Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Disusun oleh

Nama : 1. Nabila Aurellya (021220008)

2. Misbakhul Munir (021220009)

3. Fanisha Anjani (021220018)

Fakultas/ Prodi : Teknik Industri/ D3 Teknik Kimia

Plug/ Kelompok : A/03

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Disusun oleh

Nama : 1. Nabila Aurellya (021220008)

2. Misbakhul Munir (021220009)

3. Fanisha Anjani (021220018)

Fakultas/ Prodi : Teknik Industri/ D3 Teknik Kimia

Plug/ Kelompok : A/03

Yogyakarta, 19 Mei 2023

Disetujui
Kaprodi D3 Teknik Kimia
Kepala Laboratorium

Susanti Rina Nugraheni,S.T.,M.Eng. Yuli Ristianingsih,S.T.,M.Eng.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | ii


KATA PENGANTAR

Puji syukur praktikan ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga praktikan dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik ini tepat pada waktunya.
Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktikum Kimia
Organik pada prodi D3 Teknik Kimia, Fakultas Teknik Industri, UPN “Veteran”
Yogyakarta yang disusun berdasarkan hasil praktikum dan referensi yang telah
didapat.
Pada kesempatan ini praktikan mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kemudahan dan kelancaran dalam
mengerjakan praktikum.
2. Ibu Yuli Ristianingsih,S.T.,M.Eng. selaku dosen pembimbing praktikum.
3. Para asisten pembimbing laboratorium yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu.
4. Kelompok praktikum yang telah bekerja sama demi kelancaran jalannya
praktikum.
Karena atas dukungan dan bantuannya, praktikan dapat melakukan
praktikum maupun menyelesaikan laporan ini dengan lancar tanpa halangan
berarti. Dalam penyusunan laporan praktikum ini, praktikan menyadari akan
segala kekurangan, untuk itu praktikan terbuka atas saran dan kritik yang
bersifat
membangun.
Akhir kata, semoga laporan praktikum ini bermanfaat dan dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 19 Mei 2023


Penulis

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | iii


Kelompok 3

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | iv


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL...................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR ALAT.................................................................................vi

PRAKTIKUM I (Penentuan Zat Warna).....................................................1


PRAKTIKUM II (Pembuatan Aspirin)........................................................9
PRAKTIKUM III (Analisa Asam Dalam Campuran Hasil Reaks)...........19
PRAKTIKUM IV (Pembuatan Minyak Atsiri dengan Ekstraksi Soxhlet). 28
PRAKTIKUM V (Analisis Minyak Nabati)..............................................38
PRAKTIKUM VI (Analisis Pati)...............................................................51

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64

LAMPIRAN..........................................................................................................65

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | v


DAFTAR TABEL

Tabel III.1.1 Data Pengamatan Kualitatif Saos Tomat............................................6

Tabel I.3.1 Kandungan Asam Lemak Pada Beberapa Minyak Nabati...................41

Tabel III.1.1 Hasil Pengamatan Standarisasi Larutan HCl dan NaOH..................46

Tabel III.1.2 Hasil Pengamatan Standarisasi Larutan HCl dan NaOH..................46

Tabel III.1.1 Titrasi Blanko....................................................................................60

Tabel III.1.2 Titrasi Larutan Hasil Hidrolisis.........................................................60

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | vi


DAFTAR GAMBAR ALAT

Gambar II.2.1 Rangkaian Alat Penentuan Zat Warna.............................................4

Gambar II.2.1 Rangkaian Alat Pembuatan Aspirin...............................................13

Gambar II.2.1 Rangkaian Alat Distilasi Kukus.....................................................23

Gambar II.2.1 Rangkaian Alat Ekstraksi Soxhlet.................................................32

Gambar II.2.2 Rangkaian Alat Distilasi.................................................................33

Gambar II.2.1 Rangkaian Alat Analisis Minyak Nabati.......................................43

Gambar II.2.1 Rangkaian Alat Analisis Pati..........................................................56

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | vii


PRAKTIKUM I

PENENTUAN ZAT WARNA

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 1


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni


pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai
penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diaturmelalui
SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan
tambahan pangan. Akan tetapi seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat
pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarnauntuk tekstil dan
kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi
kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut.
Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan
masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan disamping itu harga zat
pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna
untuk pangan. (Hamdani, 2011).

Bahan pewarna yang sering digunakan dalam makanan olahan terdiri dari
pewarna sintetis (buatan) dan pewarna natural (alami). Kadang-kadang pengusaha
yang nakal menggunakan pewarna bukan makanan (non food grade) untuk
memberikan warna pada makanan. Demi mengeruk keuntungan, mereka
menggunakan pewarna tekstil untuk makanan. Ada yang menggunakan Rhodamin
B pewarna tekstil untuk mewarnai terasi, kerupuk dan minuman sirup. Padahal,
penggunaan pewarna jenis itu dilarang keras, karena bisa menimbulkan kanker
dan penyakit-penyakit lainnya. Pewarna sintetis yang boleh digunakan untuk
makanan (food grade) pun harus dibatasi penggunaannya.

I.2 Tujuan

Menentukan zat warna yang ada dalam saus secara kualitatif dengan
melihat perubahan warna dari benang wol dalam berbagai pereaksi.
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 2
I.3 Dasar Teori

Zat warna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memberikan warna
pada makanan yang tidak berwarna menjadi berwarna agar terlihat menarik atau
memperbaiki warna yang ada. Secara visual faktor warna sangat menentukan
dalam penentuan mutu bahan pangan. Suatu makanan bergizi enak dan teksturnya
sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak menarik atau
menyimpang dari warna yang seharusnya. Berdasarkan sumbernya zat warna
dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Pewarna alami.
Pewarna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan yang
lebih aman untuk dikonsumsi. Contoh: karotenoid (kuning).
2. Pewarna buatan atau sintetis.
Pewarna sintetis biasanya dibuat di pabrik-pabrik dan terbuat dari
bahan-bahan kimia, seperti tartrazin untuk warna kuning atauallura red
untuk warna merah Pewarna buatan dapat dikatakan berbahaya apabila
dicampurkan ke dalam makanan.

Pada proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan


pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen
atau logam berat lain yang bersifat racun. Proses produksi harus melalui suatu
senyawa antara yang berbahaya dan sering tertinggal dalam hasil akhir atau
berbentuk senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat warna yang dianggap aman,
ditetapkan bahwa kandungan arsen nya tidak boleh lebih dari 0,00014 % dan
kandungan timbal tidak boleh lebih dari 0,001 %.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 3


BAB II

PELAKSANAAN DAN PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan

a. Alat
1. Neraca analitik 5. Pipet tetes
2. Pengaduk 6. Gelas ukur
3. Gelas arloji 7. Kompor pemanas
4. Gelas beker
b. Bahan
1. Bahan pewarna 5. NaOH 10%
(saus tomat) 6. HCl pekat
2. Benang wol 7. NH4OH 12%
3. Kertas pH 8. H2SO4 pekat
4. HCl 1:9

II.2 Rangkaian Alat

Keterangan gambar :

1. pengaduk

2. gelas beker

3. benang wol

4. kompor pemanas

Gambar II.2.1 Rangkaian Alat Penentuan Zat Warna

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 4


II.3 Cara Kerja

Menimbang saos dan aquades dengan berat dan


volume tertentu

Menuangkan aquadest dan HCl 1:9 pada gelas beker


berisi saos dan memanaskannya, aduk hingga sebagian
air teruapkan sehingga didapat saos yang pekat

Memilin benang wol agar didapat benang wol yang


menyatu dan memasukkan ke dalam saos yang
dipanaskan

Mematikan kompor pemanas apabila dirasa benang wol


telah menyerap saos dan memindahkan benang wol ke
gelas arloji

Mencuci benang wol dengan aquadest hingga air cucian


tidak keruh lalu keringkan benang wol dengan
menangin-anginkan di depan kipas

Meneteskan larutan NaOH 10%, NH4OH 12%, HCl


pekat, dan H2SO4 pekat pada masing-masing wol yang
berbeda dan amati perubahan warna yang terjadi

Membandingkan warna benang wol setelah diberi


tetesan larutan tertentu dengan literatur yang ada
Diagram Alir II.3.1 Cara Kerja Penentuan Zat Warna

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 5


BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan

Data percobaan

 Massa zat warna : saos tomat merk X = 50 gr


 Pembuatan larutan HCl encer 1:9 volume total = 60 ml

Tabel III.1.1 Data Pengamatan Kualitatif Saos Tomat

No. Jenis Pereaksi Warna Zat Warna


1. NaOH 10% Merah Azarubine A
Sudan I
2. H2SO4 pekat Merah Sudan I

Orange II

3. HCl pekat Merah orange Sudan I


Crociene Orange
4. NH4OH pekat Kuning Bismark Brown
Bismark Brown R

III.2 Pembahasan

Pada praktikum “Penentuan Zat Warna” ini bertujuan untuk menentukan


zat warna yang ada dalam saus secara kualitatif dengan melihat perubahan warna
dari benang wol dalam berbagai pereaksi. Zat warna berdasarkan sumbernya dapat
dibedakan menjadi dua yaitu pewarna alami dan pewarna buatan atau sintetis.
Pewarna alami yaitu pewarna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan
yang lebih aman untuk dikonsumsi sedangkan pewarna buatan atau sintetis

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 6


biasanya

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 7


dibuat di pabrik-pabrik dan terbuat dari bahan-bahan kimia, Pewarna buatan dapat
dikatakan berbahaya apabila dicampurkan ke dalam makanan.

Percobaan ini menggunakan zat warna dari saos merk x sebagai sampel.
Saos dicampur dengan aquades dan larutan HCl 1:9 kemudian dipanaskan agar
didapat saos yang pekat. Benang wol yang sudah dipilin dimasukkan ke dalam
saos yang telah dipanaskan sampai menyerap kemudian dicuci dengan aquades
lalu keringkan. Benang wol tersebut direaksikan dengan meneteskan beberapa
larutan untuk diamati perubahan warna yang terjadi.

Benang wol yang diteteskan larutan NaOH 10 % menghasilkan perubahan


warna menjadi merah. Kemudian dicocokkan dengan tabel zat warna dan
didapatkan saos mengandung Azarubine A dan Sudan I. Benang wol yang
diteteskan larutan H2SO4 pekat menghasilkan perubahan warna menjadi merah
yang berarti mengandung Sudan I dan Orange II. Benang wol yang diteteskan
larutan HCl pekat menghasilkan perubahan warna menjadI merah orange yang
berarti mengandung Sudan I dan Crociene orange. Benang wol yang diteteskan
larutan NH4OH 12% menghasilkan perubahan warna menjadi kuning yang berarti
menganudng Bismark Brown dan Bismark Brown R.

Dari zat warna yang dihasilkan dapat diketahui terdapat Azarubine A


dapat dikonsumsi dengan pembatasan penggunaannya, Sudan I tidak aman
dikonsumsi karena pewarna Sudan adalah senyawa golongan azo yang umum
digunakan dalam bidang industri, seperti pewarnaan untuk bahan bakar, Bismark
Brown tidak dilarang penggunaannya.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 8


BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Dalam saos merk x mengandung zat warna Azarubine A, Sudan I, Orange


II, Crociene Orange, Bismark Brown, dan Bismark Brown R
2. Pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan aman
untuk dikonsumsi
3. Pewarna buatan atau sintetis tidak aman untuk dikonsumsi karena terdapat
bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 9


PRAKTIKUM II

PEMBUATAN ASPIRIN (ASAM ASETIL SALISILAT)

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 10


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Aspirin ditemukan oleh Felix Hoffmann pada tahun 1897. Suatu ketika,
ayah Felix Hoffmann menderita nyeri rematik (rheumatoidartritis). Karena itu
Hoffmann berusaha melakukan penelitian terhadap obat yang dapat meringankan
penderitaan ayahnya. Di musim panas 1987, Hoffman nmelakukan proses asetilasi
(CH3CO) pada beberapa molekul, dengan harapan dapat meningkatkan kekuatan
obat atau menurunkan toksisitas dari zat aktif suatu obat. Dan ia melakukan
asetilasi asam salisilat dari sediaan salep yang berasal dari kulit kayu pohon
willow. Pada masa dahulu kulit kayu pohon willow telah dikenal dapat
menurunkan demam dan meredakan rasa nyeri. Ternyata zat aktif yang terdapat
pada kulit kayu tersebut adalah asam salisilat. Pada tahun 1859, Herman Kolbe
berhasil menentukan struktur kimia dan menyintesisnya. Asam salisilat memang
dapat meredakan rasa nyeri, tetapi juga memiliki efek samping yang mengiritasi
lambung karena sifatnya yang terlalu asam (Na’Ima, 2013).

Karena alasan itu pula Hoffman berusaha mencari turunan asam salisilat
yang memiliki efek samping yang lebih ringan. Ia melakukan asetilasi gugus
hidroksil (OH) pada asam salisilat pada porsi 1 cincin benzene dan ia berhasil
menemukan asam asetil salisilat. Sebelumnya hal ini pernah dilakukan Charles
Gerhardt pada tahun 1853. Hanya, Hoffman menggunakan cara yang lebih baik
dalam menghasilkan asam asetil salisilay, yaitu menggunakan asetat anhidrat
sebagai agen asetilasi, dibandingkan dengan asetil klorida yang digunakan
Gerhardt.

I.2 Tujuan

Sintesa senyawa organik industrial yaitu aspirin melalui reaksi asetilasi


terhadap gugus fenol.
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 11
I.3 Dasar Teori

Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari
salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit
atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan).
Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah
dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan
aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di
berbagai wilayah dunia.

Aspirin ini dibuat dengan cara esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi


antara asam karboksilat dengan suatu alkohol membentuk suatu ester. Aspirin
merupakan salisilat ester yang dapat disintesis dengan menggunakan asam asetat
anhidrid (mengandung gugus COOH) dan asam salisilat (mengandung gugus -
OH). Selain asam asetat anhidrat, dapat juga direaksikan dengan asam asetat
glasial bila asam asetat anhidrad sulit untuk ditemukan. Asam asetat anhidrad ini
dapat digantikan dengan asam asetat glasial karena asam asetat glasial ini bersifat
murni dan tidak mengandung air selain itu asam asetat anhidrad juga terbuat dari
dua asan asetat galsial sehingga pada pereaksian volumenya semua digandakan.
Pada proses pembuatan reaksi esterifikasi ini dibantu oleh suatu katalis asam
untuk mempercepat reaksi. Tetapi pada penambahan katalis ini tidak terlalu
berefek maka dilakukan lah pemanasan untuk mempercepat reaksinya. Pada
pembuatan aspirin

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 12


juga ditambahkan air untuk melakukan rekristalisasi berlangsung cepat dan akan
terbentuk endapan. Endapan inilah yang merupakan aspirin.

Pada praktikum pembuatan aspirin terdapat tiga tahapan, yaitu reaksi


asetilasi antara asam salisilat dengan anhidrat asetat, pemurnian aspirin kasar
dengan air-alkohol, dan rekristalisasi aspirin. Aspirin dibuat dengan mereaksikan
asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H 2SO4 pekat
sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang
mengandung dua gugus -OH dan -COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat
mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentuk
lewat kondensasi dua molekul asam karboksilat. Perlu diperhatikan saat
menggunakan anhidrida asetat pipet yang digunakan benar-benar bersih dan
kering karena air dapat menghidrolisis aspirin. Menjadi asam salisilat dan asam
asetat anhidrid atau dengan kata lain terjadi reaksi balik. Aspirin dihasilkan
melalui reaksi sesuai persamaan berikut :

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 13


BAB II

PELAKSANAAN DAN PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan

a. Alat
1. Labu pemanas 5. Pipet tetes
2. Erlenmeyer 6. Pipet volume
3. Gelas ukur 7. Corong
4. Termometer 8. Kertas saring
b. Bahan
1. Asam salisilat kering
2. Asam asetat anhidrat
3. Asam sulfat pekat
4. Alkohol murni 96%
5. Aquadest
6. Larutan FeCl3

II.2 Rangkaian Alat

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 14


II.3 Cara Kerja

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

13,8 ml asam
Memasukkan asam asetat anhidrat dan asam
asetat , 10 gr
salisilat kering ke dalam labu pemanas
asam salisilat

Menambahkan asam sulfat pekat ke dalam labu 10 tetes


pemanas asam sulfat
pekat
Memanaskan dalam penangas air pada suhu 50°C-
60°C selama 15 menit

30 ml
Mendinginkan larutan setelah 15 menit, lalu
alkohol, 75
menambahkan alkohol murni 96% dan aquadest
ml aquadest

Menyaring larutan dengan corong yang sudah


dilapisi kertas saring

Memasukkan kristal hasil saring ke dalam oven


selama 1 jam

Mengeluarkan kristal dari oven setelah 1 jam


lalu meneteskan larutan FeCl3 dan amati warna
yang dihasilkan

Diagram Alir II.3.1 Cara Kerja Pembuatan Aspirin

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 15


BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan

 Asam salisilat kering = 10 gram


 Asam asetat anhidrat = 15 gram
 Asam sulfat pekat = 10 tetes
 Volume aquadest = 75 ml
 Pelarut yang digunakan = 30 ml
 Bau = asam sulfat
 Warna = ungu
 Bentuk = kristal
 Hasil berat = 24,1755 gram

III.2 Perhitungan

a. Mencari volume asam asetat


Massa asam asetat = 15 gram
Massa jenis asam asetat = 1,08 gr/ml
𝑚 15 𝑔𝑟
𝑣= = = 13,8 ml
𝜌 1,08 𝑔𝑟/𝑚𝑙

b. Mencari mol masing-masing


Mol (n) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑚) atau mol (n) = 𝜌.𝑣
𝑀𝑟
Volume 13,8 ml
1) Asam salisilat
Mr = 138,12 gr/ml
Berat = 10 gram
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol (n) =
138,12 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

2) Asam asetat anhidrid


Mr = 102 gr/mol

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 16


𝑀𝑟

= 0,0724 mol

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 17


ρ = 1,05 gr/ml
mol (n) = 1,05𝑔𝑟/𝑚𝑙 ×13,8𝑚𝑙 = 0,14205 mol
102 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

c. Reaksi yang terjadi


C3H6O3 + (C2H3)2O3 C9H8O4 + CH3COOH
Mula 0,0724 0,14205
Reaksi 0,0724 0,0724 0,0724 0,0724
Sisa - 0,06965 0,0724 0,0724
d. Mencari berat aspirin teori
Mr aspirin = 180 gr/mol
Mol (n) = 0,0724 mol
Berat aspirin = mol × Mr
= 0,0724 mol × 180 gr/mol
= 13,032 gram
e. Mencari rendemen
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑠𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
% rendemen = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑠𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 × 100%
24,1755 𝑔𝑟
= 13,032 𝑔𝑟 × 100%
= 185,5%

III.3 Pembahasan

Pada praktikum “Pembuatan Aspirin (Asam Asetil Salisilat)” ini bertujuan


untuk sintesa senyawa organik industrial yaitu aspirin melalui reaksi asetilasi
terhadap gugus fenol.

Pada percobaan ini menggunakan asam setat 15 gram atau setara dengan
13,8 ml dan 10 gram asam salisilat kering sebagai pereaksi. sesuai yang dilakukan
pada praktikum ini, asam salisilat digunakan sebagai pereaksi pembatas. Artinya
kalau dilihat secara teoritis, jumlah aspirin yang dihasilkan adalah setara dengan
jumlah aspirin yang direaksikan. Asam asetat ditambahkan berlebih agar asam
salisilat habis bereaksi. Selain itu, dengan bergesernya kesetimbangan ke arah

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 18


produk, aspirin yang dihasilkan juga lebih banyak dan ditambahkan H2SO4 10
tetes.

Penambahan H2SO4 berfungsi sebagai zat penghidrasi. Untuk


mempercepat reaksi dengan melakukan pemanasan pada penangas air selama 15
menit. Setelah itu, larutan didinginkan terlebih dahulu lalu ditambahkan aquadest
75 ml dan alkohol murni 96% sebagai pelarut sebanyak 30 ml. Kemudian disaring
dengan corong yang dilapisi kertas saring, hasil residu yang terdapat pada kertas
saring di oven selama 1 jam.

Hasil pengeringan residu menjadi kristal berwarna putih dan berbentuk


jarum-jarum yang halus. Lalu ditetesi dengan larutan FeCl 3 untuk membuktikan
apakah dalam kristal masih mengandung asam salisilat atau tidak. Pada percobaan
ini, warna yang dihasilkan setelah ditetesi FeCl3 berwarna ungu yang berarti
aspirin belum benar-bernar murni. Jika sudah murni kristal akan berwarna ungu
kekuning- kuningan.

Dari hasil perhitungan, diperoleh rendemen sebesar 185,5%. Jumlah ini


menyatakan hasil aspirin yang dipraktikkan dengan hasil yang seharusnya
diperoleh secara teoritis. Persentase tersebut menunjukkan proses yang dihasilkan
berlebihan, karena rendemen rendemen yang ideal adalah 100%.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 19


BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan asam asetat


anhidrat serta dengan bantuan katalis H2SO4
2. Hasil yang didapatkan kristal berawarna ungu, berbentuk jarum-jarum
halus, dan berbau asam sulfat
3. Nilai rendemen yang diperoleh 185,5%
4. Aspirin yang dihasilkan belum bisa digunakan karena belum murni.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 20


PRAKTIKUM III

ANALISA ASAM DALAM CAMPURAN HASIL REAKSI

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 21


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Asam didefinsikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami
disosiasi dengan pembentukkan ion positif hydrogen (H+). Tingkat kekuatan asam
dihubungkan dengan jumlah parsial H+ yang dihasilkan dari disosiasi. Makin
besar jumlah parsial ion positif H yang dihasilkan, maka bisa dikatakan asam juga
makin kuat. Ion positif hydrogen (H+) atau proton secara teoritik tidak pernah ada
dalam air. Dalam disosiasinya setiap proton atau H + selalu bergabung dengan satu
molekul air dengna cara menjalin ikatan koordinasi melalui sepasang electron
bebas ( Ion pair electron ) pada oksigen air dan membentuk ion-ion hydronium
(H3O+).
Asam – Asam diatas dalam disosiasinya hanya menghasilkan satu proton
(satu ion H+) setiap molekulnya , sehingga dinamakan asam monoprotic dan
merupakan pasangan reaksi reversible asam-basa konjungsi dengan air,
melepaskan lebih dari satu proton, asam proliprotik.
( Igan Alfinda, 2020)
I.2 Tujuan

Percobaan ini bertujuan untuk mengjitung konversi pada esterfikasi asam


asetat dengan etanol menggunakan katalisator asam sulfat. Konversi dihitung
secara tidak langsung yaitu dengan menentukkan ekivalen asam bebas dan
ekivalen asam total yang terdapat dalam campura hasil reaksi secara volumetri.

I.3 Dasar Teori

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 22


Apabila suatu reaksi kimia dilangsungkan selama waktu tertentu di dalam
suatu reactor, maka selain hasil reaksi (D dan E) di dalam reactor juga terdapat
sejumlah reaktan yang belum bereaksi (A dan B), sehingga dalam reactor terdapat
campuran A,B,D, dan E. Hal ini terutama terjadi pada reaksi yang bersifat bolak-
balik atau reversible :

A +¿ B ↔ D +¿ E
(1)

Pada reaksi yang bersifat irreversible :

P +¿ Q → R +¿ S (2)

Mungkin semua reaktan (P dan Q) akan habis bereaksi menjadi hasil (R dan S)
dalam waktu yang lama, tetapi pada reaksi yang reversible meskipun reaksi
berlangsung tak terhingga lamanya, seluruh reaktan tidak akan habis bereaksi
menjadi haisl, sehingga selalu terdapat campuran hasil reaksi. Contoh reaksi yang
reversible adalah reaksi antara asam orgaik (R 1COOH) dengan alcohol (R2OH)
menjadi ester (R1COOR2) dan air, berdasarkan persamaan reaksi:
R1COOH +¿ R2OH ↔ R1COOR2 +¿ H2O (3)
Salah satu jenis asam organic dan alcohol yang mudah di dapat adalah asam
asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH), dan hasil yang terjadi adalah etil asetat
(CH3COOC2H5) dan air, berdasarkan reaksi :
CH3COOH +¿ C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 +¿ H2O (4)
(H) (OH) (E) (W)

Berkurangnya jumlah mol asam asetat, atau bertambahnya jumlah mol etil
asetat karean reaksi, per mol asam asetat mula-mula disebut konversi, atau :
n HO−n H C HO−C
x= ¿ H
(5)
n HO C HO
Dengan :
n HO = mol asam asetat mula-mul
n H = mol asam asetat yang tersisa setelah bereaksi selama t menit
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 23
C HO = konsentrasi asam asetat mula-mula, mol/L campuran
C H =konsentrasi asam asetat setelah bereaksi sealama t menit,mol/L campuran
x = konversi, bagian

Reaksi ini berlangsung lambat, sehingga diperlukan bantuan katalisator, dan


yang sering digunakan adalah asam mineral, misalnya asam klorid dan asam sulfat.
Oleh karena itu, penentuan jumlah mola asam asetat yang telah bereaksi menjadi etil
asetat, (n HO −¿ n H ), dilakukan secara tidak langsung, dengan mengurangi ekivalen
asam total (asam asetat sisa, asam asetat yang telah menjadi ester dan asam sulfat)
dengan ekivalen asam bebas (asam asetat sisa dan asam sulfat).

Selain bantuan katalisator, reaksi di atas dapat lebih dipercepat , bila reaksi
berlangsung pada suhu tinggi. Suhu tertinggi yang mungkin dicapai adalah suhu didih
campuran. Oleh karena itu uap campuran diembunkan dalam pendingin balik.

Pada reaksi bolak-balik ini, semakin lama reaksi dilangsungkan semakin


banyak etil asetat yang terbentuk, tetapi sekaligus juga semakin banyak etil asetat
yang bereaksi kembali menjadi asam asetat dan etanol, sesuai dengan persamaan
kecepatan reaksi ke kanan :
r2 = k1CHCOH (6)
dan kecepatan ke kiri :
r1 = k2CECW (7)

Sampai keadaan seimbang, yaitu kecepatan reaksi ke kanan sama dengan yang
ke kiri. Pada keadaan ini banyaknya ester yang terjadi sudah maksimal dan disebut
dengan konversi seimbang, yang dapat dihitung dari persamaan :
k1 CG . C w
K= = (8)
k2 C H COH

Apabila konsentrasi salah satu pereaksi diperbesar, maka kecepatan reaksi


kekanan akan menjadi lebih besar yang berarti ester yang terjadi menjadi lebih
besar yang berarti ester yang terjadi menjadi lebih banyak. Untuk tujuan itu pada

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 24


umumnya etanol yang dipakai leberlebihan.

A. Penentuan ekuivalen asam asetat mula-mula (AO) Kedalam 5 ml


cuplikan yang telah dsiapkan (cuplikan no. 1a dan 1b) ditambahkan 3 tetes
indicator fenolptalein, lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,4 N. Volume
NaOH rerata yang diperlukan (Vm) dicatat.
Ao = VmNNaOH / 5 mgrek (9)

B. Penentuan ekuivalen asam bebas (Ab) Tiga tetes indicator fenolptalein


ditambahkan ke dalam 5 ml cuplikan yang telah disiapkan (cuplikan no. 2a
dan 2b) kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,4 N. Titik akhir
ditandai dengan perubahan warna me jadi merah jambu yang tidak hilnag
selama 0,5 menit. Volume larutan NaOH rata-rata yang dipakai (Va)
dicatat.
Aa = VmNNaOH / 5 mgrek (10)

C. Penentuan ekuivalen asam bebas (At) erlenmeyer yang berisi 5 ml


cuplikan (no. 3a dan 3b0) masing-masing ditambah dengan 40 ml KOH
alkholis 0,4 N dan 3 tetes fenolptalein, dihubungkan dengan pendingin
balik, lalu dipanaskan di atas kompor listrik. Pendidihan dilakukan selama
1 jam. Apabila campuran sudah dingin, kelebihan NaOH dititrasi dengan
larutan standar HCI 0,4 N hingga terjadi perubahan warna. Volum HCl
rata-rata yang dipakai (Vc) dicatat. Pada waktu yang sama, 40 ml larutan
0,4 N KOH alkholis dan 3 tetes fenolptalein dalam Erlenmeyer 250 ml
yang dilengkapi dengan pendingin balik juga dipanaskan selama 1 jam,
sebagai blanko. Setelah dingin, larutan blanko dititrasi dengan larutan
standar HCl 0,4 N yang volume rata-rata (Vb) ml.
At = (Vb – Vc ) NNaOH / 5 mgrek (11)

D. Konversi
At − Aa
X= vb
Ao

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 25


PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 26
penguapan komponen A dari padatan B lebih rendah daripada titik didih
komponen A dan titik didih air, pada keadaaan seperti ini distilasi kukus
mempunyai sifat yang hamper sama dengan distilasi vakum.

Prinsip distilasi kukus ini dapat digunakan untuk mengambil minyak atsiri
(volatile) dari bagian tumbuhan yaitu daun, kulit, bunga atau buah (non volatile).
Minyak atsiri (A) lebih volatile bila dibandingkan dengan bagian tumbuan (B)
yang akan diambil minyak atsirinya, dan sifat minyak atsiri tidak larut dalam air
(S). Walaupun pada keadaan ini campuran A dan B bukan merupakan campuran
ideal, tetapi suhu distiliasi dapat dilakukan lebih rendah dari suhu didih masing-
masing komponen.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 27


BAB II

PELAKSANAAN DAN PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan

a. Bahan
1. Larutan asam asetat 50 ml 6. Larutan KOH alkholis 0,4 N
2. Larutan etanol 150 ml 7. Larutan HCl 0,4 N
3. Asam sulfat pekat 8. Indikator Penolptalein 1%
4. Aquadest
5. Larutan NaOH 0,4 N
b. Alat
1. reactor
2. pemanas selubung

II.2 Rangkaian Alat

Keterangan gambar:
6. Pendingin air
1. Pemanas 7. Corong pisah
2. Pembangkit uap 8. Krus porselin
3. Penangkap percikan 9. Statif
4. Tumpukan daun
5. Kran pengeluaran hasil bawah
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 28
II.3 Cara Kerja
Menyiapkan alat dan bahan

30ml
asam Mengencerkan asam asetat 96% dengan
asetat aquadest 20ml

Mengencerkan alkohol 95% dengan aquadest


100ml 50ml
alkohol
Lalu menuangkan kedalam reaktor dan
diaduk menggunakan pengaduk merkuri

5ml
Mengambil larutan campuran kemudian
larutan memasukkan kedalam Erlenmeyer untuk
campuran
menganalisa kadar asam asetat awal

Sisa campuran yang dalam reaktordiberi 6


tetes asam sulfat pekat

Memanaskan agar campuran tetap mendidih


dan menjalankan pengaduk serta mengalirkan
air

Setelah reaksi berlangsung 1 jam pemanas


dimatikan

Mengambil 5ml campuran sebanyak dua


kali dan memasukkan kedalam Erlenmeyer
untuk menganalisis kadar asam bebasnya
dan kadar asam totalnya

Gambar II.3.1Diagram Alir Mengencerkan larutan

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 29


1. Menentukkan ekuivalen asam asetat mula – mula

Mengambil 5ml campuran (cuplikan 1)


sebelum dipanaskan

Menambahkan 3 tetes indikator pp

Menitrasi dengan larutan NaOH 0,4 N

Gambar II.3.2 Diagram Alir Menentukkan kadar Asam

Asetat mula – mula

2. Menentukkan ekuivalen asam bebas

Mengambil 5ml campuran (cuplikan )

Menambahkan 3 tetes indikator pp

Menitrasi dengan larutan NaOH 0,4 N

Gambar II.3.2 Diagram Alir Menentukkan kadar Asam

Asetat mula – mula

3. Menentukkan ekuivalen asam total

Mengambil 5ml campuran (cuplikan 3)

Menambahkan 40ml KOH alkoholis 0,4N

Lalu menambahkan 3 tetes indikator pp

Memanaskan larutan
tersebut selama 1 jam

Menitrasi larutan dengan hcl 0,4N


Gambar II.3.4 DDiagram alir menentukkan kadar asam total

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 30


4. Menentukkan larutan blanko

Mengambil 40 ml KOH alkoholis

Menambahkan 3 tetes indikator pp

Lalu memenaskan larutan


selama 1jam

Menitrasi larutan dengan HCL 0,4N

Gambar II.3.5 Diagram alir menentukkan larutan blanko

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 31


BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan


Data Percobaan :
a. Penentuan ekivalen asam asetat mula – mula (Ao)
V cuplikan = 5ml
V NaOH = 29,4ml
b. Penentuan ekivalen asam bebas/setelah dipanaskan (Ab)
V cuplikan = 5ml
V NaOH = 76,6ml
c. Penentuan ekivalen asam bebas (At)
V blanko (HCl) = 59,5ml
V cuplikan = 8ml
III.2 Perhitungan
a. Penentuan ekivalen Asam asetat mula – mula (Ao)
Vm N . NaOH
Ao = mgrek
5
29 , 4 ml .0 , 4 N
=
5
11,76
= = 2,352 mgrek
5
b. Penetuan ekivalen asam bebas/setelah dipanaskan (Ab)
Va N . NaOH
Ab = mgrek
5
76 , 6 ml .0 , 4 N
=
5
30 ,64
= = 6,128 mgrek
5
c. Penentuan ekivalen asam bebas (At)
At = (Vb – Vc) N . NaOH
( 59 ,5−8 ) ml . 0 , 4 N 51 ,5 ml .0 , 4 N
= = = 4,12 mgrek
5 5
d. Konversi

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 32


At − Ab
X= mgrek
Ao
4 ,12 mgrek −6,128 mgrek −2,008 mgrek
= = = = - 0,8537 mgrek
2,352 mgrek 2,352 mgrek

III.3 Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk menghitung konversi pada esterifikasi
asam asetat dengan etanol menggunakan katalisator asam sulfat. Konversi dihitung
secara tidak langsung yaitu dengan menentukkan ekuivalen asam bebas dan
ekuivalen asam total yang terdapat dalam campuran hasil reaksi secara volumetric.
Lalu paraktikum ini, kita melakukan mereaksikan asam asetat dengan etanol
menggunakan katalis asam sulfat pekat reaksi estritikosi adalah reaksi bolak-balik
dan merupakan reaksi keseimbangna setelah dilakukan percobaan ada tiga penentuan
ekuivalen asam asetat yang pertama ada penentuan ekuivalen asam asetat mula-mula
(At) dengan mengambil 5ml larutan cuplikan dan ditambahkan 3 tetes indicator pp
serta dititrasikan dengan NaOH 0,4 N maka didapatkan nilai Ao sebesar 2,352
mgrek.
Yang kedua ada penentuan ekuivalen asam bebas (Ab) dengan 5 ml larutan
cuplikan dan dititrasikan dengan NaOH 0,4 N hingga titik akhir ditandai dengan
perubahan warna menjadi merah muda yang tidak hilang selama 0,5 menit, maka
didapatkan nilai Ab sebesar 6,128 mgrek. Penentuan ekuivalen asam bebas (At)
dengan 5 ml larutan cuplikan ditambahkan 40 ml KOH dan 3 tetes indicator PP
dihubungkan dnegan pendingin balik, lalu dipanaskan diatas kompor listrik, maka
didapatkan nilai At sebesar 4,12 mgrek. Llau kita mendapatkan nilai konversi adalah
-0,8537 mgrek.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 33


BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Dari praktikum Analisa Asam Dalam Campuran Hail Reaksi yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa :

1. Kita dapat mengetahui dari tujuan praktikum itu adalah untuk menghitung
esterifikasi asam asetat dengan etanol menggunakan katalisator asam
sulfat. Lalu konsentrasi dihitung secara tidak langsung yaitu dengan
menentukkan ekuivalen asam bebas dan ekuivalen asam total yang
terdapat dalam campuran hasil reaksi secara volumeteri.
2. Kita dapat menentukkan ekuivalen dari asam asetat mula-mula (Ao) itu
sebesar 2,352 mgrek.
3. Kita juga dapat menentukkan ekuivalen dari asam bebas yang telah
diapanaskan (Ab) sebesar 6,128 mgrek.
4. Kita dapat menentukkan ekuivalen asam bebas (A) sebesar 4,12 mgrek dan
konversi (x) pada larutan itu adalah -0,8537 mgrek.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 34


PRAKTIKUM IV

PENGAMBILAN MINYAK ATSIRI DENGAN EKSTRAKSI SOXHLET

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 35


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ektrasi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dari
campurannya dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak subtansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi laju ekstrasi adalah tipe persiapan sampel, waktu
ekstrasi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut.

Proses pengektrasian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut


organic akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organic diluar sel, maka
larutan pekat akan berdifusi keluar sel dan proses akan berulang terus sampai
terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif didalam dan diluar sel.

Soxhlet adalah proses pemisahan (ekstrasi padatan ) suatu bahan alam


dengan pelarut organic yang menggunakan alat Soxhlet. Pada umumnya metode
Soxhlet digunakan untuk memisahkan lemak dari minyak.

I.2 Tujuan

Mempraktikkan operasi ekstraksi minyak atsiri dari tumbuhan


menggunakan soxhlet.

I.3 Dasar Teori

Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau essensial oil.
Ciri umum minyak atsiri adalah mudah menguap pada suhu kamar, rasanya getir,
berbau khas, tidak larut dalam air dan mudah larut dalam pelarut organik.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 36


Berdasarkan sifat ini pengambilan minyak atsiri dapat dilakukan dengan cara
ekstraksi.

Ekstraksi adalah pemisahan campuran menjadi komponen-komponen


penyusunnya berdasarkan beda daya larut komponen tersebut dalam pelarut yang
digunakan. Pada keadaan ini pelarut berperan sebagai media pemisah (separating
agent). Minyak atsiri mempunyai sifat larut dalam pelarut organik sedangkan
komponen lainnya tidak larut atau larut terbatas. Oleh sebab itu pengambilan
minyak atsiri dari bagian tumbuhan dapat dilakukan secara ekstraksi disamping
secara distilasi kukus.

Jenis pelarut yang digunakan harus dipilih dengan sebaik-baiknya. Dasar


pemilihan pelarut antara lain dapat melarutkan minyak atsiri tetapi tidak
melarutkan senyawa lainnya, berharga murah, tidak mengganggu kualitas hasil,
dan dapat dengan mudah dipisahkan dari minyak atsirinya.

Hasil operasi ekstraksi (ekastrak) berupa campuran minyak atsiri dan


pelarut yang digunakan sehingga untuk mendapatkan minyak atsiri murni
diperlukan operasi pemisahan berikutnya (biasanya digunakan operasi distilasi)

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 37


BAB II

PELAKSANAAN DAN PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan

a. Alat
1. Gelas ukur
2. Gelas corong
3. Timbangan analitik
4. Pipet gelas
5. Rangkaian alat ekstraksi soxhlet
6. Rangkaian alat distilasi
b. Bahan
1. Washbensin
2. Kemiri

II.2 Rangkaian Alat

Keterangan gambar :

1. labu bulat

2. bahan yang diekstraksi

3. pendingin bola

4. kompor

5. soxhlet

6. statif

Gambar II.2.1 Rangkaian Alat Ekstraksi Soxhlet

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 38


Gambar II.2.2 Rangkaian Alat Distilasi

Keterangan gambar :

1. labu leher satu

2. kompor listik

3. thermometer

4. pendingin balik

5. gelas beker

6. statif

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 39


II.3 Cara Kerja
Kemiri
Menghaluskan kemiri yang akan digunakan
30 gr

Menimbang kemiri yang sudah ditumbuk kasar


sebanyak 30 gr

Membungkus kemiri dengan kertas saring dan


masukkan ke dalam soxhlet

Wash
Menuangkan pelarut washbensin sebanyak 300 ml
bensin
ke dalam labu bulat
300 ml

Menyalakan pendingin balik dan pemanas pada


rangkaian alat ekstraksi soxhlet

Memanaskan larutan selama 60 menit hingga


terjadi 2 kali sirkulasi

Menuangkan hasil ekstraksi yang sudah dingin ke


dalam labu distilasi

Menyalakan pemanas pada rangkaian alat distilasi

Mematikan pemanas saat larutan sudah berwarna


kuning, hasil minyak atsiri akan berada pada labu
distilasi

Diagram Alir II.3.1 Cara Kerja Pengambilan Minyak Atsiri dengan Ekstraksi Soxhlet

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 40


BAB III

HASIL PENGAMATAN

III.1 Hasil Pengamatan

 Berat bahan baku awal = 30 gr


 Suhu ekstraksi = 80°C
 Waktu ekstraksi = 60 menit
 Jumlah sirkulasi aliran pelarut = 2 kali
 Berat gelas ukur kosong = 20,3312 gr
 Berat gelas ukur + minyak = 27,9514 gr
 Volume minyak = 10,2 ml
 ρ minyak atsiri teori = 1,0609 gr/ml

III.2 Perhitungan

- Berat minyak atsiri = (berat gelas ukur + minyak) – (berat gelas ukur kosong)

= 27,9514 gr – 20,3312 gr

= 7,6202 gr

1. Menghitung densitas minyak atsiri praktikum


𝑚
𝜌= = 7,6202 𝑔𝑟 = 0,747078 gr/ml
𝑣 10,2 𝑚𝑙

2. Mencari kadar rendemen

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


% rendemen = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 × 100%

7,6202 𝑔𝑟
= 30 𝑔𝑟 × 100%

= 25,4006%

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 41


3. Persentase kesalahan

𝜌 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖− 𝜌 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


% kesalahan | | × 100%
𝜌 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

= 1,0609 𝑔𝑟/𝑚𝑙−0,747078 𝑔𝑟/𝑚𝑙

=| | × 100%
1,0609 𝑔𝑟/𝑚𝑙

= 29,58 %

III.3 Pembahasan

Pada praktikum “Pengambilan Minyak Atsiri dengan Ekstraksi Soxhlet”


ini bertujuan untuk mempraktikkan operasi ekstraksi minyak atsiri dari tumbuhan
menggunakan soxhlet.
Soxhlet adalah metode yang dapat digunakan untuk mengisolasi minyak
lemak. Soxhlet adalah ekstrasi padat cair karena Soxhlet yang diekstrak dalam
campuran yang berbentuk padat, sedangkan disebut berkesinambungan karena
pelarut yang sama dipakai berulang-ulang sampai proses ekstrasi telah dilakukan.
Pada percobaan kali ini pertama dilakukan adalah disiapkan seperangkat
alat Soxhlet yang akan digunakan kemudian ditimbnag sampel 30 gram kemiri.
Selanjutnya sampel dibungkus dengan kertas saring, setelah dibungkus sampel
dimasukkan kedalam siphon lalu dipasang perangkat Soxhlet dan dituang
washbensin ke dalam labu didih, pendingin balik dan pemanas dinyalakan.
Larutan dipanaskan selama 60menit dan diamati refflux yang terjadi. Setelah 60
menit larutan hasil ekstrasi dipanaskan pada alat distilasi, hasil minyak akan
berada pada labu distilasi sedangkan pelarut akan menguap melewati pendingin
balik dan menetes, setelah dilakukan Soxhlet yang didapatkan berwarna bening.
Untuk fungsi penggunaan kertas saring adalah untuk menjaga tidak ada campuran
sampel kemiri dengan pelarut washbensin. Dalam perangkat Soxhlet terdapat
kondesor,Dimana kondesor berfungsi sebagai pendingin dan untuk mempercepat
proses pengembunan.Lalu volume minyak yang dihasilkan sebanyak 10,2ml hal
ini dipengaruhi oleh waktu proses ekstraksi Soxhlet. Semakin lama waktu proses
maka semakin banyak pula minyak atsiri yang dihasilkan.setelah didapatkan dan
percobaan maka dapat dilakukan perhitungan untuk mencari densitas minyak

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 42


atsiri praktikum kadar rendemen dan presentase kesalahan.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 43


BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat beberapa faktor yang menentukan jumlah minyak atsiri yang


didapatkan melalui metode soxhlet, antara lain : jenis tanaman yang
digunakan, bagian tanaman yang digunakan, ukuran bahan baku, suhu
proses, waktu proses, kondisi bahan baku, dan jenis pelarut yang
digunakan
2. Prinsip ekstraksi Soxhlet adalah suatu ekstrasi yang berkesinambungan
dengan menggunakan washbensin/ pelarut yang relative seidkit.
3. Didapatkan hasil Soxhlet dengan warna bening dengan 2 siklus selama 60
menit
4. Ekstraksi yang digunakan pada metode ini adalah ekstraksi padat-cair
5. Densitas atsiri praktikum yang dihasilkan sebanyak 0,747078 gr/ml
6. Kadar rendemen yang dihasilkan sebanyak 25,4006%
7. Persentase kesalahan yang dihitung sebesar 29,58%

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 44


PRAKTIKUM V

ANALISIS MINYAK NABATI

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 45


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti “triester dari gliserol”.
Perbedaan lansung yang dapat diamati dari lemak dan minyak adalah pada suhu
kamar, lemak berwujud padat sedangkan minyak berwujud cair. Kebanyakan
gliserida dalam hewan adalah lemak sedangkan dalam tumbuhan berupa minyak,
sehingga sering dijumpai istilah lemak hewani dan minyak nabati.

Lemak dan minyak merupakan senyawa organik alami yang tak larut
dalam air dan dapat larut dalam pelarut organik, seperti alkohol, eter dan
hidrokarbon. Rumus bangun minyak atau lemak adalah sebagai berikut :

Gambar I.1.1 Rumus Bangun Lemak atau Minyak

dengan R1, R2, R3 adalah asam-asam karboksilat atau asam lemak yang bisa
sama atau berbeda. Apabila ketiga asam lemak itu sama maka lemaknya disebut
lemak sederhana, sedangkan bila berbeda disebut lemak campuran.

Disamping kegunaannya sebagai bahan pangan, lemak dan minyak


berfungsi sebagai bahan pembuat sabun, bahan pelumas (misalnya minyak jarak),
sebagai obat-obatan (misalnya minyak ikan), sebagai pengkilap cat (terutama
yang berasal dari golongan minyak mengering) (Almatsier, 2004 ).

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 46


Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas
tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses
hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral

Pengujian asam lemak bebas dalam minyak dilakukan untuk mengetahui


tingkat kerusakan dari minyak/lemak tersebut. Produksi asam lemak bebas
disebabkan oleh enzim pada umumnya yaitu berada dalam jaringan lemak yang
bersifat netral dan masih utuh. Dalam organ tertentu, misalnya hati dan ancreas,
kegiatan proses metabolisme cukup tinggi, sehingga menghasilkan sejumlah asam
lemak bebas, mikroba juga berpengaruh pada produksi asam lemak bebas yaitu
oksidasi secara biologis terutama terjadi pada lemak masih berada dalam jaringan.
(Farras Hanif,2015)

I.2 Tujuan

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari cara analisis sifat-sifat kimia


dari minyak nabati dan menentukan ekuivalen asam lemak bebas dan ekuivalen
asam lemak total dari minyak nabati.

I.3 Dasar Teori

Asam lemak umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tak


bercabang. Pemberian nama lemak atau minyak seringkali menggunakan derivat
asam-asam lemak, misalnya gliseril tristearat diberi nama tristearin dan gliseril
tripalmitat disebut tripalmitin.

Pada umumnya asam lemak penyusun trigliserida menpunyai atom C lebih


dari 16 atom. Minyak yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan (minyak nabati)
mempunyai kandungan asam lemak yang berbeda-beda, seperti ditunjukkan pada
Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan asam lemak pada beberapa minyak nabati (dalam %)

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 47


Lemak dan minyak mempunyai sifat-sifat diantaranya :

a. Sifat Fisik

Sifat fisik yang dimiliki oleh minyak atau lemak yang cukup baik untuk
kon5umsi adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, berat jenis yang
lebih kecil dari pada rapat air, kadar air cukup kecil dan tidak larut dalam air,
tapi mudah larut dalam pelarut organik non polar.

b. Sifat Kimia

Sifat-sifat kimia yang dimiliki oleh lemak atau minyak adalah mudah
dihidrolisis, mudah membentuk sabun, rasa tengik yang disebabkan adanya
ikatan rangkap asam lemak yang putus, minyak yang mengandung asam
lemak sangat tidak jenuh mudah dioksidasi spontan oleh oksigen pada
temperatur biasa rantainya yang tak jenuh membentuk zat yang keras dan
tahan air dan mudah dihidrogenasi menjadi jenuh.

Beberapa cara analisis untuk mengenal sifat lemak dan minyak adalah :

1. Ekuivalen asam lemak bebas, yaitu kadar asam lemak yang tidak terikat
atau tidak terester dengan gliserol yang dinyatakan dalam milligram
ekuivalen

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 48


asam lemak/gram minyak. Kalau nilai ini dikalikan dengan 56 (berat
molekul KOH) diperoleh bilangan asam.
2. Ekuivalen asam lemak total yaitu kadar asam lemak totaI (asam lemak
bebas dan asam lemak terikat dengan gliserol) yang dinyatakan dalam
milligram ekuivalen asam lemak/gram minyak. Bilangan sabun diperoleh
dengan mengalikan nilai ini dengan 56.
3. Bilangan iodium yang menunjukkan ketidakjenuhan suatu minyak dan
dinyatakan dengan berat iodium dalam gram yang dapat diserap oleh 100
gram minyak.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 49


BAB II

PELAKSANAAN DAN PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan

a. Alat

1. Erlenmeyer 4. Pendingin balik 8. Pro pipet


2. Kompor 5. Buret 9. Pipet ukur
pemanas
6. Labu ukur 10. Gelas beker
3. Neraca analitik
7. Gelas Arloji 11. Labu didih

b. Bahan

1. Minyak Kelapa 6. NaOH


2. Etanol 7. Indikator pp
3. KOH padat 8. Indikator MO
4. HCl 0,5 N 9. Boraks
5. Aquadest

II.2 Rangkaian Alat

Keterangan gambar
:
3. kompor listrik
1. erlenmyer
4. statif
2. pendingin
balik

Gambar II.2.1 Rangkaian Alat Analisis Minyak Nabati

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 50


II.3 Cara Kerja

1. Standarisasi HCl 0,5 N dan NaOH 0,1 N

Menimbang boraks sebanyak 4 gram dengan Boraks


gelas arloji 4 gr

Melarutkan dengan air suling di dalam erlenmeyer Aquades


sebanyak 100 ml 100 ml

Meneteskan indikator MO sebanyak 2 tetes dalam Indikator


larutan boraks MO 2 tetes

Menitrasi dengan larutan HCl sampai terjadi


perubahan warna
Diagram Alir II.3.1 Cara Kerja Standarisasi HCl 0,5 N dan NaOH 0,1 N

2. Pembuatan Larutan KOH dalam Etanol

Menimbang KOH dan memasukkannya ke dalam


gelas beker

Melarutkan KOH dengan alkohol dalam gelas beker

Diagram Alir II.3.2 Cara Kerja Pembuatan Larutan KOH dalam Etanol

3. Pembuatan Alkohol Netral

Indikator
Meneteskan indikator pp sebanyak 2 tetes
MO 2 tetes
ke dalam alkohol

Meneteskan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan


timbul warna merah muda

Diagram Alir II.3.3 Cara Kerja Pembuatan Alkohol Netral


PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 51
4. Pembuatan Asam Lemak Bebas
Memanaskan campuran selama 45 menit
Memasukkan minyak ke dalam erlenmeyer dan
sambil digoyang-goyangkan untuk melarutkan Minyak
menuangkan 50 ml alkohol yang telah mengandung
minyak dan asam lemak bebasnya 5 gr
indikator pp

Menitrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai


terbentuk warna merah muda yang tidak hilang
selama 30 detik

Diagram Alir II.3.4 Cara Kerja Pembuatan Asam Lemak Bebas

5. Penentuan Asam Lemak Total


Memanaskan larutan kemudian menunggu
Menuangkan minyaklarutan dingin
dan menambahkan 50 ml KOH Minyak
0,5 N dalam alkohol 5 gr

Menitrasi dengan larutan HCl 0,5 N dengan


menggunakan indikator pp setelah dingin

Melakukan langkah yang sama dengan larutan


blangko yaitu 50 ml larutan KOH 0,5 N ke dalam
alkohol tanpa minyak

Diagram Alir II.3.5 Cara Kerja Penentuan Asam Lemak Total

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 52


BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan

1. Standarisasi Larutan HCl dan NaOH

 Berat boraks yang ditimbang = 4 gram


 Volume aquadest = 100 ml

Tabel III.1.1 Standarisasi Larutan HCl dan NaOH

No. Volume larutan boraks (ml) Volume larutan HCl untuk titrasi (ml)
1. 10 6
2. 10 5,4

Tabel III.1.2 Standarisasi Larutan HCl dan NaOH

No. Volume larutan HCl (ml) Volume larutan NaOH untuk titrasi (ml)
1. 10 2,6
2. 10 2,2

2. Penentuan Asam Lemak Bebas


 Lama pemanasan = 15 menit
 Berat contoh minyak = 5 gram
 Volume NaOH = 3,5 ml
 Normalitas larutan NaOH = 0,4 mgrek/ml

3. Penentuan Asam Lemak Total


 Lama pemanasan = 15 menit
 Berat contoh minyak = 5 gram
 Volume HCl titrasi blanko =44,8 ml
 Volume HCl titrasi contoh = 6 ml
 Volume KOH alkoholis = 50 ml

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 53


III.2 Perhitungan

1. Standarisasi larutan HCl dan NaOH

a. Menghitung normalitas boraks

𝑚
N boraks = 1000
𝑀𝑟⁄ 1000 𝑔𝑟 ×
4382 = 0,2094 mgrek/ml
2 × 𝑉 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 = ⁄2 100

b. Menghitung normalitas HCl

N boraks × V boraks = N HCl × V NaOH

𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
0,209424 ×10 𝑚𝑙
𝑚𝑙
N HCl =
5,7 𝑚𝑙

N HCl = 0,36741 mgrek/ml

c. Menghitung normalitas NaOH

N NaOH × V NaOH = N HCl × V NaOH

𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
0,36741 ×4,4 𝑚𝑙
𝑚𝑙
N NaOH =
10 𝑚𝑙

N NaOH = 0,16166 mgrek/ml

2. Penentuan Asam Lemak Bebas

Ekuivalen asam lemak bebas = 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

3,5 𝑚𝑙 ×0,16166 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝑙


= 4,5 𝑔𝑟

= 0,12573 N

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 54


3. Penentuan Asam Lemak Total

(𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)×𝑁 𝐻𝐶𝑙


Ekuivalen asam lemak total = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(44,8−6)×0,36741 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝑙
= 5 𝑔𝑟 = 3,16789 N

III.3 Pembahasan

Pada praktikum “Analisis Minyak Nabati” ini bertujuan untuk


mempelajari cara analisis sifat-sifat kimia dari minyak nabati dan menentukan
ekuivalen asam lemak bebas dan ekuivalen asam lemak total dari minyak nabati.

Praktikum ini meliputi beberapa percobaan, yang pertama yaitu


standarisasi larutan HCl dan NaOH dilakukan dengan menggunakan boraks yang
dilarutkan dalam erlenmeyer dengan air suling dan ditetesi indikator MO
kemudian dititrasi dengan larutan HCl sampai terjadi perubahan warna, larutan
HCl standar inilah yang dipakai untuk menera larutan NaOH dan KOH dengan
indikator pp. Pembuatan larutan KOH dengan melarutkan KOH dalam alkohol
untuk dipakai pada penentuan ekuivalen asam lemak total.

Kemudian penentuan asam lemak bebas yaitu dengan memanaskan


minyak dan alkohol yang telah mengandung indikator pp selama 45 menit sambil
digoyangkan untuk melarutkan minyak dan asam lemak bebasnya, setelah dingin
larutan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda
yang tidak hilang selama 30 detik. Untuk penentuan asam lemak total yaitu
dengan mendidihkan minyak dan larutan KOH dalam alkohol selama 45 menit,
setelah dingin larutan dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N dengan indikator pp.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 55


Dengan data percobaan yang dihasilkan maka dapat dilakukan perhitungan
untuk mencari nomalitas HCl dan NaOH, ekuivalen asam lemak bebas dan
ekuivalen asam lemak total. Normalitas HCl dan NaOH yang dihasilkan yaitu
0,36741 mgrek/ml dan 0,16166 mgrek/ml. Ekuivalen asam lemak bebas
didapatkan dengan mengalikan normalitas NaOH dengan volume NaOH dibagi
berat sampelnya. Hasil yang didapatkan yaitu 0,11316 N. Untuk ekuivalen asam
lemak total didapatkan dengan mengurangi volume HCl blanko dengan volume
HCl sampel dikalikan normalitas HCl dibagi dengan berat sampelnya. Hasil yang
didapatkan yaitu 2,8511 N.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 56


BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan,dapat disimpulkan bahwa :

1. Praktikum ini memiliki tujuannya untuk mempelajari cara analisis sifat-sifat kimia
dari minyak nabati dan menentukkan ekuivalen asam lemak bebas dan ekuivalen
asam lemak total dari minyak nabati.

2. Minyak goreng yang baik dan sehat biasanya berwarna bening dan jenih. Tidak
mudah beku dan mempunyai air atau memiliki karakter yang tidak lekat.

3. normalitas HCl yang dihasilkan = 0,36741 mgrek/ml

4. normalitas NaOH yang dihasilkan = 0,16166 mgrek/ml

5. ekuivalen asam lemak bebas yang dihasilkan = 0,12573 N

6. ekuivalen asam lemak total yang dihasilkan = 3,16789 N

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 57


PRAKTIKUM VI

ANALISIS PATI

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 58


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pati adalah karbohidrat yang mengandung polisakarida dengan rumus


umum (C6H10O5) yang merupakan plimer satuan glukosa yang saling berakitan
melalui ikatan 1-4-a-d-glukosida. Didalam pati terdapat amilosa dengan rantai
lurus dan amilopektin yang disebabkna oleh amylose yang menyerap iodium.
Banyaknya kandungan pati pada tanaman tergantung pada asal pati tersebut
misalnya pati yang berasal dari biji beras mengandung pati 50-60% dan pati yang
berasal dari umbi singkong mengandung pati 80%. Komponen penting penyusun
pati adalah amilosa dan amilopektin. Kedua konponen ini dapat dikatakan
homogen secara kimia, tetapi masih heterogen dalam ukuran molekul, dekat
percabangan, rantai, susunan dan keacakan rantai cabang
(Sasqia Orna Safitri,2012).

Hidrolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan air


untuk memisahkan ikatan kimia dari substansinya. Hidrolisis pati merupakan
proses pemecahan molekul amilum menjadi bagia-bagian penyusunnya yang lebih
sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa, dan glukosa. Proses hidrolisis
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu enzim, ukuran partikel, temperatur, waktu
hidrolisis, perbandingan cairan terhadap bahan baku atau volume substrat, dan

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 59


pengadukan. Metode kimiawi dilakukan dengan cara hidrolisis. Pati menggunakan
asam, asam organik yang sering digunakan adalah H 2SO4, HCl, dan HNO3.
Pemotongan rantai pati oleh asam lebih tidak teratur dibandingkan dengan hasil
pemotongan rantai pati oleh enzim. Hasil pemotongan oleh asam adalah campuran
dekstrin, maltosa, dan glukoda, sementara enzim bekerja secara spesifik sehingga
hasil hidrolisis dapat dikendalikan.

I.2 Tujuan

Percobaan ini bertujuan menganalisis kadar pati dari bahan alam yang
merupakan bahan makanan.

I.3 Dasar Teori

Pati diperoleh dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang mengandung


karbohidrat. Pati adalah karbohidrat yang berbentuk polisakarida dengan rumus
umum (C6H12O5)n yang berupa polimer satuan glukosa yang saling berikatan
melalui ikatan 1,4-2-glukosida. Di dalam pati terdapat amilose dengan rantai lurus
dan amilopektin yang rantainya bercabang. Apabila pati ditetesi larutan iodium
akan timbul warna biru yang disebabkan oleh amilose yang menjerap iodium.

Pati tidak larut dalam air dingin tetapi larut dalam air panas karena pati
akan menjerap air sehingga menggelembung dan pecah membentuk larutan agak
keruh seperti lem. Bila dihidrolisis air akan meyerang ikatan 1,4-2-glukosida pada
pati membentuk dekstrin atau glukosa tergantung pada derajad pemecahan rantai
polisakarida. Reaksi hidrolisis dapat dinyatakan dengan persamaan :

(C6H12O5)n + n H2O → n C6H12O6 (1)

dan berlangsung sangat lambat. Untuk mempercepat reaksi perlu ditambahkan


katalisator yang dapat berupa asam atau enzim. Asam yang dapat digunakan
adalah asam mineral seperti HCl, H2SO4 , HNO3. Jika hidrolisis dilaksanakan

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 60


dengan bantuan katalisator asam, hasil reaksi harus dinetralkan dulu dengan
basa untuk

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 61


menghilangkan sifat asamnya. Oleh sebab itu pemilihan jenis asam perlu
dipertimbangkan dari segi jenis bahan baku yang dihidrolisis dan pemanfaatan
hasil.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada hidrolisis pati adalah waktu
reaksi, suhu dan katalisator. Waktu reaksi yang makin panjang mengakibatkan
pati yang terhidrolisis makin meningkat, tetapi jika hidrolisis berlangsung terlalu
lama hasil yang diperoleh menurun dan warnanya semakin gelap. Suhu reaksi
sangat mempengaruhi hasil dan pengaruh suhu terhadap konstante kecepatan
reaksi mengikuti persamaan Arhenius :

k = A exp (- E/RT) (2)

dengan :

k = konstante kecepatan reaksi

A = faktor frekuensi

E = energi aktivasi

R = tetapan gas umum, 1,987 cal/(gmol.K)

T = suhu absolut, K

Suhu yang makin meningkat akan memperbesar kecepatan reaksi, tetapi


jika suhu terlalu tinggi, hasil banyak yang rusak, sehingga hasil berkurang dan
mutunya menurun.

Penambahan katalisator akan mengaktifkan zat-zat yang akan bereaksi,


sehingga tenaga pengaktif yang diperlukan berkurang dan pada suhu yang konstan
reaksi akan berjalan lebih cepat. Tetapi, kalau katalisator yang ditambahkan
terlalu banyak, hasil juga akan terganggu. Oleh karena itu, untuk memperoleh
hasil hidrolisis yang sebaik-baiknya, keadaan proses yaitu waktu, suhu, jumlah,
dan konsentrasi katalisator harus dipilih yang relatif baik (keadaan optimal).
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 62
BAB II

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

II.1 Alat dan Bahan

a. Alat

1. Labu didih leher 3 8. Pipet tetes


2. Pendingin balik 9. Corong
3. Pemanas 10. Buret
4. Erlenmeyer 11. Kaca arloji
5. Gelas ukur 12. Timbangan
6. Gelas beker 13. Labu takar
7. Pengaduk 14. Kertas saring

b. Bahan

1. HCl
2. NaOH
3. Pati
4. Indikator metylen blue
5. Fehling A
6. Fehling B
7. Aquadest

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 63


II.2 Rangkaian Alat

Gambar II.2.1 Rangkaian Alat Analisis Pati

Keterangan gambar :

1. pemanas

2. labu leher tiga

3. pendingin balik

4. statif

5. erlenmeyer

6. buret

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 64


II.3 Cara Kerja

1. Hidrolisis Sampel Pati

Menimbang pati dengan gelas aroji Pati


5 gr

Memasukkan 250 ml HCl 2 N ke dalam labu leher


tiga dan menambahkan pati yang sudah ditimbang

Menghubungkan labu didih leher tiga dengan


pendingin balik

Menyalakan pendingin balik dan pemanas, larutan


dipanaskan selama 1 jam

Mematikan pemanas setelah 1 jam lalu dinginkan

Diagram Alir II.3.1 Cara Kerja Hidrolisis Sampel Pati

2. Menetralkan Hasil Hidrolisis

Mengambil
Menyaringcairan hidrolisisdengan
hasil hidrolisis yang sudah disaring
corong yang
sebanyak 25 ml
sudah dilapiri kertas saring

Menyaring hasil hidrolisis dengan corong yang


sudah dilapiri kertas saring

Diagram Alir II.2.2 Cara Kerja Menetralkan Hasil Hidrolisis

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 65


3. Menitrasi Larutan Hasil Hidrolisis

Mengambil Fehling A dan Fehling B masing- Fehling A,


masing 5 ml Fehling B

Memasukkan Fehling A dan Fehling B ke dalam


erlenmeyer

Memanaskan Fehling A dan Fehling B sampai


mendidih

Menitrasi dengan hasil hidrolisis yang sudah


dinetralkan hingga berwarna biru hilang

Menambahkan 2 tetes indikator metilen biru

Menitrasi kembali hingga berwarna merah bata


dan terdapat endapan dalam dasar erlenmeyer

Diagram Alir II.3.3 Cara Kerja Menitrasi Larutan Hasil Hidrolisis

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 66


4. Peneraan Blanko

Mengambil Fehling A dan Fehling B masing- Fehling A,


masing 5 ml Fehling B

Memasukkan Fehling A dan Fehling B ke dalam


erlenmeyer

Memanaskan Fehling A dan Fehling B sampai


mendidih

Menitrasi dengan larutan glukosa murni hingga


terjadi perubahan warna menjadi merah bata

Menambahkan 2 tetes indikator metilen biru Metilen


biru

Menitrasi kembali dengan larutan glukosa murni


hingga terjadi perubahan warna

Diagram Alir II.3.4 Cara Kerja Peneraan Blanko

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 67


BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan

 Berat bahan = 5 gram


 Waktu hidrolisis = 60 menit (mulai pukul 12.28 selesai pukul 13.28)
 Konsentrasi larutan glukosa standar = 0,1 g/ml

Tabel III.1.1 Titrasi Blanko

Skala buret awal Skala buret akhir V1


0 ml 0,4 ml 0,4 ml
0,4 ml 0,6 ml 0,2 ml

Tabel III.1.2 Titrasi Hasil Larutan Hasil Hidrolisis

Skala buret awal Skala buret akhir V1


0 ml 17,5 ml 17,5 ml
17,5 ml 33,5 ml 16 ml

III.2 Perhitungan

Diketahui :

- Berat bahan (w) = 5 gram


- Konsentrasi larutan glukosa standar = 0,1 gr/ml = 100 gr/L
- M C6H10O5 = 162 g/mol
- M C6H12O6 = 180 g/mol

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 68


a. Menghitung berat glukosa pada titrasi blanko

𝑀1= 𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜× 𝐶𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 = 0,003 𝐿 × 100𝑔ram = 0,03 𝑔ram


𝐿
b. Glukosa dalam V0

𝑉 𝐻𝐶𝑙 2 𝑁 × 𝑉 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠


M0 = 𝑉 𝑝𝑎𝑡𝑖 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 × 𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 × 𝑀1
ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠

250 𝑚𝑙 ×100 𝑚𝑙
= 20 𝑚𝑙 ×7 𝑚𝑙 × 0,03 𝑔ram

0,25 𝐿 ×0,1 𝐿
= 0,02 𝐿 ×0,0167 × 0,03 𝑔ram
𝐿

= 2,23880 gram

c. Menghitung ekuivalen glukosa pada bahan yang dihidrolisis


𝑀0 2,23880 g
𝑀 = = = 0,44776
𝑏 𝑤 5𝑔

d. Kadar pati bahan yang dihidrolisis

Mp = 𝑀 𝐶6𝐻12𝑂5
𝑀𝑏 × 𝑀 𝐶6𝐻12𝑂6

162 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,44776×
180 𝑔/𝑚𝑜𝑙

= 0,402984 bagian

III.3 Pembahasan

Pada praktikum “Analisis Pati” ini bertujuan untuk menganalisis kadar pati
dari bahan alam yang merupakan bahan makanan.

Dalam percobaan ini, pati ditambahkan HCl 2 N untuk melarutkan pati.


Fungsi penambahan HCl adalah sebagai pengaktif air karena HCl mengandung

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 69


ion H+. Setelah dilarutkan, larutan dipanaskan hingga mendidih. Pemanasan
dilakukan agar pati dapat menyerap air sehigga terjadi reaksi gelatinasi. Reaksi
gelatinasi adalah berkurangnya viskositas, tegangan muka dan sifat gelnya.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 70


Bahan yang dihidrolisis dipanaskan dengan tujuan agar pati meneyerap
air dan bahan yang dihidrolisis dihubungkan dengan pendingin balik untuk
menjaga volume larutan agar tetap konstan. Yang terjadi adalah pada saat larutan
dipanaskan menimbulkan uap, uap tersebut masuk dalam pendingin balik.
Uap tersebut berada di dalam pipa yang bagian luarnya terdapat air dingin yang
terus dialirkan. Air tersebut membuat uap mengembun lebih cepat, sehingga uap
berubah menjadi cair kembali dan turun ke dalam labu didih, sehingga volume
larutan tetap.

Setelah dihidrolisis, larutan tersebut didinginkan lalu disaring dan diambil


sebanyak 25 ml dan dinetralkan dengan NaOH 2 N. NaOH 2N adalah larutan
basa. Pati bersifat asam karena itu perlu dinetralkan terlebih dahulu. Larutan
tersebut digunakan untuk menitrasi Fehling A dan Fehling B..

Titrasi dilakukan sampai warna biru hilang atau hampir hilang, kemudian
ditambahkan 2 tetes metilen biru lalu ditirasi kembali hingga terbentuk endapan
merah bata.

Untuk peneraan blanko, diambil masing-masing 5 ml Fehling A dan


Fehling B lalu dipanaskan hingga mendidih dan dititrasi dengan larutan glukosa
murni dan ditambahkan indikator metilen biru. Warna campuran fehling A dan
fehling B biru tua,saat ditambahkan indicator metil biru warna larutan menjadi
biru keungu- unguan dan terdapat endapan berwarna merah bata. Pada
saat fehling A dan fehling B dititrasi dengan glukosa endapan merah bata yang
terbentuk menandakan terjadinya titik ekivalen.

Dari data yang dihasilkan dapat dilakukan perhitungan untuk menghitung


berat glukosa pada titrasi blanko dan didapatkan hasil 0,03 gram. Menghitung
ekivalen glukosa pada volume larutan hasil hidrolisis dan didapatkan hasil
2,23880 gram. Menghitung ekivalen glukosa pada bahan yang dianalisis
didapatkan hsil 0,44776. Kemudian yang terakhir menghitung kadar pati yang
dihidrolisis mendapatkan hasil 0,402984 bagian.
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 71
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Dari praktikum Analisa Pati yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemanas pada pati berfungsi untuk mempercepat tumbukkan antara partikel-


pertikel zat yang bereaksi.

2. Kadar pati bahanyang dihidrolisis menghasilkan sebasar 0,402984 bagian

3. Berat glukosa pada titrasi blanko didapatkan hasil 0,03 gram.

4. Factor-faktor yang memepengaruhi lajunya sebuha reaksi hidrolisis pati, yaitu :

a. Suhu, jika suhu yang digunakan terlalu panas maka dapat merusak hasil
hdirolisis patinya.
b. Waktu, jika waktu pemanas terlalu panas atau lama maka dapat merusak
hidrolisis.
c. Konsentrasi katalisasi , jika menggunakan asam berlebihan menyebbakan
garam yang dihasilkan lebih banyak dan dapat mempengaruhi analisis
glukosa.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 72


DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, Afif Aulia dkk. Dasar-Dasar Pengambilan Minyak Atsiri. Yogyakarta:


Laboratorium Dasar-Dasar Proses Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
UGM Yogyakarta.

Friana, Jane. “Laporan Identifikasi Pewarna Sintetis”. Diakses dari


https://www.academia.edu/5681777/ pada 05 Mei 2022.

Habibie, Alif. 2014. “Praktikum Aspirin”. Diakses dari


https://www.academia.edu/11806550/ pada 30 Mei 2022.

Hafidhuddin, Yusrizal. 2015. “Laporan Praktikum Ekstraksi Minyak Atsiri”.


Diakses dari https://www.academia.edu/1963171/ pada 22 Mei 2022.

Jamal,Saripa. 2018 “Laporan Praktikum Kimia Organik II Soxhlet”. Diakses dari


https://jamalsaripa.blogspot.com/2018/10/v-behavioruridefaultvmlo-
18.html?m=l .

Kacaribu, Andriy Anta. 2020. “Laporan Praktikum Pati”. Diakses dari


https://www.academia.edu/44766422/ pada 30 Mei 2022.

Ramadhan, Balqiz Nilnaizar. 2013. “Laporan Pembuatan Aspirin (Na’Ima)”.


Diakses dari https://id.scribd.com/document/145196349/ pada 30 Mei
2022.

Redaksi Halodoc. 2018. “5 Ciri Minyak Goreng Sehat yang Layak Konsumsi”.
Diakses dari https://www.halodoc.com/artikel/ pada 05 Mei 2022.

Tim Penyusun. 2023. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta:


Laboratorium Kimia Organik Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas
Teknik Industi UPN “Veteran” Yogyakarta.

Unknown. 2019. “Bimbingan Teknis Pengujian Pangan : Identifikasi Pewarna


Berbahaya (Sudan I, Sudan II, Sudan III, Rhodamin B) dalam Saos Secara
LCMS/MS”. Diakses dari https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/
pada 05 Mei 2022.

Unknown. 2022. “Analisa Pati”. Diakses dari


https://dokumen.tips/documents/analisa-pati.html pada 30 Mei 2022.

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 73


LAMPIRAN

Acara 1 Penentuan Zat Warna

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 74


Acara 2 Pembuatan Aspirin (Asam Asetil Salisilat)

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 75


Acara 3 Pembuatan Minyak Atsiri dengan Distilasi Kukus

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 76


Acara 4 Pengambilan Minyak Atsiri dengan Ekstraksi Soxhlet

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 77


Acara 5 Analisis Minyak Nabati

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 78


Acara 6 Analisis Pati

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 79


PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 80
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 81
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 82
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK | 83

Anda mungkin juga menyukai