Anda di halaman 1dari 27

SISTEM FILSAFAT DAN KONTRIBUSINYA DALAM

PENDIDIKAN
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :
Dr.Arbaiyah YS, MA
NIP : 196405031991032002

Disusun Oleh :
1. Sena Nanda Nur Rochim ( 06040522097 )
2. Sita Lailatun Ni’ma ( 06040522098 )
3. Sita Rahmasari ( 06040522099 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Sistem Filsafat Dan Kontribusinya
Dalam Pendidikan”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada Ibu Dr. Arbaiyah YS, MA selaku dosen pengampu mata
kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang telah memberikan tugas kepada kami.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut serta
dalam membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari kata sempurna, oleh karena itu makalah ini merupakan
langkah yang baik dari pembelajaran sesungguhnya. Karena keterbatasan
waktu dan kesempatan kami, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Surabaya, 10 September
2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II SISTEMATIKA FILSAFAT .........................................................4
A. Ontologi .............................................................................................4
B. Metafisika ..........................................................................................5
C. Epistemologi ......................................................................................10
D. Aksiologi ...........................................................................................11
E. Logika ................................................................................................13
BAB III KONTRIBUSI SISTEM FILSAFAT PADA PENDIDIKAN.... 15
A. Kontribusi Ontologi ...........................................................................15
B. Kontribusi Metafisika ........................................................................16
C. Kontribusi Epistemologi ....................................................................17
D. Kontribusi Aksiologi .........................................................................19
E. Kontribusi Logika ..............................................................................20
BAB IV PENUTUP .....................................................................................21
A. Kesimpulan ........................................................................................21
B. Saran ..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, sistem filsafat merupakan ajaran-ajaran
tentang realitas yang saling berkaitan. Dengan demikian, sistem filsafat
merupakan suatu kesatuan yang bersifat organis dan menyeluruh yang
bertujuan untuk mencapai suatu tujuan. Sistem filsafat memiliki kaitan
dengan pendidikan, yang mana pendidikan merupakan sebuah hal yang
akan selalu menarik untuk dikaji, selama masih ada kehidupan manusia
di planet bumi ini. Semua negara di dunia tertarik dengan pendidikan,
karena melalui pendidikan masyarakat dapat mengembangkan
kebudayaannya dan mewariskannya kepada generasi mendatang. Inilah
sebabnya mengapa pendidikan sering dianggap sebagai aset
kebudayaan. Karena berkat pendidikan, masyarakat dapat menentukan
sikap, perilaku, serta tindakan yang perlu diambilnya di masa depan.
Perubahan-perubahan yang dialami dalam proses pendidikan selalu
teratur, terukur, dan bukan karena emosi atau ketergesaan manusia.1
Ilmu filsafat merupakan dasar untuk memajukan proses kegiatan
memperoleh pengetahuan ilmiah. Ilmu pengetahuan adalah akumulasi
pengetahuan yang telah disistematisasikan dan diorganisasikan
sehingga memenuhi prinsip-prinsip prosedur, metode, teknik, dan
norma akademik yang telah ditentukan.2 Dengan demikian ilmu
pengetahuan telah teruji kebenaran ilmiahnya dan telah berkembang
nilainya karena diperoleh secara sadar, aktif, sistematis, dalam suatu
proses yang sistematik, prosesnya jelas, tidak asal-asalan, mempunyai
proses, metode dan teknik, serta telah teruji kebenarannya. keasliannya.

1
Jamali Sahrodi, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: arfino raya, 2011), hal. 47.
2
Maria Sanprayogi & Moh. Toriqul Chaer, Aksiologi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan
Keilmuan, AL MURABBI, Vol. 4, No. 1, 2017, 106-108.
Jika kita berbicara tentang filsafat ilmu, kita harus memahami
terlebih dahulu kelima aspek atau landasan pemikiran filsafat. Lima
aspek filsafat meliputi ontologi, metafisika, epistemologi, dan
aksiologi, dan logika. Jika kalian melihat lima aspek ini, kalian akan
melihat ada bagian-bagian tertentu dari ilmu pengetahuan. Dalam ilmu
pengetahuan terdapat objek, pernyataan, proposisi, dan ciri-ciri yang
keempat aspeknya diungkapkan secara efektif melalui lima landasan
pemikiran filosofis yaitu ontologi,metafisika, epistemologi, aksiologi,
dan logika.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ontologi ?
2. Apa yang dimaksud dengan Metafisika ?
3. Apa yang dimaksud dengan Epistemologi ?
4. Apa yang dimaksud dengan Aksiologi ?
5. Apa yang dimaksud dengan Logika ?
6. Apa kontribusi yang diberikan oleh Ontologi untuk pendidikan ?
7. Apa kontribusi yang diberikan oleh Metafisika untuk
pendidikan?
8. Apa kontribusi yang diberikan oleh Epistemologi untuk
pendidikan?
9. Apa kontribusi yang diberikan oleh Aksiologi untuk
pendidikan?
10. Apa kontribusi yang diberikan oleh Logika untuk pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Ontologi dalam sistem filsafat.
2. Untuk mengetahui pengertian Metafisika dalam sistem filsafat.
3. Untuk mengetahui pengertian Epistemologi dalam sistem
filsafat.
4. Untuk mengetahui pengertian Aksiologi dalam sistem filsafat.
5. Untuk mengetahui pengertian Logika dalam sistem filsafat.
6. Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan oleh Ontologi
dalam pendidikan.
7. Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan oleh Metafisika
dalam pendidikan.
8. Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan oleh Epistemologi
dalam pendidikan.
9. Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan oleh Aksiologi
dalam pendidikan.
10. Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan oleh Logika dalam
pendidikan.
BAB II

SISTEMATIKA FILSAFAT

A. Pengertian Ontologi

Secara etimologis, istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani,


yang terdiri dari dua kata yaitu ontos yang artinya ada atau keberadaan
dan logos yang memiliki arti studi atau ilmu.3 Sedangkan menurut
istilah, ontology adalah ilmu yang membahas tentang hakikat
keberadaan yang mana hal tersebut merupakan suatu bentuk reality
yang baik, bisa berbentuk jasmani ataupun rohani. Ontologi
mempelajari hakikat sesuatu yang nyata dan cara yang berbeda dimana
wujud dari kategori-kategori yang logis yang berlainan ( objek-objek
fisik, hal universal, abstraksi ). Ontologi dianggap sebagai teori
mengenai prinsip-prinsip umum dari hal yang ada, sedangkan dalam hal
pemakainnya ontology dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.

Ontologi merupakan salah satu bidang studi tertua yang berasal


dari Yunani. Awal mula pemikiran Yunani telah menunjukkan
munculnya kontemplasi dalam ranah ontologi. Studi tersebut
mempelajari tentang keberadaan sesuatu secara spesifik. Tokoh-tokoh
Yunani yang berpandangan ontologis dikenal dengan sebutan Thales,
Plato, dan Aristoteles.4 Pada mulanya, kebanyakan orang belum
mengetahui perbedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales
merupakan tokoh filsafat Yunani yang paling kuno, berdasarkan
pemikirannya hingga memperoleh kesimpulan bahwa air merupakan zat
terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih
3
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta : Gramedia, 2002), hlm.746.
4
Hanum Rosida, Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi Ilmu Sains, Taffaham : Jurnal
Pendidikan dan Riset. Hlm.89.
penting ialah pandangannya bahwasannya segala sesuatu itu berasal
dari satu substansi (segala sesuatu itu tidak bisa dianggap bisa berdiri
sendiri).

Adapun ontology secara istilah, sebagaimana disebutkan oleh


para ahli di antaranya sebagai berikut:

a. Menurut Aristoteles, ontologi merupakan rangkaian


pembahasan mengenai hal yang ada sebagai hal ada atau hal ada
sebagai demikian yang mengalami perubahan dalam,
sehubungan dengan objeknya.
b. Menurut Suriasumantri, ontologi membahas apa yang
ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau
dengan kata lain suatu pengkajian terhadap teori tentang
ada.5

Sedangkan menurut mahasiswa, ontologi dapat dipahami


sebagai ilmu yang membahas tentang hakikat dan prinsip rasional dari
apa yang telah ada. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa fungsi
ontologi adalah untuk mengetahui hakikat terdalam dari sesuatu yang
sudah ada.

B. Pengertian Metafisika

Metafisika adalah bagian dari filsafat ilmu yang mempelajari


sesuatu yang ada dibalik realitas atau “dibalik yang ada”. Salah satu
cabang metafisika yaitu filsafat yang membahas tentang persoalan
keberadaan (being) atau eksistensi (existence). Metafisika berasal dari
Bahasa Yunani meta yang berarti “sesudah, melebihi, tersembunyi” dan

5
Nurhadi Kastamin, Saeful Anwar, Nur Afif. Tinjauan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
terhadap Guru Profesional : Jurnal Dirosah Islamiyah Volume 3 Nomor 3(2021) 101-125 P-
ISSN 2656-839xE-ISSN 2716-4683DOI:10.47467/jdi.v3i3.483.
physikos yang berarti “dunia yang tampak” maksunya adalah metafisika
mengacu pada apa yang ada dibelakang atau dibalik benda fisik.6

Pada masa Yunani kuno, metafisika didefinisikan sebagai ilmu


tentang usaha yang ada dalam dirinya sendiri. Metafisika adalah bidang
dimana orang berusaha memahami bagaimana mereka berada dalam
diri mereka sendiri. Metafisika mencakup objek penelitian yang
mengatasi pengalaman indrawi secara individual. Mencari tempat
individu dalam konteks keseluruhan adalah tugas metafisika. Metafisika
mengajarkan kita untuk tidak terpaku pada masalah tertentu saja,
sebaliknya kita harus melihat semuanya dalam perspektif bahwa semua
itu ada. Pada saat ini metafisika telah berkembang menjadi bidang
filsafat yang mempelajari dan memikirkan hal-hal yang mengatasi atau
diluar diskusi tentang hal-hal fisik dan empiris. Berikut adalah
pengertian Metafisika menurut pakar :

a. Immanuel Kant (1724-1804 M)

Kant berpendapat bahwa metafisika harus menjadi


“metafisika ilmiah”, yang berarti gagasan-gagasan metafisika
harus memenuhi syarat ilmiah, sehingga dapat diverifikasi tetapi
tetap adikuat.

b. Hegel

Menurut Hegel ide, ruh atau jiwa merupakan realitas


utamanya. Dengan menggunakan poin-poin tersebut bertujuan
untuk menembus batas-batas individu atau lebih tepatnya parsial
dan untuk membuka tirai kebenaran absolut. Hegel berpendapat
bahwa kemandirian benda-benda yang terbatas hanyalah ilusi;
tidak ada yang nyata kecuali keseluruhan.

6
Edufun-literacy, Filsafat Umum Metafisika, 2020. Diakses dalam
https://intanuzulis.home.blog/2020/12/01/metafisika/
c. Karl Jasper

Karl Jasper merupakan seorang eksistensialisme yang


memiliki nalar yang berbeda dengan tokoh eksistensialisme
lainnya. Jasper berpendapat bahwa filsafat eksistensi sendirilah
meupakan metafisika. Menurutnya manusia sedari awal sudah
bisa menyadari bahwa ia berada dalam situasi yang tidak pasti,
oleh karena itu manusia harus terbuka terhadap kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi.7

Sedangkan menurut mahasiswa, metafisika merupakan


sebuah ide dan pemikiran filosofis tentang suatu kajian
pengetahuan yang benar-benar dikaji lebih dalam. Kajian
metafisika sangatlah kompleks untuk dipelajari karena
mencakup hal-hal yang tidak dapat dipahami oleh akal manusia
yang terbatas ini.

Yang membedakan metafisika dengan ilmu lainnya adalah dari


pendekatan rasionalnya sendiri. Metafisika berbeda dengan ilmu alam,
matematika, atau kedokteran dan juga berbeda dari cabang filsafat lain,
seperti filsafat alam, epistimologi, etika, dan filsafat ketuhanan.
Menurut Rene Descartes metafisika merupakan kajian yang bersistem
matematis. Maksud dari matematis disini adalah proposisi metafisika
harus menunjukkan kepastian yang jelas yang tidak perlu diragukan
lagi. Descartes percaya bahwa filsafat dan bidang lainnya didasarkan
pada penelitian dari metafisika.8

Singkatnya manusia, hewan, dan tumbuhan merupakan


makhluk-makhluk Allah SWT yang terbaik, tetapi secara metafisik

7
Nur Halimah, Metafisika Menurut Para Filosof Barat dari Descartes hingga Derrida”, 2017,
diakses dalam https://www.academia.edu/35440715/METAFISIKA_NURHALIMAH_pdf,
hal 6.
8
Nurhalimah, “Metafisika Menurut Para Filosof Barat dari Descartes hingga Derrida”, 2017,
diakses dalam https://www.academia.edu/35440715/METAFISIKA_NURHALIMAH_pdf,
hal 6.
hanya manusia satu-satunya makhluk Allah yang sempurna. Mengapa
hal ini terjadi? Karena kesempurnaan setiap makhluk dalam islam
terutama manusia tidak dilihat dari aspek fisik saja tetapi juga dari
aspek metafisik atau kejiwaan dan akal.

Selain itu, karena metafisika adalah subjek yang enigmatik, ia


memberikan kita wawasan berpikir yang kuat karena mengajarkan kita
untuk selalu memahami sesuatu secara akurat dan berusaha
mengerahkan semua kekuatan kita untuk memecahkan suatu masalah.
Beberapa peran metafisika dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai
berikut:9

1. Metafisika mengajarkan cara berpikir yang cermatdan tidak


lelah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Metafisika menuntut orisinalitas berpikir yang sangat penting
bagi ilmu pengetahuan.
3. Metafisika memberikan bahan pertimbangan yang matang bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang
praduga, sehingga pertanyaan yang diajukan memiliki landasan
yang dapat diterima.
4. Perkembangan ilmu pengetahuan akan dipengaruhi oleh
metafisika, khususnya yang berfokus pada kualitas (baik
spiritualisme maupun materialisme).

Setiap bidang ilmu, termasuk filsafat pasti memiliki subjek yang


dipelajari. Dengan kata lai, metafisika adalah hal yang sama. Metafisika
adalah bidang ilmu yang bertanya tentang arti dari pengada dan
mengada. Oleh karena itu, objek penelitian metafisika berada di tataran
yang disebut sebagai being as being. Namun, objek studi metafisika
masih memiliki banya tantangan yang harus diatasi. Berikut ini
beberapa objek dari studi metafisika:

9
Rizal Mustansyir, Aliran-Aliran Metafisika (studi kritis filsafat ilmu), hal 13.
a. Pembelajarannya fokus terhadap sesutu yang tidak ada

Metafisika adalah satu-satunya bidang ilmu pengetahuan


yang dapat bertanya tentang apa itu to be atau being. Artinya setiap
ilmu memiliki perspektif unik tentang sesuatu misalnya, setiap
bidang ilmu memberikan penjelasan yang berbeda tentang
kehidupan manusia.

b. Persoalan bahasa

To be-being dan esse-eus adalah beberapa istilah yang


sering digunakan untuk menggambarkan subjek penelitian ini.
Dengan demikian, suatu aktivitas mengada dan pengada semuanya
ada. Namun, pengada harus dibedakan dari benda pengada, yang
hanyaada atau menyatu dengan aktivitas mengada. Dengan kata
lain, menyebutnya burung dengan menunjukkan esensi burung itu.

c. Bertanya maksud dari pengada

Selanjutnya apakah seseorang harus mempertanyakan


pengada itu sebagai sesuatu yang nyata atau khayalan? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut kita harus mempertimbangkan objek
pertanyaannya contohnya, dapat berupa objek formal metafisika
yang biasanya disebut sebagai being as being, objek material
metafisika yang adalah sebagai realitas sebagai suatu totalitas.

d. Mempelajari karakteristik

Metafisika juga mempelajari sifat dibidang lain, akan tetapi


pembelajaran sifat masih terbatas pada beberapa unsur. Artinya,
apakah karekteristik umum dari dasar pengada adalah pengada atau
mengada, dan jika iya, apakah punya hubungan kesatuan,
kausalitas, atau keindahan dengan mengada.

e. Hubungan dengan tuhan


Spiritualisme metafisika juga berusaha mempelajari atau
menghubungkan ilmu filsafat ini dengan kepercayaan teologis.
Tuhan dianggap sebagai prinsip metafisika utama dari realitas
dalam metafisika.

Secara umum metafisika mempunyai ruang lingkup,


beberapa diantaranya adalah (1) mempelajari sifat manusia dalam
konteks, termasuk hubungannya dengan alam fisik dan non fisik (2)
memahami sifat fakta untuk memahami aturan alam semesta (3)
mengetahui kesulitan dan motivasi untuk mencapai kemerdekaan
berpikir tentang hisup (4) mencari tahu alasan eksistensi manusia.

C. Pengertian Epistemologi
Epistemologi adalah kata lain dari filsafat ilmu berasal dari
bahasa latin episteme, berarti knowledge,yaitu pengetahuan dan logos,
berarti theory. Jadi, epistemologi, berarti “teori pengetahuan” atau teori
tentang metode, cara, dan dasar dari ilmu pengetahuan, atau studi
tentang hakikat tertinggi, kebenaran dan hakikat manusia. Dalam
filsafat, epistemologi merupakan filsafat yang meneliti asal, struktur,
metode-metode, dan keshahihan pengetahuan. Istilah epistemologi
pertama kali dipakai oleh J.F Ferrier, Institutes of Metaphyisics (1854)
yang membedakan dua cabang filsafat, yaitu epistemologi dan ontologi.
Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang mengenarahi
masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan.
Epistemologi adalah pengetahuan sistematis yang membahas tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan,
metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas, dan kebenaran
pengetahuan (ilmiah). Epistemologi adalah cabang atau bagian filsafat
yang membicarakan tentang pengetahuan, yaitu tentang terjadinya
pengetahuan dan kesahihan atau kebenaran pengetahuan. Epistemologi
adalah cara bagaimana mendapatkan pengetahuan, sumber-sumber
pengetahuan, ruang lingkup pengetahuan. Manusia dengan latar
belakang, kebutuhankebutuhan, dan kepentingan-kepentingan yang
berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti
dari manakah saya berasal? Bagaimana terjadinya proses penciptaan
alam? Apa hakikat manusia? Tolak ukur kebaikan dan keburukan bagi
manusia? Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia? Mana pemerintahan
yang benar dan adil? Mengapa keadilan itu ialah baik? Pada derajat
berapa air mendidih? Apakah bumi mengelilingi matahari atau
sebaliknya? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain. Tuntutan fitrah
manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari
jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-
hal yang akan dihadapinya. Pada dasarnya, manusia ingin menggapai
suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak
diketahuinya.10
Adapun pengertian epistemology menurut para ahli adalah
sebagai berikut :
A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa epistemologi
mencakup pernyataan yang harus di jawab, apakah ilmu
itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikat nya,
bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa
kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa
yang dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya.11

Sedangkan menurut mahasiswa, epistemologi merupakan ilmu


filsafat yang membahas tentang landasan dan batasan ilmu
pengetahuan. Epistemologi menjadi sarana untuk menyikapi dan
memecahkan permasalahan yang diangkat didalamnya.

D. Pengertian Aksiologi

10
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu (Bogor: IPB Press, 2016), hal. 91
11
Mhd Ikhwanul Kamil, Nailil Ulya, dkk. Kajian Bidang Ilmu Filsafat Tentang Epistemologi
Strukturalisme, Primer : Jurnal Ilmiah Multidisiplin, Vol. 01,No. 03(Juni,2023): 268-281.
Cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya disebut aksiologi. Aksiologi berupaya
memahami hakikat dan kegunaan pengetahuan. Diketahui bahwa salah
satu manfaat ilmu pengetahuan adalah kemaslahatan dan kenyamanan
bagi kehidupan manusia. Hal ini menjadikan aksiologi memilih peranan
yang sangat penting dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan
karena jika suatu cabang ilmu tidak mempunyai nilai aksiologis, maka
cenderung merugikan bagi kehidupan manusia bahkan tidak menutup
kemungkinan bahwa ilmu tersebut dapat mengancam kehidupan sosial
dan keseimbangan alam.12
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axion yang berarti
nilai dan logos yang berarti ilmu. Sederhananya, aksiologi adalah ilmu
tentang nilai. Aksiologi pada dasarnya berbicara tentang hubungan
antara ilmu dan nilai, apakah ilmu bebas nilai dan apakah ilmu terikat
nilai. Karena berhubungan denga nilai maka aksiologi berhubungan
dengan baik dan buruk, berhubungan dengan layak atau pantas, tidak
layak atau tidak pantas.13
Adapun pengertian Aksiologi menurut pakar adalah sebagai
berikut :
a. Jujun S. Suriasumantri

Menurut Jujun S. Suriasumantri, aksiologi adalah teori nilai


yang berkaitan dengan kegunaan pengetahuan yang diperoleh.

b. Wibisono

Menurut Wibisono, Aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak


ukur kebenaran, etika serta moral sebagai dasar normative
penelitian dan juga penggalian, dan juga penerapan ilmu.
12
Juhari, Aksiologi Ilmu Pengetahuan (Telaah Tentang Manfaat Ilmu Pengetahuan dalam
Konteks Ilmu Dakwah), Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam, Vol. 3 No. 1,
(2019), 101.
13
Dewi Rokhmah, Ilmu dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi.
CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 7 No. 2, (2021), 182.
Sedangkan pengertian aksiologi menurut mahasiswa adalah
ilmu yang mempelajari tentang nilai-nilai dan prinsip kehidupan dari
sisi ilmu filsafat.

E. Pengertian Logika

Logika adalah bidang pengetahuan untuk mempelajari semua


prinsip, aturan dan tata cara penalaran yang benar (correct reasoning).
Secara etimologis, logika berasal dari Yunani yang mempunyai arti
sebagai hasil pertimbangan akal dan pikiran yang diutarakan melalui
kata yang dinyatakan dalam bentuk bahasa. Logika juga salah satu dari
cabang filsafat dan sebagai ilmu. Logika sendiri disebut sebagai salah
satu ilmu pengetahuan yang mengasah kemampuan berpikir secara
langsung, akurat dan teratur.

Ilmu yang dimaksud mengacu pada kemampuan rasional untuk


bisa mengetahui keterampilan pada kemampuan pikiran untuk
memahami informasi dalam tindakan. Dan kata logis ini digunakan
dalam arti yang masuk akal. Logika sendiri adalah salah satu cabang
filsafat yang sebenarnya bersifat praktis dan sekaligus menjadi sumber
penalaran juga sebagai dasar filsafat dan juga saran ilmu.14

Adapun pengertian Logika menurut para pakar adalah sebagai


berikut :

a. Jan Hendrik Rapar

Menurut Jan Hendrik Rapar, logika adalah pertimbangan atau


pemikiran rasional yang diatur dengan kata-kata dan
diungkapkan dalam bahasa.

b. William Alston

14
T. Heru Nurgiansah, FILSAFAT PENDIDIKAN (Purwokerto: Pena Persada, 2020), hlm. 2.
Menurut William Alston, logika adalah studi tentang
penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk menetapkan
ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah dan
tidak sah.15

Sedangkan menurut mahasiswa, logika adalah suatu cara yang


diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran dan mencegah kesesatan
berpikir.

15
Ibid, hlm. 3
BAB III
KONTRIBUSI FILSAFAT PADA SISTEM PENDIDIKAN

A. Kontribusi Ontologi terhadap Pendidikan

Pada dasarnya ontologi adalah tentang hakikat ilmu


pengetahuan, sifat objek ilmu pengetahuan, dan sifat hubungan subjek-
objek ilmu pengetahuan. Jika ditinjau secara ontologi ilmu pengetahuan
akan dianalisis sebagaimana semestinya dan dilakukan pengujian ilmu
pengetahuan tersebut benar-benar ada atau tidak ada. Ontologi adalah
ilmu yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat dikaji
melalui indera manusia. Ontologi mempelajari objek percobaan seperti
bebatuan, hewan, tumbuhan, dan manusia. Ilmu ini juga mempelajari
berbagai gejala dan kejadian yang pada hakikatnya mempunyai dampak
menguntungkan bagi kehidupan manusia. Ditinjau dari objek yang
diteliti, ontology dapat dianggap sebagai pengetahuan empiris yang
objeknya berada di luar jangkauan manusia dan tidak termasuk dalam
lingkup penelitian ilmiah.

Ontologi ini penting bagi siapa saja yang ingin melakukan


penelitian alam semesta secara sempurna dan berguna dalam hal
pendidikan terkhusus bidang studi empiris seperti fisika, sosiologi,
antropologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, teknologi, dan bidang
lainnya).16 Ontologi adalah hakikat dari apa yang dipelajari atau
pengetahuan itu sendiri, yang mana berisi teori tentang makna suatu
objek pengetahuan. Ontologi merupakan penjelasan suatu konsep dan
ada hubungannya dengan ilmu tersebut.

Arti ontologi dalam pendidikan adalah analisis terhadap objek-


objek material ilmu pengetahuan. Berisi pertanyaan-pertanyaan dan

16
I Gusti Bagus Rai Utama, Filsafat Ilmu dan Logika Manajemen dan Pariwisata (Yogyakarta:
Deepublish, 2021), 7-10.
penelitian empiris tentang apa yang ingin diketahui masyarakat dan
mata pelajaran yang dipelajari ilmu pengetahuan. Dasar dari Ontologi
pendidikan adalah objek materi pendidikan, yang mana suatu aspek
yang mengatur seluruh kegiatan pendidikan. 17 Oleh karena itu,
hubungan ontologi dan pendidikan menempati tempat mendasar dalam
landasan ilmu pengetahuan, yang didalamnya terkandung hukum-
hukum dasar dunia ilmu pengetahuan.

B. Kontribusi Metafisika terhadap Pendidikan


Pendidikan selalu menarik dan berkembang maju. Kemajuan
selalu ditujukan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi yang sesuai dengan pasar kerja secara makro untuk
mencerdaskan bangsa dengan meningkatkan derajat manusia. Dalam
hal ini, agama islam sangat menghormati orang-orang yang terdidik,
yaitu orang-orang yang selalu berusaha untuk mempelajari sesuatu.
Secara normatif, konsep metafisika terkait erat dengan teks al-
qur’an yang menekankan pentingnya keseimbangan antara pikiran dan
logika. Perkembangan pikir memang menghasilkan ilmu yang
berkembang, tetapi mencapai tujuan akan sulit jika pola pikir berjalan
sendiri. Dzikir memberikan tujuan dan makna ilmu hasil penelitian.
Jadi, wawasan metafisika selalu terkait dengan Pendidikan yang
digunakan untuk menyebarkan pengetahuan, sikap, dan moral. Karena
pengetahuan dengan percuma berkembang dengan cepat tanpa adanya
nilai-nilai ketuhanan atau metafisika yang menghalanginya, metafisika
memungkinkan pengetahuan untuk tetap berada dijalan ketuhanan. 18

Menurut realis kuno, tujuan Pendidikan adalah untuk mendidik


siswa untuk menjadi orang yang cerdas dan berpengetahuan luas,
sehingga mereka dapat bersaing dengan orang yang berpengetahuan

17
Fatkhul Mubin, Filsafat Modern: Aspek Ontologis, Epistemologis, Dan Aksiologis. Hlm.4
18
Moh. Afiful Hair, “Pendidikan Berwawasan Metafisika Dalam Perspektif Islam”, Jurnal
Pemikiran dan Peneitian Ke-Islaman, 2021, hal 27.
sempit yang dengan mudahnya menilai kondisi fisik lingkungannya.
Meskipun berbagai perspektif filsafat seharusnya menghargai
keberanian dan inovasi individu, hasil dari sifat yang sulit dipahami ini
sekarang menjadi subjek penelitian.19 Manusia tidak bisa terlepas dari
keputusan metafisik kecuali jika mereka ingin hidup secara tidak
teratur. Keputusan metafisik selalu menentukan dunia pendidikan dan
metafisika sangat membantu pendidikan karena pendidikan sendiri
telah mengajarkan cara berpikir serius dan sesuai fakta untuk
menyelesaikan masalah.20

C. Kontribusi Epistemologi terhadap Pendidikan


Epistemologi diakui sebagai inti dan hakikat dari ilmu
pengetahuan, selain ontologi dan aksiologi. Epistemologi adalah ilmu
yang membahas tentang sumber ilmu atau teori pengetahuan (theory of
knowledge) dan mengkaji tentang bagaimana cara mendapatkan ilmu
pengetahuan dari objek yang dipikirkan. Secara epistemologi,
pengembangan pendidikan islam memang sangat diperlukan.
Pengembangan ini dilakukan baik secara tekstual maupun secara
kontekstual.21 Peranan epistemologi dalam dunia pendidikan ini
mencakup pada hakikat pengetahuan dimana tugas epistemologi yaitu
berusaha dalam menetapkan sebuah kebenaran suatu isi pemikiran.
Adapun salah satu kontribusi epistemologi bagi pendidikan yaitu
sebagai sarana dalam mengetahui berbagai variasi kebenaran
pengetahuan.22
19
Dudung Rahmat Hidayat, “Metafisika Dan Pendidikan yang Realistis”, Jurnal Pendidikan
Bahasa Arab diakses dalam
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021-
DUDUNG_RAHMAT_HIDAYAT/
METAFISIKA_DAN_PENDIDIKAN_YANG_REALISTIS.pdf
20
R Gita Ardhy Nugraha, “Metafisika Pendidikan”, Jurnal Academia, diakses dalam
https://www.academia.edu/upgrade?feature=searchm
21
Roziq Syaifudin, Epistemologi Pendidikan Islam dalam Kacamata Al-Ghazali, Dan Fazlur
Rahman, Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, Vol. 8, No. 2, Desember 2013, H.
324.
22
Abidin Nurdin, Sri Astuti A. dkk. Dasar Epistemologi Dalam Filsafat Pendidikan Islam,
Jurnal Mudarrisuna Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019.
Epistemologi terhadap pendidikan islam adalah objek
pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan dan cara mengukur benar
tidaknya pengetahuan yang berkaitan dengan pembentukan
kepribadian, akhlak, mengembangkan fitrah dan semua potensi manusia
secara maksimal,23 sehingga menjadi muslim yang baik, memiliki pola
pikir logis-kritis, beriman, bertaqwa, berguna bagi diri dan
lingkungannya, dan dapat mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat
sesuai dengan ajaran Islam.

Epistemologi pendidikan Islam lebih diarahkan pada metode


atau pendekatan yang dapat dipakai untuk membangun ilmu
pengetahuan Islam, dari pada komponen-komponen lainnya, sebab
metode atau pendekatan tersebut paling dekat dengan upaya
mengembangkan pendidikan Islam, baik secara konseptual maupun
aplikatif. Epistemologi pendidikan Islam dapat berfungsi sebagai
pengkritik, pemberi solusi, penemu, dan pengembang.24

Selain itu, Azra (1999) menjelaskan tentang peran epistemologi


dalam dunia pendidikan adalah suatu ilmu yang digunakan mengkaji
tentang keaslian, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu
pengetahuan.25 Qomar menegaskan bahwa epistemologi pendidikan
Islam menuntut untuk mengembangkan pendidikan Islam secara
konseptual dengan kata lain, pemikir pendidikan Islam ditantang untuk
memproduksi ilmu pendidikan Islam bukan hanya sebatas knowledge
melainkan sampai pada tataran sains yang kemudian diturunkan secara
konseptual menuju tataran praktis.26 Berdasarkan penjelasakan tersebut,
dapat diambil kesimpulan bahwasannya, fungsi adanya epistemologi
23
Abdul Ghofur, Konstruksi Epistemologi, h. 239
24
Moh. Wardi, Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya (Perspektif Ontologis,
Epistemologis dan Aksiologis), Jurnal Tadris, Volume 8 Nomor 1 Juni 2013, h. 58-59.
25
Azra, A. (1999). Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru.
Logos Wacana Ilmu.
26
Qomar, M. (2005). Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional
HinggaMetode Kritik. Erlangga.
dalam dunia pendidikan adalah untuk menuntut pemikir agar bisa
mendapatkan ilmu-ilmu pengetahuan yang baru agar kita tahu asal mula
ilmu pengetahuan tersebut tidak hanya sebatas tahu lalu meyakininya,
melainkan kita harus berpikir dan mendapatkan pengetahuan yang baru.

Menguasai epistemologi dapat membantu seseorang


mempelajari struktur suatu disiplin ilmu. Jika seseorang menguasai
epistemologi, maka ia mempunyai kemampuan menemukan dan
menyusun ilmu pengetahuan.27 Jadi, sesungguhnya epistemologi
merupakan landasan awal produksi pengetahuan seseorang. Jika
landasan ini dipahami dengan baik maka yang dimaksud bukan hanya
soal penciptaan pengetahuan, melainkan juga reproduksi pengetahuan
yang dianggap dekontekstualisasi, yang bisa dicapai dengan cara ini.
Melalui epistemologi semua orang diharapkan dapat menumbuhkan
kesadaran bahwa kita tidak hanya boleh merasa bangga bisa
memperoleh dan memahami ilmu pengetahuan, tetapi mengabaikan
cara memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan menguasai dasar-dasar
epistemologi secara mendalam seseorang tidak hanya menjadi penerima
ilmu yang pasif tetapi diharapkan juga menjadi produser yang aktif,
kreatif, dan dinamis, tidak hanya mengabdi pada opini tetapi juga
memahami sumber opini. Epistemologi dapat memberikan seseorang
kemampuan untuk merekonstruksi pengetahuan.

D. Kontribusi Aksiologi terhadap Pendidikan


Berikut beberapa kontribusi aksiologi terhadap pendidikan, yaitu :
a. Mengantisipasi perkembangan kehidupan manusia yang negatif
sehingga ilmu pengetahuan tetap berjalan pada jalur
kemanusiaan.

27
Nurdin, A., A. Samad, S. A., & Samad, M. (2019). Dasar Epistemologi Dalam
Filsafat Pendidikan Islam. Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama
Islam, 9(2), 454–470. https://doi.org/10.22373/jm.v9i2.5183
b. Menjaga dan mengarahkan agar proses keilmuan menemukan
kebenaran hakiki, perilaku keilmuan harus dilakukan dengan
penuh kejujuran dan tidak ditujukan untuk kepentingan
langsung.
c. Pengembangan ilmu pengetahuan bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan
hakikat dan martabat manusia serta menjaga keseimbangan
alam melalui ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan
universal.28
E. Kontribusi Logika terhadap Pendidikan

Berikut beberapa kontribusi logika terhadap pendidikan, yaitu :


a. Membantu semua orang belajar logika agar dapat berpikir
rasional, langsung, kritis, sistematis dan konsisten.
b. Dapat meningkatkan kemampuan anda sehingga dapat berpikir
lebih abstrak dan objektif.
c. Mampu meningkatkan kecerdasan dan kemampuan berpikir
jernih dan mandiri.
d. Dapat meningkatkan cinta dan keberanian dalam upaya
menghindari kebingungan dan kesalahan.29

28
Muhammad Adib, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 82.
29
T. Heru Nurgiansah, FILSAFAT PENDIDIKAN (Purwokerto: Pena Persada, 2020), hlm. 4.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini bahwasannya
sistematika filsafat memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan
pendidikan. Setelah kita menulis makalah ini, kita jadi paham bahwa
filsafat memiliki lima aspek pemikiran filsafat yang meliputi ontology,
metafisika, epistemology, aksiologi, dan logika. Kelima aspek ini
memiliki bagian-bagian tertentu dalam ilmu pengetahuan. Ontologi
fokus pada suatu realita, yaitu “keberadaan” suatu hal. Kemudian
metafisika merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat
realitas untuk memahami hakikat fundamental tentang dunia, alam
semesta.
Lalu ada epistemologi merupakan cabang filsafat yang mengkaji
tentang hakikat pengetahuan dan cakupan pengetahuan yang mengkaji
keseluruhan komponen pengetahuan, antara lain sumber, metode
memperoleh, dan kriteria kebenarannya. Aksiologi merupakan cabang
filsafat yang megkaji tentang hakikat nilai yang meliputi etika dan
estetika. Jika keempat cabang filsafat tersebut berusaha untuk
mengetahui sesuatu maka logika merupakan suatu usaha untuk berpikir
agar memperoleh sebuah jawaban. Kelima cabang filsafat tersebut
memiliki kontribusi masing-masing terhadap dunia pendidikan.
B. Saran

Bagi pembaca, hasil makalah ini diharapkan dapat menambah


wawasan pengetahuan terkait dengan sistematika filsafat dam
kontribusinya terhadap pendidikan. Kami sebagai penulis mohon maaf
apabila ada salah kata.
DAFTAR PUSTAKA

Jamali Sahrodi, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: arfino raya, 2011), hal
47.
Maria Sanprayogi & Moh. Toriqul Chaer, Aksiologi Filsafat Ilmu dalam
Pengembangan Keilmuan, AL MURABBI, Vol. 4, No. 1, 2017, 106-
108.
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta : Gramedia, 2002), hlm.746.
Hanum Rosida, Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi Ilmu Sains, Taffaham :
Jurnal Pendidikan dan Riset. Hlm.89.
Nurhadi Kastamin, Saeful Anwar, Nur Afif. Tinjauan Ontologi, Epistemologi,
dan Aksiologi terhadap Guru Profesional : Jurnal Dirosah Islamiyah
Volume 3 Nomor 3(2021) 101-125 P-ISSN 2656-839xE-ISSN 2716-
4683DOI:10.47467/jdi.v3i3.483.
Edufun-literacy, Filsafat Umum Metafisika, 2020. Diakses dalam
https://intanuzulis.home.blog/2020/12/01/metafisika/
Nur Halimah, “Metafisika Menurut Para Filosof Barat dari Descartes hingga
Derrida”,2017,diaksesdalamhttps://www.academia.edu/35440715/MET
AFISIKA_NURHALIMAH_pdf, hal 6.
Rizal Mustansyir, Aliran-Aliran Metafisika (studi kritis filsafat ilmu), hal 13.
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu (Bogor: IPB Press, 2016), hal. 91
Mhd Ikhwanul Kamil, Nailil Ulya, dkk. Kajian Bidang Ilmu Filsafat Tentang
Epistemologi Strukturalisme, Primer : Jurnal Ilmiah Multidisiplin, Vol.
01,No. 03(Juni,2023): 268-281.
Juhari, Aksiologi Ilmu Pengetahuan (Telaah Tentang Manfaat Ilmu
Pengetahuan dalam Konteks Ilmu Dakwah), Al-Idarah: Jurnal
Manajemen dan Administrasi Islam, Vol. 3 No. 1, (2019), 101.
Dewi Rokhmah, Ilmu dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi. CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 7 No. 2, (2021),
182.
T. Heru Nurgiansah, FILSAFAT PENDIDIKAN (Purwokerto: Pena Persada,
2020), hlm. 2.
I Gusti Bagus Rai Utama, Filsafat Ilmu dan Logika Manajemen dan
Pariwisata (Yogyakarta: Deepublish, 2021), 7-10.
Fatkhul Mubin, Filsafat Modern: Aspek Ontologis, Epistemologis, Dan
Aksiologis. Hlm.4
Moh. Afiful Hair, “Pendidikan Berwawasan Metafisika Dalam Perspektif
Islam”, Jurnal Pemikiran dan Peneitian Ke-Islaman, 2021, hal 27.
Dudung Rahmat Hidayat, “Metafisika Dan Pendidikan yang Realistis”, Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab diakses dalam
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195
204141980021-DUDUNG_RAHMAT_HIDAYAT/
METAFISIKA_DAN_PENDIDIKAN_YANG_REALISTIS.pdf
R Gita Ardhy Nugraha, “Metafisika Pendidikan”, Jurnal Academia, diakses
dalam https://www.academia.edu/upgrade?feature=searchm
Roziq Syaifudin, Epistemologi Pendidikan Islam dalam Kacamata Al-Ghazali,
Dan Fazlur Rahman, Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman,
Vol. 8, No. 2, Desember 2013, H. 324.
Abidin Nurdin, Sri Astuti A. dkk. Dasar Epistemologi Dalam Filsafat
Pendidikan Islam, Jurnal Mudarrisuna Vol. 9 No. 2 July-Desember
2019.
Abdul Ghofur, Konstruksi Epistemologi, h. 239
Moh. Wardi, Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya
(Perspektif Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis), Jurnal Tadris,
Volume 8 Nomor 1 Juni 2013, h. 58-59.
Azra, A. (1999). Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru. Logos Wacana Ilmu.
Qomar, M. (2005). Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional
HinggaMetode Kritik. Erlangga.
Nurdin, A., A. Samad, S. A., & Samad, M. (2019). Dasar Epistemologi
Dalam Filsafat Pendidikan Islam. Jurnal MUDARRISUNA: Media
Kajian Pendidikan Agama Islam, 9(2), 454–470.
https://doi.org/10.22373/jm.v9i2.5183
Muhammad Adib, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 82.
T. Heru Nurgiansah, Filsafat Pendidikan (Purwokerto: Pena Persada, 2020),
hlm. 4.
Ibid, hlm. 3

Anda mungkin juga menyukai