Anda di halaman 1dari 19

kompetisi karena tujuan utamanya adalah untuk

SEMIOTIKA – kesehatan dan kebugaran jasmani. Tetapi pada


ROLAND BARTHES kenyataanya banyak sekali elemen-elemen
diluar itu yang ikut terwakilkan dalam setiap
gelaran pertandingan sepakbola. Ada
Nasionalisme, ada bisnis, ada identitas dll.
Roland Gérard Barthes (1915-1980[+]) usia 64
tahun
Dengan kacamata Mitologi Roland Barthes kita
dapat menyadari bahwa ada proses-proses yang
Pada usianya yang menginjak 20 tahunan ia
tidak semata-mata bisa diketahui dari
terkena penyakit TBC yang membuatnya harus
penampilannya saja atau penampakannya saja
mondar-mandir ke Rumah Sakit untuk menjalani
masa karantina.
Roland Barthes merupakan orang yang
menerapkan teori-teori dari Ferdinand de
Di dalam masa karantina itu, ia kerap mengasah
Saussure dalam dunia sosial budaya atau dengan
kemampun membaca dan menulis.
kata lain “mem-bumi-kan” teori-teori de
Saussure dalam konteks riil.
Ayah Roland Barthes adalah seorang Angkatan
laut dan ia sudah menjadi Yatim sejak usia 1
tahun yang membuat dia tidak pernah melihat Mayoritas karya Roland Barthes berbentuk
wajah ayahnya selain dari Koleksi Foto-foto. kumpulan Essai yang berisi analisis atau
Dibesarkan oleh seorang ibu komentarnya terhadap berbagai macam isu-isu
sosial yang ia temui menggunakan teori-
Meninggal pada tahun 1980 dalam kecelakaan teorinya.
tertabrak mobil.
***
***
TEORI-TEORI ROLAND BARTHES
Dengan menggunakan kerangka teori semiotik
Roland Barthes ; yang lebih dikenal dengan “Pakaian, Mobil, Makanan, Gaya, Film,
istilah Mitologi; untuk melihat realitas pada Musik, Iklan, Mebel, Headline Surat Bakar-
zaman ini, kita seakan memiliki pisau bedah yang semua hal itu tampak sebagai obyek-obyek
dapat digunakan untuk memisah, memilah dan yang beragam. Apa yang dimiliki oleh semua
memahami mengapa hal-hal seperti sepak-bola, hal itu bersama? Setidaknya ini: semuanya
siaran TV, gaya berpakaian menjadi sangat adalah tanda... mobil ini menunjukkan
penting sekali dalam kehidupan pribadi maupun padaku status sosial pemiliknya, pakaian ini
kehidupan bermasyarakat. menunjukkan padaku secara tepat tingkatan
konformis atau eksentrik pemakainya.”
***
Roland Barthes
Contoh sederhana untuk bahan pengamatan
adalah kontroversi dalam dunia Sepak Bola pada
gelaran Piala Dunia U-20 di Indonesia. Seluruh objek kasat mata yang kita temui setiap
harinya tampak sebagai obyek yg beragam dan
Pada dasarnya Sepakbola hanyalah sebuah bermacam-macam. Mulai dari pakaian, mobil,
olahraga biasa, dimana kekalahan atau makanan dll.
kemenangan merupakan hal yang biasa dalam
Tetapi mereka memilki sebuah kesamaan, Objek-objek itu menunjukan status kita secara
obyek-obyek itu semua menggunakan seragam sosial, menunjukan apakah kita orang kaya atau
yang sama. Seragam dari obyek-obyek itu adalah miskin, bahkan kadang kala menunjukan afiliasi
Tanda, semuanya adalah Tanda. politik. Kalau pakai kotak-kotak pendukung
Ahok, Kalau kuning Golkar, kalau merah PDIP dll
Bagi manusia yang hidup di hari ini Pakaian
bukanlah sekedar pakaian, Mobil bukanlah Saat ini manusia di dalam masyarakat memiliki
hanya sekedar mobil, Makanan pun tidak kencederungan untuk membaca realitas dengan
sekedar makanan kacamata semacam ini

Bagi Roland Barthes kendaraan menunjukan ***


status sosial pemiliknya. Ketika kita melihat
Maka Roland Barthes berkesimpulan bahwa
seseorang menggunakan Ferrari, atau Pajero
dunia manusia saat ini tidak bisa dibaca apa
atau Avanza atau menggunakan Motor sebagai
adanya. Semuanya menyimbolkan sesuatu
kendaraanya maka kita langsung bisa menebak
pemiliknya berada pada level apa secara sosial ***
Begitu juga dengan baju. Ketika kita berjalan- Karena salah satu sifat manusia adalah Homo
jalan di Mall dan mengamati pakaian para Symbolicum. Yaitu makluk yang biasa bermain
pengunjung, maka dapat diamati bahwa pakaian dengan simbol sehingga segala sesuatu yang
itu menunjukkan status. manusia lakukan selalu memiliki sifat simbolik
Untuk manusia-manusia yang hidup di zaman ini, Salah satu contohnya adalah wanita bercadar,
orang yang datang ke mall berpakaian dengan jika kita hanya membaca pada level
design yang tidak biasa atau mungkin dengan penampakannya saja tanpa mengetahui apa
brand-brand tertentu maka kita sebagai yang simbolnya maka besar kemungkinan kita bisa
mengamati juga tidak sekedar membaca bahwa salah paham. Jika kita hanya melihat sebagai
ada seseorang yang menarik dengan baju yang wanita yang menutup wajahnya, seorang tukang
unik tetapi juga membaca dan mengukur status yang bekerja dalam sebuah kontruksi juga
sosialnya. menutup wajahnya, kita yang menempuh
perjalanan jauh dengan kendaraan motor juga
Bahkan minuman, makanan ataupun rokok juga
menutup wajah kita.
menjadi representasi status sosial seseorang
Begitu dengan fenomena jenggot. Jika orang
Ada yang suka kopi sachet ada juga yang suka
Berjenggot tebal maka banyak yang
kopi vietnam, ada yang sering makan steak atau
mengasosiasikannya dengan terorisme. Tetapi
ada juga yang biasa makan pecel ayam, begitu
jika kita lihat baik-baik Tokoh Besar Komunisme
juga dengan merokok lintingan ataupun cerutu.
Karl Marx pun juga berjenggot.
***

Bagi Roland Barthes, Semua pada hari ini tidak


***
ada yang telanjang berbicara dirinya sendiri,
dia selalu merupakan representasi tanda dari
sesuatu yang lain

***
ASUMSI-ASUMSI ROLAND BARTHES Dalam Tradisi Filsafat Nusantara Budaya itu
memiliki 3 elemen yaitu Cipta, Rasa dan Karsa.
Kebudayaan itu seperti sistem bahasa, dan kita
bisa membacanya seperti kita membaca teks Binatang tidak memiliki elemen Cipta, dia tidak
tertulis memiliki kemampuan menciptakan secanggih
kebudayaan manusia
Banyak kejadian di dunia ini yang tidak memiliki
teks tertulis tetapi bisa kita baca dan kita Binatang tidak memiliki elemen karsa yang
pahami. membuatnya dapat berpikir ketika suhu terlalu
dingin dan membuatnya menggigil maka ia
Membaca merupakan tindakan yang setara tidak dapat berpikir untuk membuat selimut
dengan memahami ataupun membuat baju agar tidak kedinginan.

***
Contoh Sederhananya : Kita Manusia hidup di sebuah dunia /
Bayangkan di depan anda ada seseorang yang kebudayaan yang dipenuhi oleh tanda dan
sedang menjulurkan tangannya kedepan dan simbol.
mengambil gelas, ia mengambil gelas itu Simbol/ Tanda adalah sesuatu yang hadir untuk
dengan tangannya mendekati mulut lalu mewakili sesuatu yang tidak hadir. Contoh :
menuangkan air itu ke dalam mulut dan
meminumnya Lampu Merah hadir di hadapan kita di setiap
persimpangan jalan. Tetapi lampu merah hadir
Jika ada kejadian seperti diatas yang sedang tidak untuk mewakili lampu berwarna merah,
terjadi di depan anda, tanpa ada pembicaraan tetapi dia hadir untuk mewakili sesuatu makna
maka anda langsung dapat membaca bahwa yang bernama Berhenti.
“ada seseorang yang sedang minum di
hadapan saya.” Meskipun tidak ada subtitle / Kain Merah dan Kain Putih yang di jahit menjadi
kata-kata ataupun teks yang menerangkannya satu tidak hadir untuk merepresentasikan
anda tetap bisa membaca kejadian yang ada di keindahan warna tetapi hadir untuk mewakili
depan anda Simbol Negara dan Identitas Negara Indonesia

Kegiatan seseorang sedang minum Dari dua contoh diatas kita juga bisa menarik
merupakan peristiwa budaya, dan kita kesimpulan bahwa bentuk dan warnanya bisa
membaca dan memahaminya seperti teks sama tetapi simbolnya bisa berbeda
termasuk segala variable teks seperti aktor,
Merah dalam Lampu Merah berarti Berhenti,
pengarang, lingkungan yang mempengaruhi
tetapi Merah di dalam Bendera Negara bisa
dll.
berarti Berani. Jika Terbalik bisa membahayakan
***
***
Dunia Manusia yaitu dunia Kebudayaan
Kesimpulan :
merupakan sebuah keunikan yang
membedakan manusia dengan makluk-makluk Hidup manusia cirinya adalah Budaya dan
lainnya. Tidak ada binatang yang memiliki Budaya diisi dengan banyak Tanda. Jika Budaya
konsep budaya atau hidup dalam horizon adalah Tanda maka dia hadir tidak mewakili
budaya. dirinya sendiri tetapi mewakili sesuatu yang
lain. Yang menentukan suatu tanda mewakili
sesuatu yang lain itu adalah Manusia. Kegiatan TEORI-TEORI ROLAND BARTHES
menempelkan sesuatu pada sesuatu yang lain
itulah yang disebut Memaknai.  DENOTASI
Tingkat pertandaan yang
Contoh: menjelaskan hubungan
Rumah Ibadah dimaknai sebagai sesuatu yang penanda dan petanda pada
Sakral sehingga siapapun yang datang akan realitas, menghasilkan makna
menggunakan pakaian yang pantas atau bahkan eksplisit, langsung dan pasti.
harus melepaskan alas kakinya untuk masuk Ruang lingkup ekspresi sama
luasnya dengan content atau
Sedangkan Mall atau Gedung Kampus atau makna yang terkandung
mungkin Kantor tidak dimaknai sesuatu yang
sakral sehingga seakan tidak ada keharusan  KONOTASI
yang khusus untuk berpakaian atau kewajiban Tingkat pertandaan yang
melepas alas kaki menjelaskan hubungan
penanda dan petanda yang di
Padahal keduanya hanyalah sebuah Bangunan
dalamnya beroperasi makna
yang sama bahkan dengan keramik material-
yang tidak eksplisit, tidak
material lain yang sama. Yang membedakan
langsung dan tidak pasti.
adalah tempelan-tempelan makna yang
Konten makna lebih luas dari
melekat pada bangunan tersebut
pada ekspresi atau penandanya

Contoh :
***
Seorang Mahasiswa memberikan makanan /
minuman kepada dosen pembimbing
Pada suatu titik tertentu proses pemberian
Secara Denotasi, seorang mahasiswa
makna ini memiliki bentuk ekstrim / bentuk
memberikan makanan / minuman kepada
ideologisnya yang dinamakan MITOS.
dosen pembimbingnya.
Dari rangkaian pemahaman inilah Roland
Secara Konotasi, upaya memberikan makanan/
Barthes menyimpulkan bahwa manusia hidup di
minuman kepada dosen pembimbingnya bisa
dalam dunia Mitologis. Hidup manusia tidak
bermakna penghormatan, mungkin formalitas,
berubah hanya berganti mitos.
mungkin juga terpaksa.

***
***
Iklan-iklan yang seringkali kita lihat di televisi
atau di media-media lainnya, Seringkali bermain
di ranah Konotasi.
Berikut adalah 2 (dua) metode yang digunakan
manusia untuk memberikan Pemaknaan kepada Dalam iklan atau berita yang bermain dalam
suatu fenomena budaya /obyek ranah konotasi biasanya memiliki
kecenderungan untuk mengarah pada MITOS.

Konotasi yang digiring, diseragamkan,


disodorkan dan diyakinkan kepada masyarakat
sebagai konotasi tunggal yang paling benar Karena geram dengan kebiasaan mengotori dan
secara terus-menerus maka hal ini bisa disebut mengurangi estetika desa maka salah satu
sebagai MITOS. kepala desa memutuskan untuk menaruh
replika Makan / kuburan di sudut tersebut.
CONTOH :
Alhasil tidak ada lagi orang yang berani
Proses-proses menuju MITOS membuang sampah di sudut tersebut

Kita dipaksa yakin bahwa ***

”Apapun makanannya minumannya Begitu juga ada cerita tentang orang yang
_________.” dinding dirumahnya sering di-kencingi oleh
orang-orang yang lewat meskipun sudah ada
”Yang lebih Mahal banyak.” palang peringatan yang bertuliskan, “Dilarang
”Buat Anak kok coba-coba” Kencing Sembarangan, Yang kencing
sembarangan hanya anjing.” Akhirnya solusi
terakhir adalah menaruh bunga Makam untuk
*** Tebar Makam di depan tempok tersebut.
MITOS - ROLAND BARTHES
***
Mitos adalah suatu bentuk pesan atau tuturan
Dari contoh-contoh diatas maka dapat
yang diyakini kebenarannya tetapi tidak dapat
disimpulkan bahwa Mitos juga merupakan
dibuktikan.
suatu jenis tuturan atau suatu sistem komikasi,
Mitos bukan merupakan sebuah konsep atau yakni ada pesan yang ingin disampaikan.
ide, tetapi merupakan suatu cara pemberian
Dan defisini pesan tidak melekat pada objeknya
makna
tetapi diberikan oleh penuturnya yaitu orang
Mitos tidak terdefinisikan oleh objeknya yang menggunakan Mitos. Bagi yang tidak
melaikan makna yang melekat kepadanya paham mungkin tidak akan paham atau bahkan
mengabaikan pesan yang dimaksudkan
Contoh :
Contoh :
Mitos tentang Nyai Roro Kidul
Ketika kita berwisata ke desa Pelosok dan kita
Bagi orang modern, sangat susah untuk
membawa iphone keluaran terbaru dengan
menerima atau mempercayai Mitos tentang
fitur yang paling canggih. Maka kemungkinan
Nyai Roro Kidul. Tetapi pemaknaan itu tidak
besar orang-orang di desa tersebut tidak akan
sama-mata dibuang atau ditinggalkan karena
menghargai Iphone yang kita bawa karena
Mitos tentang Nyai Roro Kidul masih bisa
kemungkinan besar mereka tidak paham bahwa
digunakan untuk konservasi lingkungan atau
Iphone itu hanya digunakan oleh orang-orang
bisa dijadikan Aset Pariwisata sebagai salah satu
yang Elit luar biasa. Mungkin mereka akan lebih
bentuk daya tarik.
kagum ketika kita membawa Laptop atau
*** Televisi besar yang banyak berisi gambar-
gambar/film yang menarik bagi mereka
Contoh lain, ada di berita bahwa ada suatu
meskipun Laptop/TV yang kita bawa sudah
sudut disebuah desa yang begitu banyak orang
ketinggalan jaman. Mereka belum bisa
buang sampah sembarangan sehingga banyak
sampah yang menumpuk di sudut tersebut.
memahami Mitos Elit yang melekat pada tanda atau Expression menuju
iphone yang kita bawa. sebuah mit
 Dari konotasi Sebuah Tanda /
Dari contoh diatas. Tidak penting bentuk
Expression maka akan muncul
mitosnya apa tetapi pesan apa yang ingin
satu dari sekian banyak
dibawa oleh penutur mitos.
konotasi yang lahir menjadi
mitos karena dianggap paling
baik, paling benar dan paling
*** valid.
Expression Relation Content
 Proses Makna Konotatif yang
Bendera Merah Putih Primer Lambang Negara RI (Denotasi) beranjak menjadi mitos,
biasanya dilakukan dengan
Sekunder Nasionalisme (Konotasi)
Bendera Merah Putih upaya penyeragaman, politisasi,
Sekunder Berani dan Suci ( Konotasi atau ideologisasi sehingga
dapat mengeliminasi makna
konotatif yang lain.

SIGN DENOTASI KONOTASI


***

ANALISIS MITOS ROLAND BARTHES


MITOS
Pada suatu hari Roland Barthes pergi ke
Barbershop untuk mencukur rambutnya. Ketika
Contoh analisis membaca tanda dengan sedang duduk bersantai sambil menunggu
menggunakan metode Denotasi dan Konotasi antrian, ia melihat sebuah majalah ”Paris
Roland Barthes pada fenomena Bendera Merah Match” yang memuat gambar seorang anak
Putih kulit hitam dengan berseragam tentara Perancis
dengan sikap hormat dan wajah terangkat
keatas memandang jauh ke depan. Gambar ini
 Secara Denotatif Bendera
dalam perspektif semiotik Roland Barthes
merah putih merupakan
sangat menarik perhatiannya, dan dikemudian
Lambang Negara Republik
hari gambar ini menjadi sangat terkenal karena
Indonesia yang memiliki sifat
menjadi representasi yang pas untuk
primer dimana maknanya
pemikirannya.
langsung, eksplisit dan pasti

 Tetapi Bendera Merah Putih


***
Juga memiliki banyak sekali
makna konotatif tergantung
latar belakang pembaca yang
sifatnya sekunder.
 Anak panah dibawah
menunjukan proses sebuah
Pembacaan :

Dari gambar yang ada diatas dari penanda dan


Petanda yang ada kita akan melihat seorang
Pemuda berkulit hitam yang sedang hormat
dengan Mata terangkat menatap bendera.

Makna denotatif dari gambar tersebut sangat


sederhana yaitu Hormat sebagai bentuk
patriotisme dan kepatuhan sebagai warga
negara Perancis apakah itu warga negara
jajahan ataupun warga negara asli itu Hormat
kepada Negara.

Pembacaan Pertama dapat rangkum dalam

 Semiologi I :
”Pemuda berkulit Hitam dengan atribut
seragam Perancis yang tengah memberikan
hormat pada bendera Perancis, karena Perancis
adalah sebuah negara besar, bahwa semua
yang berada pada naungannya adalah anak-
anak ibu pertiwi, tanpa diskriminasi dan warna
kulit.”

Tetapi bagi Roland Barthes jika kita jeli


Signifier Signified
melihatnya, maka Pemuda berkulit hitam itu
Pemuda Kulit Hitam Kolonialisme
memiliki hubungan erat dengan Kolonialisme. Berseragam Militerisme
Negeri Koloni Perancis pada masa itu adalah Hormat
Aljazair. Mayoritas penduduk di negeri Jajahan Mata Terangkat
pada masa itu adalah orang berkulit hitam, Menatap Bendera
sehingga gambar pemuda berkulit hitam di
 Primary Signification
majalah tersebut bukanlah penduduk asli
Perancis tetapi Penduduk negeri jajahan Sign (Full) - denotation
Perancis. Maka dari fakta diatas maka ([Tentara Kulit Hitam Hormat
dimungkinkan ada pertanyaan-pertanyaan yang Kepada Bendera Perancis])
dapat digunakan untuk membedah makna asli
Patriotisme / Kepatuhan
dari mitos yang ingin dibentuk
kepada Negara Perancis
 Semiologi II
Mengapa harus anak berkulit hitam yang  Secondary Signification
digunakan dalam gambar tersebut?
Mengapa tidak warga asli untuk sebagai
simbol penghormatan? Mengapa sorot
mata agak mendongak ke atas?
Sign (Empty)/ + Form = Sign II penting adalah Citra, Makna atau Keyakinan
-- connotation yang kita bangun dan pegang bersama-
sama.
Perancis sebagai Negara Besar
Dicintai oleh semua "Anak- ***
anaknya." Dari Pembacaan diatas mungkin kita bisa
Fakta penunjang : berkaca pada diri kita sendiri sebagai
Bangsa Indonesia. Mungkinkah ada mitos
Roland Barthes mengaitkan penunjang . besar yang kita bangun dengan citra dan
Seperti misalnya situasi politik pada masa makna tertentu tetapi justru fakta berkata
itu, dimana Perancis tengah menjajah sebaliknya?
Aljazair (Mayoritas Warganya kulit hitam)
dan Perlawanan Aljazair telah berujung ***
pada kemenangan bagi negeri Jajahan. Ambil contoh bahwa Indonesia adalah
Dari fakta-fakta diatas maka pada Negara yang Ramah. Jangan-jangan ini juga
kenyataanya kekalahan Perancis di negeri merupakan Mitos.
jajahan sungguh menjatuhkan harga diri Faktanya banyak sekali pertentangan dan
Perancis sebagai negeri Jajahan yang perseturuan di Indonesia, mulai dari kelas
mengagungkan kejayaannya. elit hingga warga sipilnya. banyak sekali
Bentuk pelipur frustasi dari kekalahan itu kekerasan yang terjadi antar warga, banyak
adalah dengan menampilkan gambar juga persekusi yang terjadi, banyak juga
semacam itu sebagai bentuk penghiburan ketidakadilan dan susah sekali saling
dari rasa frustasi untuk menunjukan bahwa menghargai.
imperium Perancis masih agung dan masih Untuk mengatasi ini kadang kala kita
dihormati oleh negeri Jajahan bahkan anak- membangun citra bahwa indonesia adalah
anak jajahan masih kagum dan masih negara yang ramah entah dengan cara apa.
hormat kepada Perancis maka dia Hormat Salah satunya mungkin dengan perlakuan
dan mendongak dalam gambar tersebut. kita kepada turis-turis asing yang datang ke
Indonesia untuk tinggal / mungkin berlibur.
Kita mungkin akan tersenyum ramah
*** kepadanya, menjabat tangannya atau
Kesimpulan : menerimanya selayaknya tamu penting.

Ada nuansa ideologi dibalik gambar itu. Ada Kita membangun citra bahwa di Indonesia
mitos imperialisme perancis, Bahwa aman dan tenang. Padahal mungkin
Perancis masih besar dan masih agung, kenyataannya tidak seaman dan senyaman
itu. Kita membangun citra keramahan untuk
Padalah kenyataan Perancis Kalah Perang. mempertahankan Mitos bahwa Indonesia
Itulah yang disebut MITOS, tidak penting adalah negara yang ramah
kenyataannya / faktanya apa, yang lebih Mungkinkah?
terpaku kepada citra yang dibangun
oleh kaum borjuis / Kaum Elit.
***
Contoh :
Orang Elit mencitrakan bahwa orang
ANALISIS MITOS PADA BORJUASI
Kaya itu harus memiliki Mobil. Lalu
PERANCIS agar terlihat kaya Seseorang yang
 Orang-orang borjuis / kaum elit yang secara ekonomi berada pada
inilah yang menurut Roland Barthes kelas menengah kebawah berusaha
banyak melahirkan Mitos banting tulang untuk membeli mobil
agar terlihat kaya, meskipun ia akan
 Untuk mengulang pemahaman. menderita secara finansial tetapi ia
Mitos adalah Tanda yang dianggap tetap berusaha memiliki mobil
Kosong (Empty) lalu diberikan karena Orang kaya harus memiliki
Konotasi Mobil bukan karena ia memerlukan
mobil itu sendiri.
 Orang Borjuis / kaum Elit banyak
sekali memproduksi / Produsen  Pada contoh diatas, Orang kecil
mitos karena mereka berkuasa menderita secara finansial karena
mengkonsumsi mitos-mitos yang
 Sementara Orang-orang kecil / diciptakan oleh kaum Elit.
Masyarakat Miskin adalah
Konsumen dari Mitos dalam kasus  Padahal Mitos seperti yang sudah
apapun. Orang kecil selalu menjadi kita pahami sifatnya konotatif, Ia
Korban Mitos sedangkan Kaum sebenernya merupakan tanda
Borjuis adalah Produsen Mitos. Kosong yang mereka isi. Sebagai
 Orang Borjuis sering memproduksi orang Kecil kita tidak boleh mengisi
Citra bagaimana seharusnya Orang tanda-tanda kosong itu, kita dipaksa
Kaya Bergaya. Bagaimana untuk mengikuti Tanda yang mereka
seharusnya Orang Soleh bersikap isi dan menjadi tidak kritis.
dan bagaimana seharusnya Orang
Baik Berlaku dengan segala atribut  Pada dunia dewasa ini, mayoritas
yang dimilikinya. aktor-aktor yang memproduksi
mitos adalah media yang melayani
 Sementara orang-orang kecil, kepentingan kelompok Elit.
terpaksa atau mungkin dipaksa
untuk berkiblat kearah itu sehingga ***
referensinya untuk menjadi Kaya,
menjadi Soleh dan menjadi Baik
ANALISIS TERHADAP MITOS ”PERANCIS Kalau urusan pasta gigi saya hanya mau
NEGARA ANGGUR.” pakai Pepsodent karena pepsodent
melindungi 24 jam
 Anggur dalam kebudayaan perancis
merupakan simbol status sosial yang Faktanya entah sabun ataupun Pasta Gigi,
tinggi. Pesan yang ditampilkan oleh semua merk menggunakan bahan yang
Anggur Perancis adalah suatu sama, tetapi kita termakan oleh mitos-mitos
“Kualitas yang Baik” yang dibangun oleh merk-merk tersebut
melalui iklan dan pemberitaan
 Tetapi hal ini menjadi pertanyaan Begitu juga dengan Mode Pakaian, Make Up
bagi Roland Barthes. Bukankah yang Handphone, Laptop dll
memiliki kebun Anggur adalah
negeri-negeri jajahan Perancis di Jika orang menjadi fanatik terhadap merk,
Afrika Utara? maka tidak penting contentnya apa yang
penting merk tersebut.
 Anggur dalam hal ini menurut
Roland Barthes merupakan suatu
barang komoditas seperti barang ***
lainnya yang diproduksi oleh rezim ANALISIS MITOS PADA MODE PAKAIAN
Kapitalisme Perancis di negeri
Jajahan, Komoditas ini diekspor dr
Negeri jajahan dan diolah menjadi
Wine di Negeri Perancis.

 Lalu Perancis mengklaim dirinya


sebagai negeri penghasil Anggur
padahal produsen utamanya adalah
negeri-negeri Jajahan

 Mitos Bahwa Perancis sebagai


negeri Penghasil Anggur ini
menafikan eksistensi orang-orang
afrika Utara yang memproduksi
Anggur.

***
Contoh :
Kalau sabun saya harus menggunakan LUX
karena LUX adalah sabun yang dipakai oleh
artis-artis dan bintang Film terkenal
 Dalam dunia mode pada awalnya tubuh, tetapi banyak mitos-mitos
merupakan proyek kaum aristokrat yang bermain di dalamnya.
sebagai wujud prestise. ***
Contoh :
 Seperti contoh pertama, secara
denotatif merupakan baju atasan Sepatu secara denotatif merupakan sesuatu
dan rok sebagai bawahan. Dari yang digunakan untuk melindungi kaki.
penampakannya manusia akan Tetapi ketika kita membeli sepatu yang
menempelkan mitos-mitos terhadap bermerk dan dianggap merepresentasikan
petanda Atasan dan bawahan itu status sosial kita maka ketika hujan atau
dengan makna ”Anggun”, ”Casual” melewati medan yang berat kita lebih
dan ”Elegant”. memilih untuk menyimpannya di tempat
yang aman agar tidak kotor atau lecet dari
 Dari konotasi yang ditempelkan itu pada kaki kita sendiri yang lecet.
maka sebagai konsumen mitos maka
Inilah yang disebut Mitos-mitos manusia
seseorang akan memakai baju
modern bagi Roland Barthes
tersebut agar terlihat Anggun,
Casual dan Elegant tanpa ***
memperhatikan postur tubuhnya
“Mitos Adalah Naturalisasi Konsep.”
sendiri.
Roland Barthes
 Begitu juga dengan contoh pada
 Menurut Roland Barthes tuturan
bagian kedua dimana Punk Dress
mitologis bukan saja berbentuk
ditempelkan makna konotatif
tuturan oral tetapi tuturan itu dapat
Pengangguran, Urakan, Pencari
berbentuk tulisan, fotografi, film,
Perhatian dan Menakutkan.
laporan ilmiah, olahraga,
pertunjukan, iklan dan lukisan
 Manusia yang mengikuti trend akan
mengejar apa yang tengah menjadi
 Naturalisasi konsep adalah sesuatu
simbol status kelas tertentu. Yang
yang tidak alami diposisikan sebagai
tidak mengikuti arus Trend akan
alami.
dikatan sebagai tidak Fashionable
Contoh :
atau tidak modis. Sehingga kadang
kala ketika orang memilih baju,
bukan keinginan diri tetapi karena
tuntutan mitos-mitos yang diyakini
kebenarannya.

 Pada titik ini Baju telah luput dari


fungsi utamanya sebagai penutup
Baju tidur pada dasarnya merupakan baju menjadi ideologi. Inilah yang dinamakan
biasa dengan model tertentu. Baju Mitos
semacam itu secara natural boleh
digunakan untuk apa saja. Tetapi baju ANALISIS ROLAND BARTHES TERHADAP KASUS
LAIN YANG DAPAT DICARI :
semacam itu dirumuskan / dikonsepkan
bahwa baju model itu adalah baju untuk 1. Switzerland : Posters vs Minarets
tidur dan itu adalah kebenarannya. Ini 2. Fernomena WWF / SMACKDOWN
adalah bentuk Naturalisasi. MITOS DAN IDEOLOGI
Contoh lain adalah Baju Koko, Sarung, Peci  Mitos memiliki sifat seperti ideologi
yang dianggap baju / atribut umat Muslim. karena dianggap pasti benar dan
diposisikan untuk menjadi pedoman
bertindak karena dianggap pasti benar

 Dianggap bukan kreasi manusia tetapi


*** hakikat dari sesuatu yang sebenarnya
sehingga memiliki sifat ideologis

”Kita hidup bukan diantara benda-benda  Biasanya Tanda / Obyek yang dianggap
melainkan dari opini-opini yang diyakini benar akan dipertahankan oleh kaum
kebenarannya.” elit / kaum penguasa.
Roland Barthes
Contoh :

Pemerintahan Orde Baru mempertahankan


*** mati-matian sebuah mitos tentang kejamnya
komunisme sehingga orang Indonesia gagap
 Opini itu memiliki level yang lebih
atau kikuk ketika membaca sebuah sistem yang
rendah dari pada pemikiran
bernama sosialisme. Pada konteks masyarakat
Indonesia, konotasi apapun tentang komunisme
 Meskipun bisa jadi opini merupakan tidak terbuka. Konotasi tunggal yang bertahan
hasil dari pemikiran adalah bahwa Komunisme itu Jahat dan Sadis.

 Opini merupakan pendapat. Orang dari Namun ketika seandainya pada suatu hari
kelas apapun, dari strata pendidikan Indonesia dipimpin oleh Pemimpin yang
apapun bisa memproduksi opini memiliki latar belakang sosialisme,
kemungkinan besar Mitos ini bisa diganti.
 Menurut Roland Barthes kita hidup
diantara opini-opini ini yang berasal dari
berbagai macam sumber dan latar ***
belakang

 Nanti pada gilirannya ada opini-opini MENDETEKSI MITOS


yang akan naik kelas dan berubah
1. TAUTOLOGI  Contoh : dalam Pertentangan antara
 Menurut Roland Barthes Mitos Lahir Kaum liberal dan Kaum konservatif akan
yang pertama dalam bentuk Tautologi ada orang-orang yang ingin dianggap
bijaksana dan memilih tidak memihak
 Tautologi biasanya berupa kalimat- dan menyebut dirinya kaum Moderat .
kalimat yang tidak dapat dipertanyakan Faktanya yang tadinya hanya ada 2
 Tautologi merupakan suatu kubu yang berseteru sekarang ada 3
pendefinisian dari suatu pernyataan kubu karena kaum moderat memiliki
yang tidak dapat diperdebatkan lagi mitos-mitos terhadap kebenaran yang
misalnya : ”karena dari sananya sudah mereka anggap benar
begitu” isi dari pernyataan tersebut
telah direduksi menjadi penampilan 3. KUANTIFIKASI KUALITAS
 Sesuatu yang seharusnya kualitatif
 Contoh : ”Midnight’s Summer Dream tetapi disampaikan secara kuantitatif
adalah karya Shakespeare.” Kalimat ini
tidak mengatakan apa-apa tentang  Kualitas direduksi ke kuantitas, semua
buku tersebut tetapi mengandung tingak laku manusia realitas sosial dan
implikasi lain seperti ”Pasti Bagus” politik direduksi kepada pertukaran nilai
karena karya tersebut ditulis oleh kuantitas
seorang penyair besar bernama Contoh :
Shakespeare
Kesuksesan dihitung dari banyaknya uang
 Contoh : Sebuah iklan produk Keberhasilan dihitung dari banyaknya gaji
menggunakan Tokoh terkenal sebagai
Masyarakat Indonesia akan sejahtera jika GDP
bintang iklan dan berkata “Saya pakai
mencapai angka tertentu
Produk ini.” Pada kasus ini Tokoh tidak
mendeskripsikan apa-apa soal kualitas Iklan
produk tersebut tapi justru menunjuk
dirinya sendiri. “Dengan minum teh ini, kebersamaan kita akan
semakin dekat.”
 Kalimat Tautologis tidak menjelaskan 4. IDENTIFIKASI
manfaat atau detail terhadap objek  Perbedaan dan keunikan direduksi
tertentu tetapi berfokus ada sesuatu menjadi satu identitas fundamental.
yang lain. Pada akhirnya ini adalah  Ciri pada suatu identitas biasanya
proses menuju mitos beragam tetapi direduksi pada satu
perilaku budaya entah itu memakai
2. NEITHER-NORISM produk tertentu atau mengadopsi
 Neither-Norism ( Bukan ini bukan itu) pendekatan tertentu.
Contoh :
 Menolak pembedaan radikal antara dua
ekstrem ”Lelaki Sejati adalah ........”
 Menganut Opini dalam posisi di tengah ”Orang Pintar Minum .........”
tidak memilih dan memihak
5. PRIVATISASI SEJARAH
 Membuang arti sejarah yang masyarakat sehingga memiliki kapasitas
sebenarnya untuk mempengaruhi masyarakat
 Mengabaikan historisitas seperti Tokoh-tokoh terkenal,
fenomena/fakta tentang sesuatu korporasi, Pemerintah, Kaum Elit dalam
bidang-bidang apapun.
6. STATEMENT OF FACT
 Common Sense; Truism; segala sesuatu  Pembaca / Konsumen
tidak lebih dari penampakannya Sebagai Pembaca / Konsumen, fokus
Contohnya : pada penanda yang penuh. Tidak
mampu melepaskan diri dari mitos,
“Biasanya begitu …….. “
terpesona oleh mitos dan menyerap
“Tidak perlu dibuktikan lagi, sudah teruji…..” pesan-pesannya secara suka rela.

Biasanya terdapat pada iklan-iklan yang Konsumen Mitos hanya berhenti pada
menggunakan pendekatan testimoni bahasa linguistik sehingga ia menerima
7. INOCULATION fakta yang disodorkan sebagai fakta
 Menerima sedikit ”Kejelekan” dalam mutlak tanpa melihat mitos sebagai
satu institusi sehingga menyingkirkan sistem Semiologis / Sistem Tanda
kesadaran tentang adanya masalah mencakup dengan pesan dan motifnya
yang lebih mendasar.
Contoh : Contoh :
Konsumen selalu menjadi korban mitos,
Mengakui adanya beberapa polisi jahat sebagai koran isu, korban mode dan korban
oknum sehingga adanya kelemahan yang lebih berita / hoax
sistemik dalam satu lembaga kepolisian
terabaikan untuk mempertahankan mitos Konsumen selalu berhadapan dengan
Kebaikan lembaga Kepolisian. Sehingga tidak penanda yang sudah penuh (Full).
adanya introspeksi diri atau otokritik. Konsumen tidak dapat memposisikan
tanda sebagai kosong (Empty) artinya
***
Konsumen selalu melihat tanda beserta
maknanya. Secara umum biasanya
masyarakat menengah kebawah.
3 (TIGA) POSISI BERHADAPAN DENGAN
MITOS  Konsumen Kritis
Sebagai pribadi yang kritis, fokus pada
 Produsen
penanda mitis. Dapat membedakan
Sebagai produsen maka fokus yang
secara jelas antara makna dan
diutamakan adalah pada penanda
penampakannya serta menganalisis
penanda kosong dan membiarkan
distorsi yang terjadi di dalamnya.
konsep memenuhi tanda dan
Kemudian dapat menemukan adanya
membangun mitos sesuai kepentingan
signifikansi / pengaruh dari Mitos
tersebut dalam masyarakat.
Contoh :
Produsen biasanya adalah pihak-pihak
yang memiliki pengaruh besar di
Konsumen Kritis adalah pembaca yang sehingga orang tetap dengan niat
bisa membedakan anatar makna dan penuh melakukan Demo / Aksi Massa.
bentuknya, Petanda dan penandanya.
 Tetapi menurut Catatan Roland Barthes
Contoh : ada yang perlu diwaspadai juga dari
Hujan merupakan tanda yang kosong. seorang Konsumen Kritis, karena ketika
Semua manusia memiliki hak dan dia mengerti makna yang sesungguhnya
kapasitas yang sama untuk mengisi maka ia bisa naik kelas dan pada
makna sesuai keinginannya. akhirnya memproduksi Mitos juga
karena sesuatu yang ia sendiri anggap
Sebagai Produsen kita akan memiliki benar.
keberanian untuk mengisi makna hujan
bahwa Hujan adalah berkat
***
Tetapi jika kita berkata bahwa Hujan
adalah Berkat menurut petinggi agama
saya, atau menurut tokoh terkenal
tertentu maka kita menjadi konsumen
Mitos. Kita hanya ikut pendapat PERAN ORANG PANDAI (SCHOLAR)
seseorang, kita mengikuti Tanda yang
 Mitos bukan semata-mata sesuatu yang
sudah di isi oleh orang lain.
bohong, namun merupakan suatu
Sebagai Konsumen Kritis maka kita akan
Pembelokan/Pengubahan/Distorsi
bisa menganalisis dan membedah
dalam bentuk Naturalisasi dan
ketika jargon Hujan adalah berkat
Pendangkalan terhadap obyek, Konsep
hanya digunakan untuk kepentingan
dan Sejarah.
tertentu
 Orang Pandai (Scholar) Harus mampu
membedakan antara Petanda dan
Salah satu contohnya adalah pada Aksi
Penanda (signifier + signifies) anatar
Massa / Demo besar. Ketika hari
representasi dan konsep.
pertama demo, tidak turun hujan maka
jargon yang muncul adalah ”Alam
menyayangi kita karena diberi udara Tugas yang dianjurkan Roland Barthes :
yang baik untuk menyampaikan
1. Fokus pada mekanisme produksi /
Aspirasi”. Ketika hari kedua Demo,
Lahirnya Mitos. Roland Barthes
turun hujan deras maka jargon yang
menyarankan para Scholar untuk
muncul ”Alam begitu menyayangi kita
mempertanyakan mengapa ada /
sehingga diberi berkat dan kesegaran
muncul mitos tertentu dalam
melalui Hujan.”
masyarakat tertentu?
Pada contoh diatas Hujan dan Tidak
lalu memperhatikan proses lahirnya
Hujan memiliki definisi yang sama
mitos-mitos tersebut di masyarakat.
bahwa Alam menyanyai kita. Sehingga
Contoh:
tanda menjadi tidak penting, yang lebih
penting adalah makna yang dimuat
Mengapa muncul stigma buruk terhadap orang ”The Birth
Yahudi di Indonesia?
of the Reader
Mengapa muncul stigma tentang terorisme
must be at the cost
pada dunia Islam?
of the Death of the
Untuk membedah dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan itu maka cara-cara yang dilakukan Author.”
Roland Barthes adalah
+ Roland Barthes
2. Menghubungkan Mitos dengan
latar/setting sejarahnya (historisitasnya)  Mengapa harus ada pemisahan antara
Contoh: Mitos, Penanda dan penanda?

Kapan Mitos itu Lahir?  Karena ketika teks itu lahir, saat itu juga
pengarangnya ”Mati”
Dalam Situasi apa Mitos itu Lahir?
 Pembacaan itu sifatnya Independen
Siapa yang melahirkan Mitos itu?
 Ketika kita membaca buku maka yang
Dan Untuk kepentingan apa Mitos itu
berbicara bukan pengarangnya tetapi
dilahirkan?
bahasa teksnya
 Analogi yang digunakan Roland Barthes
3. Menunjukkan hubungan antara mitos
dengan kepentingan sosial-budaya- Pengarang (Author) adalah orang tua
politik yang bermain dibaliknya bagi teks. Orangtua akan melahirkan
anak-anaknya. Tetapi ketika anak itu
4. Membuktikan bahwa Mitos itu ternyata lahir maka Anak-anak itu sudah menjadi
memang menyembunyikan ideologi entitas yang sama sekali lain dan
tertentu terpisah dari orangtuanya. Anak-anak
ketika dia lahir, dia akan memiliki
dunianya sendiri
 Saran ini dibuat oleh Roland Barthes
karena kegelisahannya ketika melihat  Sama seperti ketika sebuah buku ditulis,
kenyataan bahwa Ilmuwan dan para terbit dan dibaca oleh orang, maka Sang
Cendekiawan pada dunia dewasa ini Pengarang tidak memiliki kapasitas /
juga menjadi konsumen Mitos. Ia kemampuan lagi untuk menyetir agar
menjadi pendukung Status Quo dari orang bisa memahami buku itu seperti
ideologisasi mitos. yang dipahami oleh Sang Pengarang
sehingga secara simbolik pengarang
dianggap ”Mati”
***
 Oleh karena itu tafsir dan pemaknaan
menjadi hak sepenuhnya bagi pembaca.
DEATH OF THE AUTHOR
 Itulah yang membuat adanya
(MATINYA SEORANG PENGARANG)
fenomena bahwa satu buah buku bisa
melahirkan banyak jenis pemahaman. Kode ini merujuk adanya misteri dari
Contoh : Kitab Suci teks, Ada petunjuk, namun tidak ada
jawaban pasti. Adanya Enigma (teka-
 Ketika membaca teks maka kita tidak teki) dalam teks sehingga pembaca
sedang membaca Pikiran Pengarangnya memiliki ruang improvisasi makna yang
tetapi kita sendirilah yang lebih luas.
membunyikan teks dan memahaminya
sesuai versi kita. 2. Kode Proairetic / Kode Narasi
Kode Narasi ini merujuk adanya urutan-
 Bagi Roland Barthes Makna itu sifatnya urutan tindakan (sekuensial element of
multiple ”Multiplicity of Meaning.” action) dalam teks. Yang membuat
“ In the Multiplicity of Writing / Meading, pembaca penasaran terhadap apa yang
everyting is to be disentangled, nothing akan terjadi selanjutnya. Kode ini bisa
deciphered.” berwujud eksplisit maupun eksplisit.

Roland Barthes
3. Kode Semantik
 Yang artinya dalam segala sesuatu yang Kode ini merujuk kepada kemungkinan
berhubungan dengan teks / pembacaan makna teks di luar yang literar /
maka segala sesuatu itu bukan penampakannya. Dalam kode ini
Diartikan tetapi Diuraikan. tampak sifat konotatif dari teks.

 Dalam setiap pembacaan selalu ada Contoh


upaya untuk menafsikan bukan sekedar Gambar Meja hubungannya dengan
memahami / mengartikan sehingga Kursi
hasil dari itu adalah Tafsir setiap
pembaca Atau Meja hubungannya dengan
kegiatan belajar.
 Sebaik dan sebagus apapun tulisan itu
maka menjadi hak sepenuhnya bagi 4. Kode Simbolik
pembaca untuk memahaminya sesuai Kode ini mirip kode semantik, namun
kapasitasnya masing-masing beroperasi lebih luas. Kode ini memiliki
karakter simbolisme dengan teks lain.
KODE-KODE DALAM TEKS DALAM Kode ini merujuk pada bagian-bagian
teks yang memuat makna tambahan di
PROSES PEMBACAAN
luar yang tampak dari teks.
 Ketika kita sendang membaca sebuah
fenomena maka coba temukanlah Contoh :
makna-makna yang terkandung dari Kursi ditarik maknanya menjadi Pemilu
tanda-tanda yang ada melalui kode- atau Jabatan Politik
kode yang disarankan oleh Roland
Barthes Tikus ditarik maknanya untuk
merepresentasikan korupto
1. Kode Hermeneutik
Untuk kode simbolik perlu perhatian Ketika Arjuna akan terjun ke dalam perang
khusus kepada konteksnya tidak bisa di Kurusetra, Sri Krisna sempat memberikan
hanya aspek kebahasannya saja. pesan kepada Arjuna karena Keraguannya
untuk ambil bagian dalam perang.
Kuda dalam konteks Zoologi akan
dimaknai sebagai binatang tetapi dalam Arjuna mengalami keraguan karena ia sadar
dunia otomitif akan dimaknai sebagai bahwa pada dasarnya ia akan perang
kekuatan mesin melawan saudaranya sendiri. Oleh karena
itu Sri Krishna berpesan
5. Kode Kultural
Kode ini merujuk pada hal-hal diluar ”Arjuna, jalankan dharma-mu, jangan
teks dalam budaya pengetahuan, memikirkan Hasilnya.”
moralitas dan ideologi yang lebih luas
”Jangan jadikan pamrih-pamrih sebagai
motif-mu dan jangan juga kamu diam saja.”
***
”Ingat Arjuna, jangan biarkan dirimu
dikuasai kemarahan karena kemarahan
“The Bastard form of Mass Culture is akan membuatmu hilang kewaspadaan.
Hilangnya kewaspadaan akan
humiliated repetition…… Always new
menghilangkan budi. Dan hancurnya budi
books, new programs, new films, new adalah sumber kemusnahan.”
items. But always the same
Mengapa jangan memikirkan hasil?
meaning.”
Karena jikalau kita men-target-kan hasil,
+ Roland Barthes
mungkin akan timbul banyak kekecewaan-
kekecewaan, banyak stress-stress, dan
banyak galau-galau. Sehingga jalankan
“What the Public wants is The Image segala sesuatu semata-mata karena
of Passion, Not Passion Itself.” dharmamu/niat baikmu.
+ Roland Barthes Mengapa jangan menjadikan pamrih-
Tragisnya manusia hari ini menurut Roland pamrih sebagai motifmu?
Barthes lebih menginginkan citra bahwa kita
Karena ketika kita melakukan dharma
menyayangi dari pada Kasih Sayang itu sendiri.
karena ingin dipuji, ketika ingin dihargai,
Manusia lebih suka terhadap sesuatu yang
ingin di anggap pahlawan maka akan kontra
kelihatannya demikian dan kenyataan dan
faktanya seperti apa tidak menjadi perhatian. produktif dengan perjuangan kita. Karena
dengan pamrih-pamrih, kita dapat
mengalihkan spirit atau semangat
perjuangan kita kepada sesuatu yang sama
***
sekali lain dengan tujuan awalnya.
Pesan Sri Krisna Kepada Arjuna
Tetapi juga jangan diam saja, jika ada
sesuatu yang dirasa tidak pantas, tidak
benar dan lalai, maka harus disuarakan dan
diperjuangkan.
Dan yang terpenting jangan
dipernuhi/dikuasai kemarahan. Marah itu
bahaya. Ketika ada orang yang sedang
marah, ada baiknya lepaskan semua apa
yang sedang kamu lakukan, jangan berbuat
apa-apa. Karena jika orang yang sedang
dikuasai oleh kemarahan berubuat sesuatu,
maka biasanya akan timbul penyesalan-
penyesalan dari apa yang ia perbuat.

***

Anda mungkin juga menyukai