalam senyawa alkana yang lebih tinggi (dimulai dari oktana), asam asetat tidak lagi
bercampur sempurna dan kebercampurannya terus menurun berbanding lurus dengan
panjang rantai n-alkana. Sifat kelarutan dan ketercampuran dari asam asetat ini
membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimdia, misalnya sebagai pelarut
dalam produksi dimetil tereftalat dan asam tereftalat.
Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimdia untuk menghasilkan berbagai senyawa
kimiia. Sebagdian besar (40-45%) dari asam asetat dundia digunakan sebagai bahan untuk
memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain itu asam
asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Penggunaan asam
asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.

2.3 Pengenceran
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat
diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi
pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman,
asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air
ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat maka panas yang dilepaskan sedemikian besar
yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat
memercik. Jika Kita berada didekatnya, percikan asam sulfat ini bisa merusak kulit.

Rumus yang digunakan pada pengenceran adalah sebagai berikut:

M1 x V1 = M2 x V2

Dimana
M1 = Molaritas larutan sebelum pengenceran
M2 = Molaritas larutan sesudah pengenceran
V1 = Volume larutan sebelum pengenceran
V2 = Volume larutan sesudah pengenceran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


- Tabung reaksi dan rak
- Pelat tetes
- Silinder ukuran 10 mL
- Larutan asam klorida 0,1 M
- Larutan asam asetat 0,1 M
- Kertas indikator universal

3.2 Langkah Kerja


(Cara kerja ini disesuaikan dengan petunjuk yang telah dituliskan pada Buku Siswa
Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk SMA dan MA kelas XI)

1. Ambillah enam tabung reaksi yang kering dan bersih. Deretkan tabung-tabung itu
pada rak tabung reaksi.
2. Ukurlah 10 mL larutan HCl 0,1 M dan masukkan ke dalam tabung 1. Encerkan 1 mL
larutan tabung 1 hingga diperoleh larutan 0,01 M, lalu tempatkan pada tabung 2.
Encerkan 1 mL larutan tabung 2 hingga diperoleh larutan 0,001 M dan tempatkan
pada tabung 3. Demikian seterusnya sampai tabung ke-6.
3. Masukkan sehelai kertas indikator universal pada tiap-tiap tabung dan segera
bandingkan warnanya dengan warna pada peta warna pH. Catatlah pH-nya.
4. Ulangi eksperimen ini dengan menggunakan larutan CH3COOH 0,1 M.

Lebih detailnya, untuk mengubah larutan HCl maupun CH 3COOH 0,1 M menjadi 0,01
M dalam 1 mL kondisi awal, dibutuhkan sebanyak 9 mL air suling hingga mempunyai
volume total 10 mL.
Petunjuk Keamanan Bahan:
Larutan HCI: Mudah menyala. Membentuk campuran yang dapat meledak dengan udara
pada peningkatan temperatur.
Larutan CH3COOH: Sangat berbahaya jika kontak dengan kulit dan mata (iritatif),
terhirup, serta tertelan.
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN

Konsentrasi pH Larutan [H+] larutan HCl


Asam (mol/L) HCl CH3COOH (mol/L)

0,1 1 3 10-1
0,01 2 4 10-2
0,001 3 4 10-3
0,0001 4 5 10-4
0,00001 5 5 10-5
0,000001 6 6 10-6

BAB V
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

5.1 Membahas Pertanyaan dan Kesimpulan


1. Berapakah [H+] setiap larutan HCl?

Konsentrasi [H+] larutan HCl


Larutan
Asam (mol/L) (mol/L)

0,1 HCl 10-1


0,01 HCl 10-2
0,001 HCl 10-3
0,0001 HCl 10-4
0,00001 HCl 10-5
0,000001 HCl 10-6

2. Bagaimana hubungan pH dengan [H+]?


pH merupakan hasil kali -log dengan konsentrasi asamnya. Semakin besar nilai [H+]
maka semakin asam suatu larutan.
3. Berapa pH larutan HCl 0,0001 M dan 0,00001 M?
pH nya 4 dan 5.

4. Bandingkan pH HCl 0,001 M dengan CH3COOH 0,1 M? Apakah CH3COOH terurai


sempurna seperti HCl?
Sama sama memiliki pH 3, namun pada CH3COOH tidak terurai sempurna seperti
halnya larutan HCl.

5. Berapakah [H+], [CH3COO-], dan [ CH3COOH] dalam larutan CH3COOH 0,1 M?

CH3COOH = CH3COO- + H+
M 0,1 - -
R 0,1 x 1% = -0,001 0,001 0,001
S 0,099 0,001 0,001

6. Hitunglah harga Ka CH3COOH?


1,8 x 10-5

7. Bagaimana persen disosiasi CH3COOH jika larutan makin diencerkan?


Semakin encer suatu larutan, maka semakin besar derajat/persen disosiasinya.

8. Digolongkan dalam asam apakah asam asam seperti HCl dan CH3COOH?
HCl adalah asam kuat sedangkan CH3COOH adalah asam lemah.

5.2 Saran
1. Gunakanlah perlengkapan keselamatan kerja yang memadai. Terkhususnya sarung
tangan.
2. Pastikan semua kondisi bahan yang akan diuji tingkat keasamannya. Jika larutan
rusak, maka langkah langkah yang akan diambil berikutnya pun menjadi tidak
berguna. Hal ini disebabkan pada proses pengenceran, kondisi larutan awal
sangatlah berperan penting.
3. Pastikan bahwa kertas indikator universal masih dalam keadaan baik dan sempurna
sebelum digunakan (tidak tercampur dengan larutan apapun)
4. Pastikan juga semua kondisi alat telah kering, steril, dan tidak tersisa air sedikitpun
demi meminimalisir kesalahan hasil data pada praktikum ini.
5. Sediakan kertas tempel untuk memudahkan pendataan hasil praktikum.
6. Perhatikan dengan detail langkah kerja yang telah dituliskan. Jangan berusaha untuk
membuat teori langkahmu sendiri.
7. Perhatikan sangat detail mengenai proses pengenceran yang kalian lakukan.
8. Kibas kibaskan terlebih dahulu dan tunggu sedikit mereda sebelum dicocokan pada
tabel pH.
9. Selama melakukan eksperimen, terapkan sikap ilmiah dan bekerja samalah dengan
teman-teman kaldian. Tuliskan hasil eksperimen apa adanya, jangan dibuat-buat.
Ilmuwan harus cermat dalam bekerja, teliti dalam pengamatan, dan jujur dalam
melaporkan data eksperimen. Tidak menjadi masalah jika hasil eksperimen tidak
sesuai dengan teori. Sampaikan pada forum diskusi untuk didiskusikan
penyebabnya.
LAMPIRAN

Gambar Keterangan

Kertas lakmus yang digunakan

Hasil pengenceran larutan


Hasil pencocokan kertas dengan
tabel pH yang terseddia pada
indikator universal.

Laporan sementara pada


praktikum kali ini.
Hasil kertas indikator universal
yang telah ditetesi larutan yang
sudah diencerkan

Anda mungkin juga menyukai