Referat Forpat Luka Bakar 1
Referat Forpat Luka Bakar 1
Disusun Oleh :
Pembimbing :
AKBP dr. Andreas Akmilius Erasmus Lala, Sp.FM
Disusun Oleh :
Jakarta, … 2023
Pembimbing,
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar (combustio) merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Luka bakar dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, namun juga
sangat mempengaruhi seluruh sistem tubuh pasien. Angka morbiditas dan mortalitas pada
kasus luka bakar cukup tinggi. Luka bakar juga dapat menyebabkan gangguan psikis,
bahkan berdampak secara ekonomi pada penderita.
Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas masih
merupakan penyebab utama kematian dan ketidakmampuan jangka panjang. Anak- anak
dan orang tua beresiko untuk mengalami luka bakar yang lebih dalam karena lapisan kulit
dermis mereka lebih tipis. Antara 1997-2002 terdapat 17.237 anak di bawah 5 tahun
mendapat perawatan di gawat darurat di 100 rumah sakit di Amerika.
Melihat besarnya dampak yang ditimbulkan oleh luka bakar, angka insiden, dan
angka mortalitas akibat trauma jenis ini, maka diperlukan suatu literatur khusus untuk
mengupas sekilas mengenai luka bakar dan konsepnya secara umum. Tinjauan pustaka
ini dibuat untuk membantu mengenalkan para praktisi medis terhadap luka bakar,
efeknya terhadap berbagai sistem organ, klasifikasi derajat luka bakar menurut luas
permukaan, penyebab kematian utama pada luka bakar, serta bagaimana cara
membedakan luka antemortem dan postmortem pada korban melalui pengamatan klinis
yang singkat, jelas, dan mudah dimengerti.
4
5
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : An. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 5 tahun
Hari tanggal Jenazah masuk : 15 Agustus 2023
Tanggal pemeriksaan Luar : 15 Agustus 2023
Waktu Pemeriksaan Luar : 23.20 WIB
Lokasi ditemukan : Rumah Korban di Kec. Pondok Melati
Pengirim : Kepolisian Sektor Pondok Gede
6
dapat dinilai karena jenazah hangus terbakar. Selaput kedua bola mata
tidak dapat dinilai karena jenazah hangus terbakar. Selaput kedua
kelopak mata tidak dapat dinilai karena jenazah hangus terbakar.
d. Hidung simetris, kesan pesek. Daun telinga kanan tidak ditemukan,
daun telinga kiri hangus terbakar menjadi arang berwarna kehitaman.
Mulut terbuka 25 millimeter. Lidah tidak terjulur maupun tergigit.
e. Gigi geligi berjumlah dua puluh empat buah, dengan deskripsi sebagai
berikut:
i. Pada rahang atas sisi kanan, rahang atas sisi kiri, rahang
bawah sisi kanan, dan rahang bawah sisi kiri, gigi geligi
berjumlah enam buah.
f. Dari lubang hidung, lubang mulut, lubang telinga kiri, tidak keluar
apa-apa.
g. Luka-luka: Jenazah dalam kondisi tidak utuh, hangus terbakar pada
seluruh tubuh.
h. Pada area kepala dan wajah tampak seluruhnya hangus terbakar
menjadi arang, berwarna kehitaman dengan sebagian tulang tengkorak
telah hilang, dengan dasar berupa otak.
i. Pada daerah leher, dada, dan lapang perut tampak seluruh kulit hangus
terbakar, mengarang.
j. Pada area punggung, bokong, dan kemaluan tampak seluruhnya
hangus terbakar menjadi arang, berwarna kehitaman dengan kulit dan
otot tampak menghilang, dengan dasar berupa hati, ginjal, usus,
tulang belakang, tulang usus, tulang ekor, dan kandung kemih.
k. Pada lengan atas kanan tampak hangus terbakar menjadi arang,
berwarna kehitaman, hanya tersisa satu per tiga bagian atas.
l. Pada lengan atas kiri tampak seluruh kulit hangus terbakar,
mengarang.
m. Paha kanan tampak hangus terbakar menjadi arang, berwarna
kehitaman, hanya tersisa satu per tiga bagian atas. Lutut hingga
tungkai bawah kanan tidak ditemukan.
7
n. Seluruh paha kiri tampak hangus terbakar menjadi arang, berwarna
kehitaman. Lutut hingga tungkai bawah kiri tidak ditemukan.
o. Patah tulang: Paha kanan tampak patah pada satu per tiga atas dengan
tepi tulang berwarna kehitaman mengarang.
p. Lain-lain:
Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan luas luka bakar dan derajat
luka bakarnya, dan harus objektif.5 Patokan yang masih dipakai dan diterima luas
adalah mengikuti Rules of Nines dari Wallace. Luka bakar yang terjadi pada daerah
8
muka dan leher jauh lebih berbahaya daripada luka bakar di tungkai bawah, kita
mesti sangat waspada terhadap timbulnya obstruksi jalan napas.7,16
Berdasarkan dalamnya jaringan yang rusak akibat luka bakar tersebut, luka
bakar dapat diklasifikasikan menjadi derajat I, II, III dan IV.7 Pada luka bakar
derajat 1 (superficial burn), kerusakan hanya terjadi di permukaan kulit. Kulit akan
tampak kemerahan, tidak ada bulla, sedikit edema dan nyeri, dan tidak akan
menimbulkan jaringan parut setelah sembuh. Luka bakar derajat 2 (partial thickness
burn) mengenai sebagian dari ketebalan kulit yang melibatkan semua epidermis dan
sebagian dermis. Pada kulit akan ada bulla, sedikit oedem, dan nyeri berat. Pada luka
bakar derajat 3 (full thickness burn), kerusakan terjadi pada semua lapisan kulit dan
ada nekrosis. Lesi tampak putih dan kulit kehilangan sensasi rasa, dan akan
menimbulkan jaringan parut setelah luka sembuh. Luka bakar derajat 4 disebut
charring injury. Pada luka bakar ini kulit tampak hitam seperti arang karena
terbakarnya jaringan. Terjadi kerusakan seluruh kulit dan jaringan subkutan begitu
juga pada tulang akan gosong.
Beratnya luka bakar berdasarkan derajat dan luasnya kulit yang terkena dan
dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat.17 Disebut ringan jika
terdapat luka bakar derajat I seluas <15% atau derajat II seluas <2%. Luka bakar
sedang adalah luka bakar derajat I seluas 10-15% atau derajat II seluas 5-10%. Luka
bakar berat merupakan luka bakar derajat II seluas >20% atau derajat III seluas
>10% atau mengenai wajah, tangan-kaki, alat kelamin/persendian sekitar ketiak atau
akibat listrik tegangan tinggi (>1000V) atau dengan komplikasi patah
tulang/kerusakan jaringan lunak/gangguan jalan nafas.
Pada pemeriksaan ditemukan luka bakar derajat empat dikarenakan terdapat ___
dengan luas permukaan tubuh seluas seratus persen dari total luas permukaan tubuh
akibat paparan panas atau api.
9
Penyebab kematian utama pada luka bakar
Kematian akibat luka bakar dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
syok neurogenik, hipovolemik, asfiksia, dan sepsis. Kematian karena luka bakar
dapat dibagi menjadi 2 yaitu kematian cepat dan kematian lambat. Kematian cepat
adalah kematian yang dilihat menurut waktunya dalam beberapa menit sampai
berapa jam dari kecelakaan yang dapat terjadi dari syok neurogenik (nyeri yang
sangat parah), luka akibat panas (menyebabkan terjadinya hipovolemia, shock dan
kegagalan ginjal akut), luka pada pernafasan, dsb.
Kematian akibat luka bakar pada kebakaran yang hebat yang terjadi pada
gedung-gedung atau rumah-rumah biasanya disebabkan oleh CO poisoning dan
smoke inhalation dibanding dengan luka bakar itu sendiri. CO poisoning merupakan
aspek yang penting dari penyebab kematian pada luka bakar, biasanya korban
menjadi tidak sadar dan meninggal sebelum api membakarnya, ini dapat menjawab
pertanyaan mengapa korban tidak melarikan diri pada waktu terjadi kebakaran.
Sehingga dalam menentukan penyebab dari kematian, maka luas dan derajat luka
bakar serta saturasi darah yang mengandung CO harus dinilai secara hati – hati. CO
dalam darah merupakan indikator yang paling berharga yang dapat menunjukkan
10
bahwa korban masih hidup pada waktu terjadi kebakaran. Oleh karena gas ini hanya
dapat masuk melalui absorbsi pada paru-paru. Pada perokok dapat dijumpai saturasi
CO dalam darah hanya lebih dari 5%, dan ini dapat menunjukan bahwa korban masih
bernafas pada waktu terjadinya kebakaran.
Pada bidang pemeriksaan forensik, uji dilusi alkali sering digunakan untuk
memeriksa ada atau tidaknya kandungan CO dalam darah. CO lebih mudah mengikat
Hb daripada O2. Saat CO berikatan dengan Hb, terbentuklah COHb yang resisten
terhadap alkali sehingga menghambat pembentukan hematin alkali dalam darah.
Reaksi inilah yang menjadi prinsip dasar uji dilusi alkali. Uji dilusi alkali dilakukan
dengan membandingkan darah sampel dengan darah normal (darah kontrol).
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan
kerusakan jaringan. Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir,
sengatan listrik, sinar X dan bahan korosif.
Kerusakan kulit yang terjadi tergantung pada tinggi suhu dan lama kontak.
Suhu minimal untuk dapat menghasilkan luka bakar adalah sekitar 44°C. Suhu 65°C
dengan kontak selama 2 detik sudah cukup menghasilkan luka bakar. Kontak kulit
dengan uap air panas selama 2 detik mengakibatkan suhu kulit pada kedalaman 1
mm dapat mencapai suhu 47°C, air panas yang mempunyai suhu 60°C yang kontak
dengan kulit dalam waktu 10 detik akan menyebabkan partial thickness skin loss dan
diatas 70°C akan menyebabkan full thickness skin loss. Pelebaran kapiler dibawah
kulit mulai terjadi pada saat suhu mencapai 35°C selama 120 detik, vesikel terjadi
pada suhu 53°C – 57°C selama kontak 30 – 120 detik.2,3
3.2 Etiologi
Sumber dari luka bakar harus ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan
evaluasi dan penanganan. Luka bakar dapat dibedakan atas :
1. Luka bakar karena suhu, seperti api, radiasi matahari, atau panas dari api
itu sendiri, uap panas, cairan panas, dan benda-benda panas, serta terpapar
oleh suhu rendah yang sangat ekstrim. Kedalaman luka bakar karena
suhu berkaitan dengan temperatur cairan, lamanya paparan dengan cairan,
dan viskositas cairan (biasanya ada kontak lama dengan cairan lebih
kental).
2. Luka bakar karena bahan kimia, seperti berbagai macam zat asam, basa,
dan bahan tajam lainnya. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat
kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan
zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah
12
tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri,
pertanian dan militer.
3. Luka bakar karena listrik, baik Alternatif Current (AC) maupun Direct
Current (DC). Luka bakar listrik disebabkan oleh panas yang digerakan
dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka bakar inhalasi, seperti keracunan karbon monoksida, panas atau
smoke inhalation injuries.
5. Luka bakar akibat radiasi, yang bersumber dari bahan-bahan nuklir,
termasuk sinar ultraviolet. Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar
dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan
penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk
keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari
akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka
bakar radiasi.3,6
3.3 Klasifikasi
Luka bakar dibedakan menjadi 2 berdasarkan:
1. Dalamnya luka bakar.
a. Klasifikasi luka bakar menurut Dupuytren
Klasifikasi lama yang diperkenalkan oleh Dupuytren adalah pembagian
derajat luka bakar dalam 6 derajat :
- Luka bakar derajat 1
Luka akibat terkena panas dari api, benda panas dan cairan panas yang
suhunya tidak mencapai titik didih, atau akibat cairan kimia. Biasanya
bentuk luka berupa kemerahan dan proses penyembuhan terjadi tanpa
meninggalkan parut. Waktu penyembuhan antara beberapa jam sampai
beberapa hari.
- Luka bakar derajat 2
Luka diakibatkan terkena benda panas atau cairan panas yang suhunya
mencapai titik didih atau lebih tinggi. Lapisan kulit superficial hanya
13
sedikit yang rusak dan penyembuhannya tanpa meninggalkan jaringan
parut. Pada awalnya terdapat vesikel yang kemudian akan terasa sakit dan
warnanya menjadi hitam.
- Luka bakar derajat 3
Luka bakar ini adalah akibat cairan yang suhunya diatas titik didih. Pada
keadaan ini lapisan superfisial kulit seluruhnya rusak sehingga pada
penyembuhan akan meninggalkan jaringan parut. Ujung persyarafan juga
terbakar dan hal ini mengakibatkan rasa nyeri yang hebat. Pada proses
penyembuhan dapat terjadi jaringan parut yang mengandung semua
element kulit, sehingga tidak mengalami kontraktur.
- Luka bakar derajat 4
Seluruh jaringan kulit mengalami kerusakan. Ujung saraf juga ikut rusak,
sehingga pada luka bakar ini rasa nyeri tidak ada. Jaringan parut yang
terbentuk akan mengalami kontraksi dan deformitas. Luka terkelupas
pada hari ke 5 atau ke 6 dan penyembuhan akan berjalan lambat.
- Luka bakar derajat 5
Pada keadaan ini kerusakan juga meliputi fasia otot dan hampir selalu
mengalami deformitas.
- Luka bakar derajat 6
Keadaan ini biasanya fatal, jika tidak meninggal maka biasanya
mengakibatkan kerusakan anggota badan. 2,4
b. Klasifikasi luka bakar oleh Wilson
- Luka bakar derajat satu
Terjadi eritema dan blister tanpa kehilangan epidermis. Disini kapiler
mengalami dilatasi dan terjadi transudasi cairan kedalam jaringan ikat,
yang menyebabkan edema. Secara umum blister diliputi oleh kulit yang
berwarna keputihan diatasnya, epidermis yang avaskuler dan dibatasi oleh
zona yang berwarna hiperemis. Bila besar blister kurang dari 1 cm maka
blister ini akan diresorpsi, sebaliknya bila blister ini pecah maka akan
meninggalkan daerah dengan dasar yang berwarna kemerahan. Luka
bakar derajat satu ini akan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut.
Walaupun luka bakar yang terjadi adalah derajat satu akan tetapi bila
14
meliputi lebih dari sepertiga permukaan tubuh terutama yang terletak
pada daerah kepala, leher, badan, atau dinding depan dari abdomen maka
akan menyebabkan kefatalan.
- Luka bakar derajat dua
Terjadi destruksi dari seluruh ketebalan kulit. Epidermis dapat
mengalami koagulasi, pengerutan, berupa daerah yang dibatasi oleh zona
yang berwarna kemerahan, dan blister kulit. Dalam beberapa hari,
biasanya dalam beberapa minggu jaringan yang nekrosis akan
mengelupas dan meninggalkan ulcus yang lambat menyembuh. Luka
bakar derajat dua sering memerlukan koreksi bedah plastik untuk
mengatasi jaringan parut yang terbentuk selama penyembuhan.
- Luka bakar derajat tiga
Yang karakteristik dari luka bakar ini adalah destruksi yang luas tidak
hanya pada kulit dan subkutis tetapi juga pada otot dan tulang.destruksi
pada ujung-ujung saraf juga dapat terjadi yang mengakibatkan kehilangan
rasa nyeri yang relatif. Devitalisasi jaringan pada area luka bakar
menyebabkan mudah terkenanya infeksi dan penyembuhan yang berjalan
lambat. Bila eksposurenya berkepanjangan, maka kulit dan jaringan ikat
dibawah kulit akan terbakar dan menjadi arang. Sedangkan exposure yang
luas dari tubuh setelah kematian oleh karena panas dan asap
menyebabkan seluruh tubuh menjadi arang dengan otot-otot dan organ-
organ dalam yang terpanggang, dan akhirnya menghanguskan bagian-
bagian tubuh terutama ekstremitas, genitalia dan telinga. 10
c. Klasifikasi derajat luka bakar yang lainnya
- Luka bakar derajat 1 (luka bakar superficial).
Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat
ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa
jaringan parut dalam waktu 5 – 7 hari.
- Luka bakar derajat 2 (luka bakar dermis).
Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada
element epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, dan folikel rambut. Dengan adanya sisa epitel yang
15
sehat ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 10 – 21 hari. Oleh karena
kerusakan kapiler dan ujung saraf di dermis, luka derajat ini tampak
lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar superficial,
karena adanya iritasi ujung saraf sensorik. Juga timbul bula berisi
cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas
dindingnya meninggi. Luka bakar derajat 2 dibedakan menjadi :
- Derajat dua dangkal
Dimana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan
penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10- 14 hari.
- Derajat dua dalam
Dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila
kerusakkan lebih dalam mengenai dermis, subyektif dirasakan
nyeri.penyembuhan terjadi lebih lama tergantung bagian dari
dermis yang memiliki kemampuan reproduksi sel-sel kulit ( epitel,
stratum germinativum, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dsb)
yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih
dari satu bulan.
- Luka bakar derajat 3
Luka Bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin
subkutis, atau organ yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi
elemen epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan
harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi
memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula
dan tidak nyeri. 1,3
2. Luasnya luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian-bagian 9% atau kelipatan dari 9
yang terkenal dengan nama “Rule Of Nine” atau “Rule Of Wallace”. 7
Kepala dan leher …………..…………………. 9%
Lengan (masing-masing 9%)….…….………. 18%
Badan Depan …………………...……………18%
Badan Belakang 18% ……………...……….. 36%
Tungkai (Masing-masing 18%) …………….. 36%
16
Genitalia/perineum ……………………….….. 1%
Total…………………………………………100%
17
Antara umur 15 tahun dan 5 tahun, untuk tiap tahun, tiap tungkai berselisih 0,2%.
Antara umur 5 tahun dan 1 tahun, untuk tiap tungkai berselisih 0,4%.7
Derajat dan luas luka bakar tergantung pada banyak faktor seperti jarak korban
dengan api, lamanya eksposure, bahkan pakaian yang digunakan korban pada waktu
terjadinya kebakaran. Komposisi pakaian dapat menentukan derajat keparahan dan
luasnya luka bakar. Kain katun murni akan mentransmisi lebih banyak energi termal
ke kulit dibandingkan dengan bahan katun polyester. Bahan katun terbakar lebih
cepat dan dapat menghasilkan luka bakar yang besar dan dalam. Bila bahan yang
dipakai kandungan poliesternya lebih banyak akan menyebabkan luka bakar yang
relatif ringan atau kurang berat. Bahan rajutan akan menghasilkan daerah luka bakar
yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan bahan pintalan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa bila bahan yang dipakai bertambah berat maka daerah yang
terbakar akan berkurang. Selain itu derajat luka bakar akan berkurang bila pakaian
yang dipakai korban ketat dan mengelilingi tubuh.7
18
maka CO poisoning dan smoke inhalation lebih sering bertanggung jawab
dalam penyebab kematian korban dibanding dengan luka bakar itu sendiri.
CO poisoning merupakan aspek yang penting dari penyebab kematian pada
luka bakar, biasanya korban menjadi tidak sadar dan meninggal sebelum api
membakarnya, ini dapat menjawab pertanyaan mengapa korban tidak
melarikan diri pada waktu terjadi kebakaran. Sehingga dalam menentukan
penyebab dari kematian, maka luas dan derajat luka bakar serta saturasi darah
yang mengandung CO harus dinilai secara hati – hati. Gas CO ini dibentuk
dari pembakaran yang tidak sempurna misalnya kayu yang terbakar, kertas,
kain katun, batu bara yang terbakar akan menghasilkan gas CO.9
CO dalam darah merupakan indikator yang paling berharga yang
dapat menunjukkan bahwa korban masih hidup pada waktu terjadi kebakaran.
Oleh karena gas ini hanya dapat masuk melalui absorbsi pada paru-paru. Pada
perokok dapat dijumpai saturasi CO dalam darah hanya lebih dari 5%, dan ini
dapat menunjukan bahwa korban masih bernafas pada waktu terjadinya
kebakaran, demikian juga pada korban atherosclerosis coroner yang berat
dapat meninggal dengan kadar COHB yang lebih rendah dari pada individu
yang sehat. Bila CO merupakan penyebab mati yang utama maka saturasi
dalam darah paling sedikitnya dibutuhkan 40% COHB, kecuali pada orang
tua, anak-anak dan debilitas dimana pernah dilaporkan mati dengan kadar 25
%. Sebenarnya kadar COHB pada korban yang sekarat selama kebakaran,
sering tidak cukup tinggi untuk menyebabkan kematian. Banyak kasus-kasus
fatal menunjukan 50- 60 % saturasi, walaupun kadarnya secara umum kurang
dari kadar yang terdapat dalam darah pada keracunan CO murni, seperti
pembunuhan dengan gas mobil atau industrial exposure, dimana
konsentrasinya dapat mencapai 80 %. Selain itu adanya gas-gas toksik dan
pengurangan oksigen dalam atmosfer dapat menyebabkan kematian dengan
kadar CO yang rendah.1,3,9
19
smoke inhalation. Asap yang berasal dari kebakaran terutama alat-alat rumah
tangga seperti furniture, cat, kayu, pernis, karpet dan komponen-komponen
yang secara struktural terdiri polystyrene, polyurethane, polyvinyl dan
material-material plastik lainnya dikatakan merupakan gas yang sangat toksik
bila dihisap dan potensial dalam menyebabkan kematian.
3. Trauma Mekanik
Kematian oleh karena trauma mekanik biasanya disebabkan karena
runtuhnya bangunan di sekitar korban, atau merupakan bukti bahwa korban
mencoba untuk melarikan diri seperti memecahkan kaca jendela dengan
tangan. Luka-luka ini harus dicari pada waktu melakukan pemeriksaan luar
jenazah untuk memastikan apakah luka-luka tersebut signifikan dalam
menyebabkan kematian. Trauma tumpul yang mematikan tanpa keterangan
antemortem sebaiknya harus dicurigai sebagai suatu pembunuhan.
4. Anoksia dan hipoksia
Kekurangan oksigen dengan akibat hipoksia dan anoksia sangat
jarang sebagai penyebab kematian. Bila oksigen masih cukup untuk
menyalakan api maka masih cukup untuk mempertahankan kehidupan.
Sebagai contoh tikus dan lilin yang diletakkan dalam tabung yang terbatas
kadar oksigennya ternyata walaupun lilin padam lebih dahulu tikus masih
aktif berlari di sekitarnya. Radikal bebas dapat diajukan sebagai salah satu
kemungkinan dari penyebab kematian, oleh karena radikal bebas ini dapat
menyebabkan surfaktan menjadi inaktif, jadi mencegah pertukaran oksigen
dari alveoli masuk kedalam darah.1,3
5. Luka bakar itu sendiri
Secara general dapat dikatakan bahwa luka bakar seluas 30 – 50 %
dapat menyebabkan kematian. Pada orang tua dapat meninggal dengan
presentasi yang jauh lebih rendah dari ini, sedangkan pada anak-anak
biasanya lebih resisten. Selain oleh derajat dan luas luka bakar prognosis juga
dipengaruhi oleh lokasi daerah yang terbakar, keadaan kesehatan korban pada
waktu terbakar. Luka bakar pada daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan
dikatakan sulit dalam perawatannya, oleh karena mudah mengalami
kontraktur.
20
6. Paparan panas yang berlebih
Environmental hipertermi dapat menjadi sangat fatal dan bisa
menyebabkan kematian. Bila tubuh terpapar gas panas, air panas atau ledakan
panas dapat menyebabkan syok yang disertai kolaps kardiovaskuler yang
mematikan. 1,3,
21
4. Pugilistic Posture
Pada mayat yang hangus terbakar, tubuh akan mengambil posisi
“pugilistic”. Koagulasi dari otot-otot oleh karena panas akan menyebabkan
kontraksi serabut otot otot fleksor dan mengakibatkan ekstremitas atas
mengambil sikap seperti posisi seorang boxer dengan tangan terangkat di
depannya, paha dan lutut yang juga fleksi sebagian atau seluruhnya. Posisi
“pugilistic” ini tidak berhubungan apakah individu itu terbakar pada waktu
hidup atau sesudah kematian. “pugilistic” attitude atau heat rigor ini akan
hilang bersama dengan timbulnya pembusukan. 3,8
22
CO dalam darah merupakan indikator yang paling berharga yang
dapat menunjukkan bahwa korban masih hidup pada waktu terjadi kebakaran.
Oleh karena gas ini hanya dapat masuk melalui absorbsi pada paru-paru.
Akan tetapi bila pada darah korban tidak ditemukan adanya saturasi COHb
maka korban mati sebelum terjadi kebakaran. Bahwa kadar saturasi CO
dalam darah tergantung beberapa faktor termasuk konsentrasi CO yang
terinhalasi dari udara, lamanya eksposure, rata-rata dan kedalaman respiration
rate dan kandungan Hb dalam darah. Kondisi-kondisi ini akan mempengaruhi
peningkatan atau penurunan rata-rata absorbsi CO.
Pada otopsi biasanya relatif mudah untuk menentukan korban yang
meninggal pada keracunan CO dengan melihat warna lebam mayat yang
berupa cherry red pada kulit, otot, darah dan organ-organ interna, akan tetapi
pada orang yang anemi atau mempunyai kelainan darah sehingga warna
cherry red ini menjadi sulit untuk dikenali.2,4,11
3. Reaksi jaringan.
Sebenarnya tidak mungkin untuk membedakan luka bakar yang akut
yang terjadi antemortem dan postmortem. Pemeriksaan mikroskopik luka
bakar tidak banyak menolong kecuali bila korban dapat bertahan hidup cukup
lama sampai terjadi respon respon radang. Kurangnya respon tidak
merupakan indikasi bahwa luka bakar terjadi postmortem.
Pemeriksaan slide secara mikroskopis dari korban luka bakar derajat
tiga yang meninggal tiga hari kemudian tidak ditemukan reaksi radang, ini
diperkirakan oleh karena panas menyebabkan trombosis dari pembuluh darah
pada lapisan dermis sehingga sel-sel radang tidak dapat mencapai area luka
bakar dan tidak menyebabkan reaksi radang.
Blister juga bukan merupakan indikasi bahwa korban masih hidup
pada waktu terjadi kebakaran, oleh karena blister ini dapat terjadi secara
postmortem.Blister yang terjadi postmortem berwarna kuning pucat, kecuali
pada kulit yang hangus terbakar.Agak jarang dengan dasar merah atau areola
yang erythematous, walaupun ini bukan merupakan tanda pasti.
Secara tradisional banyak penulis mengatakan bahwa untuk dapat
membedakan blister yang terjadi antemortem dengan blister yang terjadi
23
postmortem adalah dengan menganalisa protein dan klorida dari cairan itu.
Blister yang dibentuk pada ante mortem dikatakan mengandung lebih banyak
protein dan chloride, tetapi ini pun tidak merupakan angka yang absolute.
4. Pseudo Epidural Haemorrhage
Artefak umum yang biasanya terdapat pada korban yang hangus
terbakar dan kepala yang sudah menjadi arang adalah pseudo epidural
hemorrhage atau epidural hematom postmortem.
Untuk membedakan dengan epidural hematom antemortem tidak sulit
oleh karena pseudo epidural hematoma biasanya berwarna coklat,
mempunyai bentuk seperti honeycomb appearance, rapuh tipis dan secara
tipikal terletak pada daerah frontal, parietal, temporal dan beberapa kasus
dapat meluas sampai ke oksipital. Sedangkan pada Epidural Hematoma
biasanya berwarna hitam, dengan konsistensi kenyal, bentuk otak cekung
sesuai dengan pembekuan darah. 3
Pseudoepidural hematoma Epidural hematoma
5. Non-Cranial Fractures. 3
Artefak berupa fraktur pada tulang-tulang ekstremitas juga sering
ditemukan pada korban yang mengalami karbonisasi oleh karena terekspos
terlalu lama dengan api dan asap. Tulang – tulang yang terbakar mempunyai
warna abu-abu keputihan dan sering menunjukkan fraktur kortikal pada
permukaannya. Tulang ini biasanya hancur bila dipegang sehingga
memudahkan trauma postmortem pada waktu transportasi ke kamar mayat
atau selama usaha memadamkan api. Mayat sering dibawa tanpa tangan dan
24
kaki, dan mereka sudah tidak dikenali lagi di TKP karena sudah mengalami
fragmentasi.
6. Subendocardial left ventricular haemorrhages
Perdarahan subendocardial pada ventrikel kiri dapat terjadi oleh
karena efek panas. Akan tetapi perdarahan ini bukan sesuatu yang spesifik
karena dapat disebabkan oleh berbagai mekanisme kematian. Pada korban
kebakaran perdarahan ini merupakan indikasi bahwa sirkulasi aktif sedang
berjalan ketika terekspos oleh panas tinggi yang tidak dapat ditoleransi oleh
tubuh dan ini merupakan bukti bahwa korban masih hidup saat terjadi
kebakaran.2,4,11
7. Jika kematian akibat asfiksia, pada traktus respiratorius bisa ditemukan
partikel karbon. Seluruh traktus respiratorius bagian atas mengalami kongesti
dan dilapisi cairan mukus yang berbusa.Inflamasi pleura bisa terjadi dan
terdapat efusi ke dalam rongga pleura. Bilik jantung penuh berisi darah.
Lambung dan duodenum menunjukkan reaksi inflamasi. Setelah kematian,
pada duodenum mungkin terdapat tukak yang disebut tukak Curling
(Curling’s ulcer). Pada hati terdapat perlemakan. Pada ginjal terdapat
pembengkakan (cloudy swelling), thrombosis kapiler, bahkan mengalami
infark. Limpa dan kelenjar mengalami kongesti. 3
25
antemortem terdapat tanda-tanda intravital berupa vesikel dan bula,
sedangkan pada mayat postmortem tidak ditemukan tanda-tanda tersebut.
Perbedaan lain yang akan tampak adanya jelaga pada saluran napas pada luka
antemortem dan saturasi diatas sepuluh persen di dalam darah sedangkan
pada postmortem tidak. Ada tiga poin utama untuk membedakan luka bakar
antemortem atau postmortem, yaitu batas kemerahan,vesikasi, dan proses
perbaikan. Pada kasus luka bakar intravital , ada eritema yang disebabkan
oleh distensi kapiler yang bersifat sementara,menghilang karena tekanan
selama hidup dan memudar setelah mati.Namun, garis merah ini bisa saja
tidak ada pada orang yang sangat lemah kondisi badannya, yang meninggal
segera setelah luka bakar tersebut. 2,4
Vesikasi yang timbul akibat luka bakar saat hidup mengandung cairan
serosa yang berisis albumin,klorida,dan sering juga sedikit sel PMN, sel
darah putih, dan memiliki daerah yang memerah, dasar inflamasi dengan
papila yang meninggi. Kulit yang mengelilingi vesikasi tersebut berwarna
merah cerah atau tembaga. Hal ini merupakan ciri khas yang membedakan
vesikasi sejati atau palsu yang diproduksi setelah mati. Vesikasi palsu
mengandung udara saja, dan biasanya juga mengandung serum dalam jumlah
yang sangat sedikit yang berisi albumin, tapi tidak ada klorida seperti pada
orang yang menderita general anasarka, dasarnya keras, kering, bertangkai,
kekuningan selain menjadi merah dan inflamasi.
Proses perbaikan seperti tanda-tanda inflamasi, formasi jaringan
granulasi , pus dan pengelupasan yang mengindikasikan bahwa luka bakar
tersebut terjadi saat hidup.Luka bakar yang disebabkan setelah mati
menunjukan tidak ada reaksi vital dan memiliki tampakan “dull white”
dengan membukanya kelenjar pada kulit yang berwarna abu-abu. Organ
internal terpanggang dan menimbulkan bau yang khas. Perbedaan luka bakar
antemortem dan postmortem adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Perbedaan luka bakar antemortem dan postmortem 2,4
Beda Luka bakar antemortem Luka bakar postmortem
Vesikel, Bula · Warna sekitarnya · Tidak hiperemis
hiperemis · Tidak mengandung
26
· Cairan banyak albumin
mengandung · Dasar vesikel kering
albumin dan keras
· Dasar vesikel · Terdapat udara
mengalami inflamasi dalam bula
· Tidak ada udara
pada dasar bula
Paru · Terdapat jelaga · Tidak ada jelaga
· Reaksi radang pada · Tidak ada reaksi
epitel sal.napas radang pada epitel
sal. napas
Gambaran · Terdapat serbukan · Terdapat sedikit atau
mikroskopis sel PMN tidak terdapat
serbukan sel PMN
27
ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat. Pernyataan ini menjadi dasar
pembuatan visum et repertum (laporan bertulis) pada kasus tindak pidana. 12
Pada persidangan kasus pidana, dokter forensik akan dipanggil
sebagai saksi ahli. Sesuai dengan Pasal 179 ayat 1 KUHAP yang menyatakan
setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman
atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi
keadilan.12
Akhirnya dalam pemeriksaan sedapat mungkin dokter bisa
menentukan cara kematian berdasarkan temuan yang dapat berupa : 3
1. Kecelakaan / Accidental burns
Sering dijumpai pada kebakaran rumah dan gedung. Banyak pada
wanita dan anak karena sering bekerja di dapur. Pada anak-anak luka bakar
terjadi karena mereka tidak menyadari bahwa ada kebakaran di sekelilingnya.
Pada kasus luka bakar akibat kecelakaan, seperti ketidaksengajaan sehingga
dapat menimbulkan luka bakar atau bahkan kematian akibat luka bakar, biasa
akan ditemukan adanya hal-hal seperti tanda intravital pada luka bakar dan
gelembung yang terbentuk, adanya jelaga pada saluran pernapasan serta
saturasi CO diatas sepuluh persen dalam darah korban. Juga ditemukan tanda
antemortem intravital seperti vesikel dan bulla.
2. Pembunuhan
Sering didapati sebagai upaya untuk menghilangkan jejak
pembunuhan atau agar sulit dilakukan penyelidikan. Pada kasus-kasus
pembunuhan, biasanya ditemukan tanda-tanda post mortem. Pada tubuh
manusia yang sudah mati terbakar tidak akan berwarna kemerahan oleh
reaksi intravital. Tubuh mayat akan tampak keras dan kekuningan.
Gelembung yang terdapat akan mengandung sangat sedikit albumin yang
akan memberikan kekeruhan bila dipanaskan serta sangat sedikit atau tidak
ditemukan sel PMN. Jadi dokter forensik dapat menentukan perbedaan luka
bakar antara antemortem dan post mortem adalah pada luka antemortem
terdapat tanda-tanda intravital berupa vesikel dan bula, sedangkan pada
mayat postmortem tidak ditemukan tanda-tanda tersebut. Perbedaan lain yang
akan tampak adanya jelaga pada saluran napas pada luka antemortem dan
28
saturasi diatas sepuluh persen di dalam darah sedangkan pada postmortem
tidak.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
31