Anda di halaman 1dari 2

Ritel Stagnan, Industri Estetika Optimistis

Bertumbuh
Anton Chrisbiyanto

Rabu, 17 Januari 2018 - 01:46 WIB

JAKARTA - Perkembangan industri estetika di Indonesia setiap tahun selalu berubah dengan
tren yang baru. Hal ini terjadi karena pengaruh dari suatu keadaan tertentu dalam kehidupan
masyarakat yang akhirnya memengaruhi keinginan dan tuntutan, akhirnya menjadi sebuah tren.

Lalu, bagaimana perkembangan industri estetika Indonesia tahun 2018 di tengah-tengah


terjadinya berbagai gejolak perekonomian dengan melemahnya ritel yang terjadi saat ini?

Deputy CEO Markplus, Jack Mussry menjelaskan, tahun 2017, pendapatan masyarakat
Indonesia secara umum mengalami peningkatan. Sayangnya, momen ini tidak diikuti oleh
pertumbuhan pengeluaran masyarakat yang berimbas pada turunnya industri ritel saat ini. Jika
melihat konsumen lebih jauh, sebenarnya terdapat perubahan perilaku konsumen.

"Konsumen saat ini lebih mementingkan produk yang dapat menunjang lifestyle mereka. Inilah
salah satu hal yang menyebabkan terjadinya kenaikan double digit di industri kecantikan di
tengah melemahnya industri ritel," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (16/1/2018).

Konsumen industri kecantikan yang sedang naik daun sendiri mulai diminati oleh konsumen
yang mencari pengakuan sosial dan pribadi. Maka dari itu, pemain di industri kecantikan
hendaknya mengubah pemikiran mereka dari beauty menjadi beYOUty, di mana penekanan
pendekatan di industri kecantikan adalah pada sisi sudut pandang dan harapan konsumen. "Tidak
hanya dari segi hasil dan produk, namun sebuah brand perlu meningkatkan trust serta
engagement terhadap konsumen," ujar Jacky.

Jacky menambahkan, tahun 2018, pemain di industri kecantikan haruslah melakukan dua hal,
yaitu meningkatkan attraction dan curiosity di masyarakat dengan dua pendekatan yakni human
spirit dan digitalization. Dua hal tersebut dilakukan karena konsumen pada industri kecantikan
akan mudah terpicu untuk memakai produk yang membuat mereka tertarik dan menimbulkan
rasa ingin tahu.

Sementara pendekatan human spirit dilakukan untuk memberikan fokus kepada manusianya.
Sementara itu, di era yang tanpa batas ini, tentunya digitalization haruslah menjadi salah satu
pendekatan pemain industri kecantikan untuk memenangkan pasar.

Sedangkan tren di industri estetik saat ini sangat terpengaruh pada era digitalization ataupun
internet yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Penggunaan media sosial terus
meningkat dari tahun ke tahun. Apalagi diiringi dengan perubahan perilaku masyarakat yang
mengarah pada lifestyle. Sekarang, masyarakat cenderung lebih suka membelanjakan uangnya
untuk merasakan berbagai pengalaman (experience) baru daripada membeli berbagai macam
barang.

Gaya hidup seperti berlibur (traveling), mengunjungi restoran terbaru, atau pun pergi menonton
konser menjadi tren masa kini. Experience yang mereka alami ini diperlihatkan atau dipamerkan
melalui media sosial.

Apabila pada dua tahun yang lalu, demand di industri estetika yang diminati adalah bentuk wajah
V-shape karena tren foto selfie, kini seiring perkembangan teknologi dari berbagai platform
media sosial, orang-orang bahkan ingin lebih dari sekadar V-shape maupun selfie.

"Bukan sekadar bentuk wajah V-shape yang kini diinginkan masyarakat, tetapi lebih kepada
bagaimana agar tampilan dan kontur wajah seseorang menjadi lebih ideal secara keseluruhan.
Hal itulah yang mendasari terjadinya tren reshape-relift-countoring ada tahun 2018 ini," jelas
dokter Lanny Juniarti, founder & presiden direktur Miracle Aesthetic Clinic Group.
(ven)

https://ekbis.sindonews.com/berita/1274223/34/ritel-stagnan-industri-estetika-optimistis-
bertumbuh

Anda mungkin juga menyukai