Semiotika - Roland Barthes
Semiotika - Roland Barthes
***
ASUMSI-ASUMSI ROLAND BARTHES Dalam Tradisi Filsafat Nusantara Budaya itu
memiliki 3 elemen yaitu Cipta, Rasa dan Karsa.
Kebudayaan itu seperti sistem bahasa, dan kita
bisa membacanya seperti kita membaca teks Binatang tidak memiliki elemen Cipta, dia tidak
tertulis memiliki kemampuan menciptakan secanggih
kebudayaan manusia
Banyak kejadian di dunia ini yang tidak memiliki
teks tertulis tetapi bisa kita baca dan kita Binatang tidak memiliki elemen karsa yang
pahami. membuatnya dapat berpikir ketika suhu terlalu
dingin dan membuatnya menggigil maka ia
Membaca merupakan tindakan yang setara tidak dapat berpikir untuk membuat selimut
dengan memahami ataupun membuat baju agar tidak kedinginan.
***
Contoh Sederhananya : Kita Manusia hidup di sebuah dunia /
Bayangkan di depan anda ada seseorang yang kebudayaan yang dipenuhi oleh tanda dan
sedang menjulurkan tangannya kedepan dan simbol.
mengambil gelas, ia mengambil gelas itu Simbol/ Tanda adalah sesuatu yang hadir untuk
dengan tangannya mendekati mulut lalu mewakili sesuatu yang tidak hadir. Contoh :
menuangkan air itu ke dalam mulut dan
meminumnya Lampu Merah hadir di hadapan kita di setiap
persimpangan jalan. Tetapi lampu merah hadir
Jika ada kejadian seperti diatas yang sedang tidak untuk mewakili lampu berwarna merah,
terjadi di depan anda, tanpa ada pembicaraan tetapi dia hadir untuk mewakili sesuatu makna
maka anda langsung dapat membaca bahwa yang bernama Berhenti.
“ada seseorang yang sedang minum di
hadapan saya.” Meskipun tidak ada subtitle / Kain Merah dan Kain Putih yang di jahit menjadi
kata-kata ataupun teks yang menerangkannya satu tidak hadir untuk merepresentasikan
anda tetap bisa membaca kejadian yang ada di keindahan warna tetapi hadir untuk mewakili
depan anda Simbol Negara dan Identitas Negara Indonesia
Kegiatan seseorang sedang minum Dari dua contoh diatas kita juga bisa menarik
merupakan peristiwa budaya, dan kita kesimpulan bahwa bentuk dan warnanya bisa
membaca dan memahaminya seperti teks sama tetapi simbolnya bisa berbeda
termasuk segala variable teks seperti aktor,
Merah dalam Lampu Merah berarti Berhenti,
pengarang, lingkungan yang mempengaruhi
tetapi Merah di dalam Bendera Negara bisa
dll.
berarti Berani. Jika Terbalik bisa membahayakan
***
***
Dunia Manusia yaitu dunia Kebudayaan
Kesimpulan :
merupakan sebuah keunikan yang
membedakan manusia dengan makluk-makluk Hidup manusia cirinya adalah Budaya dan
lainnya. Tidak ada binatang yang memiliki Budaya diisi dengan banyak Tanda. Jika Budaya
konsep budaya atau hidup dalam horizon adalah Tanda maka dia hadir tidak mewakili
budaya. dirinya sendiri tetapi mewakili sesuatu yang
lain. Yang menentukan suatu tanda mewakili
sesuatu yang lain itu adalah Manusia. Kegiatan TEORI-TEORI ROLAND BARTHES
menempelkan sesuatu pada sesuatu yang lain
itulah yang disebut Memaknai. DENOTASI
Tingkat pertandaan yang
Contoh: menjelaskan hubungan
Rumah Ibadah dimaknai sebagai sesuatu yang penanda dan petanda pada
Sakral sehingga siapapun yang datang akan realitas, menghasilkan makna
menggunakan pakaian yang pantas atau bahkan eksplisit, langsung dan pasti.
harus melepaskan alas kakinya untuk masuk Ruang lingkup ekspresi sama
luasnya dengan content atau
Sedangkan Mall atau Gedung Kampus atau makna yang terkandung
mungkin Kantor tidak dimaknai sesuatu yang
sakral sehingga seakan tidak ada keharusan KONOTASI
yang khusus untuk berpakaian atau kewajiban Tingkat pertandaan yang
melepas alas kaki menjelaskan hubungan
penanda dan petanda yang di
Padahal keduanya hanyalah sebuah Bangunan
dalamnya beroperasi makna
yang sama bahkan dengan keramik material-
yang tidak eksplisit, tidak
material lain yang sama. Yang membedakan
langsung dan tidak pasti.
adalah tempelan-tempelan makna yang
Konten makna lebih luas dari
melekat pada bangunan tersebut
pada ekspresi atau penandanya
Contoh :
***
Seorang Mahasiswa memberikan makanan /
minuman kepada dosen pembimbing
Pada suatu titik tertentu proses pemberian
Secara Denotasi, seorang mahasiswa
makna ini memiliki bentuk ekstrim / bentuk
memberikan makanan / minuman kepada
ideologisnya yang dinamakan MITOS.
dosen pembimbingnya.
Dari rangkaian pemahaman inilah Roland
Secara Konotasi, upaya memberikan makanan/
Barthes menyimpulkan bahwa manusia hidup di
minuman kepada dosen pembimbingnya bisa
dalam dunia Mitologis. Hidup manusia tidak
bermakna penghormatan, mungkin formalitas,
berubah hanya berganti mitos.
mungkin juga terpaksa.
***
***
Iklan-iklan yang seringkali kita lihat di televisi
atau di media-media lainnya, Seringkali bermain
di ranah Konotasi.
Berikut adalah 2 (dua) metode yang digunakan
manusia untuk memberikan Pemaknaan kepada Dalam iklan atau berita yang bermain dalam
suatu fenomena budaya /obyek ranah konotasi biasanya memiliki
kecenderungan untuk mengarah pada MITOS.
”Apapun makanannya minumannya Begitu juga ada cerita tentang orang yang
_________.” dinding dirumahnya sering di-kencingi oleh
orang-orang yang lewat meskipun sudah ada
”Yang lebih Mahal banyak.” palang peringatan yang bertuliskan, “Dilarang
”Buat Anak kok coba-coba” Kencing Sembarangan, Yang kencing
sembarangan hanya anjing.” Akhirnya solusi
terakhir adalah menaruh bunga Makam untuk
*** Tebar Makam di depan tempok tersebut.
MITOS - ROLAND BARTHES
***
Mitos adalah suatu bentuk pesan atau tuturan
Dari contoh-contoh diatas maka dapat
yang diyakini kebenarannya tetapi tidak dapat
disimpulkan bahwa Mitos juga merupakan
dibuktikan.
suatu jenis tuturan atau suatu sistem komikasi,
Mitos bukan merupakan sebuah konsep atau yakni ada pesan yang ingin disampaikan.
ide, tetapi merupakan suatu cara pemberian
Dan defisini pesan tidak melekat pada objeknya
makna
tetapi diberikan oleh penuturnya yaitu orang
Mitos tidak terdefinisikan oleh objeknya yang menggunakan Mitos. Bagi yang tidak
melaikan makna yang melekat kepadanya paham mungkin tidak akan paham atau bahkan
mengabaikan pesan yang dimaksudkan
Contoh :
Contoh :
Mitos tentang Nyai Roro Kidul
Ketika kita berwisata ke desa Pelosok dan kita
Bagi orang modern, sangat susah untuk
membawa iphone keluaran terbaru dengan
menerima atau mempercayai Mitos tentang
fitur yang paling canggih. Maka kemungkinan
Nyai Roro Kidul. Tetapi pemaknaan itu tidak
besar orang-orang di desa tersebut tidak akan
sama-mata dibuang atau ditinggalkan karena
menghargai Iphone yang kita bawa karena
Mitos tentang Nyai Roro Kidul masih bisa
kemungkinan besar mereka tidak paham bahwa
digunakan untuk konservasi lingkungan atau
Iphone itu hanya digunakan oleh orang-orang
bisa dijadikan Aset Pariwisata sebagai salah satu
yang Elit luar biasa. Mungkin mereka akan lebih
bentuk daya tarik.
kagum ketika kita membawa Laptop atau
*** Televisi besar yang banyak berisi gambar-
gambar/film yang menarik bagi mereka
Contoh lain, ada di berita bahwa ada suatu
meskipun Laptop/TV yang kita bawa sudah
sudut disebuah desa yang begitu banyak orang
ketinggalan jaman. Mereka belum bisa
buang sampah sembarangan sehingga banyak
sampah yang menumpuk di sudut tersebut.
memahami Mitos Elit yang melekat pada tanda atau Expression menuju
iphone yang kita bawa. sebuah mit
Dari konotasi Sebuah Tanda /
Dari contoh diatas. Tidak penting bentuk
Expression maka akan muncul
mitosnya apa tetapi pesan apa yang ingin
satu dari sekian banyak
dibawa oleh penutur mitos.
konotasi yang lahir menjadi
mitos karena dianggap paling
baik, paling benar dan paling
*** valid.
Expression Relation Content
Proses Makna Konotatif yang
Bendera Merah Putih Primer Lambang Negara RI (Denotasi) beranjak menjadi mitos,
biasanya dilakukan dengan
Sekunder Nasionalisme (Konotasi)
Bendera Merah Putih upaya penyeragaman, politisasi,
Sekunder Berani dan Suci ( Konotasi atau ideologisasi sehingga
dapat mengeliminasi makna
konotatif yang lain.
Semiologi I :
”Pemuda berkulit Hitam dengan atribut
seragam Perancis yang tengah memberikan
hormat pada bendera Perancis, karena Perancis
adalah sebuah negara besar, bahwa semua
yang berada pada naungannya adalah anak-
anak ibu pertiwi, tanpa diskriminasi dan warna
kulit.”
Ada nuansa ideologi dibalik gambar itu. Ada Kita membangun citra bahwa di Indonesia
mitos imperialisme perancis, Bahwa aman dan tenang. Padahal mungkin
Perancis masih besar dan masih agung, kenyataannya tidak seaman dan senyaman
itu. Kita membangun citra keramahan untuk
Padalah kenyataan Perancis Kalah Perang. mempertahankan Mitos bahwa Indonesia
Itulah yang disebut MITOS, tidak penting adalah negara yang ramah
kenyataannya / faktanya apa, yang lebih Mungkinkah?
terpaku kepada citra yang dibangun
oleh kaum borjuis / Kaum Elit.
***
Contoh :
Orang Elit mencitrakan bahwa orang
ANALISIS MITOS PADA BORJUASI
Kaya itu harus memiliki Mobil. Lalu
PERANCIS agar terlihat kaya Seseorang yang
Orang-orang borjuis / kaum elit yang secara ekonomi berada pada
inilah yang menurut Roland Barthes kelas menengah kebawah berusaha
banyak melahirkan Mitos banting tulang untuk membeli mobil
agar terlihat kaya, meskipun ia akan
Untuk mengulang pemahaman. menderita secara finansial tetapi ia
Mitos adalah Tanda yang dianggap tetap berusaha memiliki mobil
Kosong (Empty) lalu diberikan karena Orang kaya harus memiliki
Konotasi Mobil bukan karena ia memerlukan
mobil itu sendiri.
Orang Borjuis / kaum Elit banyak
sekali memproduksi / Produsen Pada contoh diatas, Orang kecil
mitos karena mereka berkuasa menderita secara finansial karena
mengkonsumsi mitos-mitos yang
Sementara Orang-orang kecil / diciptakan oleh kaum Elit.
Masyarakat Miskin adalah
Konsumen dari Mitos dalam kasus Padahal Mitos seperti yang sudah
apapun. Orang kecil selalu menjadi kita pahami sifatnya konotatif, Ia
Korban Mitos sedangkan Kaum sebenernya merupakan tanda
Borjuis adalah Produsen Mitos. Kosong yang mereka isi. Sebagai
Orang Borjuis sering memproduksi orang Kecil kita tidak boleh mengisi
Citra bagaimana seharusnya Orang tanda-tanda kosong itu, kita dipaksa
Kaya Bergaya. Bagaimana untuk mengikuti Tanda yang mereka
seharusnya Orang Soleh bersikap isi dan menjadi tidak kritis.
dan bagaimana seharusnya Orang
Baik Berlaku dengan segala atribut Pada dunia dewasa ini, mayoritas
yang dimilikinya. aktor-aktor yang memproduksi
mitos adalah media yang melayani
Sementara orang-orang kecil, kepentingan kelompok Elit.
terpaksa atau mungkin dipaksa
untuk berkiblat kearah itu sehingga ***
referensinya untuk menjadi Kaya,
menjadi Soleh dan menjadi Baik
ANALISIS TERHADAP MITOS ”PERANCIS Kalau urusan pasta gigi saya hanya mau
NEGARA ANGGUR.” pakai Pepsodent karena pepsodent
melindungi 24 jam
Anggur dalam kebudayaan perancis
merupakan simbol status sosial yang Faktanya entah sabun ataupun Pasta Gigi,
tinggi. Pesan yang ditampilkan oleh semua merk menggunakan bahan yang
Anggur Perancis adalah suatu sama, tetapi kita termakan oleh mitos-mitos
“Kualitas yang Baik” yang dibangun oleh merk-merk tersebut
melalui iklan dan pemberitaan
Tetapi hal ini menjadi pertanyaan Begitu juga dengan Mode Pakaian, Make Up
bagi Roland Barthes. Bukankah yang Handphone, Laptop dll
memiliki kebun Anggur adalah
negeri-negeri jajahan Perancis di Jika orang menjadi fanatik terhadap merk,
Afrika Utara? maka tidak penting contentnya apa yang
penting merk tersebut.
Anggur dalam hal ini menurut
Roland Barthes merupakan suatu
barang komoditas seperti barang ***
lainnya yang diproduksi oleh rezim ANALISIS MITOS PADA MODE PAKAIAN
Kapitalisme Perancis di negeri
Jajahan, Komoditas ini diekspor dr
Negeri jajahan dan diolah menjadi
Wine di Negeri Perancis.
***
Contoh :
Kalau sabun saya harus menggunakan LUX
karena LUX adalah sabun yang dipakai oleh
artis-artis dan bintang Film terkenal
Dalam dunia mode pada awalnya tubuh, tetapi banyak mitos-mitos
merupakan proyek kaum aristokrat yang bermain di dalamnya.
sebagai wujud prestise. ***
Contoh :
Seperti contoh pertama, secara
denotatif merupakan baju atasan Sepatu secara denotatif merupakan sesuatu
dan rok sebagai bawahan. Dari yang digunakan untuk melindungi kaki.
penampakannya manusia akan Tetapi ketika kita membeli sepatu yang
menempelkan mitos-mitos terhadap bermerk dan dianggap merepresentasikan
petanda Atasan dan bawahan itu status sosial kita maka ketika hujan atau
dengan makna ”Anggun”, ”Casual” melewati medan yang berat kita lebih
dan ”Elegant”. memilih untuk menyimpannya di tempat
yang aman agar tidak kotor atau lecet dari
Dari konotasi yang ditempelkan itu pada kaki kita sendiri yang lecet.
maka sebagai konsumen mitos maka
Inilah yang disebut Mitos-mitos manusia
seseorang akan memakai baju
modern bagi Roland Barthes
tersebut agar terlihat Anggun,
Casual dan Elegant tanpa ***
memperhatikan postur tubuhnya
“Mitos Adalah Naturalisasi Konsep.”
sendiri.
Roland Barthes
Begitu juga dengan contoh pada
Menurut Roland Barthes tuturan
bagian kedua dimana Punk Dress
mitologis bukan saja berbentuk
ditempelkan makna konotatif
tuturan oral tetapi tuturan itu dapat
Pengangguran, Urakan, Pencari
berbentuk tulisan, fotografi, film,
Perhatian dan Menakutkan.
laporan ilmiah, olahraga,
pertunjukan, iklan dan lukisan
Manusia yang mengikuti trend akan
mengejar apa yang tengah menjadi
Naturalisasi konsep adalah sesuatu
simbol status kelas tertentu. Yang
yang tidak alami diposisikan sebagai
tidak mengikuti arus Trend akan
alami.
dikatan sebagai tidak Fashionable
Contoh :
atau tidak modis. Sehingga kadang
kala ketika orang memilih baju,
bukan keinginan diri tetapi karena
tuntutan mitos-mitos yang diyakini
kebenarannya.
”Kita hidup bukan diantara benda-benda Biasanya Tanda / Obyek yang dianggap
melainkan dari opini-opini yang diyakini benar akan dipertahankan oleh kaum
kebenarannya.” elit / kaum penguasa.
Roland Barthes
Contoh :
Opini merupakan pendapat. Orang dari Namun ketika seandainya pada suatu hari
kelas apapun, dari strata pendidikan Indonesia dipimpin oleh Pemimpin yang
apapun bisa memproduksi opini memiliki latar belakang sosialisme,
kemungkinan besar Mitos ini bisa diganti.
Menurut Roland Barthes kita hidup
diantara opini-opini ini yang berasal dari
berbagai macam sumber dan latar ***
belakang
Biasanya terdapat pada iklan-iklan yang Konsumen Mitos hanya berhenti pada
menggunakan pendekatan testimoni bahasa linguistik sehingga ia menerima
7. INOCULATION fakta yang disodorkan sebagai fakta
Menerima sedikit ”Kejelekan” dalam mutlak tanpa melihat mitos sebagai
satu institusi sehingga menyingkirkan sistem Semiologis / Sistem Tanda
kesadaran tentang adanya masalah mencakup dengan pesan dan motifnya
yang lebih mendasar.
Contoh : Contoh :
Konsumen selalu menjadi korban mitos,
Mengakui adanya beberapa polisi jahat sebagai koran isu, korban mode dan korban
oknum sehingga adanya kelemahan yang lebih berita / hoax
sistemik dalam satu lembaga kepolisian
terabaikan untuk mempertahankan mitos Konsumen selalu berhadapan dengan
Kebaikan lembaga Kepolisian. Sehingga tidak penanda yang sudah penuh (Full).
adanya introspeksi diri atau otokritik. Konsumen tidak dapat memposisikan
tanda sebagai kosong (Empty) artinya
***
Konsumen selalu melihat tanda beserta
maknanya. Secara umum biasanya
masyarakat menengah kebawah.
3 (TIGA) POSISI BERHADAPAN DENGAN
MITOS Konsumen Kritis
Sebagai pribadi yang kritis, fokus pada
Produsen
penanda mitis. Dapat membedakan
Sebagai produsen maka fokus yang
secara jelas antara makna dan
diutamakan adalah pada penanda
penampakannya serta menganalisis
penanda kosong dan membiarkan
distorsi yang terjadi di dalamnya.
konsep memenuhi tanda dan
Kemudian dapat menemukan adanya
membangun mitos sesuai kepentingan
signifikansi / pengaruh dari Mitos
tersebut dalam masyarakat.
Contoh :
Produsen biasanya adalah pihak-pihak
yang memiliki pengaruh besar di
Konsumen Kritis adalah pembaca yang sehingga orang tetap dengan niat
bisa membedakan anatar makna dan penuh melakukan Demo / Aksi Massa.
bentuknya, Petanda dan penandanya.
Tetapi menurut Catatan Roland Barthes
Contoh : ada yang perlu diwaspadai juga dari
Hujan merupakan tanda yang kosong. seorang Konsumen Kritis, karena ketika
Semua manusia memiliki hak dan dia mengerti makna yang sesungguhnya
kapasitas yang sama untuk mengisi maka ia bisa naik kelas dan pada
makna sesuai keinginannya. akhirnya memproduksi Mitos juga
karena sesuatu yang ia sendiri anggap
Sebagai Produsen kita akan memiliki benar.
keberanian untuk mengisi makna hujan
bahwa Hujan adalah berkat
***
Tetapi jika kita berkata bahwa Hujan
adalah Berkat menurut petinggi agama
saya, atau menurut tokoh terkenal
tertentu maka kita menjadi konsumen
Mitos. Kita hanya ikut pendapat PERAN ORANG PANDAI (SCHOLAR)
seseorang, kita mengikuti Tanda yang
Mitos bukan semata-mata sesuatu yang
sudah di isi oleh orang lain.
bohong, namun merupakan suatu
Sebagai Konsumen Kritis maka kita akan
Pembelokan/Pengubahan/Distorsi
bisa menganalisis dan membedah
dalam bentuk Naturalisasi dan
ketika jargon Hujan adalah berkat
Pendangkalan terhadap obyek, Konsep
hanya digunakan untuk kepentingan
dan Sejarah.
tertentu
Orang Pandai (Scholar) Harus mampu
membedakan antara Petanda dan
Salah satu contohnya adalah pada Aksi
Penanda (signifier + signifies) anatar
Massa / Demo besar. Ketika hari
representasi dan konsep.
pertama demo, tidak turun hujan maka
jargon yang muncul adalah ”Alam
menyayangi kita karena diberi udara Tugas yang dianjurkan Roland Barthes :
yang baik untuk menyampaikan
1. Fokus pada mekanisme produksi /
Aspirasi”. Ketika hari kedua Demo,
Lahirnya Mitos. Roland Barthes
turun hujan deras maka jargon yang
menyarankan para Scholar untuk
muncul ”Alam begitu menyayangi kita
mempertanyakan mengapa ada /
sehingga diberi berkat dan kesegaran
muncul mitos tertentu dalam
melalui Hujan.”
masyarakat tertentu?
Pada contoh diatas Hujan dan Tidak
lalu memperhatikan proses lahirnya
Hujan memiliki definisi yang sama
mitos-mitos tersebut di masyarakat.
bahwa Alam menyanyai kita. Sehingga
Contoh:
tanda menjadi tidak penting, yang lebih
penting adalah makna yang dimuat
Mengapa muncul stigma buruk terhadap orang ”The Birth
Yahudi di Indonesia?
of the Reader
Mengapa muncul stigma tentang terorisme
must be at the cost
pada dunia Islam?
of the Death of the
Untuk membedah dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan itu maka cara-cara yang dilakukan Author.”
Roland Barthes adalah
+ Roland Barthes
2. Menghubungkan Mitos dengan
latar/setting sejarahnya (historisitasnya) Mengapa harus ada pemisahan antara
Contoh: Mitos, Penanda dan penanda?
Kapan Mitos itu Lahir? Karena ketika teks itu lahir, saat itu juga
pengarangnya ”Mati”
Dalam Situasi apa Mitos itu Lahir?
Pembacaan itu sifatnya Independen
Siapa yang melahirkan Mitos itu?
Ketika kita membaca buku maka yang
Dan Untuk kepentingan apa Mitos itu
berbicara bukan pengarangnya tetapi
dilahirkan?
bahasa teksnya
Analogi yang digunakan Roland Barthes
3. Menunjukkan hubungan antara mitos
dengan kepentingan sosial-budaya- Pengarang (Author) adalah orang tua
politik yang bermain dibaliknya bagi teks. Orangtua akan melahirkan
anak-anaknya. Tetapi ketika anak itu
4. Membuktikan bahwa Mitos itu ternyata lahir maka Anak-anak itu sudah menjadi
memang menyembunyikan ideologi entitas yang sama sekali lain dan
tertentu terpisah dari orangtuanya. Anak-anak
ketika dia lahir, dia akan memiliki
dunianya sendiri
Saran ini dibuat oleh Roland Barthes
karena kegelisahannya ketika melihat Sama seperti ketika sebuah buku ditulis,
kenyataan bahwa Ilmuwan dan para terbit dan dibaca oleh orang, maka Sang
Cendekiawan pada dunia dewasa ini Pengarang tidak memiliki kapasitas /
juga menjadi konsumen Mitos. Ia kemampuan lagi untuk menyetir agar
menjadi pendukung Status Quo dari orang bisa memahami buku itu seperti
ideologisasi mitos. yang dipahami oleh Sang Pengarang
sehingga secara simbolik pengarang
dianggap ”Mati”
***
Oleh karena itu tafsir dan pemaknaan
menjadi hak sepenuhnya bagi pembaca.
DEATH OF THE AUTHOR
Itulah yang membuat adanya
(MATINYA SEORANG PENGARANG)
fenomena bahwa satu buah buku bisa
melahirkan banyak jenis pemahaman. Kode ini merujuk adanya misteri dari
Contoh : Kitab Suci teks, Ada petunjuk, namun tidak ada
jawaban pasti. Adanya Enigma (teka-
Ketika membaca teks maka kita tidak teki) dalam teks sehingga pembaca
sedang membaca Pikiran Pengarangnya memiliki ruang improvisasi makna yang
tetapi kita sendirilah yang lebih luas.
membunyikan teks dan memahaminya
sesuai versi kita. 2. Kode Proairetic / Kode Narasi
Kode Narasi ini merujuk adanya urutan-
Bagi Roland Barthes Makna itu sifatnya urutan tindakan (sekuensial element of
multiple ”Multiplicity of Meaning.” action) dalam teks. Yang membuat
“ In the Multiplicity of Writing / Meading, pembaca penasaran terhadap apa yang
everyting is to be disentangled, nothing akan terjadi selanjutnya. Kode ini bisa
deciphered.” berwujud eksplisit maupun eksplisit.
Roland Barthes
3. Kode Semantik
Yang artinya dalam segala sesuatu yang Kode ini merujuk kepada kemungkinan
berhubungan dengan teks / pembacaan makna teks di luar yang literar /
maka segala sesuatu itu bukan penampakannya. Dalam kode ini
Diartikan tetapi Diuraikan. tampak sifat konotatif dari teks.
***