Anda di halaman 1dari 72

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI COKE HYBRID (PADUAN

TONGKOL JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN LIMBAH PLASTIK LOW


DENSITY POLYETHYLENE) MENGGUNAKAN METODE
CO-PIROLISIS

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana (S-1)

Oleh:

Mella Musadi
F1B1 18 003

PROGRAM STUDI FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat, hidayah dan karuniah-Nya sehingga penelitian dan penyusunan

skripsi yang berjudul “PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI COKE

HYBRID (PADUAN TONGKOL JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN

LIMBAH PLASTIK LOW DENSITY POLYETHYLENE) MENGGUNAKAN

METODE CO-PIROLISIS” ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa

pula shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga

dan para sahabatnya yang telah berjuang membawa kita menuju alam yang lebih

baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat

sarjana (S-1). Penulis berharap agar nantinya penelitian ini dapat memberi

manfaat dalam pengembangan ilmu fisika dan terapannya sesuai dengan Visi

Program Studi Fisika 2045 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Halu Oleo yaitu, menjadi salah satu program studi Fisika terdepan di

dunia dalam pengembangan ilmu Fisika dan terapannya untuk benua maritim,

harmonisasi, dan kesejahteraan berkelanjutan. Penulis menyadari sepenuhnya

bahwa berbagai kesulitan dan hambatan dalam menulis skripsi ini, sehingga

disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak mungkin tersusun tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan. Oleh karena itu, melalui

iii
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada

orang tua tercinta, Ayahanda Sadi Harjo dan ibunda Murtiningsih, serta kakanda

Ivan Musadi, S.Sos., atas limpahan cinta dan kasih sayang, serta dukungan yang

tak berhingga sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada Bapak

H. M. Jahiding, S.Si., M.Si. selaku pembimbing I dan Bapak Dr. H. La Aba, S.Si.,

M.Si. selaku pembimbing II atas segala ilmu dan bimbingan yang begitu berharga

kepada penulis selama ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muh. Zamrun F., S.Si., M.Si., M.Sc., selaku Rektor

Universitas Halu Oleo dan segenap jajarannya.

2. Bapak Dr Ida Usman M.Si., selaku Dekan FMIPA Universitas Halu Oleo

dan segenap jajarannya.

3. Ibu Lina Lestari, S.Pd., M.Si., selaku Penasehat Akademik dan Ketua Jurusan

Fisika FMIPA Universitas Halu Oleo, dan segenap jajarannya.

4. Bapak Dr. Eng. La Agusu, M.Si., Ibu Lina Lestari, S.Pd., M.Si, dan Bapak

Adrian Rahmat Nur, S.Pd., M.Sc., selaku Penguji, yang telah memberikan

saran dan kritik yang sangat bermanfaat.

5. Kepala Laboratorium atas izin yang diberikan pada penulis untuk melakukan

penelitian.

6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi FMIPA Universitas Halu Oleo

khususnya para Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis.

7. Terkhusus terima kasih kepada special person Sukma Kurniawan, S.M., yang

iv
senantiasa menemani penulis dari awal perkuliahan hingga selesai, yang

selalu menemani, membantu, memberi dukungan, semangat dan motivasi.

8. Teman yang paling setia : Fitriani Ayuningsih, Yuke Milen, Kadek Lisna dan

Novem yang selalu membantu dan menemani penulis dari awal pembuatan

skripsi hingga selesai.

9. Sahabat tercintaku : Indah, Erin, tiwi, dan yang lainnya yang selalu

memberikan bantuan, dukungan dan motivasi.

10. Sahabat tempat mengadu nasib : Israyani, Unny dan Sukma Tayong yang

selalu menjadi tempat curhat terbaik dan selalu memberikan bantuan dalam

bentuk apapun.

11. Sahabat Rebahan : Ani, Aisya, Farhan, Wira, Nirwan, Ridwan, Kevin yang

selalu menghibur dan memberikan semangat setra motivasi.

12. Seluruh Keluarga besar Fisika-018 yang telah menjadi teman terbaik, yang

selalu berbagi suka maupun duka selama proses perkuliahan.

Disadari bahwa kodrat kita sebagai manusia biasa kesempurnaan hanyalah

milik-Nya, sehingga dalam penyusunan skripsi ini, masih terdapat banyak

kekurangan. Untuk itu penulis memohon maaf serta mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun dari para pembaca, guna perbaikan dimasa yang

akan datang. Semoga hasil tugas akhir ini dapat memberikan faedah bagi semua

pihak, khususnya bagi dunia ilmu pengetahuan.

Kendari, 1 Juni 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHA ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xi
ABSTRAK xii
ABSTRACT xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Biomassa 7
B. Tongkol Jagung 8
C. Plastik LDPE 9
D. Bio-coke 11
E. Pirolisis 13
F. Karakteristik Coke Hybrid 17
1. Analisis Proximate 17
2. Analisis Nilai Kalor 20

III. METODE PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian 22
B. Jenis Penelitian 22
C. Alat dan Bahan 22
1. Alat penelitian 23
2. Bahan penelitian 24
D. Prosedur Penelitian 24
1. Persiapan bahan 24
2. Preparasi sampel 24
3. Tahap pembuatan coke hybrid dengan metode co-pirolisis 25
4. Rangkaian alat pirolisis 26
E. Proses Analisis Proximate 27
1. Kadar air 27
2. Volatile matter 28
3. Kadar Abu 28

vi
4. Fixed carbon 29
F. Analisis Nilai Kalor 29
G. Diagram Alir Penelitian 31

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Nilai Proximate Coke Hybrid 32
1. Kadar air 32
2. Volatile matter 34
3. Kadar abu 36
4. Fixed carbon 37
B. Nilai Kalor Coke Hybrid 39

V. PENUTUP
A. Kesimpulan 42
B. Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN 47

vii
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

2.1 Hasil analisis karakteristik bio-coke tongkol jagung 9


pada suhu 600℃
3.1 Alat penelitian 23

3.2 Bahan penelitian 24

viii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

2.1 Tongkol jagung 8

2.2 Plastik LDPE 10


2.3 Bio-coke 12
2.4 Skema alat pirolisis 14
2.5 Desain alat bomb calorimeter 21
3.1 Cetakan coke hybrid 25
3.2 Beban 1kg 25
3.3 Rangkaian alat pirolisis 26
3.4 Diagram alir proses penelitian 31
4.1 Grafik hubungan antara komposisi coke hybrid dengan
33
kadar air (%)
4.2 Grafik hubungan antara komposisi coke hybrid dengan
35
volatile matter (%)
4.3 Grafik hubungan antara komposisi coke hybrid dengan
36
kadar abu (%)
4.4 Grafik hubungan antara komposisi coke hybrid dengan
38
fixed carbon (%)
4.5 Grafik hubungan antara komposisi coke hybrid dengan
40
nilai kalor (kal/g)

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1 Hasil analisis proximate coke hybrid tongkol jagung 48


dengan plastik LDPE
2 Hasil analisis nilai kalor coke hybrid tongkol jagung 53
dengan plastik LDPE
3 Data Hasil Penelitian 54

4 Dokumentasi Penelitian 57

x
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang/Singkatan Arti Keterangan

Kal/g Kalori per Gram


% Persen
℃ Ukuran Temperatur (Celcius)
Cm Sentimeter
M Meter
G Gram
Ml Mililiter
C Carbon
CO2 Karbon Dioksida
CH Karbon Hidrogen
LDPE Low Density PolyEthylene

xi
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI COKE HYBRID (PADUAN
TONGKOL JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN LIMBAH PLASTIK LOW
DENSITY POLYETHYLENE) MENGGUNAKAN METODE
CO-PIROLISIS

Oleh :

Mella Musadi
F1B1 18 003

ABSTRAK

Setiap tahun penggunaan bahan bakar fosil mengalami peningkatan, yang


mengharuskan untuk mencari sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan
bakar fosil. Tongkol jagung merupakan limbah pertanian yang melimpah dan
banyak mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin. Pencampuran tongkol
jagung dengan bahan baku yang memiliki nilai kalor tinggi seperti plastik Low
Density Polyethylene (LDPE) dinilai dapat dijadikan energi alternatif yaitu coke
hybrid. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui pengaruh perbandingan massa
tongkol jagung (Zea mays L.) dan massa plastik Low Density Polyethylene
(LDPE) terhadap nilai proximate dan nilai kalor coke hybrid. Penelitian ini
menggunakan metode co-pirolisis dengan temperatur 600oC serta perbandingan
massa yang digunakan yaitu 10:0, 9:1, 8:2, dan 7:3. Berdasarkan hasil yang
diperoleh peningkatan massa plastik LDPE mempengaruhi karakteristik proximate
dan nilai kalor coke hybrid (paduan tongkol jagung dengan limbah plastik LDPE),
dimana semakin besar massa plastik LDPE maka nilai kadar air dan kadar abu
semakin menurun sedangkan untuk volatile matter dan fixed carbon semakin
tinggi. Hasil yang diperoleh dengan kualitas optimal pada perbandingan massa 7:3
dengan kadar air sebesar 3,11%, volatile matter 18,45%, kadar abu 4,86% dan
fixed carbon 73,58%. Sedangkan untuk hasil analisis nilai kalor semakin besar
massa plastik LDPE maka nilai kalor semakin tinggi, dimana nilai kalor tertinggi
pada perbandingan massa 7:3 yaitu sebesar 7811.19 kal/g.

Kata kunci : Tongkol Jagung, Low Density Polyethylene (LDPE), Coke Hybrid,
Co-pirolisis, Proximate, Nilai Kalor.

xii
FABRICATION AND CHARACTERIZATION OF COKE HYBRID
(CORN COB (Zea mays L.) ALLOY WITH LOW DENSITY
POLYETHYLENE PLASTIC WASTE USING CO-PYROLYSIS METHOD

by :

Mella Musadi
F1B1 18 003

ABSTRACT

Every year the use of fossil fuels has increased, which requires finding alternative
energy sources to replace fossil fuels. Corn cobs are abundant agricultural waste
and contain a lot of cellulose, hemicellulose and lignin. Mixing corn cobs with
raw materials that have a high calorific value such as Low Density Polyethylene
(LDPE) plastic is considered to be an alternative energy, namely coke hybrid.
This study aims to determine the effect of the mass ratio of corn cobs (Zea mays
L.) and the mass of Low Density Polyethylene (LDPE) plastic on the proximate
value and calorific value of coke hybrid. This study used the co-pyrolysis method
with a temperature of 600oC and the ratio of the mass used is 10:0, 9:1, 8:2. The
results show that, the increase in LDPE plastic mass affects the proximate
characteristics and calorific value of hybrid coke (a mixture of corn cobs and
LDPE plastic waste), where the greater the mass of LDPE plastic, the water
content and ash content decreases, while for volatile matter and fixed carbon the
higher . The results obtained with optimal quality at a mass ratio of 7:3 with a
water content of 3.11%, volatile matter 18.45%, ash content of 4.86% and fixed
carbon 73.58%. As for the results of the calorific value analysis, the greater the
mass of LDPE plastic, the higher the calorific value, where the highest calorific
value is at a mass ratio of 7:3 which is 7811.19 cal/g.

Keywords : Corn Cobs, Low Density Polyethylene (LDPE), Coke Hybrid, Co-
pyrolysis, Proximate, Calorific Value.

xiii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Energi merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat

sejalan dengan meningkatnya tingkat kehidupan. Bahan bakar minyak/energi

fosil merupakan salah satu sumber energi yang bersifat tak terbarukan yang

selama ini merupakan andalan untuk memenuhi kebutuhan energi diseluruh

sektor kegiatan (Affandy, 2017). Tingkat penggunaan bahan bakar fosil di

dunia semakin bertambah bersamaan dengan semakin bertambahnya populasi

manusia. Perihal tersebut memunculkan kekhawatiran akan terjadinya krisis

bahan bakar. Oleh karena itu, timbul sebuah pemikiran untuk menggunakan

energi alternatif. Energi alternatif merupakan salah satu istilah yang merujuk

kepada semua sumber energi yang dapat digunakan yang bertujuan untuk

menggantikan bahan bakar konvensional. Sebelum sumber energi fosil benar-

benar habis, maka harus mencari sumber energi lainnya. Sumber energi ini

lebih dikenal dengan nama energi alternatif.

Salah satu sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui adalah

biomassa, Biomassa merupakan satu-satunya sumber karbon yang dapat

diperbarui dan dapat diproses menjadi bahan bakar yang berupa gas, cair dan

padat yang baik (Ridhuan et al., 2019). Biomassa berbentuk padatan yang

dapat dikembangkan sebagai pengganti batubara salah satunya adalah coke

hybrid. Coke hybrid merupakan bahan bakar padat yang terdiri dari perpaduan

antara dua bahan yang berbeda, namun dengan tetap mempertahankan baik

sifat maupun karakteristik dari kedua unsur tersebut. Coke hybrid dikenal

1
2

memiliki nilai kalor yang tinggi dibandingkan dengan bio-coke yang hanya

terdiri dari satu bahan saja. Coke hybrid memiliki struktur yang hampir sama

dengan briket tetapi siklus pembuatannya lebih pendek. Briket adalah suatu

bahan yang berupa serbuk atau potongan-potongan kayu kecil yang

dipadatkan dengan menggunakan mesin press kemudian dicampur dengan

bahan perekat sehingga menjadi bahan yang solid (Sudiana et al., 2017).

Salah satu biomassa yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan coke

hybrid adalah Tongkol Jagung. Tongkol Jagung merupakan bagian dalam

buah jagung tempat menempelnya butit-butir jagung. Tongkol jagung

merupakan limbah pertanian yang melimpah, sebab masyarakat hanya

memanfaatkan butir jagung sebagai bahan pangan, pakan ternak, pembuatan

gula dan lain sebagainya, sehingga tongkol jagung hanya dibuang sebagai

limbah rumah tangga dan pertanian. Tongkol jagung merupakan salah satu

limbah lignoselulosik yang banyak tersedia di Indonesia. Limbah

lignoselulosik adalah limbah pertanian yang mengandung selulosa,

hemiselulosa, dan lignin. Tongkol jagung mengandung selulosa (40-60%),

hemiselulosa (20-30%) dan lignin (15-30%). Komposisi kimia tersebut

membuat tongkol jagung layak digunakan sebagai pembuatan bahan bakar

alternatif (Karnani et al., 2019).

Selain biomassa, limbah industri di Indonesia semakin lama kian

meningkat, salah satunya adalah plastik. Low Density PolyEthylene (LDPE)

merupakan salah satu jenis termoplastik yang dibuat dengan bahan baku

minyak bumi. LDPE adalah jenis plastik yang paling mudah dibentuk ketika
3

diberi perlakuan tekanan dan panas (Faizal et al., 2018). Plastik LDPE ini

memiliki nilai kalor yang sangat tinggi yaitu 11.758 kal/gram. Namun kadar

zat terbang mencapai 98,53% membuatnya memiliki kecenderungan untuk

lebih cepat habis jika dibakar (Suryaningsih & pahleva, 2020). Untuk

memperoleh bioenergi dengan kualitas yang baik dan tidak cepat habis

terbakar, maka perlu dikombinasikan dengan bahan baku lain berupa biomassa

dengan kadar volatile matter yang rendah. Oleh sebab itu, pada penelitian ini

digunakan campuran biomassa tongkol jagung dan limbah plastik LDPE.

Pirolisis adalah proses dekomposisi kimia batubara dengan menggunakan

pemanasan tanpa adanya oksigen, sehingga dihasilkan char, gas dan tar

(Caturwati, 2015). Proses pirolisis sangat sederhana dan apabila melibatkan

lebih dari satu bahan disebut co-pirolisis (Fikri, et al., 2013). Teknologi

pirolisis diajukan karena sistem pembakaran ini dilangsungkan tanpa

melibatkan oksigen dan atmosfer. Dengan demikian jumlah CO 2 yang

terbentuk sangat kecil dibandingkan dengan pembakaran terbuka. Disamping

kemampuan untuk menekan jumlah CO2 yang terbentuk, teknologi pirolisis

juga menawarkan keuntungan lain yaitu bisa menghasilkan seperti arang

berkualitas dan produksi char yang berpotensi memiliki nilai ekonomis tinggi.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Faizal (2018) menyatakan

bahwa plastik LDPE sangat berperan dalam peningkatan nilai kalor biobriket,

dimana pada penelitiannya yaitu pembuatan biobriket dari campuran limbah

plastik LDPE dan kulit buah kapuk dengan metode pirolisis diperoleh

biobriket dengan kualitas optimal pada temperatur karbonisasi 500˚C dengan


4

komposisi 85% kulit buah kapuk (KBK) dan 15% Plastik LDPE, diperoleh

nilai kalor sebesar 6985,35 kal/g, kadar karbon padat 51,12%, kadar air

lembab 4,65%, Kadar abu 4,23% dan kadar zat terbang 39%.

Pada penelitian ini menggunakan metode pirolisis dengan temperatur

600°C. Pirolisis juga merupakan suatu proses dekomposisi yang mengandung

karbon, baik yang berasal dari tumbuhan maupun barang tambang dan

menghasilkan arang serta asap temperatur pirolisis sampai 170ºC terjadi

pengeringan dan penghilangan kadar air, pada temperatur 200°C-260ºC terjadi

dekomposisi hemiselulosa, temperatur 310ºC terjadi dekomposisi selulosa,

pada temperatur 500ºC terjadi dekomposisi lignin dan diatas temperatur 500°C

terjadi reaksi secondary seperti reaksi oksidasi polimerasi serta kondensasi

(Loppies, 2016).

Berdasarkan pemaparan di atas yang sesuai dengan rencana induk

penelitian Univeristas Halu Oleo 2020–2024 pada bidang Energi Baru dan

Terbarukan pada tema riset tentang teknologi substitusi bahan bakar dengan

topik riset pengembangan bahan bakar dan teknologi pembakaran (pirolisis,

gasifikasi, densifikasi) serta bidang Material Maju pada tema riset tentang

teknologi eksplorasi potensi material maju dengan topik riset pendukung

transformasi material sampah dan pengelolahan limbah, maka dalam

penelitian ini akan dilakukan pembuatan dan karakterisasi coke hybrid

(paduan tongkol jagung dengan limbah plastik low density polyethylene)

menggunakan metode co-pirolisis.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

yang sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh perbandingan massa tongkol jagung (Zea mays L.)

dan massa plastik Low Density Polyethylene (LDPE) terhadap nilai

proximate coke hybrid?

2. Bagaimana pengaruh perbandingan massa tongkol jagung (Zea mays L.)

dan massa plastik Low Density Polyethylene (LDPE) terhadap nilai kalor

coke hybrid?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Menganalisa pengaruh perbandingan massa tongkol jagung (Zea mays L.)

dan massa plastik Low Density Polyethylene (LDPE) terhadap nilai

proximate coke hybrid.

2. Menganalisa pengaruh perbandingan massa tongkol jagung (Zea mays L.)

dan massa plastik Low Density Polyethylene (LDPE) terhadap nilai kalor

coke hybrid

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan terhadap pengolahan dan pembuatan coke hybrid

(paduan tongkol jagung (Zea mays L.) dengan limbah plastik Low Density

Polyethylene) menggunakan metode Co-pirolisis.


6

2. Dengan adanya produksi bahan bakar alternatif dari Tongkol jagung (Zea

mays L.) dan limbah plastik Low Density Polyethylene (LDPE) diharapkan

dapat mengatasi masalah pencemaran Lingkungan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biomassa

Saat ini biomassa telah menjadi sumber energi paling penting disetiap

wilayah dunia. Biomassa memiliki potensi untuk menjadi salah satu sumber

energi utama dimasa mendatang, dan modernisasi sistem bioenergi disarankan

sebagai konstributor penting bagi pengembangan energi berkelanjutan dimasa

depan, khususnya bagi pembangunan berkelanjutan di negara-negara industri

maupun di negara-negara berkembang. Sebagai akibatnya, akan terjadi

mobilisasi penyediaan biomassa secara besar-besaran sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan energi di setiap wilayah (Papilo et al., 2016).

Biomassa merupakan satu-satunya sumber karbon yang dapat

diperbaharui dan mampu diproses menjadi bahan bakar yang berupa gas, cair,

dan padat yang baik (Ridhuan et al., 2019). Biomassa dapat dimanfaatkan

sebagai sumber alternatif bahan baku untuk mengatasi persoalan saat ini

dimana cadangan energi dunia mengalami kecenderungan menurun. Biomassa

memiliki ketersediaan melimpah di Indonesia bahkan di seluruh dunia.

Khusus di Indonesia, potensi limbah pertanian, kehutanan dan sampah padat

perkotaan sebagai sumber energi diperkirakan mencapai 200 ton/tahun.

Pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar mendapat perhatian yang besar

dari para peneliti karena pertimbangan ramah lingkungan yaitu kandungan

belerang dan nitrogen yang rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil, hal

ini sangat terkait dengan gas emisi berbahaya seperti gas nitrous dan sulfur

dioksida (Herliati et al., 2019).

7
8

B. Tongkol Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas palawija utama di Indonesia

ditinjau dari aspek pengusahaan dan penggunaan hasilnya, yaitu sebagai bahan

baku pangan dan pakan. Kebutuhan jagung terus meningkat seiring dengan

terus meningkatnya permintaan bahan baku pakan. Komposisi bahan baku

pakan ternak unggas membutuhkan jagung sekitar 50% dari total bahan yang

diperlukan Limbah yang dihasilkan diantaranya adalah tongkol jagung yang

biasanya tidak dipergunakan lagi ataupun nilai ekonominya sangat rendah.

Umumnya tongkol jagung dipergunakan sebagai pakan ternak sapi dan bahan

bakar dapur, ataupun di daerah pedesaan tongkol jagung ini dapat

dimanfaatkan sebagai obat diare (Reta, 2016).

Gambar 2.1 Tongkol jagung (Sofyanti, 2019)

Tongkol jagung merupakan salah satu limbah lignoselulosik yang banyak

tersedia di Indonesia. Limbah lignoselulosik adalah limbah pertanian yang

mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin (Frida et al., 2018). Tongkol

jagung mengandung selulosa (40-60%), hemiselulosa (20-30%) dan lignin

(15-30%). Tongkol jagung, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri

dengan proses biomassa refening berdasarkan sparasi fraksi kimianya.


9

termasuk komposisi kimia tersebut membuat tongkol jagung dapat digunakan

sebagai sumber energi, bahan pakan ternak dan sebagai sumber karbon bagi

pertumbuhan mikroorganisme (Karnani et al., 2019).

Tongkol jagung mengandung serat kasar yang cukup tinggi yakni 33,3%

yang memungkinkan tongkol jagung dijadikan bahan baku bio-coke. Tongkol

jagung mengandung energi 3.500-4.500 kkal/kg, dan pembakaranya dapat

mencapai suhu tinggi 205 oC (Gani, 2010).

Tabel 2.1 Hasil analisis karakteristik bio-coke tongkol jagung pada suhu
600oC (Hasmawati, 2020)
Parameter Nilai Satuan
Kadar air 2,4 %
Volatile matter 29,38 %
Kadar abu 4,4 %
Fixed carbon 67,77 %
Nilai kalor 6.326,95 Kal/g

C. Plastik Low Density Polyethylene (LDPE)

Plastik merupakan material terbuat dari nafta yang merupakan produk

turunan minyak bumi yang diperoleh melalui proses penyulingan.

Karakteristik plastik yang memiliki ikatan kimia yang sangat kuat sehingga

banyak material yang dipakai oleh masyarakat berasal dari plastik. Namun

plastik merupakan material yang tidak bisa terdekomposisi secara alami (non

biodegradable) sehingga setelah digunakan, material yang berbahan baku

plastik akan menjadi sampah yang sulit diuraikan oleh mikroba tanah dan akan

mencemari lingkungan (Wahyudi et al., 2018).


10

Low Density Polyethylene (LDPE) adalah jenis polimer yang memiliki

banyak cabang sehingga memiliki gaya antermokelul yang lebih lemah tentu

saja konsekuansinya memiliki kekuatan tekan dan kekerasan yang lebih

rendah dibandingkan HDPE. Namun demikian, LDPE memiliki keunggulan

dalam hal mudah dibentuk dan resisten terhadap air. Untuk itu LDPE banyak

digunakan untuk kantong plastik, pembungkus foil untuk Kemasan, kantong

sampah dan lain sebagainya. Sebagai konsekuensi LDPE banyak dijumpai di

tempat pembuangan akhir sampah dimana menempati urutan kedua sebagai

penyumbang sampah padatan setelah polipropilen. Sebagai salah satu cara

untuk mengatasi persoalan limbah ini adalah dengan mengkonversi LDPE

menjadi energi. Teknologi pirolisis, untuk merubah limbah LDPE menjadi

bahan bakar, telah menjadi perhatian oleh banyak peneliti saat ini (Herliati et

al., 2019).

Gambar 2.2 Plastik LDPE (Ilmu Kimia, 2020)

Plastik LDPE memiliki nilai kalor yang sangat tinggi: yaitu 11.758 kal/g.

Namun kadar zat terbang yang mencapai 98,53% membuatnya memiliki

kecenderungan untuk lebih cepat habis jika dibakar sehingga diperlukan

pencampuran dengan material lainnya yang telah dikenal memiki kualitas


11

yang cukup baik untuk dijadikan bahan bakar (Suryaningsih & Pahleva,

2020).

Penelitian yang dilakukan oleh Faizal et al., (2018) yaitu tentang

“Pembuatan Briket Dari Campuran Plastik LDPE Dan Kulit Buah Kapuk

Sebagai Energi Alternatif”. Pada penelitian ini diperoleh biobriket dengan

kualitas optimal pada temperatur karbonisasi 500oC dengan komposisi 85%

kulit buah kapuk (KBK) dan 15% Plastik LDPE dimana diperoleh nilai kalor

sebesar 6985,35 kal/g, kadar karbon padat 51,12%, kadar air lembab 4,65%,

Kadar abu 4,23% dan kadar zat terbang 39%. penambahan plastik dalam bio-

coke diharapkan tidak terlalu banyak, kurang lebih sebanyak 30% agar tetap

memenuhi standar baku mutu emisi yang telah ditetapkan (Rusalinda et al., 2018).

D. Bio-Coke

Bio-coke merupakan bahan bakar biomassa padat baru dan memiliki

kepadatan dan kekuatan yang tinggi dibandingkan dengan bahan bakar bio

massa padat konvensional, sehingga diharapkan dapat digunakan dibawah

tekanan, seperti tungku peleburan baja. Ini telah dianggap berlaku untuk bahan

bakar alternatif untuk batubara di tungku peleburan baja dan bahan bakar

boiler untuk pertanian. Dan juga diharapkan dapat mengurangi emisi gas

rumah kaca berdasarkan gagasan karbon netral (Roki, 2013).


12

Gambar 2.3 Bio-Coke (Rahayu, 2018)

Bio-coke dari biomassa yang dikembangkan sebagai pengganti batubara

yang merupakan bahan bakar fosil. Struktur kerangka bio-coke terdiri dari

selulosa, hemiselulosa dan lignin. Pemadatan baru ini teknologi

memungkinkan produksi bahan bakar padat dari biomassa yang tidak

dimanfaatkan dan memiliki potensi untuk menjadi satu metode untuk

mengatasi pengendalian emisi dan isu yang berkaitan dengan lingkungan.

Namun secara umum, biaya pemeliharaan hutan melebihi keuntungan yang

dihasilkannya. Padahal, operasi kehutanan tidak bisa dipertahankan tanpa

mengandalkan subsidi. Masalah ini telah menghambat penipisan hutan dan

promosi penggunaan kayu yang tidak terpakai. Produksi bio-coke berpotensi

memecahkan masalah ini dengan tidak hanya memanfaatkan biomassa kayu

yang tidak terpakai, namun juga dengan merangsang permintaan industri

(Mizuno, 2015).

Bio-coke dari biomassa yang sangat padat diproduksi dengan kompresi

tinggi dan pada suhu sedang. Bio-coke memiliki kekuatan mekanik yang

tinggi dan mampu menahan tekanan tekan pada blast furnace dan telah

terbukti berhasil menjadi alternatif potensial untuk kokas batubara. Briket bio-
13

coke dapat diproduksi dalam berbagai ukuran, juga dimensi besar dan dengan

kerapatan lebih tinggi dibandingkan pelet kayu biasa. Akibatnya waktu

pembakaran bahan bakar memungkinkan pelepasan panas yang lebih lama

dengan sejumlah kecil pembebanan bahan bakar, menghasilkan kinerja

keseluruhan yang lebih baik dari pada bahan bakar biomassa yang ada. Ada

juga keuntungan ekonomi dengan bio-coke, karena dapat dihasilkan dari

sumber biomassa termasuk kayu, residu biomassa dan limbah biomassa. Oleh

karena itu, dapat dipasok dengan biaya rendah dari residu dan limbah dari

rumah tangga dan pabrik, atau bahkan gulma dapat digunaka sebagai sumber

bahan bakar. Selanjutnya, ia memiliki biaya transportasi dan penyimpanan

yang relatif rendah karena nilai kalorinya yang tinggi volumetrik dan kekuatan

mekaniknya yang tinggi. Briket bio-coke yang dipertimbangkan dalam

penelitian ini secara fisik besar dan memiliki kepadatan tinggi seperti yang

disebutkan di atas sehingga penting untuk mengetahui pengaruh karakteristik

ini terhadap perilaku pirolisa dan pembakaran (Ito, 2011).

E. Pirolisis

Berdasarkan Encyclopedia of Energy Technology and the Environment,

pirolisis didefinisikan sebagai proses dekomposisi panas untuk memproduksi

gas, cairan organik (tar), dan padatan sisa (char). Pirolisis biasanya dipahami

sebagai dekomposisi panas yang terjadi pada kondisi bebas oksigen, tetapi

pirolisis yang oksidatif hampir selalu menjadi bagian yang terkaitan dari

proses pembakaran dan gasifikasi. Gas, cairan dan padatan hasil pirolisis dapat

digunakan sebagai bahan bakar, dengan atau tanpa pengolahan lebih lanjut dan
14

sebagai bahan baku dari industri kimia dan material. Bahan-bahan yang cocok

sebagai umpan proses pirolisis antara lain batu bara, biomassa, plastik, karet,

dan kandungan selulosa (50%) dari sampah perkotaan (Caturwati, 2015).

Pirolisis merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk merubah

biomassa menjadi produk yang bernilai ekonomis lebih tinggi. Pirolisis adalah

proses konversi termal dimana material diperlakukan dalam kondisi atmosfir

inert tanpa adanya udara atau oksigen. Proses ini menghasilkan padatan char

(charcoal, biochar), senyawa volatil yang dapat dikondensasikan (distilat),

dan gas yang tak terkondensasi. Pirolisis dapat berlangsung lambat atau cepat

tergantung pada prosesnya. Pirolisis terjadi pada empat tahapan, dimulai

dengan penguapan air, diikuti dengan dekomposisi hemiselulosa, selulosa dan

lignin (Maulina & Feli, 2017).

Gambar 2.4 Skema alat pirolisis (Mokhtar et al., 2020)

Komposisi penyusun biomassa akan mengalami perubahan sifat fisik

dan sifat kimia selama proses pirolisis berlangsung. Perubahan material


15

biomassa sangat dipengaruhi berbagai faktor selama proses berlangsung.

Beberapa faktor yang memperngaruhi pirolisis adalah sebagai berikut:

1. Temperatur

Temperatur pirolisis berada pada kisaran 300-650oC. temperatur ini

akan menentukan tingkat dekomposisi material, waktu reaksi dalam

reaktor dan hasil pirolisis. Laju dekomposisi dan kerusakan struktur

penyusun material meningkat dengan meningkatnya temperatur reaksi

pirolisis. Temperatur memiliki pengaruh yang besar dalam proses pirolisis.

Semakin tinggi temperatur maka semakin banyak gas yang dihasilkan.

Material padatan akan menguap dan berubah menjadi gas sehingga berat

dari padatan material akan berkurang (Zulkaina, 2016).

2. Waktu Reaksi

Waktu reaksi berkaitan dengan lamanya waktu tahan material dalam

reaktor. Variabel ini akan mempengaruhi proses depolimerisasi,

dekomposisi, dan karbonisasi selama proses pirolisis berlangsung.

Lamanya waktu reaksi proses pirolisis pada dasarnya disesuaikan dengan

material bahan yang digunakan dan setiap mterial bahan mempunyai

waktu reaksi yang proporsional. Dalam kondisi vakum, waktu reaksi yang

lama akan menyebabkan produk pirolisis menjadi gas, karena semakin

lama waktunya maka akan membuat hidrokarbon rantai panjang menjadi

hidrokarbon rantai pendek. Produk padatan juga akan semakin berkurang

karena menguap jika waktu reaksinya semakin lama (Mustofa, 2019).


16

3. Ukuran Material

Ukuran material memberikan pengaruh pada luas permukaan kontak

perpindahan panas antara material dan sumber panas selama proses

dekomposisi termal. Semakin kecil ukuran material, permukaan

perpindahan panas semakin luas dan akan meningkatkan laju perpindahan

panas ke permukaan material. Konsekuensinya akan meningkatkan laju

dekomposisi pada material dan meningkatkan efisiensi pirolisis terutama

pada kebutuhan waktu reaksi yang pendek. Ukuran material yang besar

akan membuat perambatan panas antar material akan berlangsung lama.

Hal ini akan menyebabkan proses penguapan material menjadi lebih lama

(Ohliger et al., 2016).

4. Laju Pemasaran

Laju pemanasan merupakan besarnya energi termal yang diberikan

terhadap material persatuan waktu. Laju pemanasan ini akan menentukan

komposisi produk yang dihasilkan. Jika laju pemanasan yang tinggi,

kecendrungan produk dalam bentuk liquid dan gas.

5. Kadar Air

Dalam proses pirolisis, kadar air memberikan pengaruh yang cukup

signifikan terhadap efisiensi proses pirolisis. Hal ini dikaitkan dengan

kehilangan energi panas yang cukup besar untuk proses penguapan air

sebelum proses pirolisis berlangsung dan akan membutuhkan waktu reaksi

yang lama untuk mendapatkan proses pirolisis yang sempurna

(Parthasarathy & Narayanan, 2016).


17

6. Kondisi Kerja

Kondisi kerja dalam pirolisis dapat dibagi menjadi 2, yaitu secara

vakum dan secara atmosfir. Pada kondisi atmosfir, ketika bahan baku

sudah menguap, maka akan langsung keluar dan dikondensasi. Sementara

pada kondisi vakum maka hasil dari uap ditahan dan terjadi reaksi yang

berkelanjutan.

7. Perlakuan Panas

Dalam proses pirolisis terdapat dua cara untuk memanaskan material,

yaitu secara isothermal dan secara transien. Secara transien, material

dipanaskan dari temperatur ruangan menuju temperatur kerja. Sementara

jika secara isothermal maka reaktor dipanaskan terlebih dahulu hingga

temperatur kerja dan material diumpankan ke dalam reaktor setelah

temperatur kerja didapatkan.

F. Karakteristik Coke Hybrid

1. Analisis Proximate

Sepfitra (2016) menyatakan Analisis proximate dilakukan untuk

menentukan kadar air (moisture), zat terbang (volatile matter), kadar abu

(ash) dan karbon padat (fixed carbon). Analisis proximate menunjukan

persen berat dari fixed carbon, bahan mudah menguap, abu,dan kadar air.

Jumlah fixed carbon dan bahan yang mudah menguap secara langsung

turut andil terhadap nilai panas. Fixed carbon bertindak sebagai

pembangkit utama panas selama pembakaran. Kandungan bahan yang

mudah menguap yang tinggi menunjukan mudahnya penyalaan.


18

a. Kadar air (Moisture)

Kandungan air yang tinggi menyulitkan penyalaan dan mengurangi

temperatur pembakaran. Moisture dalam bahan bakar padat terdapat dalam

dua bentuk, yaitu sebagai air bebas (freewater) yang mengisi rongga pori-

pori di dalam bahan bakar dan sebagai air terikat (bound water) yang

terserap di permukaan ruang dalam struktur bahan bakar (Djangu et al.,

2017).

Untuk menentukan kadar air menggunakan persamaan berikut:

[MS − (MC + SP(105o C))– MCK]


Kadar air (%) = x 100% (2.1)
MS

Keterangan :

MCK : Massa cawan kosong (gram)

MS : Massa sampel (gram)

MC+SP (1050C) : Massa cawan + Massa setelah pemanasan pada suhu

1050C (gram)

b. Volatile matter

Volatile matter atau sering disebut dengan zat mudah menguap,

berpengaruh terhadap pembakaran arang. Kandungan volatile matter

mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas api. Semakin

banyak kandungan volatile matter pada bioarang maka arang semakin

mudah untuk terbakar dan menyala (Krisnayana, 2018). Perhitungan nilai

volatile matter dapat dihitung dengan rumus:


19

𝑉𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙𝑒𝑀𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟(%) = Kadar zat hilang (KZH)(750o C) − kadar air (2.2)

[MS − (MC + SP(750o C)) − MCK]


KZH (%) = x100% (2.3)
MS

Dengan :

MCK : Massa cawan kosong (gram)

MS : Massa sampel (gram)

MC+SP (750oC ) : Massa cawan + sampel setelah pemanasan pada suhu

750oC (gram)

c. Kadar abu (ash)

Kandungan abu merupakan ukuran kandungan material dan berbagai

material anorganik di dalam benda uji. Kandungan abu merupakan ukuran

kandungan material dan berbagai material anorganik di dalam bahan.

Penentuan kadar abu adalah dengan mengoksidasikan semua zat 4 organik

pada suhu yang tinggi yaitu sekitar 500°C-600°C dan kemudian

melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran

tersebut (Soolany & Aji, 2020). Perhitungan nilai kadar abu dapat dihitung

dengan rumus:

[(MC + SP(750o C)) − MCK]


Kadar Abu (%) = x 100% (2.4)
MS

Keterangan :

MCK : Massa cawan kosong (gram)

MS : Massa sampel (gram)

MC + SP (7000C) : Massa cawan + sampel setelah pemanasan pada suhu


20

700oC (gram).

d. Fixed carbon

Fixed carbon merupakan bahan bakar padat yang tertinggal dalam

tungku setelah bahan yang mudah menguap didistilasi. Fixed carbon

bertindak sebagai pembangkit utama panas selama pembakaran.

Kandungan bahan yang mudah menguap yang tinggi menunjukan

mudahnya penyalaan bahan bakar (Soolany, 2018). Persamaan untuk

mencari fixed carbon adalah sebagai berikut:

% 𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑐𝑎𝑟𝑏0𝑛 = 100 % − (% air + % abu + % 𝑣𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙𝑒 𝑚𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟) (2.5)

2. Nilai Kalor

Nilai kalor dari suatu bahan bakar menunjukan energi yang

terkandung di dalam bahan bakar setiap satuan massa bahan bakar

(Btu/lbm) atau (Kkal/kg). Nilai kalor ini penting diketahui untuk

mengukur kandungan energi dari setiap massa bahan bakar sehingga

konsumsi untuk menghasilkan energi tertentu dapat dikalkulasi secara

tepat. Nilai kalor bahan bakar padat seperti bio-coke yang bersumber dari

biomassa dapat diukur dengan menggunakan bomb calorimeter dan secara

teoritik nilai kalor dapat dihitung dengan menggunakan formula Dulong

(Krisnayana, 2018).

Bomb calorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah

kalor yang dibebaskan pada pembakaran sempurna dalam oksigen berlebih

suatu materi atau sampel tertentu. Sejumlah sampel ditempatkan pada

tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor


21

(kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam

yang terpasang dalam tabung (Edie et al., 2018). Panas yang diserap dalam

bomb calorimeter dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Q = m . Cp . ΔT (2.6)

Dimana :

𝑄 : Panas yang diserap (kJ)

𝑚 : Massa air di dalam bomb calorimeter (gram)

Cp : Specific heat 4,186 kJ/kg°C

𝛥𝑇 : Perbedaan temperatur (°C)

Gambar 2.5 Desain Alat Bomb Calorimeter : (1) tutup tabung kalorimeter, (2)

wadah tabung kalorimeter, (3) pemanas, (4) tabung bom, (5)

thermometer, (6) penutup, (7) pentil sepeda, (8) selang

penghubung,(9) tabung gas oksigen, (10) stop kontak, (11) kabel,

(12) amperemeter, (13) voltmeter (Safitri et al., 2018).


III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai bulan April

2022.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di:

1. Laboratorium Fisika Material dan Energi, FMIPA, Universitas Halu

Oleo, Kendari, untuk preparasi sampel dan proses co-pirolisis.

2. Laboratorium Biologi, FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari, untuk

analisis proximate sampel.

3. Laboratorium Forensik FMIPA, Universita Halu Oleo, Kendari, untuk

analisis nilai kalor sampel.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang material dan energi

yang berjudul “Pembuatan Dan Karakterisasi Coke Hybrid (Paduan

Tongkol Jagung (Zea mays L.) Dengan Limbah Plastik Low Density

Polyethylene) Menggunakan Metode Co-Pirolisis’’ dengan menggunakan

metode eksperimen.

C. Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel

berikut:

22
23

Tabel 3.1 Alat penelitian


No Alat Fungsi

Untuk membakar bahan tongkol jagung dan


1. Alat pirolisis
limbah plastik LDPE
2. Anak timbangan Untuk pemberat diletakan di atas cetakan
Blender Untuk menghaluskan sampel
3.
4. Calorimeter bomb Untuk menguji nilai kalor Coke hybrid

5. Cetakan Untk mencetak coke hybrid

6. Cawan porselin Sebagai wadah sampel yang akan dianlisis


Sebagai tempat untuk mendinginkan sampel
Desikator
7. yang telah dipanaskan
Untuk mengangkat cawan dalam tanur dan
8. Gegep
oven
9. Jangka sorong Untuk mengukur diameter Cetakan

10. Karung Sebagai tempat untuk pengumpulan sampel

11. Masker Untuk menutup hidung pada saat penelitian

12. Mistar Untuk mengukur tinggi Cetakan

13. Oven Untuk menentukan kadar air

14. Gunting Untuk memotong limbah plastik LDPE

15. Sarung tangan Untuk melindungi tangan


Untuk menimbang massa sampel, massa coke
16. Timbangan hybrid dan massa cawan
Untuk menentukan volatile matter dan kadar
17. Tanur
abu

2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel:


24

Tabel 3.2 Bahan penelitian


No. Bahan Fungsi
1. Tongkol jagung Untuk bahan baku pembuatan coke hybrid
2. Limbah plastik Untuk bahan baku pembuatan coke hybrid
LDPE
2. Air Untuk membersihkan bahan dan alat.

D. Prosedur Penelitan

1. Persiapan bahan

a) Sampel tongkol jagung diambil dari Desa Aepodu, Kecamatan Laeya,

Kabupaten Konawe Selatan.

b) Sampel limbah plastik Low Density Polyethylene (LDPE) diambil di

TPA (tempat pembuangan akhir).

c) Disiapkan air untuk membersihkan alat dan bahan.

2. Preparasi sampel

a) Sampel tongkol jagung sebanyak 1 kg dan limbah plastik LDPE

sebanyak 1 kg dibersihkan dengan air untuk menghilangkan kotoran

yang ada pada tongkol jagung dan limbah plastik,

b) Sampel tongkol jagung dan limbah plastik LDPE dijemur dibawah

sinar matahari sampai kering untuk mengurangi kadar air setelah

melewati proses pencucian,

c) Sampel tongkol jagung dihaluskan menggunakan blender lalu diayak

dengan ukuran 60 mesh,

d) Sampel limbah plastik LDPE digunting dengan ukuran ±1 x 1 mm

e) Diukur berat sampel.


25

3. Tahap pembuatan coke hybrid dengan metode co-pirolisis

Tahap pembuatan coke hybrid dengan metode co-pirolisi dilakukan

dalam beberapa langkah yaitu sebagai berikut:

a) Sampel tongkol jagung dicampur dengan limbah plastik LDPE

dengan perbandingan massa 9:1 sebanyak 10 gram hingga homogen,

b) Sampel dimasukan ke dalam cetakan yang berdiameter 3,4 cm

dengan tinggi 6,3 cm,

Gambar 3.1 Cetakan coke hybrid (Ulfa, 2018)

c) Cetakan yang berisi sampel tongkol jagung dan limbah plastik

LDPE dimasukan ke dalam reaktor pirolisis,

d) Diletakan beban seberat 1 kg di atas penutup cetakan

Gambar 3.2 Beban 1 kg (Ulfa, 2018)

e) Reaktor ditutup,
26

f) temperatur pirolisis diatur pada suhu awal pirolisis 110°C

dipertahankan selama 15 menit, agar bahan mulai mengabsorbsi

panas serta menguapkan air yang terikat dalam bahan,

g) Temperatur pirolisis diatur kembali menjadi suhu 600°C, Setelah 15

menit, temperatur di turunkan menjadi suhu ≤ 30°C,

h) Dikeluarkan cetakan dari dalam pirolisis, kemudian didinginkan

pada suhu kamar, dan coke hybrid dibuka dari dalam cetakan.

i) Diulang langkah a – h dengan perbandingan sampel 8:2, 7:3 dan

10:0 (blank).

4. Rangkaian alat pirolisis

Gambar 3.3 Rangkaian alat pirolisis (M. Jahiding, 2017)

Keterangan:
1. Pengatur suhu 8. Pipa kondensor (Spiral)
2. Elemen panas 9. Tempat keluarnya asap
3. Cetakan 10. Penampung tar
4. Heater 11. Kabel penghubung
5. Penutup reaktor 12. Air sirkulasi
6. Pipa tempat mengalirnya asap 13. Pompa air
7. Statif/penyangga 14.Lubang penutup heater
27

E. Proses Analisis Proximate

1. Kadar air (Moisture)

Langkah-langkah penentuan kadar air dilakukan sebagai berikut:

a) Cawan yang akan digunakan dicuci untuk menyimpan sampel coke

hybrid,

b) Cawan dipanaskan menggunakan tanur dengan suhu sampai 110oC,

selama 15 menit,

c) Setelah dipanaskan cawan dikeluarkan dari tanur dan kemudian

dimasukan ke dalam desikator selama 10 menit, untuk mendinginkan

cawan,

d) Massa cawan kosong (MCK) diukur,

e) Massa coke hybrid (MS) diukur, kemudian sampel coke hybrid

dimasukkan ke dalam cawan yang telah diketahui bobot konstantanya

atau massa kosongnya,

f) Cawan yang telah berisi sampel dimasukkan ke dalam oven,

g) Cawan dipanaskan pada suhu 105oC selama 3 jam, untuk menguapkan

kadar air pada sampel,

h) Cawan yang berisi coke hybrid kemudian dikeluarkan dari oven dan

dimasukkan ke dalam desikator untuk proses pendinginan dan agar

terhindar dari kontaminasi suhu luar,

i) cawan yang berisi coke hybrid, diukur massanya

j) Menghitung kadar air yang terkandung dalam sampel menggunakan

persamaan (2.1).
28

2. Volatile Matter

Langkah-langkah penentuan volatile matter dilakukan sebagai berikut:

a) Sampel coke hybrid yang telah diketahui kadar airnya dimasukkan ke

dalam cawan,

b) Cawan yang telah berisi sampel kemudian di tutup dengan aluminium

foil dan sampel dimasukkan ke dalam tanur dengan hati-hati,

c) Sampel dipanaskan pada suhu 750°C selama 15 menit, untuk

menguapkan gas gas yang terkandung dalam sampel,

d) Cawan yang berisi coke hybrid kemudian di keluarkan dari tanur dan

dimasukkan ke dalam desikator untuk proses pendinginan,

e) Cawan yang berisi coke hybri, di ukur massanya,

f) Volatile matter yang terkandung dalam sampel ditentukan dengan

persamaan (2.2) dan (2.3).

3. Kadar Abu

Langkah-langkah penentuan kadar abu dilakukan sebagai berikut:

a) Untuk menentukan kadar abu pertama sampel dimasukkan kedalam

cawan porselin yang tanpa penutup kemudian dipanaskan dengan

meggunakan tanur pada suhu 7000C selama 3 jam,

b) Setelah itu didinginkan dengan menggunakan desikator selama 15

menit,

c) Cawan yang berisi coke hybrid, di ukur massanya

d) Kadar abu dapat dihitung dengan persamaan (2.4).


29

4. Fixed Carbon

Kadar karbon terikat adalah fraksi karbon dalam arang selain fraksi

abu, zat mudah menguap dan air (Husada, 2008). Fixed carbon ditentukan

dengan persamaan (2.5).

F. Analisis Nilai Kalor

Analisis nilai kalor dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Sampel ditimbang kemudian menempatkan pada cawan,

b) Sampel diikat dengan kawat niklin sepanjang 10 cm dan memasang pada

katup positif dan negatif pada tempat cawan,

c) Cawan dimasukkan ke dalam reaktor secara perlahan-lahan dan menutup

dengan rapat dan benar (jangan sampai kawat niklin lepas dari sampel),

d) Reaktor diisi dengan gas oksigen dengan tekanan 20 sampai 30 atm

kemudian kran pembuka gas ditutup dengan benar jangan sampai gas

bocor, jika terjadi kebocoran ulangi pengisian gas,

e) Tabung atau bejana pemanas diisi dengan air 2000 mL dengan tepat,

f) Reaktor dimasukkan ke dalam bejana pemanas dan menghubungkan

reaktor dengan katup positif dan negatif pada arus,

g) Ditutup dengan benar alatnya, memasang termometer khusus bomb

calorimeter dengan benar dan menghidupkan pengaduk sehingga suhu

dalam bejana pemanas konstan dan homogen (diaduk sampai suhunya

konstan),
30

h) Tombol pembakar ditekan dan diamati perubahan suhu awal pembakaran

dan kenaikan suhunya sampai diperoleh suhu konstan (catat suhunya

sebagai suhu akhir),

i) Alatnya dimatikan, melepas thermometer khusus bomb calorimeter dan

keluarkan reaktornya dan membuka kran oksigen sampai oksigen keluar,

kemudian buka reaktor dan bersihkan,

j) Rumus perolehan data :

Penentuan tetapan nilai C (kapasitas kalor asam benzoat):

kalor asam benzoat + nilai kalor kawat yang terbakar


C= (3.1)
∆T

Penentuan nilai kalor pembakaran briket

Q (C x ∆T) − (kalor kawat yang terbakar)


= (3.2)
m massa sampel

Dimana :

Nilai kalor/1gr asam benzoat = 6318 kal

Nilai kalor/1cm kawat = 2,3 kal

C : Kapasitas kalor bomb kalorimeter

ΔT : Selisih suhu sebelum dan setelah pembakaran

Q/m : Kalor pembakaran (ASTM D240)


31

G. Diagram Alir Penelitian

Persiapan alat dan bahan

Preparasi sampel

Tongkol Jagung Plastik LDPE

Dihaluskan lalu Digunting dengan


diayak dgnn ukuran ukuran ± 1 x 1 mm
60 mesh

Pencampuran sampel (10 gram) (tongkol Jagung : LDPE) 10:0, 9:1,


8:2, dan 7:3

Pembuatan coke hybrid dengan metode co-pirolisis pada suhu 600°C

Analisis proximate:
 Kadar Air Coke
 Volatile Matter Analisis nilai kalor
hybrid
 Kadar Abu
 Fixed Carbon

Hasil

Gambar 3.4 Diagram alir proses penelitian


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Coke hybrid yang dihasilkan berupa senyawa yang banyak mengandung

unsur karbon dan tidak dapat dipisahkan lagi antara tongkol jagung dan plastik

LDPE. Kualitas Coke hybrid yang dihasilkan dapat diketahui dengan melakukan

analisis proximate dan nilai kalor.

A. Nilai Proximate Coke Hybrid

Analisis proximate adalah analisis yang dilakukan untuk menentukan

kualitas kadar air, volatile matter, kadar abu dan fixed carbon dari coke

hybrid.

1. Kadar Air (Moisture)

Analisis kadar air bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan air

dalam coke hybrid. Kadar air merupakan salah satu parameter dalam

menentukan kualitas coke hybrid dan juga merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi tinggi rendahnya kadar karbon terikat dalam coke

hybrid. Banyaknya kadar air dalam suatu bahan dapat diketahui bila bahan

tersebut dipanaskan pada suhu 105°C, karena suatu bahan untuk dapat

mengalami penguapan sempurna membutuhkan pemanasan dengan

temperatur 100-110°C. Persentase kadar air diharapkan serendah mungkin

agar dapat menghasilkan nilai kalor yang tinggi. Semakin rendah kadar air

suatu coke hybrid maka semakin tinggi pula nilai kalornya. Sebaliknya,

32
33

dengan adanya kadar air yang tinggi menyebabkan nilai kalor yang

dihasilkan akan menurun. Hal ini disebabkan energi yang dihasilkan akan

banyak terserap untuk menguapkan air yang terkandung dalam bahan.

Selain nilai kalor, air juga mempengarui lama penyalaan bahan bakar

(Kuryani, 2017).

6
5.33

5
Kadar Air (%)

4.19
4 3.61
3.11
3

2
(10 : 0) (9 : 1) (8 : 2) (7 :3)
Komposisi Sampel

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara komposisi coke hybrid dengan kadar
air (%)

Gambar 4.1 menunjukan bahwa kadar air coke hybrid paduan tongkol

jagung dengan plastik LDPE mengalami adanya penurunan. Pada

perbandingan 10:0 diperoleh 5,33%, 9:1 diperoleh 4,19%, 8:2 diperoleh

3,61%, dan 7:3 diperoleh 3,11%. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan

bahwa semakin banyak komposisi plastik LDPE maka kadar air pada coke

hybrid akan semakin rendah. Hal ini ini disebabkan karena plastik LDPE

memiliki kandungan air yang sangat sedikit. Menurut Faizal (2018)

menyatakan bahwa semakin banyak penambahan plastik LDPE pada coke

hybrid maka air susah menyerap kedalam plastik sehingga kadar air pun
34

menurun. selain itu, partikel plastik LDPE yang digunakan memiliki

ukuran yang lebih besar dari pada partikel tongkol jagung sehingga

porositas coke hybrid lebih besar. Dengan porositas yang lebih besar,

maka lebih banyak air yang teruapkan pada proses pirolisis coke hybrid

dan kadar air pun menurun.

Secara keseluruhan kadar air dari hasil penelitian coke hybrid tongkol

jagung dengan plastik LDPE relatif kecil dan telah memenuhi Standar

Nasional Indonesia (SNI 01-6235-2000) yaitu maksimal 8%.

2. Zat Terbang (Volatile Matter)

Volatile matter didefinisikan sebagai zat yang mudah menguap.

Volatile matter ditentukan dengan memanaskan coke hybrid pada suhu

750°C, zat yang menguap pada suhu ini dapat berupa gas yang mudah

terbakar maupun gas-gas yang tidak mudah terbakar. Zat menguap terdiri

dari unsur hidrogen, hidrokarbon CO2 - CH, metana dan

karbonmonoksida. Semakin banyak kandungan volatile matter pada coke

hybrid, maka coke hybrid akan semakin mudah untuk terbakar dan

menyala, sehingga laju pembakaran semakin cepat (Erzam, 2017).


35

20

19 18.45
Volatile Metter (%)
18 17.74

17.04
17

16 15.47

15
(10 : 0) (9 : 1) (8 : 2) (7 :3)
Komposisi Sampel

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara komposisi coke hybrid dengan


volatile matter (%)

Gambar 4.2 menunjukan bahwa volatile matter pada coke hybrid

paduan tongkol jagung dengan plastik LDPE mengalami peningkatan.

Pada perbandingan 10:0 diperoleh 15,47%, 9:1 diperoleh 17,04%, 8:2

diperoleh 17,74%, dan 7:3 diperoleh 18,45%. Berdasarkan hasil tersebut

menunjukan bahwa semakin banyak komposisi plastik LDPE maka

volatile matter pada coke hybrid akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan

plastik LDPE menyumbang kadar volatile matter terbesar yaitu 99,73%.

Kadar volatile matter yang tinggi pada plastik LDPE inilah yang

menyebabkan coke hybrid cepat penyalaannya dan tinggi kecepatan

terbakarnya. Penambahan plastik LDPE inilah yang menyebabkan range

kadar volatile matter menjadi tinggi (Asip, 2014).

Secara keseluruhan volatile matter dari hasil penelitian coke hybrid

tongkol jagung dengan plastik LDPE memenuhi Standar mutu Jepang

yaitu 15-30% .
36

3. Kadar Abu (Ash Content)

Abu merupakan bagian yang tersisa dari hasil pembakaran, dalam hal

ini abu yang dimaksud adalah abu sisa pembakaran coke hybrid. Salah satu

penyusun abu adalah silika. Analisis kadar abu dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar kadar abu yang terdapat pada coke hybrid.

Persentase kadar abu pada coke hybrid akan mempengaruhi nilai kalornya,

semakin besar kadar abunya maka akan semakin kecil nilai kalor coke

hybrid begitu pula sebaliknya. Jumlah abu ini mempengaruhi mutu bahan

bakar, dimana semakin tinggi jumlah abu maka semakin rendah mutu

bahan bakar tersebut. Hal ini disebabkan oleh kandungan silika yang

terdapat pada abu akan memperlambat laju nyala suatu bahan bakar.

9 8.54

8
Kadar Abu (%)

7 6.58

6 5.46
4.86
5

4
(10 : 0) (9 : 1) (8 : 2) (7 :3)
Komposisi Sampel

Gambar 4.3 Grafik hubungan antarakomposisi coke hybrid dengan


kadar abu (%)

Gambar 4.3 menunjukan bahwa kadar abu coke hybrid paduan

tongkol jagung dengan plastik LDPE mengalami adanya penurunan. Pada

perbandingan 10:0 diperoleh 8,54%, 9:1 diperoleh 6,58%, 8:2 diperoleh


37

5,46%, dan 7:3 diperoleh 4,86%. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan

bahwa semakin banyak komposisi plastik LDPE maka dapat menurunkan

kadar abu yang dihasilkan pada coke hybrid. Hal ini disebabkan karena

kandungan abu yang terdapat pada plasik LDPE sangat kecil sehingga

dapat menurukan kadar abu yang terdapat pada coke hybrid tongkol

jagung.

Penelitian yang dilakukan oleh Asip (2014) yang menyatakan

kecendrungan massa abu pada coke hybrid semakin menurun dengan

meningkatnya persentase massa plastik LDPE. Hal ini disebabkan kadar

abu plastik LDPE sangat kecil yaitu 0,11%. Penambahan plastik LDPE

inilah yang menyebabkan range kadar abu semakin rendah. Pada

penelitian ini kadar abu pada coke hybrid yang memenuhi Standar

Nasional Indonesia (SNI 01-6235-2000) yaitu maksimal 8% terdapat pada

variasi komposisi 9:1, 8:2, dan 7:3.

4. Karbon Terikat (Fixed Carbon)

Kadar karbon terikat (fixed carbon) adalah fraksi karbon (C) yang

terikat di dalam coke hybrid selain fraksi air, abu dan volatile matter.

Keberadaan karbon terikat di dalam coke hybrid dipengaruhi oleh nilai

kadar air, abu dan kadar zat terbang. Kadar karbonnya akan bernilai tinggi

apabila kadar air, kadar abu dan kadar zat terbang coke hybrid tersebut

rendah. Hubungan antara nilai kalor dengan kadar karbon terikat

berbanding lurus, dimana semakin besar persentase jumlah karbonnya

semakin besar pula nilai kalornya, begitupun sebaliknya.


38

75

74 73.58
Fixed Carbon (%) 73.19
73
72.19
72

71 70.66

70
(10 : 0) (9 : 1) (8 : 2) (7 :3)
Komposisi Sampel

Gambar 4.4 Grafik hubungan antara komposisi coke hybrid dengan fixed
carbon (%)

Gambar 4.4 menunjukan bahwa fixed carbon pada coke hybrid

tongkol jagung dengan plastik LDPE mengalami peningkatan. Pada

perbandingan 10:0 diperoleh 70,66%, 9:1 diperoleh 72,19%, 8:2 diperoleh

73,19%, dan 7:3 diperoleh 73,58%. Berdasarkan hasil tersebut

menunjukan semakin banyak komposisi plastik LDPE maka fixed carbon

pada coke hybrid semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena plastik LDPE

memiliki unsur karbon dan hidrogen yang memberikan pengaruh terhadap

coke hybrid yang diperoleh. Selain itu, semakin banyak komposisi plastik

LDPE yang terkadung di dalam coke hybrid maka kadar air dan kadar abu

akan semakin menurun, sehingga fixed carbon akan semakin tinggi. Hal

tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Erzam (2017) yang

menyatakan bahwa Jumlah fixed carbon dipengaruhi oleh jumlah kadar

air, volatile matter dan kadar abu. Kadar fixed carbon yang tinggi

menunjukkan bahwa produk coke hybrid akan membutuhkan waktu


39

pembakaran yang lebih lama dalam pengaplikasiannya. Nilai kadar karbon

diperoleh melalui pengurangan angka 100 dengan jumlah kadar air

(kelembaban), kadar abu, dan jumlah volatille matter.

Secara keseluruhan fixed carbon dari hasil penelitian coke hybrid

tongkol jagung dengan plastik LDPE telah memenuhi standar mutu Jepang

yaitu minimal 60-80%.

B. Nilai Kalor Coke Hybrid

Nilai kalor dinyatakan sebagai heating value. Gross heating value

didapatkan dengan membakar sempurna suatu sampel bahan bakar alternatif

dalam Differnsial scanning calorimetry (DSC) menghasilkan CO2, SO2, air

dan nitrogen. Nilai kalor sangat menentukan kualitas coke hybrid yang

dihasilkan, semakin tinggi nilai kalornya maka semakin tinggi juga kualitas

coke hybrid yang dihasilkan. Nilai kalor perlu diketahui untuk mengetahui

nilai panas pembakaran yang dapat dihasilkan oleh coke hybrid sebagai bahan

bakar. Besar kecilnya nilai kalor tergantung dari hasil analisis proximate

(kadar air, kadar abu, volatile matter dan fixed carbon).

Coke hybrid dikatakan memiliki mutu yang baik apabila memiliki nilai

kalor yang tinggi, kadar air, kadar abu, zat menguap yang rendah, laju

pembakarannya rendah, menyala dengan baik dan memberikan panas secara

merata, selain itu bersih, tidak menempel ditangan.


40

8000
7811.19
Nilai Kalor (kal/g) 7800

7600 7511.48

7400 7326.14

7200

7000
6833.84
6800
(10 : 0) (9 : 1) (8 : 2) (7 : 3)
Komposisi Sampel

Gambar 4.5 Grafik hubungan antara coke hybrid dengan nilai kalor
(kal/g)

Gambar 4.5 menunjukan nilai kalor pada coke hybrid paduan tongkol

jagung dengan plastik LDPE mengalami peningkatan. Pada perbandingan 10:0

diperoleh 6833,84 kal/g, 9:1 diperoleh 7326,14 kal/g, 8:2 diperoleh 7511,48

kal/g, dan 7:3 diperoleh 7811,19 kal/g. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan

semakin banyak komposisi plastik LDPE maka nilai kalor coke hybrid

semakin tinggi. Hal ini disebabkan nilai kalor yang dimiliki plastik LDPE

lebih besar dari pada nilai kalor yang dimiliki oleh tongkol jagung yaitu

11.758 kal/g. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hasmawati (2020) nilai

kalor tongkol jagung setelah dipirolisis menggunakan suhu 600oC adalah

6326,95 kal/g, jika dibandingkan dengan nilai kalor yang diperoleh,

penambahan plastik LDPE memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan

nilai kalor coke hybrid.

Penelitian yang dilakukan oleh Faizal (2018) menyatakan bahwa semakin

bertambah rasio bahan baku plastik LDPE maka semakin meningkat nilai
41

kalor yang dihasilkan dari coke hybrid. Hal ini disebabkan karena semakin

bertambahnya rasio bahan baku plastik LDPE maka kadar air dan kadar abu

yang dihasilkan akan semakin rendah sehigga nilai kalor yang dihasilkan

akan semakin meningkat. Secara keseluruhan nilai kalor dari hasil penelitian

coke hybrid tongkol jagung dan plastik LDPE telah memenuhi Standar

Nasional Indonesia (SNI 01-6235-2000) yaitu minimal 5000 kal/g.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan yaitu:

1. Perbandingan massa tongkol jagung dengan massa plastik LDPE dari 10:0,

9:1, 8:2, dan 7:3 mempengaruhi karakteristik proximate coke hybrid.

Semakin besar massa plastik LDPE maka nilai kadar air dan kadar abu

semakin menurun sedangkan untuk volatile matter dan fixed carbon

semakin tinggi.

2. Perbandingan massa tongkol jagung dengan massa plastik LDPE dari 10:0,

9:1, 8:2, dan 7:3 mempengaruhi nilai kalor coke hybrid. Semakin besar

massa plastik LDPE maka nilai kalor semakin tinggi, dimana nilai kalor

tertinggi yaitu sebesar 7811,19 kal/g.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah

1. Untuk penelitian selajutnya diharapkan adanya penambahan campuran

bahan baku lain yang dapat menurunkan kadar zat terbang (volatile

matter) pada pembuatan coke hybrid tongkol jagung dengan plastik LDPE.

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan adanya penambahan karakteristik

seperti uji ultimate dan uji XRD agar karakteristik yang dimiliki oleh

sampel diketahui lebih detail.

42
DAFTAR PUSTAKA

Affandy, A. L., Samman, F. A., & Sadjad, R. S. 2017. Parameterisasi Kendali PID
pada Konverter DC/DC Penurun Tegangan dengan Kriteria Domain Waktu
dan Efisiensi Daya. Jurnal Penelitian Enjiniring. 33(1): 87-92.
Asip, Faisol, et al., 2014. Pembuatan Briket Dari Campuran Limbah Plastik
LDPE, Tempurung Kelapa Dan Cangkang Sawit. Jurnal Teknik Kimia.
2(21): 45-54.

Caturwati, K., Endang Suhendi & Eko Prasetyo. 2015. Alat Pirolisis Tempurung
Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Briket Biomassa. Jurnal Tekhnik Mesin.
1(1).
Djangu, Fiyoliyandi, Dedie Tooy, & Handry Rawung. 2017. Analisis Pembuatan
Briket Bioaranglimbah Tempurung Kenari (Canarium Indicum) Dengan
Bahan Perekat Tepung Tapioka. Jurnal teknik pertanian.
Edie, S. S., et al., 2018. The Effect Of Using Bomb Calorimeter In Improving
Science Process Skills Of Physics Students. In Journal of Physics:
Conference Series. 983(1).
Erzam S. Hasan, Muhammad Jahiding, J. A. 2017. Analisis proximate dan nilai
kalor briket hybrid (brown coal – kulit durian) dengan perekat liquid volatile
matter (lvm) yang di preparasi dengan metode pirolisis. Jurnal Aplikasi
Fisika. 13: 33–40.
Faizal, Muhammad, Achmad D. & Irwanto Sanjaya. 2018. Pembuatan briket dari
campuran limbah plastik LDPE dan kulit buah kapuk sebagai energy
alternatif. Jurnal Teknik Kimia. 1(24): 8-16.
Fikri, M., Prakasa, B., Rachiemoellah, H. M., & Zullaika, S. 2013. Co-Pirolisis
Batubara Kualitas Rendah (Low Rank) dan Tandan Kosong Kelapa Sawit.
Jurnal Teknik POMITS. 1-6.
Frida, E., Darnianti, D., & Noviyunida, N. 2018. Pembuatan Asap Cair Dari
Limbah Tongkol Jagung Dengan Metode Pirolisis Yang Digunakan Sebagai
Pengawet Pada Ikan. JUITECH: Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik Universitas
Quality. 2 (1).
Gani, Abdul, et al. 2010. Kajian Mutu Arang Hasil Pirolisis Cangkang Kelapa
Sawit. 11(1): 77 – 86.
Hasmawati. 2020. Pembuatan Bio-coke dari Tongkol Jagung (Zea may L.)
Sebagai Bahan Bakar Alternative Menggunakan Metode fast Pirolisis.
[Skipsi]. FMIPA: Universitas Halu Oleo.

43
44

Herliati, Septian Bagus Prasetyo, & Yogi Verinaldy. 2019. Potensi limbah plastik
dan biomassa sebagai sumber energi terbarukan dengan proses pirolisis.
Jurnal Teknologi. 6(2): 85-98.

Husada, TI. 2008. Laporan Penelitian/Artikel Ilmiah Program Penelitian Inovasi


Mahasiswa Provinsi Jawa Tengah”Arang Briket Tongkol Jagung Sebagai
Energi Alternatif”. Semarang : Universitas Negeri Semarng.
Ilmu Kimia. 2020. Plastik LDPE. https://www.ilmukimia.org/2020/11/plastik-
ldpe.html, November 2020.
Ito, H., Sakai, Y., Ida, T., Nakamura, Y., & Fujita, O. 2011. Ignition Behavior Of
Bio-Coke (Highly Densified Biomass Fuel) In Higsh-Temperature Air
Flows. Journal of Thermal Science and Technology.
Jahiding. M., Mashuni,W., Ilmawati, W.S., Zulkaidah dan Kurniasih, I., 2017.
Fabrication and Characterization of liquid volatile matter Comonent
from pyrolisis of cocoa shell Using Gas Chromatography. Journal of
pharmacy. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Kanani, N., Saputro, A. B. A., Puspawati, I., & Pratama, A. A. 2019. Preparasi
Selulosa Dari Limbah Tongkol Jagung Dengan Bantuan Gelombang Iradiasi
Ultrasonik. In Prosiding Industrial Research Workshop and National
Seminar. 10(1): 20-27.
Krisnayana, R. 2018. perpidahan panas pada proses pembuatan drum kiln. jti-
unugha (jurnal teknologi industri-unugha). 2(1).
Kuryani, E. K. 2017. Pirolisis Sampah dengan Variasi Jenis Ranting dan Kantong
Plastik HDPE. In departemen teknik lingkungan.
Loppies, J. E. 2016. Karakteristik Arang Kulit Buah Kakao Yang Dihasilkan Dari
Berbagai Kondisi Pirolisis. Jurnal Industri Hasil Perkebunan. 11(2): 105–
111.
Lubis, H. Amri. 2011. UJI Variasi KomposisiBahan Pembuat Briket Kotoran
Sapi dan Limbah Pertanian. Fakultas Pertanian.Sumatera Utara: USU.

Maulina, S., & Putri, F. S. 2017. Pengaruh Suhu, Waktu, Dan Kadar Air Bahan
Baku Terhadap Pirolisis Serbuk Pelepah Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Kimia
USU. 6(2): 35-40.
Maulina, S. 2018. Pirolisis Pelepah Kelapa Sawit Untuk Menghasilkan Fenol
Pada Asap Cair. Jurnal Teknik Kimia Usu. 7(2): 12-16.
Mizuno, S., Ida, T., Fuchihata, M., Sanchez, E., & Yoshikuni, K. 2015. Formation
characteristics of bio-coke produced from waste agricultural biomass. ASME
2015 International Technical Conference and Exhibition on Packaging and
Integration of Electronic and Photonic Microsystems, InterPACK 2015,
45

Collocated with the ASME 2015 13th International Conference on


Nanochannels, Microchannels, and Minichannels, 3.
Mokhtar, A., Jufri, M., & Supriyanto, H. 2019. Perancangan Pirolisis Untuk
Membuat Bahan Bakar Cair Dari Limbah Plastik Kapasitas 10 Kg. In
Prosiding SENTRA (Seminar Teknologi dan Rekayasa). 4: 126-133.
Mustofa, A. 2019. Karakteristik Bio-Oil Sampah Kota Bandar Lampung
Menggunakan Metode Pirolisis Isotermal Berkatalis Alam. Journal of
Chemical Information and Modeling. 53(9): 1689–1699.
Myung, W.S., et al. 2013. Carbonization Characteristics of Biomass/Coal Blend
For Bio-Coke. Engineering Conferences International ECI Digital
Archives.

Ohliger, A., Förster, M., & Kneer, R. 2016. Torrefaction of beechwood: A


parametric study including heat of reaction and grindability, Fuel. 104: 607–
613.
Papilo, P., Kunaifi, K., Hambali, E., Nurmiati, N., & Pari, R. F. 2016. Penilaian
Potensi Biomassa sebagai Alternatif Energi Kelistrikan. Penelitian dan
Aplikasi Sistem dan Teknik Industri. 9 (2).
Parthasarathy, P., & Narayanan, S. K. 2016. Effect of Hydrothermal
Carbonization Reaction Parameters on. Environmental Progress &
Sustainable Energy. 33(3): 676–680.
Rahayu, S. 2018. Analisis Proximate Dan Nilai Kalor Bio-Coke Limbah Organik
Biji Mangga ( Mangifera Indica L). [Skripsi].
Reta, K. B., & Anggraini, S. A. 2016. Pembuatan Asap Cair Dari Tempurung
Kelapa, Tongkol Jagung, Dan Bambu Menggunakan Proses Slow
Pyrolysis. Reka Buana: Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia. 1(1):
57-64.
Ridhuan, Kemas, dwi Irawan & Rizki Inthifawzi. 2019. Proses Pembakaran
Pirolisis dengan Jenis Biomassa dan Karakteristik Asap Cair yang
Dihasilkan. Jurnal Program Studi Teknik Mesin UM Metro. 8(1): 69 –78.

Roki, N. 2013. Lao PDR The feasible study of Bio coke production and
distribution business ( BOP business promotion survey ) Final report
(Summary).
Sepfitra. 2016. Analisis Batu Bara Hasil Tambang Di Riau. Jurnal Sainsteks PTT
pekan baru. 1(4): 18-26.
Sofyanti, Astri. 2019. Enterpreneur Muda Berhasil Ubah Limbah Tongkol Jagung
Jadi Dolar dengan Ekspor.
46

Soolany, C., & Aji, D. O. P. 2020. uji perfomansi tungku drum kiln untuk proses
pembuatan arang dari kulit buah durian sebagai alternatif energi. jti-unugha
(jurnal teknologi industri-unugha). 2 (2).

Soolany, C. 2018. Penerapan teknologi pembuatan briket arang dari cangkang


kakaosebagai alternatif bahan bakar. Jti-unugha (Jurnal Teknologi Industri-
UNUGHA). 2 (2).
Sudiana, I. N., Lestari, L., F, M. Z., Ariyani, Y., Sandra, G. E., Biringgalo, Y.,
Arfad, L., Aditya, P., & Safitri, E. 2017. Pembuatan Briket Energi Tinggi
dari Cangkang Kakao yang Diaktivasi dengan Mikrowave. Jurnal Aplikasi
Fisika. 13(1): 27–32.
Suryaningsih, S., & pahleva, D. R. 2020. Analisis Kualitas Briket Tandan Kosong
Dan Cangkang Kelapa Sawit dengan Penambahan Limbah Plastik Low
Density Polythelene (LDPE) sebagai Bahan Bakar Alternatif. Jurnal
Material dan Energi Indonesia. 10(1): 27.
Ulfah, nurul inayah. 2018. Analisis proximate dan nilai kalor bio-coke pada
limbah organik serbuk gergaji kayu jati(Tectona grandis l.f.). Kendari :
Universitas Halu Oleo.
Wahyudi, J., Prayitno, H. T., & Astuti. A. D. 2018. Pemanfaatan limbah plastik
sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar alternatif. Jurnal Litbang:
Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK. 14(1): 58-67.
Zulkaina, A. 2016. Pengaruh Temperatur Dan Ukuran Partikel Biomassa
Terhadap Bio-oil Hasil Pirolisis Ampas Tebu / Bagasse. Jurnal Teknoin.
22(5).
LAMPIRAN

47
48

Lampiran 1. Hasil analisis proximate coke hybrid paduan tongkol jagung dengan

plastik ldpe.

1. Penentuan kadar air coke hybrid dengan perbandingan massa 10 : 0

Dik: Massa cawan kosong (MCK ) = 42,4438 gram

Massa sampel (MS) = 3,0017 gram


Massa cawan + Sampel [MC+SP(105̊C)] = 45,2854 gram

Dit: Kadar air (%) =....?


Perhitungan:

[MS − ((MC + SP(105˚C)) − MCK)]


Kadar Air = x 100%
MS

[3,0017 gr− ((45,2854 gr – 42,4438)]


= x 100%
3,0017 gr

(3,9734 – 2,8416)
= x 100%
3,0017 gr

= 5,33%

Dengan cara yang sama dapat dicari kadar air untuk perbandingan massa

sampel yang lain, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Hasil analisis kadar air coke hybrid

Variasi
MS (gr) MCK (gr) MC + SP (105˚C) (gr) K.Air (%)
Perbandingan
10 : 0 3,0017 42,4438 45,2854 5,33
9:1 3,0013 46,4328 49,3083 4,19
8:2 3,0008 32,4239 35,3165 3,61
7:3 3,0004 38,5834 41,4906 3,11
49

6
5.33

5
Kadar Air (%)

4.19
4 3.61
3.11
3

2
(10 : 0) (9 : 1) (8 : 2) (7 :3)
Komposisi Sampel

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Komposisi Coke Hybrid dengan


Kadar Air (%)

2. Penentuan volatile matter coke hybrid dengan perbandingan massa 10:0

Dik : Massa cawan kosong (MCK) = 42,4438 gram


Massa sampel (MS) = 3,0017 gram

Massa cawan + Sampel [MC+SP(750oC)] = 44,8211 gram


Kadar air (%) = 5,33%
Dit : KZH (%) dan Volatile Matter (%) = ?
Perhitungan:

[MS − ((MC + SP(105˚C)) − MCK)]


KZH (%) = x 100%
MS

[(3,0017 gr –((44,8211 gr)− 42,4438gr)]


= x 100%
3,0017

(3,0017 gr ­ 2,3773gr)
= x 100%
3,0017 gr

= 20,80%

𝑉𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙𝑒 𝑀𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟(%) = 𝐾𝑍𝐻(%) − 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟𝐴𝑖𝑟 (%)

= 20,80 % − 5,33%
= 15,47%
50

Dengan cara yang sama dapat dicari volatile matter untuk perbandingan

massa sampel yang lain, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Hasil analisis kadar volatile matter bio-coke tongkol jagung


MC + SP
Variasi MS
MCK (gr) (750˚C) KZH K.Air (%) V.M (%)
Perbandingan (gr)
(gr) (%)
10 : 0 3,0017 42,4438 44,8211 20,80 5,33 15,47
9:1 3,0013 46,4328 48,7969 21,23 4,19 17,04
8:2 3,0008 32,4239 34,7841 21,35 3,61 17,74
7:3 3,0004 38,5834 40,9368 21,56 3,11 18,45

20

19 18.45
Volatile Metter (%)

17.74
18
17.04
17

16 15.47

15
(10 : 0) (9 : 1) (8 : 2) (7 :3)
Komposisi Sampel

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Komposisi Coke Hybrid dengan


Volatile Matter (%)

3. Penentuan kadar abu coke hybrid dengan perbandingan massa 10 : 0

Dik : Massa cawan kosong (MCK) = 42,4438 gram


Massa sampel (MS) = 3,0017 gram

Massa cawan + Sampel [MC+SP(700oC)] = 42,7002 gram


Dit : Kadar Abu (%) =...?
Perhitungan:

((MC + SP(105˚C)) − MCK)


Kadar Abu(%) = x 100%
MS
51

(42,7002 gr – 42,4438 gr)


= x 100%
3,0017 gr

0,2564 gr
= x 100%
3,0017 gr

= 8,54 %

Dengan cara yang sama dapat dicari kadar abu untuk perbandingan

massa sampel yang lain, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil analisis kadar abu bio-coke tongkol jagung

Variasi
MS (gr) MCK (gr) MC + SP (750˚C) (gr) K.Abu (%)
Perbandingan
10 : 0 3,0017 42,4438 42,7002 8,54
9:1 3,0013 46,4328 46,6302 6,58
8:1 3,0008 32,4239 32,5876 5,46
7:3 3,0004 38,5834 38,7192 4,86

9 8.54

8
Kadar Abu (%)

7 6.58

6 5.46
4.86
5

4
(10 : 0) (9 : 1) (8 : 2) (7 :3)
Komposisi Sampel

Gambar 4.3 Grafik Hubungan AntaraKomposisi Coke Hybrid dengan


Kadar Abu (%)

4. Penentuan fixed carbon coke hybrid dengan perbandingan massa 10 : 0

Dik : Kadar Air = 65,33 %


Volatile Matter = 15,47%
Kadar Abu = 8,54%
52

Dit : Fixed Carbon (%) = ?

Perhitungan:

𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑𝐶𝑎𝑟𝑏𝑜(%) = [100% − (𝐾. 𝐴𝑖𝑟(%) + 𝑉. 𝑀(%) + 𝐾. 𝐴𝑏𝑢(%))]


= [100% − (5,33% + 15,47 % + 8,54%)]
= 70,66 %

Dengan cara yang sama dapat dicari fixed carbon untuk perbandingan massa

sampel yang lain, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Hasil analisis kadar fixed carbon bio-coke tongkol jagung

Variasi Kadar Air Volatile Matter Kadar Abu


Fixed Carbon (%)
Perbandingan (%) (%) (%)
10 : 0 5,33 15,47 8,54 70,66
9:1 4,19 17,04 6,58 72,19
8:2 3,61 17,74 5,46 73,19
7:3 3,11 18,45 4,86 73,58

75

74 73.58
Fixed Carbon (%)

73.19
73
72.19
72

71 70.66

70
(10 : 0) (9 : 1) (8 : 2) (7 :3)
Komposisi Sampel

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Antara Komposisi Coke Hybrid dengan


fixed carbon (%)
53

Lampiran 2. Hasil analisis nilai kalor coke hybrid tongkol jagung dengan plastik

ldpe

Tabel 1.5 Hasil Pengukuran Nilai Kalor Bio-Coke Tongkol Jagung

No Kode Sampel Bobot sampel (g) Nilai Kalor Metode


(kal/g)
1 7:3 1,0011 7811,19 Boom Calorimeter

2 8:2 1,0008 7511,48 Boom Calorimeter

3 9:1 1,0002 7326,14 Boom Calorimeter

4 10 : 0 1,0006 6833,48 Boom Calorimeter

8000
7811.19
7800
Nilai Kalor (kal/g)

7600 7511.48

7400 7326.14

7200

7000
6833.84
6800
(10 : 0) (9 : 1) (8 : 2) (7 : 3)
Komposisi Sampel

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Antara Coke Hybrid dengan Nilai Kalor
(kal/g)
54

Lampiran 3. Data hasil penelitian

Tabel 3.3 Data Hasil Penelitian


Perbandingan Proximate (%) Nilai
Suhu
No Massa (TJ : Kalor
(°C) M VM KA FC
LDPE) (kal/g)
1 10:0 600 5,33 15,47 8,54 70,66 6833,48
2 9:1 600 4,19 17,04 6,58 72,19 7326,14
3 8:2 600 3,61 17,74 5,46 73,19 7511,48
4 7:3 600 3,11 18,45 4,86 73,58 7811,19
55
56
57

Lampiran 4. Dokumentasi penelitian

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 1. (a) Proses Penjemuran, (b) Pengayakan Tongkol Jagung, (c) Sampel
Tongkol Jagung Dan Plastik LDPE, (d) Cetakan yang Berisi Sampel
58

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2. (a) Masukan Cetakan Kedalam Tabung Reaktor, (b) Mengatur Suhu
Pirolisis, (c) Proses Pirolisis, (d) Hasil Pirolisi
59

(a) (b) (c) (d)

(e) (f)
Gambar 5. Proses Analisis Proximate Kadar Air, Volatile Matter, Kadar Abu dan
Fixed Carbon (a). Proses penimbangan sampel menggunakan neraca digital (b).
Proses penimbangan cawan menggunakan neraca digital (c). Oven (d). Proses
Pemanasan sampel kedalam oven (e). Tanur (f). Proses Pemanasan sampel

Gambar 6. Proses Analisis Nilai Kalor Menggunakan DSC 4000 Perkin Elmer
(Differential Scanning Calorimeter)

Anda mungkin juga menyukai