Full Text
Full Text
EMPAT (EXPERIMENTAL)
SKRIPSI
Oleh :
RUDI MUH.RIZAL
105 81 01346 10 105 81 01390 10
EMPAT (EXPERIMENTAL)
SKRIPSI
Oleh :
RUDI MUH.RIZAL
105 81 01346 10 105 81 01390 10
Assalamualaikum, Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
dengan baik.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan yang harus
masukan yang berguna dari berbagai pihak sehingga tugas akhir ini dapat
kepada:
1. Bapak Ir. Hamzah Al Imran, ST., MT. sebagai Dekan Fakultas Teknik
3. Ibu Dr.Ir.Hj. Ratna Musa.,MT. selaku pembimbing I dan Ibu Ir. Nenny
ii
4. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai pada Fakultas Teknik atas
ini.
tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis meminta saran
dan kritik sehingga laporan tugas akhir ini dapat menjadi lebih baik dan
Semoga laporan tugas akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN.................................................... 1
F. Sistematika Penulisan....................................... 6
C. Sedimen............................................................ 19
D. Sedimentasi ...................................................... 29
iii
` BAB III METODE PENELITIAN.......................................... 38
D. Denah Penelitian............................................... 40
F. Langkah-Langkah Penelitian.............................. 43
B. Pembahasan........................................................ 68
A. Kesimpulan ....................................................... 71
B. Saran................................................................... 72
iv
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
pertama (Q1)...................................................................... 62
v
17. Volume endapan pada titik pengamatan untuk debit
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
9. Denah penelitian..................................................................... 40
vii
16. Hubungan antara kecepatan (m/det) dan Bilangan Froude
Reynold (Q1)....................................................................... 52
Reynold (Q2)....................................................................... 53
Reynold (Q3)....................................................................... 54
20. Hubungan antara tinggi muka air dan Energi spesifik (Q1).. 56
21. Hubungan antara tinggi muka air dan Energi spesifik (Q2).. 57
bervariasi............................................................................. 60
Empiris................................................................................... 67
viii
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
d = Kedalaman air
Kr = Koefisien refleksi
Kt = Koefisien transmisi
g = Percepatan gravitasi
V = Kecepatan aliran
Q = Debit
m = massa
µ = Kekentalan kenematik
τ0 = Tegangan geser
S = Kemiringan
Re = Bilangan Reynold
Fr = Bilangan Froude
E = Enetgi spesifik
R = Jari-jari hidrolis
D = Diameter butiran
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pangan selama ini cukup besar, oleh karena itu ketersediaan air di
lahan harus terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber
air permukaan. Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu
memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu
(Hasan, 2005).
jaringan irigasi.
pada jaringan irigasi, maka perlu perhatian khusus terhadap masalah ini,
biaya yang mahal untuk perkuatan (lining) dinding dan dasarnya, yang
lain untuk mengendapkan sedimen dengan areal yang lebih kecil dan
B. Rumusan Masalah
sedimen).
C. Tujuan Penelitian
penangkap sedimen).
secara langsung.
5
secara langsung.
D. Manfaat Penelitian
sedimen.
E. Batasan Masalah
laboratorium).
diameter 40 cm.
yang ditentukan.
penangkap sedimen.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
penulisan.
bahan penelitian dalam penulisan tugas akhir pada suatu wilayah tertentu.
Dimana dalam hal ini mencakup teori-teori beserta formula yang berkaitan
Bab ini berisi hasil kajian dari judul penelitian tugas akhir secara
tugas akhir.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
banyaknya atau tingkat pemakaian dan efiensi jaringan irigasi yang ada
kelestarian sarana irigasi dan aset-asetnya yang ada, hal ini diperlukan
Saluran pembawa ini berupa :1) Saluran Primer (Saluran Induk) yaitu
Saluran Sekunder yaitu cabang dari saluran primer yang membagi saluran
induk kedalam saluran yang lebih kecil (tersier). 3) Saluran Tersier yaitu
Dalam mengalirkan air sampai pada lahan yang ada, terkadang kita
pada saluran irigasi. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dibuat BPS
jatuh partikel tersebut tergantung pada ukuran, bentuk, berat jenis partikel,
B. Karakteristik Aliran
cara dilakukan untuk mendapatkan pola aliran yang seperti ini, seperti
Biasanya pada saluruan terbuka itu dua fluida itu adalah udara dan air
Karena jenis berat aliran dapat diasumsikan tetap, maka tekanan hanya
tidak hidrostatis.
Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran dalam saluran
terbuka, dan dapat pula berupa aliran dalam pipa. Kedua jenis aliran
karena aliran air mengisi saluran secara terus menerus, sehingga tidak
12
lagi.
aliran yang terdiri dari tinggi penampang muka air, lebar dan luas
tersebut diukur secara langsung dan merupakan data primer yang akan
dengan kecepatan aliran hasil pengukuran dengan alat ukur arus yaitu
cuccentmeter.
1. Tipe Aliran
tentang sifat dan jenis aliran itu sendiri.Adapun tipe aliran pada saluran
(h) tidak berubah menurut waktu atau dianggap tetap dalam suatu
interval waktu, dengan demikian kecepatan aliran pada suatu titik tidak
sama.
3) Aliran Seragam (uniform flow) yaitu aliran dimana segala varia bel
debit, Yang terdiri dari: Aliran tetap berubah lambat laun (gradually
varied flow) dan Aliran tetap berubah dengan cepat (rapidle varied
flow).
14
a). Aliran seragam tetap (steady uniform flow) yaitu aliran seragam yang
b). Aliran seragam tidak tetap (unsteady uniform flow) yaitu aliran yang
dapat pula berubah terhadap waktu apabila fruktuasi muka air terjadi
2) Aliran Tidak seragam (non uniform flow) yaitu aliran dimana segala
flow) yaitu; Aliran berubah lambat laun (gradually varied flow) dan
2. Sifat aliran
aliran dapat dibedakan menjadi: aliran laminer, dan aliran turbulen serta
sifat aliran tersebut adalah suatu parameter tidak berdimensi yang dikenal
persatuan volume.
berpengaruh besar terhadap sifat aliran. Pada aliran ini partikel cairan
yang tidak teratur, tidak lancar, tidak tetap, walaupun butiran bergerak
laminar ke aliran turbulen terjadi suatu harga yang dikenal dengan angka
16
ṽ
= ........................................................................ (1)
Dimana:
Re = Angka Reynold
saluran terbuka :
a) Turbulen b) Laminer
a) Aliran super kritis yaitu suatu aliran dimana kecepatan alirannya lebih
b) Aliran kritis yaitu suatu aliran dimana kecepatan alirannya sama besar
= + ................................................................. (2)
2.
V : Kecepatan aliran
g : Percepatan gravitasi
y : Kedalaman aliran
parameter yang tidak berdimensi yang dikenal dengan angka Froude (Fr)
rumuskan dengan :
ṽ
=
.ℎ ................................................................. (3)
Dimana:
18
Fr = Angka Froude
Sehingga:
Berikut gambar aliran sub kritis, aliran super gratis, aliran kritis:
permukaan air dari aliran kritis ini tidak stabil. Dibagian tengah dapat
C. Sedimen
1. Pengertian Sedimen
erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap
sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang
diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Proses erosi terdiri atas
Sedimen dapat pula berasal dari erosi yang terjadi pada luar
meningkat dari bagian hulu dan kemudian di endapkan pada alur sungai
yang landai atau pada ruas sungai yang melebar, selanjutnya pada saat
gaya yang bekerja pada butiran sedimen mencapai suatu harga tertentu,
aliran pada kondisi tersebut, seperti tegangan geser (τ0), kecepatan aliran
(U) juga mencapai kondisi kritik (sumber: skripsi kajian perubahan pola
lebih cepet karena jarak yang dibutuhkan partikel untuk mengendap lebih
perpindahan tempat bahan sedimen granular (non kohesif) oleh air yang
T1 = T2 Seimbang Stabil
(Mardjikoen, 1987)
Tiga faktor yang berkaitan dengan awal gerak butiran sedimen yaitu
2. Gaya angkat yang lebih besar dari gaya berat butiran, dan
loncat, akan tetapi tidak pernah lepas dari dasar sungai. Gerakan ini
23
sungai merupakan fungsi dari suplai sedimen dan energi aliran sungai
suplai sedimen, terjadilah degradasi sungai. Pada sisi lain, ketika suplai
sedimen lebih besar dari pada energi aliran sungai , terjadilah agradasi
sungai.
sedimen. Partikel sedimen ukuran kecil seperti tanah liat dan debu dapat
diangkut aliran air dalam bentuk terlarut (wash load). Sedang partikel yang
lebih besar, antara lain, pasir cenderung bergerak dengan cara melompat.
Partikel yang lebih besar dari pasir, misalnya kerikil (gravel) bergerak
Sumber : Asdak,2014
a) Suspensi
suspensi, jika arus cukup kuat. Akan tetapi di alam, kenyataannya hanya
material halus saja yang dapat diangkut suspensi. Sifat sedimen hasil
yang tinggi sehingga butiran tampak mengambang dalam masa dasar dan
umumnya disertai memilahan butir yang buruk. Cirilain dari jenis ini adalah
dasar di mana material dengan besar butiran yang lebih besar akan
drag force dari lapisan dasar sungai. Apabila tenaga Tarik tersebut
dibagi menjadi:
3) Endapan suspensi.
bedakan menjadi:
material yaitu dari dasar. Angkutan ini ditentukan oleh keadaan dasar
materialnya.
lempung (silt) dan debu (duts) yang terbawah oleh aliran sungai.
atau dapat juga terendapkan pada aliran tenang atau pada aliran yang
kedalam sungai.
menjadi:
tanahnya selalu pada dasar saluran atau aliran dengan cara melompat
angkutan melayang.
berikut :
28
Berdasarkan Berdasarkan
Sumber Asal Mekanisme
(original) Angkutan
Transport
Bergerak Sebagai
Muatan Bilas
Muatan Sedimen
Melayang
D. Sedimentasi
1. Pengertian sedimentasi
yang terbawa aliran ke saluran irigasi. Jika kecepatan aliran ini rendah
dari induknya dari suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh
gerakan air atau angin kemudian diikuti oleh pengendapan material yang
Hasanuddin).
Sedimentasi dan erosi adalah dua hal yang sangat berkaitan erat.
Erosi dan sedimentasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu air,
b) Di saluran, jika saluran irigasi atau saluran pelayaran di aliri air yang
volume efektifnya.
mengoperasikan pintu-pintunya.
debit di bagian hilir dari jaringan saluran, adalah penting untuk menjaga
melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal, dampak dari erosi tanah
satuan berat (ton) atau satuan volume (m3) dan juga merupakan fungsi
tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu (Asdak
C., 2007).
yang diangkut keluar dari daerah irigasi, sedangkan yang lain mengendap
di lokasi tertentu dari saluran (Gottschalk, 1948, dalam Ven T Chow, 1964
sawah dan mengairi sawah. Partikel sedimen yang halus bahkan bisa
relatif ke arah hilir. I√R dari profil saluran adalah kapasitas angkutan
sedimen relatif. Kriteria ini dimaksudkan agar tidak ada sedimen yang
lama makin tinggi. Dalam keadaan khusus dimana kemiringan lahan relatif
33
semua sedimen (bed load) yang masuk kedalam saluran harus seluruhnya
besar.
2. Geometri
besar lebih baik untuk pengendapan partikel, karena pola aliran yang lebih
pengendapan partikel.
.
L= ……………………………………………………………..(4)
dengan:
L : Panjang saluran;
hn : kedalaman saluran;
vn : kecepatan aliran;
perhitungan hidrolis.
P (keliling basah) = b + 2 x h
R (jari-jari hidrolis) = b x h / b + 2 x h
36
3. Bentuk saluran
4. Pemakaian sekat/baffle
penambahan sekat.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
selama 3 bulan yaitu dimulai bulan Maret sampai dengan bulan Juni,
dimana pada bulan pertama yakni diawal bulan Maret merupakan kajian
literatur, pada bulan kedua yakni bulan April adalah pembuatan Bangunan
Penangkap Sedimen dan bulan ketiga yakni bulan Juni pengambilan data
kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti dengan mengacu pada
1) Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari simulasi model
fisik di laboratorium.
2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur dan hasil
1. Alat
debit aliran.
e) timbangan digital.
pengendapan.
2. Bahan
b) Pintu. Pintu off-take terbuat dari pelat baja yang dicat supaya tahan
e) Air.
1. Denah penelitian
770.0 140.0
J
6 2.5 000
265.0
O
1 0.0 000
1 5.0 000
H
N 3 0.0 000
240.0
K 217.5
1 5.0 000
1 5.0 000
166.8
140.4
A F
B D
C
L
165.0 190.0 419.9
150.0
A. Bak penampung
41
C. Bak sirkulasi
E. Bak sirkulasi
H. Bak penampung
I. Pasangan pondasi
K. Saluran
M. Saluran pembilas
2. Model penelitian
kajian.
43
1. Variabel bebas :
c) Waktu (t)
a) Debit (Q)
b) Froude (fr)
c) Reynold (re)
F. Langkah-langkah Penelitian
dasar (B) :40 cm, Tinggi (H) :40 cm, kemiringan dasar BPS 0.0229
sedimen).
kecepatan.
G. Pencatatan Data
pada dasarnya data yang diambil adalah yang akan difungsikan sebagai
H. Analisa Data
terhadap hasil studi ini, sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian. Data
yang diolah adalah data yang relevan yang dapat mendukung dalam
Q=AxP
FR =
.
= +
2.
(2. )
=
′
. ( / ′) /
( ) /
− 0,047 = 025
( − ) ( − )
= ′
( − )
= .
b. Pendekatan Schocklitsch
⁄
= 2500 (q – )
= .
(1944). (10 . )
= ⁄
= B.
46
c. Pendekatan Kaliens
∗
= ( )
qB = qs .
QB = B .qB
47
Mulai
Studi literatur
Validasi alat
Pengamatan:
- Kec. Aliran (V)
- Debit aliran (Q)
- Tinggi Muka Air (h)
Tidak
cek
Ya
Kesimpulan
Selesai
ai
48
BAB IV
dibagi akar dari gravitasi dan kedalaman air.Jadi untuk mengetahui dan
menetapkan jenis aliran yang terjadi dalam saluran pada saat proses
Fr =
Q1 (bukaan 1 cm)
No t = 10 menit t = 15 menit t = 20 menit
v1 fr 1 v2 fr 2 v3 fr 3
1 1,03 1,66 1,02 1,68 1,00 1,60
2 0,92 1,54 0,88 1,19 0,85 1,13
3 0,80 1,17 0,76 0,89 0,72 0,79
4 0,67 0,71 0,60 0,54 0,58 0,64
5 0,55 0,46 0,45 0,36 0,42 0,37
6 0,42 0,31 0,33 0,27 0,28 0,23
7 0,30 0,20 0,20 0,14 0,16 0,12
Sumber: Hasil Perhitungan
49
0,90
0,75
0,60 t = 10 menit
t = 15 menit
0,45
t = 20 menit
0,30
0,15
1,66 1,54 1,17 0,71 0,46 0,31 0,20
Bilangan Froude (Fr)
yang paling besar terdapat pada t = 15 menit, yaitu 1.68 ini termasuk
Q2 (bukaan 2 cm)
No t = 10 menit t = 15 menit t = 20 menit
v1 fr 1 v2 fr 2 v3 fr 3
1 1,23 1,76 1,20 1,71 1,18 1,78
2 1,09 1,30 1,02 1,41 1,00 1,41
3 0,96 1,02 0,88 1,00 0,87 1,27
4 0,82 0,72 0,74 0,79 0,71 0,72
5 0,68 0,54 0,58 0,44 0,55 0,44
6 0,53 0,39 0,40 0,29 0,38 0,27
7 0,35 0,23 0,23 0,15 0,18 0,11
Sumber: Hasil Perhitungan
50
1,16
0,96
0,76 t = 10 menit
t = 15 menit
0,56
t = 20 menit
0,36
0,16
1,76 1,30 1,02 0,72 0,54 0,39 0,23
Bilangan Froude (Fr)
Gambar 16. Hubungan antara kecepatan (m/det) dan Bilangan Froude
untuk debit kedua (Q2)
atas bahwa nilai Froude yang paling besar yaitu 1.78 nilai ini termasuk
Q3 (bukaan 3 cm)
No t = 10 menit t = 15 menit t = 20 menit
v1 fr 1 v2 fr 2 v3 fr 3
1 1,45 2,22 1,43 2,16 1,40 2,01
2 1,26 1,85 1,24 1,62 1,20 1,43
3 1,08 1,12 1,00 1,07 0,99 1,06
4 0,89 0,85 0,80 0,77 0,77 0,79
5 0,67 0,56 0,60 0,47 0,57 0,44
6 0,48 0,36 0,39 0,27 0,36 0,25
7 0,30 0,19 0,22 0,14 0,20 0,13
Sumber: Hasil Perhitungan
51
1,58
Kecepatan aliran (V) m/dtk
1,38
1,18
0,98
t = 10 menit
0,78 t = 15 menit
0,58 t = 20 menit
0,38
0,18
2,22 1,85 1,12 0,85 0,56 0,36 0,19
Bilangan Froude (Fr)
ṽ
=
52
Q1 (bukaan 1 cm)
No t = 10 menit t = 15 menit t = 20 menit
v1 Re 1 v2 Re 2 v3 Re 3
1 1,03 44,207 1,02 260,1 1,00 246,0
2 0,92 99,117 0,88 110,5 0,85 104,5
3 0,80 65,909 0,76 110,5 0,72 104,5
4 0,67 28,747 0,60 110,5 0,58 104,5
5 0,55 14,573 0,45 110,5 0,42 104,5
6 0,42 8,789 0,33 142,5 0,28 134,8
7 0,30 4,935 0,20 142,5 0,16 134,8
Sumber: Hasil Perhitungan
1,20
Kecepatan Aliran (V) m/dtk
1,00
0,80
0,60 t = 10 menit
t = 15 menit
0,40
t = 20 menit
0,20
0,00
44,207 99,117 65,909 28,747 14,573 8,789 4,935
Bilangan Reynold (Re)
menit yaitu Re = 260,1 dan kecepatan aliran yang paling besar berada
Q2 (bukaan 2 cm)
No t = 10 menit t = 15 menit t = 20 menit
v1 Re 1 v2 Re 2 v3 Re 3
1 1,23 347,2 1,20 309,8 1,18 298,7
2 1,09 147,4 1,02 131,6 1,00 126,9
3 0,96 147,4 0,88 131,6 0,87 126,9
4 0,82 147,4 0,74 131,6 0,71 126,9
5 0,68 147,4 0,58 131,6 0,55 126,9
6 0,53 190,3 0,40 169,7 0,38 163,7
7 0,35 190,3 0,23 169,7 0,18 163,7
Sumber: Hasil Perhitungan
1,4
Kecepatan Aliran (V) m/dtk
1,2
1
0,8
t = 10 menit
0,6 t = 15 menit
0,4 t = 20 menit
0,2
0
347,2 147,4 147,4 147,4 147,4 190,3 190,3
Bilangan Reynold (Re)
10 menit yaitu 1,23 m/dtk dan angka Reynold yang paling besar terdapat
Q3 (bukaan 3 cm)
No t = 10 menit t = 15 menit t = 20 menit
v1 Re 1 v2 Re 2 v3 Re 3
1 1,45 376,0 1,43 348,6 1,40 336,8
2 1,26 159,7 1,24 148,1 1,20 143,0
3 1,08 159,7 1,00 148,1 0,99 143,0
4 0,89 159,7 0,80 148,1 0,77 143,0
5 0,67 159,7 0,60 148,1 0,57 143,0
6 0,48 206,1 0,39 191,0 0,36 184,5
7 0,30 206,1 0,22 191,0 0,20 184,5
Sumber: Hasil Perhitungan
1,60
1,40
Kecepatan Aliran (V) m/dtk
1,20
1,00
0,80 t = 10 menit
0,60 t = 15 menit
t = 20 menit
0,40
0,20
0,00
376,0 159,7 159,7 159,7 159,7 206,1 206,1
Bilangan Reynold (Re)
t Q h v Fr Re
3
No menit m /det m m/det - - Keterangan
1 10 0,11 0,67 0,86 38,04 subkritis laminar
2 15 0,11 0,61 0,73 140,99 subkritis laminar
3 20 0,00753 0,10 0,57 0,70 142,52 subkritis laminar
4 10 0,13 0,81 0,85 142,52 subkritis laminar
5 15 0,13 0,72 0,83 142,52 subkritis laminar
6 20 0,00374 0,12 0,18 0,86 142,52 subkritis laminar
7 10 0,12 0,88 1,02 203,84 super kritis laminar
8 15 0,13 0,81 0,93 188,99 subkritis laminar
9 20 0,00753 0,13 0,78 0,87 182,56 subkritis laminar
Sumber: Hasil Perhitungan
= .
+
1,00
0,80
0,60 t = 10 menit
t = 15 menit
0,40
t = 20 menit
0,20
0,00
2,4 3,7 4,8 9,2 14,8 18,8 23,8
Energi spesifik (E) Nm
Gambar 21. Hubungan antara tinggi muka air dan Energi spesifik
Dari hasil analisa untuk energi spesifik dengan tinggi muka air
Gambar 22. Hubungan antara tinggi muka air dan Energi spesifik
Dari hasil analisa untuk energi spesifik dengan tinggi muka air
Gambar 23. Hubungan antara tinggi muka air dan Energi spesifik
Dari hasil analisa untuk energi spesifik dengan tinggi muka air,
maka dapat di ambil kesimpulan dari tiga gambar di atas bahwa semakin
spesifiknya.
pengendapan yang ada pada titik pengamatan sesuai debit dan waktu
Tabel 13. Rata-rata Tinggi Pengendapan yang ada pada titik pengamatan
dengan debit dan waktu yang bervariasi.
Gambar 24. Tinggi endapan rata-rata dengan debit dan waktu yang
bervariasi.
Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa volume endapan yang paling
besar rata – ratanya terjadi pada sekat 2 dan sekat 3 sedangkan volume
Penangkap Sedimen).
Penangkap Sedimen) yaitu 0,11 cm. Sedangkan untuk nilai rata – rata
volume endapan yang paling tinggi terjadi pada sekat 3 yaitu 5,48 cm dan
nilai volume endapan yang paling rendah terjadi pada hulu BPS
Langsung.
Tabel 15. Volume endapan yang terjadi pada titik pengamatan untuk debit
pertama (Q1).
1,10
1,00
0,90
Kecepatan Aliran (V) m/dtk
0,80
0,70
0,60
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,0004 0,0027 0,0029 0,0026 0,0042 0,0020 0,0012
Volume Endapan (kg/m³)
t = 10 mnt t = 15 mnt t = 20 mnt
volume endapan yang paling besar terdapat pada hilir BPS yaitu 0,0047
pada hulu BPS dengan nilai 0,0001 kg/mᶾ dengan nilai kecepatan aliran
Tabel 16. Volume endapan yang terjadi pada titik pengamatan untuk debit
pertama (Q2).
1,5
Kecepatan Aliran (V) m/dtk
1,3
1,1
0,9
0,7
0,5
0,3
0,1
0,0010 0,0030 0,0031 0,0029 0,0038 0,0018 0,0019
volume endapan yang paling besar terdapat pada Sekat 4 yaitu 0,0038
64
kg/mᶾ dengan nilai kecepatan aliran 0,55 m/dtk untuk V3. Sedangkan
volume endapan yang paling kecil terdapat pada hulu BPS dengan nilai
Tabel 17. Volume endapan yang terjadi pada titik pengamatan untuk debit
pertama (Q3).
1,50
1,30
Kecepatan Aliran (V) m/dtk
1,10
0,90
0,70
0,50
0,30
0,10
0,0006 0,0030 0,0031 0,0030 0,0039 0,0018 0,0019
Volume Endapan (kg/m³)
t = 10 menit t = 15 menit t = 20 menit
Dari gambar tabel 17 untuk debit pertama (Q3) maka dapat dilihat
volume endapan yang paling besar terdapat pada sekat 4 yaitu 0,0039
kg/mᶾ untuk V3. Sedangkan volume endapan yang paling kecil terdapat
pada hulu BPS dengan nilai 0,0006 kg/mᶾ untuk V1,V2 dan V3. Dari
endapannya.
Empiris.
′
. ( / ′) /
( ) /
− 0,047 = 0,25
( − ) ( − )
1.0.021 ( 1) / ( ′) /
− 0,047 = 0,25
( − ) , 0,0007 (1444 − 1000)
, . , ′ /
6,764121335 – 0,047 = .
( )
′ /
6,764121335 = 383,1610011( )
′ /
= 0,01753081 = 0,002321148 kg/(detik)(m)
= ′
( − )
= 0,00232115 ( , )
= 0,007549 kg/(detik)(m)
= .
0.002803899 kg/detik
600 = 0.004 /
444
Untuk perhitungan selanjutnya dengan variasi debit dan waktu dapat
2) Rumus Schocklitsch
⁄
= 2500 (q – )
⁄
= (2500)( 0,0229) (0,07939 –0,0000020907) = 0,6884699
kg/(det)(m)
3) Rumus Kalinske
∗
= ( )
.
( ) = .
= 0,015, dari gambar didapat ∗ = 1.25 (lihat Grafik
∗ = 1.25
∗
= 1.25 ( ) = (1.25)(0,159133)(0,0007)
= 0,0001392kg/(det)(m)
0,900
0,800
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
0,008 0,008 0,008 0,004 0,004 0,004 0,008 0,008 0,008
langsung adalah rumus Meyer – Peter dan Muller seperti yang terlihat
B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan untuk energi spesifik dengan tinggi muka air,
maka dapat di ambil kesimpulan dari tiga gambar di atas bahwa semakin
spesifiknya.
peroleh data hasil analisa seperti yang ada pada tabel 13 volume endapan
yang paling besar rata – ratanya terjadi pada sekat 2 dan sekat 3
sedangkan volume endapan yang paling rendah terjadi pada hulu BPS
Penangkap Sedimen) yaitu 0,11 cm. Sedangkan untuk nilai rata – rata
volume endapan yang paling tinggi terjadi pada sekat 3 yaitu 5,48 cm dan
nilai volume endapan yang paling rendah terjadi pada hulu BPS
Dari gambar tabel 17 untuk debit pertama (Q3) maka dapat dilihat
volume endapan yang paling besar terdapat pada sekat 4 yaitu 0,0039
kg/mᶾ untuk V3. Sedangkan volume endapan yang paling kecil terdapat
pada hulu BPS dengan nilai 0,0006 kg/mᶾ untuk V1,V2 dan V3. Dari
70
endapannya.
6. Pencekatan empiris.
langsung adalah rumus Meyer – Peter dan Muller seperti yang terlihat
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa :
1) Dari hasil pengamatan sifat aliran setelah melalui sekat bercincin, maka
aliran yang terjadi adalah aliran super kritis pada hulu BPS (Bangunan
Penangkap Sedimen) dan lambat laun berubah menjadi sub kritis pada
sekat 5.
2) Dari hasil analisa hubungan tinggi muka mata air dengan energi spesifik
paling besar terjadi pada Q3, t = 10 menit dengan nilai 0,00319 m2 dan
volume endapan yang paling rendah terjadi pada Q1, t = 15 menit dengan
0,00402 m2.
5) Pendekatan empiris dari ketiga ahli yang paling mendekati dengan hasil
B. Saran
Herdianto, Revalin dkk. 2010. Kombinasi Sekat dan Tanaman Air Untuk
Optimasi Bangunan Penangkap Sedimen.
(http://google,diakses 04 September 2014).
Yang Chih Ted. (1996). Sediment Transport (theory and practice). Mc.
Graw Hill International Edition Civil Engineering series.
Yang Chih Ted. (1996). Sediment Transport (theory and practice). Mc.
Graw Hill International Edition Civil Engineering series.
LAMPIRAN
Proses running
Pemadatan sedimen
Pengaliran sedimen
Hasil pengendapan sedimen