755 2059 1 PB
755 2059 1 PB
ABSTRAK
Menurut survei dari WHO yang dikutip oleh Depkes (2005), Indonesia menempati urutan ke-4
dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Seseorang yang
memiliki kadar gula darah tinggi, seharusnya melakukan diet rendah energy. Salah satu makanan yang
ideal untuk pasien diabetes adalah jamur tiram. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan
makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat,
lemak dan kalori. Selain rendah kolesterol dan karbohidrat, jamur tiram mengandung insulin alami dan
enzim yang menghambat penyerapan gula. Jamur juga mengandung senyawa yang meningkatkan fungsi
pankreas, organ hati dan kelenjar endokrinal lainnya.
Jenis penelitian ini adalah true experimental, direncanakan terdiri dari 5 kelompok perlakuan,
(P0-,P0+ P1, P2, dan P3) yaitu kontrol negatif, kontrol positip, pemberian jamur dalam bentuk simplisia,
filtrat dan infus), masing-masing kelompok terdiri dari 5 kali ulangan. Penelitian dilaksanakan
dilaboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang, pada bulan Maret sampai Agustus 2016.
Metode pengumpulan data dengan mengukur kadar glukosa darah tikus putih yang sudah diberi
perlakuan, kemudian dianalisis menggunakan Anava 1 jalur dan uji Duncan untuk mengetahui perlakuan
terbaik.
Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh berbagai bentuk sediaan jamur tiram putih terhadap
kadar gula darah tikus putih. Perlakuan menggunakan filtrat jamur tiram dalam bentuk filtrat (P2)
merupakan perlakuan terbaik, tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian jamur tiram putih dalam
bentuk simplisia (P1), dan pemberian jamur tiram putih dalam bentuk infus (P3), tetapi berbeda nyata
dengan perlakuan kontrol positip P0+. Walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P3, tapi
pada perlakuan P2 didapatkan kadar gula terendah.
Kata Kunci : Kadar gula darah, tikus putih, hiperglikemia, jamur tiram putih.
Menurut survei dari WHO yang dikutip oleh Depkes (2005), Indonesia menempati urutan ke-4
dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Prevalensi DM di
Indonesia sebesar 8.6% dari total penduduk, sehingga pada tahun 2025 diperkirakan penderita DM
mencapai 12.4 juta jiwa. Jumlah tersebut setara dengan tiga kali kejadian pada tahun 1995, yaitu 4.5 juta
penderita (Depkes, 2005). Angka prevalensi penderita diabetes di tanah air berdasarkan data Departemen
Kesehatan (Depkes) pada tahun 2008 mencapai 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12 juta
jiwa. Angka prevalensi prediabetes mencapai dua kali lipatnya atau 11% dari total penduduk Indonesia,
hal ini berarti jumlah penduduk Indonesia yang terkena diabetes akan meningkat dua kali lipat dalam
beberapa waktu mendatang (Hidayat, 2009).
Diabetes Mellitus dapat menyerang segala lapisan umum dan sosial ekonomi. Dari berbagai
penelitian epidemiologis di Indonesia didapatkan angka kejangkitan penyakit Diabetes Mellitus sebesar
1,5% - 2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun (Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus di
Indonesia). Jumlah penyandang diabetes terutama diabetes tipe 2 makin meningkat di seluruh dunia
terutama di negara berkembang karena perubahan gaya hidup salah yang menyebabkan obesitas (Suyono,
2009).
Tabel 1. Penentuan Kriteria Diabetes Melitus Berdasarkan Kadar Glukosa
Darah Sewaktu Dengan Metode Enzimatik
Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar glukosa plasma vena < 110 mg/dl 110-199 mg/dl ≥ 200 mg/dl
Kadar glukosa darah kapiler < 90 mg/dl 90-199 mg/dl ≥ 200 mg/dl
Sumber: Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia, 2002 (Perkeni)
Kadar glukosa plasma puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 80-115 mg/100 ml.
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa plasma puasa yang lebih tinggi dari 115 mg/ 100 ml,
sedangkan hipoglikemia bila kadarnya lebih rendah dari 80 mg/100 ml. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus
ginjal dan hampir semuanya diabsorbsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak
melebihi 160-180 mg/100 ml. Jika kadar glukosa plasma naik melebihi kadar ini, maka glukosa tersebut
akan keluar bersama kemih dan keadaan ini disebut glukosuria. (Price, 1995).
Konsumsi sayuran, khususnya sayuran yang termasuk kategori sayur untuk diabetes, sangat
dianjurkan. Kandungan serat sayuran untuk diabetes tersebut bisa dibilang sangat tinggi, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan harian tubuh akan serat. Dengan asupan serat yang cukup, maka pencernaan pun
Penyakit diabetes mellitus, sulit untuk sembuh secara total atau tuntas. Yang bisa dilakukan
adalah agar kadar gula dikendalikan atau dijaga supaya tidak terlalu tinggi. Selain mengkonsumsi obat
dari dokter, penderita diabetes membatasi konsumsi gula dan karbohidrat, tetapi memperbanyak
mengkonsumsi serat, yang berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Salah satu makanan yang ideal
untuk pasien diabetes adalah jamur tiram. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan
bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan
kalori. Kandungan serat jamur mulai 7,4% sampai 27,6% sangat baik bagi pencernaan. Pada jamur tiram,
rata-rata kandungan seratnya sekitar 11,5%. Selain tinggi serat dan rendah kolesterol dan karbohidrat,
jamur tiram mengandung insulin alami dan enzim yang menghambat penyerapan gula. Jamur juga
mengandung senyawa yang meningkatkan fungsi pancreas, organ hati dan kelenjar endokrinal lainnya.
Selain itu, jamur juga memiliki antibiotik alami yang memberikan perlindungan bagi penderita diabetes
dari infeksi.
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian sungguhan (true experimental). Penelitian ini terdiri dari 5
kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 kali ulangan. Adapun perlakuan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut: P0 (–) yaitu kelompok tikus yang tidak diberi jamur tiram dan tidak
diberi aloksan (kontrol negatif); P0 (+) yaitu kelompok tikus yang tidak diberi jamur tiram dan diberi
aloksan (kontrol positif); P1 yaitu kelompok tikus hiperglikemia yang diberi simplisia jamur tiram putih
dengan dosis 3 gram/ ekor/ hari; P2 yaitu kelompok tikus hiperglikemia yang diberi filtrat jamur tiram
putih dengan dosis 3 ml/ ekor/ hari, dan P3, yaitu kelompok tikus hiperglikemia yang diberi infus jamur
tiram putih dengan dosis 3 ml/ ekor/ hari
Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) dewasa dengan berat 150-200
gram yang diperoleh dari laboratorium kimia UMM. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
Simple Random Sampling. Sedangkan sampel penelitian berupa tikus putih dewasa dengan berat 150-200
gram. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 25 ekor tikus putih.
Berdasarkan uji normalitas didapatkan hasil nilai skewness yaitu 1,72 dan nilai kurtosis -0,55
sehingga, dari hasil tersebut dapat diambil keputusan bahwa data berdistribusi normal karena terletak
pada kisaran angka ± 2. Sedangkan untuk uji homogenitas didapatkan hasil probabilitas (Sig) 0,413.
Pengambilan keputusannya adalah jika Sig> 0,05 maka Ho diterima jika Sig < 0,05 Ho ditolak, karena
hasil sig 0,413> 0,05 maka Ho diterima. Kesimpulannya semua data varians populasinya adalah sama
(homogen), karena kedua prasyarat telah terpenuhi maka analisis bisa dilanjutkan.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 111
Analisis selanjutnya adalah uji Anava satu jalur, fungsi dari uji tersebut adalah untuk
mengetahui apakah berbagai macam bentuk sediaan jamur tiram putih dapat menurunkan kadar gula
darah tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemia.
ANOVA
Kadar_Glukosa_Darah
Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups 2470,160 4 617,540 9,830 ,000
Within Groups 1256,400 20 62,820
Total 3726,560 24
Berdasarkan hasil analisis Anava diperoleh hasil probabilitas 0,000. Pengambilan keputusannya
adalah jika Sig> 0,05 maka Ho diterima jika Sig < 0,05 Ho ditolak, karena hasil Sig 0,000 < 0,05 maka
Ho ditolak. Artinya berbagai macam bentuk sediaan jamur tiram putih (simplisia, filtrat dan infus) dapat
menurunkan kadar gula darah tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemia. Uji lanjutan yang digunakan
adalah uji Duncan untuk mengetahui pemberian sediaan jamur tiram putih bentuk apakah yang dapat
menurunkan kadar gula darah tikus putih (Rattus norvegicus) tertinggi atau terbaik.
Tabel Uji Duncan kadar glukosa darah tikus putih
Duncana
Subset for alpha = 0,05
Perlakuan N
1 2
P0- 5 108,80
P2 5 111,40
P3 5 114,00
P1 5 115,40
P0+ 5 136,60
Sig ,241 1,000
Means for grous in homogeneous subsets are displayed
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,0000
Berdasarkan hasil uji Duncan terlihat hasilnya bahwa perlakuan P0-, P1, P2, P3 berada pada
satu kolom yang sama yang artinya tidak berbeda nyata, sedangkan untuk perlakuan P0+ berada pada
kolom yang berbeda artinya berbeda nyata. P0 (+) merupakan kelompok tikus yang tidak diberi jamur
tiram dan diberi aloksan (kontrol positif), perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan keempat lainnya,
hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian berbagai macam sediaan jamur tiram putih mampu
menurunkan kadar gula tikus putih. Uji Duncan antara P1, P2 dan P3 ternyata diketahui tidak berbeda
secara signifikan namun jika dilihat dari hasilnya berturut-turut yaitu 115,40; 111,40 dan 114 sehingga,
Level glukosa di dalam darah pada tikus dimonitor oleh pankreas. Jika konsentrasi glukosa darah
pada tikus menurun karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan
glukagon, yaitu hormon yang menargetkan sel-sel di hati. Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen
menjadi glukosa (glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah hingga meningkatkan level
gula darah. Namun jika konsentrasi glukosa darah pada tikus meningkat karena perubahan glikogen atau
karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam
pankreas. Hormon ini disebut insulin yang menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi
glikogen (glikogenosis) yang mengurangi level gula darah. Karbohidrat dalam makanan yang dicerna
secara aktif mengandung residu glukosa, galaktosa dan fruktosa yang akan dilepas di dalam intestinum.
Unsur-unsur gizi ini lalu diangkut kedalam hepar lewat vena porta hati. Galaktosa dan fruktosa segera
diubah menjadi glukosa di dalam hepar (Dalimartha, 2005).
Tingginya kadar glukosa darah pada tikus putih jantan pada P0+ adalah akibat dari pemberian
aloksan yang diinduksikan pada tikus putih. Aloksan merupakan suatu zat yang dapat digunakan untuk
menginduksi diabetes pada tikus sehingga kadar glukosa darahnya meningkat akibat dari kerusakan sel
beta pancreas. Penyuntikan aloksan ke dalam pembuluh darah tikus dapat merusakkan sel beta pada
kelenjar pancreas dari pulau langerhans, akibatnya insulin tidak dapat diproduksi oleh pancreas. Insulin
adalah hormon yang salah satu fungsinya merubah glukosa menjadi glikogen yaitu simpanan glukosa
yang ada di hati dan otot. Karena insulin tidak dapat diproduksi oleh pankreas maka glukosa tidak bisa
dirubah menjadi glikogen, akibatnya glukosa dalam darah meningkat secra terus menerus sehingga tubuh
dalam keadaan hiperglikemia. Menurunnya produksi insulin berakibat naiknya kadar glukosa darah.
Pemberian jamur tiram putih dalam bentuk simplisia dapat menurunkan kadar gula darah tikus
putih sehingga mendekati normal. Penurunan gula darah tiap tikus (ulangan) berbeda-beda, karena
simplisia ini diberikan sebagai pakan dan kemampuan tikus dalam menghabiskan pakan ini berbeda-beda.
Walaupun demikian, kadar gula darah tikus putih yang diberi perlakuan pemberian jamur tiram putih
dalam bentuk simplisia sudah berada dalam batas yang normal (115,4 mg/ dl). Demikian juga pemberian
Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis Anava satu jalur yang telah dilakukan didapatkan
hasil bahwa jamur tiram putih dalam berbagai bentuk sediaan dapat menurunkan kadar gula tikus putih
(Rattus norvegicus) hiperglikemia. Hal ini karena kandungan zat yang terdapat pada jamur tiram mampu
menurukan kadar gula tikus putih. Lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tak jenuh sehingga aman
dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol). Jamur tiram juga mengandung
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Ada
pengaruh berbagai bentuk sediaan jamur tiram putih terhadap kadar gula darah tikus putih. Perlakuan
menggunakan filtrat jamur tiram dalam bentuk filtrat (P2) merupakan perlakuan terbaik, tetapi tidak
berbeda nyata dengan pemberian jamur tiram putih dalam bentuk simplisia (P1), dan pemberian jamur
tiram putih dalam bentuk infus (P3), tetapi berbeda nyata dengan perlakuan kontrol positip P0+.
Walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P3, tapi pada perlakuan P2 didapatkan kadar gula
terendah.
Sedangkan saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
menggunakan dosis dan waktu yang berbeda, juga dapat menggunakan jenis jamur yang berbeda,
sehingga pengaruhnya terhadap penurunan kadar gula darah juga berbeda.
[2] Dalimartha, Setiawan. 2005. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus. Bogor:
Penebar Swadaya.
[3] Departemen Kesehatan RI. 2005. Jumlah penderita diabetes Indonesia ranking ke-4 di dunia. Berita
Dep. Kes. RI. 5 September 2005.
[4] Heather, R et al. 2001. The effect of flexible low glycemic index dietary advice versus measured
carbohydrate exchange diets on glycemic control in children with type 1 diabetes.Diab Care
Vol. 24:1137-1143.
[5] Hidayat. 2009. 11% Penduduk Indonesia Berisiko Diabetes. Republika Edisi November 15th, 2009
[6] Laboratorium klinik Prodia. 2002. Diabetes Mellitus Bagaimana Mengelola dan Mengendalikannya.
Jakarta :Informasi Terkini
[7] Perkeni. 2002. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, 1-39, PB. PERKENI,
Jakarta.
[8] Price, S.A. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
[9] Syamsuni. 2006. Bentuk Sediaan Obat. Apollo Press, Surabaya.
[10] Siswono. 2005. Jumlah Pengidap Diabetes di Indonesia Peringkat Keenam. Suara Pembaruan Edisi
Selasa, 11 Januari, 2005
[11] Sumarmi. 2006. Botani dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. Jurnal Inovasi Pertanian 4(2):124-
130.).
[12] Suyono, S. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu edisi kedua tahun 2009. Bagian I
[13] World Health Organization. 2006. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate
Hyperglycemia: report of a WHO/IDF consultation. WHO Document Production Services,
Geneva, Switzerland
[14] Zaenab, Siti 2013, Uji Potensi Batang Jamur Shiitake Dalam Penurunan Kadar Glukosa Darah
Tikus Putih Hiperglikemia, Laporan Penelitian
[15] Zaenab, Siti 2014, Penurunan Kadar Kolesterol Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Hiperkolesterolemia Menggunakan Filtrat Dan Infus Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Dalam
Berbagai Dosis, Laporan Penelitian