Laporan Akhir Kimor KLMPK 3 (A) (Rev)
Laporan Akhir Kimor KLMPK 3 (A) (Rev)
Disusun oleh
YOGYAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR
Disusun oleh
Disetujui
Kaprodi D3 Teknik Kimia
Kepala Laboratorium
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64
LAMPIRAN..........................................................................................................65
PENDAHULUAN
Bahan pewarna yang sering digunakan dalam makanan olahan terdiri dari
pewarna sintetis (buatan) dan pewarna natural (alami). Kadang-kadang pengusaha
yang nakal menggunakan pewarna bukan makanan (non food grade) untuk
memberikan warna pada makanan. Demi mengeruk keuntungan, mereka
menggunakan pewarna tekstil untuk makanan. Ada yang menggunakan Rhodamin
B pewarna tekstil untuk mewarnai terasi, kerupuk dan minuman sirup. Padahal,
penggunaan pewarna jenis itu dilarang keras, karena bisa menimbulkan kanker
dan penyakit-penyakit lainnya. Pewarna sintetis yang boleh digunakan untuk
makanan (food grade) pun harus dibatasi penggunaannya.
I.2 Tujuan
Menentukan zat warna yang ada dalam saus secara kualitatif dengan
melihat perubahan warna dari benang wol dalam berbagai pereaksi.
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 2
I.3 Dasar Teori
Zat warna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memberikan warna
pada makanan yang tidak berwarna menjadi berwarna agar terlihat menarik atau
memperbaiki warna yang ada. Secara visual faktor warna sangat menentukan
dalam penentuan mutu bahan pangan. Suatu makanan bergizi enak dan teksturnya
sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak menarik atau
menyimpang dari warna yang seharusnya. Berdasarkan sumbernya zat warna
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pewarna alami.
Pewarna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan yang
lebih aman untuk dikonsumsi. Contoh: karotenoid (kuning).
2. Pewarna buatan atau sintetis.
Pewarna sintetis biasanya dibuat di pabrik-pabrik dan terbuat dari
bahan-bahan kimia, seperti tartrazin untuk warna kuning atauallura red
untuk warna merah Pewarna buatan dapat dikatakan berbahaya apabila
dicampurkan ke dalam makanan.
a. Alat
1. Neraca analitik 5. Pipet tetes
2. Pengaduk 6. Gelas ukur
3. Gelas arloji 7. Kompor pemanas
4. Gelas beker
b. Bahan
1. Bahan pewarna 5. NaOH 10%
(saus tomat) 6. HCl pekat
2. Benang wol 7. NH4OH 12%
3. Kertas pH 8. H2SO4 pekat
4. HCl 1:9
Keterangan gambar :
1. pengaduk
2. gelas beker
3. benang wol
4. kompor pemanas
Data percobaan
Orange II
III.2 Pembahasan
Percobaan ini menggunakan zat warna dari saos merk x sebagai sampel.
Saos dicampur dengan aquades dan larutan HCl 1:9 kemudian dipanaskan agar
didapat saos yang pekat. Benang wol yang sudah dipilin dimasukkan ke dalam
saos yang telah dipanaskan sampai menyerap kemudian dicuci dengan aquades
lalu keringkan. Benang wol tersebut direaksikan dengan meneteskan beberapa
larutan untuk diamati perubahan warna yang terjadi.
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
PENDAHULUAN
Aspirin ditemukan oleh Felix Hoffmann pada tahun 1897. Suatu ketika,
ayah Felix Hoffmann menderita nyeri rematik (rheumatoidartritis). Karena itu
Hoffmann berusaha melakukan penelitian terhadap obat yang dapat meringankan
penderitaan ayahnya. Di musim panas 1987, Hoffman nmelakukan proses asetilasi
(CH3CO) pada beberapa molekul, dengan harapan dapat meningkatkan kekuatan
obat atau menurunkan toksisitas dari zat aktif suatu obat. Dan ia melakukan
asetilasi asam salisilat dari sediaan salep yang berasal dari kulit kayu pohon
willow. Pada masa dahulu kulit kayu pohon willow telah dikenal dapat
menurunkan demam dan meredakan rasa nyeri. Ternyata zat aktif yang terdapat
pada kulit kayu tersebut adalah asam salisilat. Pada tahun 1859, Herman Kolbe
berhasil menentukan struktur kimia dan menyintesisnya. Asam salisilat memang
dapat meredakan rasa nyeri, tetapi juga memiliki efek samping yang mengiritasi
lambung karena sifatnya yang terlalu asam (Na’Ima, 2013).
Karena alasan itu pula Hoffman berusaha mencari turunan asam salisilat
yang memiliki efek samping yang lebih ringan. Ia melakukan asetilasi gugus
hidroksil (OH) pada asam salisilat pada porsi 1 cincin benzene dan ia berhasil
menemukan asam asetil salisilat. Sebelumnya hal ini pernah dilakukan Charles
Gerhardt pada tahun 1853. Hanya, Hoffman menggunakan cara yang lebih baik
dalam menghasilkan asam asetil salisilay, yaitu menggunakan asetat anhidrat
sebagai agen asetilasi, dibandingkan dengan asetil klorida yang digunakan
Gerhardt.
I.2 Tujuan
Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari
salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit
atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan).
Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah
dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan
aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di
berbagai wilayah dunia.
a. Alat
1. Labu pemanas 5. Pipet tetes
2. Erlenmeyer 6. Pipet volume
3. Gelas ukur 7. Corong
4. Termometer 8. Kertas saring
b. Bahan
1. Asam salisilat kering
2. Asam asetat anhidrat
3. Asam sulfat pekat
4. Alkohol murni 96%
5. Aquadest
6. Larutan FeCl3
13,8 ml asam
Memasukkan asam asetat anhidrat dan asam
asetat , 10 gr
salisilat kering ke dalam labu pemanas
asam salisilat
30 ml
Mendinginkan larutan setelah 15 menit, lalu
alkohol, 75
menambahkan alkohol murni 96% dan aquadest
ml aquadest
III.2 Perhitungan
= 0,0724 mol
III.3 Pembahasan
Pada percobaan ini menggunakan asam setat 15 gram atau setara dengan
13,8 ml dan 10 gram asam salisilat kering sebagai pereaksi. sesuai yang dilakukan
pada praktikum ini, asam salisilat digunakan sebagai pereaksi pembatas. Artinya
kalau dilihat secara teoritis, jumlah aspirin yang dihasilkan adalah setara dengan
jumlah aspirin yang direaksikan. Asam asetat ditambahkan berlebih agar asam
salisilat habis bereaksi. Selain itu, dengan bergesernya kesetimbangan ke arah
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
PENDAHULUAN
Asam didefinsikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami
disosiasi dengan pembentukkan ion positif hydrogen (H+). Tingkat kekuatan asam
dihubungkan dengan jumlah parsial H+ yang dihasilkan dari disosiasi. Makin
besar jumlah parsial ion positif H yang dihasilkan, maka bisa dikatakan asam juga
makin kuat. Ion positif hydrogen (H+) atau proton secara teoritik tidak pernah ada
dalam air. Dalam disosiasinya setiap proton atau H + selalu bergabung dengan satu
molekul air dengna cara menjalin ikatan koordinasi melalui sepasang electron
bebas ( Ion pair electron ) pada oksigen air dan membentuk ion-ion hydronium
(H3O+).
Asam – Asam diatas dalam disosiasinya hanya menghasilkan satu proton
(satu ion H+) setiap molekulnya , sehingga dinamakan asam monoprotic dan
merupakan pasangan reaksi reversible asam-basa konjungsi dengan air,
melepaskan lebih dari satu proton, asam proliprotik.
( Igan Alfinda, 2020)
I.2 Tujuan
A +¿ B ↔ D +¿ E
(1)
P +¿ Q → R +¿ S (2)
Mungkin semua reaktan (P dan Q) akan habis bereaksi menjadi hasil (R dan S)
dalam waktu yang lama, tetapi pada reaksi yang reversible meskipun reaksi
berlangsung tak terhingga lamanya, seluruh reaktan tidak akan habis bereaksi
menjadi haisl, sehingga selalu terdapat campuran hasil reaksi. Contoh reaksi yang
reversible adalah reaksi antara asam orgaik (R 1COOH) dengan alcohol (R2OH)
menjadi ester (R1COOR2) dan air, berdasarkan persamaan reaksi:
R1COOH +¿ R2OH ↔ R1COOR2 +¿ H2O (3)
Salah satu jenis asam organic dan alcohol yang mudah di dapat adalah asam
asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH), dan hasil yang terjadi adalah etil asetat
(CH3COOC2H5) dan air, berdasarkan reaksi :
CH3COOH +¿ C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 +¿ H2O (4)
(H) (OH) (E) (W)
Berkurangnya jumlah mol asam asetat, atau bertambahnya jumlah mol etil
asetat karean reaksi, per mol asam asetat mula-mula disebut konversi, atau :
n HO−n H C HO−C
x= ¿ H
(5)
n HO C HO
Dengan :
n HO = mol asam asetat mula-mul
n H = mol asam asetat yang tersisa setelah bereaksi selama t menit
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 23
C HO = konsentrasi asam asetat mula-mula, mol/L campuran
C H =konsentrasi asam asetat setelah bereaksi sealama t menit,mol/L campuran
x = konversi, bagian
Selain bantuan katalisator, reaksi di atas dapat lebih dipercepat , bila reaksi
berlangsung pada suhu tinggi. Suhu tertinggi yang mungkin dicapai adalah suhu didih
campuran. Oleh karena itu uap campuran diembunkan dalam pendingin balik.
Sampai keadaan seimbang, yaitu kecepatan reaksi ke kanan sama dengan yang
ke kiri. Pada keadaan ini banyaknya ester yang terjadi sudah maksimal dan disebut
dengan konversi seimbang, yang dapat dihitung dari persamaan :
k1 CG . C w
K= = (8)
k2 C H COH
D. Konversi
At − Aa
X= vb
Ao
Prinsip distilasi kukus ini dapat digunakan untuk mengambil minyak atsiri
(volatile) dari bagian tumbuhan yaitu daun, kulit, bunga atau buah (non volatile).
Minyak atsiri (A) lebih volatile bila dibandingkan dengan bagian tumbuan (B)
yang akan diambil minyak atsirinya, dan sifat minyak atsiri tidak larut dalam air
(S). Walaupun pada keadaan ini campuran A dan B bukan merupakan campuran
ideal, tetapi suhu distiliasi dapat dilakukan lebih rendah dari suhu didih masing-
masing komponen.
a. Bahan
1. Larutan asam asetat 50 ml 6. Larutan KOH alkholis 0,4 N
2. Larutan etanol 150 ml 7. Larutan HCl 0,4 N
3. Asam sulfat pekat 8. Indikator Penolptalein 1%
4. Aquadest
5. Larutan NaOH 0,4 N
b. Alat
1. reactor
2. pemanas selubung
Keterangan gambar:
6. Pendingin air
1. Pemanas 7. Corong pisah
2. Pembangkit uap 8. Krus porselin
3. Penangkap percikan 9. Statif
4. Tumpukan daun
5. Kran pengeluaran hasil bawah
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 28
II.3 Cara Kerja
Menyiapkan alat dan bahan
30ml
asam Mengencerkan asam asetat 96% dengan
asetat aquadest 20ml
5ml
Mengambil larutan campuran kemudian
larutan memasukkan kedalam Erlenmeyer untuk
campuran
menganalisa kadar asam asetat awal
Memanaskan larutan
tersebut selama 1 jam
III.3 Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk menghitung konversi pada esterifikasi
asam asetat dengan etanol menggunakan katalisator asam sulfat. Konversi dihitung
secara tidak langsung yaitu dengan menentukkan ekuivalen asam bebas dan
ekuivalen asam total yang terdapat dalam campuran hasil reaksi secara volumetric.
Lalu paraktikum ini, kita melakukan mereaksikan asam asetat dengan etanol
menggunakan katalis asam sulfat pekat reaksi estritikosi adalah reaksi bolak-balik
dan merupakan reaksi keseimbangna setelah dilakukan percobaan ada tiga penentuan
ekuivalen asam asetat yang pertama ada penentuan ekuivalen asam asetat mula-mula
(At) dengan mengambil 5ml larutan cuplikan dan ditambahkan 3 tetes indicator pp
serta dititrasikan dengan NaOH 0,4 N maka didapatkan nilai Ao sebesar 2,352
mgrek.
Yang kedua ada penentuan ekuivalen asam bebas (Ab) dengan 5 ml larutan
cuplikan dan dititrasikan dengan NaOH 0,4 N hingga titik akhir ditandai dengan
perubahan warna menjadi merah muda yang tidak hilang selama 0,5 menit, maka
didapatkan nilai Ab sebesar 6,128 mgrek. Penentuan ekuivalen asam bebas (At)
dengan 5 ml larutan cuplikan ditambahkan 40 ml KOH dan 3 tetes indicator PP
dihubungkan dnegan pendingin balik, lalu dipanaskan diatas kompor listrik, maka
didapatkan nilai At sebesar 4,12 mgrek. Llau kita mendapatkan nilai konversi adalah
-0,8537 mgrek.
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari praktikum Analisa Asam Dalam Campuran Hail Reaksi yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Kita dapat mengetahui dari tujuan praktikum itu adalah untuk menghitung
esterifikasi asam asetat dengan etanol menggunakan katalisator asam
sulfat. Lalu konsentrasi dihitung secara tidak langsung yaitu dengan
menentukkan ekuivalen asam bebas dan ekuivalen asam total yang
terdapat dalam campuran hasil reaksi secara volumeteri.
2. Kita dapat menentukkan ekuivalen dari asam asetat mula-mula (Ao) itu
sebesar 2,352 mgrek.
3. Kita juga dapat menentukkan ekuivalen dari asam bebas yang telah
diapanaskan (Ab) sebesar 6,128 mgrek.
4. Kita dapat menentukkan ekuivalen asam bebas (A) sebesar 4,12 mgrek dan
konversi (x) pada larutan itu adalah -0,8537 mgrek.
PENDAHULUAN
Ektrasi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dari
campurannya dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak subtansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi laju ekstrasi adalah tipe persiapan sampel, waktu
ekstrasi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut.
I.2 Tujuan
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau essensial oil.
Ciri umum minyak atsiri adalah mudah menguap pada suhu kamar, rasanya getir,
berbau khas, tidak larut dalam air dan mudah larut dalam pelarut organik.
a. Alat
1. Gelas ukur
2. Gelas corong
3. Timbangan analitik
4. Pipet gelas
5. Rangkaian alat ekstraksi soxhlet
6. Rangkaian alat distilasi
b. Bahan
1. Washbensin
2. Kemiri
Keterangan gambar :
1. labu bulat
3. pendingin bola
4. kompor
5. soxhlet
6. statif
Keterangan gambar :
2. kompor listik
3. thermometer
4. pendingin balik
5. gelas beker
6. statif
Wash
Menuangkan pelarut washbensin sebanyak 300 ml
bensin
ke dalam labu bulat
300 ml
Diagram Alir II.3.1 Cara Kerja Pengambilan Minyak Atsiri dengan Ekstraksi Soxhlet
HASIL PENGAMATAN
III.2 Perhitungan
- Berat minyak atsiri = (berat gelas ukur + minyak) – (berat gelas ukur kosong)
= 27,9514 gr – 20,3312 gr
= 7,6202 gr
7,6202 𝑔𝑟
= 30 𝑔𝑟 × 100%
= 25,4006%
=| | × 100%
1,0609 𝑔𝑟/𝑚𝑙
= 29,58 %
III.3 Pembahasan
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
PENDAHULUAN
Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti “triester dari gliserol”.
Perbedaan lansung yang dapat diamati dari lemak dan minyak adalah pada suhu
kamar, lemak berwujud padat sedangkan minyak berwujud cair. Kebanyakan
gliserida dalam hewan adalah lemak sedangkan dalam tumbuhan berupa minyak,
sehingga sering dijumpai istilah lemak hewani dan minyak nabati.
Lemak dan minyak merupakan senyawa organik alami yang tak larut
dalam air dan dapat larut dalam pelarut organik, seperti alkohol, eter dan
hidrokarbon. Rumus bangun minyak atau lemak adalah sebagai berikut :
dengan R1, R2, R3 adalah asam-asam karboksilat atau asam lemak yang bisa
sama atau berbeda. Apabila ketiga asam lemak itu sama maka lemaknya disebut
lemak sederhana, sedangkan bila berbeda disebut lemak campuran.
I.2 Tujuan
a. Sifat Fisik
Sifat fisik yang dimiliki oleh minyak atau lemak yang cukup baik untuk
kon5umsi adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, berat jenis yang
lebih kecil dari pada rapat air, kadar air cukup kecil dan tidak larut dalam air,
tapi mudah larut dalam pelarut organik non polar.
b. Sifat Kimia
Sifat-sifat kimia yang dimiliki oleh lemak atau minyak adalah mudah
dihidrolisis, mudah membentuk sabun, rasa tengik yang disebabkan adanya
ikatan rangkap asam lemak yang putus, minyak yang mengandung asam
lemak sangat tidak jenuh mudah dioksidasi spontan oleh oksigen pada
temperatur biasa rantainya yang tak jenuh membentuk zat yang keras dan
tahan air dan mudah dihidrogenasi menjadi jenuh.
Beberapa cara analisis untuk mengenal sifat lemak dan minyak adalah :
1. Ekuivalen asam lemak bebas, yaitu kadar asam lemak yang tidak terikat
atau tidak terester dengan gliserol yang dinyatakan dalam milligram
ekuivalen
a. Alat
b. Bahan
Keterangan gambar
:
3. kompor listrik
1. erlenmyer
4. statif
2. pendingin
balik
Diagram Alir II.3.2 Cara Kerja Pembuatan Larutan KOH dalam Etanol
Indikator
Meneteskan indikator pp sebanyak 2 tetes
MO 2 tetes
ke dalam alkohol
No. Volume larutan boraks (ml) Volume larutan HCl untuk titrasi (ml)
1. 10 6
2. 10 5,4
No. Volume larutan HCl (ml) Volume larutan NaOH untuk titrasi (ml)
1. 10 2,6
2. 10 2,2
𝑚
N boraks = 1000
𝑀𝑟⁄ 1000 𝑔𝑟 ×
4382 = 0,2094 mgrek/ml
2 × 𝑉 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 = ⁄2 100
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
0,209424 ×10 𝑚𝑙
𝑚𝑙
N HCl =
5,7 𝑚𝑙
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
0,36741 ×4,4 𝑚𝑙
𝑚𝑙
N NaOH =
10 𝑚𝑙
= 0,12573 N
(44,8−6)×0,36741 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝑙
= 5 𝑔𝑟 = 3,16789 N
III.3 Pembahasan
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Praktikum ini memiliki tujuannya untuk mempelajari cara analisis sifat-sifat kimia
dari minyak nabati dan menentukkan ekuivalen asam lemak bebas dan ekuivalen
asam lemak total dari minyak nabati.
2. Minyak goreng yang baik dan sehat biasanya berwarna bening dan jenih. Tidak
mudah beku dan mempunyai air atau memiliki karakter yang tidak lekat.
ANALISIS PATI
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
Percobaan ini bertujuan menganalisis kadar pati dari bahan alam yang
merupakan bahan makanan.
Pati tidak larut dalam air dingin tetapi larut dalam air panas karena pati
akan menjerap air sehingga menggelembung dan pecah membentuk larutan agak
keruh seperti lem. Bila dihidrolisis air akan meyerang ikatan 1,4-2-glukosida pada
pati membentuk dekstrin atau glukosa tergantung pada derajad pemecahan rantai
polisakarida. Reaksi hidrolisis dapat dinyatakan dengan persamaan :
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada hidrolisis pati adalah waktu
reaksi, suhu dan katalisator. Waktu reaksi yang makin panjang mengakibatkan
pati yang terhidrolisis makin meningkat, tetapi jika hidrolisis berlangsung terlalu
lama hasil yang diperoleh menurun dan warnanya semakin gelap. Suhu reaksi
sangat mempengaruhi hasil dan pengaruh suhu terhadap konstante kecepatan
reaksi mengikuti persamaan Arhenius :
dengan :
A = faktor frekuensi
E = energi aktivasi
T = suhu absolut, K
a. Alat
b. Bahan
1. HCl
2. NaOH
3. Pati
4. Indikator metylen blue
5. Fehling A
6. Fehling B
7. Aquadest
Keterangan gambar :
1. pemanas
3. pendingin balik
4. statif
5. erlenmeyer
6. buret
Mengambil
Menyaringcairan hidrolisisdengan
hasil hidrolisis yang sudah disaring
corong yang
sebanyak 25 ml
sudah dilapiri kertas saring
III.2 Perhitungan
Diketahui :
250 𝑚𝑙 ×100 𝑚𝑙
= 20 𝑚𝑙 ×7 𝑚𝑙 × 0,03 𝑔ram
0,25 𝐿 ×0,1 𝐿
= 0,02 𝐿 ×0,0167 × 0,03 𝑔ram
𝐿
= 2,23880 gram
Mp = 𝑀 𝐶6𝐻12𝑂5
𝑀𝑏 × 𝑀 𝐶6𝐻12𝑂6
162 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,44776×
180 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,402984 bagian
III.3 Pembahasan
Pada praktikum “Analisis Pati” ini bertujuan untuk menganalisis kadar pati
dari bahan alam yang merupakan bahan makanan.
Titrasi dilakukan sampai warna biru hilang atau hampir hilang, kemudian
ditambahkan 2 tetes metilen biru lalu ditirasi kembali hingga terbentuk endapan
merah bata.
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari praktikum Analisa Pati yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a. Suhu, jika suhu yang digunakan terlalu panas maka dapat merusak hasil
hdirolisis patinya.
b. Waktu, jika waktu pemanas terlalu panas atau lama maka dapat merusak
hidrolisis.
c. Konsentrasi katalisasi , jika menggunakan asam berlebihan menyebbakan
garam yang dihasilkan lebih banyak dan dapat mempengaruhi analisis
glukosa.
Redaksi Halodoc. 2018. “5 Ciri Minyak Goreng Sehat yang Layak Konsumsi”.
Diakses dari https://www.halodoc.com/artikel/ pada 05 Mei 2022.