Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Interaksi Psikologis Da’I dan Mad’u

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Dakwah

Dosen Pengampu: Muhammad Khadziqun Nuha, M.Pd.I

Disusun oleh:

1. Ade Nanda Anugrah (126301202046)


2. Alfalah Fadhilah Machrus (126301202051)
3. Zahrotufarhana Shofia (126301202106)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Interaksi
psikologis da’I dan mad’u” dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing dan membawa
kita dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah serta yang kita nantikan syafa’atnya di yaumil
qiyamah. Adanya makalah ini tidak pernah terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag, selaku rektor UIN SATU Tulungagung.
2. Bapak Hibbi Farihin, M.S.I., selaku koordinator prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN
SATU Tulungagung.
3. Bapak Mohammad Khadziqun Nuha, M.Pd.I., selaku dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Dakwah.
4. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan, bimbingan, serta do’a.
5. Juga teman-teman mahasiswa prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir semester 6 peminatan
Ilmu Komunikasi yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Harapan penulis semoga makalah atau tulisan ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis
sendiri maupun bagi pembaca pada umumnya dan juga penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Karena itu penulis memberi ruang bagi pembaca untuk memberi
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 6 Mei 2023

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Interaksi Sosial ............................................................................2


B. Bentuk-bentuk Interaksi Antara Da’I dan Mad’u..........................................2
1. Kerja Sama (cooperation) .......................................................................2
2. Persaingan (competition) ........................................................................3
3. Pertentangan (conflict) ............................................................................4
4. Akomodasi (accommodation) .................................................................4
C. Syarat-syarat Interaksi Sosial yang Efektif ...................................................5
1. Kontak Sosial ..........................................................................................5
2. Komunikasi .............................................................................................5
D. Pengaruh Interaksi Sosial Antara Da’I dan Mad’u........................................6
1. Makna Interaksi Sosial.............................................................................6
2. Faktor Dasar Interaksi Sosial...................................................................6
a. Imitasi ................................................................................................6
b. Sugesti ...............................................................................................6
c. Identifikasi .........................................................................................7
d. Simpati ..............................................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................8
B. Daftar Pustaka................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Interaksi adalah suatu jenis aksi atau tindakan yang terjadi sewaktu dua atau lebih
objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah ini penting
dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah pada sebab-akibat.
Kombinasi dari interaksi-interaksi sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena
baru yang mengejutkan. Dalam berbagai bidang ilmu, interaksi memiliki makna yang
berbeda.
Interaksi psikologi dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antara dua
orang atau lebih dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku orang lain.
Perubahan tingkah laku tersebut terjadi melalui dorongan antar pribadi dan respon
antar pribadi yang bersifat biologis. Proses tersebut berlangsung timbal balik dimana
masing-masing bertindak dalam keseluruhan proses yang mempengaruhi atau
mengakibatkan orang lain juga bertindak.
Dalam interaksi juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi khususnya
dalam bidang dakwah. Ada beberapa macam bentuk-bentuk interaksi dan mad’u.
Begitupun proses interaksi serta manfaat da’I dan mad’u yang akan penulis paparkan
dalam makalah ini.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian interaksi sosial?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi interaksi da’I dan mad’u?
3. Bagaimana bentuk-bentuk interaksi da’I dan mad’u?
4. Bagaimana interaksi sosial dalam proses dakwah?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Interaksi Psikologis

Interaksi psikologis adalah suatu keadaan ketika dua orang atau lebih yang saling
mempengaruhi satu sama lain, mereka menciptakan suatu hasil atau berkomunikasi satu sama
lain secara bersama-sama. Jadi dalam konteks interaksi, tindakan setiap orang bertujuan
untuk mempengaruhi individu lain. Interaksi sosial diartikan sebagai suatu bentuk hubungan
antara dua orang atau lebih dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku orang
lain. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi melalui dorongan antar pribadi dan respons
antar pribadi yang bersifat biologis. Proses tersebut berlangsung timbal balik dimana masing-
masing bertindak dalam keseluruhan proses yang mempengaruhi atau mengakibatkan orang
lain juga bertindak.

Interaksi psikologis yang demikian merupakan perilaku timbal balik dimana masing-
masing individu dalam proses itu mengharapkan dan menyesuaikan diri dengan tindakan
yang dibutuhkan orang lain. Karena dalam interaksi psikologis ada tindakan saling
mempengaruhi, timbullah kemungkinan-kemungkinan untuk saling merubah dan
memperbaiki perilaku masing-masing secara timbal balik baik disadari maupun tidak. 1

B. Bentuk-bentuk Interaksi Antara Da’I dan Mad’u

Menurut Soerjono Soekanto, ada empat bentuk interaksi sosial, yaitu kerja sama
(cooperation), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict), dan
akomodasi atau penyesuaian diri (accommodation), berikut penjelasannya:

1. Kerja Sama (cooperation)

Kerjasama adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang utama. Kerjasama adalah
suatu usaha bersama orang per orang atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan yang sama.

1
http://fatmasurialfian.blogspot.com/2016/11/psikologi-dakwah-interaksi-psikologi.html, diakses pada
Selasa 11 April 2023, 09.15.

2
Kerjasama timbul karena kesadaran adanya kepentingan bersama. Kerjasama menjadi
kuat apabila ada musuh bersama atau ancaman bersama. Kerjasama juga dapat bersifat
agresif apabila kelompok mengalami kekecewaan dan perasaan tidak puas.

Kebudayaan adalah hal yang mendorong terjadinya kerjasama. Bentuk kerjasama


masyarakat Indonesia yang tradisional disebut dengan gotong royong. Bentuk-bentuk
kerjasama antara lain:

a. Kerja sama spontan; kerjasama yang timbul karena serta merta atau spontan.
b. Kerja sama langsung; kerjasama yang terjadi karena perintah dari penguasa atau
atasan.
c. Kerja sama kontrak; kerjasama yang terjadi karena adanya kepentingan tertentu.
d. Kerja sama tradisional; kerjasama sebagai unsur sosial budaya, missal gotong royong,
gugur gunung, dan tolong menolong.
Kerjasama dilihat atau ditinjau dari pelaksanaannya ada lima bentuk, yaitu:
a. Kerukunan (gotong royong dan tolong menolong).
b. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara
dua organisasi atau lebih.
c. Kooptasi, yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dan
pelaksanaan politik suatu organisasi, sebagai suatu cara untuk mengatasi
kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
d. Koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan
sama.
e. Join venture, yaitu kerjasama dalam pelaksanaan proyek-proyek tertentu, missal
perfilman, pemborongan minyak, pertambangan, dan perhotelan.
2. Persaingan (competition)

Persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia
bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada masa tertentu menjadi
pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau mempertajam
prasangka yang telah ada.

Bentuk persaingan antara lain persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan,


persaingan kedudukan, serta persaingan ras.

3
Fungsi persaingan antara lain sebagai berikut:

a. Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif.


b. Sebagai jalan agar keinginan, kepentingan, dan nilai-nilai tersalur dengan baik.
c. Untuk menyaring golongan fungsional.
Faktor yang terkait dengan persaingan antara lain kepribadian seseorang, kemajuan,
solidaritas kelompok, dan disorganisasi.
3. Pertentangan atau pertikaian (conflict)

Pertentangan atau persaingan ialah suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan cara menantang pihak lawan yang
disertai ancaman atau kekerasan. Penyebab terjadinya pertentangan adalah perbedaan
antara individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.

Bentuk-bentuk pertentangan antara lain pertentangan pribadi, pertentangan rasial,


pertentangan antar kelas sosial, pertentangan politik, dan pertentangan yang bersifat
internasional. 2

4. Akomodasi (accommodation)

Akomodasi merupakan adanya perbedaan sehingga timbul adaptasi dengan kelompok


lain yang menimbulkan kerjasama yang baik. Adapun bentuk-bentuk akomodasi, antara
lain:

a. Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya
paksaan.
b. Compromise, yaitu suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-
masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap
perselisihan yang ada.
c. Arbiration, yaitu suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang
berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri.
d. Meditation, yaitu suatu cara atau metode yang mirip dengan arbiration diundang
pihak ke tiga yang retial dalam persoalan yang ada.

2
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, (Jakarta: Buku Kedokteran, 2002), hal. 268-269

4
e. Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih,
bagi tercapainya suatu tujuan bersama.
f. Stelemate, yaitu merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang
berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam
melakukan pertentangan.
g. Adjudication, yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan. 3
C. Syarat-syarat Interaksi Sosial Yang Efektif
1. Kontak Sosial.
Kontak berasal dari kata latin cum atau con yang berarti bersama-sama, dan
tangere yang berarti menyentuh. Jadi, secara harfiah kontak berarti bersama-sama
menyentuh. Dalam pengertian sosiologis, kontak merupakan gejala sosial. Orang
dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa mengadakan sentuhan fisik,
misalnya berbicara dengan orang lain melalui telepon, surat, dan sebagainya. Jadi,
kontak sosial merupakan aksi individu atau kelompok dalam bentuk isyarat yang
memiliki makna bagi si pelaku dan si penerima, dan si penerima membalas aksi itu
dengan reaksi. Kita membedakan kontak berdasarkan cara, sifat, bentuk, dan tingkat
hubungannya.
2. Komunikasi
Dalam berinteraksi dengan teman-teman, tentu anda juga melakukan komunikasi.
Apakah komunikasi itu? Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan gerak-
gerik fisik, ataupun perasaan. Selanjutnya, timbul sikap dan ungkapan perasaan
senang, ragu, takut, atau menolak, bersahabat, dan sebagainya yang merupakan reaksi
atas pesan yang diterima. Saat ada aksi dan reaksi itulah terjadi komunikasi. Jadi,
komunikasi adalah tindakan seseorang menyampaikan pesan kepada orang lain dan
orang lain itu memberi tafsiran atas sinyal tersebut serta mewujudkannya dalam
perilaku. 4
D. Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Da’I dan Mad’u
1. Makna interaksi sosial

3
Totok Jumantoro, op.cit., hal.89
4
https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-walisongo-semarang/psikologi-dakwah/
interaksi-psikologis-dai-dan-madu/44447586, diakses pada Minggu 15 Mei 2023, 23:19.

5
Bahwa di dalam proses interaksi itu terdapat tindakan saling pengaruh-
mempengaruhi antara individu yang satu dengan yang lain, baik individu itu dalam
keadaan perorangan (personal) ataupun kelompok sosial. Kalau kita hubungkan atau
kaitkan dengan dakwah, maka dalam dakwah dikenal dengan istilah“ personal approach”
atau “ dakwah face to face”, sehingga terjadi proses pengaruh-mempengaruhi antara da’I
dengan mad’u ataupun sebaliknya.
2. Faktor Dasar Interaksi Sosial
a. Faktor Imitasi

Merupakan faktor dasar dari interaksi sosial. Proses dari faktor ini adalah ketika terdapat
keyakinan baru di dalam masyarakat, yang dirumuskan oleh seseorang dengan bakat yang
tinggi. Keyakinan baru ini kemudian diimitasi (ditiru atau diikuti) dan disebarkan oleh
banyak orang dalam masyarakat.

b. Faktor Sugesti

Merupakan faktor yang terjadi ketika seorang individu dapat menerima suatu cara atau
pedoman tingkah laku orang lain tanpa melakukan kritik terlebih dahulu. Di dalam faktor ini,
seseorang akan menjelaskan atau memberikan gambaran mengenai dirinya yang dapat
diterima oleh orang lain di luar dirinya sendiri. Hal ini didasari oleh beberapa alasan
diantaranya:

a) Sugesti karena hambatan berfikir

Dalam proses sugesti terjadi gejala bahwa orang yang dikenai sugesti mengambil
pandangan-pandangan orang lain tanpa memberikan pertimbangan-pertimbangan dan kritik
terlebih dahulu, hal itu lebih mudah terjadi apabila individu berada dalam keadaan hilang
cara berfikir kritis.

b) Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah

Pikiran terpecah-pecah juga dapat mempercepat proses sugesti. Sugesti ini dapat dilihat
pada keadaan seseorang yang sedang bingung.

c) Sugesti karena otoritas

6
Dalam hal ini orang cenderung menerima pandangan atau sikap tertentu apabila
pandangan atau sikap tersebut dimiliki oleh orang-orang yang ahli di bidangnya yang
dianggap memiliki otoritas.

d) Sugesti karena mayoritas

Individu dalam masyarakat akan menerima suatu pandangan atau ucapan apabila
pandangan itu dibantu oleh mayoritas anggota masyarakat tersebut dan cenderung menerima
pandangan itu lebih lanjut.

c. Faktor Identifikasi

Faktor ini berarti kecenderungan atau keinginan di dalam diri seseorang untuk menjadi
sama dengan orang lain. Jadi ketika proses identifikasi terjadi maka seluruh sistem norma,
sikap, dan tingkah laku seseorang akan dijadikan sistem norma dan cita-cita bagi orang lain.

d. Faktor Simpati
Faktor ini menghasilkan suatu hubungan atau kerja sama, yang mana seorang individu
ingin lebih mengerti individu yang lain secara lebih mendalam sehingga individu tersebut
dapat merasa berfikir dan bertingkah laku seolah-olah ia adalah individu yang lain. 5

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Interaksi adalah suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih dimana
tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku yang lain dapat timbul berbagai dampak
dari interaksi timbal-balik antara satu dengan yang lain, baik dampak positif maupun
negatif adapun kaitannya dengan para pegiat dakwah. Adapun faktor dasar interaksi yaitu
faktor imitasi, faktor sugesti, factor identifikasi, dan factor simpati dimana seorang da’I
harus mampu menguasai berbagai faktor interaksi sosial itu salah satunya menumbuhkan
rasa simpati kepada mad’u, dan adapun juga bentuk-bentuk interaksi yang meliputi kerja
sama (cooperation), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict),
dan akomodasi atau penyesuaian diri (accommodation).
5
Janu Murdiyatmoko, Sosiologi (Memahami dan Mengkaji Masyarakat), 2007, Bandung : Grafindo Media
Pratama, hal 68-69

7
Dalam kegiatan dakwah selalu terjadi proses interaksi sosial, yaitu hubungan
antara da’I dan mad’u. interaksi sosial dalam proses dakwah ini ditujukan untuk
mempengaruhi mad’u yang akan membawa perubahan sikap perilaku seperti mempererat
tali persaudaraan dengan silaturrahmi dan meneladani kepribadian yang baik dari sang
da’i. dengan demikian tujuan dakwah yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Fatmasuri. “INTERAKSI PSIKOLOGI DA’I DAN MAD’U” diakses dari


http://fatmasurialfian.blogspot.com

Jumantoro, T. (2001). Psikologi Dakwah. Jakarta: AMZAH

Sunaryo. (2002). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Murdiyatmoko, Janu. (2007). Sosiologi (Memahami dan Mengkaji Masyarakat). Jakarta:


Grafindo Media Pratama

Anda mungkin juga menyukai